Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM DAN

KEPULAUAN

Ekonomi Maritim Kepulauan Riau

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

Wahyu Nugraha (221100029)


Aliah Latifah (221100030)
Nurul Pinky Rahmawati (221100028)
Shendy Aulia Rukmana (221100035)
Rini Maswita Zebua (221100048)
Nadia Rahma Putri (221100033)

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN


Jl. Pahlawan No.99, Bukit Tempayang, Kec. Batu Aji, Kota Batam, Kepulauan Riau, 29425.
TAHUN AJARAN 2022/2023

13
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat yang maha kuasa atas ridho dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu dan lancar
tanpa ada hambatan. Adapun tema dari makalah ini mengenai “EKONOMI MARITIM
KEPULAUAN RIAU”. kami selaku penulis makalah ini berterimakasih kepada dosen
pengempu atas tugas yang diberikan.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
ketidak-sempurnaan tersebut disebabkan oleh kemampuan, pengetahuan serta
pengalaman kami yang masih terbatas. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan bagi kemajuan dimasa yang akan datang.

Batam, 1 Desember 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
ISI......................................................................................................................................6
A. Landasan Filosofis..................................................................................................6
B. Sosial Budaya.........................................................................................................7
C. Ekonomi Dan Lingkungan.....................................................................................8
D. Maritim Kepulauan Riau........................................................................................8
E. Peluang Investasi Sektor Perikanan......................................................................11
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................................13
C. Daftar Pustaka…………………………………………………………………...14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan Negara Kepulauan terluas di dunia yang terdiri atas lebih
dari 17.504 pulau dengan 13.466 pulau telah diberi nama. Sebanyak 92 pulau terluar
sebagai garis pangkal wilayah perairan Indonesia ke arah laut lepas telah didaftarkan ke
Perserikatan Bangsa Bangsa. Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km dan
terletak pada posisi sangat strategis antara Benua Asia dan Australia serta Samudera
Hindia dan Pasifik. Luas daratan mencapai sekitar 2.012.402 km2 dan laut sekitar 5,8
juta km2 (75,7%), yang terdiri 2.012.392 km2 Perairan Pedalaman, 0,3 juta km2 Laut
Teritorial, dan 2,7 juta km2 Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Sebagai Negara Kepulauan
yang memiliki laut yang luas dan garis pantai yang panjang, sektor maritim dan
kelautan menjadi sangat strategis bagi Indonesia ditinjau dari aspek ekonomi dan
lingkungan, sosial-budaya, hukum dan keamanan. Meskipun demikian, selama ini
sektor tersebut masih kurang mendapat perhatian serius bila dibandingkan dengan
sektor daratan.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang dibentuk


melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002. Provinsi Kepulauan Riau berbatasan
langsung dengan beberapa negara tetangga. Batas-batas wilayah Provinsi Kepulauan
Riau adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Laut Cina Selatan


 Sebelah Selatan : Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat
 Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi
 Sebelah Timur : Negara Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau

Sebagai provinsi yang memiliki laut sangat luas tentunya Kepulauan Riau sangat
dekat dengan ekonomi maritim. Perikanan tangkap merupakan salah satu sumber
pendapatan ekonomi masyarakat dan daerah. Saat ini jumlah ketersediaan ikan untuk
ditangkap semakin hari semakin berkurang dibandingkan dengan jumlah manusia yang
semakin bertambah. Kebutuhan yang semakin meningkat dapat terjadinya kelangkaan
ikan di laut oleh sebab itu pemerintah menggalakkan sistem perikanan budidaya.
Perikanan budidaya sangat menjanjikan ketersediaan ikan, dan pastinya menghasilkan
nilai ekonomis yang tinggi.

B. Rumusan Masalah
Ruang lingkup naskah akademik ini meliputi aspek sosial budaya, aspek
ekonomi dan lingkungan, serta aspek hukum dan keamanan. Aspek sosial budaya
mencakup sejarah kemaritiman, peranan faktor sosial budaya dalam pembangunan
kemaritiman. Aspek ekonomi dan lingkungan menyoroti potensi dan tantangan ekonomi
kemaritiman dan kelautan serta kondisi lingkungan. Aspek hukum mengkaji dan
menelaah berbagai peraturan terkait dengan kemaritiman dan kelautan, sedangkan aspek
keamanan mengkaji berbagai masalah yang dapat mempengaruhi keamanan di sektor
maritim dan kelautan.

C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan rekomendasi terhadap
penyelesaian masalah-masalah di sektor maritim dan kelautan yang diharapkan dapat
menjadi acuan bagi pembuat kebijakan.

5
BAB II
ISI

A. Landasan Filosofis
Sebagai sebuah Negara Kepulauan, laut memiliki peran penting bagi kehidupan
bangsa dan negara. Sejak zaman dulu nenek moyang Bangsa Indonesia mengarungi laut
berlayar dan berdagang dari satu tempat ke tempat lain menjelajah Nusantara. Pada
masa itu berkembang budaya maritim. Pada abad ke-7 Sriwijaya menguasai pelayaran
dan perdagangan tidak saja di Nusantara, tetapi juga sampai ke mancanegara. Setelah
berjaya beberapa abad menguasai jalur perdagangan, kejayaan itu menyusut sesuai
dengan perkembangan zaman. Sriwijaya runtuh sebagai kerajaan maritim, lalu
digantikan oleh Majapahit pada abad ke-14. Kerajaan ini menguasai perdagangan dan
mempersatukan Nusantara. Sewaktu Sriwijaya dan Majapahit di masa puncak
kebesarannya, budaya maritim mengakar kuat di Nusantara. Akan tetapi, setelah masa
kejayaaannya runtuh dan kemudian digantikan oleh BugisMakasar, Aceh, Palembang,
Jambi, dan Banten, budaya maritim tetap berkembang, meskipun perlahan-lahan
menurun bersamaan dengan masuknya kekuasan asing.

Pelayaran dan perdagangan laut merupakan keunikan masyarakat kuno yang ada
di wilayah yang dikenal sebagai Indonesia pada saat ini, karena hampir sebagian besar
masyarakat yang tinggal di wilayah dengan garis pantai memiliki tradisi pelayaran dan
perdagangan laut yang menyertainya sebagai salah satu kegiatan ekonomi. Pelayaran
dan perdagangan menggerakkan dan menghidupkan laut. Hidup bersama laut
menjadikan nenek moyang memiliki karakter yang egaliter dan terbuka. Laut menjadi
tempat hidup dan sumber orientasi kebudayaan. Di masa lalu laut juga menjadi tempat
pertahanan dengan kekuatan armada yang tangguh.
B. Sosial Budaya
Di masa lalu Nusantara pernah mengalami kejayaan maritim. Kejayaan maritim
dapat dilacak dari kehadiran kerajaankerajaan di pesisir pantai yang telah membangun
budaya maritim. Disebut memiliki budaya maritim karena kerajaankerajaan itu
menghidupi aktivitas ekonominya dari perdagangan yang kegiatannya dipusatkan di
laut. Kerajaankerajaan maritim yang menyebar dipisahkan laut. Laut tidak membuat
mereka saling menjauh, tetapi saling berinteraksi. Interaksi antara satu kerajaan dengan
yang lain terbangun lewat transaksi perdagangan.

Dalam budaya maritim, perdagangan dan pelayaran menjadi denyut nadi


kerajaan. Perdagangan ini yang menjulangkan kemashuran kerajaan-kerajaan Nusantara
di masanya. Sriwijaya adalah kerajaan maritim dengan aktivitas perdagangannya pada
abad ke-7. Pada masanya para saudagar dari Cina melakukan transaksi perdagangan
dengan Sriwijaya. Saudagar dari Cina banyak yang menetap di wilayah kerajaan ini,
bahkan Sriwijaya mengundang ratusan pendeta Budha belajar agama di Palembang.
Kedatangan pendeta Budha melambungkan ketenaran Sriwijaya sebagai kota dagang
terbesar di Nusantara. Sebagai kota dagang infrastruktur perdagangan seperti bongkar
muat relatif berkembang dan memudahkan kapal-kapal besar memasuki wilayah
Sriwijaya. Dengan demikian kapal lebih mudah merapat dan bersandar di Sriwijaya.
Trajektori kerajaan maritim di atas memerlihatkan kejayaan maritim di masa lalu
tersebar di Nusantara. Berkembangnya kerajaan maritim menumbuhkan budaya
maritim. Menguatnya budaya maritim sama sebangun dengan memafaatkan laut sebagai
sumber peradaban dan kemakmuran bangsa. Namun, budaya maritim yang mengakar ini
tidak dapat ditegakkan karena didera masalah internal dan eksternal. Masalah internal
terkait dengan perseteruan kerajaan pedalaman dan pesisir. Kerajaan pedalaman seperti
Mataram sewaktu meluaskan ekspansi kekuasaannya melumpuhkan kota dagang di
wilayah pesisir seperti Gresik, Tuban, dan Surabaya menjadi taklukannya. Penaklukan
ini menggeser orientasi kerajaan dari budaya maritim ke agraris. Setelah menjadi
bawahan kerajaan pedalaman, penguasa kota-kota pantai itu tidak lagi mengolah
perdagangan, tetapi bergeser mengolah tanah. Kultur maritim berganti dengan kultur

7
agraris yang mengutamakan tanaman padi. Akibatnya, kultur maritim tersubordinasi
dalam kultur agraris.

C. Ekonomi Dan Lingkungan


Sasaran pembangunan maritim dan kelautan sangat realistis mengingat posisi
Indonesia secara geografis sangat strategis dan memiliki keunggulan komparatif karena
sangat dekat dengan pasar dunia seperti Cina, Jepang, Amerika, dan Uni Eropa, serta
beberapa negara industri baru di Asia. Di sisi lain, Indonesia yang berada di daerah
tropis dengan ribuan pulau memiliki kekayaan dan potensi sumberdaya maritim dan
kelautan yang sangat besar. Kekayaan dan potensi tersebut dapat dijadikan sumber bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu hal mendasar yang menyebabkan
belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya maritim dan kelautan yaitu kurang
memadainya sarana dan prasarana pendukung. Menurut FAO Food Outlook (2008),
Indonesia menempati peringkat ke-4 produsen perikanan dunia setelah Cina, Peru, dan
Amerika Serikat. Namun demikian, nilai ekspor produksi perikanan Indonesia hanya
menempati peringkat ke-9 dunia, di bawah Vietnam dan Thailand. Hal ini
menggambarkan bahwa produk perikanan Indonesia masih belum cukup kompetitif di
tingkat dunia yang disebabkan, antara lain (1). produk yang diekspor adalah produk
perikanan dengan nilai ekonomi yang rendah; (2). produk yang diekspor masih dalam
bentuk bahan baku; (3) adanya proteksi harga; serta (4). kualitas produk ekspor yang
masih rendah.

D. Maritim Kepulauan Riau


Kepulauan Riau merupakan provinsi dengan potensi maritim yang besar karena
terdiri dari 2.408 pulau yang dikelilingi oleh Laut Tiongkok Selatan. Potensi maritim itu
antara lain berupa sumber daya kelautan dan perikanan, jasa transportasi pelayaran dan
perdagangan, energi berkelanjutan, dan pariwisata. Potensi ini juga berpengaruh positif
terhadap keragaman produk unggulan dan kebudayaan di Kepulauan Riau. lalu lintas
perdagangan dunia.Provinsi Kepri memiliki luas wilayah 251.810 km2. Dimana 96%
diantaranya merupakan lautan dan 4% berupa daratan yang di rangkai oleh 2.408 pulau
dengan garis pantai sepanjang 2.367,6 km.Pusat pusat kegiatan di Provinsi Kepulauan

8
Riau dapat dijangkau dari Singapura dengan jarak tempuh kurang lebih 1 – 2 jam
perjalanan menggunakan sarana transportasi laut. Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 5
(lima) kabupaten dan 2 (dua) kota, meliputi Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun,
Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kota
Tanjungpinang, dan Kota Batam.

Sumberdaya kelautan meliputi ekosistem terumbu karang, pantai dan pulau kecil
tersebar di beberapa lokasi di Provinsi Kepulauan Riau. Wilayah di Provinsi Kepulauan
Riau memiliki kondisi ekosistem terumbu karang yang potensial untuk dikembangkan
menjadi daerah wisata bahari, dengan prioritas kawasan yaitu: Kabupaten Natuna,
Kabupaten Lingga, Kota Batam, Kabupaten Bintan, dan Kabupaten Kepulauan
Anambas. Beberapa lokasi memiliki ekosistem terumbu karang yang indah, masih
dalam kondisi baik dan jenis-jenis ikan karang yang cukup banyak dengan bentuk dan
warna yang menarik. Lokasi tersebut diantaranya yaitu, Natuna Bagian Selatan (Selat
Lampa) tepatnya di Pulau Burung dan Pulau Setahi, Natuna Bagian Utara (Teluk Buton)
tepatnya di Pulau Panjang dan Pulau Pendek, Natuna Bagian Timur tepatnya Selat
Senua dan Pulau Senua, serta Natuna Bagian Timur Laut tepatnya di Pulau
Sahi.Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi pantai yang tinggi untuk dikembangkan
menjadi kawasan wisata dengan kategori rekreasi pantai. Hal ini didukung dengan
banyaknya pulau kecil yang dimiliki oleh Kepulauan Riau. Beberapa pantai yang
potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata dengan kategori rekreasi pantai,
tersebar di Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas. Kabupaten Karimun,
Kabupaten Lingga, Kota Batam, Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang.

Lebih dari 95% wilayah Propinsi Kepulauan Riau (Kepri) adalah perairan laut,
mengidentifikasikan bahwa potensi sumber daya perikanan laut sangat besar. Secara
garis besar, jenis sumber daya ikan yang terdapat di perairan laut Kepri adalah:
kelompok sumber daya ikan pelagis (tongkol, tenggiri, kembung, layang, teri dan
sebagainya), kelompok sumber daya ikan demersal [kakap merah, kurisi, beloso, bawal,
dsb), kelompok sumber daya ikan karang (kerapu, baronang, napoleon, dsb), kelompok

9
sumber daya moluska (cumi-cumi, sotong, dsb), dan kelompok sumber daya krustase
[kepiting, rajungan], dan kelompok sumber daya udang.

Potensi sumber daya ikan laut di Laut Cina Selatan (WPP 711) diperkirakan
sebesar 1.057.050 ton/tahun dan diperkirakan wilayah perairan laut Kepulauan Riau
memiliki potensi sumber daya ikan sebesar 860.650,11 ton/tahun meliputi ikan pelagis
besar sejumlah 53,802.34 ton/tahun, ikan pelagis kecil sejumlah 506.025.30 ton/tahun,
ikan demersal sejumlah 272.594,16 ton/tahun, ikan karang sejumlah 17.562.29
ton/tahun, lainnya (cumi, udang, lobster) sejumlah 10.666,02 ton/tahun. Sementara,
dengan pendekatan hasil survei kapal riset MV. SEAFDEC tahun 2006 diperkirakan
total potensi sumber daya ikan di perairan laut Kepri sebesar 689.345.17 ton/tahun
terdiri dari ikan pelagis besar sejumlah 16.48329 ton/tahun, ikan pelagis kecil sejumlah
14630934 ton/tahun, ikan demersal sejumlah 491.653,06 ton/tahun, Krustase (Udang,
Kepiting, Rajungan, Lobster, Mantis) sejumlah 4402,70 ton/tahun, Moluska (Cumi,
Sotong, Gurita) sejumlah 30.496,77 ton/tahun.Potensi perikanan tangkap di Provinsi
Kepulaun Riau terbesar berada di perairan Natuna dengan tingkat pemanfaatan baru
mencapai 4-6% dari total potensi Kabupaten Natuna sebesar 504.212,85 ton/tahun
[58,59% dari total potensi Provinsi Kepulauan Riau) , diikuti Kabupaten Bintan,
Kabupaten Kepulauan Anambas, dan Kabupaten Lingga.

Provinsi Kepri yang memiliki laut seluas 24.121.530,0 ha (95,79%] dan daratan
seluas 1.059.511,0 ha (4,21%) menyimpan potensi pengembangan perikanan budidaya
(akuakultur) yang sangat besar, terutama budidaya laut [marikultur). Diperkirakan
terdapat kurang lebih 455.7799 ha areal laut yang berpotensi untuk pengembangan
marikultur, yang terdiri dari 54.672,1 ha untuk marikultur pesisir (coastal marine
culture) dan 401.1079 ha untuk marikultur lepas pantai [offshore marine culture) yang
tersebar hampir di setiap kabupaten/kota, Potensi pengembangan marikultur yang tinggi
adalah Kabupaten Lingga, yakni mencapai 19.054 ha untuk coastal marine culture dan
sekitar 226.538 ha untuk offshore marine culture.

10
E. Peluang Investasi Sektor Perikanan
Potensi kelautan dan perikanan di Provinsi Kepulauan Riau sangat besar karena
sekitar 96% wilayah Kepulauan Riau adalah lautan. Potensi perikanan yang dimiliki
Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari perikanan tangkap, perikanan budidaya,
pengolahan produk perikanan, industri bioteknologi kelautan, industri sumberdaya laut-
dalam dan pemanfaatan muatan barang kapal tenggelam, wisata bahari dan potensi
mangrove dan terumbu karang. Komoditas hasil kelautan dan perikanan yang
dikembangkan merupakan komoditas unggulan yang terdiri dari rumput laut (seaweed),
ikan dan biota laut ekonomis tinggi serta komoditi hasil budidaya perikanan. Potensi
perikanan berupa ikan kecil (pelagis) dengan potensi sekitar 513.000 ton namun
pemanfaatannya baru sekitar 65%. Ikan demersal potensi 656.000 ton baru
dimanfaatkan 75%. Lobster dan cumi-cumi dengan potensi masing-masing 400 ton dan
2.700 ton. Ikan karang dan ikan hias dengan potensi 27.600 ton dan 293.600 ton,
dimana yang baru dimanfaatkan pada tahun 2008 tercatat 225.439 ton atau sebesar
97,23%. Peluang pasar sektorperikanan antara lain :

a. Meningkatnya kebutuhan masyarakat lokal maupun ekspor luar negeri


khususnya Singapore, Vietnam, Malaysia, Hongkong, dan China
b. Produk ekspor berupa ikan segar maupun ikan yang bisa diolah dalam kalengan
sehingga lebih tahan lama dan bisa mencakup pengiriman produk hasil olahan
ikan yang lebih banyak
c. Pemenuhan restoran, hotel, rumah makan dan tempat kuliner baik local maupun
eskpor Singapore, Vietnam, Malaysia, Hongkong, dan China

Berkaitan dengan potensi alam serta potensi pasar pengembangan sektor


perikanan, maka peluang investasi di sektor perikanan yang dapat di kembangkan antara
lain Jenis ikan pelagis memiliki potensi produksi sebesar 559.928 ton/tahun namun
hanya sebesar 84.060 ton /tahun [15,02%) saja yang baru dimanfaatkan oleh
masyarakat. Selebihnya yaitu sebesar 475.574 ton /tahun merupakan peluang besar yang
bernilai Rp. 3,9 triliun/tahun. Peluang besar ini memerlukan penyediaankapal purse
seine 60 GT sebanyak 416 unit dari perikanan industri dan armada drift gillnet [jaring

11
insang hanyut) 5 GT sebanyak 2.854 unit dari perikanan masyarakat.Produksi ikan
demersal hanya sebesar 27,67% atau sebesar 75.435 ton/tahun dari keseluruhan potensi
produksi sebesar 272.594 ton/tahun. Dengan demikian masih terdapat 197.159
ton/tahun yang dapat diproduksi per tahunnya atau senilai Rp 1,38 triliun/tahun.
Peluang ini memerlukan penyediaan alat tangkap berupa rawai dasar 5 GT dan lampara
dasar 60 Gtsejumlah 1.183 unit rawai dasar 5 GT dan 172 unit lampara dasar 60 GT.
Selain ikan tangkap juga terdapat potensi perikanan budi daya dengan potensi unggulan
sebagai berikut:

a. Budi daya air laut : rumput laut, ikan dan biota laut bernilai ekonomis tinggi
serta komoditi hasil budidaya perikanan
b. Budi daya air payau : usaha budidaya udang (vannamei dan windu) dan ikan
(bandeng, kakap putih dan kerapu lumpur). usaha budidaya rumput laut
Gracilaria
c. Budi daya air tawar : budidaya ikan lele (lele dumbo, lele sangkuriang), nila,
gurami, mujair dan ikan air tawar lainnya

Potensi pasar yang tersedia antar lain banyak jenis ikan konsumsi dari budidaya
laut yang mempunyai nilai jual tinggi. Diantaranya, ikan Kerapu, Bawal bintang dan
Kakap putih yang merupakan komoditi ekspor dan banyak diminati pasar luar negeri
(Vietnam, Thailand, Iepang dan Korea). Investasi yang dapat di kembangkan :

a. budidaya karamba (jaring apung dan tancap),


b. kolam, tambak, bak.
c. Usaha Pengolahan Hasil Perikanan yang Dilakukan Secara Terpadu dengan
Penangkapan ikan di Perairan Umum
d. Pengolahan rumput laut
e. Usaha pemasaran, distribusi hasil perikanan
f. Pengolahan kitin kitosan

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas wilayah yang
memiliki banyak perairan. Seluruh daerah di indonesia memanfaatkan perairan
tersebut untuk menjadi mata pencaharian setempat. Dengan meningkatkan
potensi maritim dari setiap daerah, dapat membuat daerah tersebut memiliki
potensi untuk dikembangkan. Maritim memiliki sejarah di indonesia dan
mempengaruhi beberapa faktor lain, seperti sosial budaya, hukum, ekonomi, dan
lain sebagainya. Pemerintah juga memanfaatkan wilayah perairan indonesia
sebagai jalur perdagangan yang ideal untuk dilakukan.

Potensi ekonomi maritim di kepulauan riau juga baik. Sumber daya


kelautan, perikanan, perikanan tangkap, budidaya laut, budidaya air payau dan
tawar, hingga peluang untuk berinvestari dalam sektor perikanan dimanfaatkan
dengan baik. Dengan tingginya potensi maritim di kepulauan riau, hal ini dapat
meningkatkan pendapatan para nelayan yang memiliki penghasilan dari hasil
laut. Tak hanya itu, pelesetarian dan budidaya laut juga dilakukan demi
meningkatkan kualitas maritim kepulauan riau dari segi ekonomi, sosial, budaya,
dan lain sebagainya.

B. Saran
Saran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ekonomi maritim
adalah :
1. Membangun kembali budaya maritim Indonesia
2. Menjaga dan mengelola sumber daya laut
3. Pembangunan infrastruktur maritim
4. Diplomasi maritim
5. Menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim
DAFTAR PUSTAKA

http://fri2016.uny.ac.id/sites/fri2016.uny.ac.id/files/2.%20NASKAH
%20AKADEMIS.pdf

http://repositori.umrah.ac.id/3448/3/TANTIA_FARIESTA_160563201074_Ilmu
%20Administrasi%20Negara%20-%20BAB%201.pdf

http://repository.unissula.ac.id/16308/5/bab%20I.pdf

https://kids.grid.id/read/473212847/materi-ips-kelas-8-smp-bagaimana-upaya-
meningkatkan-ekonomi-maritim?page=all

https://barenlitbangkepri.com/potensi-kepri/

14

Anda mungkin juga menyukai