Anda di halaman 1dari 72

ANALISIS PRODUKSI KAPAL PERIKANAN BERBAHAN

DASAR KAYU DAN FIBERGLASS

KHAERUL ANWAR

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Produksi Kapal Perikanan
Berbahan Dasar Kayu dan Fiberglass adalah karya saya sendiri dengan arahan
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 1 Januari 2012

Khaerul Anwar
ABSTRAK

KHAERUL ANWAR, C44070070. Analisis Produksi Kapal Perikanan Berbahan


Dasar Kayu dan Fiberglass. Dibimbing oleh VITA RUMANTI KURNIAWATI
dan NIMMI ZULBAINARNI.

Kapal perikanan berbahan dasar kayu dan fiberglass memiliki karakteristik yang
berbeda. Salah satunya adalah biaya produksi kedua jenis kapal tersebut. Selama
ini banyak anggapan bahwa kapal kayu lebih murah dari pada kapal fiberglass.
Kenyataannya sampai saat ini, belum ada penelitian yang menguraikan komponen
biaya produksi kapal kayu dengan kapal fiberglass, sehingga perbedaan biaya
produksi kedua kapal tersebut jelas terlihat. Sementara itu, dari aspek usaha
pembuatannya, keduanya perlu dikaji untuk mengetahui usaha mana yang lebih
menguntungkan. Apakah usaha pembuatan kapal kayu atau kapal fiberglass. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan memberikan informasi tentang
gambaran biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan kapal kayu dan kapal
fiberglass, mengetahui biaya penyusutan dan perawatan kapal kayu dan kapal
fiberglass dan mengkaji kelayakan usaha pembuatan kapal kayu dan kapal
fiberglass. Penelitian ini menggunakan metode komparatif terhadap dua jenis
kapal yaitu kapal kayu dan kapal fiberglass. Analisis data yang digunakan di bagi
tiga yaitu perhitungan biaya produksi, perhitungan biaya penyusutan dan
perawatan kapal, dan analisis usaha pembuatan kapal. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa biaya produksi yang dikeluarkan kapal kayu dengan
ukuran (LOA=14 m, B=3 m, D=1,5 m) sebesar Rp150.757.500,00 lebih mahal
jika dibandingkan dengan kapal fiberglass dengan ukuran (LOA=13,5 m, B=3,2
m, D=1,2 m) sebesar Rp97.059.167,00. Biaya penyusutan dan perawatan yang
dikeluarkan kapal kayu 59 % lebih besar jika dibandingkan dengan kapal
fiberglass per tahunnya (Rp19.902.000,00 : Rp8.126.500,00). Sementara itu,
berdasarkan hasil analisis usaha, usaha pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass
layak untuk dikembangkan, namun secara umum usaha pembuatan kapal kayu
lebih menguntungkan karena memiliki nilai keuntungan yang lebih besar.

Kata kunci: analisis produksi, kapal fiberglass, kapal kayu


© Hak cipta IPB, Tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
ANALISIS PRODUKSI KAPAL PERIKANAN BERBAHAN
DASAR KAYU DAN FIBERGLASS

KHAERUL ANWAR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Analisis Produksi Kapal Perikanan Berbahan Dasar Kayu dan
Fiberglass
Nama : Khaerul Anwar
NIM : C44070070
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Vita Rumanti Kurniawati S.Pi, M.T Dr. Nimmi Zulbainarni, S. Pi, M.Si
NIP: 19820911 200501 2 001 NIP: 19740625 199903 2 002

Mengetahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc


NIP: 19621223 198703 1 001

Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana


pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2011 ini adalah produksi kapal dengan judul
Analisis Produksi Kapal Perikanan Berbahan Dasar Kayu dan Fiberglass. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Vita Rumanti Kurniawati S.Pi, M.T dan Dr.
Nimmi Zulbainarni S.Pi, M.Si selaku pembimbing atas arahan dan bimbingan
yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan
selanjutnya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pihak yang memerlukannya.

Bogor, Februari 2012

Khaerul Anwar
UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:


1. Vita Rumanti Kurniawati S.Pi, M.T dan Dr. Nimmi Zulbainarni S.Pi, M.Si
selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya selama
penyusunan skripsi ini;
2. Dr. Ir. Mohammad Imron M.Si selaku Komisi Pendidikan Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Julia Eka Astarini S.Pi, M.Si
selaku dosen penguji tamu;
3. Keluarga Bapak Rudi selaku pemilik galangan kapal fiberglass dan
keluarga Mas Catur yang sudah membantu dalam penelitian di Cilacap;
4. Bapak Tipan selaku pemilik galangan kapal kayu dan Faturochim yang
sudah membantu dalam penelitian di Indramayu;
5. Keluarga tercinta (mama mimi) dan kakak-kakakku Subhan, Moh. Ali,
Nurrohman, Mahrus, Zaki Mubarok dan Bahrul Ilmi yang selalu
memberikan perhatian, dukungan dan doanya selama ini;
6. Teman-teman Sahdu 07 (Oman, Aryo, Zia dan Lukman) dan teman-teman
Wisma Teratai (Junto, Guntur, Indra, Ferdi dan Anang) yang selalu
memberikan dukungannya;
7. Sahabatku Sudi, Mukhlis, Diki, Baginda, Baskoro, Rizal, Iin dan Rudi
yang telah memberikan persahabatan dan dukungannnya;
8. Teman-teman PSP khusunya angkatan 44 yang selalu memberikan
semangat;
9. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 8 Juli 1989


dari Bapak Achjadi dan Ibu Fatimah. Penulis merupakan putra
ketujuh dari tujuh bersaudara.
Penulis lulus dari MAN 3 Kota Cirebon pada tahun
2007 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap,
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan
organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Divisi Human and
Development Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC) tahun 2008-2009, anggota
Divisi Informasi dan Komunikasi Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) tahun 2008-2009 dan anggota Divisi
Eksternal Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia tahun 2009-2010.
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan
menyusun skripsi dengan judul “Analisis Produksi Kapal Perikanan Berbahan
Dasar Kayu dan Fiberglass”.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kapal Perikanan ............................................................................................ 3
2.2 Komponen Biaya Produksi Kapal Perikanan ..................................................... 3
2.3 Material Utama Kapal Perikanan......................................................................... 4
2.3.1 Kayu ..................................................................................................... 4
2.3.2 Fibreglass Reinforcement Plastic ............................................................. 7
2.4 Gambaran Umum Kapal Kayu di Indonesia ...................................................... 9
2.5 Gambaran Umum Kapal Fiberglass di Indonesia ........................................... 10
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................ 13
3.2 Peralatan Penelitian ..................................................................................... 13
3.3 Metode Penelitian ........................................................................................ 13
3.4 Pengumpulan Data ...................................................................................... 13
3.5 Analisis Data ............................................................................................... 14
3.5.1 Perhitungan biaya produksi................................................................ 14
3.5.2 Perhitungan biaya penyusutan dan perawatan kapal ..........................15
3.5.3 Analisis usaha......................................................................................15
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Galangan Kapal di Karangsong Indramayu ..................................................... 19
4.2 Galangan Kapal di CV. Sinar Fiberglass Cilacap ........................................... 19
5 HASIL PENELITIAN
5.1 Kapal Kayu .................................................................................................. 21
5.1.1 Gambaran umum ................................................................................ 21
5.1.2 Produksi kapal kayu ........................................................................... 22

ix
5.2 Kapal Fiberglass ......................................................................................... 26
5.2.1 Gambaran umum ................................................................................ 26
5.2.2 Produksi kapal fiberglass ......................................................................... 28
5.3 Biaya Penyusutan dan Perawatan Kapal Kayu dan Kapal Fiberglass.......... 33
5.4 Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kapal Kayu dan Kapal Fiberglass.34
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 40
6.2 Saran ............................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA............................... ...........................................................41
LAMPIRAN.................................................... .....................................................44

x
DAFTAR TABEL

Halaman
1 Dimensi utama kapal kayu ...............................................................................22
2 Jenis kayu yang digunakan pada konstruksi kapal kayu....................................22
3 Biaya kasko kapal kayu......................................................................................23
4 Sistem pemberian upah pada kapal kayu...........................................................24
5 Spesifikasi mesin dan harga pembelian.............................................................24
6 Biaya pembuatan kapal kayu.............................................................................25
7 Dimensi utama kapal fiberglass.........................................................................27
8 Material utama pada pembuatan kapal fiberglass..............................................28
9 Material pendukung pada pembuatan kapal fiberglass.....................................29
10 Biaya kasko kapal fiberglass.............................................................................29
11 Sistem pemberian upah pada kapal fiberglass..................................................30
12 Spesifikasi mesin dan harga pembelian............................................................30
13 Biaya pembuatan kapal fiberglass....................................................................31
14 Biaya penyusutan dan perawatan kapal kayu dan kapal fiberglass..................33
15 Rincian biaya investasi kapal kayu dan kapal fiberglass..................................35
16 Biaya operasional pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass........................36
17 Hasil analisis usaha pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass.....................37

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Persentase komponen biaya kapal kayu.............................................................26
2 Persentase komponen biaya kapal fiberglass.....................................................32

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Sampel kapal kayu..............................................................................................45
2 Sampel kapal fiberglass......................................................................................46
3 Proses pembuatan kapal......................................................................................47
4 Material dan Peralatan.........................................................................................48
5 Lokasi penelitian kapal kayu...............................................................................49
6 Lokasi penelitian kapal fiberglass.......................................................................50
7 Rincian biaya produksi kapal kayu.....................................................................51
8 Rincian biaya produksi kapal fiberglass.............................................................52
9 Analisis usaha pembuatan kapal kayu.................................................................53
10 Analisis usaha pembuatan kapal fiberglass.......................................................54
11 Cashflow usaha pembuatan kapal kayu.............................................................55
12 Cashflow usaha pembuatan kapal fiberglass.....................................................56

xiii
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kapal perikanan merupakan salah satu unsur yang menentukan
keberhasilan operasi penangkapan ikan selain nelayan dan alat tangkap. Pada
pembuatan kapal perikanan, material (bahan baku) merupakan komponen yang
sangat penting. Menurut Fyson (1985), terdapat lima jenis material yang sesuai
untuk kapal perikanan yaitu kayu, besi, fiberglass, ferrocement, dan alumunium.
Secara umum, kapal kayu adalah jenis kapal penangkap ikan yang paling
banyak diproduksi dibandingkan dengan kapal berbahan jenis lain, seperti
fiberglass dan baja. Hal ini diperkuat oleh pendapat Pasaribu (1985) yang
menjelaskan bahwa salah satu material untuk membuat kapal perikanan yang
umum digunakan di Indonesia adalah kayu. Latar belakang pemilihan kayu
sebagai material untuk membuat kapal perikanan adalah pertimbangan ekonomis
dan kemudahan mendapatkan bahan baku. Namun dengan berkurangnya
ketersedian bahan baku kayu di alam, diperlukan upaya untuk mengembangkan
bahan baku alternatif. Salah satu bahan baku tersebut adalah fiberglass.
Penggunaan material fibreglass untuk pembuatan kapal-kapal ukuran kecil
pada kegiatan perikanan mulai berkembang sejak awal tahun 1960-an. Negara-
negara produsen seperti Amerika Serikat dan Jepang berusaha memasarkan jenis
material ini ke negara-negara lainnya, termasuk Indonesia pada tahun 1970-an
sebagai alternatif pengganti kayu dan besi (Pasaribu, 1985). Alternatif pembuatan
kapal fiberglass sebagai sarana produksi dan alat transportasi memiliki peran
penting bagi perikanan, karena bahan bakunya mudah diperoleh dan
perawatannya cukup mudah.
Kapal perikanan berbahan dasar kayu dan fiberglass memiliki karakteristik
yang berbeda. Salah satunya adalah biaya produksi kedua jenis kapal tersebut.
Selama ini banyak anggapan bahwa kapal kayu lebih murah dari pada kapal
fiberglass. Kenyataannya sampai saat ini, belum ada penelitian yang menguraikan
atau membandingkan komponen biaya produksi kapal kayu dengan kapal
fiberglass, sehingga perbedaan biaya produksi kedua kapal tersebut jelas terlihat.
Sementara itu, dari aspek usaha pembuatannya, keduanya perlu dikaji untuk
2

mengetahui usaha mana yang lebih menguntungkan, apakah usaha pembuatan


kapal kayu atau kapal fiberglass. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti
perbandingan produksi kapal perikanan berbahan dasar kayu dan kapal perikanan
berbahan dasar fiberglass. Aspek yang dikaji meliputi biaya produksi kapal, biaya
penyusutan dan perawatan kapal dan kelayakan usaha pembuatan kapal kayu dan
kapal fiberglass.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Menghitung biaya produksi pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass;
2) Menghitung biaya penyusutan dan perawatan kapal kayu dan kapal
fiberglass; dan
3) Membandingkan kelayakan usaha pembuatan kapal kayu dan kapal
fiberglass.

1.3 Manfaat Penelitian


1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemilik
kapal mengenai biaya yang dibutuhkan dalam membuat kapal kayu dan
kapal fiberglass, dan
2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pengusaha galangan kapal apabila akan
memproduksi kapal kayu dan kapal fiberglass.
3

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapal Perikanan


Kapal adalah suatu bentuk konstruksi yang dapat terapung (floating) di air
dan mempunyai sifat muat berupa penumpang atau barang, yang sifat geraknya
dapat menggunakan dayung, angin dan mesin (Soekarsono, 1995). Menurut
Ayodhyoa (1972), kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam usaha
menangkap atau mengumpulkan sumber daya perairan, pekerjaan-pekerjaan riset,
guidance, training, kontrol, dan sebagainya yang berhubungan dengan usaha
tersebut diatas. Sementara DKP (2002) menjelaskan bahwa perahu atau kapal
yang digunakan untuk mengangkut nelayan, alat-alat penangkap dan hasil
tangkapan dalam rangka penangkapan dengan bagan, sero, kelong, dan lain-lain
termasuk perahu atau kapal penangkap ikan.
Material yang dapat digunakan dalam pembuatan kapal perikanan yaitu
besi, kayu, fiberglass dan alumunium. Fyson (1985) menjelaskan bahwa
pemilihan material kapal perikanan sangat dipengaruhi oleh:
1) Keahlian galangan kapal, termasuk kemampuan sumberdaya manusia dan
teknologi atau peralatan yang tersedia di galangan;
2) Kemudahan dalam memperoleh bahan;
3) Keuntungan teknis dari tiap material; dan
4) Biaya pembelian bahan material.

2.2 Komponen Biaya Produksi Kapal Perikanan


Sukirno (2005) menjelaskan bahwa biaya produksi adalah semua
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempermudah faktor-faktor
produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan
barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya dalam pembuatan
kapal perikanan dihitung berdasarkan komponen-komponen yang mendukungnya,
Komponen biaya tersebut meliputi biaya material utama, biaya material
pendukung, dan biaya tenaga kerja (Ayuningsari, 2007).
4

(1) Biaya material utama


Biaya material utama adalah biaya bahan baku dasar dalam pembuatan
kapal perikanan. Biaya material utama ini seperti kayu, baja dan fiberglass yang
merupakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan suatu kapal perikanan,
sehingga keberadaan bahan baku tersebut sangat mempengaruhi usaha galangan
kapal.
(2) Biaya material pendukung
Biaya material pendukung adalah biaya yang dikeluarkan untuk
mendukung proses pembuatan kapal perikanan selain bahan baku utama. Pada
kapal kayu material pendukung ini seperti paku, lem, baut. Material pendukung
memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu pembuatan kapal di galangan.
Penggunaan material pembantu yang optimal (tidak berlebihan) akan berpengaruh
sangat baik bagi kualitas kapal (kekuatan dan ketahanan kapal menjadi tinggi) dan
pengeluaran biaya tidak terlalu besar.
(3) Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah
tenaga kerja dalam pembuatan suatu kapal perikanan. Sistem upah tenaga kerja
ada dua jenis, yaitu borongan dan harian. Upah sistem borongan pembangunan
kapal sama halnya dengan upah borongan pembangunan suatu rumah atau
bangunan.

2.3 Material Utama Kapal Perikanan


2.3.1 Kayu
Menurut KBBI (1999), kayu adalah pohon yang batangnya keras, bagian
batang (cabang, dahan, dsb) pokok yang keras (yang biasa dipakai untuk bahan
bangunan, dsb). Maruhun (1985) mengemukakan bahwa untuk keperluan bahan
bangunan struktural sifat utama yang menjadi ukuran kegunaan kayu adalah
kekuatan dan kekakuannya. Selanjutnya, dijelaskan sifat-sifat ini sangat
dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti cacat yang ada pada kayu dan juga sifat
serta kondisi fisik kayu seperti berat jenis, kadar air dan bentuk penampangnya.
BKI (1996) menjelaskan bahwa pemilihan jenis kayu untuk keperluan
bahan bangunan struktural didasarkan pada sifat-sifatnya. Umumnya sifat-sifat
5

yang diperhatikan adalah keawetan, kekuatan, massa jenis, dan kelembapan kayu.
Selain itu, cacat-cacat serta kemudahan dibentuk juga menjadi pertimbangan.
Kelemahan kayu sebagai material kapal perikanan antara lain kurangnya
kekuatan kapal dan konstruksinya berat. Kurangnya kekuatan kapal disebabkan
oleh banyaknya sambungan, sedangkan keunggulan-keungulan kayu sebagai
material kapal perikanan adalah mudah diperoleh serta mudah dalam
pengerjaannya. Penggunaan lebih dari satu jenis dan tepat penempatannya pada
konstruksi sebuah kapal kayu akan saling melengkapi antara kekurangan dan
kelebihan satu jenis kayu dengan jenis lainnya (Anonymous, 1988).
Tingkat kekuatan yang tinggi dan tahan terhadap serangan organisme laut
diharapkan dapat memperlama umur pakai kapal. Faktor yang sangat
mempengaruhi umur pakai kapal diantaranya tingkat kelas kuat (KK) kayu yang
digunakan dan tingkat kelas awet (KA). KK adalah pengklasifikasian kayu
berdasarkan besaranya nilai berat jenis (BJ) kayu tersebut, dan KA adalah
pengklasifikasian kayu berdasarkan daya tahannya terhadap serangan jamur,
rayap, dan organisme perusak lainnya (Fyson, 1985).
Menurut ketentuan BKI (1989), kayu untuk lunas, linggi haluan dan
buritan, wrang, gading-gading, balok buritan serta tutup dek harus mempunyai
berat jenis minimal 0,7. Jenis kayu kulit luar, balok dek, galar balok, lutut balok,
penumpu dek, dudukan mesin, dan kayu mati disarankan memiliki berat jenis
0,56. Bagian konstruksi yang penting harus dipergunakan kayu dengan mutu
minimum KK III dan KA III.
Mandang dan Pandit (1997) dalam Betrix (2004) meneliti dan
mendeskripsikan beberapa jenis kayu yang digunakan sebagai bahan konstuksi
kapal terutama untuk linggi dan lunas kapal seperti di bawah ini:
1) Kayu balau (Shorea roxb)
Ciri utama jenis ini warna kayu kuning kecoklatan, memiliki corak polos
atau berjalur-jalur, warna agak gelap dan terang bergnatian pad bidang radialnya.
Jenis kayu ini memiliki tekstur dari halus sampai kasar dan umumnya agak halus.
Kekerasan dari keras sampai sangat keras. Kayu ini memiliki berat jenis antara
0,88-1,13. Dalam konstuksi kapal kayu ini digunakan untuk lunas dan gading-
gading kapal.
6

2) Kayu giam (Colylelobium pierre)


Teras memiliki warna kuning kecoklatan, lambat laun akan berubah
menjadi coklat gelap sampai coklat kemerah-merahan. Tekstur halus dan merata.
Jenis kayu ini memiliki kekerasan sangat keras. Berat jenis rata-rata antara 0,83-
1,15. Dalam konstruksi kapal, kayu ini digunakan sebagai rangka-rangka
konstruksi lunas.
3) Kayu gofasa (Vitex cofasus)
Teras kayu berwarna putih agak kelabu, kuning kelabu, kelabu ungu
sampai kemerah-merahan. Bertekstur halus sampai agak kasar. Berat jenis rata-
rata 0,74 dalam kisaran 0,57-0,93. Kayu ini dinilai sebagai bahan bangunan yang
bermutu tinggi dan digunakan sebagi konstruksi lunas, dinding, balok-balok
rangka dan sebagainya.
4) Kayu jati (Tectona grandis)
Jenis kayu ini berwarna kuning emas kecoklatan sampai cokalt kemerahan,
memiliki corak dekoratif yang indah, bertekstur agak kasar dan tidak rata.
Memiliki kekerasan agak keras. Berat jenis rata-rata 0,67 dalam kisaran 0,62-0,75.
Digunakan untuk semua bagian kapal, termasuk konstruksi lunas dan linggi kapal.
5) Kayu kereta (Swintonia griffith)
Teras kayu berwarna coklat-kuning atau coklat merah pucat. Bercorak
keras dan bertekstur agak keras. Permukaan mengkilap, berkesan raba licin.
Kekerasan agak keras sampai keras, berat jenis antara 0,67-0,79. Digunakan
sebagai bangunan kapal terutama untuk lunas dan badan kapal.
6) Kayu kempas (Kompassia malaccensis)
Berciri umum, teras berwarna merah seperti bata, bercorak garis-garis
kekuningan, bertekstur kasar sampai sangat kasar. Berat jenis rata-rata 0,95 dalam
kisaran 0,68-1,29. Berguna sebagai bahan konstruksi berat, dalam bidang
perkapalan digunakan sebagai konstruksi lunas.
7) Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)
Ciri umum, teras berwarna kuning kecoklatan bila segar dan lambat laun
berubah menjadi coklat tua kehitaman. Bercorak polos dan bertekstur agak kasar.
Kayunya sangat keras dan termasuk kayu berat dengan rata-rata berat jenis 1,04
7

dengan kisaran 0,88-1,19. Digunakan sebagai bahan konstruksi berat dan bahan
kosntruksi di bawah laut.
Kayu jenis merbau juga dapat digunakan sebagai bahan konstruksi
pembuatan kapal kayu. Pemilik galanagan kapal kayu di daerah Palabuhantratu
memakai kayu merbau sebagai material lunas kapal karena jenis kayu ini
termasuk kayu dengan kelas awet II dan sesuai dengan ketentuan Biro Klasifikasi
Indonesia (1989) yang mengemukakan bahwa lunas harus terbuat dari kayu yang
termasuk ke dalam kelas kuat I dan kelas kuat II (Dharmawangsa, 2004).
Saat ini pasokan kayu dari hutan alam semakin berkurang. Hal ini
berbanding terbalik dengan kebutuhan kayu yang semakin meningkat. Pada tahun
2008 kebutuhan kayu bulat mencapai lebih dari 46 juta m³ sementara hutan alam
hanya mampu menyediakan sekitar 32 juta m³ (Departemen Kehutanan, 2009).
Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi
permasalahan terkait dengan kelangkaan kayu untuk keperluan industri adalah
dengan membangun dan mengembangkan hutan tanaman industri (HTI) yang
sudah dimulai sejak akhir tahun 1986. Usaha ini masih belum optimal karena
berbagai kendala, bahkan akhir-akhir ini pasokan kayu yang ada di pasaran lebih
banyak dipenuhi oleh kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat. Hal ini tercermin
dari kontribusi hutan rakyat dalam memenuhi kebutuhan kayu nasional selama
tahun 2008 yang mencapai lebih dari 2 juta m³ (Departemen Kehutanan, 2009).

2.3.2 Fibreglass Reinforcement Plastic (FRP)


Fibreglass reinforcement plastic (FRP) atau yang lebih dikenal sebagai
fibreglass merupakan kombinasi dari dua komponen yang mempunyai karakter
fisik berbeda, akan tetapi keduanya memiliki sifat saling melengkapi (Fyson,
1985). Bahan fiberglass dapat menjadi bahan pertimbangan yang baik bagi orang
yang ingin membuat kapal. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa
memilih bahan fiberglass antara lain, bahan fiberglass mudah didapat di berbagai
toko kimia, selain itu bahan fiberglass lebih tahan lama dan kuat jika
dibandingkan dengan kayu yang mudah lapuk, serta perawatan kapal fiberglass
lebih mudah daripada kapal kayu (Yulianto, 2010).
8

Menurut Pasaribu (1985), hal-hal yang mendorong penggantian bahan


konvensional (kayu dan besi) dengan bahan lain untuk pembuatan kapal, yaitu:
1) Stok kayu semakin berkurang;
2) Biaya produksi besi/baja semakin tinggi; dan
3) Biaya tenaga kerja semakin tinggi.
Fiberglass pada akhir-akhir ini mendapat perhatian dikalangan ahli
perkapalan sebagai material pembuat kapal, menunjukkan bahwa kapal yang
terbuat dari bahan-bahan fiberglass mengalami peningkatan dalam pembuatannya.
Penggunaan bahan baku fiberglass banyak dipakai pada pembuatan kapal seperti
speed boat, patrol boat, fishing boat, dan kapal pesiar (Sari, 2009).
Bermacam fiberglass tersedia dengan berbagai komposisi dan spesifikasi,
sehingga cocok untuk dipakai pada berbagai proses dan kekuatan yang diinginkan.
Penguatan yang paling umum digunakan pada lapisan badan kapal adalah (Djaya
2008):
1) Chopped Strand Mat
Chopped Strand Mat, dalam pemakaian di industri sering disebut Mat atau
Matto, berupa potongan-potongan serat fiberglass dengan panjang sekitar 50 mm
yang disusun secara acak dan dibentuk menjadi satu lembaran. Jenis ini
merupakan serat penguat dengan konfigurasi serat acak dan merupakan serat
penguat tidak menerus, serat penguat yang digunakan yaitu E-glass.
2) Woven roving
Jenis woven roving merupakan serat penguat menerus berbentuk anyaman
dengan arah yang saling tegak lurus. Pada proses laminasi perbandingan berat
antara serat woven roving dengan resin adalah 45-50% woven roving 50-55%
resin polyester dari fraksi berat, untuk bangunan kapal umumnya sering dipakai
komposisi 50% woven roving dengan 50% resin, woven roving ini digunakan
sebagai laminasi utama yang memberikan kekuatan tarik maupun lengkung yang
lebuh tinggi dibandingkan laminasi matto.
3) Woven cloth
Seperti pada woven roving, beberapa gulungan dari serat dipintal menjadi
satu kemudian dianyam yang mana bentuknya seperti kain. Cloth menambah
9

ketebalan dengan sangat lambat, lebih ekonomis jika digunakan tersendiri. Cloth
dipergunakan untuk memperbaiki kerusakan lapisan.
4) Triaxial
Jenis Triaxial merupakan serat penguat menerus (Continuous fibrereinforced)
dengan konfigurasi serat penguat terdiri dari tiga layer yaitu layer pertama 45°
terhadap prinsipal axis dan arah layer kedua 0º terhadap prinsipal axis serta arah
layer ketiga – 45° terhadap prinsipal axis. Perbandingan berat antara serat triaxial
dengan resin yang digunakan adalah 45-50% serat triaxial dan 50-65% resin
polyester dari fraksi berat namun untuk bangunan kapal umumnya sering dipakai
50% : 50% dalam satu laminasi.
FRP woven roving lebih kuat jika dibandingkan dengan alumunium, FRP
mat dan baja lebih kaku dari mat dan baja walaupun alumunium yang paling kaku.
Dengan berat yang sama, kayu (dalam keadaan basah) lebih kaku dari FRP cloth
dan juga lebih kuat dari FRP mat, tapi FRP woven roving lebih kuat dari kayu .
Serabut gelas yang biasanya digunakan dalam pembuatan kapal fiberglass
adalah Matt 300 dan 450 dan Woven Roving 600. Resin yang digunakan untuk
membuat kapal adalah 3.115 SHCP Unsaturated polyester resin. Selain itu bahan
ini dapat dikombinasikan dengan pigmen, bahan anti api dan bahan racun tertentu
untuk mencegah binatang perusak permukaan kapal (Imron, 2004).

2.5 Gambaran Umum Kapal Kayu di Indonesia


Pemilihan jenis kayu untuk keperluan pembuatan kapal perikanan harus
didasarkan pada sifat kayu tersebut. Fyson (1985) menyatakan bahwa terdapat
pertimbangan-pertimbangan prinsip yang harus diperhatikan dengan pemilihan
kayu seperti kekuatan, daya tahan terhadap pembusukan, dan ketersediaan dalam
mutu, jumlah dan ukuran yang diinginkan. Material kayu membutuhkan kekuatan
yang tinggi dan tahan terhadap serangan organisme laut.
Dilihat dari pengerjaannya, pembangunan kapal dari bahan kayu lebih
mudah dibandingkan dengan bahan lain dan tidak membutuhkan teknologi tinggi
dalam operasi penangkapan ikan. Hal inilah yang menjadikan kayu lebih unggul
dalam pemilihan material dibandingkan dengan bahan lain untuk pembangunan
kapal perikanan (Pasaribu, 1985).
10

Pembangunan kapal perikanan tradisional dengan bahan kayu di Indonesia


cukup bervariasi, baik dari segi tahapan pembangunan, teknik penyambungan tiap
bagian konstruksi yang dilakukan maupun tingkat teknologi pembangunannya
(Iskandar dan Novita, 2000). Produksi pembuatan kapal kayu di Indonesia banyak
ditemukan di daerah seperti Muara Angke, Cirebon, Serang, Pelabuahanratu,
Prigi, Bungus, Sibolga, Makasar, dan Pekalongan yang masing-masing daerah
tersebut pada proses pembuatannya memiliki tingkat teknologi yang berbeda-beda
(Iskandar dan Novita, 2000). Jenis kayu yang digunakan pada masing-masing
daerah juga bervariasi, di daerah Cirebon umumnya kayu yang digunakan adalah
kayu jati sedangkan di daerah Bulukumba kayu yang digunakan umumnya kayu
bungur, kayu giam, kayu jati dan kayu biti atau gofasa (Kusumanti, 2009).
Kapal kayu dipergunakan oleh hampir semua nelayan yang berada di
pulau Kodingareng, Sulawesi Selatan. Kapal kayu yang dipergunakan nelayan di
pulau Kodingareng memiliki umur pakai kapal berada pada kisaran 10 tahun
sampai 15 tahun. Lamanya umur pakai kapal yang terdapat di pulau Kadingareng
tergantung pada daya kekedapan kulit/lambung kapal terhadap air laut.
Permasalahan yang dijumpai pada praktek keseharian penggunaan kapal kayu
yaitu kurangnya daya kekedapan kulit kapal terhadap air laut sehingga berdampak
pada kurangnya kekuatan konstruksi kayu yang berujung pada kurangnya umur
pakai kapal (Talib, 2011)

2.6 Gambaran Umum Kapal Fiberglass di Indonesia


Marten dan Paranoan (1986) vide Widodo (1994) menjelaskan beberapa
sifat yang menguntungkan dari kapal fiberglass jika dibandingkan dengan kapal
jenis lainnya, yaitu:
1) Dilihat dari berat konstruksi, kapal fiberglass merupakan kapal yang paling
ringan jika dibandingkan dengan kapal dengan bahan material kayu,
ferrocement dan terlebih lagi baja pada ukuran yang sama.
2) Dilihat dari kekuatannya maka kapal fiberglass mempunyai kekuatan
konstruksi yang cukup kuat.
3) Dilihat dari ketahanan materialnya pada air laut maka kapal fiberglass
memberikan hasil yang sangat baik.
11

4) Pada kapal fiberglass pertumbuhan binatang-binatang laut pada badan kapal


dapat dieliminir dengan penambahan racun-racun tertentu pada campuran
gelcoat. Hal ini sangat penting untuk mempertahankan kekuatan dan umur
kapal.
5) Permukaan luar kapal fiberglass lebih licin dibandingkan dengan kapal jenis
lain, yang berarti koefisien gesek dengan air akan lebih kecil. Hal ini
menyebabkan pada model/bentuk kapal, ukuran dan daya mesin yang sama
tentunya kapal fiberglass akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi.
6) Dilihat dari bentuk akhir yang mewah, menawan dan warna yang menarik
untuk jenis kapal yang sama, dan akan mengundang minat untuk memilikinya
dibandingkan dengan kapal dari material lain.
Sedangkan kelemahan kapal fiberglass antara lain:
1) Stabilitas terlihat lebih buruk daripada kapal dengan material lain;
2) Kapal mudah terbawa oleh angin;
3) Pada kapal ikan, tenaga untuk menarik peralatan penangkapan terlihat lebih
lemah daripada kapal dengan material lain;
4) Teknik khusus dikehendaki dalam membangun kapal FRP;
5) Material tidak cukup kuat bila bergesekan dengan peralatan penangkapan; dan
6) Material mudah terbakar semudah kayu.
Menurut Pasaribu (1985), karakteristik kapal ikan yang dibuat dari bahan
FRP memiliki ciri:
1) Konstruksi tidak memerlukan sambungan-sambungan;
2) Daya tahan pemakaian lebih lama;
3) Kapal lebih ringan;
4) Mengapung lebih cepat;
5) Memiliki nilai stabilitas yang rendah; dan
6) Mudah mengalami defleksi.
Di Indonesia perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi kapal
fiberglass dapat ditemukan hampir di setiap daerah di Indonesia, di bawah ini
beberapa daftar perusahaan yang memproduksi kapal fiberglass di Indonesia :
1) PT. Sirabu Primajaya di Bekasi Utara;
2) PT. Mutiara Fibrindo di Jakarta Barat;
12

3) CV. Javanese Indonesia di Surabaya;


4) CV. Putera Indonesia Marine Division di Sidoarjo; dan
5) CV. Wahana Fiberglass di Ambon, Maluku;
Jenis kapal fiberglass yang diproduksi tidak hanya kapal perikanan, melainkan
jenis kapal lain seperti, speed boat, kapal pesiar, kapal penumpang, kapal
pemadam dan kapal patroli (Indonetwork, 2011).
Kapal berbahan fiberglass memiliki memiliki banyak keunggulan, selain
biaya perawatan yang lebih kecil, umur pakai kapal fiberglass bisa mencapai 20
tahun dibandingkan kapal kayu yang hanya sampai 10 tahun. Hal tersebut dapat
menjadikan solusi alternatif bagi nelayan tradisional yang semakin kesulitan
dalam memperoleh bahan baku kayu dalam pembuatan kapal kayu. Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengadakan pelatihan pembuatan
kapal fiberglass di kabupaten kota di Sulawesi Tenggara yakni di Kabupaten
Kolaka, Bombana, Konawe Selatan dan Buton. Hal ini dilakukan bertujuan agar
nelayan memiliki ketrampilan dalam memproduksi kapal/perahu berbahan
fiberglass sendiri (BPPT, 2011).
13

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011.
Tempat penelitian berada di dua lokasi yaitu untuk kapal fiberglass di galangan
kapal CV. Sinar Fiberglass Cilacap, sedangkan untuk kapal kayu dilakukan di
galangan kapal Karangsong, Indramayu.

3.2 Peralatan Penelitian


Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi :
1) Peralatan yang dipergunakan dalam pengukuran kapal di lapangan, meliputi :
(1) Alat ukur;
(2) Data sheet;
(3) Kamera; dan
(4) Alat tulis;
2) Peralatan yang digunakan dalam mengolah data adalah PC (hardware) dan
Microsoft Oficce (software).

3.3 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian komparatif. Penelitian
komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawab secara
mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab
terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu (Nazir 1988). Metode ini
digunakan untuk membandingkan dua objek penelitian yaitu kapal kayu dan kapal
fiberglass yang selanjutnya didapatkan informasi mengenai gambaran komponen
biaya dalam pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass serta biaya produksi
keduanya.

3.4 Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer yang
dikumpulkan sendiri oleh penulis. Sampel kapal yang diambil adalah kapal kayu
dan kapal fiberglass yang masing-masing berjumlah tiga unit. Jumlah tersebut
14

diperoleh karena terbatasnya jumlah kapal yang sedang dibangun di tiap lokasi
penelitian. Informasi mengenai komponen dan biaya produksi kapal diperoleh
melalui pengamatan langsung di galangan dan wawancara dengan narasumber.
Narasumber pada penelitian ini terdiri dari:
1) Pengrajin kapal (dua pengrajin kapal kayu dan satu pengrajin kapal
fiberglass);
2) Pemilik galangan (dua pemilik galangan kapal kayu dan satu pemilik
galangan kapal fiberglass);
3) Pemilik kapal (satu pemilik kapal kayu dan satu pemilik kapal fiberglass);
4) Supplier material bahan baku kapal (satu supplier untuk galangan kapal kayu
dan satu supplier untuk galangan kapal fiberglass).
Data yang diperoleh dari ketiga sampel kapal tersebut, selanjutnya akan
dibandingkan. Dalam rangka mendapatkan kesetaraan perbandingan, kapal yang
dibandingkan adalah kapal yang memiliki ukuran yang hampir sama. Ukuran
tersebut akan dilihat berdasarkan nilai cubic number (CUNO) yang diperoleh dari
perkalian (panjang kapal (LOA) x lebar kapal (B) x tinggi kapal (D)).
Data primer yang dikumpulkan antara lain :
1) Dimensi utama kapal yang dibangun;
2) Biaya-biaya meterial dan harga tiap satuan yang dibutuhkan dalam
membangun kapal;
3) Biaya mesin dan perlengkapannya serta harga tiap satuan unit yang
dibutuhkan dalam membangun kapal;
4) Biaya tenaga kerja; dan
5) Faktor-faktor yang terkait dengan penentuan biaya produksi.

3.5 Analisis Data


3.5.1 Perhitungan biaya produksi
Perhitungan biaya produksi kapal dilakukan untuk mengetahui biaya yang
diperlukan dalam produksi kapal. Biaya produksi kapal merupakan penjumlahan
dari biaya komponen-komponen yang diperlukan untuk membuat suatu kapal.
Elemen-elemen biaya yang merupakan bagian penyusun dari biaya produksi kapal
adalah sebagai berikut :
15

1) Biaya kasko;
2) Biaya instalasi mesin; dan
3) Biaya tenaga kerja.
Perhitungan biaya produksi kapal dilakukan menggunakan rumus seperti
dibawah ini :
TC = F1.X1 + F2.X2 + F3.X3 +.......+ Fn . Xn
Keterangan :
TC = biaya total produksi kapal
Fn = komponen biaya pembuatan kapal
Xn = Harga satuan

3.5.2 Perhitungan biaya penyusutan dan perawatan kapal


Perhitungan ini digunakan untuk melihat berapa perbandingan jumlah
biaya penyusutan dan perawatan kapal kayu dan kapal fiberglass yang
dikeluarkan pertahunnya. Kapal yang dijadikan sampel yaitu dengan ukuran kapal
yang hampir sama. Total penyusutan dan perawatan kapal diperoleh dari
penjumlahan antara biaya penyusutan kapal dengan biaya perawatan kapal
pertahun.

3.5.3 Analisis usaha pembuatan kapal


Selanjutnya setelah mengetahui biaya produksi dan biaya perawatan kapal
kayu dan kapal fiberglass, kemudian keduanya dilakukan perbandingan terhadap
analisis usaha dari pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass dengan mengkaji
analisis finansial pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass yang meliputi di
bawah ini :
1) Analisis Keuntungan
Analisis keuntungan merupakan jumlah nominal yang diperoleh dari
selisih antara total pemasukan yang diterima dengan total pengeluaran yang
dikeluarkan. Analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang
dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis ini dapat juga digunakan
untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha
yang dilakukan (Umar, 2003). Rumus yang digunakan adalah :
16

π = TR – TC
keterangan :
π = Keuntungan
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Kriteria :
Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung/layak untuk dilanjutkan;
Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas);
Jika total penerimaan < total biaya, usaha rugi/tidak layak untuk dilanjutkan.

2) Revenue cost ratio (R/C ratio)


Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh
dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan (Umar, 2003).
Rumus yang digunakan adalah :

Kriteria :
Jika R/C > 1, maka kegiatan usaha tersebut untung sehingga usaha tersebut layak
untuk dilanjutkan;
Jika R/C = 1, maka kegiatan usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (impas);
Jika R/C < 1, usaha rugi/tidak layak untuk dilanjutkan.

3) Payback Period (PP)


Merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas.
Payback period dapat juga diartikan sebagai rasio antara initial cash investment
dengan cash inflow yang hasilnya merupakan satuan waktu, selanjutnya nilai rasio
ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima. Rumus
yang digunakan (Umar, 2003) adalah :

PP =
17

Keterangan:
i = Investasi
π = Keuntungan per tahun

4) Net Present Value (NPV)


Net Present value merupakan selisih antara present value dari benefit dan
present value dari biaya, NPV ini dinyatakan dalam rumus (Kadariah et al., 1999).

NPV = ,

dimana:
Bt : penerimaan (benefit) yang diperoleh pada tahun ke-t
Ct : biaya (cost) yang dikeluarkan pada tahun ke-t
N : umur proyek
I : discount Factor.
Kriteria:
NPV > 0, usaha layak dilanjutkan
NPV = 0, usaha tidak untung dan tidak rugi
NPV < 0, usaha tidak layak untuk dilanjutkan

5) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)


Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa, sehingga
pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun
dimana benefit bersih itu bersifat benefit, sedangkan penyebutnya terdiri atas
presen value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt – Ct bersifat
negaif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor, yang dinyatakan
dengan rumus (Kadariah et al., 1999) :

Net B/C R = ,

dimana:
Bt : penerimaan (benefit) yang diperoleh pada tahun ke-t
Ct : biaya (cost) yang dikeluarkan pada tahun ke-t
n : umur proyek
18

I : discount rate.
Nilai Net B/C ratio mengandung dua arti penting, yaitu :
1) Net B/C ratio ≥ 1 berarti proyek layak
2) Net B/C ratio ≤ 1 berarti proyek tidak layak.

6) Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return merupakan nilai discount rate i yang membuat
NPV dari proyek sama dengan nol. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan.
Internal Rate of Return dinyatakan dalam rumus (Kadariah et al, 1999) :

IRR = + ( - ),

dimana :
: discount rate yang menghasilkan NPV positif
: discount rate yang menghasilkan NPV negatif
: NPV yang bernilai positif
: NPV yang bernilai negatif.
Suatu usaha atau kegiatan investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih
besar dari tingkat discount rate yang ditentukan. Sebaliknya jika IRR lebih kecil
dari tingkat discount rate yang ditentukan maka usaha tidak layak untuk
dijalankan.
19

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Galangan Kapal di Karangsong Indramayu


Penelitian kapal kayu dilakukan di salah satu galangan kapal di
Karangsong, Indramayu. Dasar dari pemilihan lokasi ini adalah karena di wilayah
ini banyak ditemukan galangan-galangan yang membangun kapal kayu. Pada
umumnya kapal kayu yang dibangun mulai dari ukuran yang kecil sampai dengan
kapal kayu ukuran yang besar. Pemilik dari galangan kapal kayu ini adalah Bapak
Tipan dan Bapak Edi warga asli Indramayu.
Daerah Karangsong merupakan daerah pesisir di wilayah Indramayu,
nelayan memanfaatkan aliran sungai sebagai aktifitas perikanan tangkap sekaligus
membangun galangan-galangan kapal kayu. Lokasi yang digunakan untuk
membangun kapal ini dilakukan di sisi sungai Karangsong. Pemilihan lokasi ini
ditujukan untuk mempermudah dalam penurunan kapal ke air. Lokasi galangan
dapat dilihat pada Lampiran 5.
Menurut hasil wawancara dengan pemilik galangan diketahui bahwa
galangan ini dapat memproduksi dua sampai empat kapal dalam satu tahun. Kapal
yang dibangun sebagian besar merupakan pesanan dari juragan (nelayan) dan ada
juga yang dibuat untuk kebutuhan pemakaiannya sendiri. Galangan ini hanya
melayani pembuatan kapal baru sedangkan untuk reparasi tidak tersedia.
Ketrampilan yang diperoleh pengrajin kapal di galangan ini diperoleh dari
pengalaman dalam membangun kapal secara turun-temurun. Berdasarkan tingkat
pendidikan, pendidikan terakhir baik pemilik galangan maupun pembuat kapal-
kapal ini adalah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

4.2 Galangan Kapal di CV. Sinar Fiberglass Cilacap


Penelitian mengenai kapal fiberglass dilakukan di galangan kapal CV.
Sinar Fiberglass. CV Sinar Fiberglass merupakan industri yang bergerak dalam
bidang produksi kapal perikanan, speed boat, kano, dan macam-macam produk
fiberglass. Lokasi galangan ini beralamat di Jl. Lingkar Selatan, Mertasinga,
Cilacap (Lampiran 6). Galangan ini dimiliki oleh Bapak Mochamad Amirudin.
20

Galangan kapal milik CV Sinar Fiberglass memproduksi kapal-kapal baru dan


menyediakan jasa perbaikan kapal.
Menurut hasil wawancara dengan pemilik galangan didapatkan informasi
bahwa umumnya galangan ini mampu memproduksi 3-5 kapal baru dalam satu
tahun. Kapal-kapal ini sebagian besar merupakan pesanan dari instansi pemerintah
seperti dinas perikanan dalam pengadaan kapal perikanan dan ada juga pesanan
dari juragan (nelayan). Status kepemilikan galangan CV Sinar Fiberglass ini
adalah milik pribadi. Berdasarkan tingkat pendidikan, pendidikan terakhir baik
pemilik galangan maupun para pembuat kapal-kapal ini adalah sekolah menengah
atas. Adapun kemampuan pemilik galangan dalam mengelola galangan diperoleh
dari pengetahuannya dari pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan pemerintah.
Galangan ini merupakan usaha keluarga yang diteruskan secara turun temurun.
Demikian pula dengan pekerja yang membangun kapal, pengetahuan dalam
membangun kapal diperoleh dari pemilik galangan yang mengajarinya.
21

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kapal Kayu


5.1.1 Gambaran Umum
Kapal perikanan merupakan unit penangkapan ikan yang sangat penting
dalam mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan yang terdapat di perairan
Indramayu. Jenis kapal perikanan yang digunakan nelayan di Karangsong
Indramayu sebagian besar kapal perikanan yang dibuat dari bahan dasar kayu
dengan ukuran yang beragam mulai dari 5 GT hingga kapal yang berukuran 60
GT. Lokasi pembuatan kapal kayu sendiri banyak ditemukan di sekitar Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong Indramayu yang jumlahnya lebih dari 10
galangan yang memproduksi kapal kayu.
Proses pembangunan kapal yang terdapat di galangan kapal kayu
karangsong secara umum meliputi :
1) Pemasangan lunas;
2) Pemasangan linggi haluan dan linggi buritan;
3) Pemasangan kulit kapal;
4) Pemasangan gading-gading;
5) Pemasangan lantai dek kapal;
6) Pemasangan rumah-rumah;
7) Pemasangan pagar; dan
8) Pendempulan dan pengecatan kasko kapal.
Proses produksi baru dilakukan setelah ada transaksi dan perjanjian yang
disepakati oleh pemilik galangan dan pemesan kapal. Pada umumnya pemesan
kapal menyerahkan sepenuhnya perencanaan dan desain kapal yang akan
dibangun kepada pemilik galangan, tetapi ada juga yang memberi bentuk dan
desain kasar yang diinginkan oleh pemesan kapal tersebut.
Kapal yang telah dibangun selanjutnya diserahkan kepada pemesan kapal.
Kapal diserahkan dalam bentuk kasko kapal yang telah dicat. Pada umumnya
proses penyerahan kapal dilakukan bersamaan dengan peluncuran kapal ke dalam
air. Segala urusan mengenai surat-surat kapal diberikan oleh pihak syahbandar
22

setempat. Kapal kayu yang telah dibangun rencananya akan dioperasikan dalam
kegiatan penangkapan menggunakan jaring milenium.
Spesifikasi dari ketiga kapal kayu yang menjadi objek penelitian dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Dimensi utama ketiga kapal kayu
No Ukuran Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
1 LOA (m) 10 14 19
2 Lpp (m) 8,5 12 17
3 B (m) 2,6 3,6 5
4 D (m) 1 1,5 2,25
5 d (m) 0,4 0,6 0,7
6 CUNO (Cubic Number) (m³) 26 75,6 213,75
7 GT 3,58 10,40 29,39
Sumber: Data Olahan, 2011

5.1.2 Produksi kapal kayu


Komponen biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan kapal kayu
meliputi biaya kasko kapal, biaya tenaga kerja dan biaya pembelian mesin. Biaya
tersebut sangat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi satu
unit kapal. Di bawah ini dijelaskan satu persatu komponen biaya tersebut.
1) Biaya kasko kapal
Biaya kasko kapal dalam pembuatan kapal kayu meliputi komponen biaya
material. Biaya material ini dibagi menjadi biaya material utama dan biaya
material pendukung. Kayu merupakan material utama dalam pembangunan kapal
kayu. Jenis kayu yang digunakan pada pembuatan kapal kayu di Karangsong
Indramayu berbeda-beda mulai dari kayu jati, kayu merbau dan kayu pernis. Kayu
dengan jenis jati yang umumnya lebih banyak digunakan pengrajin kapal. Jenis
kayu yang digunakan pada pembuatan ketiga kapal dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis kayu yang digunakan pada konstruksi kapal kayu
Jenis Kayu
Bagian Konstruksi Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
Lunas Jati Jati Pernis
Gading-gading Jati Jati Pernis
Kulit / Lambung Jati Jati Merbau
Geladak Jati Jati Jati
Bangunan atas Jati Jati Jati
Sumber: Data Olahan, 2011
23

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar kayu yang
digunakan pada pembuatan kapal yaitu kayu jati. Pada kapal 1 dan kapal 2
keseluruhan kayu yang digunakan untuk semua bagian konstruksi adalah jenis
kayu jati. Sementara itu, untuk kapal 3 jenis kayu yang digunakan berbeda-beda
yaitu jati, merbau, dan pernis. Menurut pemilik galangan kapal, pemilihan jenis
kayu dilakukan berdasarkan pesanan pemesan kapal dan juga biaya yang
diberikan oleh pemilik kapal. Kayu yang digunakan pada pembuatan kapal
diperoleh dari wilayah Indramayu dan Surabaya.
Komponen biaya yang dikeluarkan pada pembuatan kapal kayu selain
material utama kayu adalah material pendukung. Material pendukung adalah
material yang digunakan dalam membantu proses pembangunan kapal kayu.
Material pendukung ini meliputi paku, baut, gelam, cat, dempul, poxy, cruing dan
cor untuk lunas. Di bawah ini disajikan rincian biaya kasko kapal dari ketiga
pembuatan kapal kayu. Rincian biaya lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 3 Rincian biaya kasko kapal kayu

No Keterangan Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3


1 Material utama (Rp) 20.000.000 104.000.000 188.000.000
2 Material pendukung (Rp) 1.770.000 20.020.000 39.640.000
Total (Rp) 21.770.000 124.020.000 227.640.000
Sumber: Data Olahan, 2011
Kapal 3 memiliki biaya kasko kapal terbesar yaitu Rp227.640.000,00 jika
dibandingkan kapal 1 sebesar Rp21.770.000,00 dan kapal 2 sebesar
Rp124.020.000,00. Hal ini terjadi karena ukuran kapal 3 lebih besar dari yang lain
sehingga membutuhkan material dan biaya lebih besar.
2) Biaya tenaga kerja
Biaya upah tenaga kerja yang dikeluarkan pada pembuatan kapal
tergantung pada kesepakatan pemilik kapal dan pemilik galangan. Biaya tersebut
sudah meliputi biaya makan minum dan biaya rokok. Sistem upah yang digunakan
di galangan kapal kayu ini yaitu sistem borongan. Upah tenaga kerja yang
diberikan tidak dibedakan berdasarkan ketrampilan pekerjanya melainkan
diberikan sama setiap pekerjanya. Sistem pemberian upah tenaga kerja pembuatan
kapal kayu dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
24

Tabel 4 Sistem pemberian upah pada kapal kayu


No Keterangan Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
1 Sistem pembayaran upah pekerja Borongan Borongan Borongan
2 Lama Pembangunan Kapal 1 bulan 2 bulan 4 bulan
3 Jumlah tenaga kerja 4 orang 5 orang 8 orang
4 Besar upah (Rp) 10.000.000 25.000.000 80.000.000
Sumber: Data Olahan, 2011
3) Biaya pembelian mesin
Komponen lain yang tidak kalah penting adalah mesin. Mesin yang
digunakan dibagi menjadi dua yaitu mesin utama dan mesin bantu. Mesin utama
dan mesin bantu diperoleh dari sekitar Kota Indramayu. Merk mesin yang
digunakan pada kapal 1, kapal 2, dan kapal 3 berbeda-beda. Spesifikasi mesin
yang digunakan pada ketiga kapal dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5 Spesifikasi mesin dan harga pembelian
No Parameter Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
1 Tenaga mesin
Mesin utama 7 HP 25 HP 16 HP
Mesin bantu 24 HP 30 HP
2 Merk mesin
Mesin utama Dongfeng Kubuta Mitsubishi
Mesin bantu Dongfeng Dongfeng
3 Bahan bakar Solar Solar Solar
4 Harga mesin 5.000.000 38.000.000 35.000.000
22.000.000 25.000.000
Sumber: Data Olahan, 2011
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa tenaga mesin yang digunakan kapal 2
dan kapal 3 hampir sama. Pada kapal 2 mesin utama dibeli dengan kondisi tidak
baru lagi (second) dengan harga Rp5.000.000,00. Sementara itu, pada kapal 3
kondisi mesin bantu dibeli dengan kondisi tidak baru dengan harga
Rp10.000.000,00. Menurut pemilik galangan kapal hal ini dikarenakan harga
mesin untuk kondisi tidak baru harganya lebih murah jika dibandingkan dengan
mesin yang baru yaitu setengah dari harga mesin baru, namun kondisi mesin ini
tidak kalah dengan mesin yang baru. Mesin yang digunakan diperoleh dari daerah
sekitar Indramayu dan Cirebon.
Selanjutnya, komponen mesin ini tidak dicantumkan pada perhitungan
biaya produksi kapal kayu. Hal ini dikarenakan pembelian mesin tersebut
25

disesuaikan dengan kemampuan pemilik kapal apakah akan menggunakan mesin


baru atau bekas, sehingga pada penelitian ini hanya melihat biaya produksi
pembuatan kapal kayu yang meliputi biaya kasko kapal dan tenaga kerja.
Biaya produksi kapal merupakan penjumlahan total biaya-biaya yang
digunakan dalam pembangunan satu unit kapal. Biaya tersebut meliputi biaya
kasko kapal dan biaya tenaga kerja. Biaya total produksi juga merupakan biaya
total yang dikeluarkan oleh pihak galangan pembuat kapal. Besar biaya produksi
dijadikan pertimbangan bagi pihak galangan dalam menentukan berapa besar
keuntungan yang ingin diperoleh dari penjualan satu unit kapal. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan di Karangsong Indramayu diperoleh total biaya
produksi pembuatan kapal. Dibawah ini dapat kita lihat pada Tabel 6 rincian biaya
produksi kapal kayu yang menjadi objek penelitian. Rincian biaya lengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 6 Biaya pembuatan satu unit kapal kayu
No Komponen biaya Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
A Biaya Variabel
1 Biaya kasko kapal
a. Material utama (Rp) 20.000.000 104.000.000 188.000.000
b. Material pendukung (Rp) 1.770.000 20.020.000 39.640.000
2 Biaya tenaga kerja (Rp) 10.000.000 25.000.000 80.000.000
B Biaya Tetap
1 Biaya pemeliharaan alat (Rp) 230.000 230.000 230.000
2 Biaya penyusutan (Rp) 1.207.500 1.207.500 1.207.500
3 Listrik (Rp) 150.000 300.000 600.000
Total biaya pembuatan kapal (Rp) 33.357.500 150.757.500 309.677.500
Total biaya pembuatan kapal per
CUNO (Rp) 1.282.981 1.994.147 1.448.784
Sumber: Data Olahan, 2011
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa total biaya pembuatan masing-
masing kapal kayu adalah kapal 1 sebesar Rp33.357.000,00 kapal 2 sebesar
Rp150.757.500,00 dan kapal 3 sebesar Rp309.677.500,00. Biaya total pembuatan
terkecil adalah pada kapal 1, sedangkan total biaya pembuatan terbesar adalah
kapal 3. Hal ini terjadi karena komponen biaya material utama (kayu) pada kapal
1 lebih kecil dari dua kapal lainnya. Sementara itu, pada kapal 3, total biaya
pembuatan paling besar karena ukuran kapal tersebut lebih besar sehingga biaya
pembangunannya pun jauh lebih besar. Total biaya pembuatan kapal per CUNO
26

yang diperoleh ketiga kapal masing-masing yaitu kapal 1 sebesar Rp1.282.981,00


kapal 2 sebesar Rp1.94.147,00 dan kapal 3 sebesar Rp1.448.784,00. Biaya
pembuatan kapal per CUNO pada kapal 2 lebih besar daripada kapal 3. Hal ini
diduga terjadi karena efisensi penggunaan sumberdaya yang lebih besar dari kapal
2. Di bawah ini dapat dilihat pada Gambar 1 persentase total biaya tiap-tiap
komponen yang terkait dalam pembuatan kapal kayu.

Gambar 1 Persentase biaya pembuatan kapal kayu.


Gambar 1 menunjukkan persentase komponen biaya pembuatan kapal
kayu yang meliputi biaya material utama, material pendukung dan biaya tenaga
kerja dan biaya tetap (biaya pemeliharaan, penyusutan dan listrik). Komponen
biaya yang memiliki persentase terbesar dari ketiga diagram yang disajikan yaitu
komponen biaya material utama yaitu masing-masing kapal 1 sebesar 60 %, kapal
2 sebesar 69 % dan kapal 3 sebesar 60 %. Hal ini didukung oleh pernyataan hasil
penelitian dari Ayuningsari (2007) yang mengatakan bahwa biaya material utama
(kayu) memiliki persentase 66 % dari total biaya produksi pembuatan kapal kayu.

5.2 Kapal Fiberglass


5.2.1 Gambaran umum
Kapal perikanan yang terdapat di wilayah Cilacap sebagian besar terbuat
dari bahan fiberglass. Pemilihan bahan fiberglass sebagai bahan baku kapal
disebabkan karena bahan baku yang tersedia mudah diperoleh.
Proses pembuatan kapal fiberglass secara umum meliputi :
1) Pembuatan cetakan (mold);
27

2) Setelah mold selesai, kemudian di lepas;


3) Pelapisan mirror glaze bertujuan agar kapal yang dicetak mudah
dilepaskan dari cetakan;
4) Pembuatan gelcoat. Gelcoat dibuat dari campuran resin, erosil dan
pigmen;
5) Pembuatan badan perahu, dilakukan dengan teknis laminasi yaitu :
(1) Pelapisan gelcoat
(2) Pelapisan matt 300
(3) Pelapisan woven roving 800
6) Pembuatan tulang-tulang fiber untuk kekuatan pada lambung kapal;
7) Pembuatan ruangan-ruangan sesuai desain gambar; dan
8) Finishing body kapal serta pemasangan mesin.
Proses pemesanan kapal tidak jauh berbeda dengan kapal kayu. Pada kapal
fiberglass pemesanan dilakukan oleh pemesan kapal kepada pemilik galangan
kapal CV. Sinar Fiberglass dengan melakukan transaksi dan perjanjian yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak. Selanjutnya, pemesan kapal menyerahkan
perencanaan dan desain kapal yang akan di bangun sesuai keinginan pemesan
kapal fiberglass tersebut.
Proses penyerahan pun hampir sama dengan kapal kayu yaitu kapal yang
telah dibangun diserahkan dalam bentuk kasko kapal yang telah dicat dan sudah
dilengkapi mesin. Kapal fiberglass yang dibangun rencananya akan dioperasikan
dalam kegiatan penangkapan dengan menggunakan jaring insang (gillnet).
Dimensi utama ketiga kapal yang menjadi objek penelitian dapat dilihat
pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Dimensi utama kapal fiberglass
No Ukuran Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
1 LOA (m) 10 11 13,5
2 Lpp (m) 9 9 11
3 B (m) 1,15 2,3 3,2
4 D (m) 0,8 1,2 1,2
5 d (m) 0,2 0,5 0,5
6 CUNO (Cubic Number) (m³) 9,2 30,36 51,84
7 GT 1,27 4,17 7,13
Sumber: Data Olahan, 2011
28

5.2.2 Produksi kapal fiberglass


Komponen biaya yang dikeluarkan dalam membangun kapal fiberglass
tidak beda dengan kapal kayu yaitu meliputi biaya kasko kapal, biaya tenaga kerja
dan biaya pembelian mesin. Komponen biaya tersebut selengkapnya dijelaskan
satu persatu di bawah ini.
1) Biaya kasko kapal
Biaya kasko kapal fiberglass sama seperti pada kapal kayu yaitu meliputi
biaya yang dikeluarkan untuk material utama dan material pendukung. Fiberglass
reinforcement plastic atau yang biasa kita kenal dengan fiberglass merupakan
bahan baku utama dalam pembuatan cetakan kapal fiberglass. fiberglass
digunakan karena sifatnya yang lentur, awet serta mudah dalam perawatanya.
Resin yang digunakan ketiga kapal fiberglass yang dibangun yaitu resin
dengan jenis polyester orthophthalic yakni resin Yukalac 157. Serat yang
digunakan sebagai penguat terdapat dua macam yaitu matt 300 dan woven roving
800. Material fiberglass yang digunakan pada pembuatan kapal yang diteliti dapat
dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8 Material fiberglass yang digunakan pada kapal fiberglass
No Nama bahan Spesifikasi
1 Resin Yukalak 157
2 Compond -
3 Mirror Glaze -
4 Katalis -
5 Kobalt -
6 Erosil -
7 Pigmen -
8 Talk -
9 Matt M300
10 Woven Roving WR800
Sumber: Data Olahan, 2011
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa material fiberrglass ini merupakan
bahan dasar dalam pembuatan kapal fiberglass, masing-masing material memiliki
fungsi dan kegunaan yang berbeda. Pada pembuatan kapal fiberglass, material
resin memiliki jumlah lebih besar dari material lainnya.
Material pendukung dalam pembuatan kapal fiberglass digunakan untuk
menguatkan, menyambung dan merapikan bagian-bagian konstruksi kapal.
Material pendukung yang digunakan pada pembuatan kapal dapat dilihat pada
29

Tabel 9.
Tabel 9 Material pendukung pada pembuatan kapal fiberglass
No Nama bahan Spesifikasi
1 Paku Ukuran 5
Ukuran 7
2 Alat Pembersih Gayung
Ember
3 Kuas 3 inc
4 Solasi Kertas -
5 Amplas Nomor 3
6 Obat Cor Busa -
7 Cor Beton -
Sumber: Data Olahan, 2011
Berdasarkan Tabel 9 diketahui terdapat komponen cor beton. Cor beton ini
digunakan pada pembuatan lunas kapal, dimana material yang digunakan adalah
campuran pasir, semen, besi, begel, besmitel dan split. Material utama dan
pendukung pada pembuatan ketiga kapal ini mudah diperoleh dari toko-toko
sekitar Kota Cilacap.
Biaya kasko kapal pada pembuatan ketiga kapal fiberglass disajikan pada
Tabel 10 dibawah ini. Rincian biaya lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 10 Biaya kasko kapal fiberglass
No Keterangan Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
1 Material utama (Rp) 8.748.000 48.020.000 69.495.000
2 Material pendukung (Rp) 132.000 2.315.000 2.402.500
Total (Rp) 8.880.000 50.335.000 71.897.500
Sumber: Data Olahan, 2011
Tabel 10 menunjukkan bahwa biaya kasko kapal pada pembuatan kapal
fiberglass, biaya terbesar yaitu biaya material utama dan biaya terkecil yaitu biaya
material pendukung. Kapal 3 memiliki biaya kasko kapal terbesar yaitu
Rp71.897.500,00 jika dibandingkan kapal 1 sebesar Rp8.880.000,00 dan kapal 2
sebesar Rp50.335.000,00.
2) Biaya tenaga kerja
Sistem upah yang diterapkan pada pembuatan kapal fiberglass di CV.
Sinar Fiberglass Cilacap adalah sistem harian. Upah tenaga kerja diberikan per
hari oleh pemilik galangan. Pembagian upah juga tidak dibedakan berdasarkan
ketrampilan pekerjanya namun diberikan upah yang sama. Dibawah ini dapat
30

dilihat jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pembuatan


kapal fiberglass di galangan kapal CV. Sinar Fiberglass Cilacap.
Tabel 11 Sistem pemberian upah pada kapal fiberglass
No Keterangan Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
1 Sistem pembayaran upah pekerja Harian Harian Harian
2 Lama Pembangunan Kapal 6 hari 25 hari 30 hari
3 Jumlah tenaga kerja 6 orang 10 orang 10 orang
4 Total upah (Rp) 2.400.000 16.500.000 20.000.000
Sumber: Data Olahan, 2011
Berdasarkan Tabel 11 di atas diketahui bahwa tenaga kerja yang
diperlukan dalam menyelesaikan kapal 2 dan kapal 3 jumlahnya sama yaitu 10
orang. Sedangkan untuk kapal 1 sendiri tenaga kerja yang diperlukan berjumlah 6
orang. Jumlah tenaga kerja kapal 2 dan kapal 3 lebih besar dikarenakan ukuran
kapal yang dibangun jauh lebih besar dan lama waktu pengerjaan kapal lebih
lama.
3) Biaya pembelian mesin
Mesin yang digunakan pada ketiga kapal fiberglass yang diteliti
seluruhnya menggunakan mesin utama dengan kondisi masih baru. Pembelian
mesin pada pembangunan kapal fiberglass diperoleh dari daerah sekitar Kota
Cilacap. Spesifikasi mesin yang akan digunakan pada ketiga kapal fiberglass
dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12 Spesifikasi mesin dan harga pembelian
No Keterangan Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
1 Tenaga mesin 15 HP 31 HP 31 HP
2 Merk mesin Yamaha Kubuta 3 Silinder Kubuta 3 Silinder
3 Bahan bakar Bensin Solar Solar
4 Harga beli 17.500.000 45.000.000 45.000.000
Sumber: Data Olahan, 2011
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa merk mesin yang digunakan pada
ketiga kapal berbeda-beda. Pemilihan merk mesin ini sesuai dengan pesanan
pemilik kapal. Sama halnya dengan kapal kayu biaya pembelian mesin ini tidak
dicantumkan pada perhitungan biaya total produksi kapal dikarenakan dibatasi
hanya pada kasko kapal.
Total biaya produksi pembuatan kapal fiberglass memiliki komponen
biaya yang sama dengan pembuatan kapal kayu yaitu meliputi biaya kasko kapal,
31

dan biaya tenaga kerja. Rincian total biaya produksi kapal fiberglass dapat kita
lihat pada Tabel 13 di bawah ini. Rincian biaya lengkapnya lihat di Lampiran 8.
Tabel 13 Biaya pembuatan satu unit kapal fiberglass
No Komponen biaya Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
A Biaya Variabel
1 Biaya kasko kapal
a. Material utama (Rp) 8.748.000 48.020.000 69.495.000
b. Material pendukung (Rp) 132.000 2.315.000 2.402.500
2 Biaya tenaga kerja (Rp) 2.400.000 16.500.000 20.000.000
B Biaya Tetap
1 Biaya pemeliharaan alat (Rp) 200.000 300.000 300.000
2 Biaya penyusutan (Rp) 4.781.667 4.781.667 4.781.667
3 Listrik (Rp) 80.000 80.000 80.000
Total biaya pembuatan kapal (Rp) 16.341.667 71.996.667 97.059.167
Total biaya pembuatan
kapal per CUNO (Rp) 1.776.268 2.371.432 1.872.283
Sumber: Data Olahan, 2011
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa total biaya produksi masing-
masing kapal fiberglass sebesar Rp16.341.667,00 untuk kapal 1, kapal 2 sebesar
Rp71.996.667,00 dan kapal 3 sebesar Rp97.059.167,00. Total biaya produksi
terkecil adalah kapal 1 sedangkan biaya total produksi terbesar adalah kapal 3. Hal
ini terjadi karena pada kapal 1 biaya material yang dikeluarkan lebih sedikit.
Sementara itu, pada kapal 3 biaya material yang dikeluarkan lebih besar,
kemudian ukuran kapal 3 juga jauh lebih besar dibandingkan kedua kapal lainnya.
Berdasarkan biaya per CUNO dari pembuatan ketiga kapal fiberglass masing-
masing kapal yaitu kapal 1 sebesar Rp1.776.268,00 kapal 2 sebesar
Rp2.371.432,00 dan kapal 3 sebesar Rp1.872.283,00. Biaya per CUNO kapal 2
lebih besar daripada kapal 3 diduga terjadi karena efisiensi penggunaan
sumberdaya kapal 2 yang lebih besar. Komponen-komponen yang mempengaruhi
besar kecilnya biaya produksi kapal fiberglass dapat dilihat pada ketiga gambar di
bawah ini.
32

Gambar 2 Persentase biaya pembuatan kapal fiberglass.


Gambar 2 menunjukan persentase komponen biaya pembuatan kapal
fiberglass yang meliputi biaya material utama, material pendukung, biaya tenaga
kerja dan biaya tetap (biaya penyusutan, pemeliharaan alat dan listrik). Komponen
biaya pada pembuatan kapal fiberglass yang memiliki persentase terbesar dari
ketiga diagram yang disajikan yaitu komponen biaya material utama yaitu
masing-masing kapal 1 sebesar 53 %, kapal 2 sebesar 67 % dan kapal 3 sebesar 72
%. Pernyataan ini didukung oleh penelitian dari Nurcahyadi (2010) yang
mengatakan bahwa material utama (fiberglass) memiliki persentase terbesar yaitu
78,44 % dari total biaya produksi pembuatan kapal fiberglass.
Pembuatan kapal yang baik yaitu harus dilakukan dengan perencanaan
yang matang, mulai dari desain kapal yang akan di bangun sampai dengan biaya
yang dibutuhkan dalam pembuatan kapal itu sendiri. Salah satu fakor penting
dalam pembangunan kapal adalah biaya. Biaya yang dikeluarkan dalam
pembangunan kapal akan mempengaruhi ukuran kapal yang di bangun, bahan
yang digunakan dalam pembuatan kapal, jenis mesin yang di gunakan sampai
dengan lama waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu unit kapal.
Secara umum, besar kecilnya biaya produksi dalam pembuatan kapal kayu
dan kapal fiberglass sangat dipengaruhi pada ukuran kapal yang akan dibangun.
Berdasarkan tiga sampel kapal kayu dan kapal fiberglass yang diambil, kapal
kayu 2 memiliki ukuran kapal yang hampir sama dengan kapal fiberglass 3 pada
pembuatan kapal fiberglass, dengan demikian biaya produksinya dapat
dibandingkan. Kapal kayu 2 pada pembuatan kapal kayu menghabiskan biaya
sebesar Rp149.020.000,00 dalam proses pembuatannya. Sementara itu, kapal
33

fiberglass 3 pada pembuatan kapal fiberglass biaya yang dihabiskan dalam proses
pembuatannya yaitu sebesar Rp91.897.500,00. Melihat hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada ukuran kapal yang hampir sama ternyata kapal fiberglass
memiliki biaya produksi yang lebih murah jika dibandingkan kapal kayu. Hal ini
terjadi karena harga material yang digunakan pada pembuatan kapal fiberglass
lebih murah daripada kapal kayu. Tahapan selanjutnya adalah membandingkan
biaya penyusutan, biaya perawatan kapal dan kelayakan usaha kedua jenis kapal
tersebut. Sampel kapal yang digunakan pada perhitungan ini yaitu menggunakan
sampel kapal kayu 2 dan kapal fiberglass 3 karena ukuran dimensi kedua jenis
kapal ini memiliki ukuran yang hampir sama.

5.3 Biaya Penyusutan dan Perawatan Kapal Kayu dan Kapal Fiberglass
Kapal perikanan berbahan dasar kayu dan berbahan fiberglass memiliki
karakteristik yang berbeda. Salah satunya yaitu pada biaya perawatan dan umur
teknis kapal. Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak nelayan yang
mengoperasikan kapal perikanan berbahan kayu dan fiberglass diketahui bahwa
umur teknis kapal fiberglass lebih lama dibandingkan umur teknis kapal kayu. Di
bawah ini dapat dilihat biaya penyusutan dan perawatan kapal kayu dan kapal
fiberglass.
Tabel 14 Biaya penyusutan dan perawatan kapal kayu dan kapal fiberglass
No Keterangan Kapal kayu 2 Kapal fiberglass 3
1 Dimensi kapal (LOA, B, D) (14 m, 3,6 m, 1,5 m) (13,5 m, 3,2 m, 1,2 m)
2 Harga kapal (Rp) 149.020.000 91.897.500
3 Umur teknis kapal (tahun) 10 15
4 Biaya penyusutan kapal (Rp) 14.902.000 6.126.500
Biaya perawatan kapal per
5 tahun (Rp) 5.000.000 2.000.000
Total biaya
6 per tahun (Rp) 19.902.000 8.126.500
Sumber: Data Olahan, 2011
Umur teknis merupakan umur asset yang berlaku hingga secara teknis
asset yang dipakai tidak dapat dipergunakan lagi. Berdasarkan tabel di atas
diketahui bahwa umur teknis kapal fiberglass yaitu 15 tahun, lebih lama jika
dibandingkan dengan kapal kayu dengan umur teknis 10 tahun.
34

Biaya penyusutan merupakan biaya yang secara periodik harus


dikeluarkan sebagai konsekuensi atas penurunan alat, mesin atau asset lainnya
akibat pemakaian. Pengeluaran biaya penyusutan ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi berakhirnya umur pakai aset yang dibeli dan diganti dengan asset
yang baru. Pada biaya operasional kapal, biaya penyusutan dari kapal kayu yaitu
sebesar Rp14.902.000,00 dan kapal fiberglass yaitu sebesar Rp6.126.500,00.
Perawatan kapal perikanan sangat penting dilakukan, hal ini bertujuan
untuk menjaga kapal tersebut dalam kondisi baik sehingga dalam proses operasi
penangkapan ikan di laut tidak terjadi hal berbahaya yang disebabkan oleh kondisi
kapal. Berdasarkan hasil penelitian, biaya perawatan yang dikeluarkan kapal kayu
dan kapal fiberglass dengan ukuran kapal yang hampir sama memiliki biaya yang
berbeda. Biaya perawatan yang dikeluarkan kapal fiberglass dalam satu tahun
yaitu sebesar Rp2.000.000,00 lebih rendah dibandingkan kapal kayu dengan biaya
perawatan per tahun yaitu sebesar Rp5.000.000,00. Kapal kayu memiliki biaya
perawatan yang lebih besar dibandingkan dengan kapal fiberglass. Hal ini terjadi
karena material kayu memiliki sifat mudah lapuk sehingga ada salah satu bagian
kapal yang perlu diganti dengan kayu baru. Lain halnya dengan kapal fiberglass
yang tidak memiliki sambungan-sambungan, perawatan yang dilakukan sebatas
membersihkan badan kapal sehingga biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar.
Biaya total penyusutan dan perawatan kedua jenis kapal ini masing-masing
yaitu kapal kayu sebesar Rp19.902.000,00 dan kapal fiberglass yaitu sebesar
Rp8.126.500,00. Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa total biaya
penyusutan dan biaya perawatan kapal kayu lebih mahal jika dibandingkan
dengan kapal fiberglass. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dari segi biaya
produksi dan biaya perawatan kapal fiberglass ternyata lebih murah jika
dibandingkan dengan kapal kayu. Selanjutnya dari segi usaha pembuatan
kapalnya dapat diketahui dari analisis ekonomi pembuatan masing-masing kapal
tersebut.

5.4 Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kapal Kayu dan Kapal Fiberglass
Analisis yang digunakan dalam mengevaluasi aspek ekonomi pembuatan
kapal kayu dan kapal fiberglass yaitu dengan menganalisis usaha pembuatan
35

kapal kayu dan kapal fiberglass. Komponen ini meliputi biaya investasi, biaya
operasional (biaya tetap dan biaya variabel) dan penerimaan pemilik galangan.
Pada perhitungan usaha pembuatan kedua jenis kapal ini digunakan asumsi-
asumsi sebagai berikut:
1) Umur usaha kedua jenis pembuatan kapal yaitu 10 tahun;
2) Pembuatan kapal dalam satu tahun memproduksi empat kapal;
3) Galangan kapal ini akan dikembangkan di satu lokasi; dan
4) Biaya dan informasi yang ada berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik
galangan.
Selanjutnya dijelaskan satu persatu penjelasan dari masing-masing komponen
biaya investasi, biaya operasional dan penerimaan pemilik galangan di bawah ini.
(1) Biaya investasi
Biaya investasi dalam pembuatan kapal kayu meliputi biaya pembelian
gergaji, palu, golok, kapak, mesin serut kayu, mesin bor, alat press, pahat, pandel
dan mesin pemotong kayu. Pada kapal fiberglass, investasi yang dikeluarkan ada
sedikit tambahan yaitu biaya pembuatan cetakan kapal. Uraian dari biaya investasi
pembuatan kedua kapal ini dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15 Rincian biaya investasi pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass
Kapal kayu Kapal fiberglass
Uraian (Rp) Uraian (Rp)
Lokasi galangan 75.000.000 Lokasi galangan 75.000.000
Gergaji kecil 10.000 Cetakan perahu 20.000.000
Gergaji besar 40.000 Mesin bor 650.000
Palu besar 50.000 Mesin gerinda 750.000
Palu kecil 15.000 Gergaji 50.000
Golok 25.000 Palu kecil 20.000
Kapak 100.000 Palu besar 35.000
Mesin serut kayu 500.000 Alat press 15.000
Mesin bor 1.000.000 Bedok 35.000
Alat press 75.000 Serut kayu 35.000
Pahat 15.000
Pandel/Rimbas 30.000
Mesin pemotong kayu 2.000.000
Total 78.860.000 Total 96.590.000
Sumber: Data Olahan, 2011
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa total biaya investasi kapal kayu
yaitu sebesar Rp78.860.000,00 jumlah ini lebih kecil jika dibandingkan total
investasi kapal fiberglass yaitu sebesar Rp96.590.000,00.
36

(2) Biaya operasional


Biaya operasional terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. Biaya
variabel dalam pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass ini meliputi biaya
material utama, biaya material pendukung, dan upah tenaga kerja. Selanjutnya
untuk biaya tetap meliputi biaya listrik, penyusutan peralatan, dan pemeliharaan
peralatan. Uraian dari biaya operasional pembuatan kedua jenis kapal dapat dilihat
pada Tabel 16 di bawah ini.
Tabel 16 Biaya operasional pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass
Uraian Kapal kayu Kapal fiberglass
1. Biaya variabel
a. Biaya material utama 416.000.000 347.475.000
b. Biaya material pendukung 80.080.000 12.012.500
c. Upah tenaga kerja 100.000.000 80.000.000
2. Biaya tetap
a. Listrik 1.800.000 960.000
b. Pemeliharaan peralatan 690.000 1.300.000
c. Penyusutan peralatan 1.207.500 4.781.667
Total 599.777.500 446.529.167
Sumber: Data Olahan, 2011
Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa biaya variabel kapal kayu lebih
besar dibandingkan kapal fiberglass. Pada biaya tetap kapal kayu biaya yang
dikeluarkan untuk kebutuhan listrik lebih besar dikarenakan penggunaan listrik
pada pembuatan kapal kayu lebih banyak. Sementara pada biaya penyusutan
peralatan, kapal fiberglass memiliki biaya yang lebih besar daripada kapal kayu.
Hal ini terjadi karena pada pembuatan kapal fiberglass membutuhkan komponen
cetakan kapal yang memiliki biaya yang paling besar.
(3) Penerimaan
Penerimaan yang diperoleh dari usaha pembuatan kapal kayu dan kapal
fiberglass diperoleh dari hasil penjualan kapal yang telah diproduksi. Pada
produksi kapal kayu, galangan kapal dalam setahun dapat menjual kapal sebanyak
4 unit. Sama seperti galangan kapal fiberglass, dalam setahun dapat memproduksi
dan menjual kapal sebanyak 4 unit. Kapal kayu dan kapal fiberglass ini di jual
dengan harga per unitnya yaitu sebesar Rp165.833.250,00 sedangkan untuk kapal
fiberglass di jual dengan harga per unitnya yaitu sebesar Rp106.765.084,00.
Keuntungan yang diambil dari penjualan kapal kayu per unitnya yaitu sebesar
Rp15.075.500,00 dan kapal fiberglass sebesar Rp9.705.917,00 atau sekitar 10 %
37

dari total biaya pembuatannya. Total penerimaan yang diperoleh dari penjualan
kapal kayu dalam setahun sebesar Rp663.333.000,00 sedangkan untuk kapal
fiberglass dalam setahun mendapatkan penerimaan sebesar Rp427.060.336,00.
(4) Analisis usaha
Parameter yang digunakan dalam mengetahui kelayakan usaha pembuatan
kapal kayu dan kapal fiberglass yaitu dengan mencari nilai keuntungan, R/C,
profitabilitas, NPV, IRR, PP dan net B/C. Nilai dari masing-masing parameter
tersebut disajikan pada Tabel 17 di bawah ini. Rincian nilai lengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 9,10,11 dan 12.
Tabel 17 Hasil analisis usaha pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass
Parameter Kapal kayu Kapal fiberglass
Keuntungan (tahun) 63.555.500,00 52.428.669,00
R/C (tahun) 1,11 1,14
PP 1,24 1,84
NPV 281.197.498,89 204.774.350,15
IRR 81 % 57 %
Net B/C 4,57 3,12
Sumber: Data Olahan, 2011
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa dari semua parameter yang
terdapat pada usaha pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass yaitu nilai
keuntungan, R/C, NPV, IRR, dan net B/C terlihat bahwa usaha pembuatan kapal
kayu dan kapal fiberglass layak untuk dikembangkan. Berikut di bawah ini dapat
dilihat penjelasan dari masing-masing parameter yang tersebut.
Keuntungan merupakan penerimaan pemilik galangan yang diperoleh dari
selisih antara total pemasukan yang diterima dengan total pengeluaran yang
dikeluarkan. Pada kapal kayu diperoleh keuntungan per tahunnya sebesar
Rp63.555.500,00 sedangkan pada kapal fiberglass keuntungan yang diperoleh
sebesar Rp52.428.669,00. Hal ini artinya bahwa usaha pembuatan kapal kayu
memiliki nilai keuntungan yang lebih besar dibandingkan usaha pembuatan kapal
fiberglass per tahunnya.
Revenue cost ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dan
total biaya. Nilai R/C lebih besar dari satu dapat diartikan bahwa total penerimaan
yang diperoleh lebih besar dari total pengeluaran, sehingga menghasilkan
keuntungan. Nilai R/C yang diperoleh pada usaha kapal kayu yaitu 1,11 dan usaha
38

kapal fiberglass yaitu 1,14. Berdasarkan nilai R/C tersebut dapat diketahui bahwa
setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan pada pembuatan kapal fiberglass akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp1,14,00. Nilai ini lebih besar apabila
dibandingkan dengan penerimaan pada pembuatan kapal kayu yaitu sebesar
Rp1,11,00.
Payback Period (PP) merupakan waktu yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran biaya investasi dengan menggunakan aliran kas dalam satu
bulan atau tahun. Pada kapal kayu diperoleh PP sebesar 1,24 sedangkan pada
kapal fiberglass diperoleh nilai PP sebesar 1,84. Hal ini berarti bahwa pada usaha
pembuatan kapal kayu dapat mengembalikan modal yang diinvestasikan dalam
jangka waktu satu tahun dua bulan 26 hari, sedangkan pada kapal fiberglass dalam
jangka waktu satu tahun 10 bulan dua hari modal yang diinvestasikan sudah dapat
kembali. Dengan demikian, diketahui bahwa usaha pembuatan kapal kayu lebih
cepat pengembalian modalnya dibandingkan usaha kapal fiberglass.
Net Present Value (NPV) merupakan nilai sekarang yang akan diperoleh
pada masa mendatang dan merupakan selisih antara nilai sekarang dari
penerimaan dan nilai sekarang dari pengeluaran atau jumlah nilai sekarang dari
mannfaat bersih selama umur bisnis. Nilai NPV yang diperoleh pada usaha
pembuatan kapal kayu yaitu Rp281.197.498,89. Nilai ini diperoleh selama umur
proyek 10 tahun. Sementara itu, nilai NPV yang diperoleh pada usaha pembuatan
kapal fiberglass yaitu Rp.204.774.350,15 dengan umur proyek selama 10 tahun.
Kedua nilai NPV ini diperoleh dengan discount factor sebesar 12 %. Dengan
demikian, selama umur usaha 10 tahun diketahui bahwa usaha pembuatan kapal
kayu memiliki nilai keuntungan lebih besar dibandingkan usaha kapal fiberglass.
Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang
ditanamkan. Pada usaha pembuatan kapal kayu dihasilkan IRR sebesar 81 %,
sedangkan pada usaha pembuatan kapal fiberglass IRR yang di peroleh yaitu
sebesar 57 %. Nilai tersebut menyatakan bahwa usaha pembuatan kapal kayu
memiliki tingkat keuntungan internal yang lebih besar atas investasi yang
ditanamkan jika dibandingkan dengan usaha pembuatan kapal fiberglass. Nilai
39

IRR kedua usaha tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu
12 %, sehinga kedua usaha tersebut layak untuk dijalankan.
Net B/C merupakan perbandingan manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Nilai net B/C yang dihasilkan pada
usaha pembuatan kapal kayu yaitu sebesar 4,57. Sementara itu, nilai net B/C yang
diperoleh pada usaha kapal fiberglass yaitu sebesar 3,12. Hal ini dapat diketahui
bahwa nilai net B/C pada usaha kapal kayu lebih besar dibandingkan pada usaha
kapal fiberglass, dapat diartikan bahwa pada tingkat suku bunga 12 % per tahun,
jika kedua usaha tersebut mengeluarkan biaya yang sama, benefit yang diperoleh
usaha kapal kayu akan lebih besar.
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa usaha pembuatan kapal kayu
dan kapal fiberglass layak untuk dikembangkan. Sementara itu, berdasarkan nilai
ke enam parameter tersebut secara umum dapat diketahui bahwa usaha pembuatan
kapal kayu lebih menguntungkan dibandingkan usaha pembuatan kapal fiberglass.
40

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1) Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kapal kayu dengan ukuran
(LOA=14 m, B= 3,6 m, D=1,5 m) diketahui biaya produksinya sebesar
Rp150.757.500,00 dan kapal fiberglass dengan ukuran (LOA=13,5 m, B=
3,2 m, D=1,2 m) yaitu sebesar Rp97.059.167,00. Biaya tersebut tidak
termasuk biaya pembelian mesin dan instalasinya. Dengan demikian, dapat
simpulkan bahwa biaya produksi kapal kayu lebih mahal dibandingkan
dengan biaya produksi kapal fiberglass.
2) Berdasarkan perhitungan biaya penyusutan dan perawatan kapal. Biaya
yang dikeluarkan untuk kapal kayu 59 % lebih besar dibandingkan dengan
biaya yang dikeluarkan kapal fiberglass per tahunnya (Rp19.902.000,00 :
Rp8.126.500,00)
3) Berdasarkan analisis usaha pembuatan kapal, dari semua parameter yaitu
nilai Keuntungan, R/C, PP, NPV, IRR dan net B/C dapat disumpulkan
bahwa usaha pembuatan kapal kayu dan kapal fiberglass sama-sama layak
untuk dikembangkan, namun secara umum dapat disimpulkan bahwa
usaha pembuatan kapal kayu memiliki nilai yang lebih menguntungkan
dibandingkan dengan usaha pembuatan kapal fiberglass.

6.2 Saran
1) Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai perbandingan kelayakan teknis
kapal kayu dan kapal fiberglass untuk penggunaan di suatu wilayah
perairan; dan
2) Penelitian lanjuttan mengenai tingkat kesejahteraan pengrajin kapal kayu
dan kapal fiberglass.
41

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1988. Petunjuk Pembuatan Perahu Kayu. Semarang: Balai


Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan,
Departemen Pertanian.

Ayodhyoa, AU. 1972. Suatu Pengenalan Tentang Fishing Boat. Fakultas


Perikanan. IPB. Bogor.

Ayuningsari, D. 2007. Tekno-ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan


Kapal Rakyat di desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 84 - 90

[BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2011. Teknologi Pembuatan


Perahu Fiberglass di Sulawesi Tenggara. http://www.bppt.go.id. [ 20
Desember 2011].

[BKI] Biro Klasifikasi Indonesia. 1989. Buku Peraturan Klasifikasi dan


Konstruksi Kapal Kayu. Jakarta. Biro Klasifikasi Indonesia.
[BKI] Biro Klasifikasi Indonesia. 1996. Rules for the Classification and
Construction of Seagoing Steel Ship. Jakarta. 113 hal.
Indonetwork. Daftar Perusahaan Industri Fiberglass Reinforced Plastic (FRP) di
Indonesia. http://indonetwork.co.id/companies/kapal fiberglass .html
[4 April 2011].

Dharmawangsa, F. 2004. Kekuatan Tiga Tipe Sambungan Kayu Merbau Pada


Lunas Luar Kapal Ikan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 33 hal.

Departemen Kehutanan. 2009. Statistik 2008. Direktorat Jenderal Bina Produksi


Kehutanan. Jakarta.
Dirjen Perikanan Tangkap. 2002. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2000:
Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Djaya, IK. 2008. Teknik Konstruksi Kapal Baja (2). Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessel. Fishing News Book Ltd.
Farnham. Survey. England. 81, 103 hal.
Imron, M. 2004. Pembuatan dan Perawatan Kapal Fiberglass Ukuran 5GT.
Penyuluhan Pembuatan dan Perawatan Perahu Fiberglass di Palabuhan
Ratu. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
42

Iskandar, B.H. dan Y, Novita. 2000. Tingkat Teknologi Pembangunan Kapal Ikan
Kayu Tradisional di Indonesia. Buletin PSP Volume IX No.2. Bogor:
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 53 – 67 hal.
Kadariah, L., Karina dan C. P. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kementerian Kehutanan. 2011. Sifat-Sifat Kayu dan Kegunaannya.
http;//menhut.go.id [4 April 2011].
Kusumanti, I. 2009. Tingkat Pemanfaatan Material Kayu Pada Pembuatan
Gading-Gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa
Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 44 hal.
Mandang, Y.I dan I.K.N Pandit. 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di
Lapangan. Bogor: Yayasan Prosea dan Pusat Diklat Pegawai dan SDM
Kelautan. 62 hal.
Maruhun, B. 1985. Pengaruh Letak dan Ukuran Mata Kayu Terhadap Sifat
Mekanik Kayu [Skripsi] Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 68 hal.
Nurcahyadi, M. 2010. Tekno Ekonomi Pembuatan Perahu Fiberglass di Desa
Cikahuripan Kecamatan Cisolok, Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 68 hal.

Pasaribu BP. 1985. Prosiding Seminar Pengembangan Kapal Ikan di Indonesia


dalam rangka Implementasi Wawasan Nusantara. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 85 hal.
Purnama S, R. 2009. Kekuatan Material Kapal Fiberglass Pada Kapal Perikanan
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Soekarsono NA. 1995. Pengantar Bangunan Kapal dan Ilmu Kemaritiman: PT.
Pamator Pressindo. Jakarta.
Sukirno, S. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Rajawali Press Universitas
Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Jakarta. 208 - 213 hal.
Talib T. 2011. Prospek Pengembangan Wirausaha Pembuatan Kapal Kayu
Berteknologi Laminasi Pada Masyarakat Pesisir Pulau Kodingareng
Sulawesi Selatan. http://www.paudni.kemdiknas.go.id [ 20 Desember 2011].

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus


Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
43

Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisis Kelayakan Bisnis


Secara Komprehensif, Edisi 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Widodo, L. 1994. Desain dan Konstruksi Kapal Fibre Reinforced Plastic (FRP)
di PT. Prima Persada Perkasa [Laporan Praktek Lapang]. Bogor: Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 2 – 4 hal.

Yulianto, E.S. 2010. Desain Perahu Fiberglass Bantuan LPPM IPB di Desa
Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 39 hal.
44

LAMPIRAN
45

Lampiran 1 Tiga kapal kayu yang menjadi objek penelitian


1) Kapal 1

2) Kapal 2

3) Kapal 3
46

Lampiran 2 Tiga kapal fiberglass yang menjadi objek penelitian


1) Kapal 1

2) Kapal 2

3) Kapal 3
47

Lampiran 3 Proses pembuatan kapal


1) Proses pembuatan kapal kayu 2) Proses pembuatan kapal fiberglass
48

Lampiran 4 Material dan Peralatan

1) Kapal kayu 2) Kapal fiberglass

Kayu Resin

Mesin serut kayu Mat, Mirror glaze, Woven Roving

Golok, paku dan baut Pigmen warna

Mesin Bor Perlengkapan peralatan


49

Lampiran 5 Lokasi galangan kapal kayu di Karangsong, Indramayu.

49
50

Lampiran 6 Lokasi galangan kapal fiberglass di Cilacap

50
51

Lampiran 7 Rincian biaya pembuatan satu unit kapal kayu


Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
No Komponen biaya Spek Kebutuhan Harga satuan Total Harga Spek Kebutuhan Harga satuan Total harga Spek Kebutuhan Harga satuan Total Harga
A Biaya Variabel
1 Kasko kapal
a. Material utama
Lunas, Gading-gading Pernis 20 m³ 3.000.000 60.000.000
Kulit Merbau 20 m³ 4.400.000 88.000.000
Rumah-rumah Jati 5 m³ 4.000.000 20.000.000 Jati 26 m³ 4.000.000 104.000.000 Jati 10 m³ 4.000.000 40.000.000
Total 20.000.000 104.000.000 188.000.000
b. Material pendukung
Paku 12 cm 9.000 12 cm 100 kg 9.000 900.000 12 cm 250 kg 9.000 2.250.000
15 cm 50 kg 9.000 450.000 15 cm 20 kg 9.000 180.000 15 cm 50 kg 9.000 450.000
Tak 12.000 Tak 200 kg 12.000 2.400.000 Tak 500 kg 12.000 6.000.000
Putih 15.000 Putih 10 kg 15.000 150.000 Putih 30 kg 15.000 450.000
Baut 12 cm 100 buah 6.000 600.000 12 cm 300 buah 6.000 1.800.000 12 cm 6.000
17 cm 8.000 17 cm 300 buah 8.000 2.400.000 17 cm 500 buah 8.000 4.000.000
19 cm 8.000 19 cm 500 buah 8.000 4.000.000
Gelam 10 kg 10.000 100.000 120 kg 10.000 1.200.000 150 kg 10.000 1.500.000
Cat Glotek 2 kaleng 35.000 70.000 Glotek 6 kaleng 35.000 210.000 Glotek 10 kaleng 35.000 350.000
Kiloan 2 kaleng 140.000 280.000 Kiloan 6 kaleng 140.000 840.000 Kiloan 10 kaleng 140.000 1.400.000
Dempul Semen 1 sak 70.000 70.000 Semen 2 sak 70.000 140.000 Semen 3 sak 70.000 210.000
Lem Fox 20 kaleng 10.000 200.000 Lem Fox 70 kaleng 10.000 700.000 Lem Fox 100 kaleng 10.000 1.000.000
Poxy 10 set 90.000 900.000 17 set 90.000 1.530.000
Cruing 200 set 5.000 1.000.000 300 set 5.000 1.500.000
Cor 240 kg 30.000 7.200.000 500 kg 30.000 15.000.000
Total 1.770.000 20.020.000 39.640.000
2 Tenaga kerja Borongan 4 orang 10.000.000 Borongan 5 orang 25.000.000 Borongan 5 orang 80.000.000
Total biaya variabel 31.770.000 149.020.000 307.640.000

B Biaya Tetap
1 Biaya pemeliharaan alat 230.000 230.000 230.000
2 Biaya penyusutan 1.207.500 1.207.500 1.207.500
3 Listrik 150.000 300.000 600.000
Total biaya tetap 1.587.500 1.737.500 2.037.500

C Total Biaya Pembuatan 33.357.500 150.757.500 309.677.500

51
52

Lampiran 8 Rincian biaya pembuatan satu unit kapal fiberglass


Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3
No Komponen biaya Spek Kebutuhan Harga satuan Total Harga Spek Kebutuhan Harga satuan Total Harga Spek Kebutuhan Harga satuan Total Harga
A Biaya Variabel
1 Kasko kapal
a. Material utama
Resin Yukalak 157 210 kg 25.000 5.250.000 Yukalak 157 1000 kg 25.000 25.000.000 Yukalak 157 1500 kg 25.000 37.500.000
Compond 1 kaleng 35.000 35.000 2 kaleng 35.000 70.000 2 kaleng 35.000 70.000
Mirror Glaze 1 kaleng 85.000 85.000 3 kaleng 85.000 255.000 3 kaleng 85.000 255.000
Katalis 5 kg 50.000 250.000 40 kg 50.000 2.000.000 50 kg 50.000 2.500.000
Kobalt 0,2 kg 90.000 18.000 0,5 kg 90.000 45.000 0,5 kg 90.000 45.000
Erosil 1 kg 100.000 100.000 4 kg 100.000 400.000 5 kg 100.000 500.000
Pigmen 7 kg 100.000 700.000 20 kg 100.000 2.000.000 25 kg 100.000 2.500.000
Talk 20 kg 3.000 60.000 50 kg 3.000 150.000 75 kg 3.000 225.000
Matt M300 50 kg 23.000 1.150.000 M300 200 kg 23.000 4.600.000 M300 300 kg 23.000 6.900.000
Woven Roving WR800 35 kg 20.000 700.000 WR800 150 kg 20.000 3.000.000 WR800 200 kg 20.000 4.000.000
Kayu Waru 1 m³ 400.000 400.000 Nyamplung 3,5 m³ 3.000.000 10.500.000 Nyamplung 5 m³ 3.000.000 15.000.000
Total 8.748.000 48.020.000 69.495.000
b. Material pendukung
Paku Ukuran 5 1 kg 12.000 12.000 Ukuran 5 5 kg 12.000 60.000 Ukuran 5 5 kg 12.000 60.000
Ukuran 7 12.000 - Ukuran 7 5 kg 12.000 60.000 Ukuran 7 5 kg 12.000 60.000
Alat Pembersih Gayung 6 buah 3000 18.000 Gayung 20 buah 3000 60.000 Gayung 20 buah 3000 60.000
Ember 1 buah 7500 7.500 Ember 2 buah 7500 15.000 Ember 2 buah 7500 15.000
Kuas 3 inc 6 buah 4500 27.000 3 inc 20 buah 4500 90.000 3 inc 30 buah 4500 135.000
Solasi Kertas - 10 buah 5000 50.000 - 10 buah 5000 50.000 - 15 buah 5000 75.000
Amplas Nomor 3 5 buah 3500 17.500 Nomor 3 20 buah 3500 70.000 Nomor 3 25 bauah 3500 87.500
Obat Cor Busa - 40.000 - - 30 kg 40.000 1.200.000 - 30 kg 40.000 1.200.000
Cor beton (Lunas) - 710.000 710.000
Total 132.000 2.315.000 2.402.500
2 Tenaga kerja Harian 6 orang 2.400.000 25 hari 10 orang 16.500.000 30 hari 10 orang 20.000.000
Total biaya variabel 11.280.000 66.835.000 91.897.500
B Biaya Tetap
1 Biaya pemeliharaan alat 200.000 300.000 300.000
2 Biaya peyusutan 4.781.667 4.781.667 4.781.667
3 Listrik 80.000 80.000 80.000
Total biaya tetap 5.061.667 5.161.667 5.161.667

C Total Biaya Pembuatan 16.341.667 71.996.667 97.059.167

52
53

Lampiran 9 Analisis usaha pembuatan kapal kayu


Umur Teknis Jumlah Harga Total Keseluruhan
No. Uraian Satuan
Tahun Satuan Satuan (Rp) (Rp)
A. INVESTASI
1 Lokasi galanagan unit 1 75.000.000 75.000.000
2 Gergaji kecil 1 unit 1 10.000 10.000
3 Gergaji besar 1 unit 1 40.000 40.000
4 Palu besar 1 unit 1 50.000 50.000
5 Palu kecil 1 unit 1 15.000 15.000
6 Golok 1 unit 1 25.000 25.000
7 Kapak 1 unit 1 100.000 100.000
8 Mesin serut kayu 3 unit 1 500.000 500.000
9 Mesin bor 3 unit 1 1.000.000 1.000.000
10 Alat press 2 unit 1 75.000 75.000
11 Pahat 1 unit 1 15.000 15.000
12 Pandel / Rimbas 2 unit 1 30.000 30.000
13 Mesin pemotong kayu 5 unit 1 2.000.000 2.000.000
Jumlah Investasi (A) 78.860.000

B. PENERIMAAN Tahun
Penjualan kapal kayu unit 4 165.833.250 663.333.000
Jumlah Penerimaan (B) 663.333.000
C. BIAYA VARIABEL Tahun
1 Biaya material utama unit 4 104.000.000 416.000.000
2 Biaya material pendukung unit 4 20.020.000 80.080.000
3 Upah tenaga kerja orang 4 25.000.000 100.000.000
Jumlah Biaya Variabel Per Tahun ( C) 596.080.000

D. BIAYA TETAP Tahun


1 Penyusutan peralatan
a. Gergaji kecil 1 unit 1 10.000 10.000
b. Gergaji besar 1 unit 1 40.000 40.000
c. Palu besar 1 unit 1 50.000 50.000
d. Palu kecil 1 unit 1 15.000 15.000
e. Golok 1 unit 1 25.000 25.000
f. Kapak 1 unit 1 100.000 100.000
g. Mesin serut kayu 3 unit 1 500.000 166.667
h. Mesin bor 3 unit 1 1.000.000 333.333
i. Alat press 2 unit 1 75.000 37.500
j. Pahat 1 unit 1 15.000 15.000
k. Pandel / Rimbas 2 unit 1 30.000 15.000
l. Mesin pemotong kayu 3 unit 1 2.000.000 400.000
2 Listrik bulan 12 150.000 1.800.000
3 Pemeliharaan mesin serut kali 3 130.000 390.000
4 Pemeliharaan mesiin pemotong kayu kali 3 100.000 300.000
Jumlah Biaya Tetap (D ) 3.697.500

E. Biaya Total (C+D) 599.777.500

F. Keuntungan Bersih Usaha (B-E) 63.555.500

G. R/C Ratio (B/E) 1,11

I. PP 1,24
54

Lampiran 10 Analisis usaha pembuatan kapal fiberglass


Umur Teknis Jumlah Harga Total Keseluruhan
No. Uraian Satuan
Tahun Satuan Satuan (Rp) (Rp)
A. INVESTASI
1 Lokasi galangan unit 1 75.000.000 75.000.000
2 Cetakan perahu 5 unit 1 20.000.000 20.000.000
3 Mesin bor 3 unit 1 650.000 650.000
4 Mesin gerinda 2 unit 1 750.000 750.000
5 Gergaji 1 unit 1 50.000 50.000
6 Palu kecil 1 unit 1 20.000 20.000
7 Palu besar 1 unit 1 35.000 35.000
8 Alat press 1 unit 1 15.000 15.000
9 Bedok 1 unit 1 35.000 35.000
10 Serut kayu 1 unit 1 35.000 35.000
Jumlah Investasi (A) 96.590.000

B. PENERIMAAN Tahun
Penjualan kapal kayu unit 4 106.765.084 427.060.336
Jumlah Penerimaan (B) 427.060.336
C. BIAYA VARIABEL Tahun
1 Biaya material utama unit 4 69.495.000 277.980.000
2 Biaya material pendukung unit 4 2.402.500 9.610.000
3 Upah tenaga kerja orang 4 20.000.000 80.000.000
Jumlah Biaya Variabel ( C) 367.590.000

D. BIAYA TETAP Tahun


1 Penyusutan peralatan
a. Cetakan perahu 5 unit 1 20.000.000 4.000.000
b. Mesin bor 3 unit 1 650.000 216.667
c. Mesin gerinda 2 unit 1 750.000 375.000
d. Gergaji 1 unit 1 50.000 50.000
e. Palu kecil 1 unit 1 20.000 20.000
f. Palu besar 1 unit 1 35.000 35.000
g. Alat press 1 unit 1 15.000 15.000
h. Bedok 1 unit 1 35.000 35.000
i. Serut kayu 1 unit 1 35.000 35.000
2 Listrik bulan 12 80.000 960.000
3 Pemeliharaan cetakan kali 4 200.000 800.000
4 Pemeliharaan gerinda kali 5 100.000 500.000
Jumlah Biaya Tetap (D ) 7.041.667

E. Biaya Total (C+D) 374.631.667

F. Keuntungan Bersih Usaha (B-E) 52.428.669

I. R/C Ratio (B/E) 1,14

K. PP (A/F) 1,84
55

Lampiran 11 Cashflow usaha pembuatan kapal kayu


Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
Penjualan kapal 0 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00
Total inflow 0 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00 663.333.000,00
Outflow
1. Biaya Investasi
a. Lokasi galangan 75.000.000,00
b. Gergaji kecil 10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00
c. Gergaji besar 40.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00 40.000,00
d. Palu besar 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00
e. Palu kecil 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00
f. Golok 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00
g. Kapak 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00
h. Mesin serut kayu 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00
i. Mesin bor 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00
j. Alat press 75.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00
k. Pahat 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00
l. Pandel/Rimbas 30.000,00 30.000,00 30.000,00 30.000,00 30.000,00 30.000,00
m. Mesin pemotong kayu 2.000.000,00 2.000.000,00 2.000.000,00
Total biaya investasi 78.860.000,00 255.000,00 360.000,00 1.755.000,00 360.000,00 2.255.000,00 1.860.000,00 255.000,00 360.000,00 1.755.000,00 2.360.000,00
2. Biaya operasional
2.1 Biaya Variabel
a. Biaya material kapal 496.080.000,00 496.080.000,00 496.080.000,00 496.080.000,00 496.080.000,00 496.080.000,00 496.080.000,00 496.080.000,00 496.080.000,00 496.080.000,00
b. Upah tenaga kerja 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00
Total biaya variabel 596.080.000,00 596.080.000,00 596.080.000,00 596.080.000,00 596.080.000,00 596.080.000,00 596.080.000,00 596.080.000,00 596.080.000,00 596.080.000,00
2.2 Biaya Tetap
a. Biaya listrik 1.800.000,00 1.800.000,00 1.800.000,00 1.800.000,00 1.800.000,00 1.800.000,00 1.800.000,00 1.800.000,00 1.800.000,00 1.800.000,00
b. Biaya pemeliharaan mesin serut 390.000,00 390.000,00 390.000,00 390.000,00 390.000,00 390.000,00 390.000,00 390.000,00 390.000,00 390.000,00
c. Biaya pemeliharaan mesin pemotong kayu 300.000,00 300.000,00 300.000,00 300.000,00 300.000,00 300.000,00 300.000,00 300.000,00 300.000,00 300.000,00
Total biaya tetap 2.490.000,00 2.490.000,00 2.490.000,00 2.490.000,00 2.490.000,00 2.490.000,00 2.490.000,00 2.490.000,00 2.490.000,00 2.490.000,00
Total outflow 78.860.000,00 598.825.000,00 598.930.000,00 600.325.000,00 598.930.000,00 600.825.000,00 600.430.000,00 598.825.000,00 598.930.000,00 600.325.000,00 600.930.000,00
Net benefit (78.860.000,00) 64.508.000,00 64.403.000,00 63.008.000,00 64.403.000,00 62.508.000,00 62.903.000,00 64.508.000,00 64.403.000,00 63.008.000,00 62.403.000,00
Discount Rate (r=12 %) 1,00 0,89 0,80 0,71 0,64 0,57 0,51 0,45 0,40 0,36 0,32
Present Value (78.860.000,00) 57.596.428,57 51.341.677,30 44.847.849,85 40.929.270,80 35.468.717,90 31.868.617,42 29.180.143,18 26.011.291,53 22.721.316,45 20.092.095,88
NPV 281.197.408,89
IRR 81%
PV positiv 360.057.408,89
PV negative (78.860.000,00)
net B/C 4,57

55
56

Lampiran 12 Cashflow usaha pembuatan kapal fiberglass


Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
Penjualan kapal 0 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00
Total inflow 0 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00 427.060.336,00
Outflow
1. Biaya Investasi
a. Lokasi galangan 75.000.000,00
b. Cetakan perahu 20.000.000,00 20.000.000,00 20.000.000,00
c. Mesin bor 650.000,00 650.000,00 650.000,00 650.000,00
d. Mesin gerinda 750.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00
e. Gergaji 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00
f. Palu kecil 20.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00
g. Palu besar 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00
h. Alat press 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00
i. Bedok 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00
j. Serut kayu 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00 35.000,00
Total biaya investasi 96.590.000,00 190.000,00 940.000,00 840.000,00 940.000,00 20.190.000,00 1.590.000,00 190.000,00 940.000,00 840.000,00 20.940.000,00
2. Biaya operasional
2.1 Biaya Variabel
a. Biaya material kapal 287.590.000,00 287.590.000,00 287.590.000,00 287.590.000,00 287.590.000,00 287.590.000,00 287.590.000,00 287.590.000,00 287.590.000,00 287.590.000,00
b. Upah tenaga kerja 80.000.000,00 80.000.000,00 80.000.000,00 80.000.000,00 80.000.000,00 80.000.000,00 80.000.000,00 80.000.000,00 80.000.000,00 80.000.000,00
Total biaya variabel 367.590.000,00 367.590.000,00 367.590.000,00 367.590.000,00 367.590.000,00 367.590.000,00 367.590.000,00 367.590.000,00 367.590.000,00 367.590.000,00
2.2 Biaya Tetap
a. Biaya pemeliharaan cetakan 800.000,00 800.000,00 800.000,00 800.000,00 800.000,00 800.000,00 800.000,00 800.000,00 800.000,00 800.000,00
b. Biaya pemeliharaan gerinda 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00
c. Biaya listrik 960.000,00 960.000,00 960.000,00 960.000,00 960.000,00 960.000,00 960.000,00 960.000,00 960.000,00 960.000,00
Total biaya tetap 2.260.000,00 2.260.000,00 2.260.000,00 2.260.000,00 2.260.000,00 2.260.000,00 2.260.000,00 2.260.000,00 2.260.000,00 2.260.000,00
Total outflow 96.590.000,00 370.040.000,00 370.790.000,00 370.690.000,00 370.790.000,00 390.040.000,00 371.440.000,00 370.040.000,00 370.790.000,00 370.690.000,00 390.790.000,00
Net benefit (96.590.000,00) 57.020.336,00 56.270.336,00 56.370.336,00 56.270.336,00 37.020.336,00 55.620.336,00 57.020.336,00 56.270.336,00 56.370.336,00 36.270.336,00
Discount Rate (r=12 %) 1,00 0,89 0,80 0,71 0,64 0,57 0,51 0,45 0,40 0,36 0,32
Present Value (96.590.000,00) 50.911.014,29 44.858.367,35 40.123.291,73 35.760.815,81 21.006.332,85 28.178.993,19 25.793.104,25 22.726.644,94 20.327.708,27 11.678.077,47
NPV 204.774.350,15
IRR 57%
PV Positiv 301.364.350,15
PV negative (96.590.000,00)
net B/C 3,12

56
57

Anda mungkin juga menyukai