Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

ATTRIBUTE CONTROL CHARTS


(P CHART DAN NP CHART)

Mata Kuliah: Manajemen Mutu - MN142418


Dosen: Dr. Ir. Heri Supomo, M.Sc

Oleh:
SABILA FITRI AFSARI
04111750032001

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN


PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
1. Pendahuluan
Kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu tidak terlepas dari proses pengukuran-
pengukuran dari faktor-faktor mutu yang dianggap penting. Pengukuran sebagai suatu
proses merupakan suatu program penetapan, evaluasi, pengendalian mutu pengukuran.
Salah satu karakteristik terpenting dari proses pengukuran adalah ketelitian yang
menyangkut homogenitas produk. Untuk menentukan tingkat ketelitian tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan satu seri pengukuran yang dianggap memenuhi syarat
kemudian dilakukan analisa lebih lanjut tentang nilai simpangan yang terjadi menggunakan
nilai mutlak (Kartika, 1990).

Pengendalian proses pada dasarnya adalah analisa dan mengenali penyebab keragaman
produk dan kemudian melakukan tindakan koreksi atau perbaikan terhadap proses produksi
agar dicapai produk yang bermutu baik dan seragam. Dalam industri pengolahan
pengendalian proses dilakukan bagan pengendalian proses (Control Chart) Pengendalian
mutu atribut merupakan pengendalian mutu yang berkaitan dengan jumlah cacat, jumlah
kerusakan, penerimaan atau penolakan produk yang baik atau sifat mutu lainnnya dengan
pilihan yang terbatas. Maksud dan tujuan pengendalian proses adalah:

a. Mengendalikan dan memonitor terjadinya penyimpangan mutu produk.


b. Memberikan peringatan dini sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan
mutu produk lebih lanjut.
c. Memberikan petunjuk waktu yang tepat perlu segera dilakukan tindakan koreksi
untuk melurusakan proses yang menyimpang.
d. Mengenali penyebab keragaman atau penyimpangan produk.

Diagram pengendalian (control chart) adalah diagram garis di mana dua garis
horizontal yang disebut batas pengendalian (control limit) ditambahkan: batas pengendalian
atas (upper control limit atau UCL) dan batas pengendalian bawah (lower control limit atau
LCL) (Lindsay dan Evans, 2007).

1
2. P-Chart

Grafik pengendalian p (proporsi cacat) dapat dikelompokkan atas jumlah sampel


tetap dan jumlah sampel bervariasi, dimana p adalah perbandingan antara jumlah produk
yang cacat dengan total produksi. Peta kontrol p digunakan untuk mengukur proporsi
ketidaksesuaian (penyimpangan atau sering disebut cacat) dari item-item dalam
kelompok yang sedang diinspeksi. Dengan demikian peta kontrol p digunakan untuk
mengendalikan proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat-syarat spesifikasi
kualitas atau proporsi dari produk yang cacat yang dihasilkan dalam suatu proses.
Proporsi yang tidak memenuhi syarat didefinisikan sebagai rasio banyaknya item
yang tidak memenuhi syarat dalam suatu kelompok terhadap total banyaknya item
dalam kelompok itu. Item-item itu dapat mempunyai beberapa karakteristik kualitas
yang diperiksa atau diuji oleh pemeriksa. Jika item-item itu tidak memenuhi standar
pada satu atau lebih karakteristik kualitas yang diperiksa, item-item itu digolongkan
sebagai tidak memenuhi syarat spesifikasi atau cacat (Gasperz, 1998).
Dalam perhitungan p-chart ini data yang digunakan merupakan analisis terhadap
produk akhir baja yaitu pipa pada pengecoran logam di CV. Teknika Jaya, Klaten.
Jumlah produk akhir yang di-sampling atau diobsevasi sebanyak 15 produksi (Sarjono,
2005). Penulis hanya mengambil data sebagai contoh dalam pengerjaan tugas mata
kuliah manajemen mutu ini kemudian untuk mengatasi masalah yang timbul selanjutnya
penulis mengambil asumsi sendiri. Data jumlah kerusakannya adalah sebagai berikut:

Tabel. 1 Tabel Kerusakan Produk Akhir Baja di CV. Teknika Jaya

Jumlah
Jumlah Proporsi
Hari Produk
yang Kerusakan
Ke- yang
Diobservasi Produk
Rusak
(1) (2:1)
(2)

1 50 4 0,08
2 50 3 0,06
3 50 1 0,02
4 50 3 0,06
5 50 2 0,04

2
6 50 2 0,04
7 50 1 0,02
8 50 5 0,10
9 50 2 0,04
10 50 11 0,22
11 50 2 0,04
12 50 3 0,06
13 50 2 0,04
14 50 1 0,02
15 50 9 0,18
TOTAL 750 51 1,02

Sumber : CV. Teknika Jaya (Sarjono, 2005)

a. Center Line (p)


p = Ʃ Kerusakan Produk
Ʃ Sample
= 51
750
= 0,068
b. Upper Center Line (UCL)
UCL (p) =p+3

= 0,068 + 3

= 0,1748

c. Lower Center Line (LCL)


LCL (p) =p-3
= 0,068 - 3

= -0,0388 = 0

d. Batas-Batas Terendah dan Tertinggi (Upper dan Lower) Pada P-Chart


1) Batas antara upper zona B dan C
Upper zona B dan C =p+

3
= 0,068 +

= 0,1036

2) Batas antara lower zona B dan C


lower zona B dan C =p-

= 0,068 -

= 0,0324

3) Batas antara upper zona A dan B


Upper zona A dan B =p+2

= 0,068 + 2

= 0,1392

4) Batas antara lower zona A dan B


Lower zona A dan B =p-2

= 0,068 - 2

= 3,2045 = 0,00320

Sumber: MINITAB 14
Gambar 1. P-Chart Pada Kerusakan Produk Akhir Baja Pipa

4
Nilai rata-rata pecahan berada diatas upper limit terjadi selama 2 hari yang berbeda,
yakni pada hari ke-10 dengan proporsi kerusakan 0,22 dan hari ke-15 dengan proporsi
kerusakan 0,18. Diasumsikan bahwa penyebab kerusakan tersebut karena kerusakan yang
bersifat harian (bersifat rutinitas) dimana bisa saja disebabkan oleh tenaga pengecor atau
adanya teknik pengecoran yang kurang baik. Untuk mengatasi hal tersebut seharusnya
perusahaan tersebut melakukan suatu tindakan agar kerusakan dapat dikurangi. Jika
tindakan tersebut sudah dilakukan maka penyebab khusus variasi telah dihapus. Dimana
titik-titik dihapus dari grafik kontrol. Karena hal tersebut dilakukan penghitungan kembali
sebagai berikut:
a. Center Line (p)
p = Ʃ Kerusakan Produk
Ʃ Sample
= 31
650
= 0,0477

b. Upper Center Line (UCL)


UCL (p) =p+3

= 0,0477 + 3

= 0,1381

c. Lower Center Line (LCL)


LCL (p) =p-3
= 0,0477 - 3

= -0,0427 = 0
d. Batas-Batas Terendah dan Tertinggi (Upper dan Lower) Pada P-Chart
1) Batas antara upper zona B dan C
Upper zona B dan C =p+

= 0,0477 +

= 0,0778

5
2) Batas antara lower zona B dan C
lower zona B dan C =p-

= 0,0477 -

= 0,01756

3) Batas antara upper zona A dan B


Upper zona A dan B =p+2

= 0,0477 + 2

= 0,10798

4) Batas antara lower zona A dan B


Lower zona A dan B =p-2

= 0,0477 - 2

= -0,0126 = 0

Sumber: MINITAB 14
Gambar 2. P-Chart Pada Kerusakan Produk Akhir Baja Pipa

6
3. Control Chart (NP-Chart)

Jika P-chart memonitor proporsi cacat (p̂ ) dalam jumlah sampel (n), maka NP-

chart memonitor jumlah cacat itu sendiri. N dalam NP-chart berarti “number” atau

“jumlah”, yaitu jumlah unit-unit yang tidak sesuai (nonconforming units) dalam

sebuah sampel. NP-chart hanya menggunakan pengukuran sampel konstan. Pada

umumnya data jumlah item cacat memang lebih disukai dan mudah untuk

diinteprestasikan dalam pembuatan laporan dibandingkan dengan data proporsi.

Berikut perbedaan NP-chart dan P-chart:

 Batas kendali dihitung dengan np ± 3√ np (1 – p), yang mana n adalah


ukuran sampel dan p adalah proporsi cacat. Jika nilai standar untuk p tidak
tersedia, (rata-rata p) dapat digunakan untuk menghampiri p.

 Data yang di-plot-kan pada peta kendali adalah jumlah cacat (np), bukan
proporsi cacat (p̂ ).

 Ukuran sampel (n) harus konstan.

Dalam perhitungan np-chart ini data yang digunakan sama dengan p-chart
yang terdapat pada tabel 1.

a. Center Line (np)


np = (n) [Ʃ Kerusakan Produk]
[Ʃ Sample]
= (50) [51]
[750]
= 3,4
b. Upper Center Line (UCL)
UCL (np) = np + 3

= (50) (0,034) + 3 (50) (0,034)

= 8,74

c. Lower Center Line (LCL)


LCL (np) = np - 3

7
= (50) (0,034) - 3 (50) (0,034)

= -0,2144 = 0
e. Batas-Batas Terendah dan Tertinggi (Upper dan Lower) Pada NP-Chart
1) Batas antara upper zona B dan C
Upper zona B dan C = np +

= 3,4 + (50) (0,034)

= 4,6815

2) Batas antara lower zona B dan C


lower zona B dan C = np -

= 3,4 - (50) (0,034)

= 2,1185

3) Batas antara upper zona A dan B


Upper zona A dan B = np + 2

= 3,4 + 2 (50) (0,034)

= 5,963

4) Batas antara lower zona A dan B


Lower zona A dan B = np - 2

= 3,4 - 2 (50) (0,034)

= 0,8370

8
Sumber: MINITAB 14

Gambar 3. NP-Chart Pada Kerusakan Produk Akhir Baja Pipa

9
REFERENSI

Gasperz, V. 1998. Statistical Proses Control: Penerapan Teknik-Teknik Statistikal dalam


Managemen Bisnis Total. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kartika, B. 1990. Dasar-Dasar Pengendalian Mutu dalam Industri Pertanian. Yogyakarta:


PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.

Lindsay, W.M. dan Evans, J.R. 2007. An Introduction to Six Sigma & Process Improvement
Pengantar SiX Sigma. Jakarta: Salemba Empat.

Mitra, A. 1993. Fundamentals of Quality Control and Improvement. New York: Macmillan
Publishing Company.

Ahyari, Agus. 1986. Manajemen Produksi, “Pengendalian Kualitas” Edisi BPFE, UGM
Yogyakarta.

Assauri, Sofyan. 1992. Manajemen Produksi dan Operasi. Surakarta, Sebelas Maret
University Press.

Sarjono, K. H. (2005). Analisis Pengendalian Kualitas Produk Akhir Baja Dengan Metode
P-Chart Pada Pengecoran Logam Di CV. Teknika Jaya. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Ariani, Dhorothea Wahyu. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta.

Handoko, Hani. 1997. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta.

Purnomo, Hari. 2003. Pengantar Teknik Industri. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Suyadi, Prawiro Sentono. 2002. Manajemen Mutu Terpadu. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Minitab User Manual, Minitab Inc, 2004.

10

Anda mungkin juga menyukai