Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 6. No. 1.

April 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)

PEMBANGUNAN PENDIDIKAN MERDEKA BELAJAR


(TELAAH METODE PEMBELAJARAN)

Muhammad Yamin1, Syahrir2


STKIP Harapan Bima1, Universitas Pendidikan Mandalika2
syahrirmandala85@gmail.com

Absrak. Artikel ini menelaah metode pembelajaran dalam pembangunan Pendidikan


Merdeka Belajar. Pendidikan Merdeka Belajar merupakan respon terhadap kebutuhan sistem
pendidikan pada era Revolusi Industri 4.0. Di era Revolusi Industri 4.0 kebutuhan utama yang ingin
dicapai dalam sistem pendidikan atau lebih khusus dalam metode pembelajaran yaitu siswa atau
peserta didik yaitu penguasaan terhadap literasi baru. Literasi baru tersebut yaitu. Pertama, literasi
data. Kedua, literasi teknologi. Terakhir, literasi manusia. Selain itu, dalam sistem Pendidikan
Merdeka Belajar tetap mengutamakan juga pendidikan karakter. Artikel ini menggunakan penelitian
pustaka (library research). Dengan sumber data dari jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah,
surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah yang belum dipublikasi,
narasumber, surat-surat kepustakaan, vidio grafik, dan sebagainya. Maka dalam penelitian ini,
metode pembelajaran di era Revolusi Industri 4.0 dapat menentukan kesuksesan pembelajaran. Dan
metode yang digunakan beragam, namun dalam sistem pendidikan merdeka belajar metode Blended
Learning sangat ideal sebagai metode pembelajaran. Metode Blended Learning yaitu
menggabungkan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual.
Dalam penelitian ini menguatkan teori dari Peter Fisk tentang tren kecenderungan pendidikan pada
era industri 4.0.

Keyword: Merdeka Belajar, Metode Pengajaran, Blended Learning

ENDAHULUAN informasi serta trampil menggunakan


Era revolusi industri 4.0 memiliki tantangan informasi dan teknologi sangat dibutuhkan
sekaligus peluang bagi lembaga pendidikan. (Lihat, Eko Risdianto, 2019 : 4).
Syarat maju dan berkembang lembaga Di era Revolusi Industri 4.0 lembaga
pendidikan harus memiliki daya inovasi, dan pendidikan tidak hanya membutuhkan literasi
dapat berkolaborasi. Jika tidak mampu lama yaitu membaca, menulis, dan
berinovasi dan berkolaborasi, maka akan menghitung, akan tetapi juga membutuhkan
tertinggal jauh ke belakang. Namun jika literasi baru. Literasi baru yang dibutuhkan
sebaliknya, lembaga pendidikan akan mampu oleh lembaga pendidikan dapat dibagi tiga
menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu. Pertama, literasi data. Literasi ini
yang dapat memajukan, mengembangkan, dan merupakan kemampuan untuk membaca,
mewujudkan cita- cita bangsa yaitu menganalisis dan menggunakan informasi
membelajarkan manusia. Menjadikan (big data) di dunia digital. Kedua, literasi
manusia pembelajar bukan hal mudah seperti teknologi. Literasi ini memahami cara kerja
membalikkan telapak tangan. Lembaga mesin, aplikasi teknologi (Coding Artificial
pendidikan harus mampu menyeimbangkan Intelligence & Engineering Principles).
sistem pendidikan dengan perkembangan Terakhir, literasi manusia. Literasi berupa
zaman. Di era Revolusi Industri 4.0, sistem penguatan humanities, komunikasi, dan
pendidikan diharapkan dapat mewujudkan desain. Berbagai aktivitas literasi tersebut
perserta didik memiliki keterampilan yang dapat dilakukan oleh siswa dan guru.
mampu berfikir kritis dan memecahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
masalah, kreatif dan inovatif serta ketrampilan (Kemendikbud) Nadiem Anwar Makarim saat
komunikasi dan kolaborasi. Juga keterampilan berpidato pada acara Hari Guru Nasional
mencari, mengelola dan menyampaikan (HGN) tahun 2019 mencetuskan konsep

Jurnal Ilmiah Mandala Education 126


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 6. No. 1. April 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)

“Pendidikan Merdeka Belajar”. Konsep ini berbagai tekanan intimidasi, kriminalisasi,


merupakan respons terhadap kebutuhan atau mempolitisasi guru.
sistem pendidikan pada era revolusi industri Ketiga, membuka mata kita untuk mengetahui
4.0. Nadiem Makarim menyebutkan merdeka lebih banyak kendala-kendala apa yang
belajar merupakan kemerdekaan berfikir. dihadapi oleh guru dalam tugas pembelajaran
Kemerdekaan berfikir ditentukan oleh guru di sekolah, mulai dari permasalahan
(Tempo.co, 2019). Jadi kunci utama penerimaan perserta didik baru (input),
menunjang sistem pendidikan yang baru administrasi guru dalam persiapan mengajar
adalah guru. termasuk RPP, proses pembelajaran, serta
Nadiem Makarim (2019) mengatakan guru masalah evaluasi seperti USBN-UN (output).
tugasnya mulia dan dan sulit. Dalam sistem Keempat, guru yang sebagai garda terdepan
pendidikan nasional guru ditugasi untuk dalam membentuk masa depan bangsa
membentuk masa depan bangsa namun terlalu melalui proses pembelajaran, maka menjadi
diberikan aturan dibandingkan pertolongan. penting untuk dapat menciptakan suasana
Guru ingin membantu murid untuk pembelajaran yang lebih heppy di dalam
mengejarkan ketertinggalan di kelas, tetapi kelas, melalui sebuah kebijakan pendidikan
waktu habis untuk mengejarkan administrasi yang nantinya akan berguna bagi guru dan
tanpa manfaat yang jelas. Guru mengetahui siswa. Terakhir, dicetuskannya konsep
potensi siswa tidak dapat diukur dari hasil “Merdeka Belajar” pada saat Nadiem
ujian, namun guru dikerjar oleh angka yang Makarim memberikan pidato pada acara Hari
didesak oleh berbagai pemangku kepentingan. Guru Nasional (HGN) tersebut, diasumsikan
Guru ingin mengajak murid ke luar kelas tidak lagi menjadi gagasan melainkan lebih
untuk belajar dari dunia sekitanya, tetapi pada sebuah kebijakan yang akan
kurikulum yang begitu pada menutup dilaksanakan.
petualangan. Guru sangat frustasi bahwa di Kesimpulan dari konsep merdeka belajar
dunia nyata bahwa kemampuan berkarya dan merupakan tawaran dalam merekonstruksi
berkolaborasi menentukan kesuksesan anak, sistem pendidikan nasional. Penataan ulang
bukan kemampuan menghafal. Guru sistem pendidikan dalam rangka
mengetahui bahwa setiap murid memiliki menyongsong perubahan dan kemajuan
kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman bangsa yang dapat menyesuaikan dengan
mengalahkan keberagaman sebagai prinsip perubahan zaman. Dengan cara,
dasar birokrasi. Guru ingin setiap murid mengembalikan hakikat dari pendidikan yang
terinspirasi, tetapi guru tidak diberi sebenarnya yaitu pendidikan untuk
kepercayaan untuk berinovasi (Nadiem memanusiakan manusia atau pendidikan yang
Makarim dalam Kemendikbud.go.id, 2019). membebaskan. Dalam konsep merdeka
R. Suyanto Kusumaryono (2019) menilai belajar, antara guru dan murid merupakan
bahwa konsep “Merdeka Belajar” yang subyek di dalam sistem pembelajaran. Artinya
dicetuskan oleh Nadiem Makarim dapat guru bukan dijadikan sumber kebenaran oleh
ditarik beberapa poin (R. Suyanto siswa, namun guru dan siswa berkolaborasi
Kusumaryono dalam Kemendikbud.go.id, penggerak dan mencari kebenaran. Artinya
2019). Pertama, konsep “Merdeka Belajar” posisi guru di ruang kelas bukan untuk
merupakan jawaban atas masalah yang menanam atau menyeragamkan kebenaran
dihadapi oleh guru dalam praktik pendidikan. menurut guru, namun menggali kebenaran,
Kedua, guru dikurangi bebannya dalam daya nalar dan kritisnya murid melihat dunia
melaksanakan profesinya, melalui keleluasaan dan fenomena. Peluang berkembangnya
yang merdeka dalam menilai belajar siswa internet dan teknologi menjadi momentum
dengan berbagai jenis dan bentuk instrumen kemerdekaan belajar. Karena dapat meretas
penilaian, merdeka dari berbagai pembuatan sistem pendidikan yang kaku atau tidak
administrasi yang memberatkan, merdeka dari membebaskan. Termasuk mereformasi beban
kerja guru dan sekolah yang terlalu

Jurnal Ilmiah Mandala Education 127


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 6. No. 1. April 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)

dicurahkan pada hal yang administratif. Oleh manusia memiliki sifat selalu tidak puas
sebabnya kebebasan untuk berinovasi, belajar terhadap apa yang telah dicapainya, ingin
dengan mandiri, dan kreatif dapat dilakukan mencari sesuatu yang baru untuk mengubah
oleh unit pendidikan, guru dan siswa. keadaan agar menjadi lebih baik sesuai
Saat ini antara guru dan siswa memiliki dengan kebutuhannya (Nur Djazifah ER,
pengalaman yang mandiri termasuk di 2012 : 3). Dengan berbekal akal-budi
lingkungan. Dan dari pengalaman yang ada tersebut manusia memiliki tujuh kemampuan
tersebut akan didiskursuskan di ruang kelas yang berfungsi untuk: menciptakan,
dan lembaga pendidikan. Adaptasi sistem mengkreasi,memperlakukan, memperbarui,
pendidikan di era Revolusi Industri 4.0 harus memperbaiki, mengembangkan, dan
distimulasi dengan proses literasi baru meningkatkan segala hal dalam interaksinya
tersebut. Siswa/peserta didik pada era industri dengan alam maupun manusia lainnya
4.0 memiliki pengalaman yang padat dengan (Herimanto dan Winarno dalam Nu Nur
dunia digital atau visual saat ini. Dan tugas Djazifah ER, 2012 : 3-4). Ketujuh
guru, kepala sekolah termasuk lembaga kemampuan tersebut merupakan potensi yang
pendidikan dapat mengarahkan, memimpin, dimiliki manusia untuk kepentingannya dalam
dan menggali daya kritis dan potensi upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu
siswanya. mempertahankan dan meningkatkan derajat
Dalam proses pembelajaran dibangunkan kehidupannya, mengembangkan sisi
ekosistem pendidikan yang memfasilitasi kemanusiaannya, dengan cara menciptakan
tumbuh dan berkembangnya nalar, karakter, kebudayaan (selanjutnya manusia juga
inovasi, kemandirian, kenyamanan, dan mengkreasi, memperlakukan, memperbarui,
keahlian siswa. Maka merdeka belajar dampat memperbaiki, mengembangkan dan
membentuk sumber daya yang unggul atau meningkatkan kebudayaan) (Nur Djazifah
berkualitas untuk menuntaskan peluang ER, 2012 : 4).
pendidikan pada era Industri 4.0 dengan Kebudayaan yang dihasilkan melalui akal
tujuan kemajuan bangsa dan negara. budi manusia sering menjadi pencetus
Berdasarkan uraian latar belakang dan terjadinya perubahan sosial. Artinya
masalah di atas, maka sangat perlu untuk perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan
meneliti dan mendalami metode pembelajaran kebudayaan. Bahkan Kingsley Davis (2000)
dalam sistem pendidikan merdeka belajar. berpendapat bahwa perubahan sosial
Dalam artikel ini akan menjawab pertanyaan merupakan bagian dari perubahan
penelitian, bagaimana metode pembelajaran kebudayaan. Adapun menurut PB Horton dan
dalam menunjang pembangunan pendidikan CL Hunt ( 1992 ), hampir semua perubahan
mereka belajar? besar mencakup aspek sosial budaya. Oleh
TINJAUAN PUSTAKA karena itu dalam menggunakan istilah
Dalam artikel ini, penulis menggunakan teori perubahan sosial dan perubahan budaya,
perubahan sosial. Teori ini unuk menjawab perbedaan di antara keduanya tidak terlalu
pertanyaan peneltian tentang metode diperhatikan. Di samping itu, kedua istilah
pemebelajaran dalam menunjang tersebut seringkali ditukar pakaikan;
pembangunan pendidikan merdeka belajar. kadangkala digunakan istilah perubahan
Teori perubahan sosial, didukung oleh tren sosial - budaya ( sosiocultural change ) agar
kecenderungan pendidikan pada era industri dapat mencakup kedua jenis perubahan
4.0 Peter Fisk. tersebut. Yang jelas perubahan - perubahan
Dalam teori perubahan sosial yang paling sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek
mendasar yaitu menjelaskan peran penting yang sama yaitu kedua – duanya bersangkut-
manusia terhadap terjadinya perubahan paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru
masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai atau suatu perbaikan dalam cara suatu
dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang masyarakat memenuhi kebutuhan –
selalu ingin melakukan perubahan, karena kebutuhannya (Nur Djazifah ER, 2012 : 4).

Jurnal Ilmiah Mandala Education 128


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 6. No. 1. April 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)

Termasuk di dalam sistem pendidikan saat ini ruang kelas dan membawa alat belajar sendiri
yaitu pada era revolusi industri 4.0. Pada saat (bring your own device) membentuk
ini, sistem pendidikan membutuhkan cara- terminologi penting dalam perubahan ini.
cara baru atau membutuhkan ekosistem yang Empat, pembelajaran berbasis proyek. Siswa
baru untuk mewujudkan perbaikan saat ini harus sudah dapat beradaptasi dengan
masyarakat atau menunjang kebutuhan- pembelajaran berbasis proyek, demikian juga
kebutuhan seperti sumber daya manusia yang dalam hal bekerja. Ini menunjukkan bahwa
berkualitas dan unggul. Peter Fisk (2019) mereka harus belajar bagaimana menerapkan
mengatakan ada sembilan tren atau keterampilan mereka dalam jangka pendek ke
kecenderungan terkait dengan pendidikan 4.0 berbagai situasi. Siswa sudah harus
(Peter Fisk dalam Delepiter Lase, 2019 : 29- berkenalan dengan pembelajaran berbasis
30). Pertama, belajar pada waktu dan tempat proyek di sekolah menengah. Inilah saatnya
yang berbeda. Siswa akan memiliki lebih keterampilan mengorganisasi, kolaborasi, dan
banyak kesempatan untuk belajar pada waktu manajemen waktu diajarkan kepada peserta
dan tempat yang berbeda. E-learning didik untuk kemudian dapat digunakan setiap
memfasilitasi kesempatan untuk pembelajaran siswa dalam karir akademik mereka
jarak jauh dan mandiri. Kedua, pembelajaran selanjutnya.
individual. Siswa akan belajar dengan Lima, pengalaman lapangan. Kemajuan
peralatan belajar yang adaptif dengan teknologi memungkinkan pembelajaran
kemampuannya. Ini menunjukkan bahwa domain tertentu secara efektif, sehingga
siswa pada level yang lebih tinggi ditantang memberi lebih banyak ruang untuk
dengan tugas dan pertanyaan yang lebih sulit memperoleh keterampilan yang melibatkan
ketika setelah melewati derajat kompetensi pengetahuan siswa dan interaksi tatap muka.
tertentu. Siswa yang mengalami kesulitan Dengan demikian, pengalaman lapangan akan
dengan mata pelajaran akan mendapatkan diperdalam melalui kursus atau latihan-
kesempatan untuk berlatih lebih banyak latihan. Sekolah akan memberikan lebih
sampai mereka mencapai tingkat yang banyak kesempatan bagi siswa untuk
diperlukan. Siswa akan diperkuat secara memperoleh keterampilan dunia nyata yang
positif selama proses belajar individu mereka. mewakili pekerjaan mereka. Ini menunjukkan
Ini dapat menghasilkan pengalaman belajar disain kurikulum perlu memberi lebih banyak
yang positif dan akan mengurangi jumlah ruang bagi siswa untuk lebih banyak belajar
siswa yang kehilangan kepercayaan tentang secara langsung melalui pengalaman lapangan
kemampuan akademik mereka. Di sini, guru seperti magang, proyek dengan bimbingan
akan dapat melihat dengan jelas siswa mana dan proyek kolaborasi.
yang membutuhkan bantuan di bidang mana. Enam, interpretasi data. Perkembangan
Ketiga, siswa memiliki pilihan dalam teknologi komputer pada akhirnya mengambil
menentukan bagaimana mereka belajar. alih tugas-tugas analisis yang dilakukan
Meskipun setiap mata pelajaran yang secara manual (matematik), dan segera
diajarkan bertujuan untuk tujuan yang sama, menangani setiap analisis statistik,
cara menuju tujuan itu dapat bervariasi bagi mendeskripsikan dan menganalisis data serta
setiap siswa. Demikian pula dengan memprediksi tren masa depan. Oleh karena
pengalaman belajar yang berorientasi itu, interpretasi siswa terhadap data ini akan
individual, siswa akan dapat memodifikasi menjadi bagian yang jauh lebih penting dari
proses belajar mereka dengan alat yang kurikulum masa depan. Siswa dituntut
mereka rasa perlu bagi mereka. Siswa akan memiliki kecakapan untuk menerapkan
belajar dengan perangkat, program dan teknik pengetahuan teoretis ke angkaangka, dan
yang berbeda berdasarkan preferensi mereka menggunakan keterampilan mereka untuk
sendiri. Pada tataran ini, kombinasi membuat kesimpulan berdasarkan logika dan
pembelajaran tatap muka dan pembelajaran tren data.
jarak jauh (blended learning), membalikkan

Jurnal Ilmiah Mandala Education 129


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 6. No. 1. April 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)

Tujuh, penilaian beragam. Mengukur tersebut. Pendekatan yang digunakan penulis


kemampuan siswa melalui teknik penilaian dalam penelitian ini adalah pendekatan
konvensional seperti tanya jawab akan sosiologis. Pendekatan sosiologis digunakan
menjadi tidak relevan lagi atau tidak cukup. untuk memecahkan masalah yang aktual
Penilaian harus berubah, pengetahuan faktual dengan jalan mengumpulkan, menyusun,
siswa dapat dinilai selama proses menganalisis serta mengklarifikikasikan data.
pembelajaran, dan penerapan pengetahuan Macam-macam sumber data dalam artikel
dapat diuji saat siswa mengerjakan proyek antara lain yaitu jurnal, laporan hasil
mereka di lapangan. penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku
Delapan, keterlibatan siswa. Keterlibatan yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel
siswa dalam menentukan materi pembelajaran ilmiah yang belum dipublikasi, narasumber,
atau kurikulum menjadi sangat penting. surat-surat kepustakaan, vidio grafik, dan
Pendapat siswa dipertimbangkan dalam sebagainya.
mendesain dan memperbarui kurikulum. PEMBAHASAN
Masukan mereka membantu perancang DISKURSUS METODE
kurikulum menghasilkan kurikulum PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN
kontemporer, mutakhir dan bernilai guna MERDEKA BELAJAR
tinggi. Terakhir, mentoring. Pendampingan Pada bagian sesungguhnya menguraikan
atau pemberian bimbingan kepada peserta metode pembelajaran dalam merespon era
didik menjadi sangat penting untuk Revolusi Industri 4.0. Karena pendidikan
membangun kemandiran belajar siswa. merdeka belajar merupakan respon terhadap
Pendampingan menjadi dasar bagi era baru ini, maka sangat relevan untuk
keberhasilan siswa, sehingga menuntut guru melihat data muktahir dan diskursus para
untuk menjadi fasilitator yang akan scholar tentang metode pembelajaran.
membimbing siswa menjalani proses belajar Diskursus oleh scholar yang fokus meneliti di
mereka Indonesia akan lebih dominan diuraikan oleh
METODE PENELITIAN penulis. Namun satu kepastian dalam era
Untuk jenis penelitian tentang “Pembangunan Revolusi Industri 4.0 kebutuhan utama yang
Pendidikan Merdeka Belajar : Telaah Metode ingin dicapai dalam sistem pendidikan atau
Pembelajaran”, penulis menggunakan lebih khusus dalam metode pembelajaran
penelitian pustaka (library research). yaitu siswa atau peserta didik yaitu
Penelitian pustaka adalah penelitian yang penguasaan terhadap literasi baru.
teknik pengumpulan datanya dilakukan Literasi baru tersebut yaitu. Pertama, literasi
dengan cara membaca berbagai literatur yang data. Literasi ini merupakan kemampuan
berkaitan dengan informasi serta relevansi untuk membaca, menganalisis dan
terhadap topik penelitian (Sukardi, 2010 : 34- menggunakan informasi (big data) di dunia
35). Sedangkan menurut Lexy J. Moleong digital. Kedua, literasi teknologi. Literasi ini
penelitian pustaka dengan penelitian lapangan memahami cara kerja mesin, aplikasi
menggunakan pendekatan kualitatif yakni teknologi (Coding Artificial Intelligence &
penelitian yang prosedurnya menghasilkan Engineering Principles). Terakhir, literasi
data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis manusia. Literasi berupa penguatan
atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang humanities, komunikasi, dan desain. Berbagai
diamati (Lexy J.Moleong dalam Fandi aktivitas literasi tersebut dapat dilakukan oleh
Ahmad, 2015 : 147). siswa dan guru. Dan sistem dan atau metode
Adapun jenis penelitian pustaka yang pembelajaran pada pendidikan merdeka
dilakukan yaitu fi eld research, penelitian belajar mempunyai target yang sama. Jika
menggunakan tipe deskriptif yakni perserta didik atau siswa dapat mengusai
mendeskripsikan secara terperinci realitas literasi baru ini, maka akan menjadi sumber
atau fenomenafenomena dengan memberikan daya manusia yang berkualitas dan unggul
kritik atau penilaian terhadap fenomena dalam membangun masa depan Indonesia.

Jurnal Ilmiah Mandala Education 130


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 6. No. 1. April 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)

Namun selain literasi baru, sistem pendidikan penguatan peran guru yang memiliki
di era Revolusi Industri 4.0 tetap melakukan kompetensi digital. Guru berperan
pembangunan karakter, seperti kejujuran, membangun generasi berkompetensi,
religius, kerja keras/tekun, tanggung jawab, berkarakter, memiliki kemampuan literasi
adil, disiplin, toleran, dan lain-lain. baru, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Hamidulloh Ibda dan E Rahmadi mengatakan
juga bahwa lembaga pendidikan sebagai dasar
penentu kecerdasan intelektual, spiritual, dan
emosional pada anak, harus memperkuat
keterampilan literasi abad 21. Mulai aspek
kreatif, pemikiran kritis, komunikatif, dan
kolaboratif. Lembaga pendidikan harus
memperkuat literasi baru dan revitalisasi
kurikulum berbasis digital. Revitalisasi
kurikulum mengacu pada lima nilai dasar dari
peserta didik yang baik, yaitu ketahanan,
kemampuan beradaptasi, integritas,
kompetensi, dan peningkatan berkelanjutan.
Gambar 1. Pendidikan Di Era Industri Pendidik harus menjadi guru digital, paham
4.0/Pendidikan Merdeka Belajar komputer, dan bebas dari penyakit akademis
Sumber : Diolah Oleh Penulis dari Berbagai (Lihat Hamidulloh Ibda dan E Rahmadi,
Literatur 2018: 1).
Ada beberapa scholar yang telah meneliti Artikel yang ditulis oleh Hamidulloh Ibda dan
sistem pembelajaran dalam merespon era E Rahmadi hasil penelitianya di Guru
Industri 4.0 di Indonesia. Hamidulloh Ibda Madrasah Ibtidaiyah, jadi fokusnya hanya
dan E Rahmadi (2018), Muhammad Alfarizqi pada lembaga pendidikan dasar Islam.
Nizamuddin Ghiffar, Eliza Nurisma, Cucu Walaupun terfokus di lembaga pendidikan
Kurniasih, dan Caraka Putra Bhakti (2018), Islam, hasil penelitian ini disepakati oleh
Ayik Wulandari, Putri Handayani, dan Dody semua scholer tentang tantangan dan peluang
Rahayu Prasetyo (2019), Aprilia Riyana Putri lembaga pendidikan di era Revolusi Industri
dan Muhammad Alie Muzakki (2019), Eko 4.0. Lihat juga tulisan Eko Rusdianto (2019),
Rusdianto (2019), Dan Delipiter Lase (2019). Delipiter Lase (2019). Namun kekurangan
Scholar di atas dapat memberikan gambaran dalam artikel ini tidak membahas secara
metode pembelajaran yang dapat digunakan khusus metode pembelajaran yang harus
dalam sistem pendidikan merdeka belajar. diterapkan oleh lembaga pendidikan dan guru
Hamidulloh Ibda dan E Rahmadi (2018) dalam sistem pembelajaran. Sehingga artikel
menyebutkan bahwa dalam era Revolusi ini masih secara umum.
Industri 4.0 lembaga pemdidikan harus Muhammad Alfarizqi Nizamuddin Ghiffar,
mengutakan literasi baru. Artikel yang ditulis Eliza Nurisma, Cucu Kurniasih, dan Caraka
Hamidulloh Ibda dan E Rahmadi menegaskan Putra Bhakti (2018) menjawab kekurangan
bahwa lembaga pendidikan tidak cukup dari riset Hamidulloh Ibda dan E Rahmadi.
menerapkan literasi lama (membaca, menulis, Mereka menawarkan model atau metode
berhitung), tetapi harus menerapkan literasi pembelajaran berbasis Blended Learning
baru (literasi data, literasi teknologi dan dalam era Revolusi Industri 4.0. Model
literasi sumber daya manusia atau Blended Learning merupakan penggabungan
humanisme). Selain itu, Hamidulloh Ibda dan dari metode belajar yang offline (tatap muka,
E Rahmadi juga membahas tantangan dan dan lain-lain) dengan metode pembelajaran
peluang pendidikan di era Revolusi Industri yang online (e-learning). Secara khusus
4.0. Penguatan literasi baru, guru menjadi Muhammad Alfarizqi Nizamuddin Ghiffar,
kunci perubahan, yang didukung oleh Eliza Nurisma, Cucu Kurniasih, dan Caraka
revitalisasi kurikulum berbasis literasi dan
Jurnal Ilmiah Mandala Education 131
Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 6. No. 1. April 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)

Putra Bhakti menulis artikel ini secara khusus siswa yang belum mncapai Kriteria
meningkatkan critical thinking. Dalam era Ketuntasan Minimum (KKM) yang di
Revolusi Industri 4.0 merupakan era dimana tetapkan pihak sekolah setelah di terapakan
hidup manusia berorientasi pada teknologi, metode EMC ini siswa semua telah mencapai
seperti penguasaan teknologi, dunia maya, big KKM (Ayik Wulandari, Putri Handayani, dan
data, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan Dody Rahayu Prasetyo, 2019 : 51).
permasalahan di era Revolusi Industri 4.0 Riset yang dilakukan oleh Ayik Wulandari,
lebih kompleks, dan manusia harus mampu Putri Handayani, dan Dody Rahayu Prasetyo
bertahan dan mengatasi permsalahannya mengamati Kriteria Ketuntasan Minimum
(Muhammad Alfarizqi Nizamuddin Ghiffar, (KKM) dengan menggunakan metode EMC
Eliza Nurisma, Cucu Kurniasih, dan Caraka pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Putra Bhakti, 2018: 85). (IPA). Dalam sistem pendidikan di era
Namun artikel ini hanya mementingkan Revolusi Industri 4.0 murid atau peserta didik
dimensi literasi baru yaitu literasi teknologi, diharuskan untuk menguasai literasi baru dan
data, dan manusia dalam metode mencapai pembangunan karakter. Agar dapat
pembelajaran Blended Learning. Masalah mencapai kesuksesan pendidikan di era
yang kompleks akan menghinggapi manusia Revolusi Industri 4.0, yang menjadi kunci
kedepan yaitu berkaitan dengan keterampilan utamanya adalah guru dengan terlebih dahulu
dalam penguasaan teknologi, dunia maya, dan untuk mengusai literasi baru. Oleh sebab itu,
big data. Padahal masalah moral dan etika dalam riset ini, ketuntasan yang menjadi
tetap menjadi masalah utama juga di era indikator dalam penilainnya cenderung belum
Revolusi Industri 4.0 atau masalah dalam mensyaratkan sepenuhnya tantangan
pembangunan critical thinking. Jadi pendidikan di era Revolusi Industri 4.0. Dan
kekurangan dalam artikel yang ditulis oleh penelitian ini sudah cukup memberikan
Muhammad Alfarizqi Nizamuddin Ghiffar, masukan secara metodelogi model dan atau
Eliza Nurisma, Cucu Kurniasih, dan Caraka metode yang dapat digunakan dalam
Putra Bhakti mengesampingkan aspek atau pembelajaran di era Revolusi Industri 4.0.
dimensi pembangunan karakter dalam model Terutama menjawab tantangan model
pembelajaran. pembelajaran yang terlalu monoton atau tidak
Sedangkan Ayik Wulandari, Putri Handayani, adanya inovasi.
dan Dody Rahayu Prasetyo (2019) Setelah diskursus pembangunan metode
menawarkan metode Education Mini Club pembelajaran dalam pendidikan era Revolusi
(EMC) sebagai solusi dalam menghadapi Industri 4.0, Aprilia Riyana Putri dan
tantangan pendidikan di era Revolusi Industri Muhammad Alie Muzakki (2019)
4.0. Metode EMC yang ditawarkan oleh Ayik menyempurnakan dengan menawarkan media
Wulandari, Putri Handayani, dan Dody pembelajaran. Dalam metode pembelajaran,
Rahayu Prasetyo sebagai respon terhadap media pembelajaran membuat peserta didik
proses pembelajaran yang kurang sesuai (siswa/mahasiswa) akan lebih mudah
dengan keadaan siswa yang tidak suka dengan memahami apa yang di terangkan oleh guru
metode pembelajaran yang monoton. Dari maupun dosen dalam proses pembelajaran
hasil pengamatannya di MTs Nu Ibtidaul baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Ada
Falah, ada peningkatan hasil belajar dengan berbagai macam jenis media, seperti media
menggunakan metode Education Mini Club cetak yaitu; buku, modul, lks dan juga media
(EMC). Data tersebut diperoleh dari hasil elektronik yaitu; video, audio, presentasi
nilai pree test (sebelum di terapkan nya multimedia dan juga bisa menggunakan
medode Educatin Mini Club (EMC) di konten daring atau online. Di setiap akhir
bandingkan dengan nilai setelah di terapkanya proses pembelajaran, setiap pendidik
metode EMC ini hasil nilai yang diperoleh melakukan evaluasi pembelajaran untuk
lebih bagus setelah di terapkannya metode mengukur sejauh mana kemampuan siswa
EMC. Sebelum di terapkannya ada beberapa dalam memahami apa yang sudah diterangkan

Jurnal Ilmiah Mandala Education 132


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 6. No. 1. April 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)

dengan berbagai macam cara, bisa dengan dijadikan sistem pendidikan yang baru di
memberi kuis, presentasi secara berkelompok, Indonesia. Langkah pemerintah untuk
test tertulis dan juga menggunakan media meneruskan kebijakan pendidikan merdeka
kahoot yaitu dengan cara memasukkan soal belajar akan merombak kurikulum pendidikan
pilihan ganda ke aplikasi kahoot yang dengan lebih menekankan pada konsep
memang menggunakan fasilitas internet agar STEAM (Science, Technology, Engineering,
handphone siswa bisa terkoneksi langsung the Arts, dan Mathematics), menyelaraskan
untuk menjawab kuis yang disajikan oleh kurikulum pendidikan nasional dengan
pendidik melalui media kahoot tersebut. Para kebutuhan industri di masa mendatang. Dan
siswa bisa melihat hasilnya secara langsung metode pembelajaran harus dapat
dengan urutan peringkat. Ada dua tipe dalam merepresentasikan keberangaman yang ada di
menggunakan kahoot yaitu klasik dan mode. Indonesia. Agar capaian tujuan satuan
Pemanfaatan media kahoot untuk menghadapi pendidikan, yaitu menciptakan sumber daya
revolusi industri 4.0 dalam dunia pendidikan manusia yang berkualitas dan unggul. Jika
sesuai karena hampir semua pendidik maupun pendidikan meredeka belajar sudah benar-
siswa bisa menggunakan media kahoot dan benar program yang baik, maka disini
dalam realisasinya mereka juga menggunakan dibutuhkan ketegasan dan keberanian untuk
internet sebagai alat untuk mencari referensi mewujudkan dan menjalankan program
tambahan dalam proses belajar maupun program tersebut dengan baik. Jangan sampai
mengajar baik untuk mencari informasi program yang sudah tersusun dengan baik
materi, audio dan video pembelajaran serta namun dalam pelaksanaannya hanya sebatas
memanfaatkan aplikasi-aplikasi pendidikan formalitas belaka (Eko Rusdianto, 2019 : 4).
yang tersedia secara gratis di play store yang BLENDED LEARNING DAN
digunakan dalam proses pembelajaran untuk ORIENTASI PENDIDIKAN
meningkatkan proses pembelajaran yang Berdasarkan sembilan tren atau
mudah di fahami dan menarik serta kecenderungan terkait dengan pendidikan di
menyenangkan (Aprilia Riyana Putri dan era Revolusi Industri 4.0 yaitu antara lain.
Muhammad Alie Muzakki, 2019). Pertama, belajar pada waktu dan tempat yang
Riset yang dilakukan oleh Aprilia Riyana berbeda. Kedua, pembelajaran individual.
Putri dan Muhammad Alie Muzakki tidak Ketiga, siswa memiliki pilihan dalam
hanya menawarakan media pembelajaran. menentukan bagaimana mereka belajar.
Namun kahoot tepatnya menjadi instrumen Empat, pembelajaran berbasis proyek. Lima,
dalam metode pembelajaran. Jadi riset ini pengalaman lapangan. Enam, interpretasi
sesungguhnya menyimpulkan metode data. Tujuh, penilaian beragam. Delapan,
pembelajaran dalam era Revolusi Industri 4.0 keterlibatan siswa. Terakhir, mentoring.
yaitu menggunakan metode E-Learning. Blended Learning merupakan metode
Walaupun tidak menyebut, e-learning secara pembelajaran yang digunakan dalam sistem
langsung, namun aplikasi dan cara kahoot pendidikan merdeka belajar. Blended learning
digunakan sebagai pelaksanaan metode disimpulkan juga dari berbagai riset dan
pembelajaran e-learning (belajar online). perdebatan scholar dalam merespon sistem
Dari diskurus scholer, metode pembelajaran dan metode pembelajaran di era Revolusi
di era Revolusi Industri 4.0 dapat menentukan Industri 4.0. Secara khusus, riset yang
kesuksesan pembelajaran. Dan metode yang dilakukan oleh Muhammad Alfarizqi
digunakan beragam, dan dalam artikel ini Nizamuddin Ghiffar, Eliza Nurisma, Cucu
pemangku kependingan sedapat mungkin Kurniasih, dan Caraka Putra Bhakti (2018)
menentukan metode pembelajaran yang dapat akan disempurnakan dalam artikel ini.
mencapai tujuan dari sistem pendidikan Menerapkan konsep cara belajar yang aktif,
merdeka belajar. Oleh sebabnya, artikel ini inovatif, dan nyaman harus dapat
menjadi reverensi dalam menepurnakan mewujudkan perserta didik sesuai kebutuhan
sistem pendidikan merdeka belajar, yang akan zaman atau era industri 4.0. Demi tercapainya

Jurnal Ilmiah Mandala Education 133


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 6. No. 1. April 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)

tujuan pendidikan yaitu mewujudkan murid kombinasi pengajaran langsung (face-to-face)


atau peserta didik yang berfikir kritis dan dan pengajaran online, dan sebagai elemen
memecahkan masalah, kreatif dan berinovasi, dari interaksi sosial yaitu: (1) adanya interaksi
terampil berkomunikasi dan berkolaborasi, antara pengajar dan murid/peserta didik; (2)
dan berkarakter. Oleh sebab itu, dalam pengajaran pun bisa secara online ataupun
rencana pelaksanaan kegiatan belajar harus tatap muka langsung; (3) blended learning =
mampu melewati tantangan dan combining instructional modalities (or
memanfaatkan peluang pendidikan di era delivery media); (4) blended learning =
Revolusi Industri 4.0. Dan guru menjadi combining instructional methods
kunci keberhasilan sistem pendidikan, oleh (Sevima.com: 2018).
sebab itu harus dapat beradaptasi dengan Manfaat dari penggunaan e-learning dan
sistem pendidikan yang baru agar memiliki juga blended learning dalam dunia
kopetensi dan keterampilan. Penguatan pendidikan saat ini adalah e-
literasi baru pada guru sebagai kunci learning memberikan fleksibilitas dalam
perubahan, termasuk revitalisasi kurikulum memilih waktu dan tempat untuk mengakses
berbasis literasi dan penguatan peran guru pelajaran. Guru-guru dan peserta didik dalam
yang memiliki kompetensi digital. Maka pelaksanaan pengajaran nanti tidak perlu
metode Blended Learning sangat ideal mengadakan perjalanan menuju sekolah, e-
sebagai metode pembelajaran di sistem learning bisa dilakukan dari mana saja baik
pendidikan merdeka belajar. Karena antara yang memiliki akses ke Internet ataupun
penguasaan kopentesi literasi baru, sistem tidak. E-learning memberikan kesempatan
pengajaran harus tetap membangun karakter bagi guru-guru dan siswa/peserta didik secara
dengan mengkobinasikan metode-metode mandiri memegang kendali atas keberhasilan
pengajaran yang konvensional, seperti tatap tujuan pendidikan. Siswa/peserta didik bebas
muka atau yang ditawarakan oleh Ayik menentukan kapan akan mulai, kapan akan
Wulandari, Putri Handayani, dan Dody menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu
Rahayu Prasetyo (2019) yaitu metode modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu.
Education Mini Club (EMC) sebagai respon Seandainya, setelah diulang masih ada hal
terhadap proses pembelajaran monoton. yang belum ia pahami, pembelajar bisa
Blended Learning pada dasarnya merupakan menghubungi guru melalui email, chat atau
gabungan keunggulan pembelajaran yang ikut dialog interaktif pada waktu-waktu
dilakukan secara tatap-muka dan secara tertentu. Bisa juga membaca hasil pelajaran di
virtual (Sevima.com: 2018). Blended learning message board yang tersedia di LMS
adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang (Learning Management System) yang akan
menggabungkan berbagai cara penyampaian, dibuat dalam sistem e-learning.
model pengajaran, dan gaya pembelajaran, Jadi metode Blended Learning akan
memperkenalkan berbagai pilihan media mempercepat terjadinya perubahan sosial dan
dialog antara guru dengan peserta didik atau budaya dalam sistem pendidikan. Karena
murid. Blended learning juga sebagai sebuah metode pembelajaran ini akan memenuhi
kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) kebutuhan pada pengajaran di era Revolusi
dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu Industri 4.0. Dalam metode Blended Learning
sebagai elemen dari interaksi sosial. Blended akan trasformasi pendidikan, di mana ada
learning merupakan pembelajaran yang penerimaan cara-cara baru atau suatu
didukung oleh kombinasi efektif dari cara perbaikan dalam cara suatu masyarakat
penyampaian, cara mengajar dan gaya memenuhi kebutuhan – kebutuhan di dunia
pembelajaran yang berbeda serta ditemukan pendidikan. Seperti guru dapat berperan
pada komunikasi terbuka di antara seluruh membangun generasi berkompetensi,
bagian yang terlibat dalam pendidikan. berkarakter, memiliki kemampuan literasi
Sedangkan untuk keuntungan dari baru, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
penggunaan blended learning sebagai sebuah Dengan cara bebas berinovasi dengan para

Jurnal Ilmiah Mandala Education 134


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 6. No. 1. April 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)

siswa, dan dapat lebih nyaman dalam sikapi baru, sistem pendidikan merdeka belajar tetap
hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan melakukan pembangunan karakter pada
terhadap segala jenis pengetahuan yang peserta didik, seperti kejujuran, religius, kerja
didasari dengan penuh kegembiraan. keras/tekun, tanggung jawab, adil, disiplin,
Termasuk bebas dan merdeka dalam toleran, dan lain-lain.
menggunakan semua media pembelajaran. Tujuannya tentu ingin mencapai tujuan
Baik media cetak yaitu; buku, modul, LKS. pendidikan yaitu mewujudkan murid atau
Maupun media elektronik yaitu; video, audio, peserta didik yang berfikir kritis dan
presentasi multimedia dan juga bisa memecahkan masalah, kreatif dan berinovasi,
menggunakan konten daring atau online. terampil berkomunikasi dan berkolaborasi,
Media pembelajaran tersebut memenuhi dan berkarakter. Oleh sebab itu, dalam
kecenderungan pendidikan di era Revolusi rencana pelaksanaan kegiatan belajar harus
Industri 4.0 yang disebut oleh Peter Fisk. mampu melewati tantangan dan
Kemudian akselerasi terhadap penuntasan memanfaatkan peluang pendidikan di era
kopetensi utama dalam pembelajaran yaitu Revolusi Industri 4.0. Dan guru menjadi
literasi baru dapat dipenuhi segera. Dan dalam kunci keberhasilan sistem pendidikan
metode Blended Learning tetap dapat merdeka belajar, oleh sebab itu harus dapat
membangun pendidikan karakter. Artinya beradaptasi dengan sistem pendidikan yang
selain, mewujudkan siswa atau peserta didik baru agar memiliki kopetensi dan
yang mampu berfikir kritis atau memecahkan keterampilan. Penguatan literasi baru pada
masalah, kreatif dan inovatif, dapat guru sebagai kunci perubahan, termasuk
berkomunikasi dan berkolaborasi, dan revitalisasi kurikulum berbasis literasi dan
berkarakter. Namun juga dapat mewujudkan penguatan peran guru yang memiliki
siswa dan peserta didik yang jujur, relegius, kompetensi digital. Maka metode Blended
kerja keras/tekun, tanggung jawab, adil, Learning sangat ideal sebagai metode
disiplin, toleran, dan lain-lain. Singkatnya pembelajaran di sistem pendidikan merdeka
dalam metode ini, dapat mewujudkan tujuan belajar. Metode pembelajarannya yaitu
sistem pendidikan merdeka belajar yaitu menggabungkan keunggulan pembelajaran
mewujudkan sumber daya manusia yang yang dilakukan secara tatap-muka dan secara
berkualitas dan unggul. virtual.
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Pembangunan pendidikan merdeka belajar Ahmad, Fandi. (2015). Pemikiran KH. Ahmad
dalam telaah metode pembelajaran yaitu Dahlan tentang Pendidikan dan
sistem dan pengajarannya harus memenuhi Implementasinya di SMP
kecenderungan dalam pendidikan di era Muhammadiyah 6 Yogyakarta tahun
Revolusi Industri 4.0. Di era Revolusi Industri 2014/2015. Profetika, Vol. 16, No. 2.
4.0 kebutuhan utama yang ingin dicapai Ariyani, Nur Indah. (2014). Digitalisasi
dalam sistem pendidikan atau lebih khusus Pasar Tradisional Persepektif Teori
dalam metode pembelajaran yaitu siswa atau Perubahan Sosial. Jurnal Analisa
peserta didik yaitu penguasaan terhadap Sosiologi.
literasi baru. Literasi baru tersebut yaitu. ER, Nur Djazifah. (2012). Modul Pelajaran
Pertama, literasi data. Kedua, literasi Sosiologi: Proses Perubahan Sosial
teknologi. Terakhir, literasi manusia. Dan Masyarakat. Lembaga Penelitian dan
sistem dan atau metode pembelajaran pada Pengabdian Masyarakat Universitas
pendidikan merdeka belajar mempunyai target Negeri Yogyakarta.
yang sama. Jika perserta didik atau siswa Ghiffar, Muhammad Alfarizqi Nizamuddin.,
dapat mengusai literasi baru ini, maka akan Nurisma, Eliza., Kurniasih, Cucu.,
menjadi sumber daya manusia yang dan Bhakti, Caraka Putra. (2018).
berkualitas dan unggul dalam membangun Model Pembelajaran Berbasis
masa depan Indonesia. Namun selain literasi Blended Learning Dalam

Jurnal Ilmiah Mandala Education 135


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 6. No. 1. April 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862
terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)

Meningkatkan Crtical Thinking Skills


untuk Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0. Prosiding Seminar
Nasional STKIP Andi Matappa
Pangkep 1 (1).
Ibda, Hamidulloh dan E Rahmadi. (2018).
Penguatan Literasi Baru Pada Guru
Madrasah Ibtidaiyah Dalam
Menjawab Tantangan Era Revolusi
Industri 4.0. JRTIE: Journal of
Research and Thought of Islamic
Education 1 (1), 1-21.
Lase, Delipiter. 2019. Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0. Jurnal
Sudermann.
Putri, Aprilia Riyana dan Muzakki,
Muhammad Alie. (2019).
Implemetasi Kahoot Sebagai Media
Pembelajaran Berbasis Digital
Game Based Learning Dalam
Mengahadapi Era Revolusi Industri
4.0. Kudus : Prosiding Seminar
Nasional, pgsd.umk.ac.id.
Risdianto, Eko. (2019). Kepemimpinan dalam
Dunia Pendidikan di Indonesia di
Era Revolusi Industri 4.0. This
Publication at:
https://www.researchgate.net/publica
tion/332423142.
Sevima.com: (2018). Pengertian dan Manfaat
Pembelajaran Blended Learning.
Diakses Pada 1 April 2020.
(https://sevima.com/pengertian-dan-
manfaat-model-pembelajaran-
blended-learning/).
Sukardi. (2010). Metodologi Penelitian
Pendidikan: Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: Bumi Askara.
Wulandari, Ayik., Handayani, Putri.,
Prasetyo, Dody Rahayu. (2019).
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam Berbasis EMC (Education Mini
Club) sebagai Solusi Menghadapi
Tantangan Pendidikan dI Era
Revolusi Industri 4.0. Thabiea 2 (1).

Jurnal Ilmiah Mandala Education 136

Anda mungkin juga menyukai