Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGELASAN LAS BUSUR LISTRIK

Nama kelompok :

Fernando Sitanggang 1310313002


Yanma Tuhu Wicesa 1310313015
Dino Aryanto 1310313023

Universitas Penbangunan Nasional Veteran Jakarta

Jl. RS. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450 Telp. 7656971
Fax. 7656904

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul Pengelasan Las Busur Listrik. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama Islam di
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima


kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Jakarta, Desember 2013

Penulis
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL

Kata Pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Tujuan Penulisan

BAB II TEORI PENGELASAN

A. Dasar Teori
B. Jenis Pengelasan Kapal
C. Las Busur Listrik (SMAW)
D. Las Busur Redam (SAW)
E. Las Busur Listrik Dengan Pelindung Gas ( FCAW / GMAW )

BAB III METODE PENGELASAN

A. Posisi Pengelasan
B. Pembentukan Busur Listrik
C. Proses Penyulutan
D. Menyalakan Busur Listrik
E. Memadamkan Busur Listrik

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Las adalah metode untuk Penyambungan suatu benda atau lempeng
benda yang akan disatukan agar menjadi suatu kesatuan yang utuh dan
memperkuat suatu bagian pada kapal yang sedang dibuat.
Dan metode las ini dapat diaplikasikan kedalan berbagai jenis
lempeng plat yang ingin di sambung agar membuat suatu bagian yang ingin
dibuat. Dan metode las busur listrik ini dapat memberikan informasi kepada
mahasiswa, khususnya mahasiswa teknik perkapalan.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk pembelajaran bagi mahasiswa
2. Untuk mengenalkan teknik las busur listrik
3. Untuk mendefinisikan teknik las busur listrik kepada mahasiswa
4. Memberikan informasi tentang tata cara mengelas yang baik

BAB II
TEORI PENGELASAN

A. Dasar Teori
Berdasarkan defenisi dari Deutche Industrie Normen ( DIN ) las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam panduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari defenisi tersebut dapat
dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa
batang logam dengan menggunakan energy panas. Pada masa kini lebih dari
40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan hanya
menekan dua logam yang disambungkan sehingga terjadi ikatan antara
atom-atom atau molekul-molekul dari logam ynag disambungkan.
Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan
dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari
kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah
kedua logam tersebut.

Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi
dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi
akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah
mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai
dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.

Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh
busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau
logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan
sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda
dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan
penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam
busur dan suhu dapat mencapai 5500C.

Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks
dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya,
antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas
langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan
fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah
terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis
merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan
komersil.

B. Jenis Pengelasan Kapal


Dari berbagai jenis pengelasan yang telah dikenal, pengelasan pada
kapal mempunyai suatu persyaratan dari Badan Klasifikasi yang mengawasi
dan memberikan kelayakan tentang kekuatan konstruksi kapal. Hal ini karena
kapal selain berada pada media cair yang selalu mendapat gaya gaya
hidrostatik gelombang air dari luar badan kapal juga mendapatkan beban
berat sehingga kapal sebagai sarana pengangkutan perlu mendapatkan
perhatian khusus tentang kekuatan dan faktor keselamatannya.

Untuk memenuhi persyaratan yang dituntut dari pemilik kapal dan badan
klasifikasi maka peran juru las sangatlah besar, dan untuk itu teknik teknik
pengelasan pada kapal harus diikuti agar mendapatkan mutu las yang baik
dan dapat diterima oleh pemilik kapal maupun badan klasifikasi. Pada
umumnya pengelasan pada badan kapal yang banyak digunakan adalah
pengelasan dengan proses las busur listrik (SMAW), las busur rendam ( SAW
) dan proses las busur listrik dengan pelindung gas ( FCAW / GMAW ) dari
material baja karbon dan baja kekuatan tarik tinggi.

C. Las Busur Listrik (SMAW)

Proses SMAW juga dikenal dengan istilah proses MMAW (Manual


Metal Arc Welding). Dalam pengelasan ini, logam induk mengalami pencairan
akibat pemanasan dari busur listrik yang timbul antara ujung elektroda dan
permukaan benda kerja. Busur listrik yang ada dibangkitkan dari suatu mesin
las. Elektroda yang dipakai berupa kawat yang dibungkus oleh pelindung
berupa fluks dan karena itu elektroda las kadang-kadang disebut kawat las.
Elektroda selama pengelasan akan mengalami pencairan bersama-sama
dengan logam induk yang menjadi bagian kampuh las.

Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam
cair yang berasal dari elektroda dan logam induk. Untuk dapat mengelas
dengan proses SMAW diperlukan baberapa peralatan, seperti mesin las,
kabel elektroda dan pemegang elektroda, kabel logam induk dan penjempit
logam induk serta elektroda. Selain mencairkan kawat las yang nantinya
akan membeku menjadi logam las, busur listrik juga ikut mencairkan fluks.
Karena masa jenisnya yang kecil dari logam las maka fluks berada diatas
logam las pada saat cair. Kemudian setelah membeku fluks cair ini menjadi
terak yang menutup logam las.
Dengan demikian, fluks cair akan melindungi kumbangan las selama
mencair dan terak melindungi logam las selama pembekuan. Terak ini
nantinya harus dihilangkan dari permukaan logam las dengan menggunakan
palu atau digerinda.

D. Las Busur Redam (SAW)


Las busur listrik terendam adalah salah satu jenis proses pengelasan
yang termasuk jenis las busur listrik elektrode terumpan yang dalam
prosesnya berlangsung logam cair ditutup dengan Fluks yang diatur melalui
suatu penampungan Fluks dan logam pengisi yang berupa kawat pejal
diumpankan secara terus menerus . Memperhatikan proses kerjanya busur
listriknya terendam dalam Fluks, untuk itu proses ini dinamakan las busur
terendam. Penggunaan proses SAW ini semakin berkembang, karena
hasilnya bermutu tinggi juga kecepatan pelaksanaannya paling cepat bila
dibanding dengan proses pengelasan yang lainnya. Jenis proses ini
mempunyai kekurangan yaitu keterbatasan dalam posisi pengelasan yaitu
datar dan horisontal saja.

Proses pengelasan SAW ini banyak dipergunakan pada industry


perkapalan yang menggunakan proses produksi dengan sistim blok,
memperhatikan proses pengelasan yang semi maupun otomatis maka
dibutuhkan operator las, bukan juru las dimana untuk mengoperasikan mesin
ini pelaksana tidak dituntut berketrampilan tinggi seperti juru las. Meskipun
operator tidak dituntut ketrampilannya seperti juru las namun bila pelaksana
akan mengelas konstruksi kapal maka yang bersangkutan harus juga
berkualifikasi. Pengelasan SAW ini tidak hanya dipergunakan pada proses
fabrikasi saja tetapi juga banyak dipakai pada tahap perakitan ( assembly ),
dengan mesin semi ataupun otomatis misal pada saat penyambungan
geladak atau pada pembuatan tangki-tangki yang relative besar.
E.Las Busur Listrik Dengan Pelindung Gas
( FCAW / GMAW )

Proses pengelasan ini disebut juga dengan MIG (Metal Inert Gas).
Proses selain yang serupa dengan MIG adalah MAG (Metal Active Gas).
Perbedaannya terletak pada gas pelindung yang digunakan. Pada MIG
digunakan gas pelindung berupa gas Inert seperti Argon (Ar) dan Helium
(He), sedangkan pada MAG digunakan gas-gas seperti Ar + CO2, Ar + O2
atau CO2. Prinsip dasar dari proses GMAW ini tidak jauh berbeda dengan
SMAW, yaitu penyambungan yang diperoleh dari proses pencairan
sambungan logam induk dan elektroda yang nantinya membeku membentuk
logam las.

Perbedaan lain yang cukup terlihat antara GMAW dan SMAW adalah
pada pemakian jenis pelindung logam gas. Pada SMAW pelindung logam las
berupa fluks, sedangkan pada GMAW pelindung ini berupa gas. Gas yang
dimaksud bisa Inert atau Active. Dengan demikian karena tidak
menggunakan fluks, maka hasil pengelasannya tidak terdapat terak. Proses
GMAW ini selain dipakai untuk mengelas baja karbon juga sangat baik
dipakai untuk mengelas baja tahan karat atau Stinless Steel serta logam-
logam lain yang afinitas terhadap Oksigen sangat besar seperti Alumunium
(Al) dan Titanium (Ti).
BAB III

METODE PENGELASAN

A. Posisi Pengelasan
Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah pengaturan posisi dan
gerakan arah dari pada elektroda sewaktu mengelas. Adapun posisi
mengelas terdiri dari empat macam yaitu:

1. Posisi di Bawah Tangan


Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan
pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan.
Kemiringan elektroda las sekitar 10 20 terhada garis vertikal dan
70 80 terhadap benda kerja.
2. Posisi Tegak (Vertikal)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya
keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang
paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah
bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10 -15
terhada garis vertikal dan 70 85 terhadap benda kerja.
3. Posisi Datar (Horisontal)
Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas merata
dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda
mengikuti horisontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring
sekitar 5 10 terhada garis vertikal dan 70 80 kearah benda
kerja.

4. Posisi di Atas Kepala (Over Head)


Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair
banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan
perlengkapan yang serba lengkap antara lain: Baju las, sarung tangan,
sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas dengan posisi ini benda kerja
terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar
5 20 terhada garis vertikal dan 75 85 terhadap benda kerja.

FCAW, Las busur listrik fluk inti tengah / pelindung inti tengah
Merupakan kombinasi antara proses SMAW, GMAW dan SAW Sumber
energi pengelasan : menggunakan arus listrik AC atau DC dari pembangkit
listrik atau melalui trafo dan atau rectifier.
Dalam hal ini dapat menggunakan DCRP atau DCSP. FCAW adalah
salah satu jenis las listrik yang memasok filler elektroda secara mekanis terus
ke dalam busur listrik yang terbentuk di antara ujung filler elektroda dan metal
induk. Elektroda pada FCAW terbuat dari metal tipis yang digulung cylindrical
diisi dengan flux sesuai kegunaannya.

Pelindung proses pengelasan ini dari kemungkinan kontaminasi dari


luar terlaksana dengan :
a. Gas yang dihasilkan pada proses pengelasan.
b. Terak / slag yang dihasilkan cukup banyak karena berada pada
inti elektroda.
c. Tambahan gas pelindung dari luar jika diinginkan.

Proses FCAW pada dasarnya = GMAW dan yang menjadi pembeda


utamanya adalah elektrodanya yang berbentuk tubular yang berisi fluks.

Berdasarkan metode pelindung, FCAW dibedakan :

1. Self shielding FCAW (Pelindungan sendiri) , yaitu melindungi las yang


mencair dengan gas dari hasil penguapan dan reaksi inti fluks.
2. Gas shielding FCAW (perlindungan gas) = dual gas, yaitu melindungi
las yang mencair selain dengan gas sendiri juga ditambah gas
pelindung dari luar sistem.
Kedua jenis pelindung di atas sama2 menghasilkan terak las yang
memadai untuk melindungi metal las yang akan beku.

Berdasarkan cara pengoperasiannya, FCAW dibedakan menjadi 2 yaitu,


Semi otomatik / semi automatic dan Otomatik / machine otomatik. Pelindung
gas umumnya menggunakan gas CO2 atau campuran CO2 dengan Argon.
Namun dengan keberadaan oksigen kadang akan menimbulkan problem
baru yaitu dengan porosity yang dihasilkan reaksi CO2 dan oxygen yang ada
di udara sekitar lasan, sehingga perlu memilih fluks yang mengandung zat
yang bersifat pengikat oxygen atau deoxydizer.

Alasan self shielding populer digunakan di luar ruangan (FIELD WORK),


yaitu :

1. Menggunakan keluaran elektroda (Electrode extension) yang


panjang, antara s/d 3 (12 s/d 95 mm).
2. Dengan electrode extension yang tinggi akan menghindari
hambatan pengaruh pemanasan elektroda (seperti preheat) yang
dapat menstabilkan tegangan listrik (V) serta menurunkan arus
lsitrik (A).
3. Penetrasi hasil lasan dangkal dan menyempit yang baik untuk
proses build up pada gap yang melebar.
4. Apabila sistem pengendalian Voltage dan amperage pada power
station dapat dipertahankan, maka deposition rate meningkat
pesat, sehingga meningkatkan produktivity.
5. Penetrasi dapat disesuaikan dan untuk menghasilkan penetrasi
dangkal, pemakaian arus dan polarity harus DCRP dan penetrasi
dalam dengan DCSP.

Penggunaan utama FCAW :


1. Baja karbon / carbon steel.
2. Baja karon Alloy rendah / Low alloy carbon steel.
3. Baja tahan karat / Stainless steel.
4. Besi tuang / Cast Iron.
5. Las titik baja tipis / Sheet steel spot welding.
6. Pengerasan & pelapisan permukaan / Steel hard facing and cladding.

Lay out mesin otomatik FCAW dioperasikan dengan arus DC constant


dengan voltage 100% duty cycle. Umumnya penggunaan side shielding ialah
untuk pengelasan yang sempit, penetrasi kampuh yang dalam dan
mengurangi spatter dan nozzle dapat dengan pendinginan gas atau air.
Pendinginan air apabila menggunakan arus di atas 600 A. Penggunaan nozle
secara tandem, untuk deposition rate yang tinggi dengan pelindung gas
dapat dilakukan.

Base metal (metal dasar) yang dilas dengan FCAW ialah secara umum
seluruh material yang dapat dilas dengan SMAW, GMAW atau SAW dapat
dilakukan dengan baik.

Proses kontrol FCAW mencakup :


1. Weding current
2. Arc voltage
3. Electrode extention
4. Travel speed
5. Shielding gas flow
6. Deposition rate
7. Electrode angle
Tegangan busur (arc voltage) dan panjang busur mempunyai hubungan
erat karena mutu tampilan, kemulusan, dan sifat lasan dengan FCAW akan
sangat dipengaruhi oleh kondisi panjang busur dan voltage
Contoh : Jika voltage busur arus terlalu panjang akan berakibat banyak weld
spatter dan manik las melebar.

B. Pembentukan Busur Listrik


Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif
(katoda) dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda).
Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif.
Melalui proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan
elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan
dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah
gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub
negatif sumber arus searah, maka arah arusnya dari benda kerja ke
elektroda.Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan
disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah
elektroda).
1. kawat inti
2. selubung elektroda
3. busur listrik
4. pemindahan logam
5. gas pelindung
6. terak
7. kampuh las

Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja


yang akan dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus
pengelasan, suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah
pengangkatan elektroda itu dari benda kerja menembus celah udara,
membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan
dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi
akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan.
Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh
celah sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu
sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat
pelelehan elektroda yang terus menerus menetes.

C. Proses Penyulutan
Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur
sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang
pendek (garis tengah elektroda).

D. Menyalakan Busur listrik


Penyalaan busur listrik dapat di lakukan dengan menghubungkan
singkat ujung elektroda dengan logam induk (yang akan dilas) dan segera
memisahkan lagi pada jarak yang pendek. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan :
a. Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke
logam induk besarnya sama dengan diameter dari penampang
elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk.
b. Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya
untuk memanaskan logam induk.
c. Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat
sama dengan garis tengahpenampang tadi.
E. Memadamkan Busur listrik
Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu
penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang
baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur
dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah
agak miring.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembuatan kapal memerlukan
metode pengelasan yang sesuai dengan kebutuhan agar tidak terjadi
kesinambungan dalam pembuatan kapal, yang menyebabkan kerusakan
pada bagian kapal itu sendiri.
Demikian Presentasi kami, agar dapat dipergunakan dalam hal
membaca untuk memperdalam ilmu perkapalan dalam hal pengelasan.
Karena dalam pembuatan laporan ini kami banyak mencari pengetahuan dari
berbagai sumber, oleh sebab itu kami penujlis mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Las Busur Listrik, Jakarta : Direktorat Jendral
Kelautan, 2004

Murthada Muthahhari, Metode Pengelasan, Bandung : Mizan, 1990

Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan FCAW GMAW,


Jakarta : Rineka Cipta, 2004

Anda mungkin juga menyukai