RUDDER ARRANGEMENT
“ KM. Amnor Crew”
Disusun Oleh :
Rangga Abdiyanto: (0216030034)
DOSEN PEMBIMBING :
1. Ir. BUDI SARWOKO
2. Ir. HARIYANTO SOEROSO, MT
LEMBAR PENGESAHAN
Rangga Abdiyanto
NRP : 0216030034
Menyetujui,
Dosen Pembimbing :
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya tugas mata
kuliah Tugas Rudder Arrangement ini. Tanpa ada sedikitpun kendala yang
menghadang, berkat rahmat dan hidayah-Nya telah membimbing penyusun untuk
terus berusaha menyelesaikan salah satu mata kuliah di politeknik perkapalan
negeri Surabaya.
Mata kuliah ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi tingkat
Ahli Madya pada program studi Teknik Bangunan Kapal.
Penyusun mengakui, bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna,
semua karena keterbatasan waktu dan pengetahuan serta kemampuan penyusun
sebagai seorang pelajar. Untuk itu penyusun mohon maaf atas semua kekurangan
dan kesalahan yang terjadi di dalam penyusunan laporan dan Tugas Rudder
Arrangement ini.
Namun penyusun tetap berharap, sekecil apapun semoga tugas ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun secara pribadi,dan bagi pembaca pada
umumnya.
Surabaya, ......................
Penyusun,
(Abdul Azis)
DAFTAR ISI
2.6 Perencanaan lengkungan kemudi menurut tabel NACA 00-18 per section . 5
dimana:
c1 = faktor untuk jenis kapal
= 1,0 untuk kapal pada umumnya
= 0,9 untuk kapal muatan curah dan kapal tangki dengan displasemen>
50.000 ton
= 1,7 untuk kapal tunda
Untuk nilai c1 yang diambil adalah 1,0 karena kapal tanker adalah jenis kapal
umum.
c2 = faktor untuk jenis kemudi
= 1,0 untuk jenis umum
= 0,9 untuk jenis setengah menggantung (semi spade rudder)
= 0,8 untuk jenis double rudders
= 0,7 untuk jenis dengan daya angkat tinggi (high lift rudder)
Jenis kemudi yang direncanakan adalah jenis kemudi meletak
biasa atau umum sehingga nilai c2 adalah 1.
c3 = faktor untuk bentuk profil kemudi
= 1,0 untuk profil NACA dan kemudi plat
= 0,8 untuk profil cekung dan profil campuran (hollow and mixed
profile)
Profil kemudi menggunakan profil NACA sehingga nilai c3 adalah 1,0.
c4 = faktor untuk letak kemudi
= 1,0 untuk kemudi di belakang semburan baling-baling(propeller jet)
= 1,5 untuk kemudi di luar semburan baling-baling
Penempatan kemudi di belakang semburan baling-baling sehingga
nilai c4 adalah 1.
Sehingga dari nilai-nilai di atas dapat dicari luasan daun kemudi sebagai
berikut:
1,75 . 93 . 6,53
𝐴 = 1 . 1 . 1 . 1,5 ( m2 )
100
= 𝟏𝟓, 𝟗𝟒𝟏 ( m2 )
Jadi luas daun kemudi adalah 15,941 m2, di rencanakan 15,94 m2
2.4 Menentukan Dimensi Utama Daun Kemudi
Untuk mempermudah dalam perencanaan dimensi utama daun
kemudi maka digunakan beberapa persamaan :
a) Lebar dari luasan daun kemudi
C = (x1 + x2) di rencanakan x1 = 3,1 m
2 di rencanakan x2 = 3,7 m
C = (3,1 + 3,7)
2
C = 3,4 m
b) Tinggi dari luasan daun kemudi
B=A/C
B = 15,94 / 3,4
B = 4,6 m
2.6 Perencanaan lengkungan kemudi menurut tabel NACA 00-20 per section
SECTION C-C (atas)
Lebar = 3,7 m
193,6
191,6
187,2
185
172,4
170,7
147,2
151
135,5
118,2
114,6
84,6
84,3
X
61,1
46,7
4,1
26,9
53,8
107,5
161,3
215
322,5
430
537,5
645
860
1075
1290
1505
1720
1935
2150
Maka :
CR = 132 x A x V2 x K1 x K2 x K3 x Kt (N)
CR = 132 x 10,62 x (12)2 x 1,143 x 1,1 x 1,0 x 1,0
= 253804,804 N (Kondisi maju)
CR = 132 x 10,62 x (5,952)2 x 1,143 x 0,8 x 1,0 x 1,0
= 45402,861 N (Kondisi mundur)
Sehingga,
QR = CR x r [Nm]
QR = 253804,814 x 0,825
= 209388,972 Nm untuk kondisi maju
QR = 45402,861 x 1,914
= 86901,076 Nm untuk kondisi mundur
Menurut Biro Klasifikasi Indonesia Vol. II, 2001, bahwa diameter tangkai
daun kemudi (Rudder Stock) untuk mentransmisikan momen torque tidak
boleh kurang dari rumusan berikut ini:
𝐃𝐭 = 𝟒, 𝟐𝟑 𝟑√𝐐𝐫. 𝐊𝐫 (mm)
Material secara umum memiliki nilai minimum dari titik yield teratas ReH
kurang dari 200 N/mm2 dan nilai minimum tegangan tarik kurang dari 400
N/mm2 atau yang lebih dari 900 N/mm2 tidak boleh digunakan untuk rudder
stock, pintles, key dan baut pengikat. Menurut ketentuan BKI bahwa nilai
minimum dari titik yield teratas ReH adalah 235 N/mm2. Jika material yang
digunakan memiliki nilai ReH tidak sama dengan 235 N/mm2 maka factor kr
material ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝟐𝟑𝟓 𝒆
𝑲𝒓 = ( )
𝑹𝒆 𝑯
dimana :
e = 0.75 untuk ReH > 235 [N/mm2]
e = 1.00 untuk ReH ≤ 235 [N/mm2]
ReH = nilai minimum dari titik yield teratas (N/mm2)
tidak boleh lebih besar dari 0.7 Rm atau 450 N/mm2 diambil yang
terkecil.
Dimana Rm adalah nilai tegangan tarik / tensile strength dari material yang
digunakan. Dengan mengasumsikan bahwa material yang digunakan
memiliki tegangan tarik (Rm) 441,45 N/mm2, maka akan didapat harga ReH.
ReH = 0,7 x 441,45 = 309,015 N/mm2.
𝐷𝑡 3 𝑥𝐾𝑏
𝐷𝑏 = 0,62 𝑥 √ [𝑚𝑚]
𝐾𝑟 𝑥 𝑛 𝑥 𝑒
2603 𝑥0,588
𝐷𝑏 = 0,62 𝑥 √ [𝑚𝑚]
0,81𝑥8𝑥123
𝐷𝑏 = 42,51 𝑚𝑚 → 𝟒𝟐 𝐦𝐦
𝐷𝑡 3 𝑥𝐾𝑓
𝑇𝑓 = 0,62 𝑥 √ [𝑚𝑚]
𝐾𝑟 𝑥 𝑛 𝑥 𝑒
2603 𝑥0,81
𝑇𝑓 = 0,62 𝑥 √
0,81 𝑥 8 𝑥 123
𝑇𝑓 = 𝟒𝟓 𝐦𝐦
Tebal Flange Coupling di luar lubang baut tidak boleh lebih dari:
t = 0,65 x Db
= 0,65 x 32
= 20,8 mm diambil 21 mm
6. PERHITUNGAN RUDDER PLATING
Direncanakan : bw = 25 mm
3) Jarak maksimum antara slot welding (r1 = 190 mm)
Direncanakan : r1 = 200 mm
= 0,01 𝑥 √425173,2
= 6,52 𝑚𝑚 → 8 mm
tmin= 8 mm untuk logam & 22 mm untuk kayu
Tinggi bearing
Diameter luar = 2 x Tbearing + 2 x linner + Dt
= 2 x 40 + 2 x 8 +160
= 256 mm
Tinggi bearing = 1,2 * Diameter Luar
= 1,2 x 256
= 307,2 mm Diambil 308 mm
7.2 Merencanakan Lower Bearing
Tebal bearing = ¼ . Dt
= ¼ x 160
= 40 mm
Diameter Luar = 256 mm
Tinggi Lower bearing = 2 x Upper Bearing
= 2 x 308
= 616 mm
8. RUDDER COUPLING
Berdasarkan BKI 1996 Vol II Section 14.D.1, ada beberapa aturan untuk
perencanaan rudder couplings :
a. Couplings di design untuk memungkinkan agar torsi dapat di teruskan
secara maximal dari rudder.
b. Jarak antara sumbu baut dari sisi flange tidak boleh kurang dari 1,2
diameter baut pada couplings horizontal ,setindaknya di pasang di depan
sumbu rudder stock.
c. Baut couplings di pasang dengan murnya secara efektif untuk mengunci
Horizontal Coupling
Berdasarkan BKI 1996 Vol II Section 14.D.1, besarnya diameter baut
coplings tidak boleh kurang dari:
𝐷𝑡 3 𝑥 𝐾𝑏
Db = 0,62 𝑥 √𝐾𝑟 𝑥 𝑛 𝑥 𝑒
Dimana :
Dt = Diameter rudder stock = 160 mm
n = jumblah total baut direncanakan 8 buah
e = jarak rata-rata dari sumbu baut terhadap sumbu dari system baut atau
udder stock direncanakan 123 mm.
Kr = factor material dari rudder stock = 0,89
Kb = material factor direncanakan 0.59
1603 𝑥 0,59
Db = 0,62 𝑥 √0,89 𝑥 8 𝑥 123
= 32,51 mm Diambil 32 mm
Tebal Flange Coupling di luaar lubang baut tidak bolehh lebih dari:
T = 0,65 x Db
= 0,65 x 32
= 20.8 mm diambil 21 mm
Jarak dari sumbu baut dari pinggir flens tidak boleh kurang dari :
= 1,2 x Db
= 1.2 x 32
= 38,4 mm 40 mm
Maka diameter Coupling :
Diameter Coupling = Dt + (2e – Dt) + (2 x 1.2Db)
= 160 + (2 x 123 – 160) + (2 x 1,2 x 32)
= 332,8 mm diambil 332 mm
250
500
750
Perencanaan Tiller
Gaya total = Momen kemudi/Lengan total / lengan total
= 306238,6/0,75
= 408318,2 N
Untuk potongan A
Momen = Ftotal x Lengan A
= 408318,2 x 0,5
= 204159,1 Nm
K = 235 (factor bahan)
Modulus = Momen / k
= 204159,1/235
= 869,76 cm3
Untuk potongan B
Momen = Ftotal x Lengan A
= 408318,2 x 0,25
= 102079,5 Nm
K = 235 (factor bahan)
Modulus = Momen / k
= 102079/235
= 434,38 cm3
A
260
B
200
200
15 140 15
15 15
Dari perencanaan profil di atas, didapatkan area untuk masing – masing
daerah (F,Fs,f)
Untuk Profil A :
Area F = 15 . 260 = 3900 mm
Area Fs = 15 . 200 = 3000 mm
Area f = 15 . 260 = 3900 mm
Perbandingan : 1. F/Fs = 3900 / 3000
= 0,769
2. f/F = 3900/3900
=1
Untuk Profil B :
Area F = 15 . 200 = 3000 mm
Area Fs = 15 . 140 = 2100 mm
Sehingga:
𝑄𝑟. 2. 𝑎. 𝜋
𝑊𝑟𝑠 =
𝑡. 180°. 75
Dimana :
Qr = 61726,23 Nm
α = Sudut putar kemudi ( maksimum 35° )
= 35°
= Waktu putar kemudi ( maksimum 28 detik )
=28 detik
Maka yang di butuhkan adalah :
𝑄𝑟 𝑥 𝑊𝑟𝑠
𝑁𝑟𝑠 =
75
61726,23 𝑥 2(35) 𝑥 3,14
𝑁𝑟𝑠 =
28 𝑥 180° 𝑥 75
13567425,354
𝑁𝑟𝑠 =
378000
𝑁𝑟𝑠 = 35,89 36 hp
Setelah diketahui harga dari daya pada tongkat kemudi maka untuk
selanjutnya daya kemudi dapat dicari. Adapun daya mesin kemudi dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝑁𝑟𝑠
𝑁𝑠𝑔 =
𝑁𝑠𝑔
Dimana :
Nsg = efisiensi mesin kemdi ( 0,1 – 0,35 )
= diambil 0,35
Sehingga yang harus dihasilkan oleh kemudi adalah :
𝑁𝑟𝑠
𝑁𝑠𝑔 =
𝑁𝑠𝑔
36
𝑁𝑠𝑔 =
0,35
𝑁𝑠𝑔 = 102,85
102,85
𝑁𝑠𝑔 =
100
𝑁𝑠𝑔 = 𝟏, 𝟎𝟐𝟖𝟓 𝑯𝑷
Jadi Daya mesin kemudi adalah 1,0285 Hp