KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca dan
melengkapi materi yang tak di bahas secara mendetail di buku.
Makalah ini berisi informasi tentang Kesetimbangan Benda Tegar. Yang kami harapkan
pembaca dapat mengertahui berbagai aspek yang berhubungan dengan keseimbangan
benda tegar dan kejadian hidup yang masih mengandung unsur dari bahan yang kami
bahas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
PENDAHULUAN
Sejarah arsitektur telah melahirkan para pemikir dan perancang bangunan yang
karyanya sangat mengagumkan. Gabungan karya seni dan kekuatan yang kokoh
menjadikan hasil karya itu bertahan lama mengukir sejarah. Kekuatan yang menopang
keindahan itu terletak pada keseimbangan yang direncanakan dengan baik. Pada
pembahasan kali ini akan mempelajari materi tentang keseimbangan benda tegar.
Dalam benda tegar, ukuran benda tidak diabaikan. Sehingga gaya-gaya yang bekerja
pada benda hanya mungkin menyebabkan gerak translasi dan rotasi terhadap suatu
poros. Pada benda tegar dikenal titik berat.
Salah satu contoh aplikasi titik berat adalah tim acrobat yang membentuk piramid, lalu
berjalan di atas tali yang terhubung dengan ketinggian 20 m. Untuk mengetahui sebab
tidak jatuhnya pemain acrobat itu, dapat pembaca mencari tahu dari materi yang kami
bahas ini.
Sebelumnya kita sudah mempelajari konsep pusat massa dan membahas persamaan
untuk menentukan posisi pusat massa suatu benda. Kali ini kita akan berkenalan dan
jalan-jalan bersama titik berat atau pusat gravitasi. Konsep titik berat ini hampir sama
dengan pusat massa. Sengaja mengulas pusat massa terlebih dahulu, sebelum membahas
titik berat. Sebelum mempelajari titik berat, alangkah baiknya jika kita pahami kembali
konsep benda tegar dan gaya gravitasi yang bekerja pada suatu benda tegar.
Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu guru muda bahas kembali konsep benda
tegar. Tujuannya agar kita lebih mengetahui dengan penjelasan mengenai titik berat.
Dalam ilmu fisika, setiap benda bisa kita anggap sebagai benda tegar (benda kaku).
Benda tegar itu cuma bentuk ideal yang membantu kita menggambarkan sebuah benda.
Bagaimanapun setiap benda dalam kehidupan kita bisa berubah bentuk (tidak selalu
tegar/kaku), jika pada benda tersebut dikenai gaya yang besar. Setiap benda tegar
dianggap terdiri dari banyak partikel alias titik. Partikel-partikel itu tersebar di seluruh
bagian benda. Jarak antara setiap partikel yang tersebar di seluruh bagian benda selalu
sama.
Untuk membantu kita agar lebih memahami konsep benda tegar, lihat ilustrasi ini.
Amati gambar di bawah ini.
Ini gambar sebuah benda (contoh). Benda ini bisa kita anggap tersusun dari banyak
partikel. Pada gambar, partikel-partikel ditandai dengan titik hitam. Seharusnya semua
bagian benda itu dipenuhi dengan titik hitam, tapi nanti malah gambarnya jadi hitam
semua. Maksudnya adalah menunjukkan partikel-partikel atau titik-titik.
Benda ini kita anggap terdiri dari partikel-partikel. Partikel-partikel itu diwakili oleh
titik hitam. Tanda panah yang berwarna biru menunjukkan arah gaya gravitasi yang
bekerja pada tiap-tiap partikel. Seandainya benda kita bagi menjadi potongan-potongan
yang sangat kecil, maka satu potongan kecil itu = satu partikel. Jumlah partikel sangat
banyak dan masing-masing partikel itu juga punya massa. Secara matematis bisa ditulis
sebagai berikut :
mn = partikel terakhir. Jumlah partikel sangat banyak, dan kita juga tidak tahu secara
pasti ada berapa jumlah partikel. Untuk mempermudah, maka kita cukup menulis titik-
titik (.) dan n. Simbol n melambangkan partikel yang terakhir.
Gaya gravitasi bekerja pada masing-masing partikel itu. Secara matematis bisa kita tulis
sebagai berikut :
Dan seterusnya.
Apabila benda berada pada tempat di mana nilai percepatan gravitasi (g) sama, maka
gaya berat untuk setiap partikel bernilai sama. Arah gaya berat setiap partikel juga
sejajar menuju ke permukaan bumi. Untuk mudahnya bandingkan dengan gambar di
atas. Untuk kasus seperti ini, kita bisa menggantikan gaya berat pada masing-masing
partikel dengan sebuah gaya berat tunggal (w = mg) yang bekerja pada titik di mana
pusat massa benda berada. Jadi gaya berat ini mewakili semua gaya berat partikel. Titik
di mana gaya berat bekerja (dalam hal ini pusat massa benda), disebut titik berat. Nama
lain dari titik berat adalah pusat gravitasi.
Keterangan :
m = massa benda
g = percepatan gravitasi
Bentuk benda simetris, sehingga pusat massa dengan mudah ditentukan. Pusat massa
untuk benda di atas tepat berada di tengah-tengah. Jika bentuk benda tidak simetris atau
tidak beraturan, maka pusat massa benda bisa ditentukan menggunakan persamaan
(persamaan untuk menentukan pusat massa benda ada di pokok bahasan pusat massa).
Jika benda berada pada tempat yang memiliki nilai percepatan gravitasi (g) yang sama,
maka gaya gravitasi bisa dianggap bekerja pada pusat massa benda itu. Untuk kasus
seperti ini, titik berat benda berada pada pusat massa benda.
Perlu diketahui bahwa penentuan titik berat benda juga perlu memperhatikan syarat-
syarat keseimbangan. Untuk kasus di atas, titik berat benda harus terletak pada pusat
massa benda, agar syarat 1 terpenuhi.
Syarat 2 mengatakan bahwa sebuah benda berada dalam keseimbangan statis jika
jumlah semua torsi yang bekerja pada benda = 0. Ketika titik berat berada pada pusat
massa, lengan gaya = 0. Karena lengan gaya nol, maka tidak ada torsi yang dihasilkan
oleh gaya berat (Torsi = gaya x lengan gaya = gaya berat x 0 = 0 ). Syarat 2 terpenuhi.
Pada pembahasan sebelumnya, kita menganggap titik berat benda terletak pada pusat
massa benda tersebut. Hal ini hanya berlaku jika benda berada di tempat yang memiliki
percepatan gravitasi (g) yang sama. Benda yang berukuran kecil bisa memenuhi kondisi
ini, tetapi benda yang berukuran besar tidak. Demikian juga benda yang diletakkan
miring (lihat contoh di bawah).
Bagaimanapun, percepatan gravitasi (g) ditentukan oleh jarak dari pusat bumi. Bagian
benda yang lebih dekat dengan permukaan tanah (maksudnya lebih dekat dengan pusat
bumi), memiliki g yang lebih besar dibandingkan dengan benda yang jaraknya lebih
jauh dari pusat bumi. Untuk memahami hal ini, amati ilustrasi di bawah ini.
Sebuah balok kayu diletakkan miring. Kita bisa menganggap balok kayu tersusun dari
potongan-potongan yang sangat kecil. Potongan-potongan balok yang sangat kecil ini
bisa disebut sebagai partikel alias titik. Massa setiap partikel penyusun balok sama.
Bentuk balok simetris sehingga kita bisa menentukan pusat massanya dengan mudah.
Pusat massa terletak di tengah-tengah balok (lihat gambar di atas).
Karena semakin dekat dengan pusat bumi, semakin besar percepatan gravitasi, maka
partikel penyusun balok yang berada lebih dekat dengan permukaan tanah memiliki g
yang lebih besar. Sebaliknya, partikel yang berada lebih jauh dari permukaan tanah
memiliki g lebih kecil. Pada gambar di atas, partikel 1 yang bermassa m 1 memiliki g
lebih besar, sedangkan partikel terakhir yang bermassa mn memiliki g yang lebih kecil.
Huruf n merupakan simbol partikel terakhir. Jumlah partikel sangat banyak dan kita
juga tidak tahu secara pasti berapa jumlah partikel, sehingga cukup disimbolkan dengan
huruf n. Lebih praktis.
Karena partikel yang bermassa m1 memiliki g lebih besar, maka gaya berat yang bekerja
padanya lebih besar dibandingkan dengan partikel terakhir. Jika kita amati bagian balok,
dari m1, hingga mn, tampak bahwa semakin ke atas, jarak bagian balok-balok itu dari
permukaan tanah semakin jauh. Tentu saja hal ini mempengaruhi nilai g pada masing-
masing partikel penyusun balok tersebut. karena massa partikel sama, maka yang
menentukan besar gaya berat adalah percepatan gravitasi (g). semakin ke atas, gaya
berat (w) setiap partikel semakin kecil.
Bagaimana-kah titik berat balok di atas? Titik berat alias pusat gravitasi balok tidak
tepat berada pada pusat massanya. Titik berat berada di bawah pusat massa balok. Hal
ini disebabkan karena gaya berat partikel-partikel yang berada di sebelah bawah pusat
massa balok (partikel-partikel yang lebih dekat dengan permukaan tanah) lebih besar
daripada gaya berat partikel-partikel yang ada di sebelah atas pusat massa (partikel-
partikel yang lebih jauh dari permukaan tanah).
Hampir semua benda yang kita pelajari berukuran kecil sehingga kita tetap menganggap
titik berat benda berhimpit dengan pusat massa. Memang jarak antara setiap partikel
dari pusat bumi (dari permukaan tanah), berbeda-beda. Tapi karena perbedaan jarak itu
sangat kecil, maka perbedaan percepatan gravitasi (g) untuk setiap partikel tidak terlalu
besar. Karenanya, perbedaan percepatan gravitasi bisa diabaikan. Kita tetap
menganggap setiap bagian benda memiliki percepatan gravitasi yang sama.
Kesetimbangan adalah suatu kondisi benda dengan resultan gaya dan resultan momen
gaya sama dengan nol.
2. Benda yang bergerak lurus beraturan (dinamik), contoh : gerak meteor di ruang
hampa, gerak kereta api di luar kota, elektron mengelilingi inti atom, dan lain-
lain.
Benda tegar adalah benda yang tidak berubah bentuknya karena pengaruh gaya dari
luar.
1. Kesetimbangan partikel
2. Kesetimbangan benda
A. Keseimbangan Partikel
Partikel adalah benda yang ukurannya dapat diabaikan dan hanya mengalami gerak
translasi (tidak mengalami gerak rotasi).
SFy = 0 (sumbu Y)
B. Keseimbangan Benda
Momen gaya merupakan besaran vektor yang nilainya sama dengan hasil kali antara
gaya dengan jarak dari titik poros arah tegak lurus garis kerja gaya.
Dirumuskan: t = F . d
Putaran momen gaya yang searah dengan putaran jarum jam disebut momen gaya
positif, sedang yang berlawanan putaran jarum jam disebut momen gaya negatif.
Momen kopel adalah momen gaya yang diakibatkan pasangan dua gaya yang sama
besarnya dan arahnya berlawanan tetapi tidak segaris kerja.
Benda yang dikenai momen kopel akan bergerak rotasi terus menerus.
Contoh Soal
1. Sebuah roda mamiliki massa 13 kg dan jari-jari 1 m. bertumpu dilantai dan bersandar
pada anak tangga yang tingginya 0,6 m dari lantai seperti pada gambar. Tentukan gaya
mendatar F minimum untuk mengungkit roda jika g = 10 m/s2!
Diketahui : m = 13 kg g = 10 m/s2
R = 1m
h = 0,6 m
ditanyakan : F min..?
l1 = R h = 1 0,6 = 0,4
tS = 0
t1 + t2 = 0
F . l1 W . l2 = 0
F = (1300,84)/0,4 = 3250,84 N
FA = 48 N
FB = 48 N
tS = 0
tA + tB = 0
-WA . lA + WB . lB = 0
-48x + 42 (90 x) = 0
-90x = 3780
x = 3780/90 = 42 cm
3. KESEIMBANGAN STATIS
Keseimbangan statis yaitu gaya-gaya yang bekerja pada partikel menyebabkan partikel
diam tidak bergerak.
Keseimbangan statis adalah kondisi tertentu dari kondisi dinamis yang memenuhi
persamaan dari Hukum Newton II :
SF =0(12)
S F : jumlah dari vektor gaya-gaya luar yang dikenakan (bekerja) pada benda, dalam hal
ini pada batang atau link. Gaya luar termasuk gaya aksi dan gaya reaksi, gambar 1a
Gambar-1.1, Gaya-gaya luar (aksi dan reaksi) benda yang dalam keseimbangan.
Adalah benda yang mendapat gaya aksi F1 dan F2, gambar-1b, reaksi yang terjadi
pada benda untuk mendacapai keseimbangan statis, dan gambar-1c poligon gaya yang
melukiskan keseimbangan gaya, dari persamaan (1 -2). Gaya resultan adalah jumlah
vektor dari gaya-gaya (gaya luar), berarti keseimbangan statis terjadi bila gaya resultan
adalah nol.
SM = I . a ( 1 3 )
Statis rotasi tercapai bila benda diam atau bergerak dengan putaran konstan, persamaan
(1 -3) menjadi :
SM = 0 ( 1 4 )
Momen statis yang dihasilkan oleh gaya-gaya luar terhadap titik putar adalah nol.
Pada gambar-1.2a, menunjukkan batang yang dikenai gaya aksi F1 dan F2, batang
dipen di A dan di tumpu rol di B. Ilustrasi dari persamaan (1-4) adalah: bila titik putar di
B, maka keseimbangan statis rotasi mendapatkan reaksi RA, gambar-1.2b. Untuk titik
putar di A keseimbangan statis rotasi mendapatkan reaksi di B, gambar-1.2c.
Dalam hal ini batang juga seimbang dalam translasi, yang memenuhi persamaan (1 -2),
gambar 1.2d.
Sekarang mari kita melangkah lebih jauh. Kali ini kita mencoba melihat faktor-faktor
apa saja yang membuat benda tetap dalam keadaan diam.
A. Syarat Pertama
Dalam hukum II Newton, kita belajar bahwa jika terdapat gaya total yang bekerja pada
sebuah benda (benda dianggap sebagai partikel tunggal), maka benda akan bergerak
lurus, di mana arah gerakan benda = arah gaya total. Kita bisa menyimpulkan bahwa
untuk membuat sebuah benda diam, maka gaya total harus = 0. Gaya total = Jumlah
semua gaya yang bekerja pada benda.
Ketika sebuah benda diam, benda tidak punya percepatan (a). Karena percepatan (a) =
0, maka persamaan di atas berubah menjadi :
Jika gaya-gaya bekerja pada arah horizontal saja (satu dimensi), maka kita cukup
menggunakan persamaan 1. Huruf x menunjuk sumbu horizontal pada koordinat
kartesius (koordinat x, y, z). Jika gaya-gaya bekerja pada arah vertikal saja (satu
dimensi), maka kita cukup menggunakan persamaan 2. Huruf y menunjuk sumbu
vertikal pada koordinat kartesius.
Apabila gaya-gaya bekerja pada bidang (dua dimensi), maka kita menggunakan
persamaan 1 dan persamaan 2. Sebaliknya jika gaya-gaya bekerja dalam ruang (tiga
dimensi), maka kita menggunakan persamaan 1, 2 dan 3.
Gaya itu besaran vektor (besaran yang punya nilai dan arah). Dengan berpedoman pada
koordinat kartesius (x, y, z) dan sesuai dengan kesepakatan bersama, jika arah gaya
menuju sumbu x negatif (ke kiri) atau sumbu y negatif (ke bawah), maka gaya tersebut
bernilai negatif. Kita cukup menulis tanda negatif di depan angka yang menyatakan
besar gaya.
Contoh :
Keterangan gambar :
F = gaya tarik
Fg = gaya gesek
N = gaya normal
w = gaya berat
m = massa
g = percepatan gravitasi
Benda ini dikatakan berada dalam keadaan diam, karena jumlah semua gaya yang
bekerja pada-nya = 0. Sekarang coba kita tinjau setiap gaya yang bekerja pada benda.
Gaya tarik (F) dan gaya gesek (fg) mempunyai besar yang sama. Arah kedua gaya ini
berlawanan. Arah gaya tarik ke kanan atau menuju sumbu x positif (bernilai positif),
sebaliknya arah gaya gesekan ke kiri atau menuju sumbu x negatif (bernilai negatif).
Karena besar kedua gaya sama (ditandai dengan panjang panah) dan arahnya
berlawanan, maka jumlah kedua gaya ini = 0.
Benda pada contoh di atas berada dalam keadaan seimbang atau diam, karena gaya total
atau jumlah semua gaya yang bekerja pada benda, baik pada sumbu horisontal maupun
sumbu vertikal = 0.
Contoh 2 :
Pada benda ini juga bekerja gaya berat dan gaya normal, seperti benda pada contoh 1.
Tapi tidak menggambarkan komponen gaya berat dan gaya normal, karena kedua gaya
itu saling melenyapkan. Pada kedua sisi benda dikerjakan gaya seperti yang tampak
pada gambar. Besar kedua gaya sama, tetapi berlawanan arah. Apakah benda akan tetap
dalam keadaaan seimbang atau diam? tentu saja tidak, karena benda akan berotasi.
Untuk membantu kita memahami hal ini, coba letakkan sebuah buku di atas meja.
Selanjutnya, berikan gaya pada kedua sisi buku itu, seperti yang ditunjukkan pada
gambar. Ketika kita memberikan gaya pada kedua sisi buku, itu sama saja dengan kita
memutar buku. Tentu saja buku akan berputar atau berotasi. Dalam hal ini buku tidak
berada dalam keadaan seimbang lagi.
Berdasarkan contoh 2 ini, bisa dikatakan bahwa untuk membuat sebuah benda tetap
diam, syarat 1 saja belum cukup. Kita masih membutuhkan syarat tambahan.
B. Syarat Kedua
Dalam dinamika rotasi, kita belajar bahwa jika terdapat torsi total yang bekerja pada
sebuah benda (benda dianggap sebagai benda tegar), maka benda akan melakukan gerak
rotasi. Dengan demikian, agar benda tidak berotasi (baca : tidak bergerak), maka torsi
total harus = 0. Torsi total = jumlah semua torsi yang bekerja pada benda. Secara
matematis bisa ditulis sebagai berikut :
Ketika sebuah benda diam (tidak berotasi), benda tidak punya percepatan sudut (alfa).
Karena percepatan sudut = 0, maka persamaan di atas berubah menjadi :
Contoh 1 :
Amati gambar di bawah. Dua benda, masing-masing bermassa m 1 dan m2 diletakkan di
atas papan jungkat-jungkit (m1 = m2). Lengan gaya untuk gaya berat m1 = l1, sedangkan
lengan gaya untuk gaya berat m2 = l2 (l1 = l2). Papan jungkat-jungkit tidak bergerak atau
berada dalam keadaan seimbang, karena m1 = m2 dan l1 = l2. Arah rotasi itu sengaja guru
muda gambar, untuk menunjukkan kepada kita bahwa jungkat-jungkit juga bisa
berotasi.
Gambar di atas disederhanakan sehingga yang kita tinjau hanya komponen gaya, lengan
gaya dan torsi yang bekerja pada benda.
Sekarang kita tinjau torsi yang bekerja pada papan jungkat-jungkit di atas. Jika kita
menganggap gaya F1 bisa menyebabkan papan jungkat jungkit bergerak ke bawah, maka
arah putaran papan (sebelah kiri) berlawanan dengan arah gerakan jarum jam. Karena
arah putaran berlawanan dengan jarum jam, maka Torsi 1 (bagian kiri) bernilai positif.
Demikian juga, apabila kita menganggap gaya F2 bisa menyebabkan papan berputar
maka arah putaran papan (bagian kanan) searah dengan putaran jarum jam. Karena arah
putaran papan searah dengan gerakan jarum jam, maka torsi 2 bernilai negatif. Tanda
positif dan negatif ini cuma kesepakatan saja.
Seperti yang sudah dijelaskan pada pokok bahasan syarat-syarat keseimbangan statis,
sebuah benda berada dalam keadaan diam jika tidak ada gaya total dan torsi total yang
bekerja pada benda tersebut. Dengan kata lain, jika gaya total dan torsi total = 0, maka
benda berada dalam keseimbangan statis (statis = diam). Tidak semua benda yang kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari selalu berada dalam keadaan diam. Mungkin pada
mulanya benda diam, tetapi jika diberi gangguan (misalnya ditiup angin) benda bisa saja
bergerak. Persoalannya, apakah setelah jalan-jalan, benda itu kembali lagi ke posisinya
semula atau benda sudah bosan di posisi semula sehingga malas balik. Hal ini sangat
bergantung pada jenis keseimbangan benda tersebut.
Jika sebuah benda yang sedang diam mengalami gangguan (maksudnya terdapat gaya
total atau torsi total yang bekerja pada benda tersebut), tentu saja benda akan bergerak
(berpindah tempat). Setelah bergerak, akan ada tiga kemungkinan, yakni : (1) benda
akan kembali ke posisinya semula, (2) benda berpindah lebih jauh lagi dari posisinya
semula, (3) benda tetap berada pada posisinya yang baru.
Apabila setelah bergerak benda kembali ke posisinya semula, benda tersebut dikatakan
berada dalam keseimbangan stabil (kemungkinan 1). Apabila setelah bergerak benda
bergerak lebih jauh lagi, maka benda dikatakan berada dalam keseimbangan labil atau
tidak stabil (kemungkinan 2). Sebaliknya, jika setelah bergerak, benda tetap berada pada
posisinya yang baru, benda dikatakan berada dalam keseimbangan netral (kemungkinan
3). Untuk lebih memahami persoalan ini, alangkah baiknya jika dijelaskan satu persatu.
A. Keseimbangan stabil
Misalnya mula-mula benda diam, dalam hal ini tidak ada gaya total atau torsi total yang
bekerja pada benda tersebut. Jika pada benda dikerjakan gaya atau torsi (terdapat gaya
total atau torsi total pada benda itu), benda akan bergerak. Benda dikatakan berada
dalam keseimbangan stabil, jika setelah bergerak, benda kembali lagi ke posisi semula.
Dalam hal ini, yang menyebabkan benda bergerak kembali ke posisi semula adalah gaya
total atau torsi total yang muncul setelah benda bergerak. Untuk memudahkan
pemahamanmu, cermati contoh di bawah.
Contoh 1 :
Amati gambar di bawah. Sebuah bola berwarna biru digantung dengan seutas tali.
Mula-mula benda berada dalam keseimbangan statis/benda diam (gambar 1). Setelah
didorong, benda bergerak ke kanan (gambar 2). Sekuat apapun kita mendorong atau
menarik bola, bola akan kembali lagi ke posisi semula setelah puas bergerak.
Sebagaimana tampak pada gambar, titik berat bola berada di bawah titik tumpuh. Untuk
kasus seperti ini, bola atau benda apapun yang digantung selalu berada dalam
keseimbangan stabil.
Amati gambar 2. Bola bergerak kembali ke posisi seimbang akibat adanya gaya total
yang bekerja pada bola (w sin teta). Gaya tegangan tali (T) dan komponen gaya berat
yang sejajar dengan tali (w cos teta) saling melenyapkan, karena kedua gaya ini
memiliki besar yang sama tapi arahnya berlawanan.
Contoh 2 :
Sebuah bola berada dalam sebuah mangkuk besar. Mula-mula bola berada dalam
keadaan diam (gambar 1). Setelah digerakkan, bola berguling ria ke kanan (gambar 2).
Perhatikan diagram gaya yang bekerja pada bola (gambar 2). Komponen gaya berat
yang tegak lurus permukaan mangkuk (w cos teta) dan gaya normal (N) saling
melenyapkan, karena besar kedua gaya ini sama dan arahnya berlawanan. Bola bergerak
kembali ke posisinya semula akibat adanya komponen gaya berat yang sejajar dengan
permukaan mangkuk (w sin teta). w sin teta merupakan gaya total yang berperan
menggulingkan bola kembali ke posisi seimbang.
Contoh ini juga menunjukkan bahwa bola berada dalam keseimbangan stabil, karena
setelah bergerak, bola kembali lagi ke posisinya semula.
Contoh 3 :
Mula-mula benda berada dalam keseimbangan statis / benda diam (gambar 1). Seperti
yang tampak pada gambar 1, jumlah gaya total yang bekerja pada benda = 0. Pada
benda hanya bekerja gaya berat (w) dan gaya normal (N), di mana besar gaya normal =
besar gaya berat. Karena arahnya berlawanan, maka kedua gaya ini saling melenyapkan.
Gambar 2 menunjukkan posisi benda setelah di dorong. Perhatikan posisi titik berat dan
titik tumpuh. Jika posisi titik berat masih berada di sebelah kiri titik tumpuh, maka
benda masih bisa kembali ke posisi semula. Benda bisa bergerak kembali ke posisi
semula akibat adanya torsi total yang dihasilkan oleh gaya berat. Dalam hal ini, titik
tumpuh berperan sebagai sumbu rotasi.
Bagaimana kalau benda terangkat ke kiri seperti yang ditunjukkan gambar 3 ? Kasusnya
mirip seperti ketika benda terangkat ke kanan (gambar 2). Perhatikan posisi titik berat
dan titik tumpuh. Benda masih bisa kembali ke posisi semula karena titik berat berada
di sebelah kanan titik tumpuh. Torsi total yang dihasilkan oleh gaya berat menggerakkan
benda kembali ke posisi semula (Titik tumpuh berperan sebagai sumbu rotasi)
Untuk kasus seperti ini, biasanya benda tetap berada dalam keseimbangan stabil kalau
setelah bergerak, titik berat benda tidak melewati titik tumpuh. Minimal titik berat tepat
berada di atas titik tumpuh. Untuk memahami hal ini, amati gambar di bawah.
Misalnya mula-mula benda diam. Benda akan kembali ke posisi semula jika setelah
didorong, posisi benda condong ke kanan seperti ditunjukkan gambar 1 atau gambar 2.
Dalam hal ini, titik berat benda masih berada di sebelah kiri titik tumpuh atau titik berat
tepat berada di atas titik tumpuh. Untuk kasus seperti ini, benda masih berada dalam
keseimbangan stabil.
Sebaliknya, apabila setelah didorong dan bergerak, titik berat benda berada di sebelah
kanan titik tumpuh, maka benda tidak akan kembali ke posisi semula lagi, tetapi terus
berguling ria ke kanan/benda terus bergerak menjahui posisi semula (gambar 3). Untuk
kasus seperti ini, benda tidak berada dalam keseimbangan stabil lagi.
Pada umum, jika titik berat benda berada di bawah titik tumpuh, maka benda selalu
berada dalam keseimbangan stabil. Sebaliknya, apabila titik berat benda berada di atas
titik tumpuh, keseimbangan benda menjadi relatif. Benda bisa berada dalam
keseimbangan stabil, benda juga bisa berada dalam keseimbangan labil. Batas
maksimum keseimbangan stabil (benda masih bisa bergerak kembali ke posisi semula)
adalah ketika titik berat tepat berada di atas titik tumpuh. Hal ini disebabkan karena
gaya normal yang mengimbangi gaya gravitasi masih berada dalam daerah kontak,
sehingga torsi yang dikerjakan gaya berat bisa mendorong benda kembali ke posisi
semula. Kalau titik berat sudah melewati titik tumpuh, maka torsi yang dikerjakan oleh
gaya berat akan membuat benda bergerak lebih jauh lagi.
Sebuah benda dikatakan berada dalam keseimbangan labil atau tidak stabil apabila
setelah bergerak, benda bergerak lebih jauh lagi dari posisinya semula. Biar lebih
paham, perhatikan contoh di bawah.
Sebuah balok mula-mula diam (gambar 1). Setelah ditabrak tikus, balok tersebut
bergerak alias mau tumbang ke tanah (gambar 2). Amati posisi titik berat dan titik
tumpuh. Posisi titik berat berada di sebelah kanan titik tumpuh. Adanya torsi total yang
dihasilkan oleh gaya berat (w) membuat balok bergerak semakin jauh dari posisinya
semula (gambar 3). Titik tumpuh berperan sebagai sumbu rotasi.
Contoh 2 :
Sebuah bola, mula-mula sedang diam di atas pantat wajan yang dibalik (gambar 1).
Setelah ditiup angin, bola bergerak ke kanan (gambar 2). Amati gaya-gaya yang bekerja
pada bola tersebut. Komponen gaya berat yang tegak lurus permukaan wajan (w cos
teta) dan gaya normal (N) saling melenyapkan karena kedua gaya ini mempunyai besar
yang sama tapi arahnya berlawanan. Btw, pada bola bekerja juga komponen gaya berat
yang sejajar permukaan wajan (w sin teta). w sin teta merupakan gaya total yang
menyebabkan bola terus berguling ria ke bawah menjahui posisinya semula.
C. Keseimbangan Netral
Sebuah benda dikatakan berada dalam keseimbangan netral jika setelah digerakkan,
benda tersebut tetap diam di posisinya yang baru (benda tidak bergerak kembali ke
posisi semula; benda juga tidak bergerak menjahui posisi semula).
Contoh 1 :
Amati gambar di bawah. Bola berada di atas permukaan horisontal (bidang datar). Jika
bola didorong, bola akan bergerak. Setelah bergerak, bola tetap diam di posisinya yang
baru. Dengan kata lain, bola sudah malas balik ke posisinya semula; bola juga malas
bergerak lebih jauh lagi dari posisinya semula.
Contoh 2 :
Ini gambar sebuah silinder (drum raksasa yang dicat biru). Silinder berada di atas
permukaan bidang datar. Kasusnya sama seperti bola di atas. Jika didorong, silinder
akan berguling ria. setelah tiba di posisinya yang baru, silinder tetap diam di situ. Si
silinder dah malas jalan-jalan. Pingin bobo, katanya
Agar kita semakin paham, silahkan melakukan percobaan kecil-kecilan. gunakan benda
yang bentuknya mirip dengan benda-benda di atas.
Berdasarkan penjelasan panjang lebar di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan
Pertama, jika titik berat benda berada di bawah titik tumpuh, maka benda selalu
berada dalam keseimbangan stabil (benda masih bisa bergerak kembali ke posisi semula
setelah puas jalan-jalan). Contohnya adalah ketika sebuah benda digantung dengan tali.
Untuk kasus seperti ini, titik berat benda selalu berada di bawah titik tumpuh (titik
tumpuh berada di antara tali dan tiang penyanggah).
Kedua, jika titik berat benda berada di atas titik tumpuh, keseimbangan bersifat relatif.
Benda bisa berada dalam keseimbangan stabil, benda juga bisa berada dalam
keseimbangan labil/tidak stabil. Perhatikan gambar di bawah. Apabila setelah didorong,
posisi benda seperti yang ditunjukkan pada gambar 1, benda masih bisa kembali ke
posisi semula (benda berada dalam keseimbangan stabil). Sebaliknya, apabila setelah
didorong, posisi benda seperti yang ditunjukkan gambar 2, benda tidak bisa kembali ke
posisi semula. Benda akan terus berguling ria ke kanan (benda berada dalam
keseimbangan tidak stabil/labil)
Ketiga, keseimbangan benda sangat bergantung pada bentuk/ukuran benda. Benda yang
kurus dan langsing berada dalam keseimbangan tidak stabil jika posisi berdiri benda
tersebut tampak seperti yang ditunjukkan gambar 1. Alas yang menopang benda tidak
lebar. Ketika disentuh sedikit saja, benda langsung tumbang. Perhatikan posisi tiik berat
dan titik tumpuh. Sebaliknya, benda yang gemuk lebih stabil (lihat gambar 2). Alas
yang menopang benda lumayan lebar. Setelah bergerak, titik beratnya masih berada di
sebelah kiri titik tumpuh, sehingga benda masih bisa kembali ke posisi semula.
Keempat, keseimbangan benda tergantung pada jarak titik berat dari titik tumpuh. Jika
posisi berdiri benda seperti pada gambar 1, benda berada dalam keseimbangan tidak
stabil. Angin niup dikit aja, benda langsung berguling ria. bandingkan dengan contoh
benda kurus sebelumnya.
Sebaliknya, jika posisi benda tampak seperti pada gambar 2, benda berada dalam
keseimbangan stabil. Kata si benda, daripada berdiri mending bobo saja. biar kalau ada
tikus yang nabrak, diriku tidak ikut-ikutan tumbang. Sekarang perhatikan jarak antara
titik berat dan titik tumpuh. Ketika benda berdiri (gambar 1), jarak titik berat dan titik
tumpuh lumayan besar. Ketika benda bobo (gambar 2), jarak antara titik berat dan titik
tumpuh sangat kecil.
Kita bisa menyimpulkan bahwa keseimbangan benda sangat bergantung pada jarak titik
berat dari titik tumpuh. Semakin jauh si titik berat dari si titik tumpuh (gambar 1),
keseimbangan benda semakin tidak stabil. Sebaliknya, semakin dekat si titik berat dari
si titik tumpuh (gambar 2), keseimbangan benda semakin stabil.
Contoh Soal 1 :
Sebuah benda bermassa 10 kg digantungkan pada seutas tali (lihat gambar di bawah).
Tentukan tegangan tali. (g = 10 m/s2)
Panduan Jawaban :
Pada benda hanya bekerja gaya berat (w) dan gaya tegangan tali (T) pada arah vertikal.
Sesuai dengan kesepakatan bersama, gaya bernilai positif jika arahnya menuju sumbu y
positif, sedangkan gaya bernilai negatif jika arahnya menuju sumbu y negatif.
Syarat sebuah benda berada dalam keadaan seimbang (untuk arah vertikal / sumbu y) :
Fy = 0
Tw=0
T mg = 0
T = mg
T = (10kg)(10m/ s 2 )
T =100kgm/ s 2 =100N
Contoh Soal 2 :
Dua benda, sebut saja benda A (10 kg) dan benda B (20 kg), diletakkan di atas papan
kayu (lihat gambar di bawah). Panjang papan = 10 meter. Jika benda B diletakkan 2
meter dari titik tumpuh, pada jarak berapakah dari titik tumpuh benda A harus
diletakkan, sehingga papan berada dalam keadaan seimbang? (g = 10 m/s2)
Panduan Jawaban :
Langkah 1 : menggambarkan diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda
Perhatikan diagram di atas. Gaya yang bekerja pada papan adalah gaya berat benda B
(FB), gaya berat benda A (FA), gaya berat papan (w papan) dan gaya normal (N). Titik
hitam (sebelah atasnya w papan), merupakan titik tumpuh. Titik tumpuh berperan
sebagai sumbu rotasi.
Gaya berat papan (w papan) dan gaya normal (N) berhimpit dengan titik tumpuh /
sumbu rotasi sehingga lengan gaya nya nol. w papan dan N tidak dimasukkan dalam
perhitungan.
Torsi 1 = Torsi yang dihasilkan oleh gaya berat benda B (torsi bernilai positif)
BB=Fl1
( )(2 ) 1 = mg m
1 = kg m s m
(200 / 2 )(2 )
1 = kgm s m
22
1 = 400kgm / s
Torsi 2 = Torsi yang dihasilkan oleh gaya berat benda A (torsi bernilai negatif)
AA=Fl2
2 = kg m s x
(100 / 2 )( )
2 = kgm s x
= 0
1 2 =
x = 400kgm2/s2 / 100kgm/s2
x=4m
Agar papan berada dalam keadaan seimbang, benda A harus diletakkan 4 meter dari titik
tumpuh.
Contoh Soal 3 :
Sebuah kotak bermassa 100 kg diletakkan di atas sebuah balok kayu yang disanggah
oleh 2 penopang (lihat gambar di bawah). Massa balok = 20 kg dan panjang balok = 20
meter. Jika kotak diletakkan 5 meter dari penopang kiri, tentukkan gaya yang bekerja
pada setiap penopang tersebut.
Panduan Jawaban :
Catatan :
Perhatikan gambar di atas. Pada alas kotak juga bekerja gaya normal (N) yang arahnya
ke atas. Gaya normal ini berperan sebagai gaya aksi. Karena ada gaya aksi, maka timbul
gaya reaksi yang bekerja pada balok kayu. Kedua gaya ini memiliki besar yang sama
tapi berlawanan arah (kedua gaya saling melenyapkan). Karenanya kedua gaya itu tidak
di gambarkan pada diagram di atas..
Keterangan diagram :
w balok = gaya berat balok (bekerja pada titik beratnya. Titik berat balok berada
ditengah tengah)
Misalnya kita pilih titik tumpuh di sekitar titik kerja F2 (bagian kanan) sebagai sumbu
rotasi. Karena F2 berada di sumbu rotasi, maka lengan gaya untuk F2 = 0 (F2 tidak
menghasilkan torsi).
Sekarang mari kita cari setiap torsi yang dihasilkan oleh masing masing gaya (kecuali
F2).
Torsi 1 :
Torsi yang dihasilkan oleh F1. Arah F1 ke atas sehingga arah rotasi searah dengan
putaran jarum jam. Karenanya torsi bernilai negatif
1 = F1 20m
Torsi 2 :
Torsi yang dihasilkan oleh gaya berat kotak (w kotak). Arah w kotak ke bawah sehingga
arah rotasi berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Karenanya torsi bernilai positif.
2 = (wkotak)(15m)
2 =15000kgm / s
Torsi 3 :
Torsi yang dihasilkan oleh gaya berat balok (w balok). Arah w balok ke bawah sehingga
arah rotasi
berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Karenanya torsi bernilai positif.
( )(10 ) 3 = (wbalok)(10m)
3 = (20kg)(10m /s 2 )(10m )
3 = 2000kgm / s
Torsi Total :
Benda berada dalam keadaan seimbang, jika torsi total = 0 (syarat 2 keseimbangan
benda tegar).
= 0
3 +2 1 = 0
F1 = 850 kgm /s 2
Besarnya gaya yang bekerja pada penopang sebelah kiri = 850 kg m/s2 = 850 N
Sekarang kita hitung gaya yang bekerja pada penopang kanan Benda berada dalam
keseimbangan, jika gaya total = 0 (syarat 1 keseimbangan benda-benda dianggap
partikel). Catatan : gaya yang berarah ke atas bernilai positif sedangkan gaya yang
arahnya ke bawah bernilai negative
Karena gaya2 di atas hanya bekerja pada arah vertikal (sumbu y), maka secara
matematis, syarat 1 keseimbangan dirumuskan sebagai berikut :
Fy = 0
F1 wKotak wBalok + F2 = 0
350 kgm / s 2+ F2 = 0
F2 = 350kgm/ s2
Sebuah papan iklan yang massanya 50 kg digantung pada ujung sebuah batang besi
yang panjangnya 5 meter dan massanya 10 kg (amati gambar di bawah). Sebuah tali
dikaitkan antara ujung batang besi dan ujung penopang. Tentukan gaya tegangan tali
dan gaya yang dikerjakan oleh penopang pada batang besi..
Panduan Jawaban :
Keterangan diagram :
Fx = Gaya yang dikerjakan oleh penopang pada batang besi (komponen horisontal alias
sumbu x)
Fy = Gaya yang dikerjakan oleh penopang pada batang besi (komponen vertikal alias
sumbu y)
w batang besi = gaya berat batang besi (terletak di tengah-tengah si batang besi)
Gaya Fx dan Fy tidak diketahui. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita pilih titik A
sebagai sumbu rotasi. karena berhimpit dengan sumbu rotasi maka lengan gaya untuk
Fx dan Fy = 0 (tidak ada torsi yang dihasilkan).
Torsi 1 :
Torsi yang dihasilkan oleh gaya berat batang besi. Arah w batang besi ke bawah,
sehingga arah rotasi searah dengan putaran jarum jam (Torsi bernilai negatif). Massa
batang besi = 10 kg dan g = 10 m/s 2. Titik kerja gaya berada pada jarak 2,5 meter dari
sumbu rotasi. Arah/garis kerja gaya berat tegak lurus dari sumbu rotasi (90o)
Torsi 2 :
Torsi yang dihasilkan oleh gaya berat papan iklan. Arah w papan iklan ke bawah
sehingga arah rotasi searah dengan arah putaran jarum jam. Karenanya torsi bernilai
negatif. Massa papan iklan = 50 kg dan g = 10 m/s2. Titik kerja gaya berada pada jarak 4
meter dari sumbu rotasi. Arah/garis kerja gaya berat tegak lurus dari sumbu rotasi (90o).
Torsi 3 :
Torsi yang dihasilkan oleh gaya tegangan tali untuk komponen horisontal / sumbu x
(Tx). Titik kerja gaya tegangan tali berada pada jarak 5 meter dari sumbu rotasi.
Perhatikan arah Tx pada diagram di atas. Arah Tx sejajar sumbu rotasi (0o)
Torsi 4 :
Torsi yang dihasilkan oleh gaya tegangan tali untuk komponen vertikal / sumbu y (Ty).
Perhatikan arah Tx pada diagram di atas. Arah Ty tegak lurus sumbu rotasi (90 o).
Titik kerja gaya tegangan tali berada pada jarak 5 meter dari sumbu rotasi. Karena arah
gaya ke atas, maka arah rotasi berlawanan dengan arah putaran jarum jam (Torsi
bernilai positif).
Torsi Total :
Benda berada dalam keadaan seimbang, jika torsi total = 0 (syarat 2 keseimbangan
benda tegar).
Kita bisa langsung menentukan Gaya tegangan tali untuk komponen x (Tx). Perhatikan
lagi diagram di atas. Tali membentuk sudut 30o terhadap batang besi. Karenanya besar
tegangan tali untuk sumbu x (Tx) dan sumbu y (Ty) bisa ditentukan dengan rumus sinus
dan kosinus
Sekarang kita hitung gaya yang bekerja pada penopang Benda berada dalam
keseimbangan, jika gaya total = 0 (syarat 1 keseimbangan benda).
Contoh Soal 5 :
Sebuah benda digantungkan pada kedua tali seperti tampak pada gambar di bawah. Jika
massa benda = 10 kg, tentukan gaya tegangan kedua tali yang menahan benda tersebut.
(g = 10 m/s2)
Panduan Jawaban :
Keterangan gambar :
T1x = gaya tegangan tali (1) pada sumbu x = T1 cos 45o = 0,7 T1
T1y = gaya tegangan tali (1) pada sumbu y = T1 sin 45o = 0,7 T1
T2x = gaya tegangan tali (2) pada sumbu x = T2 cos 45o = 0,7 T2
T2y = gaya tegangan tali (2) pada sumbu y = T2 sin 45o = 0,7 T2
Sebuah benda berada dalam keadaan seimbang, jika gaya total yang bekerja pada benda
= 0 (syarat 1). Terlebih dahulu kita tinjau komponen gaya yang bekerja pada arah
vertikal (sumbu y) :
STABILITAS KAPAL
Stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal pada
saat diapungkan, tidak miring kekiri atau kekanan, demikian pula pada saat berlayar,
disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya pada saat kapal diolengkan
oleh ombak atau angin, kapal dapat tegak kembali.
Stabilitas awal sebuah kapal adalah kemampuan dari kapal itu untuk kembali kedalam
kedudukan tegaknya semula sewaktu kapal menyenget (miring) pada sudut-sudut kecil (
6o = 6 derajat). Pada umumnya stabilitas awal ini hanya terbatas pada pembahasan pada
stabilitas melintang saja. Didalam membahas stabilitas awal sebuah kapal, maka titik-
titik (Titik penting dalam stabilitas kapal) yang menentukan besar kecilnya nilai-nilai
stabilitas awal adalah :
1. Titik berat kapal (G) adalah sebuah titik di kapal yang merupakan titik
tangkap dari Resultante semua gaya berat yang bekerja di kapal itu, dan
dipengaruhi oleh konstruksi kapal. arah gaya kerja titik berat kapal adalah tegak
lurus kebawah. Titik berat kapal dari suatu kapal yang tegak terletak pada bidang
simetris kapal yaitu bidang yang dibuat melalui linggi depan linggi belakang dan
lunas kapal.Letak / kedudukan titik berat kapal suatu kapal akan tetap bila tidak
terdapat penambahan, pengurangan, atau penggeseran bobot diatas kapal dan
akan berpindah tempatnya bila terdapat penambahan, pengurangan atau
penggeseran bobot di kapal itu 1.) Bila ada penambahan bobot, maka titik
berat kapal akan berpindah kearah / searah dan sejajar dengan titik berat bobot
yang dimuat(2.) Bila ada pengurangan bobot, maka titik berat kapal. akan
berpindah kearah yang berlawanan dan titik berat bobot yang dibongkar. (3.)
Bila ada penggeseran bobot, maka titik berat sebuah kapal akan berpindah
searah dan sejajar dengan titik berat dari bobot yang digeserkan.titik ini
merupakan titik yang sangat mempengaruhi stabilitas kapal.
2. Titik Tekan kapal atau Titik Apung kapal ( B ) adalah titik stabilitas kapal
Centre of buoyency sebuah titik di kapal yang merupakan titik tangkap
Resultante semua gaya tekanan keatas air yang bekerja pada bagian kapal yang
terbenam didalam air. Arah bekerjanya gaya tekan adalah tegak lurus keatas.
Kedudukan titik tekan sebuah kapal senantiasa berpindah pindah searah dengan
menyengetnya kapal, maksudnya bahwa kedudukan titik tekan itu akan
berpindah kearah kanan apabila kapal menyenget ke kanan dan akan berpindah
ke kiri apabila kapal menyenget ke kiri, sebab titik berat bagian kapal yang
terbenam berpindah-pindah sesuai dengan arah sengetnya kapal. Jadi dengan
berpindah-pindahnya kedudukan titik tekan sebuah kapal sebagai akibat
menyengetnya kapal tersebut akan membawa akibat berubah-ubahnya stabilitas
kapal tersebut.
Gambar stabilitas kapal Kedudukan titk berat kapal, titik apung kapal , dan titik
metasentrum kapal
Dengan berpindahnya kedudukan titik tekan sebuah kapal sebagai akibat menyengetnya
kapal tersebut akan membawa akibat berubah-ubahnya kemampuan kapal untuk
menegak kembali. Besar kecilnya kemampuan sesuatu kapal untuk menegak kembali
merupakan ukuran besar kecilnya stabilitas kapal itu. Jadi dengan berpindah-pindahnya
kedudukan titik tekan sebuah kapal sebagai akibat dari menyengetnya kapal tersebut
akan membawa akibat berubah-ubahnya stabilitas kapal tersebut.
Diagram stabilitas kapal
Diagram stabilitas kapal, pusat gravitasi (G), pusat daya apung (B), dan Metacenter (M)
pada posisi kapal tegak dan miring. Sebagai catatan G pada posisi tetap sementara B
dan M berpindah kalau kapal miring.) Dengan berpindahnya kedudukan titik tekan B
dari kedudukannya semula yang tegak lurus dibawah titik berat G itu akan
menyebabkan terjadinya sepasang koppel, yakni dua gaya yang sama besarnya tetapi
dengan arah yang berlawanan, yang satu merupakan gaya berat kapal itu sendiri sedang
yang lainnya adalah gaya tekanan keatas yang merupakan resultante gaya tekanan
keatas yang bekerja pada bagian kapal yang berada didalam air yang titk tangkapnya
adalah titik tekan. Dengan terbentuknya sepasang koppel tersebut akan terjadi momen
yang besarnya sama dengan berat kapal dikalikan jarak antara gaya berat kapal dan gaya
tekanan keatas stabilitas kapal.
Perangkat stabilitas kapal
ada beberapa perangkat atu alat yang di gunkan untuk menjaga stbilitas kapal yaitu
sirip lambung, tangki penyeimbang (ballast kapal), dan sirip stabiliser.
1. sirip lambung : Sirip lunas atau disebut juga sebagai Bilge keel berfungsi untuk
meningkatkan friksi melintang kapal sehingga lebih sulit untuk terbalik dan
menjaga stabilitas kapal. Biasanya digunakan pada kapal dengan bentuk
lambung V.
Sumber
konstruksi dan stabilitas kapal (5)bagaimana ballast kapal bekerja (3)stabilitas kpl
(2)stabilitas dan konstruksi kapal (1)setabilitas kapal (1)pengertian tangki ballast
(1)Pengertian stabilitas melintang (1)kunstuksi dan setabilitas kapal ant-iv (1)kontruksi
& stabilitas kapal (1)KONSTRUKSI STABILITAS KAPAL (1)istilah stabilitas kapal
(1)ilmu bagian bagian kapal (1)definisi air ballast (1)aturan menentukan bilge keel
(1)apa pengaruh bobot yang dimuat atau di bongkar terhadap sisi berat suatu kapal? (1)
Mari belajar tentang Kapal, kali ini Berita Kapal mengajak para pembaca setia
blog ini untuk mengetahui sedikit tentang stabilitas kapal. Stabilitas kapal
sangat penting agar kapal tidak tenggelam baik selama perjalanan atau ketika
sandar, karena mungkin saja kapal tenggelam ketika sandar sekalipun di
pelabuhan.
1. PENGERTIAN STABILITAS
Kaitannya dengan bentuk dan ukuran, maka dalam menghitung stabilitas kapal
sangat tergantung dari beberapa ukuran pokok yang berkaitan dengan dimensi
pokok kapal.
1. Berat benaman (isi kotor) atau displasemen adalah jumlah ton air yang
dipindahkan oleh bagian kapal yang tenggelam dalam air.
2. Berat kapal kosong (Light Displacement) yaitu berat kapal kosong termasuk
mesin dan alat-alat yang melekat pada kapal.
3. Operating Load (OL) yaitu berat dari sarana dan alat-alat untuk
mengoperasikan kapal dimana tanpa alat ini kapal tidak dapat berlayar.
Displ = LD + OL + Muatan
DWT = OL + Muatan
Stabilitas melintang kapal dapat dibagi menjadi sudut senget kecil (00-150) dan
sudut senget besar (>150). Akan tetapi untuk stabilitas awal pada umumnya
diperhitungkan hanya hingga 150 dan pada pembahasan stabilitas melintang
saja.
Dalam teori stabilitas dikenal juga istilah stabilitas awal yaitu stabilitas kapal
pada senget kecil (antara 00150). Stabilitas awal ditentukan oleh 3 buah titik
yaitu titik berat (Center of gravity) atau biasa disebut titik G, titik apung
(Center of buoyance) atau titik B dan titik meta sentris (Meta centris) atau
titik M.
Pada prinsipnya keadaan stabilitas ada tiga yaitu Stabilitas Positif (stable
equilibrium), stabilitas Netral (Neutral equilibrium) dan stabilitas Negatif
(Unstable equilibrium).
Suatu keadaan stabilitas dimana titik G-nya berada di atas titik M, sehingga
sebuah kapal yang memiliki stabilitas negatif sewaktu menyenget tidak
memiliki kemampuan untuk menegak kembali, bahkan sudut sengetnya akan
bertambah besar, yang menyebabkan kapal akan bertambah miring lagi bahkan
bisa menjadi terbalik. Atau suatu kondisi bila kapal miring karena gaya dari luar
, maka timbullah sebuah momen yang dinamakan MOMEN PENERUS/Heiling
moment sehingga kapal akan bertambah miring.
Menurut Hind (1967), titik-titik penting dalam stabilitas antara lain adalah titik
berat (G), titik apung (B) dan titik M.
(a). Titik Berat (Centre of Gravity)
Titik berat (center of gravity) dikenal dengan titik G dari sebuah kapal,
merupakan titik tangkap dari semua gaya-gaya yang menekan ke bawah
terhadap kapal. Letak titik G ini di kapal dapat diketahui dengan meninjau
semua pembagian bobot di kapal, makin banyak bobot yang diletakkan di
bagian atas maka makin tinggilah letak titik Gnya.
Secara definisi titik berat (G) ialah titik tangkap dari semua gaya gaya yang
bekerja kebawah. Letak titik G pada kapal kosong ditentukan oleh hasil
percobaan stabilitas. Perlu diketahui bahwa, letak titik G tergantung daripada
pembagian berat dikapal. Jadi selama tidak ada berat yang di geser, titik G tidak
akan berubah walaupun kapal oleng atau mengangguk.
Titik apung (center of buoyance) diikenal dengan titik B dari sebuah kapal,
merupakan titik tangkap dari resultan gaya-gaya yang menekan tegak ke atas
dari bagian kapal yang terbenam dalam air. Titik tangkap B bukanlah
merupakan suatu titik yang tetap, akan tetapi akan berpindah-pindah oleh
adanya perubahan sarat dari kapal. Dalam stabilitas kapal, titik B inilah yang
menyebabkan kapal mampu untuk tegak kembali setelah mengalami senget.
Letak titik B tergantung dari besarnya senget kapal ( bila senget berubah maka
letak titik B akan berubah / berpindah. Bila kapal menyenget titik B akan
berpindah kesisi yang rendah.
Titik metasentris atau dikenal dengan titik M dari sebuah kapal, merupakan
sebuah titik semu dari batas dimana titik G tidak boleh melewati di atasnya agar
supaya kapal tetap mempunyai stabilitas yang positif (stabil). Meta artinya
berubah-ubah, jadi titik metasentris dapat berubah letaknya dan tergantung
dari besarnya sudut senget.
Apabila kapal senget pada sudut kecil (tidak lebih dari 150), maka titik apung B
bergerak di sepanjang busur dimana titik M merupakan titik pusatnya di bidang
tengah kapal (centre of line) dan pada sudut senget yang kecil ini perpindahan
letak titik M masih sangat kecil, sehingga masih dapat dikatakan tetap.
Keterangan :
K = lunas (keel)
B = titik apung (buoyancy)
G = titik berat (gravity)
M = titik metasentris (metacentris)
d = sarat (draft)
D = dalam kapal (depth)
CL = Centre Line
WL = Water Line
KM ialah jarak tegak dari lunas kapal sampai ke titik M, atau jumlah jarak dari
lunas ke titik apung (KB) dan jarak titik apung ke metasentris (BM), sehingga
KM dapat dicari dengan rumus :
KM = KB + BM
Diperoleh dari diagram metasentris atau hydrostatical curve bagi setiap sarat
(draft) saat itu.
Letak titik B di atas lunas bukanlah suatu titik yang tetap, akan tetapi
berpindah-pindah oleh adanya perubahan sarat atau senget kapal (Wakidjo,
1972).
Menurut Rubianto (1996), nilai KB dapat dicari :
Tinggi metasentris atau metacentris high (GM) yaitu jarak tegak antara
titik G dan titik M.
GM = KM KG
GM = (KB + BM) KG
Nilai GM inilah yang menunjukkan keadaan stabilitas awal kapal atau keadaan
stabilitas kapal selama pelayaran nanti
(f). Momen Penegak (Righting Moment) dan Lengan Penegak (Righting Arms)
Momen penegak adalah momen yang akan mengembalikan kapal ke kedudukan
tegaknya setelah kapal miring karena gaya-gaya dari luar dan gaya-gaya
tersebut tidak bekerja lagi (Rubianto, 1996).
Pada waktu kapal miring, maka titik B pindak ke B1, sehingga garis gaya berat
bekerja ke bawah melalui G dan gaya keatas melalui B1 . Titik M merupakan
busur dari gaya-gaya tersebut. Bila dari titik G ditarik garis tegak lurus ke B1M
maka berhimpit dengan sebuah titik Z. Garis GZ inilah yang disebut dengan
lengan penegak (righting arms). Seberapa besar kemampuan kapal tersebut
untuk menegak kembali diperlukan momen penegak (righting moment). Pada
waktu kapal dalam keadaan senget maka displasemennya tidak berubah, yang
berubah hanyalah faktor dari momen penegaknya. Jadi artinya nilai GZ nyalah
yang berubah karena nilai momen penegak sebanding dengan besar kecilnya
nilai GZ, sehingga GZ dapat dipergunakan untuk menandai besar kecilnya
stabilitas kapal.
Yang dimaksud dengan periode oleng disini adalah periode oleng alami (natural
rolling) yaitu olengan kapal air yang tenang.
gg1 = r . x l x b3
12 x 35 x W
r = berat jenis di dalam tanki dibagi berat jenis cairan di luar kapal
l = panjang tangki
b = lebar tangki
Different types of Entries to be made in the Bridge Log Book of the Ship
BAB II
PERHITUNGAN STABILITAS
Lengan stabilitas statis adalah jarak tegak lurus antara garis kerja
gaya tekan dengan garis kerja gaya berat. Dengan kata lain, lengan
stabilitas tersebut adalah selisih antara lengan momen gaya tekan
dengan lengan momen gaya berat. Panjang lengan momen kedua
gaya tersebut adalah jarak tegak lurus garis kerjanya masing-masing
terhadap titik tekan B atau juga terhadap titik K yang berada garis
dasar atau garis lunas.
Lengan momen gaya tekan BB atau Kk dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan ( 19 ) atau persamaan ( 20 ) di bawah ini.
BB = MB sin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 19 )
Kk = MK sin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 20 )
Besarnya momen gaya tekan merupakan hasil kali antara gaya tekan
atau displeismen dengan panjang lengannya seperti pada persamaan
( 21 ) atau prsamaan (22).
MD = D MB sin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 21 )
MD = D MK sin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 22 )
Bd = BG sin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 23 )
Kb = KG sin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 24 )
MW = W KG sin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 26 )
Arah garis kerja gaya tekan adalah ke atas dan arah garis kerja gaya
berat adalah ke bawah. Karena momen gaya tekan merupakan usaha
untuk mengembalikan kapal pada posisi tegak semula, maka besaran
stabilitas kapal adalah pengurangan momen gaya tekan oleh momen
gaya berat. Dengan demikian, stabilitas statis awal dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan ( 27 ) atau persamaan ( 28 )
dengan penjabaran masing masing seperti berikut ini.
Ssa = MD MW
= ( D MB sin ) ( W BG sin )
D = W . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 27 )
MG = MB BG
Ssa = W MG sin
Ssa = MD MW
= ( D MK sin ) (W KG sin )
D = W . . . . . . . . . . . . . . . . ( 28 )
MG = MK KG
Ssa = W MG sin
Pada keadaan kapal miring dengan sudut oleng sebesar , titik tekan
B bergeser menjadi B. Dengan demikian terjadi perbedaan posisi B
terhadap G pada garis air WL dengan B terhadap G pada garis air
WL. Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa titik G semakin dekat
terhadap garis air dengan jarak semula adalah GO berubah menjadi
GO. Titik tekandari B ke B semakin jauh dari garis air dengan jarak
semula sebesar BO berubah menjadi BO. Besaran perubahan jarak
tersebut, itulah dimaksud dengan lengan gaya dinamis.
MdD = D ( BO BO ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 29 )
MdW = W (GO GO ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 30 )
D=W
BO = BG GO
( - BO GO ) = -BG
GO = GO
= D (BG BG)
BG = MB MG
. ( 31 )
Sda = D ( MB MG BG )
MB = MB
MG = MG cos
BG = MB MG
Sda = D ( MB MG cos MB MG )
Sda = D ( MG MG cos )
Sda = D MG ( 1 cos )
1 cos
Sda = Ssa
Sin
Menghitung LCB = B
Volume displacement
= 1/3 x x 1 = 185.93 m3
LCB = B= 2 / 1 x = -0.07 m
Menghitung KB
Lengan di
Water line (WL) Luas Water Faktor Fungsi atas Fungsi
(m) plane (m2) Simson Volume Baseline Momen
1 2 3 4=2 x 3 5 6=4 x 5
1.20 1468.47 1 1468.47 1 1468.47
13098.8
2.40 1637.36 4 6549.44 2 8
10495.9
3.60 1749.33 2 3498.66 3 8
28733.2
4.80 1795.83 4 7183.32 4 8
6.00 1806.62 1 1806.62 5 9033.10
20506.5 62829.7
1 = 1 2 = 1
d= 1.20 M
KB = 2 / 1 x d = 3.68 m
Kapal tanker pada kondisi full load departure (berangkat dengan muatan penuh)
1 2 3 4=2x3 5 6=2x5
SUPPLIES
MUATAN
a. Displacement kapal
KG
4 6323,138 2,421 meter
b. 2 2611,91
LCG
6 - 187,841 0,072 meter
c. 2 2611,91
Momen Penegak (Mp) = x GM sin
2.2. STABILITAS LANJUT
Ship Design
1 Votes
Merancang adalah bagian yang penting dalam ilmu keteknikan, karena dengan
merancang, seorang engineer harus memiliki kepekaan analis terhadap apa yang
dirancangnya. Apalagi merancang kapal yang memiliki bagian yang sangat kompleks.
karena di dalam kapal terdapat berbagai disiplin ilmu yang diterapkan, secara umum
merancang kapal memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
point based design: dalam kelompok ini dicari satu ukuran utama kapal dengan
berbagai metode (mis. cara Manning, Mandelli dsb.), kemudian diperiksa
apakah semua ketentuan dan persyaratan dipenuhi. Kalau ada ketentuan dan
persyaratan yang tidak dipenuhi, ukuran utama dirubah/dikoreksi supaya
memenuhi. Proses perubahan/koreksi ini disebut spiral design dan
menghasilkan satu ukuran utama. Kelemahannya, karena harga tidak dihitung,
kita tidak tahu hasil ukuran utama tadi mahal atau murah. Dalam proses ini tidak
dilakukan optimisasi.
Set based design: dalam kelompok ini dihitung banyak ukuran utama dengan
memvariasikan angka Froude, perbandingan ukuran utama, koefisien bentuk dan
letak LCB (sebagai variable) secara sistematis (bukaan acak). Banyaknya variasi
disesuaikan kebutuhan dan ketelitian yang diinginkan. Semua ukuran utama ini
diperiksa apakah semua ketentuan dan persyaratan dipenuhi dan berapa besar
beayanya, baik investasi maupun operasional atau yang lain. Kalau ada
ketentuan dan persyaratan yang tidak dipenuhi, ukuran utama yang bersangkutan
dibuang. Proses menuju titik optimum dilakukan dengan membuang harga
variable (misalnya harga L/B = 5.5) yang tidak/sedikit sekali menghasilkan
ukuran utama yang memenuhi semua ketentuan dan persyaratan dan mengambil
harga variable yang baru (misalnya harga L/B = 6) yang diharapkan memberikan
lebih banyak ukuran utama yang memenuhi semua ketentuan dan persyaratan.
Dari semua ukuran utama yang memenuhi semua ketentuan dan persyaratan
dipilih yang beayanya terendah atau fungsi obyektif yang lain. Maka kita tahu
harga kapal kita tidak akan mahal. Kekurangannya, dibutuhkan banyak
perhitungan.
Langkah yang dipakai pada pembahasan ini adalah menggunakan langkah optimasi
dengan merancang kapal sebanyak 256 kapal dengan mengkombinasikan beberapa
variasi ukuran utama kapal, Langkah pengerjaan yang diberikan di bawah ini bukanlah
satu-satunya langkah yang dapat dipakai untuk merancang kapal.
2. Proses Analisis Regressi, dalam proses regresi ini bertujuan menemukan ukuran
yang cocok sesuai hasil dari data analisis regresi dalam data statistik kapal
pembanding yang didapat.. Adapun proses regresi dapat menggunakan
Microsoft excel, Minitab, SPSS, Eviews, CURVE EXPERT dan lain sebagainya.
adapun proses regresi akan dibahas pada link berikut Regresi data analis
pendesainan kapal
3. Penentuan 256 kandidat kapal yang akan dianalis dan dioptimasikan.dari data
hasil korelasi reggresi yang didapat, lakukan langkah berikut ini.
o Hitung angka Froude number dari ukuran utama dasar dan kecepatan
yang diminta oleh owner -> Fn0
o Tentukan 4 angka Froude dengan range persentase froude sekitar 5%
jadi: Fn0 5%, Fn0 1,667%, Fn0 + 1.667%, Fn0 + 5%, sehingga
didapatkan 4 harga Panjang kapal (L0). karena froud number merupakan
fungsi dari panjang kapal fn=v/(gl)^0,5
o Dari ukuran utama dasar hitunglah B0/T0, lalu ambillah B0/T0 5%,
B0/T0 1,667%, B0/T0 + 1,667%, B0/T0 + 5%. Jadi untuk setiap B ada
empat T, sehingga ada 64 set ukuran utama
o Dari ukuran utama dasar hitunglah T0/H0, lalu ambillah T0/H0 5%,
T0/H0 1,667%, T0/H0 + 1,667%, T0/H0 + 5%. Jadi untuk setiap T ada
empat H, sehingga ada 256 set ukuran utama
o Dari angka Froude hitunglah Cb dengan rumus dari buku karya Watson-
Gilfillan atau Townsin, Cm dan Cwp dapat dicari di buku karya Parsons
Chapter 11, demikian juga letak LCB. Jadi untuk tiap L ada satu Cb, satu
Cm, satu Cwp dan satu LCB.
4. PERHITUNGAN
Adapun perhitungan perhitungan yang akan dilakukan dalam pendesainan kapal
(penjelasannya akan dibuat terpisah, klik pada bagian perhitungannya) adalah
sebagai berikut:
o Perancangan baling-baling
o Perhitungan freeboard
5. Penerapan metode optimalisasi kapal, dari 256 kapal yang tersedia untuk
pendesainan, tentunya akan dipilih satu kapal untuk didesain. Oleh karena itu
kapal yang diinginkan untuk didesain adalah kapal yang memiliki efisiensi
optimal (bukan maksimal) dan juga harga investasi terbaik. untuk itu dilakukan
metode optimalisasi agar mendapatkan kapal yang dimaksud. Adapun cara
metode optimalisasinya ada pada link berikut :Penerapan metode optimalisasi
pada desain kapal
6. Rencana Garis (Lines Plan); Secara umum rencana garis adalah penggambaran
bentuk potongan potongan badan kapal, baik secara memanjang maupun
melintang. Dalam pembuatannya ada beberapa metode yang digunakan, Adapun
gambar dalam rencana garis tesebut adalah Body Plan, Half Breadth Plan dan
Sheer Plan. Dengan latar belakang teknik, maka dalam penggambaran ini
tentunya dibutuhkan ketelitian dalam penghitungan maupun dalam pengukuran
gambar. Ketelitian ini yang nantinya akan memberikan keakuratan dalam
penggambaran utama Adapun prinsip penggambaran bodyplan yaitu proyeksi
gambar yang terdiri atas 2 garis lurus dan 1 garis lengkung disetiap proyeksi
gambar yang digambar baik itu bodyplan, halfbreadth plan dan sheerplan.setelah
satu kapal dipilih untuk didesain,maka dari ukuran dan perhitungan yang
didapat, bisa dijadikan modal utama dalam pembuatan rencana garis. Banyak
metode pembuatan rencana garis. Dalam pembuatan rencana garis. anda dapat
menggunakan metode Form Data, Diagram NSP, Software Maxsurf, Pro ships
dan lain sebagainya. Dalam hal ini akan dibahas metode pembuatan lines plan
menggunakan Maxsurf dan Diagram NSP. Klik link berikut Pembuatan lines
plan menggunakan Maxsurf dan Pembuatan lines plan menggunakanDiagram
NSP. Setelah mengetahui bagaimana cara pembuatan lines plan, perlu anda
ketahui bahwa ada beberapa hal penting dalam pendesainan linesplan. Hal
tersebut adalah (Klik tiap bagian untuk pembahasan) :
o Pertimbangan desain linesplan dalam memilih bentuk linggi haluan dan
buritan:
Manoeuvrability
Roll-damping
o Propeller clearance
Dapur
o Menyusun akomodasi
Bulk carriers
Oil tankers
Cruise liners
Ro-ro Ferries
o Ruang permesinan
o Tangki-tangki.
o Faktor-faktor lain
Created by :
Sulistiawan, Arif ( )
[ Description ]
Stabilitas kapal bocor atau lebih dikenal dengan Damage Stability adalah stabilitas
kapal pada saat kapal mengalami kebocoran, yaitu masuknya air ke dalam kompartemen
atau beberapa kompartemen yang berdekatan. Perhitungan ini dibuat untuk
menggantikan Perhitungan Floodable Length dan Intact Stability yang tidak cukup lagi
menjamin keselamatan kapal jika terjadi kebocoran. Pada perkembangan terakhirnya
(1990-an), damage stability dihitung dengan menggunakan pendekatan Probabilistik
yang lebih mendekati realitas kejadian sebenarnya ketika kapal mengalami kebocoran
dibandingkan metode terdahulu yaitu pendekatan Deterministik. Perhitungan ini resmi
dipakai dan disyaratkan oleh IMO mulai 1 Februari 1992. Damage stability berbasis
pendekatan probabilistik ini mempunyai proses perhitungan yang cukup panjang,
sehingga program komputer adalah pilihan yang paling realistis untuk mengatasi
masalah ini menjadi perhitungan yang praktis dan efisien. Dalam perhitungan kondisi
kesetimbangan setelah kebocoran, metode yang dapat digunakan adalah Metode Lost
Buoyancy. Metode ini mengansumsikan bahwa ketika mengalami kebocoran, maka
besar buoyancy kapal akan berkurang. Hal ini terjadi karena ruang kosong dalam kapal
akan terisi air sehingga dianggap tidak lagi menjadi bagian yang memberi kontribusi
pada besarnya buoyancy, sehingga kapal akan mengalami sinkage dan sarat kapal
bertambah. Sesuai perhitungan probabilistik untuk kapal kargo dalam SOLAS
Consolidated Edition 2004 Chapter II-1 Part B-1, terdapat dua index yang
dibandingkan, yaitu index R (Required subdivision index) yang tergantung pada
panjang penyekatan kapal dan index A (Attained subdivision index). Nilai index A
tergantung pada faktor pi yang menunjukkan kemungkinan bahwa kompartemen atau
beberapa kompartemen berhubungan mengalami kebocoran, serta faktor si yang
menunjukkan kemungkinan kapal akan selamat jika terjadi kebocoran. Dengan
membandingkan nilai index A dan index R maka dapat diketahui apakah damage
stability dan penyekatan kapal sudah memenuhi standar SOLAS.