Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MENGAPA SAYA MEMILIH FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

Disusun Oleh :

Carolus Ronald Vincent Bulan

NRP :5019221088

FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN


PTK KELAS B
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas individu dalam mata
kuliah Pengantar Teknologi Kelautan, dengan Judul : Upaya Kami Menjadi Insinyur Kreatif.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mohon maaf bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 22 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB 2 PEMBAHASAN 2
2.1 Kondisi Geografis dan Geopolitis Indonesia 2
2.2 Sejarah Indonesia dahulu 2
2.3 Potensi Maritim Indonesia 5
2.4 Ancaman terhadap laut Indonesia 7
2.5 pengaruh maritim Indonesia dalam kemakmuran masyarakat 10
2.6 Tantangan bagi kedepannya 12
2.7 Krisis Insinyur 14
2.8 Pengembangan ITS Di Bidang Maritim 15
BAB 3 PENUTUP 17
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Selama Ini Indonesia merupakan negara yang mempunyai posisi yang sangat bagus dan strategis
dalam dunia kemaritiman, hal ini ditujunkan oleh kerajaan-kerajaan yang jaya pada jaman dahulu
yang mendominasi seluruh nusantara dan terkenal akan kekayaannya dan kentalnya karakter
kemaritiman yang tertanam pada masyarakat.
Sekarang pembangunan kemaritiman mulai digencarkan lagi oleh pemerintah dikarenakan
potensinya yang sangat tinggi, Transportasi laut merupakan sarana transportasi yang sangat
efisien untuk jumlah kargo dan penumpang dibandingkan dengan moda transportasi lain.
Ditambah lagi dengan Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang dua pertiganya adalah
Lautan.
Namun dikarenakan berbagai masalah, kemajuan bidang maritim Indonesia masih terhambat
secara signifikan. Terutama dikarenakan keterbatasan SDM yang ahli di bidang kemaritiman,
Indonesia saat ini masih krisis insinyur untuk pembangunan bidang maritim.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja potensi maritim di Indonesia?
2. Apa saja masalah maritim di Indonesia?
3. Bagaimana dampak maritim Indonesia terhadap perekonomian dan pariwisata?
4. Apa saja tantangan dalam mengembangkan kemaritiman di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui potensi maritim di Indonesia
2. Mengetahui masalah maritim di Indonesia saat ini
3. Mengetahui dampak maritim Indonesia terhadap perekonomian dan pariwisata
4. Mengetahui tantangan dalam mengembangkan kemaritiman di Indonesia

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Geografis dan Geopolitis Indonesia


Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia yang ditinggale oleh sebanyak 275,77 juta jiwa
berdasarkan Badan Pusat Statistik (2022) dengan pulau-pulau yang berjajar dari Sabang sampai ke
Merauke yang terdiri dari lima pulau utama : Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Terletak di benua Asia, tepatnya di Asia Tenggara, diapit Samudera Hindia dan Samudera Pasifik,
Indonesia terdiri atas kurang lebih 17.504 pulau dan luas lautan perairan laut yang jauh lebih besar
dari luas daratan Indonesia. Menurut Rujukan Nasional Data Kewilayahan Republik Indonesia yang
disusun oleh Badan Informasi Geospasial dan Pusat Hidrologi dan Oseanografi TNI AL (2018), luas
total perairan lndonesia adalah sebesar 6,4 juta km². Sementara luas daratan Indonesia, berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 adalah sebesar 1.916.906,77 km². Dengan
perkataan lain, dua per tiga wilayah Indonesia merupakan lautan, sehingga Indonesia memiliki potensi
sumber daya laut yang tinggi. Hal ini dibuktikan oleh total produksi perikanan tangkap laut pada 2020
mencapai 6,43 ton berdasarkan Organisasi Pangan Dunia (FAO)

Dikarenakan keuntungan posisi Geografis tersebut, Indonesai memiliki potensi tinggi sebagai negara
dengan ekonomi kelautan yang dapat menjadi sumber kemakmuran bagi masyarakatnya. Hal ini
didorong juga oleh rencana pembangunan ekonomi nasional melalui gagasan Poros Maritim Dunia
oleh Jokowi pada 13 November 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Dia memaparkan lima pilar sebagai
upaya untuk mewujudkan poros maritim dunia, pertama membangun Kembali budaya maritim, kedua
menjaga dan mengelola sumber daya laut, ketiga pengembangan infrastruktir dan konetivitas
maritim , keempat mengembangkan diplomasi maritim dan kelima membangun kekuatan pertahanan
maritim. Dengan upaya ini untuk mengembangkan negara dan terciptanya keamanan maritim di
Indonesia. Contoh yang telah dilakukan adalah Tol laut yang telah memiliki dampak yang besar
dalam pemerataan pembangunan ekonomi di daerah Indonesia dan juga peningkatan Keamanan laut
dari pemberantasan illegal fishing maupun kapal asing.

2.2 Sejarah Indonesia dahulu


Berdasarkan artefak yang ditemukan di beberapa negara di Asia dan Afrika menunjukkan adanya
peninggalan dari masyarakat Nusantara yang diperkirakan sudah berumur ribuan tahun. Peninggalan
arkeologi ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia saat itu sudah memiliki ilmu dan teknologi
perkapalan serta navigasi yang baik sehingga dapat menyeberangi Samudera Hindia hingga ke
Semenanjung India bahkan sampai ke Timur Tengah dan Afrika. Hal ini menunjukkan masyarakat
Nusantara pada jaman dulu sudah mampu mengintegrasikan pengelolaan wilayah darat, pesisir, dan
laut sehingga aktivitas di ketiga wilayah dapat saling mendukung satu sama lainnya.

2
Beberapa kerajaan Nusantara dengan kultur peradaban maritim antara lain Kerajaan Kutai (abad ke-
4), Sriwijaya (tahun 600an-1000an), Majapahit (1293-1500), Ternate (1257-sekarang), Samudera
Pasai (1267-1521), dan Demak (1475-1548). Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit tercatat sebagai
kerajaan-kerajaan Nusantara yang pada zaman keemasannya menjadi adidaya karena karakter
kemaritiman yang tertanam pada masyarakat. Pada kuartal ketiga abad ke-12, seorang penulis Cina
mengatakan, “Dari semua kerajaan asing yang kaya raya sekaligus memiliki simpanan barang-barang
berharga dan banyak macamnya, tidak ada yang melebihi bangsa Ta-Shih (Arab). Posisi kedua
ditempati oleh She-p’o (Jawa/Majapahit), sementara San-fo-chi (Sriwijaya) di tempat ketiga.

Marco Polo, seorang pedagang dan penjelajah Italia juga menyatakan tentang Nusantara, “Jumlah
emas yang dikumpulkan di sana lebih banyak daripada yang dapat dihitung dan hampir tak dapat
dipercaya. Kemudian, dari tempat itulah para pedagang dari Zai-tun (Hangzhou, Cina) dan Manji
mengimpor logam mulia, yang menurut ukuran impor masa kini, jumlahnya sangat besar.”
(Nugroho,2010).

Sejak Kerajaan Kutai, masyarakat Indonesia sudah memanfaatkan laut untuk aktivitas perdagangan
dan pelayaran. Dengan teknologi yang ada saat itu, para penduduk melakukan kegiatan niaga antar
pulau, kerajaan, bahkan berlayar hingga pulau yang jauh seperti Sri Lanka dan Madagaskar. Kultur
bahari dan maritim ini kemudian terlihat juga dalam aktivitas kerajaan-kerajaan Nusantara lainnya.
Kerajaan Sriwijaya di zaman keemasannya memiliki pelabuhan internasional yang besar dan
menguasai perdagangan dan pelayaran di wilayah barat Indonesia hingga Semenanjung Malaya.

Berbeda dengan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Sunda di wilayah Jawa Barat dan Banten saat itu tidak
memiliki kultur bahari dan maritim yang kuat. Masyarakat di kerajaan ini umumnya 3 melakukan
aktivitas pertanian sebagai mata pencahariannya. Hal ini dikarenakan kuatnya armada maritim
Kerajaan Sriwijaya saat itu yang kemudian secara berangsur-angsur diambil-alih oleh kekuatan
maritim Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menjadi pusat kerajaan maritim Nusantara yang
berperan melindungi jalur perdagangan laut sebagai jalur utama perdagangan dan menghilangkan
ancaman jalur laut di sepanjang wilayah laut Nusantara hingga kawasan di sekitarnya.

Armada laut Majapahit sangat besar di masa itu. C.R. Boxer, profesor sejarah dari Inggris mencatat
total jumlah kapal yang dimiliki VOC pada tahun 1650, 1674, dan 1704 sebanyak 74 kapal, 124
kapal, dan 81 kapal. Kapal ini dibutuhkan untuk memonopoli komoditas internasional di Nusantara.
Kerajaan Ternate yang terdapat di wilayah Maluku Utara saat ini memiliki sumber daya rempah-
rempah yang dikenal mancanegara hingga ke Benua Eropa. Untuk mendukung aktivitas perdagangan
rempah-rempahnya, Kerajaan Ternate membangun pelabuhan dan galangan kapal di beberapa pulau
utamanya. Terdapat juga pelabuhan pendukung di beberapa pulau kecil yang bertujuan untuk
membawa hasil bumi dari pulau-pulau kecil ini ke pelabuhan utama. Aktivitas perdagangan dan

3
pelayaran Kerajaan Ternate serta kerajaan-kerajaan lain di Nusantara pada abad 11 hingga abad 14
terintegrasi dengan aktivitas maritim Kerajaan Majapahit.

Terjalin hubungan yang baik dan perjanjian di antara kerajaan-kerajaan ini dimana Kerajaan
Majapahit dipercaya untuk melindungi dan mengontrol jalur perdagangan dan pelayaran yang ada di
wilayah Nusantara. Besarnya armada Majapahit memudahkan untuk mengontrol pelabuhan-pelabuhan
yang mengganggu aktivitas bisnisnya. Majapahit membutuhkan armada agar mampu untuk membeli
dan menjual komoditas utama perdagangan dunia dalam partai besar, melarang negara lain membuat
armada besar, mengatur seluruh perdagangan laut dalam kontrol Majapahit, dan menjaga mitranya
agar tidak langsung berhubungan dengan produsen.

Kerajaan Samudera Pasai yang berada di ujung barat Nusantara memiliki peranan yang penting
sebagai bandar pelabuhan kapal-kapal yang hendak menuju Nusantara ataupun sebaliknya. Peranan
penting ini terutama terjadi karena menurunnya kekuatan maritim Kerajaan Sriwijaya yang juga
terdapat di wilayah Sumatera. Namun aktivitas maritim Kerajaan Samudera Pasai masih berada di
bayang-bayang Kerajaan Majapahit yang saat itu merupakan kerajaan maritim Nusantara terbesar.
Sejak merosotnya kekuatan Kerajaan Majapahit karena konflik internal dan eksternal, Kerajaan
Samudera Pasai membuat kebijakan maritim sendiri dan tidak lagi bergantung kepada Kerajaan
Majapahit. Kerajaan Samudera Pasai menguasai aktivitas perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka
hingga tahun 1521. 4 Kerajaan Majapahit tidak memonopoli sendiri penguasaan pelabuhan yang ada
di setiap daerah Nusantara.

Pelabuhan yang ada di setiap daerah Nusantara dikelola oleh kerajaan masingmasing dengan
menyediakan sarana dan prasarana pendukung untuk memperlancar perdagangan antar kerajaan dan
daerah. Setiap kerajaan saling bekerjasama dalam melakukan aktivitas perdagangan dan pelayaran.
Kerjasama ini juga dilakukan ketika terdapat ancaman dari luar Nusantara yang hendak menyerang
salah satu kerajaan di Nusantara. Kerjasama yang baik di antara kerajaan-kerajaan ini yang membuat
aktivitas perdagangan dan pelayaran masyarakat Nusantara saat itu bisa kuat dan disegani
mancanegara.

Namun saat pada masa penjajahan, Belanda memaksakan pola pikir agraris-feodal pada kaum
bangsawan pada kerajaan-kerajaan Nusantara sehingga mereka bisa diadu domba (politik devide at
impera) dengan mudah. Dikarenakan itu cara pandang hampir keseluruhan cara padangan agraris dan
feudal yang lama kelamaan menggeser cara pandang kepulauan yang demokratis tersebut. Bersama
dengan kepergian Belanda sejak kemerdekaan, infrastruktur maritim ini juga dibawa pergi, termasuk
sistem pemerintahan di laut yang dikuasai oleh Belanda. Akibatnya, Pemerintah Soekarno terpaksa
meminta bantuan Uni Sovyet (saat perang dingin) untuk menggantikan armada laut Belanda. Namun
demikian, hingga saat ini kita masih gagal membangun pemerintahan di laut yang efektif. Akibatnya,
perairan Indonesia merupakan salah satu perairan tak bertuan tempat berbagai kejahatan dilakukan :

4
illegal fishing, mining, waste disposal, human trafficking, oil smuggling, dan sebagainya. Juga
kecelakaan di lau, kemmampuan Search and Rescue kita terbatas sekali. Pulau-pulau terluar Indonesia
tidak mampu kita duduki secara efektif sehingga mudah jatuh ke pemerintahan asing/tetangga.

2.3 Potensi Maritim Indonesia

2.3.1 Sumber Daya Alam

Potensi sumberdaya laut, bukan hanya ikan atau rumput laut saja, namun termasuk ekosistem laut
yang beragam, energi, dan mineral. Aktivitas yang berkenaan dengan kelautan menjadi suatu hal yang
banyak dilakukan oleh penduduk Indonesia yang tersebar di 12.879 desa yang berbatasan langsung
dengan laut (Badan Pusat Statistik, 2020). Tak mengherankan apabila kondisi tersebut menjadikan
negara Indonesia sebagai negara yang bercorak maritim. Sumber daya ikan di laut Indonesia meliputi
37 persen dari spesies ikan di dunia, dimana beberapa jenis diantaranya mempunyai nilai ekonomis
tinggi, seperti tuna, udang, lobster, ikan karang, berbagai jenis ikan hias, kekerangan, dan rumput laut.
Tercatat produksi perikanan tahun 2015 mencapai 22,31 juta ton, meningkat mencapai 22,87 juta ton
pada 2019, yang terdiri dari produksi perikanan tangkap sebesar 7,33 juta ton dan produksi perikanan
budidaya sebesar 15,54 juta ton (termasuk rumput laut). Sementara itu, nilai ekspor hasil perikanan
tahun 2015 mencapai sekitar USD 3,94 miliar dan pada tahun 2019 meningkat mencapai USD 4,94
miliar (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2020). Potensi perikanan Indonesia merupakan modal
yang besar bagi pembangunan ekonomi. Selain itu, dapat dimanfaatkan untuk meningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mendukung ketahanan pangan nasional

Kementerian Kelautan dan Perikanan 2022

5
2.3.2 Pariwisata

Terdapat juga sektor lain dalam bahari yaitu Pariwisata merupakan komponen penting dari ekonomi
Indonesia dan juga sumber pendapatan devisa yang signifikan. Ia menduduki peringkat keempat
terbesar dari semua sektor ekspor barang dan jasa dan menyumbangkan lebih dari USD 26 juta untuk
PDB nasional (3,2 persen dari total PDB) (Indonesia Investments, 2014). Tujuan wisata pesisir dan
laut diperkirakan menarik sekitar 29 persen dari seluruh wisatawan asing dan domestik setiap
tahunnya. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 53 persen diklasifikasikan sebagai wisatawan ‘terumbu
karang’ (‘on-reef ’ tourists), yaitu mereka yang berpartisipasi langsung dalam kegiatan yang berkaitan
dengan terumbu karang seperti menyelam dan snorkeling. Sisanya didefinisikan sebagai wisatawan
‘dekat terumbu karang’ (‘reef-adjacent’ tourists), yaitu mereka yang menikmati manfaat tidak
langsung dari ekosistem laut yang sehat, seperti pantai berpasir, perairan terlindung, makanan, dan
pemandangan yang menarik.

Alasan mengapa banyaknya wisatawan terumbu karang dikarenakan di Indonesia memiliki Karang
yang berkualitas baik, keberagaman mahluk-mahluk laut yang menarik. Indonesai berada di peringkat
kelima dalam tujuan menyelam teratas oleh PADI dan dari sepuluh tempat penyelaman teratas di
dunia menurut CNN.

6
2..3 Transportasi, Perhubungan ekonomi Internasional

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya Indonesia terapit diantara dua benua yaitu Asia dan Australia,
dan juga berada diantara dua samudera, Pasifik dan Hindia. Bahkan sejak zaman dahulu Indonesia
berada di posisi yang strategis di tengah jalur lalu lintas perdagangan dan pelayaran yang
menghubungkan dua benua dan dua samudera, hal ini merupakan kesempatan Indonesia untuk
menjadi Negara Poros Maritim Dunia yang didikung bahwa sebanyak 90% dari jalur perdagangan
dunia diangkut melalui laut dan 40% dari perdangan tersebut melewati Indonesia.

2.4 Ancaman terhadap laut Indonesia


2.4.1 Hilangnya biota dan ekosistem laut
Indonesia memiliki masalah dengan eksploitasi sumber daya alam baik dari dalam negara maupun
dari luar negara dan dalam berbagai cara. Masih seringnya terdapat penggunaan penangkapan ikan
yang merusak ekosistem kelautan baik dari skala kecil yang menggunakan bahan peledak, pukat Tarik
pantai dan racun maupun dengan skala besar yang menggunakan pukat cincin, pukat hela dan jarring
insang. Penggunaan alat tersebut dapat menyebabkan gangguan baik dari penangkapan berlebihan
yang menyebabkan populasi spesies tertentu terbatas atau bisa juga metode penangkapan tersebut
merusak tempat tinggal ikan-ikan tersebut yang juga dapat menyebabkan populasi berkurang. Selain
penggunaan alat yang merusak ekosistem populasi sering juga terdapat tangkapan sampingan yang
seringkali terbunuh atau terluka karena alat yang digunakan dan baling-baling kapal. Contoh hewan
yang sering terjebak antara lain penyu, lumba-lumba, paus dan duyung yang terancam punah.

Seringkali juga hewan-hewan yang terjebak tersebut tidak dilepaskan dan justru diambil sebagai
makaan atau mengambil bagian tubuh yang berharga untuk dijual. Bagian-bagian tubuh tersebut dijual
melalui jaringan internasioal dan nasional untuk dijadikan bahan baku fashion, kosmetik, makanan,
tonik dan obat-obatan. Hewan seperti lumba-lumba, hiu paus, bahkan duyung juga sering ditangkap
dan diperjual belikan untuk mengsuplai kebun binatang, kolektor, dan peternak.

Pembangunan disekitar pesisir dan ekstrasi habitat masih sering terjadi diindonesia. Pembangunan
dapat berupa pemukiman, industri, pariwisata, dan budidaya perairan yang menyebabkan dampak
secara langsung yaitu kehilangannya habitat dikarenakan buangan material pembangunan yang
berpotensi bersifat meracuni ekosistem ataupun kehilangan suatu komponen ekosistem yang penting
seperti terumbu karang yang dipanen dan mangrove yang diambil untuk bahan bakar dan tidak
langsung yaitu polusi dan sedimentasi yang disebabkan oleh pengerukan, penambangan dan
penimbunan tanah yang juga dapat berpotensi untuk membunuh karang dan tumbuhan lain.

Yang terakhir, dan penting, perubahan iklim berdampak negatif terhadap habitat laut dalam berbagai
hal. Suhu permukaan laut meningkat karena pemanasan atmosfer, yang telah menyebabkan pemutihan
karang dan kematian terumbu karang. Pengasaman laut disebabkan oleh meningkatnya penyerapan
karbon dioksida di atmosfer ke dalam lautan dan menyebabkan melemahnya struktur kerangka pada

7
spesies seperti karang dan krustasea (ADB, 2014). Dengan naiknya permukaan laut karena pencairan
es di kutub dan perluasan air laut karena panas, ada peningkatan risiko air laut menggenangi daerah
pesisir, yang tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan habitat laut, namun juga berdampak besar bagi
permukiman dan infrastruktur. Beberapa penelitian menunjukkan hingga 2.000 pulau di Indonesia
mungkin akan hilang akibat permukaan laut yang naik dalam beberapa dekade mendatang (The
Jakarta Post, 2015). Perubahan dan ketidakpastian dalam pola cuaca yang disebabkan oleh perubahan
iklim dapat berdampak pada perilaku spesies laut yang bermigrasi dan pola pemijahan, yang
merupakan ancaman bagi panen perikanan. Ketidakpastian ini juga mengurangi kemampuan nelayan
untuk memprediksi cuaca, angin, dan arus, yang mengakibatkan meningkatnya ancaman terhadap
keselamatan nelayan saat melaut (Siregar dkk., 2012)

2.4.2 Regresi jiwa kelautan Masyarakat


tahukan kamu bahwa tiap tanggal 21 Agustus kita memeringati Hari Maritim, yaitu hari penandaan
awalnya penugasan laut Nusantara oleh Indonesia oleh jepang. Namun terkadang kita sendiri lupa
dengan hal itu, hal-hal kecil itulah kemunduran jiwa kelautan kita mengenai kelautan kita, apalagi hal
ini didorong oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas sudah lebih memilih kehidupan di kota,
Indonesia yang lebih mengutamakan agrarisnya yang justru mengesampingkan potensi emas yang
disekelilingnya. Alasan perpindahan fokus agraris ini terjadi pada saat masa penjajahan belanda yang
sampai sekarang masih terbawa.

2.4.3 Keamanan dan Politik dalam Laut


Wilayah maritim merupakan urat nadi utama interaksi kepentingan global, sehingga menjadikan
keamanan maritim isu yang bagi krusial bagi banyak negara di dunia, kondisi geografis yang berupa
kepulauan dan berbatasan langsung dengan sejumlah negara mengakibatkan banyaknya ancaman
yang harus dihadapi Indonesia. Pertama, ancaman sengketa perbatasan maritim. Sengketa teritorial
Laut Cina Selatan merupakan permasalahan perbatasan yang hingga kini masih belum selesai.
Sengketa teritorial tersebut melibatkan tidak hanya Indonesia tetapi juga negara-negara lain di Asia
Tenggara, yaitu Malaysia, Vietnam, Filipina dan Brunei Darussalam. Kondisi ini tentu
mengkhawatirkan bagi kawasan, posisi strategis maritim Indonesia sangat penting dan berpengaruh
dalam peta konflik perbatasan ASEAN. Kerentanan akan kedaulatan teritorial Indonesia tersebut
kemudian diperparah oleh perselisihan mengenai klaim atas pulau-pulau, oleh negara tetangga,
khususnya Malaysia. Kondisi demikian harus disiasati oleh pemerintah untuk menghindari
disintegrasi bangsa seperti lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan (Sambhi in Chen et al, 2014: 39).
Melindungi kedaulatan teritorial merupakan prioritas utama Indonesia.

8
Permasalahan keamanan maritim kedua adalah ancaman-ancaman yang bersifat non-tradisional,
diantaranya adalah pembajakan terorisme maritim dan separatisme. Kerusuhan sosial antarpengguna
laut, perompakan dan pembajakan, imigran dan pembalakan ilegal, serta penyelundupan juga menjadi
masalah. Meskipun pembajakan dan terorisme maritim belum menjadi ancaman utama saat ini tetapi
potensi tersebut harus bisa diantisipasi dengan baik sebelum menjadi ancaman nasional. Transportasi
laut yang masih menjadi jalur utama lalu lintas perdagangan global, juga memiliki potensi
penyeludupan barang. Pada saat yang bersamaan, aktivitas penyelundupan senjata api ilegal, narkoba,
bahan bakar minyak, hingga manusia juga mudah terjadi dan dapat menjadi ancaman serius bagi
keamanan (Muhammad, 2014).

Ancaman yang ketiga adalah penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing). Menurut data tahun
2014, dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, nilai potensi kekayaan sumber daya alam yang
terdapat pada sektor kelautan dan perikanan diproyeksikan mencapai US$ 171 miliar per tahun.
Secara lebih terperinci, nilai potensi tersebut meliputi sektor perikanan $32 miliar, wilayah pesisir $56
miliar, bioteknologi $40 miliar, wisata bahari $2 miliar, minyak bumi $21 miliar dan transportasi laut
sebesar $20 miliar. Besarnya potensi tersebut ditengah keterbatasan pengawasan aparat dan armada
kapal patroli menjadikan perairan Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi pihak-pihak asing
untuk melakukan penangkapan ikan secara illegal

Masalah-masalah di atas ini mengakibatkan perekonomian Indonesia menjadi sulit berkembang.


Selama ini, orientasi pembangunan nasional merupakan orientasi land based development sehingga
laut hanya sebagai tempat eksploitasi dan eksploitasi sumber daya alam, pembuangan limbah dan
kegiatan ilegal seperti penyeludupan

2.4.4 Pencemaran laut


Polusi telah menjadi ancaman yang makin besar bagi habitat dan biota laut dalam beberapa dekade
terakhir. Plastik khususnya adalah masalah besar untuk lingkungan pesisir dan laut. Indonesia adalah
penghasil limbah plastik terbesar kedua di dunia setelah China (Jambeck dkk., 2015). Di banyak
daerah, hanya sedikit atau tidak ada sama sekali sistem pengelolaan sampah kota, yang
mengakibatkan tingginya tingkat polutan plastik yang memasuki lingkungan laut. Polutan ini sering
tertelan oleh spesies laut (seperti penyu, paus, dan burung laut), yang menyebabkan penyakit dan
kematian. Selain itu, ketika plastik hancur secara fisik, mikroplastik yang dihasilkan memasuki rantai
makanan laut dan menciptakan tantangan yang terus-menerus bagi kesehatan biota laut dan manusia
sebagai konsumen biota laut. Hal lain yang memperburuk tantangan polusi, sebanyak 40 persen
limbah rumah tangga di Indonesia diperkirakan dibuang ke laut tanpa pengolahan terlebih dahulu,
yang kemudian menyebabkan pertumbuhan fitoplankton berlebihan di dalam air. Limbah rumah
tangga juga menghasilkan racun yang dapat mencemari makanan laut dan menyebabkan kematian
ikan (ADB, 2014). Pada skala yang lebih besar, perairan Indonesia rentan terhadap tumpahan minyak.

9
Diperkirakan 27 persen dari minyak mentah dunia (atau tujuh juta barel minyak mentah per hari)
diangkut melalui jalur pelayaran Indonesia. Antara 1975 dan 1997, tumpahan minyak dari 104
kecelakaan kapal tanker menyebabkan polusi lingkungan pesisir dan laut dalam cakupan wilayah
yang luas (Nontji, 2000).

2.5 pengaruh maritim Indonesia dalam kemakmuran masyarakat

Salah satu potensi terbesar yang dimiliki oleh Indonesia saat ini adalah laut. Indonesia yang
merupakan negara kepulauan dengan komposisi 70% lautan dan 30% daratan tentu memiliki ruang
laut yang sangat luas. Luasnya ruang laut Indonesia berdampak pada potensi perkembangan industri
pelayaran, galangan kapal serta industri-industri pendukung lainnya. Potensi dari ruang laut bisa
diterjemahkan sebagai sumber kekayaan maritim berupa jalur pelayaran yang dimiliki serta potensi
untuk mendorong tumbuhnya industri pendukung, diantaranya sebagai beritkut :

2.5.1 Industri Pelayaran
Dilihat dari aspek geostrategis dan seiring dengan pergeseran pusat ekonomi dunia dari poros Atlantik
ke Asia-Pasifik. Dimana kawasan Asia-Pasifik saat ini merupakan kawasan industri dan sangat dekat
dengan sumber daya alam untuk bahan baku industri, sehingga hampir 70 persen total perdagangan
dunia berlangsung diantara negara-negara Asia-Pasifik dan lebih dari 75 persen barang hasil industri
dan hasil sumber daya alam yang diperdagangkan ditrassportasikan melalui laut dan sebagian besar
melintas di laut Indonesia.  Berdasarkan statistik data Kementerian Perhubungan tahun 2016 lalu,
jumlah perusahaan angkutan laut mengalami peningkatan sejak tahun 2012 sampai 2016. Jumlah
pelayaran pada tahun 2012 sebanyak 3.155 perusahaan, terdiri dari 2.106 buah perusahaan nasional,
651 buah perusahaan non pelayaran dan selebihnya sebanyak 398 perusahaan pelayaran rakyat. Pada
tahun 2016 lalu, jumlah perusahaan pelayaran men ingkat menjadi 4.028 perusahaan, yang terdiri dari
2.896 pelayaran nasional, 665 perusahaan rakyat, dan 467 perusahaan angkutan khusus. Dalam Lasse
(2015), produktivitas perusahaan pelayaran dapat dilihat dari besarnya kapasitas muatan yang
diangkutnya. Tahun 2012, perusahaan angkutan laut nasional mengangkut muatan sebesar
410.696.721 ton dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 668.249.748 ton.Berdasarkan data Logistic
Performance Index (LPI), Indonesia pada tahun 2018 lalu menempati peringkat 46 dari 160 negara.
Sementara pada tahun 2016, Indonesia berada pada peringkat 63 dari 160 negara.

2.5.2 Industri Galangan Kapal


Semakin besarnya permintaan akan transportasi laut yang baik dan berkembang pesatnya aktivitas
pelayaran di kawasan laut Indonesia baik dalam maupun luar negeri, serta adanya permintaan akan
perawatan, perbaikan, dan pembuatan kapal dimana hal ini akan memicu timbulnya industri galangan
kapal di Nusantara. Badan Pusat Statistik (BPS) merekam ekspor kapal dan turunannya mencapai
US$590,1 juta pada semester I/2022. Jumlah ini naik hingga 1.209,76 persen alias 12 kali lipat

10
dibandingkan dengan realisasi ekspor sepanjang semester I/2021 senilai US$45,1 juta. Catatan ini
bahkan tertinggi sejak 2017.
Lompatan tinggi tersebut agaknya ditopang oleh beberapa negara tujuan utama. Beberapa di antaranya
Singapura, Senegal, Hongkong, Qatar, Uni Emirat Arab hingga Norwegia dan Amerika Serikat.  Dari
deretan negara itu, Singapura menjadi pemesan produk kapal RI terbesar setidaknya sepanjang Januari
- Mei 2022. Singapura merajai impor produk kapal Indonesia dengan total nilai US$59,4 juta, disusul
Senegal mencapai US$37,6 juta, Qatar US$23,4 juta, serta Uni Emirat Arab US$13,2 juta.

2.5.3 Peningkatan Aktivitas Pelabuhan


Perairan Indonesia yang merupakan jalur pelayaran internasional akan membawa dampak yang besar
bagi aktivitas pelabuhan di Nusantara. Keluar masuknya kapal dalam dan luar negeri serta proses
bongkar muat yang terjadi di pelabuhan akan menambah pendapatan Negara. Menjadi tantangan
tersendiri bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan standar pelabuhan-pelabuhan di nusantara
menjadi pelabuhan bertaraf Internasional agar sesuai dengan visi Indonesia menjadi tol laut dunia.

2.5.4 Industri Perikanan
Indonesia memiliki ruang laut yang luas menjadi lahan hidup 8500 jenis spesies ikan di dunia. Hal ini
menjadi potensi besar dibidang indsutri perikanan. Negara-negara dengan potensi kekayaan laut yang
lebih kecil daripada Indonesia dapat menyumbang kankontribusi yang lebih besar seperti Islandia,
Norwegia, Spanyol, Jepang, RRC, Korea Selatan, Selandia Baru, serta Thailand memberikan
kontribusi rata-rata lebih dari 30% melalui hasil laut. Badan Pusat Statistik mencatat, Produk
Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) di sektor perikanan sebesar Rp 65,53 triliun
pada kuartal III/2021. Nilai tersebut naik 4,55% dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya
(year on year/yoy) sebesar Rp 62,67 triliun. Laju pertumbuhan PDB sektor perikanan tercatat
mengalami fluktuasi saat pandemi Covid-19 berlangsung. Pada kuartal II/2020, PDB sektor perikanan
tercatat terkontraksi 0,63% (yoy). Pelemahan berlanjut sebesar 1,03% (yoy) pada kuartal III/2020. 
PDB sektor perikanan tumbuh 1,06% (yoy) pada kuartal IV/2020. Namun, angkanya kembali
terkontraksi 1.31% (yoy) pada kuartal I/2021. Kinerja sektor perikanan mulai meroket pada kuartal
II/2021 dengan pertumbuhan mencapai 9,69%. Pada kuartal III/2021, laju PDB sektor perikanan
masih positif, meski melambat sebesar 4,55%.

11
2.5.5 Membuka Lowongan Pekerjaan Bagi Pelaut Indonesia
Pelaut Indonesia telah dikenal oleh bangsa-bangsa asing di dunia akan ketangguhannyadalam
mengarungi lautan dan samudra. Lihat saja pelaut-pelaut Makassar yang mengarungi lautan dengan
kapal Phinisi hingga kebeberapa Negara di dunia, sertatak kalah tangguh pelaut-pelaut suku Bajo
yang menjelajah lautan tanpa alat bantu navigasi modern. Saat ini jasa pelaut-pelaut Indonesia banyak
di pakaioleh perusahaan Asing yang bergerak dalam bidang transportasi laut. Tidak sedikit dari
mereka yang memegang jabatan sebagai kapten kapal.

2.5.6 Industri Pariwisata


Dengan diadakannya event pariwisata seperti Sail Wakatobi, Sail Tomini, Sail Komodo, dan beberapa
event pariwisata lainnya terbukti mengundang banyak turis mancanegara dan turis lokal untuk
berpartisipasi dalam event tersebut. Pelabuhan-pelabuhan Nusantara sering disinggahi kapal-kapal
pesiar asing yang tengah melakukan perjalanan keliling dunia. Banyaknya pulau-pulau indah tak
berpenghuni ditengah lautan menjadi potensi dan tantangan tersendiri bagi Industri Pariwisata
Indonesia.

Bagaikan raksasa yang tengah tertidur, laut Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar bagi
peningkatan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Jika potensi ini tidak dikelola dengan
baik tentu akan membawa kerugian yang besar bagi negara. Tiap tahun jutaan ton ikan dicuri di
perairan Indonesia oleh nelayan asing.

2.6 Tantangan bagi kedepannya


Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memanfaatkan kekayaan laut Indonesia untuk
pembangunan dan kemakmuran nasional dengan prinsip keberlanjutan ekonomi (Sustainable Ocean
Economy). Keberlanjutan perekonomian laut (Sustainable Ocean Economy) disebut sebagai salah satu
solusi untuk mewujudkan keseimbangan antara perlindungan ekosistem laut, pembangunan ekonomi

12
kelautan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dari pemanfaatan laut. Terdapat lima bidang
dalam implementasi sustainable ocean economy. Di antaranya ocean wealth (kekayaan laut), ocean
health (kesehatan laut), ocean equity (keadilan dalam pendistribusian manfaat laut), ocean
knowledge (pengetahuan tentang laut), dan ocean finance (pembiayaan upaya penyehatan dan
pengelolaan sumber daya kelautan).

Dari sisi kesehatan laut (ocean health), terdapat panduan kondisi laut global yang disebut Ocean
Health Index (OHI). Indonesia sendiri mengadopsi panduan OHI tersebut melalui Indeks Kesehatan
Laut Indonesia (IKLI). Pada 2019, nilai skor IKLI lebih tinggi dibanding OHI. Sedangkan pada tahun
2018, berdasarkan OHI, skor Indonesia adalah 65, lebih rendah dibanding rata-rata global dengan skor
71. Sedangkan skor IKLI yang mengadopsi sebagian besar variabel OHI menghasilkan skor lebih
besar yakni 75. OHI dikembangkan sekitar 9 tahun lalu dan digunakan 200 negara yang dihitung tiap
tahun untuk menggambarkan tingkat kesehatan lingkungan laut. Angka skor adalah kumulatif dari 60
variabel di tingkat global dengan 10 tujuan.OHI disebut sudah digunakan berbagai lembaga global,
misal jadi bagian SDGs, World Economic Forum, dan lainnya. “Sejak 4 tahun lalu, CI
memperkenalkan OHI di Indonesia, sudah diadopsi Kemenko Marves (Kementerian Koordinator
Maritim dan Investasi) dan ditindaklanjuti dengan IKLI,” jelas Victor.

Skor OHI Indonesia 65, menurutnya cukup baik karena di atas 50 tapi lebih rendah dibanding global,
71. Dengan skor itu, Indonesia ada di ranking 137 dari 221 negara yang memiliki zona ekonomi
eksklusif (ZEE). Sebelumnya Indonesia pernah dapat skor 67. Skor tertinggi ada di variabel produk
alami, perlindungan pesisir, dan biodiversitas (skor 85-91). Walau secara perhitungan indeks
kesehatan laut tak buruk, sejumlah peneliti memberikan catatan soal masa depan laut dan pesisir.

Prof Jatna Supriatna, ahli biologi kelautan dari Universitas Indonesia mengatakan tantangan besar
adalah perubahan iklim. Dampaknya sangat besar, misalnya pemutihan karang, termasuk karena
sampah laut. Hal ini terjadi di kawasan biodiversitas tinggi Indonesia. Saat ini terjadi kenaikan suhu
global satu derajat dibandingkan tahun 1990. “Mencairnya es di kutub termasuk di Pegunungan
Jayawijaya, Papua,” sebutnya. Apabila terjadi kenaikan suhu global dua derajat, hutan hujan tropis
berkurang dan berdampak menipisnya cadangan makanan hewan. Naik tiga derajat, pohon tak lagi
menahan karbondioksida dan manusia menghadapi polutan.

Sementara itu di sesi diskusi bertajuk Ocean Wealth (kemakmuran dari laut) pada seminar yang sama,
sejumlah pihak membahas bagaimana kekayaan laut dihitung. Namun ada kesenjangan data karena
sebagian tak tersedia untuk menghitung kekayaan laut yang lebih inklusif.Etjih Tasriah dari Badan
Pusat Statistik (BPS) mengatakan sedang menggabungkan data sektoral ke dalam System of
Environmental Economic Accounting (SEEA) agar terintegrasi. SEEA diyakini menyatukan setiap

13
blok yang merepresentasikan ekonomi-lingkungan yang terintegrasi.Ada juga Sistem Terintegrasi
Neraca Lingkungan dan Ekonomi (Sisnerling) publikasi BPS tentang dampak pembangunan ekonomi
terhadap ketersediaan sumberdaya alam.

Laporan ini menyajikan data stok sumberdaya alam serta perubahannya dari waktu ke waktu mulai
kayu, lahan, mineral, dan energi.Saat ini baru mulai menghitung sumber daya kelautan yang
dilakukan bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (Lapan), Badan Informasi Geospasial (BIG), Ditjen Kekayaan Negara Kemenkeu,
dan lembaga riset.Pada 2017, BPS dengan Kemenko Marves menyediakan indikator kemaritiman
misal Produk Domestik Bruto (PDB) Maritim dengan cakupan perikanan, ESDM, dan bioteknologi.
Angka PDB Maritim 2017 sebesar Rp749,8 Triliun, lebih besar dari 2015 sebesar Rp708 Triliun.

Pada 2020, publikasi ini mengusung tema Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir karena isu blue carbon.
Menyediakan statistik perubahan iklim, profil masyarakat pesisir, dampak perubahan iklim pada
ekologi laut, dan kunci karbon biru.Untuk kajian mendalam Ocean Accounts 2021, BPS masih
mempelajari literatur Ocean Accounting for Sustainable Development yang dikeluarkan oleh Komisi
Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik PBB (UN ESCAP), dan membuat FGD lintas lembaga.
Disepakati untuk menentukan prioritas dan identifikasi kesenjangan data.Ocean Accounts ini adalah
kompilasi informasi yang terstruktur, konsisten, dan bisa dibandingkan.

Meliputi peta, data, statistik, indikato r laut dan pesisir termasuk sosial, serta aktivitas ekonomi.Ada
puluhan item data yang belum tersedia yang sudah diidentifikasi. Misalnya adalah stok sumberdaya
ikan dan biota laut, pertumbuhan alami pada stok ikan dan biota laut, tingkat keasaman menurut tipe
ekosistem, aksesibilitas menurut tipe ekosistem, dan limbah plastik menurut tipe ekosistem.
“Tantangannya memenuhi data yang belum ada,” sebut Etjih.Tantangan lain adalah sinergi
memperkuat kapasitas statistik, penilaian aset sumber daya dan laut dan pesisir, pemilihan metode
valuasi jasa ekosistem untuk menghitung nilai moneter/jasa lingkungan.

2.7 Krisis Insinyur


denga adanya tantangan tersebut, pemerintah Indonesia mempunyai prioritas tersendiri untuk segera
menemukan solusi terhadap Sustainable Ocean Economy. Namun Indonesia memiliki masalah yang
besar, Indonesia baru memenuhi sekitar 30 - 40 persen dari total kebutuhan sekitar 260 ribu orang
insinyur. Kebutuhan insinyur sangat mendesak, untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang
saat ini sedang gencar dilakukan di Indonesia. Terlebih lagi persaingan untuk pekerjaan insinyur
secara global semakin ketat dengan produk dan jasa yang berkualitas tinggi.

14
Keterbatasan sumber daya manusia menjadi penyebab proses pengembangan pembangunan yang
sedang gencar dilakukan saat ini, tidak didukung dengan produktivitas tenaga kerja yang memadai.
Rendahnya sumber daya manusia membuat sektor konstruksi Indonesia belum siap menghadapi
persaingan yang ketat. Berdasarkan data, selama 32 tahun Indonesia hanya menghasilkan rata-rata 7
persen dari penggunaan sumber daya intensif, aliran modal asing dalam bentuk pinjaman dan
investasi. Jelas bahwa insinyur memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional, seperti
di bidang pembangunan fisik dan di bidang industri. Oleh karena itu, dimensi daya saing dalam
sumber daya manusia adalah faktor yang semakin penting, sehingga diperlukan upaya untuk
merangsang kualitas sumber daya manusia.

Menteri Koordinator Maritim, Indroyono Soesilo mengemukakan Indonesia membutuhkan banyak


insinyur atau minimal sarjana strata satu yang mengerti tentang visi kelautan Indonesia.

“Saya hanya ingin menggarisbawahi ini kesempatan insinyur kita untuk menggencarkan
pembangunan infrastruktur kita,” kata Indroyono seusai menggelar rapat koordinasi dengan Menko
Perekonomian, Sofjan Djalil dan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro pada Jumat (19/12) di
Gedung Sawala, Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta.

Indroyono mengemukakan bahwa insinyur di bidang kemaritiman tidak berarti insinyur perikanan,
tetapi bisa juga sarjana di bidang galangan kapal, ekonomi kelautan, dan ahli biologi laut.

“Nah tentunya bagi insinyur kita ini kesempatan untuk mengembangkan diri, meningkatkan
kemampuan profesionalitas,” Indroyono menambahkan.

Laki-laki yang sebelum menjadi menteri sempat bermukim di Italia tersebut mengemukakan para
insinyur harus memiliki kapasitas yang mumpuni, tidak hanya secara keilmuan tetapi juga pada level
praktik.  “Di sisi lain jangan sampai insinyur kita banyak yang kemampuannya masih harus
ditingkatkan semua sehingga proyek ini tersandera,” Indroyono menjelaskan.

Dalam rapat Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) antara para menteri yang
bernaung di dalam Kementerian Koordinator Perekonomian, dan Menteri Koordinator Maritim antara
lain dibahas tentang sumber daya manusia yang diperlukan untuk pengelolaan laut Indonesia.

2.8 Pengembangan ITS Di Bidang Maritim


Kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bidang bahari di Indonesia sangatlah besar. ITS
terus mengembangkan riset dan inovasinya dengan berbagai pihak untuk mendukung pengembangan
teknologi maritim. Berbagai desain kapal karya ITS telah diakui di tingkat internasional, diBantaranya
kapal tenaga surya yang dirancang memiliki k ecepatan maksimal melalui riset bentukan dan

15
arsitektur kapal. Juga terdapat kapal berbahan bambu yang telah mendapat penghargaan Institution
Medal of Distinction dari Royal Institute of Naval Architects (RINA), Inggris. Disis lain ITS juga
mendukung pemerintah untuk mendukung keamanan negara yaitu dengan mengembangkan riset
kapal perang. Kapal perang tersebut digunakan untuk mencegah infiltrasi kekuatan asing di laut dan
melindungi kekayaan ikan dan sumber daya laut.
Sektor keahlian
 Desain kapal untuk transportasi dan menangkap ikan
 Manajemen transportasi laut
 Teknologi penangkapan ikan
 Pembangunan berkelanjutan untuk pulau di Indonesia
 Dampat perubahan iklim di sektor maritime
 Inisiatif pembentukan segitiga koral

Partner Industri
 Kemenko Kemaritiman
 Kemham RI
 Pertamina
 Pelindo III
 PT Len Industri
 Nusantara Regas
 Bentley
 OCBC NISP
 Consina
 Caputra Mitra Sejati

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Indonesia pada dulunya merupakan negara yang sangat Makmur dan Kaya dikarenakan bidang
Kemaritimannya yang dibuktikan oleh kerajaan-kerajaan jaman dahulu yang Berjaya, Indonesia
memiliki potensi yang sangat besar di bidang kemaritiman dari segi Sumber Daya Alam maupun Non
Fungsi lainnya. Dalam pembangunan kemaritiman sekarang Indonesia Dilanda oleh banyak tantangan
dan masalah seperti Krisis kurangnya Insinyur maritim di Indonesia. Selaku hal tersebut merupakan
alasan saya mengapa memilih fakultas teknologi keautan.

3.2 Saran
Sebagai generasi muda masyarakat Indonesia, sudah seharusnya kita memikirkan masa depan bangsa
kedepannya. Mengingat Indonesia adalah negara maritim dan pernah jaya di masa lampau lewat
kemaritimannya, sangat diperlukan kesadaran dari masing-masing individu untuk terus
mengembangkan kemaritiman. Hal mendasar yang bisa dilakukan yaitu dengan bersekolah setinggi
mungkin di bidang maritim..lalu mengembangkan pengetahuan-pengetahuan kita di bidang maritim.

17
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2021 “STATISTIK SUMBER DAYA LAUT DAN PESISIR 2021”. Badan
Pusat Statistik.

Carter, E. (2014). Meeting the Competency Needs for Effectively Managed Marine Protected Areas in
Indonesia: Part I – Overview and analysis. Jakarta: MMAF, CTC and IUCN Blue Solutions.

Dicky R. Munaf dan Susanto, 2014.Geopolitik dan Geostrategi: Keamanan dan Kedaulatan Laut.
Jakarta: Gramedia.

DitJen. Perikanan Tangkap [Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap] (2016). Statistik Perikanan
Tangkap Indonesia, 2015. Jakarta: KKP, DitJen. Perikanan Tangkap.

Hasjim Djalal, 2002. Preventive Diplomacy in Southeast Asia: Lessons Learned. Jakarta: The Habibie
Center.

USAID, 2018. “Kondisi Laut : Indonesia Jilid Satu Gambaran Umum Pengelolaan Sumber Daya Laut
untuk Perikanan Skala Kecil dan Habitat Laut Penting di Indonesia” Jakarta : Kementerian Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai