Anda di halaman 1dari 95

KAJIAN TEKNIS PENGOPERASIAN CANTRANG DI

PERAIRAN BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN,


JAWA TIMUR

NOVELDESRA SUHERY

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi Kajian Teknis Pengoperasian


Cantrang di Perairan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur adalah karya
saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.

Bogor, 22 Februari 2010


Noveldesra Suhery
KAJIAN TEKNIS PENGOPERASIAN CANTRANG DI
PERAIRAN BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN,
JAWA TIMUR

NOVELDESRA SUHERY

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ABSTRAK

NOVELDESRA SUHERY, C44053333. Kajian Teknis Pengoperasian Cantrang


di Perairan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Dibimbing oleh ARI
PURBAYANTO dan WAZIR MAWARDI.

Penggunaan alat tangkap cantrang semakin berkembang sebagai alternatif


teknologi penangkapan ikan pengganti trawl, dimana trawl telah dilarang
beroperasi sejak diterbitkannya Keppres No. 39 tahun 1980. Cantrang memiliki
nomenklatur yang berbeda-beda di seluruh wilayah Indonesia, namun ada di
beberapa daerah yang menggunakan nama cantrang untuk menyamarkan alat
tangkap trawl. Badan Standardisasi Nasional mengeluarkan bentuk baku
konstruksi pukat tarik cantrang dengan SNI 01-7236-2006 untuk menstandarkan
alat tangkap cantrang di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
konstruksi, pengoperasian, dan aspek finansial perikanan cantrang yang terdapat
di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur konstruksi cantrang, mengikuti trip
operasi penangkapan dan mewawancarai nelayan pemilik serta ABK cantrang
yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Kabupaten Lamongan
Jawa Timur. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa secara
konstruksi cantrang yang terdapat di PPN Brondong memiliki perbedaan pada
beberapa bagian konstruksi dengan SNI 01-7236-2006, namun perbedaan tersebut
tidak merubah bentuk alat tangkap cantrang. Selain itu, dapat diketahui bahwa
metode pengoperasian cantrang dengan menggunakan alat bantu gardan untuk
menarik tali selambar mampu mempercepat proses operasi sehingga
meningkatkan hasil tangkapan. Sedangkan dari aspek finansial diketahui bahwa
usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya layak dari segi investasi dan pendapatan
dengan payback period 1 tahun 9 bulan.

Kata kunci: cantrang, KM. Semi Jaya, PPN Brondong, SNI 01-7236-2006
Judul Skripsi : Kajian Teknis Pengoperasian Cantrang di Perairan
Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
Nama Mahasiswa : Noveldesra Suhery
NIM : C44053333
Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc. Ir. Wazir Mawardi, M.Si.
NIP: 19660121 199002 1 001 NIP: 19650625 199103 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.


NIP: 19621223 198703 1 001

Tanggal lulus: 22 Februari 2010


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga skripsi dengan judul ”Kajian Teknis Pengoperasian Cantrang di
Perairan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur” dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.Dr.Ir. Ari Purbayanto, M.Sc
dan Ir. Wazir Mawardi, M.Si sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan
bantuan, saran, arahan dan motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
Selain itu, terima kasih juga disampaikan kepada pihak BBPPI (Balai Besar
Pengembangan Penangkapan Ikan) Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian ini. Serta kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
skripsi ini. Semoga apa yang telah diberikan menjadi bermanfaat.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa yang
akan datang.

Bogor, 22 Februari 2010


Noveldesra Suhery
UCAPAN TERIMA KASIH

Atas segala bantuan yang diberikan baik secara langsung maupun tidak
langsung, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1 Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M,Sc dan Ir. Wazir Mawardi, M,Si selaku dosen
pembimbing dalam penyelesaian skripsi;
2 Ir.Zulkarnain, M,Si selaku dosen penguji dan Vita Rumanti Kurniawati S.Pi
M.T selaku komisi pendidikan;
3 Pihak BBPPI (Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan) Semarang:
Suparman Sasmita S,Pi M,Si, Fachruddin S,Pd, Sri Muryani, Sunarno, Sigit
Priyo Wibowo, dan Rindra atas kesempatan dan bantuan dalam pelaksanaan
penelitian;
4 Pemilik dan seluruh ABK KM. Semi Jaya: Bapak Barli, Wardanu, Yudhi,
Leli, Edy, Waryono, Supri, Dayat, Arifin, Nanto, Supandi, dan Minto;
5 Keluarga tercinta Papa, Mama, Uni Yanti, Uni Wira dan Nasywa atas kasih
sayang tiada henti;
6 Mohammad Riyanto S,Pi M,Si atas masukan dan sarannya;
7 Keluarga besar PSP terutama teman-teman PSP 42;
8 Keluarga besar Fisheries Diving Club (FDC-IPB);
9 Keluarga besar Pondok AA; serta
10 Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis
mengucapkan terima kasih.

Noveldesra Suhery
C44053333
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pariaman pada tanggal 5 Desember


1986 dari pasangan Bapak Suhasril, BA. dan Ibu Erliati.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis lulus dari SMA Negeri 10 Padang pada tahun
2005 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis diterima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap,
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi asisten pada beberapa mata
kuliah, diantaranya: Metode Observasi Bawah Air pada tahun ajaran 2007/2008,
Teknologi Penangkapan Ikan pada tahun ajaran 2008/2009 serta mata kuliah
Eksplorasi Penangkapan Ikan tahun ajaran 2008/2009. Pada tahun 2007 penulis
terpilih sebagai mahasiswa berprestasi Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Selain itu, penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu
Fisheries Diving Club (FDC-IPB) sejak tahun 2006 dan menjadi Ketua FDC-IPB
pada periode 2009/2010. Selama aktif di FDC-IPB penulis melakukan beberapa
kegiatan penelitian ekosistem terumbu karang melalui kegiatan Ekspedisi
Zooxanthellae IX di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada tahun 2007
dan Ekspedisi Zooxanthellae X di Kepulauan Padaido, Kabupaten Biak-Numfor,
Papua pada tahun 2009. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis
melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul ”Kajian Teknis
Pengoperasian Cantrang di Perairan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa
Timur”.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3


2.1 Unit Penangkapan Ikan ................................................................. 3
2.1.1 Alat tangkap cantrang .......................................................... 3
2.1.1.1 Definisi dan klasifikasi alat tangkap cantrang....... 3
2.1.1.2 Konstruksi alat tangkap cantrang .......................... 4
2.1.2 Kapal.................................................................................... 8
2.1.3 Nelayan ................................................................................ 9
2.2 Metode Penangkapan Ikan ............................................................ 10
2.2.1 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan...... 12
2.2.2 Alat bantu penangkapan ...................................................... 12
2.3 Hasil Tangkapan ........................................................................... 14
2.4 Daerah Penangkapan Ikan............................................................. 15
2.5 Analisis Finansial .......................................................................... 16

3 METODE PENELITIAN .................................................................. 17

3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................ 17


3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 18
3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 19
3.4 Pengolahan Data ........................................................................... 21
3.4.1 Analisis hasil tangkapan per upaya penangkapan
(CPUE) ................................................................................ 21
3.4.2 Kecepatan tarik gardan/winch ............................................. 21
3.4.3 Pendapatan usaha ................................................................. 22
3.4.4 Kriteria investasi .................................................................. 22
3.5 Analisis Data ................................................................................. 24
3.5.1 Analisis konstruksi ............................................................... 24
3.5.2 Analisis teknis operasional .................................................. 25
3.5.3 Analisis finansial ................................................................. 25

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN .................................. 26

4.1 Kondisi Geografis ......................................................................... 26


4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan ........ 26
4.3 Daerah Penangkapan Ikan ............................................................. 27

viii
4.4 Perkembangan Produksi Perikanan Kabupaten Lamongan .......... 27
4.5 Perkembangan Alat Tangkap Kabupaten Lamongan.................... 28
4.6 Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong ................................... 30

5 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 31

5.1 Kajian Konstruksi Unit Penangkapan Cantrang ........................... 31


5.1.1 Alat tangkap cantrang .......................................................... 31
5.1.2 Kapal cantrang ..................................................................... 39
5.1.3 Nelayan cantrang ................................................................. 41
5.2 Kajian Aspek Teknis Operasional Cantrang ................................. 42
5.2.1 Metode penangkapan ikan ................................................... 42
5.2.2 Alat bantu penangkapan gardan/winch ................................ 47
5.2.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan...... 51
5.2.4 Hasil tangkapan ................................................................... 52
5.2.5 Daerah penangkapan ikan.................................................... 54
5.3 Kajian Finansial Usaha Perikanan Cantrang ................................. 54
5.3.1 Investasi ............................................................................... 55
5.3.2 Biaya tetap (fixed cost) ........................................................ 55
5.3.3 Biaya tidak tetap (variable cost).......................................... 56
5.3.4 Analisis pendapatan usaha ................................................... 56
5.3.5 Analisis kriteria investasi .................................................... 59

6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 61

6.1 Kesimpulan ................................................................................... 61


6.2 Saran ............................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 63


LAMPIRAN ............................................................................................. 65

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
1 Bagian jaring dan jumlah kisi-kisi jaring ............................................. 8
2 Material dan ukuran mata jaring .......................................................... 8
3 Jumlah nelayan berdasarkan alat tangkap di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong tahun 2008......................................... 9
4 Jenis hasil tangkapan cantrang ............................................................. 14
5 Alat yang digunakan dalam penelitian ................................................. 18
6 Unsur perbandingan konstruksi cantrang secara memanjang .............. 24
7 Unsur perbandingan konstruksi cantrang secara melintang ................. 25
8 Produksi perikanan laut menurut Pelabuhan dan nilai produksi di
Kabupaten Lamongan tahun 2008 ....................................................... 27
9 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan tahun
2004 – 2008 ........................................................................................ 28
10 Catch per unit effort perikanan Kabupaten Lamongan tahun
2004 – 2008 ........................................................................................ 29
11 Jumlah alat tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
tahun 2008 ........................................................................................... 30
12 Spesifikasi teknis cantrang di PPN Brondong ..................................... 35
13 Hasil pengukuran panjang setiap bagian konstruksi ............................ 35
14 Hasil perbandingan bagian-bagian jaring secara memanjang .............. 36
15 Hasil perbandingan bagian-bagian jaring secara melintang ................ 36
16 Perbandingan jumlah kisi jaring yang digunakan pada setiap
bagian .................................................................................................. 38
17 Bahan material dan ukuran mata jaring ............................................... 38
18 Jumlah ABK berdasarkan lama trip penangkapan ............................... 41
19 Deskripsi pekerjaan ABK cantrang...................................................... 42
20 Kecepatan penarikan tali selambar dengan gardan/winch ................... 50
21 Jenis dan bobot hasil tangkapan cantrang KM. Semi Jaya .................. 53
22 Aset investasi usaha cantrang KM. Semi Jaya ..................................... 55
23 Komponen biaya tetap usaha cantrang KM. Semi Jaya ....................... 55
24 Komponen biaya tidak tetap usaha cantrang KM. Semi Jaya .............. 56
25 Penjualan hasil tangkapan cantrang KM. Semi Jaya ........................... 57

x
26 Rata-rata perdapatan per trip pada bulan musim penangkapan ........... 58
27 Perhitungan Net Present Value (NPV) KM. Semi Jaya ....................... 59
28 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) KM. Semi Jaya ................ 60

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Ilustrasi pukat tarik cantrang ....................................................... 5
2 Sketsa baku konstruksi alat tangkap cantrang...................................... 6
3 Ilustrasi pengoperasian pukat tarik cantrang di Jawa Tengah.............. 11
4 Skema winch/gardan ............................................................................ 13
5 Posisi winch/gardan di kapal ................................................................ 13
6 Peta lokasi penelitian ........................................................................... 17
7 Produksi perikanan laut Kabupaten Lamongan ................................... 28
8 Hubungan antara effort, cacth per unit effort dan catch ...................... 29
9 Tali selambar cantrang ......................................................................... 32
10 Tali ris atas cantrang ............................................................................ 33
11 Tali ris bawah dan pemberat timah ...................................................... 33
12 Perbandingan cantrang Brondong dengan SNI
secara memanjang ................................................................................ 37
13 Perbandingan cantrang Brondong dengan SNI
secara melintang........................................................................ 37
14 Kapal cantrang KM. Semi Jaya............................................................ 39
15 Tata letak/layout KM.Semi Jaya ............................................................... 41
16 Proses hauling alat tangkap cantrang ................................................... 45
17 Proses penyortiran hasil tangkapan. ..................................................... 46
18 Alur pengoperasian alat tangkap cantrang. .......................................... 46
19 Gardan/winch sebagai alat bantu penangkapan pada cantrang ............ 47
20 Spesifikasi ukuran dan posisi gardan/winch di atas kapal. .................. 48
21 Perbandingan rpm motor penggerak dengan penggulung (kapstan) .... 49
22 Ilustrasi penarikan tali selambar. ......................................................... 50
23 Komposisi hasil tangkapan cantrang ................................................... 53

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Alat yang digunakan dalam penelitian ................................................. 66
2 Perhitungan catch per unit effort ......................................................... 67
3 Gambar teknis pukat tarik cantrang ..................................................... 69
4 Gambar konstruksi pukat tarik cantrang .............................................. 70
5 Jenis bahan dan ukuran mata jaring (mesh size) pada
masing-masing bagian jaring ............................................................... 71
6 Data waktu operasi penangkapan ......................................................... 72
7 Data pengukuran RPM mesin dan penggulung gardan ........................ 74
8 Jenis ikan hasil tangkapan .................................................................... 75
9 Log book operasi penangkapan ............................................................ 76
10 Posisi setting – hauling trip penangkapan............................................ 78
11 Perhitungan analisis finansial KM. Semi Jaya ..................................... 80

xiii
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cantrang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang termasuk ke dalam
pukat kantong (seine net). Alat tangkap ini berfungsi untuk menangkap
sumberdaya ikan demersal yang dioperasikan dengan cara dilingkarkan pada
perairan dan kemudian ditarik ke atas kapal dengan menggunakan tenaga manusia
ataupun tenaga mesin. Berdasarkan bentuknya alat tangkap ini mirip dengan
payang, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Secara konstruksi cantrang
terbuat dari jaring dengan dua panel (seam), memiliki bentuk dan ukuran sayap
yang sama pada dua buah sisinya tanpa dilengkapi alat pembuka mulut jaring
(otter board).
Cantrang merupakan alat tangkap yang berkembang dengan pesat sebagai
teknologi penangkapan ikan pengganti trawl, dimana trawl telah dilarang
beroperasi di wilayah Indonesia sejak diterbitkannya Keppres No. 39 tahun 1980.
Teknologi ini berkembang dari Pantai Utara Jawa bagian timur menyebar ke
wilayah barat, bersamaan dengan penggunaan winch berporos gardan mobil untuk
penarikan tali selambar sewaktu hauling (Bambang, 2006).
Cantrang merupakan jenis alat tangkap yang dominan digunakan oleh
nelayan yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong,
Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Terdapat 1.441 unit cantrang dari total 1.528
unit alat tangkap yang beroperasi di PPN Brondong (PPN Brondong, 2008).
Alat tangkap cantrang yang berkembang di seluruh wilayah Indonesia
memiliki nomenklatur yang berbeda-beda. Nelayan di Lamongan menyebut alat
tangkap cantrang dengan nama payang dan dogol meskipun sejatinya alat tangkap
tersebut adalah cantrang. Namun, di beberapa daerah lain seperti Selat Malaka
dan beberapa daerah di Pulau Jawa nama cantrang digunakan untuk jenis alat
tangkap trawl.
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam penggunaan nama
berbagai jenis alat tangkap, Badan Standardisasi Nasional mengeluarkan standar
baku konstruksi dari beberapa jenis alat tangkap, salah satunya adalah standar
bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang yang dikeluarkan pada tahun 2006
2

dengan nomor SNI 01-7236-2006. Melalui standar bentuk baku konstruksi ini
diharapkan tidak ada lagi penyelewengan terhadap penggunaan nama dari
berbagai jenis alat tangkap khususnya cantrang.
Perlunya kajian teknis baik secara konstruksi maupun operasional dari jenis
alat tangkap cantrang ini penting dilakukan untuk mengumpulkan informasi
mengenai alat tangkap cantrang yang semakin berkembang. Informasi mengenai
aspek teknis operasional ini diperlukan untuk kepentingan pengelolaan dan
evaluasi kinerja teknis dari alat tangkap cantrang ini.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Mengukur dan menganalisis spesifikasi teknis unit penangkapan cantrang
yang berbasis di PPN Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur;
2) Mengkaji aspek teknis pengoperasian cantrang di perairan Brondong
Kabupaten Lamongan, Jawa Timur; dan
3) Mengkaji kelayakan usaha perikanan cantrang yang berbasis di PPN
Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai aspek
teknis operasional penangkapan ikan dengan alat tangkap cantrang yang berbasis
di PPN Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Informasi ini diharapkan
berguna untuk pengelolaan dan pengembangan perikanan cantrang di Indonesia.
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unit Penangkapan Ikan


Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan yang berfungsi untuk
menangkap ikan. Unit ini terdiri dari tiga unsur yaitu:
1) Alat tangkap;
2) Kapal; dan
3) Nelayan.
Penjelasan lebih rinci mengenai unsur-unsur unit penangkapan ikan
dijelaskan pada subbab berikut ini.

2.1.1 Alat tangkap cantrang


2.1.1.1 Definisi dan klasifikasi alat tangkap cantrang
Pukat tarik cantrang merupakan alat penangkap ikan berkantong tanpa alat
pembuka mulut pukat dengan tali selambar yang pengoperasiannya di dasar
perairan dengan cara melingkari gerombolan ikan, penarikan dan pengangkatan
pukat (hauling) dari atas kapal. Pukat tarik cantrang termasuk dalam klasifikasi
pukat tarik berperahu (boat seines) dengan menggunakan simbol SV dan berkode
ISSCFG 02.1.0, sesuai dengan International Standard Statistical Classification of
Fishing Gears – FAO. Selain itu, pukat tarik cantrang termasuk dalam klasifikasi
pukat kantong (seine nets), sesuai dengan Statistik Penangkapan Perikanan Laut –
Indonesia (BSN, 2006).
Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan
demersal, dilengkapi dengan dua tali penarik yang cukup panjang dan dikaitkan
pada ujung sayap jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong,
badan, sayap atau kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dan
pemberat (Taufiq, 2008).
Pukat tarik cantrang banyak digunakan oleh nelayan skala kecil dan skala
menengah, dengan daerah penangkapan di seluruh wilayah perairan Indonesia.
Ukuran besar kecilnya pukat tarik cantrang (panjang total x keliling mulut jaring)
sangat beragam, tergantung dari ukuran tonage kapal dan daya motor penggerak
kapal. Pengoperasian pukat tarik cantrang, kadang-kadang dilengkapi dengan
palang rentang (beam) sebagai alat pembuka mulut jaring. Pengoperasian pukat
4

tarik cantrang tidak dihela di belakang kapal yang sedang berjalan tetapi
dioperasikan dengan kapal dalam keadaan berhenti (BSN, 2006).

2.1.1.2 Konstruksi alat tangkap cantrang


Bagian-bagian konstruksi pukat tarik cantrang menurut Badan Standardisasi
Nasional (2006) adalah sebagai berikut:

1) Sayap/kaki pukat (wing)


Bagian pukat yang terletak di ujung depan dari pukat tarik cantrang. Sayap
pukat terdiri dari sayap panel atas (upper wing) dan sayap panel bawah (lower
wing).
2) Badan pukat (body)
Bagian pukat yang terletak di antara bagian kantong dan bagian sayap pukat.
3) Kantong pukat (cod end)
Bagian pukat yang terletak di ujung belakang dari pukat tarik cantrang.
4) Panjang total pukat
Hasil penjumlahan dari panjang bagian sayap/kaki, bagian badan dan bagian
kantong pukat.
5) Keliling mulut pukat (circumference of the net mouth)
Bagian badan pukat yang terbesar dan terletak di ujung depan dari bagian
badan pukat.
6) Danleno
Kelengkapan pukat tarik cantrang yang berbentuk batang atau balok
kayu/pipa besi atau besi berbentuk segitiga yang dipergunakan sebagai alat
perentang sayap pukat (ke arah vertikal) dan dipasang tegak pada ujung depan
bagian sayap pukat.
7) Tali ris atas (head rope)
Tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap
pukat bagian panel atas, melalui mulut pukat bagian atas.
8) Tali ris bawah (ground rope)
Tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap pukat bagian panel
bawah, melalui mulut pukat bagian bawah.
5

9) Tali selambar (warp rope)


Tali yang berfungsi sebagai penarik pukat tarik cantrang ke atas geladak
kapal.
10) Panel jaring (seam)
Lembaran susunan konstruksi pukat yang dapat dibedakan dalam gambar
desain pukat tarik cantrang, yang terdiri dari dua panel (seam) jaring, yaitu
satu panel atas (upper seam) dan satu panel bawah (lower seam).

Cantrang memiliki bentuk sayap yang sama dengan posisi mulut jaring
cenderung sama karena panjang tali ris atas dan bawah sama panjang. Ilustrasi
bentuk cantrang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Ilustrasi pukat tarik cantrang (BBPPI, 2005).

Konstruksi baku pukat tarik cantrang ditetapkan dengan nilai perbandingan


bagian-bagian jaring secara memanjang dan melintang. Sketsa baku pukat tarik
cantrang menurut Badan Standardisasi Nasional (2006) ditunjukkan seperti pada
Gambar 2.
6

=a
h=½a

Gambar 2 Sketsa baku konstruksi alat tangkap cantrang (BSN, 2006).


Keterangan :
1) Panjang bagian-bagian pukat 2) Panjang bagian-bagian pukat kearah
kearah memanjang: melintang:
Panjang tali ris atas: l Keliling mulut jaring: a
Panjang tali ris bawah: m Setengah keliling mulut jaring: h
Panjang mulut jaring: a Lebar ujung depan sayap atas: g2
Panjang total jaring: b Lebar ujung belakang sayap atas: g1
Panjang bagian sayap atas: c Lebar ujung depan sayap bawah: h2
Panjang bagian sayap bawah: d Lebar ujung belakang sayap bawah: h1
Panjang bagian badan jaring: e Lebar ujung depan badan: i
Panjang bagian kantong jaring: f Lebar ujung belakang badan: i1
Lebar ujung depan kantong: j
Lebar ujung belakang kantong: j1
7

Berdasarkan BSN (2006), batasan bentuk baku konstruksi pukat tarik


cantrang ke arah memanjang adalah nilai perbandingan antara panjang bagian-
bagian jaring dengan panjang total pukat (berdasarkan Gambar 1). Batasan baku
nilai perbandingan bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:
l/m = 0,890 – 1,035
l/b = 0,935 – 1,090
m/b = 0,970 – 1,130
a/b = 1,095 – 1,275
c/b = 0,535 – 0,625
d/b = 0,535 – 0,625
Sqr/b = -
e/b = 0,340 – 0,395
f/b = 0,050 – 0,060

Batasan bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang ke arah melintang


adalah nilai perbandingan antara lebar bagian-bagian pukat dengan setengah
keliling mulut pukat (berdasarkan Gambar 1). Batasan baku nilai perbandingan
bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:
g2/h = 0,535 – 0,625
g1/h = 0,935 – 0,840
h2/h = 0,535 – 0,625
h1/h = 0,725 – 0,840
i/h = 1,000
i1/h = 0,160 – 0,185
j/h = 0,070 – 0,080
j1/h = 0,070 – 0,080

Konstruksi baku pukat tarik cantrang berdasarkan bagian jaring dan jumlah
kisi jaring yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
8

Tabel 1 Bagian jaring dan jumlah kisi-kisi jaring

No Bagian – bagian jaring Jumlah kisi jaring


1 Bagian sayap atas 4 - 6 kisi jaring
2 Bagian sayap bawah 4 - 6 kisi jaring
3 Bagian medan jaring atas - - - kisi jaring
4 Bagian badan 5 - 7 kisi jaring
5 Bagian kantong 1 - 2 kisi jaring
Sumber : BBPPI, 2005

Bahan material jaring dan ukuran mata jaring yang digunakan pada masing-
masing bagian pukat tarik cantrang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Material dan ukuran mata jaring

No Bagian - bagian jaring Material jaring Ukuran mata jaring


101,6 ~ 203,3 mm
1. Bagian sayap atas Polyethylene ( 4 ~ 8 inch)
PE.380 d/6 ~ d/9 atau R.
101,6 ~ 203,3 mm
2. Bagian sayap bawah 280 ~ 420 tex
( 4 ~ 8 inch)
Ø = 0,64 ~ 0,83 mm
3. Bagian medan jaring atas -----
Polyamide
25,4 ~ 101,6 mm
4. Bagian badan PA.210 d/9 ~ d/12 atau R.
( 1 ~ 4 inch)
230 ~ 390 tex
Ø = 0,50 ~ 0,65 mm 19,1 ~ 25,4 mm
5. Bagian kantong
( ¾ ~ 1 inch)
Sumber: BBPPI, 2005

2.1.2 Kapal
Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang
Perikanan, definisi kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain
yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, pengolahan ikan,
pelatihan-pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Selain itu,
menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal merupakan unit penangkapan ikan
yang paling penting dalam usaha perikanan, sehingga sebagian besar modal
diinvestasikan untuk kapal. Oleh sebab itu, perencanaan kapal ikan sangat
penting dalam memulai usaha perikanan yang menguntungkan dan demi
keberlangsungan usaha.
Cantrang di PPN Brondong dioperasikan dengan kapal yang berukuran
mulai dari < 5 GT hingga 20 GT (PPN Brondong, 2008). Kapal yang digunakan
terbuat dari kayu berukuran panjang 7 sampai 11 meter, lebar 3 meter dan dalam
1.5 meter. Menggunakan mesin dalam (inboard engine) berkekuatan 18 sampai
9

22 HP atau lebih. Kapal dilengkapi palka berinsulasi dengan kapasitas 3 – 4 ton


sehingga memungkinkan lama trip sampai 7 hari atau lebih (Bambang, 2006).

2.1.3 Nelayan
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang
Perikanan, nelayan didefinisikan sebagai orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan. Nelayan menurut waktu kerjanya diklasifikasikan
ke dalam tiga kategori yaitu:

1) Nelayan penuh: nelayan yang seluruh waktu kerjanya dipergunakan untuk


melakukan operasi penangkapan ikan;
2) Nelayan sambilan utama: nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya
dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan; dan
3) Nelayan sambilan tambahan: nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya
dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan.

Untuk mengoperasikan cantrang diperlukan tenaga (nelayan) sebanyak 3 – 4


orang dalam setiap unit penangkapan (Bambang, 2006). Aktivitas penangkapan
ikan dengan menggunakan pukat tarik cantrang merupakan jenis pekerjaan yang
dominan dilakukan oleh nelayan di PPN Brondong. Terdapat 13.154 nelayan
cantrang dari total 13.776 nelayan di PPN Brondong. Sebagian besar nelayan
menggantungkan hidupnya dari alat tangkap cantrang seperti ditunjukkan pada
Tabel 3 (PPN Brondong, 2008).

Tabel 3 Jumlah nelayan berdasarkan alat tangkap di Pelabuhan Perikanan


Nusantara Brondong tahun 2008

Jumlah alat Jumlah nelayan/alat Jumlah nelayan


No. Jenis alat tangkap
tangkap (unit) tangkap (orang) (orang)
1 Mini purse seine 7 25 175
2 Dogol Besar 1.055 10 10.550
3 Dogol Kecil 338 6 2.028
4 Payang 48 12 576
5 Rawai 22 7 154
6 Gillnet 3 6 18
7 Lain – lain 55 5 275
Jumlah 1.528 13.776
Sumber: PPN Brondong, 2008.
10

2.2 Metode Penangkapan Ikan


Metode penangkapan ikan dengan menggunakan pukat kantong (seine net)
bermula sekitar tahun 1848 di Denmark dimana pertama kalinya pukat kantong
digunakan untuk menangkap ikan plaice. Prinsip pengoperasian pukat kantong
ini adalah dengan menggunakan tali selambar untuk membuat jaring terbuka dan
menggiring ikan ke arah kantong jaring. Berawal dari pukat pantai (beach seine),
dan kemudian berkembang dengan metode pemasangan jaring dari atas kapal
yang berjangkar dengan tali yang panjang dan kemudian diangkat ke atas kapal
dengan tenaga manusia (Thomson, 1969).
Pukat tarik cantrang dioperasikan di dasar perairan dengan cara melingkari
kawanan ikan dengan tali selambar yang panjang. Penarikan tali selambar
bertujuan untuk menarik dan mengangkat pukat tarik cantrang ke atas geladak
perahu/kapal. Penarikan tali selambar dengan menggunakan permesinan
penangkapan (fishing machinery) yang berupa permesinan kapstan/gardan(winch).
Pengoperasian pukat tarik cantrang dilakukan tanpa menghela di belakang kapal
(kapal dalam keadaan berhenti), dan tanpa menggunakan papan rentang (otter
board) atau palang rentang (beam) (BSN, 2006).
Adapun teknik pengoperasian cantrang menurut Badan Standardisasi
Nasional (2006) adalah sebagai berikut:
1) Penurunan pukat (setting)
Penurunan pukat dilakukan dari salah satu sisi lambung bagian buritan
perahu/kapal dengan gerakan maju perahu/kapal membentuk lingkaran sesuai
dengan panjang tali selambar (≥500 meter) dengan kecepatan perahu/kapal
tertentu. Penggunaan tali selambar yang panjang bertujuan untuk memperoleh
area sapuan yang luas.
2) Penarikan dan pengangkatan pukat (hauling)
Penarikan dan pengangkatan pukat dilakukan dari buritan perahu/kapal
dengan menggunakan permesinan penangkapan (fishing machinery) dalam
kedudukan perahu/kapal bertahan. Ilustrasi proses pengoperasian cantrang
dapat dilihat pada Gambar 3.
11

Gambar 3 Ilustrasi pengoperasian pukat tarik cantrang di Jawa Tengah (BBPPI,


2005).
12

2.2.1 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan


Menurut Taufiq (2008), hal hal yang mempengaruhi keberhasilan
penangkapan ikan dengan cantrang adalah sebagai berikut:
1) Kecepatan dalam menarik jaring pada waktu operasi penangkapan
2) Arus
Arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya
akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang
pergerakan ikan.
3) Arah angin
Arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal pada saat operasi
penangkapan dilakukan.

2.2.2 Alat bantu penangkapan


Alat bantu penangkapan cantrang adalah gardan (Taufiq, 2008). Alat bantu
gardan digunakan untuk menarik tali selambar (warp), sehingga memungkinkan
penarikan jaring menjadi lebih cepat. Penggunaan gardan tersebut dimaksudkan
agar pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih ringan dan untuk meningkatkan hasil
tangkapan.
Alat bantu berupa winch/kapstan dibuat dari bekas gardan mobil. Pada
kedua ujung gardan ini dipasang dua buah kapstan yang dibuat dari bahan kayu
dengan diameter 20 cm. Untuk menggerakkan winch digunakan mesin diesel
(mesin bantu) berkekuatan 6 – 12 HP (Bambang, 2006).
Gardanisasi alat tangkap cantrang telah membuka peluang baru bagi
perkembangan penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan
ukuran jaring yang lebih besar untuk dioperasikan di perairan yang lebih luas dan
lebih dalam. Skema gardan yang yang digunakan sebagai alat bantu penangkapan
dapat dilihat pada Gambar 4.
13

Gambar 4 Skema winch/gardan (Bambang, 2006).

Posisi gardan di atas kapal dan perlengkapan pembantu lainnya dapat dilihat
pada Gambar 5.

Gambar 5 Posisi winch/gardan di kapal (Bambang, 2006).


14

2.3 Hasil Tangkapan


Hasil tangkapan cantrang adalah jenis ikan dasar (demersal) seperti ikan
petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah, pari, cucut, gurita, beloso dan
macam-macam udang (Subani dan Barus, 1989). Beberapa jenis hasil tangkapan
lainnya yang tertangkap oleh cantrang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis hasil tangkapan cantrang

No. Nama Indonesia Nama ilmiah


1 Cucut botol Centrocymnus crepidater
2 Layang Decapterus kuroides
3 Selar kuning Selaroides leptolepis
4 Kwee Caranx sexfaciatus
5 Tetengkek Megalaspis cordyla
6 Talang-talang Scomberoides commersonnianus
7 Teri Stolephorus spp.
8 Japuh Dussumieria acuta
9 Tembang Sardinella sp.
10 Lemuru Sardinella lemuru
11 Banyar/Kembung lelaki Rastrelliger kanagurta
12 Golok-golok Chirocentrus dorab
13 Julung-julung Hemirhampus far
14 Alu-alu Sphyraena barracuda
15 Manyung Arius thalassinus
16 Bawal hitam Parastromateus niger
17 Bawal putih Pampus argenteus
18 Gulamah Nibea albiflora
19 Layur Trichiurus savala
20 Ikan sebelah Psettodes erumei
21 Petek Leiognathus sp.
22 Beloso Saurida tumbil
23 Belanak Mugil cephalus
24 Pari burung Aetobatus spp.
25 Kakap merah/bambangan Lutjanus spp.
26 Kakap putih Lates calcarifer
27 Ikan baronang Siganus guttatus
28 Ekor kuning Caesio cuning
29 Kerong-kerong Therapon jarbua
30 Udang jerbung/udang putih Penaeus merguiensis
31 Udang dogol Metapenaeus endeavouri
32 Udang krosok Parapenaeopsis sculptitis
33 Rajungan Portunus pelagicus
34 Kerang hijau Perna viridis
35 Cumi-cumi Loligo spp.
36 Sotong Sepia Spp.
37 Gurita Octopus spp.
38 Kuro Polynemus spp.
39 Kembung perempuan Rastreliger neglectus
40 Biji nangka Upeneus vittatus
41 Kerapu Cephalopholis boenack
15

Tabel 4 (lanjutan)

No. Nama Indonesia Nama ilmiah


42 Lemadang Coryphaena hippurus
43 Kuniran Upeneus sulphureus
44 Kapasan Gerres kapas
45 Remang Congresox talabon
46 Swanggi Priacanthus tayenus
Sumber : DKP (2009).

2.4 Daerah Penangkapan Ikan


Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah yang
digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang
diduga terdapat kawanan ikan. Sulit meramalkan arah dan letak perpindahan dari
suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi tujuan penangkapan
berada dalam air dan tidak terlihat dari permukaan air sedangkan kemampuan
mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas (Ayodhyoa, 1981 dalam Sirait
2008). Daerah penangkapan ikan nelayan yang berbasis di PPN Brondong yaitu:
Pulau Bawean, Pulau Kangean, Masalembo, Matasiri, Banyuwangi, dan juga
sekitar Pulau Kalimantan (PPN Brondong, 2008).
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap cantrang hampir sama
dengan bottom trawl karena merupakan alat tangkap yang dioperasikan di dasar
perairan. Menurut Ayodhyoa (1975) dalam Sirait (2008), syarat-syarat fishing
ground bagi bottom trawl antara lain adalah sebagai berikut:
1) Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut
terdiri dari pasir ataupun lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-
benda yang mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal
yang tengelam, bekas-bekas tiang dan sebagainya.
2) Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat
menyolok.
3) Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang
melimpah.
16

2.5 Analisis Finansial


Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha perlu dilakukan pengujian melalui
analisis finansial. Analisis finansial membahas tentang perbandingan antara
pengeluaran uang dengan revenue earning proyek. Analisis finansial digunakan
untuk menentukan kelayakan usaha yang dilihat dari sudut pandang badan-badan
atau orang-orang yang menanam modalnya serta yang berkepentingan langsung
pada suatu kegiatan usaha. Dalam rangka mencari ukuran secara menyeluruh
tentang baik tidaknya suatu kegiatan usaha, telah dikembangkan berbagai macam
indeks yang dikenal sebagai kriteria investasi. Setiap indeks menggunakan nilai
sekarang (present value) yang telah diminimalkan dari arus manfaat dan harga
selama umur kegiatan usaha. Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis
usaha dan analisis kriteria investasi (Kadariah et al., 1999).
Analisis kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV),
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Net Present
Value (NPV) adalah selisih antara present value dari benefit dan present value dari
biaya. Jika NPV lebih kecil dari nol, maka usaha tidak layak dan apabila NPV
lebih besar dari nol, maka usaha layak. Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai
discount rate (i) yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Apabila IRR
lebih besar dari tingkat discount rate yang berlaku maka usaha layak untuk
dilakukan. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan sedemikian
rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present value dari benefit bersih dalam
tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat posistif, sedangkan penyebutnya
terdiri ats present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt – Ct
bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor (Kadariah et
al., 1999).
3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan
proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau
Jawa dari bulan Maret 2009. Pelaksanaan pengumpulan data di lapangan
dilakukan pada bulan Mei 2009 di perairan Pantai Utara Jawa dengan fishing base
di PPN Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Peta lokasi penelitian
dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.


18

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 5 dan
gambar alat penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 5 Alat yang digunakan dalam penelitian

No Alat Kegunaan
1 Meteran & jangka sorong Mengukur bagian-bagian alat tangkap
2 Tachometer Mengukur kecepatan rpm mesin
3 Measuring board Mengukur panjang hasil tangkapan
4 Timbangan Menimbang bobot hasil tangkapan
5 Buku identifikasi Mengidentifikasi jenis hasil tangkapan
6 Kamera Dokumentasi
7 Data sheet Dokumentasi tertulis masing-masing data
8 Stopwatch Menghitung waktu masing- masing kegiatan operasi
penangkapan
9 GPS Menentukan titik koordinat daerah penangkapan ikan
10 Peta laut Mengidentifikasi lokasi
11 Kuisioner Mengumpulkan data dari responden

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa satu unit
penangkapan cantrang dengan spesifikasi sebagai berikut:

1) Kapal penangkap ikan


Nama Kapal : KM. Semi Jaya
Tanda Selar : LP. 1522 – 6
Nama Pemilik : Barli
Jenis Kapal : Kapal Penangkap Ikan
Dimensi Kapal
(1) Panjang (LOA) : 10,00 meter
(2) Lebar kapal (B) : 5,00 meter
(3) Dalam kapal (D) : 1,25 meter
Tempat dan Tahun Pembangunan : Paciran, 2005
Volume Kapal (GT) : 6,00 GT
Motor penggerak : Yanmar 30 PK (2 buah) &
Yanmar 23 PK (1 buah)
Bahan Bakar : Solar
Mesin bantu (gardan) : Donfeng 30 PK (Stationery diesel
engine)
19

2) Alat tangkap
Alat tangkap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari satu unit
pukat tarik cantrang dengan spesifikasi sebagai berikut :
(1) Panjang total jaring (b) : 52,09 meter
(2) Bentuk konstruksi : 2 (dua) seam/panel
(3) Tali ris atas : 51,30 Plastik (PL) diameter 19 mm
: 2 Pelampung diameter @ 20 cm
(4) Tali ris bawah : 51,30 mixed rope diameter 29 mm
: Pemberat 15 kg timah
(5) Pemberat : Batu, semen. Berat total = 26 kg
(6) Jaring (webbing)
Sayap atas : PE 380 d/18 – d/24 MS 165-190 mm =
25,96 m
Sayap bawah : PE 380 d/18 – d/24 MS 190-165 mm =
25,96 m
Badan jaring : PE 380d/12-d/18; PA 1,5 mm MS 134 mm
= 23,03 m
Kantong jaring : PE 380 d/15 MS 30 mm = 3,60 m
(7) Kelengkapan cantrang
Pelampung tanda : Gabus (40 x 40 x 30) cm
Tali pelampung tanda : PE diameter 7 mm = 15 m
Tali selambar : Mixed rope diameter 35 mm = 2 x 1000 m
Pelampung mulut jaring : Plastik (PL) diameter 30 cm = 1 buah
Danleno : Besi segitiga 2 buah bobot @ 5 Kg.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan
kasus. Survei dilakukan terhadap kondisi perikanan cantrang yang terdapat di
PPN Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Metode studi kasus
diterapkan pada kajian operasional dan finansial unit penangkapan cantrang KM.
Semi Jaya. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data dalam
penelitian ini adalah:
20

1) Pengukuran alat tangkap cantrang yang mencakup semua aspek konstruksi


meliputi: desain jaring, identifikasi bahan jaring dan tali temali, pengukuran
mata jaring (mesh size) dan tali temali, penghitungan jumlah mata jaring pada
setiap kisi, serta pengukuran terhadap pemberat dan pelampung. Pengukuran
dilakukan pada alat tangkap cantrang yang digunakan oleh nelayan di PPN
Brondong. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data spesifikasi
teknis dari alat tangkap cantrang yang digunakan nelayan di PPN Brondong,
Kabupaten Lamongan. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam
mengenai kontruksi alat tangkap cantrang dilakukan wawancara kepada
pengerajin alat tangkap cantrang di sekitar kawasan PPN Brondong.
2) Mengikuti operasi penangkapan ikan dengan cantrang selama satu trip operasi
pada tanggal 5 – 10 Mei 2009 bersama kapal cantrang KM. Semi Jaya yang
beroperasi di perairan Pulau Bawean, Jawa Timur. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk mendapatkan data mengenai kegiatan operasional penangkapan
ikan dengan cantrang berupa beberapa aspek, seperti: persiapan operasi,
waktu operasi (setting, towing, hauling) dan jumlah operasi per trip, daerah
penangkapan ikan (fishing ground), metode penangkapan ikan, tingkat
keberhasilan operasi, dan aspek-aspek teknis lainnya. Selama trip operasi
penangkapan ikan, dilakukan pendataan dengan menggunakan alat GPS untuk
menentukan posisi dan kecepatan kapal pada berbagai tahapan pengoperasian
(setting, towing, hauling). Selain itu, digunakan alat Tachometer untuk
mengukur kecepatan rpm gardan untuk mengetahui kecepatan penarikan tali
selambar. Untuk menghitung hasil tangkapan pada setiap hauling digunakan
alat measuring board sedangkan bobot hasil tangkapan didapatkan dari data
penjualan. Untuk mendapatkan dokumentasi dari berbagai aktivitas
penagkapan ikan selama trip operasi digunakan kamera foto dan handycam.
3) Wawancara dilakukan dengan metode purposive sampling pada nelayan
cantrang di PPN Brondong. Responden yang diwawancarai memiliki latar
belakang pekerjaan sebagai nelayan cantrang baik sebagai pemilik, nahkoda,
ABK, serta pengerajin alat tangkap cantrang di sekitar kawasan PPN
Brondong dengan jumlah responden sebanyak 15 orang. Wawancara
mendalam dilakukan kepada nelayan pemilik, nahkoda dan ABK KM. Semi
21

Jaya untuk mendapatkan informasi mengenai aspek teknis dan finansial.


Untuk memudahkan proses wawancara, peneliti melengkapi diri dengan
kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai alat tangkap cantrang,
pengoperasiannya, dan usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya di PPN
Brondong, Kabupaten Lamongan.
4) Data sekunder didapatkan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Brondong, Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Lamongan
dan Tempat Pelelangan Ikan Brondong.

3.4 Pengolahan Data


3.4.1 Analisis hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE)
Perhitungan CPUE (catch per unit effort) bertujuan untuk mengetahui nilai
laju tangkap upaya penangkapan ikan berdasarkan atas pembagian total hasil
tangkapan (catch) terhadap upaya penangkapan (effort). Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut (Gunawan, 2004):
Ci
CPUEi = ,
fi

dimana:
Ci = hasil tangkapan ke-i (ton)
fi = upaya penangkapan ke-i (trip)
CPUEi = jumlah hasil tangkapan penangkapan ke-i (ton/trip)

3.4.2 Kecepatan tarik gardan/winch


Kecepatan tarik kapstan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
teoritis sebagai berikut (BBPPI, 2005):
,

dimana:
V = kecepatan tarik kapstan (m/menit)
 = 3,14
n = putaran kapstan (rpm)
d = diameter kapstan (0,22 m)
22

3.4.3 Pendapatan usaha


Analisis pendapatan usaha merupakan selisih pendapatan yang diperoleh
dari total penerimaan (total revenue atau TR) dengan total biaya (total cost atau
TC) yang dikeluarkan. Keuntungan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
(Kadariah et al., 1999):
  TR  TC ,
dimana:
π = keuntungan
TR = total penerimaan
TC = total biaya

Dengan kriteria
Jika total penerimaan (TR) > total biaya (TC) maka usaha tersebut mengalami
keuntungan, sehingga dapat dilanjutkan;
Jika total penerimaan (TR) < total biaya (TC) maka usaha tersebut mengalami
kerugian, sehingga usaha tidak dapat dilanjutkan; dan
Jika total penerimaan (TR) = total biaya (TC) maka usaha tersebut mengalami
impas, tidak untung dan tidak rugi.

3.4.4 Kriteria investasi


1) Net Present Value (NPV)
Merupakan manfaat bersih tambahan (nilai kini bersih) yang diterima suatu
usaha selama umur usaha pada tingkat discount factor tertentu (Kadariah et
al., 1999).

,
dimana:
NPV = nilai bersih sekarang
Bt = penerimaan pada periode t
Ct = biaya pada periode t
i = tingkat suku bunga
t = periode (0,1,2,3…)
n = umur proyek (0,1,2,3…)
23

Jika:
NPV > 0, maka proyek layak untuk dilanjutkan;
NPV < 0, maka proyek supaya ditolak, artinya ada penggunaan lain yang
lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan proyek; dan
NPV = 0, maka proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity
cost of capital.

2) Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return merupakan tingkat pengembalian internal yaitu
kemampuan suatu proyek menghasilkan return (satuannya %). IRR
merupakan tingkat discount rate yang membuat NPV proyek = 0 (Kadariah et
al., 1999).

,
dimana:
i’ = tingkat discount rate yang menyebabkan nilai NPV > 0
i’’ = tingkat discount rate yang menyebabkan nilai NPV < 0
IRR = tingkat pengembalian internal
NPV+ = NPV saat i’
NPV- = NPV saat i’’
Indikator IRR
Jika IRR > tingkat discount rate yang berlaku maka rencana bisnis layak
untuk dilaksanakan; dan
Jika IRR > tingkat discount rate yang berlaku, maka rencana bisnis tidak
layak untuk dilaksanakan.

3) Net Benefit - Cost Ratio (Net B/C)


Merupakan manfaat bersih tambahan yang diterima proyek dari setiap satuan
biaya yang dikeluarkan (Kadariah et al., 1999).

,
24

dengan kriteria:
Jika Net B/C≥1, maka NPV>0 artinya proyek layak untuk dilanjutkan; dan
Jika Net B/C< 1, maka proyek supaya ditolak, artinya proyek tidak layak
untuk dilanjutkan.

4) Payback period (periode pengembalian)


Jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal (Kadariah
et al., 1999).

,
dimana:
PP = payback period

3.5 Analisis Data


3.5.1 Analisis konstruksi
Analisis data desain konstruksi cantrang dilakukan dengan metode analisis
deskriptif dan analisis perbandingan antara hasil pengukuran terhadap konstruksi
cantrang di PPN Brondong dengan standar bentuk baku pukat tarik cantrang SNI
01-7236 - 2006. Kriteria perbandingan meliputi:
1) Perbandingan konstruksi secara memanjang
Perbandingan konstruksi secara memanjang yaitu perbandingan bagian-
bagian pukat mulai dari bagian sayap hingga bagian kantong. Unsur-unsur
perbandingan konstruksi secara memanjang ini ditunjukkan pada Tabel 6;
Tabel 6 Unsur perbandingan konstruksi cantrang secara memanjang

Unsur
perbandingan Keterangan unsur Standar SNI
memanjang
l/m Perbandingan tali ris atas dengan tali ris bawah 0,890 - 1,035
l/b Perbandingan tali ris atas dengan panjang total jaring 0,935 - 1,090
m/b Perbandingan tali ris bawah dengan panjang total jaring 0,970 - 1,130
Perbandingan panjang mulut jaring dengan panjang total
a/b 1,095 - 1,275
jaring
c/b Perbandingan panjang sayap atas dengan panjang total jaring 0,535 - 0,625
Perbandingan panjang sayap bawah dengan panjang total
d/b 0,535 - 0,625
jaring
Sqr/b Perbandingan medan jaring dengan panjang total jaring -
Perbandingan panjang badan jaring dengan panjang total
e/b 0,340 - 0,395
jaring
f/b Perbandingan panjang kantong dengan panjang total jaring 0,050 - 0,060
25

2) Perbadingan secara melintang


Perbandingan konstruksi secara melintang yaitu perbandingan bagian-bagian
pukat kearah horizontal (lebar) mulai dari bagian sayap hingga bagian
kantong terhadap setengah keliling mulut jaring. Unsur-unsur perbandingan
konstruksi secara melintang ini ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Unsur perbandingan konstruksi cantrang secara melintang

Unsur
perbandingan Keterangan unsur Standar SNI
melintang
Perbandingan lebar ujung depan sayap atas dengan setengah
g2/h 0,535 - 0,625
keliling mulut jaring
g1/h Perbandingan lebar ujung belakang sayap atas dengan 0,935 - 0,840
setengah keliling mulut jaring
Perbandingan lebar ujung depan sayap bawah dengan
h2/h 0,535 - 0,625
setengah keliling mulut jaring
Perbandingan lebar ujung belakang sayap bawah dengan
h1/h 0,725 - 0,840
setengah keliling mulut jaring
Perbandingan lebar ujung depan badan dengan setengah
i/h 1
keliling mulut jaring
Perbandingan lebar ujung belakang badan dengan setengah
i1/h 0,160 - 0,185
keliling mulut jaring
j/h Perbandingan lebar ujung depan kantong dengan setengah 0,070 - 0,080
keliling mulut jaring
j1/h Perbandingan lebar ujung belakang kantong dengan setengah 0,070 - 0,080
keliling mulut jaring

Hasil analisis perbandingan konstruksi ini disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik. Grafik yang digunakan didapatkan melalui pengolahan data dengan
Microsoft Excel 2007. Tampilan grafik yang digunakan adalah Chart Radar.

3.5.2 Analisis teknis operasional


Analisis teknis operasional mencakup kajian mengenai metode operasional,
mekanisme pembagian tugas ABK, dan daerah penangkapan ikan. Analisis
operasional ini menggunakan analisis deskriptif.

3.5.3 Analisis finansial


Analisis finansial dilakukan terhadap usaha perikanan cantrang KM. Semi
Jaya. Analisis finansial ini dilakukan pada beberapa kriteria seperti pendapatan
usaha dan kriteria investasi dengan metode perhitungan seperti yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya. Analisis ini digunakan untuk menilai
kelayakan usaha yang dijalankan oleh nelayan cantrang tersebut.
26

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis


Lamongan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur.
Secara astronomis Kabupaten Lamongan terletak pada posisi 6° 51’54” sampai
dengan 7° 23’ 6” Lintang Selatan dan diantara garis bujur timur 122° 4’ 4” sampai
122° 33’ 12”. Secara geografis Kabupaten Lamongan berbatasan langsung
dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Gresik di timur, Kabupaten Mojokerto dan
Kabupaten Jombang di selatan, serta Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten
Tuban di sebelah barat. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang
lebih 1.812,8 km² atau ± 3.78% dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur, dengan
panjang garis pantai sepanjang 47 km. Luas wilayah perairan laut Kabupaten
Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari pinggir pantai.

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan


Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan Kabupaten
Lamongan diketahui bahwa jenis alat tangkap yang dioperasikan di Kabupaten
Lamongan adalah: purse seine, payang, gillnet, pancing rawai, trammel net, dan
lainnya. Berdasarkan hasil survei di lapangan, alat tangkap payang yang ada
dalam data Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan Kabupaten Lamongan
tersebut sebenarnya merupakan jenis alat tangkap cantrang. Alat tangkap ini
dominan digunakan oleh nelayan di Kabupaten Lamongan.
Terdapat beberapa fishing base di Kabupaten Lamongan dengan PPN
Brondong sebagai sentral perikanan yang memiliki aktifitas paling ramai dengan
nilai produksi per hari mencapai 100 ton. Fishing base yang terdapat di
Kabupaten Lamongan ada 16 lokasi. Di Kecamatan Paciran ada 12 yaitu: Desa
Weru Lor, Sidokumpul, Weru, Paloh, Sidokelar, Kemantren, Banjarwati, Kranji,
Tunggul, Paciran, Kandang Semangkon, dan Blimbing. Sedangkan di Kecamatan
Brondong ada empat yaitu: Brondong, Sedayu Lawas, Labuhan, dan Lohgung.
Dari semua fishing base tersebut terdapat lima fishing base yang merupakan
pangkalan pendaratan ikan atau tempat pelelangan ikan, yaitu mulai dari arah
timur ke barat: Weru, Kranji, Brondong, Labuhan dan Lohgung.
27

4.3 Daerah Penangkapan Ikan


Daerah penangkapan ikan nelayan Kabupaten Lamongan umumnya berada
di sekitar pantai utara pulau Jawa. Daerah fishing ground yang biasa dikunjungi
mayoritas nelayan di Kabupaten Lamongan yaitu berada disekitar Pulau Bawean,
Pulau Kangean, Masalembo, Matasiri, Banyuwangi, dan di sekitar Pulau
Kalimantan.

4.4 Perkembangan Produksi Perikanan Kabupaten Lamongan


Produksi perikanan Kabupaten Lamongan khususnya pada perikanan laut
cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 8.

Tabel 8 Produksi perikanan laut menurut Pelabuhan dan nilai produksi di


Kabupaten Lamongan tahun 2008

Pelabuhan Produksi (Kg) Nilai Produksi (Rp.)


1. Lohgung 3.216.430,00 68.407.033.240,00
2. Labuhan 2.253.027,00 47.917.378.236,00
3. Brondong/Blimbing 52.248.829,00 1.111.228.095.172,00
4. Kranji 3.692.564,00 78.533.451.152,00
5. Weru 2.183.119,00 46.430.574.892,00
Kab. Lamongan 63.593.969,00 1.352.516.532.692,00
Tahun 2007 41.568.325,80 884.075.153.114,40
Tahun 2006 37.618.316,34 800.066.351.919,12
Tahun 2005 39.934.380,08 849.284.461.161,00
Tahun 2004 38.854.232,42 826.312.960.876,00
Tahun 2003 38.912.025,80 827.542.052.688,00
Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kab. Lamongan

Sejak tahun 2003 produksi perikanan laut Kabupaten Lamongan cenderung


mengalami kenaikan meskipun pernah terjadi penurunan pada tahun 2004 dan
2006. Namun, pada tahun 2008 produksi perikanan laut mencapai 63,593 ton.
Hal ini terjadi karena terjadi peningkatan jumlah alat tangkap pada tahun 2007
seperti data pada Tabel 9. Secara visual peningkatan produksi perikanan
Kabupaten Lamongan ini dapat dilihat pada Gambar 7.
28

70000
65000
60000
55000
Produksi (Ton)

50000
45000
40000
35000
30000
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun

Gambar 7 Produksi perikanan laut Kabupaten Lamongan.

4.5 Perkembangan Alat Tangkap Kabupaten Lamongan


Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada
Tabel 9.

Tabel 9 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan tahun 2004 - 2008

Alat Penangkapan Pelabuhan


No
Ikan /Marine Fisherman Catching Tool 2004 2005 2006 2007 2008
1 Purse Seine 271 271 422 593 492
2 Payang Besar 568 560 735 1.948 1.950
3 Pancing Prawe 2.360 2.360 2.460 2.614 2.614
4 Payang Kecil 3.574 2.569 2.381 2.843 2.843
5 Gillnet 710 795 865 916 1.016
6 Trammel Net 595 595 595 658 658
8 Lain-lain 243 233 237 257 298
Jumlah /Total 8.321 7.383 7.695 9.829 9.871
Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan Kabupaten Lamongan

Jumlah alat tangkap di Kabupaten Lamongan mengalami penurunan pada


tahun 2005, namun pada tahun selanjutnya terus mengalami peningkatan. Dilihat
dari jumlahnya, payang (cantrang) di Kabupaten Lamongan merupakan alat
tangkap yang dominan, dengan jumlah sekitar 50% dari semua alat tangkap yang
ada.
Untuk melihat kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten
Lamongan, dilakukan pengolahan data produksi (catch) dan upaya penangkapan
(effort) berdasarkan penggunaan alat tangkap. Berdasarkan hasil pengolahan data
didapatkan hasil catch per unit effort (CPUE) seperti yang ditunjukkan pada Tabel
10.
29

Tabel 10 Catch per unit effort perikanan Kabupaten Lamongan tahun 2004 -
2008

Tahun Total catch (kg) Effort (trip) CPUE (kg/trip)


2004 38.854.232 1.090.376 35,63
2005 39.934.380 788.620 50,69
2006 37.618.316 737.820 50,99
2007 41.568.326 915.236 45,42
2008 63.593.969 915.300 69,48

Berdasarkan hasil pengolahan data (Lampiran 2) dari Dinas Perikanan


Kelautan dan Peternakan Kabupaten Lamongan didapatkan hubungan produksi
(catch) dengan upaya penangkapan (effort) di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
dengan nilai a = 82,69 dan b = -3,63. Hubungan CPUE, catch dan effort dapat
dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Hubungan antara effort, cacth per unit effort dan cacth.

Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa effort optimum tercapai saat


berjumlah 1.140.010 trip atau pada saat catch sebesar 47.133.338 Kg. Namun,
kondisi saat ini menunjukkan bahwa jumlah produksi Kabupaten Lamongan pada
tahun 2008 telah melebihi nilai optimum yaitu sebesar 63.593.969,00 kg. Oleh
30

karena itu, jumlah armada perikanan di Kabupaten Lamongan perlu dikelola


dengan baik untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan.

4.6 Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong


Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong merupakan salah satu Pelabuhan
Perikanan tipe B di Propinsi Jawa Timur. Sebagai sentral perikanan tangkap di
pantai utara propinsi Jawa Timur, PPN Brondong mempunyai peranan yang
sangat stategis dalam usaha pengembangan usaha perikanan tangkap terutama di
wilayah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Alat tangkap yang berkembang di PPN Brondong cenderung kurang
bervariasi. Tidak jauh berbeda dari alat tangkap yang berkembang di Kabupaten
Lamongan umumnya, cantrang juga merupakan alat tangkap yang dominan
digunakan oleh nelayan di PPN Brondong seperti yang ditunjukkan pada Tabel
11.

Tabel 11 Jumlah alat tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong tahun


2008

No Jenis alat tangkap Jumlah alat tangkap (unit) Keterangan


1. Mini purse seine 7 20-30 GT
2. Dogol Besar 1.055 10-20 GT
3. Dogol Kecil 338 < 10 GT
4. Payang besar 48 10-20 GT
5. Rawai 22 <10 GT
6. Gillnet 3 10-20 GT
7. Lain – lain/collecting 55 <10 GT
Jumlah 1.528
Sumber: PPN Brondong 2008

Jenis alat tangkap yang beroperasi di PPN Brondong tergolong sedikit yaitu
dapat digolongkan ke dalam 4 jenis: purse seine, pancing rawai, gillnet dan
cantrang. Dogol dan payang yang terdapat dalam data pada dasarnya merupakan
alat tangkap cantrang yang memiliki nama lain. Dogol kecil merupakan nama
bagi cantrang yang berukuran kecil dan dioperasikan dengan trip one day fishing.
Sedangkan dogol besar merupakan sebutan bagi cantrang dengan operasi
mingguan dan payang besar untuk cantrang yang pengoperasiannya dua minggu
atau lebih. Berdasarkan jumlahnya, jenis alat tangkap cantrang (dogol besar,
dogol kecil, dan payang) merupakan jenis alat yang paling banyak digunakan oleh
nelayan dengan jumlah 1.441 unit.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kajian Konstruksi Unit Penangkapan Cantrang


5.1.1 Alat tangkap cantrang
Alat tangkap cantrang yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur terdiri atas tiga bagian
utama yaitu: sayap, badan, dan kantong. Alat tangkap ini dilengkapi dengan tali
selambar, pelampung, pemberat, danleno, tali ris atas dan tali ris bawah.
Penjelasan lebih rinci mengenai bagian-bagian cantrang yang terdapat di PPN
Brondong dijelaskan sebagai berikut:
1) Sayap (wings)
Sayap pada cantrang terdiri atas dua bagian (double seam) yaitu: sayap atas
dan sayap bawah. Kedua sayap ini sama, baik bahan material maupun
ukurannya. Pada umumnya sayap terbuat dari bahan PE (polyethylene),
namun pada beberapa bagian sayap menggunakan bahan PA (polyamide).
Bagian sayap ini terdiri dari 5 kisi (lembaran) jaring dengan ukuran mata
jaring (mesh size) 160 – 190 mm.
Bahan PA digunakan pada beberapa bagian kisi jaring karena bahan PA
merupakan bahan yang lebih mudah tenggelam di dalam air dengan berat
jenis 1,14 g/cm3 (Iskandar, 2009). Tujuan penggunaan bahan ini adalah agar
jaring lebih cepat tenggelam pada saat pengoperasian.
2) Badan jaring (body)
Badan jaring merupakan bagian yang terdapat antara mulut dengan kantong
pukat. Bagian ini umumnya terdiri dari 15 kisi jaring dengan ukuran mata
jaring (mesh size) dari 30 – 134 mm. Sebagian besar bagian badan ini terbuat
dari bahan PE (polyethylene) kecuali pada kisi bagian depan terbuat dari
bahan PA (polyamide).
3) Kantong (cod end)
Bagian kantong merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat
berkumpulnya hasil tangkapan pada alat tangkap cantrang. Panjang kantong
adalah 3 meter dengan ukuran mesh size 30 mm yang terdiri dari 1 kisi jaring.
Bagian kantong terbuat dari bahan polyethylene (PE) dengan diameter benang
32

jaring 18. Bagian kantong cantrang dilengkapi dengan pemberat di bagian


ujung yang berfungsi agar posisi kantong tetap berada di dasar perairan
sehingga memudahkan ikan hasil tangkapan masuk ke dalam kantong.
4) Tali selambar (warp)
Tali selambar pada cantrang merupakan salah satu bagian yang berperan
penting. Panjang tali selambar pada cantrang adalah 21 gulung pada masing-
masing bagian. Satu gulung tali selambar berukuran panjang 32 depa. Jika
satu depa sama dengan 1,5 meter maka panjang satu gulung tali selambar
adalah 48 meter. Jadi panjang total tali selambar pada salah satu sisi sayap
lebih kurang 1000 meter. Tali selambar pada alat tangkap cantrang memiliki
keistimewaan, yaitu terdiri dari campuran beberapa bahan material (mixed
rope). Pada bagian dalam terbuat dari bahan PP (polypropylene) dan PA
(polyamide) yang kemudian dibalut dengan bahan tekstil (cotton). Desain tali
selambar seperti ini membuat tali selambar kuat terhadap beban tarikan yang
besar. Selain itu, dengan desain seperti ini diharapkan tali selambar lebih
cepat tenggelam dalam pengoperasiannya. Bentuk dan bahan tali selambar
yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Tali selambar cantrang.

5) Tali ris atas


Tali ris atas terbuat dari bahan plastik (PL) dengan diameter 19 mm. Bahan
ini digunakan karena merupakan bahan yang mudah terapung sehingga
bagian mulut jaring dapat terbuka secara sempurna. Panjang tali ris atas pada
alat tangkap cantrang adalah 51,30 meter. Gambar tali ris atas dapat dilihat
pada Gambar 10.
33

Gambar 10 Tali ris atas cantrang.

6) Tali ris bawah


Tali ris bawah terbuat dari bahan yang sama dengan tali selambar, yaitu
bahan campuran (mixed rope) antara bahan PP (polypropylene), PA
(polyamide) dan bahan tekstil (cotton) dengan diameter 29 mm. Namun,
memiliki beberapa perbedaan desain antara tali ris bawah dengan tali
selambar, yaitu bagian tali ris bawah memiliki pemberat. Pemberat ini
terbuat dari bahan timah berbentuk lembaran yang dipasang dengan cara
dibalutkan pada tali dengan jarak 50 – 100 cm yang kemudian dibalut
kembali dengan bahan tekstil (cotton) dan ditandai dengan bahan plastik
terpal berwarna-warni. Fungsi pemasangan pemberat pada tali ris bawah ini
adalah agar pemberat tidak tersangkut pada substrat perairan saat dilakukan
operasi penangkapan. Pada tali ris bawah ini terdapat 15 kg pemberat timah.
Gambar tali ris bawah yang dilengkapi dengan pemberat timah dapat dilihat
pada Gambar 11.

Tali ris bawah Pemberat timah

Gambar 11 Tali ris bawah dan pemberat timah.


34

7) Pelampung (float)
Pelampung pada alat tangkap cantrang terdiri dari tiga jenis, dengan rincian
masing-masing sebagai berikut: a) pelampung tanda: terbuat dari gabus yang
dilapisi dengan plastik terpal dan diberi tiang bendera setinggi 3 meter; b)
pelampung pada bagian mulut pukat terdapat 2 buah, merupakan pelampung
yang terbuat dari plastik (PL) dengan nomor 200 dan 600; c) pelampung pada
masing-masing sayap merupakan pelampung yang terbuat dari bahan PL
dengan nomor 200 dan berjumlah masing-masing 1 buah;
8) Pemberat (sinker)
Pemberat pada alat tangkap cantrang dipasang pada beberapa bagian. Selain
pemberat yang terdapat pada tali ris bawah, terdapat juga pemberat pada
bagian mulut pukat yang terbuat dari batu atau dari semen dengan berat 5 kg.
Selain itu, terdapat pemberat pada bagian sayap yang berada tepat di bawah
pelampung (pemasangan pemberat ini tergantung kondisi arus pada setiap
operasi penangkapan). Pemberat ini terbuat dari batu dengan berat 2 kg.
Selain itu, terdapat pemberat pada bagian kantong (codend) seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Pemberat ini terbuat dari batu dengan berat lebih
kurang 7 kg. Pemberat lain yang terdapat pada cantrang adalah di bagian
danleno. Pemberat pada danleno ini masing-masing terdapat 2 buah dengan
berat total 5 kg.
9) Danleno
Danleno disebut juga dengan andem sebutan lokal nelayan Lamongan,
merupakan rangka yang terbuat dari besi berbentuk segitiga yang berfungsi
untuk mempertahankan posisi jaring dalam keadaan tegak. Danleno terdapat
pada masing-masing bagian sayap cantrang.

Spesifikasi teknis jaring cantrang yang terdapat di PPN Brondong yang


didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan dapat dilihat pada Tabel 12.
Panjang bagian secara memanjang dan melintang merupakan hasil perkalian
antara ukuran mata jaring (mesh size) dengan jumlah mata jaring tersebut.
Gambar teknis dan bentuk konstruksi alat tangkap cantrang dapat dilihat pada
Lampiran 3 dan 4.
35

Tabel 12 Spesifikasi teknis cantrang di PPN Brondong


Mesh Jumlah mata Panjang bagian kisi Total
No.
Bagian size Memanjang Melintang memanjang
kisi Memanjang Melintang
(mm) (m) (m) (m)
1 190 26 100 4,94 19,00
2 190 29 110 5,51 20,90
Sayap 3 190 29 130 5,51 24,70 25,96
4 185 29 130 5,36 24,05
5 160 29 115 4,64 18,40
6 134 10 330 1,34 44,22
7 110 17 480 1,87 52,80
8 89 24 496 2,14 44,14
9 69 29 496 2,00 34,22
10 72 29 464 2,09 33,41
11 61 24 464 1,46 28,30
12 49 29 418 1,42 20,48
Badan 13 49 29 363 1,42 17,79 22,53
14 49 29 312 1,42 15,29
15 37 47 260 1,74 9,62
16 33 46 260 1,52 8,58
17 30 30 300 0,90 9,00
18 30 29 250 0,87 7,50
19 30 29 250 0,87 7,50
20 30 49 250 1,47 7,50
Kantong 21 30 120 160 3,60 4,80 3,60
Total (m) - - - 51,49 - 52,09

Berdasarkan hasil pengukuran alat tangkap cantrang di PPN Brondong


didapatkan ukuran panjang masing-masing bagian seperti ditunjukkan pada Tabel
13.
Tabel 13 Hasil pengukuran panjang setiap bagian konstruksi
Nama
Nama bagian Panjang bagian (m)
bagian jaring
a Panjang mulut jaring 55,0
b Panjang total jaring 52,1
c Panjang bagian sayap atas 25,9
d Panjang bagian sayap bawah 25,9
e Panjang bagian badan jaring 22,6
f Panjang bagian kantong jaring 3,6
g1 Lebar ujung belakang sayap atas 18,4
g2 Lebar ujung depan sayap atas 19,0
h Setengah keliling mulut jaring 27,5
h1 Lebar ujung belakang sayap bawah 18,4
h2 Lebar ujung depan sayap bawah 19,0
i Lebar ujung depan badan 44,6
i1 Lebar ujung belakang badan 7,5
j Lebar ujung depan kantong 4,8
j1 Lebar ujung belakang kantong 4,8
l Panjang tali ris atas 51,3
m Panjang tali ris bawah 51,3
36

Berdasarkan hasil perbandingan bagian-bagian jaring cantrang sesuai


kriteria SNI 01-7236-2006 secara memanjang dan melintang didapatkan hasil
seperti ditunjukkan pada Tabel 14 dan Tabel 15.

Tabel 14 Hasil perbandingan bagian-bagian jaring secara memanjang


Perbandingan
Standar SNI Nilai aktual Keterangan
memanjang
l/m 0,890 - 1,035 1,000 Sesuai
l/b 0,935 - 1,090 0,996 Sesuai
m/b 0,970 - 1,130 0,996 Sesuai
a/b 1,095 - 1,275 1,068 Lebih kecil
c/b 0,535 - 0,625 0,504 Sayap lebih pendek
d/b 0,535 - 0,625 0,504 Lebih kecil
Sqr/b - - -
e/b 0,340 - 0,395 0,438 Badan lebih panjang
f/b 0,050 - 0,060 0,058 Sesuai

Tabel 15 Hasil perbandingan bagian-bagian jaring secara melintang


Perbandingan
Standar SNI Nilai aktual Keterangan
melintang
g2/h 0,535 - 0,625 0,691 Lebih besar
g1/h 0,935 - 0,840 0,669 Lebih kecil
h2/h 0,535 - 0,625 0,691 Lebih besar
h1/h 0,725 - 0,840 0,669 Lebih kecil
i/h 1 1,608 Lebih besar
i1/h 0,160 - 0,185 0,273 Lebih besar
j/h 0,070 - 0,080 0,145 Lebih besar
j1/h 0,070 - 0,080 0,145 Lebih besar

Berdasarkan hasil perbandingan bagian-bagian cantrang secara memanjang


dapat diketahui bahwa nilai a/b yaitu perbandingan panjang mulut dengan panjang
total jaring memiliki nilai yang lebih kecil daripada nilai SNI dengan selisih
0,027. Begitu juga dengan nilai c/b dan d/b yaitu perbandingan antara panjang
sayap dengan panjang total jaring memiliki nilai yang lebih kecil 0,031. Hal ini
berarti bahwa cantrang di PPN Brondong memiliki konstruksi yang sedikit lebih
pendek pada bagian sayap dari standar SNI. Sedangkan nilai e/b yaitu
perbandingan antara badan jaring dengan panjang total jaring memiliki nilai yang
lebih besar 0,043. Hal ini menunjukkan bahwa konstruksi cantrang di PPN
Brondong memiliki bagian badan yang lebih panjang daripada standar SNI.
Tujuan pembuatan badan yang lebih panjang ini adalah agar ikan yang sudah
tertangkap sulit untuk meloloskan diri.
37

Pada kriteria perbandingan melintang secara umum memiliki nilai yang


lebih besar daripada standar SNI. Hal ini menunjukkan bahwa cantrang di PPN
Brondong memiliki bentuk yang lebih lebar. Untuk melihat kesesuaian konstruksi
memanjang cantrang di PPN Brondong dengan konstruksi baku SNI 01-7236-
2006 dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Perbandingan cantrang PPN Brondong dengan SNI secara


memanjang.

Untuk melihat kesesuaian konstruksi melintang cantrang di PPN Brondong


dengan konstruksi baku SNI 01-7236-2006 dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Perbandingan cantrang PPN Brondong dengan SNI secara melintang.


38

Secara melintang konstruksi cantrang yang terdapat di PPN Brondong


memiliki ukuran yang lebih besar daripada standar baku konstruksi SNI. Ukuran
yang lebih besar ini bertujuan supaya mampu menghadang ikan dengan area
sapuan yang lebih lebar.
Perbandingan jumlah kisi yang digunakan pada masing-masing bagian alat
tangkap cantrang yang terdapat di PPN Brondong dengan SNI 2006 disajikan
pada Tabel 16.
Tabel 16 Perbandingan jumlah kisi jaring yang digunakan pada setiap bagian

Bagian jaring Standar SNI Nilai aktual Keterangan


Bagian sayap atas 4-6 kisi jaring 5 Sesuai
Bagian sayap bawah 4-6 kisi jaring 5 Sesuai
Bagian square - - -
Bagian badan jaring 5-7 kisi jaring 15 Badan lebih panjang
Bagian kantong 1-2 kisi jaring 1 Sesuai

Perbandingan konstruksi cantrang berdasarkan jumlah kisi-kisi jaring


menunjukkan bahwa secara umum cantrang di PPN Brondong sesuai dengan
standar SNI, namun ada perbedaan pada bagian badan jaring yang memiliki
jumlah kisi lebih banyak yaitu 15 kisi. Bagian badan jaring ini dibuat lebih
banyak dengan tujuan agar ikan yang sudah tertangkap sulit untuk meloloskan
diri.
Perbandingan bahan material dan ukuran mesh size yang digunakan pada
masing-masing bagian jaring dapat dilihat pada Tabel 17. Jenis bahan material
dan mesh size pada masing-masing kisi jaring dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 17 Bahan material dan ukuran mata jaring

Bahan material Mesh size


Bagian
jaring
Standar SNI Nilai aktual Standar SNI Nilai aktual
Bagian PE 380 d/6 - d/9 Atau R 101,6 ~ 203,3
PE Ø 18 - 24 dan PA 160 - 190
sayap 280-420 Tex Ø = 0,64 ~ mm ( 4 ~ 8
160 Ø 1,5 mm mm
atas 0,83 mm inch)
Bagian PE 380 d/6- d/9 Atau R PE 185 - PE 190 Ø 101,6 ~ 203,3
160 - 190
sayap 280-420 Tex Ø = 0,64 ~ 18 - 24 dan PA 160 Ø mm ( 4 ~ 8
mm
bawah 0,83 mm 1,5 mm inch)
Bagian
- - - -
square
Bagian
PE Ø 12 - 18 PA Ø 25,4 – 101,6 ( 1 30 - 134
badan PE380d/9 –d12
1.5 mm ~ 4 inch) mm
jaring
Bagian 19,1 ~ 25,4 mm
PE380d/9 –d12 PE Ø 18 30 mm
kantong ( ¾ ~ 1 inch)
39

Berdasarkan bahan material yang digunakan, cantrang di PPN Brondong


sebagian besar menggunakan jenis bahan PE (polyethylene), tetapi pada beberapa
bagian kisi jaring menggunakan jenis bahan PA (polyamide). Penggunaan bahan
PA karena bahan ini merupakan bahan yang tenggelam di dalam air. Tujuan
penggunaan bahan ini adalah agar jaring lebih cepat tenggelam. Sedangkan
berdasarkan ukuran mata jaring (mesh size) cantrang di PPN Brondong sesuai
dengan SNI, bahkan pada bagian kantong memiliki mesh size yang lebih besar
agar ikan yang kecil dapat meloloskan diri.

5.1.2 Kapal cantrang


Kapal/perahu merupakan salah satu dari unit penangkapan ikan. Kapal yang
digunakan untuk alat tangkap cantrang ini bermacam-macam, mulai dari ukuran
kecil sampai besar tergantung pada ukuran alat tangkap yang digunakan. Kapal
cantrang yang terdapat di PPN Brondong berkisar antara 3 – 20 GT. Gambar
salah satu kapal cantrang di PPN Brondong dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Kapal cantrang KM. Semi Jaya.


Kapal yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah KM. Semi Jaya
dengan dimensi utama kapal yaitu: panjang (LOA) 10 meter; lebar (B) 5 meter;
dan dalam (d) 1,25 meter. Kapal ini merupakan kapal kayu yang dibangun pada
tahun 2005 dengan volume kapal 6 GT.
40

Pada umumnya kapal cantrang yang terdapat di PPN Brondong memiliki


tiga buah mesin penggerak kapal. Fungsi penggunaan tiga buah mesin penggerak
ini adalah agar kapal cantrang memiliki kemampuan olah gerak yang baik. Selain
itu, mesin-mesin ini juga berfungsi sebagai mesin cadangan yang dapat digunakan
sebagai mesin bantu penggerak gardan ketika mesin utama gardan mengalami
kerusakan saat trip operasi penangkapan.
Kapal cantrang KM. Semi Jaya memiliki tiga buah motor penggerak. Dua
buah merupakan motor dengan merek Yanmar 30 PK dengan rpm mesin
maksimum 2400 rpm. Sedangkan satu mesin lainnya adalah Yanmar 23 PK.
Bahan bakar yang digunakan adalah solar. Dengan adanya tiga mesin penggerak,
kapal ini memiliki tiga buah propeller yang disusun dengan tujuan agar dapat
berolah gerak dengan sempurna dan mampu menahan beban penarikan jaring
ketika operasi penangkapan berlangsung. Kapal ini memiliki daun kemudi
manual berupa sebuah kayu yang dipasang tidak permanen. Selain digerakkan
oleh mesin penggerak, kapal ini juga digerakkan dengan menggunakan layar.
Layar ini hanya digunakan oleh nelayan ketika menuju fishing ground, agar dapat
bergerak dengan lebih cepat.
Kapal cantrang pada umumnya dilengkapi dengan palka ikan, kecuali untuk
kapal cantrang ukuran kecil dengan trip one day fishing. Kapal tersebut tidak
menggunakan palka tetapi menggunakan keranjang dan cool box tanpa
menggunakan es. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya operasional.
Palka yang digunakan untuk menampung ikan hasil tangkapan pada KM.
Semi Jaya terdiri atas enam lubang palka. Dengan dimensi masing-masing
panjang 1 meter; lebar 1,70 meter dan dalam 1,25 meter. Masing-masing palka
ini mampu menampung 1 ton ikan. Posisi bagian-bagian yang terdapat di atas
kapal KM. Semi Jaya dapat dilihat pada Gambar 15.
41

Gambar 15 Tata letak/layout KM. Semi Jaya.

5.1.3 Nelayan cantrang


Nelayan merupakan unsur utama dalam suatu unit penangkapan ikan.
Nelayan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses operasi
penangkapan. Anak buah kapal cantrang di PPN Brondong rata-rata terdiri dari 7
– 15 orang. Nelayan cantrang di PPN Brondong dapat diklasifikasikan
berdasarkan lama trip penangkapan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 18.

Tabel 18 Jumlah ABK berdasarkan lama trip penangkapan

Jenis cantrang Ukuran kapal Lama trip Jumlah ABK


Cantrang kecil < 5 GT 1 hari (one day fishing) 5 – 7 orang
Cantrang sedang 5 GT – 10 GT 5 – 7 hari 9 – 12 orang
Cantrang besar 10 GT – 20 GT 10 – 15 hari 10 – 15 orang
42

Untuk kelancaran dan efektivitas kinerja ABK pada kapal cantrang, masing-
masing ABK memiliki tugas dengan deskripsi pekerjaan tertentu. Pembagian dan
deskripsi pekerjaan masing ABK ditunjukkan pada Tabel 19.

Tabel 19 Deskripsi pekerjaan ABK cantrang

Pekerjaan Jumlah
No. Deskripsi kerja
ABK ABK
Kapten/ Memimpin trip penangkapan, menentukan waktu dan
1 Fishing tempat operasi penangkapan, mengemudikan kapal dalam 1 orang
Master waktu operasi, memantau kinerja ABK
Mengemudikan kapal dari fishing base menuju fishing
2 Juru mudi 1 – 5 orang
ground
Menghidupkan dan mematikan mesin serta merawat mesin
3 Juru mesin 1 – 3 orang
selama operasi
4 Juru tambat Menambatkan kapal di dermaga pelabuhan 1 – 2 orang
Juru perbaikan Memperbaiki jaring ketika terjadi kerusakan selama
5 1 – 3 orang
alat operasi
6 Juru masak Menyediakan makanan untuk seluruh ABK. 1 – 2 orang
Menggulung tali selambar selama hauling, menyortir hasil
7 ABK biasa Semua ABK
tangkapan

Kapten kapal biasanya sekaligus merangkap sebagai fishing master. Pada


nelayan cantrang tradisional biasanya dilakukan langsung oleh pemilik kapal,
tetapi pada skala usaha yang lebih besar kapten merupakan orang kepercayaan
dari pemilik kapal. Selain itu, pekerjaan juru mudi yang banyak dilakukan oleh
ABK, pada dasarnya adalah ABK biasa yang diberikan tugas tambahan oleh
kapten kapal untuk mengemudikan kapal dari fishing base menuju fishing ground.
Biasanya kapten memberikan pekerjaan juru mudi ini secara bergiliran.
Pada jenis unit penangkapan cantrang skala kecil, dengan ukuran kapal <5
GT dan trip penangkapan one day fishing, pembagian tugas ABK lebih sedikit.
Biasanya hanya terdiri dari kapten, juru mesin, dan ABK biasa.

5.2 Kajian Aspek Teknis Operasional Cantrang


5.2.1 Metode penangkapan ikan
Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap cantrang di Kabupaten
Lamongan, Jawa Timur dilakukan dengan beberapa jenis fishing trip, trip harian
dan trip mingguan. Trip harian (one day fishing) dilakukan oleh nelayan cantrang
tradisional dengan kapal yang lebih kecil. Trip mingguan dilakukan oleh nelayan
cantrang yang memiliki ukuran kapal yang lebih besar sehingga mampu
menampung perbekalan yang lebih banyak. Untuk trip penangkapan harian,
43

biasanya keberangkatan dari fishing base pada pukul 02.00 dini hari dan kembali
ke pelabuhan pada pukul 12.00 siang hari. Sedangkan untuk trip penangkapan
yang dilakukan secara mingguan, biasanya nelayan berangkat dari fishing base
pada pagi hari pukul 10.00 atau lebih pagi tergantung pada jarak ke fishing
ground. Biasanya nelayan baru melakukan operasi penangkapan ikan pada
keesokan harinya. Beberapa tahapan metode penangkapan ikan dengan
menggunakan alat tangkap cantrang dijelaskan sebagai berikut:

1) Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi tahap persiapan perbekalan melaut dari darat,
kemudian perjalanan menuju fishing ground. Operasi penangkapan ikan
dengan menggunakan cantrang dimulai dari pagi hari setelah subuh dan
berakhir sore hari menjelang maghrib. Nelayan yang bertugas dalam operasi
penangkapan ikan ini berjumlah sebanyak lebih kurang 7 - 12 orang dengan
deskripsi pekerjaan seperti yang dijelaskan pada Tabel 19. Tahap persiapan
operasi penangkapan ikan dimulai dari persiapan ABK dengan
mempersiapkan jaring, tali selambar serta pelampung tanda.
2) Setting
Tahapan setting atau pemasangan alat tangkap dimulai setelah kapten kapal
(fishing master) memberi aba-aba kepada ABK bahwa kapal telah berada
pada posisi daerah penangkapan yang baik. Anak buah kapal yang bertugas
langsung menurunkan pelampung tanda dari haluan kapal sebelah kanan yang
kemudian diikuti dengan menurunkan tali selambar sayap jaring bagian
kanan. Pada saat penurunan tali selambar ini kapal bergerak dengan gerakan
melengkung jauh dengan kecepatan rata-rata 6 – 7 knot. Ketika tali selambar
bagian kanan selesai diturunkan, maka selanjutnya adalah proses penurunan
bagian-bagian jaring. Bagian pertama yang diturunkan adalah sayap kanan
dengan menurunkan danleno terlebih dahulu. Gerakan kapal pada posisi ini
adalah membentuk setengah lingkaran dengan memposisikan kantong jaring
tepat berada pada bagian tengah sudut perputaran kapal. Setelah sayap kanan
selesai diturunkan, dilanjutkan dengan menurunkan bagian badan jaring.
Selanjutnya dilakukan penurunan sayap jaring sebelah kiri, kemudian diakhiri
dengan penurunan bagian kantong. Pada proses penurunan bagian-bagian
44

jaring, kapal bergerak dengan kecepatan rendah yaitu 3,3 knot. Setelah
seluruh bagian jaring diturunkan, kapal menuju ke pelampung tanda dengan
melanjutkan penurunan tali selambar bagian kiri. Ujung tali selambar bagian
kiri ini telah dipasang pada gardan. Setelah kapal berhasil menuju pelampung
tanda, ABK menaikkan pelampung tanda tersebut ke atas kapal dan
menggulung tali selambar bagian kanan pada kapstan bagian kanan. Pada
posisi ini tali selambar telah siap untuk ditarik. Proses setting ini
menghabiskan waktu rata-rata 12 menit. Alur proses setting ini dapat dilihat
pada Gambar 18.
3) Soaking
Setelah alat tangkap terpasang sempurna di perairan, nelayan tidak langsung
melakukan penarikan tali selambar, tetapi menunggu agar jaring tenggelam
sempurna di dasar perairan. Waktu tunggu ini rata-rata berlangsung selama 5
menit. Pada kesempatan ini ABK bersiap-siap dengan menyalakan mesin
gardan, mengatur posisi ABK di geladak kapal. Selain itu, waktu tunggu ini
dimanfaatkan untuk penyortiran ikan hasil tangkapan pada hauling
sebelumnya.
4) Hauling
Setelah diperkirakan jaring telah terpasang di dasar perairan, dengan aba-aba
dari kapten kapal, proses hauling (pengangkatan jaring) dimulai. ABK yang
bertugas sebagai operator mesin gardan menjalankan gardan dengan
kecepatan penarikan rendah. Pada kondisi awal penarikan ini, beban
penarikan sangat besar. Oleh karena itu, untuk menghindari putusnya tali
selambar, maka penarikan dilakukan dengan kecepatan rendah. Penarikan
dengan kecepatan rendah ini dilakukan hingga 7 gulung tali selambar.
Setelah 7 gulungan pertama, kecepatan mesin gardan dinaikkan. Setiap
penambahan 1 gulung dilakukan penambahan kecepatan penarikan hingga
kecepatan maksimum pada gulungan ke-12 hingga gulungan ke-21. Pada saat
penarikan tali selambar dengan gardan, mesin kapal berada dalam keadaan
hidup. Tujuan menghidupkan mesin utama kapal pada saat penarikan tali
selambar ini tidak untuk menghela jaring, tetapi untuk mempertahankan
45

posisi kapal agar tidak terseret ke arah belakang karena beban penarikan yang
sangat besar.
Setelah seluruh tali selambar berhasil ditarik keatas kapal, saatnya untuk
menarik jaring ke atas kapal. Penarikan jaring dilakukan oleh ABK secara
manual (tanpa bantuan mesin gardan). Penarikan dilakukan pada sisi kapal
sebelah kanan.
Setelah bagian kantong jaring yang berisi hasil tangkapan berhasil dinaikkan,
langsung dilakukan penyortiran hasil tangkapan oleh ABK. Dalam selang
waktu yang cepat (sekitar 1 menit), pelampung tanda kembali diturunkan
untuk melakukan operasi selanjutnya. Secara keseluruhan waktu yang
dibutuhkan untuk hauling ini adalah rata-rata 36 menit. Secara normal, waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu proses setting-hauling adalah 55
menit. Namun, jika ada kecelakaan atau gangguan selama proses bisa
memakan waktu yang lebih lama. Perhitungan lama waktu pada tahapan
operasi penangkapan ini dapat dilihat pada Lampiran 6.

Gambar 16 Proses hauling alat tangkap cantrang.

5) Sortir
Penyortiran dilakukan oleh beberapa ABK. Penyortiran yang dilakukan
berdasarkan jenis dan ukuran ikan hasil tangkapan. Jenis ikan yang memiliki
nilai ekonomis yang tinggi ditangani dengan lebih baik, dipisahkan dengan
46

menggunakan kantong plastik dan diberi es. Khusus untuk jenis lobster
diberi perlakuan khusus dengan perawatan agar tetap hidup karena nilai
jualnya yang sangat tinggi. Sedangkan untuk hasil tangkapan yang bernilai
ekonomis rendah dibuang kembali ke laut. Kecuali jika pada hari ketiga
operasi penangkapan jumlah ikan ekonomis yang tertangkap jumlahnya
sedikit, maka hasil tangkapan sampingan dengan nilai ekonomis rendah ikut
dimasukkan ke dalam palka. Proses penyortiran hasil tangkapan diatas kapal
dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Proses penyortiran hasil tangkapan.

Alur pengoperasian mulai dari setting hingga hauling pada alagt tangkap
cantrang dapat dilihat pada Gambar 18. Proses ini berlangsung berulang kali pada
saat operasi penangkapan dimulai pada pagi hari hingga berakhirnya penangkapan
pada sore hari. Rata-rata dalam satu hari operasi penangkapan dapat dilakukan 10
– 12 kali setting-hauling.

Gambar 18 Alur pengoperasian alat tangkap cantrang.


47

5.2.2 Alat bantu penangkapan gardan/winch


Gardan/winch adalah alat bantu penangkapan dengan menggunakan
permesinan. Gardan/winch sebagai alat bantu penangkapan berfungsi untuk
mempercepat proses penarikan tali selambar pada saat hauling. Dengan adanya
permesinan gardan/winch membuat proses penangkapan berlangsung lebih cepat
dan mudah. Berikut adalah spesifikasi mesin gardan yang digunakan untuk unit
penangkapan cantrang di PPN Brondong.
Mesin : Dongfeng
Kekuatan mesin : 30 PK
rpm maksimum : 2400
Lebar kapstan : 2,65 m
Panjang roda penggulung : 30 cm
Posisi gardan dari buritan kapal : 5,93 m
Posisi gardan diatas kapal berada pada bagian tengah kapal. Penarikan
dengan gardan/winch dapat dilakukan di bagian haluan maupun buritan kapal
dengan menggunakan alat bantu tambahan, yaitu roller (dewi-dewi). Gambar
gardan dan posisi gardan diatas kapal cantrang dapat ditunjukkan pada Gambar 19
dan Gambar 20.

Gambar 19 Gardan/winch sebagai alat bantu penangkapan pada cantrang.


48

Gambar 20 Spesifikasi ukuran dan posisi gardan/winch di atas kapal.

Pengoperasian gardan/winch dilakukan setelah cantrang terpasang di


perairan, tali selambar pada masing-masing ujung digulung pada penggulung
gardan. Kemudian mesin gardan dihidupkan dalam posisi stasioner (netral).
Setelah mendapat instruksi dari kapten kapal, ABK mulai menjalankan penarikan
tali selambar dengan menjalankan porseneling mesin gardan. Pada tahap awal
beban penarikan sangat besar karena tali selambar di perairan masih berbentuk
melingkar dan terbuka. Pada tahap ini mesin dijalankan dalam kecepatan rendah
dengan kecepatan putaran mesin rata-rata 419 rpm. Kecepatan seperti ini
dipertahankan hingga 7 gulung tali selambar berhasil ditarik. Setelah gulungan
ke-7 selesai, kecepatan penarikan ditambah sehingga kecepatan putaran mesin
menjadi rata-rata 584,5 rpm. Kecepatan putaran mesin terus ditingkatkan setiap
49

penambahan 1 gulung tali selambar hingga pada gulungan ke-12 sampai akhir
kecepatan putaran mesin pada posisi maksimal yaitu 985,1 rpm.
Mekanisme kerja mesin gardan yaitu poros mesin gardan akan
menggerakkan poros kapstan yang berfungsi untuk menarik tali selambar. Pada
poros ini terjadi reduksi putaran untuk menggerakkan penggulung (kapstan).
Perbandingan antara rpm motor penggerak dengan rpm penggulung (kapstan)
yang diukur dengan menggunakan alat tachometer dapat dilihat pada Gambar 21.

1200
1000
800
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8

RPM Motor penggerak RPM Kapstan

Gambar 21 Perbandingan rpm motor penggerak dengan penggulung (kapstan).


Perbandingan kecepatan putaran mesin motor penggerak gardan dengan
putaran penggulung (kapstan), yaitu 10 : 1. Artinya, 10 kali putaran mesin motor
penggerak menghasilkan satu kali putaran kapstan.
Pengoperasian gardan/winch memiliki beberapa tahapan kecepatan
penarikan. Tahapan pertama yaitu, tahap awal penarikan dengan kecepatan
rendah. Tahap kedua, yaitu penambahan kecepatan penarikan setiap penarikan
satu gulung tali selambar dari gulungan ke-7 hingga gulungan ke-12. Tahap
ketiga yaitu, penarikan dengan kecepatan penuh pada gulungan tali selambar ke-
12 sampai 20. Ilustrasi penarikan tali selambar dapat dilihat pada Gambar 22.
50

Gambar 22 Ilustrasi penarikan tali selambar.

Untuk mengetahui kecepatan penarikan tali selambar dengan menggunakan


gardan, maka dilakukan perhitungan kecepatan penarikan pada beberapa tingkatan
kecepatan. Berdasarkan data pengukuran rpm pada Lampiran 7 didapatkan hasil
perhitungan kecepatan penarikan gardan pada tingkat kecepatan penarikan yang
berbeda-beda, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Kecepatan penarikan tali selambar dengan gardan/winch

Kecepatan tarik kapstan


Kondisi penarikan rpm kapstan
= (π x d x n)
Stasioner/netral 0 0,00
Penarikan awal/rendah (7 gulung tali selambar) 42 928,35
Penambahan kecepatan awal (gulungan 8-9) 58 39,16
Penambahan kecepatan (gulungan 9-10) 76 51,31
Penambahan kecepatan (gulungan 10-11) 84 56,71
Penarikan kecepatan maksimum (gulungan 12-20) 98 66,16
Penarikan akhir (gulungan 21) 42 28,35
Rata-rata 38,58 meter/menit
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa rata-rata kecepatan penarikan
dengan menggunakan gardan adalah 38,58 meter/menit atau 0,64 m/detik.
Artinya bahwa untuk menggulung tali selambar sepanjang 1000 meter dalam
keadaan normal dibutuhkan waktu rata-rata yaitu 26 menit.
51

Berdasarkan perhitungan waktu proses setting-hauling menghabiskan waktu


rata-rata 55 menit. Jika waktu yang dibutuhkan untuk penarikan tali selambar
adalah 26 menit maka penggunaan alat bantu gardan dalam kondisi normal
mampu mempercepat proses operasi penangkapan.

5.2.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan


Keberhasilan operasi penangkapan ikan pada suatu lokasi penangkapan
sangatlah kompleks, hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang saling
mempengaruhi kegiatan operasi penangkapan ikan. Faktor-faktor tersebut secara
garis besar adalah sumberdaya ikan, teknologi penangkapan ikan, serta kondisi
lingkungan (Nelwan, 2004). Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
penangkapan ikan dengan alat tangkap cantrang adalah:
1) Faktor internal
Faktor internal berkaitan dengan unit penangkapan ikan. Kinerja dari
masing-masing unit penangkapan menentukan keberhasilan penangkapan.
Beberapa faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan operasi
penangkapan ikan adalah:
(1) Kekuatan dan ketahanan jaring dan tali selambar,
Kekuatan dan ketahanan bagian jaring dan tali selambar sangat berperan
penting dalam menentukan keberhasilan proses penangkapan. Jaring dan
tali selambar mendapat beban yang sangat besar selama proses penarikan
ke atas kapal, untuk itu dibutuhkan kekuatan dan ketahanan dalam
penggunaan yang berulang-ulang.
(2) Kemampuan fishing master dan ABK,
Kemampuan fishing master dalam membaca dan menentukan posisi
penangkapan, mengetahui arah arus dan angin sangat penting dalam
menentukan keberhasilan upaya penangkapan. Begitu juga dengan kinerja
ABK saling mempengaruhi dalam keberhasilan upaya penangkapan.
(3) Kemampuan olah gerak dan ketahanan kapal
Kemampuan kapal berolah gerak dalam proses setting dan ketahanan kapal
selama proses penarikan tali selambar berpengaruh besar dalam proses
operasi penangkapan.
52

2) Faktor eksternal
Faktor eksternal berkaitan dengan hal-hal yang terdapat diluar unit
penangkapan ikan, biasanya berupa faktor alamiah. Beberapa faktor eksternal
yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan adalah:
(1) Sumberdaya ikan
Keberadaan sumberdaya ikan di suatu perairan menentukan keberhasilan
upaya penangkapan.
(2) Cuaca dan musim
Cuaca dan musim berpengaruh dalam proses penangkapan.
(3) Arus
Nahkoda kapal harus memperhitungkan kondisi arus dalam proses
penangkapan ikan. Kesalahan dalam memperhitungkan arus dapat
menyebabkan jaring terbelit dan tidak terpasang secara sempurna.
(4) Substrat perairan
Kondisi substrat sangat berpengaruh terhadap pengoperasian alat tangkap
terutama untuk jenis alat tangkap yang beroperasi di dasar perairan.
Kondisi substrat pasir dan lumpur mempermudah proses operasi
penangkapan, sedangkan substrat berkarang dan berbatu dapat merusak
alat tangkap dan menyebabkan kegagalan operasi penangkapan.

5.2.4 Hasil tangkapan


Hasil tangkapan cantrang adalah sumberdaya ikan demersal. Berdasarkan
data hasil tangkapan selama trip operasi yang diikuti diperoleh sebanyak 40 jenis
ikan dengan berbagai macam ukuran dengan total penjualan 3.315 kg. Hasil
tangkapan dominan yang bernilai ekonomis cukup tinggi adalah jenis ikan
kuningan (kurisi) dan golok merah (swanggi). Ikan petek merupakan jenis yang
paling banyak tertangkap tetapi merupakan hasil tangkapan sampingan dan
biasanya dibuang kembali oleh nelayan.
Hasil tangkapan cantrang berdasarkan hasil operasi selama 4 hari
penangkapan ikan dari trip yang diikuti disajikan pada Tabel 21.
53

Tabel 21 Jenis dan bobot hasil tangkapan cantrang KM. Semi Jaya

No Nama lokal Nama Indonesia Nama ilmiah Bobot total (kg)


1 Kuningan Kurisi Upeneus vittatus 867
2 Kapasan Kapasan Gerres kapas 213
3 Kamojan Kamojan Parupeneus sp 37
5 Glomo Gulamah Nibea albiflora 179
6 Golok Merah Swanggi Priacanthus tayenus 232
7 Kerok Lencam Lutjanus spp. 14
8 Balak Beloso Synodus sp 147
9 Kucul Barakuda Sphyraena sp 25
10 Kuniran Biji nangka Upeneus sulphureus 13
12 Kakap merah Kakap merah Lutjanus spp. 16,5
13 Lengan besar Kerapu Cephalopholis sp. 2
14 Lengan susu Kerapu Cephalopholis sp. 12,5
15 Grubyak Ikan sebelah Psettodes erumei 41
17 Putihan Kwee Caranx sp 7
18 Tonang Remang Congresox talabon 25
19 Bunteg Buntal Tetraodon sp 49
21 Laosan Laosan Terapon sp 5,5
22 Pari Pari Aetobatus spp. 5
23 Sudu Ikan terompet Aulostomus sp 14
24 Cucut Cucut Carcharhinus sp 8
25 Cumi Cumi Loligo spp. 83
26 Cumi bentol Cumi Loligo spp. 9
27 Teropong kecil Sotong Sepia sp. 5
28 Pentolan Sotong Sepia sp. 6
30 Pepetek Petek Leiognathus sp. 1.200
31 Lain-lain/campuran - - 99,5
Total 3.315
Komposisi hasil tangkapan hasil operasi selama empat hari penangkapan
ditunjukkan pada Gambar 23.

Gambar 23 Komposisi hasil tangkapan cantrang.


54

Komposisi hasil tangkapan cantrang pada Gambar 23 merupakan 10 jenis


hasil tangkapan terbesar. Dapat dilihat bahwa hasil tangkapan yang dominan
adalah jenis ikan petek (Leiognathus sp.) dan ikan kurisi (Upeneus vittatus).
Namun, jenis ikan petek merupakan hasil tangkapan sampingan karena memiliki
nilai ekonomis yang rendah. Ikan jenis ini mendominasi setiap hauling, namun
pada hari pertama penangkapan jenis ikan ini dibuang kembali ke laut. Gambar
jenis ikan hasil tangkapan dapat dilihat pada Lampiran 8.

5.2.5 Daerah penangkapan ikan


Nelayan cantrang dengan trip operasi one day fishing melakukan operasi
penangkapan ikan di daerah pesisir utara Kabupaten Lamongan. Dengan jarak
tempuh menuju fishing ground rata-rata 3 jam dengan kecepatan kapal 6 knot.
Sedangkan kapal cantrang dengan trip mingguan atau lebih memiliki daerah
penangkapan yang lebih jauh. Berdasarkan hasil wawancara, daerah yang biasa
dikunjungi oleh nelayan adalah daerah sekitar Kepulauan Bawean, Kepulauan
Masalembo hingga daerah selatan Pulau Kalimantan. Berdasarkan data trip
operasi yang diikuti (Lampiran 9), daerah penangkapan ikan yaitu di selatan
perairan Bawean, dengan jarak tempuh dari PPN Brondong 9 jam dengan
kecepatan kapal 9 knot. Peta lokasi fishing ground dapat dilihat pada Gambar 6
dan peta posisi setting – hauling dapat dilihat pada Lampiran 10.

5.3 Kajian Finansial Usaha Perikanan Cantrang


Analisis usaha merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan suatu kegiatan usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Analisis finansial usaha perikanan cantrang
yang ingin diketahui meliputi analisis pendapatan usaha dan kriteria investasi
yang mencakup Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP).
Pada usaha perikanan cantrang khususnya pada unit KM. Semi Jaya
diterapkan sistem bagi hasil antara pemilik kapal dengan ABK. Sistem yang
diterapkan adalah 50% untuk pemilik dan 50% untuk gaji ABK. Pembagian ini
dilakukan pada pendapatan bersih pada setiap trip penangkapan.
55

5.3.1 Investasi
Biaya investasi usaha perikanan cantrang mencakup pembelian kapal
beserta perlengkapannya dan pembelian alat tangkap. Untuk lebih jelasnya
disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22 Aset investasi usaha cantrang KM. Semi Jaya

Jenis Jumlah Harga Total


Kapal 1 Rp 175.000.000 Rp 175.000.000
Motor penggerak Yanmar 30 PK 2 Rp 24.300.000 Rp 48.600.000
Motor Penggerak Yanmar 23 PK 1 Rp 11.000.000 Rp 11.000.000
Mesin bantu 1 Rp 10.300.000 Rp 10.300.000
Alat tangkap 2 Rp 2.000.000 Rp 4.000.000
Gardan 1 Rp 9.500.000 Rp 9.500.000
Tali selambar 44 Rp 340.000 Rp 14.960.000
Generator/solar system 1 Rp 5.500.000 Rp 5.500.000
Lainnya/administrasi dll. 1 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
Total Biaya Investasi - - Rp 283.860.000

Komponen biaya investasi yang terbesar adalah pembelian kapal beserta


kelengkapannya dengan total Rp 264.900.000, sedangkan biaya lainnya yaitu
biaya pembelian alat tangkap sebesar Rp 18.960.000. Total biaya investasi untuk
unit usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya yaitu Rp 283.860.000.

5.3.2 Biaya tetap (fixed cost)


Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam
setiap periode tertentu. Komponen biaya tetap untuk KM. Semi Jaya meliputi
biaya penyusutan dan biaya perawatan seperti yang disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23 Komponen biaya tetap usaha cantrang KM.Semi Jaya

Umur teknis
Aset investasi Biaya penyusutan Biaya perawatan
(tahun)
Kapal 20 Rp 8.750.000 Rp 4.380.000
Motor Yanmar 30 PK 10 Rp 4.860.000 Rp 1.000.000
Motor Yanmar 23 PK 10 Rp 1.100.000 Rp 500.000
Mesin bantu 10 Rp 1.030.000 Rp 450.000
Alat tangkap 2 Rp 2.000.000 Rp 750.000
Gardan 10 Rp 950.000 Rp 100.000
Tali selambar 2 Rp 7.480.000 Rp 100.000
Generator 10 Rp 550.000 Rp 200.000
Lainnya 5 Rp 1.000.000 -
Jumlah - Rp 27.720.000 Rp 7.480.000
Total Biaya Tetap Rp 35.200.000
56

Biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap tahun oleh pemilik usaha
perikanan cantrang KM. Semi Jaya berupa biaya penyusutan dan perawatan aset
investasi sebesar Rp 35.200.000. Biaya penyusutan yang terbesar adalah kapal,
sedangkan biaya penyusutan tali selambar dengan umur teknis 2 tahun cukup
besar juga karena komponen ini cepat mengalami kerusakan akibat pemakaian.

5.3.3 Biaya tidak tetap (variable cost)


Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap kali akan melakukan
trip penangkapan ikan. Biaya tidak tetap meliputi biaya perbekalan melaut; BBM,
es, logistik bahan makanan, dan biaya-biaya administrasi. Komponen biaya tidak
tetap ditunjukkan pada Tabel 24.

Tabel 24 Komponen biaya tidak tetap usaha cantrang KM. Semi Jaya

Jenis kebutuhan Biaya per trip Biaya per tahun


Perbekalan melaut Rp 7.478.050 Rp 239.297.600
Retribusi Rp 20.000 Rp 640.000
Biaya bongkar&sortir Rp 500.000 Rp 16.000.000
Total Biaya tidak tetap Rp 7.998.050 Rp 255.937.600

Biaya tidak tetap ini belum termasuk upah ABK, karena sistem usaha
perikanan cantrang KM. Semi Jaya menggunakan sistem bagi hasil 50%. Total
biaya sebelum upah ABK adalah Rp 35.200.000 + Rp 255.937.600 = Rp
291.137.600
Berdasarkan perhitungan pada pendapatan usaha dimana bagi hasil antara
ABK dan pemilik sebesar masing-masing Rp 161.631.200. Maka biaya total yang
dikeluarkan per tahun adalah penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya tidak
tetap dan upah ABK, yaitu:
TC = Rp 35.200.000 + Rp 255.937.600 + Rp 161.631.200
= Rp 452.768.800

5.3.4 Analisis pendapatan usaha


Berdasarkan data penjualan hasil tangkapan dari trip penangkapan yang
diikuti didapatkan hasil seperti yang ditunjukkan pada Tabel 25.
57

Tabel 25 Penjualan hasil tangkapan cantrang KM. Semi Jaya


Hasil tangkapan Nama Indonesia Jumlah (kg) Hasil per trip (Rp)
Pepetek Petek 1.200 Rp 1.200.000
Kuningan Kurisi 867 Rp 5.743.200
Golok Merah Swanggi 232 Rp 1.218.800
Kapasan Kapasan 213 Rp 660.300
Gulamah Gulamah 179 Rp 1.217.200
Balak Beloso 147 Rp 527.400
Cumi Cumi 103 Rp 890.500
Buntal Buntal 49 Rp 174.900
Ikan sebelah Sebelah 41 Rp 369.000
Lainnya (campuran) Campuran 38 Rp 290.000
Kamojan Kamojan 37 Rp 111.000
Rambangan Rambangan 26 Rp 70.200
Kucul Barakuda 25 Rp 73.000
Tonang Remang 25 Rp 312.500
Togek Sotong 21 Rp 94.500
Kerapu Kerapu 19,5 Rp 236.500
Kakap merah Kakap merah 16,5 Rp 288.500
Kakap putih Kakap putih 14 Rp 143.500
Sudu Terompet 14 Rp 25.200
Kuniran Biji nangka 13 Rp 91.000
Cucut Cucut 8 Rp 104.000
Putihan Kwee 7 Rp 112.000
Bukur Barakuda 5,5 Rp 50.875
Laosan Laosan 5,5 Rp 16.500
Pari Pari 5 Rp 30.000
Sembilang Sembilang 4 Rp 30.000
Lobster Lobster 2.5 Rp 320.000
Jumlah 3.315 Rp 14.400.575

Berdasarkan penjualan hasil tangkapan pada trip tersebut didapatkan hasil


Rp 14.400.575. Menurut pengakuan nelayan hasil tersebut adalah hasil yang
sedikit dibandingkan dengan hasil yang biasa didapatkan pada trip sebelumnya.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik kapal KM. Semi Jaya diketahui
bahwa pada trip tersebut termasuk dalam musim paceklik penangkapan, dimana
rata-rata nelayan di PPN Brondong memperoleh hasil tangkapan yang relatif lebih
sedikit dibandingkan dengan trip penangkapan pada bulan lain. Sehingga nilai
penjualan hasil tangkapan rata-rata pada bulan musim penangkapan cenderung
lebih rendah. Nilai penjualan rata-rata hasil tangkapan pada bulan musim
penangkapan dapat dilihat pada Tabel 26.
58

Tabel 26 Rata-rata perdapatan per trip pada bulan musim penangkapan

Musim Rata-rata penjualan/trip


Paceklik
Mei Rp 14.400.000
Juni Rp 13.000.000
Juli Rp 15.000.000
Sedang
Maret Rp 17.000.000
April Rp 19.000.000
Agustus Rp 18.000.000
Puncak
September Rp 25.000.000
Oktober Rp 23.000.000
November Rp 23.000.000
Desemeber Rp 22.000.000
Januari Rp 21.000.000
Februari Rp 20.000.000
Rata-rata Rp 19.200.000

Berdasarkan data penjualan pada musim penangkapan yang berbeda-beda


didapatkan rata-rata hasil penjualan nelayan cantrang setiap trip adalah Rp
19.200.000,00. Dengan waktu per trip selama 6 – 7 hari, maka nelayan cantrang
bisa melakukan trip maksimal sebanyak tiga kali setiap bulan. Dengan rata-rata
trip per tahun menurut pengakuan nelayan sebanyak 32 trip. Maka perhitungan
pendapatan nelayan cantrang selama satu tahun adalah
Rp 19.200.000,00 x 32 trip = Rp 614.400.000,00

Pendapatan per tahun yang didapatkan sebelum bagi hasil 50% dengan ABK
adalah (Kadariah et. al, 1999):
TR TC

= Rp 614.400.000,00 - Rp 291.137.600,00

= Rp 323.262.400,00

Keuntungan bersih per tahun yang diterima oleh pemilik kapal setelah bagi
hasil dengan ABK 50% adalah Rp 161.631.200.
59

5.3.5 Analisis kriteria investasi


Analisis kriteria investasi usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya meliputi
Net Present Value, Net Benefit - Cost Ratio, Internal Rate of Return, dan Payback
Period. Perhitungan Net Present Value dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27 Perhitungan Net Present Value (NPV) KM. Semi Jaya

Discount Present value


Penerimaan Net cash flow
Thn Biaya (Ct) factor (discount factor
(Bt) (Bt-Ct)
12.5 % 12.5%)
0 Rp 736.628.800 Rp - Rp (736.628.800) 1,00 Rp (736.628.800)
1 Rp 452.768.800 Rp 614.400.000 Rp 161.631.200 0,89 Rp 143.672.177
2 Rp 452.768.800 Rp 614.400.000 Rp 161.631.200 0,79 Rp 127.708.602
3 Rp 452.768.800 Rp 614.400.000 Rp 161.631.200 0,70 Rp 113.518.757
4 Rp 452.768.800 Rp 614.400.000 Rp 161.631.200 0,62 Rp 100.905.562
5 Rp 452.768.800 Rp 614.400.000 Rp 161.631.200 0,55 Rp 89.693.833
6 Rp 452.768.800 Rp 614.400.000 Rp 161.631.200 0,49 Rp 79.727.851
7 Rp 452.768.800 Rp 614.400.000 Rp 161.631.200 0,44 Rp 70.869.201
8 Rp 452.768.800 Rp 614.400.000 Rp 161.631.200 0,39 Rp 62.994.845
9 Rp 452.768.800 Rp 614.400.000 Rp 161.631.200 0,35 Rp 55.995.418
10 Rp 452.768.800 Rp 614.400.000 Rp 161.631.200 0,31 Rp 49.773.705
NPV Rp 158.231.157

Berdasarkan perhitungan Net Present Value menunjukkan bahwa hasil yang


diperoleh sesuai dengan umur ekonomis selama 10 tahun dan tingkat suku bunga
12,5% maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp 158.231.157. Hal ini menunjukkan
bahwa usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya memiliki nilai NPV benilai
positif yang berarti usaha ini layak.
Berdasarkan perhitungan (Lampiran 11) Net Benefit - Cost Ratio (Net B/C)
untuk usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya adalah 1,21. Artinya setiap
satuan biaya yang dikeluarkan mampu memberikan manfaat sebesar 1,21.
Berdasarkan kriteria investasi (Kadariah et al., 1999), usaha perikanan cantrang
KM. Semi Jaya layak.
Untuk menilai tingkat pengembalian internal suatu usaha digunakan analisis
Internal Rate of Return (IRR). Perhitungan IRR usaha perikanan cantrang KM.
Semi Jaya dapat dilihat pada Tabel 28.
60

Tabel 28 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) KM. Semi Jaya

Discount Discount
Tahun Present value DF 15% Present value DF 20%
factor 15% factor 20%
0 1,00 Rp (736.628.800,00) 1,00 Rp (736.628.800,00)
1 0,87 Rp 140.548.869,57 0,83 Rp 134.692.666,67
2 0,76 Rp 122.216.408,32 0,69 Rp 112.243.888,89
3 0,66 Rp 106.275.137,67 0,58 Rp 93.536.574,07
4 0,57 Rp 92.413.163,19 0,48 Rp 77.947.145,06
5 0,50 Rp 80.359.272,34 0,40 Rp 64.955.954,22
6 0,43 Rp 69.877.628,12 0,33 Rp 54.129.961,85
7 0,38 Rp 60.763.154,89 0,28 Rp 45.108.301,54
8 0,33 Rp 52.837.525,99 0,23 Rp 37.590.251,28
9 0,28 Rp 45.945.674,77 0,19 Rp 31.325.209,40
10 0,25 Rp 39.952.760,67 0,16 Rp 26.104.341,17
NPV Rp 74.560.795,52 Rp (58.994.505,85)

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai NPV+ adalah Rp 74.560.795,52


untuk discount factor 15%, sedangkan nilai NPV- adalah Rp (58.994.505,85)
untuk discount factor 20%. Berdasarkan perhitungan (Lampiran 12) didapatkan
nilai IRR yaitu 17,79%. Nilai IRR ini berarti usaha ini mampu memberikan
pengembalian atas investasi sebesar 17,79%. Menurut Gittinger (1986) nilai IRR
ini adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk
sumberdaya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-
biaya produksi dan investasi serta proyek baru sampai tingkat pulang modal.
Nilai IRR 17,79% merupakan nilai yang cukup rendah, namun jika dibandingkan
dengan kondisi sekarang dimana tingkat suku bunga tidak lebih besar dari 10%
usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya ini layak.
Periode pengembalian (payback period) didapatkan dengan perhitungan
total nilai investasi dibagi dengan keuntungan bersih pertahun.
PP = Rp 283.860.000/ Rp 161.631.200
= 1,76 tahun
Artinya usaha ini akan mampu mengembalikan modal awal investasi pada setelah
berjalan 1 tahun 9 bulan.
6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1) Cantrang yang terdapat di PPN Brondong memiliki perbedaan bentuk
konstruksi dengan bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang yang
dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional tahun 2006 dengan nomor
SNI 01-7236-2006. Bagian sayap lebih pendek sedangkan bagian badan lebih
panjang dan lebih lebar.
2) Berdasarkan proses operasi penangkapan rata-rata proses pengoperasian
setting – hauling menghabiskan waktu normal 55 menit dan dalam satu hari
rata-rata dapat dilakukan 11 kali operasi. Penggunaan alat bantu
penangkapan gardan membantu mempercepat proses operasi dengan
kecepatan penarikan rata-rata 0,64 m/detik. Hasil tangkapan sebanyak 40
jenis ikan, dengan tangkapan dominan adalah jenis ikan petek (Leiognathus
sp.), kurisi (Upeneus vittatus), swanggi (Priacanthus tayenus), biji nangka
(Upeneus sulphureus), kapasan (Gerres kapas) dan gulamah (Nibea
albiflora).
3) Usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya merupakan jenis usaha dengan
nilai investasi Rp 283.860.000 dengan periode pengembalian (payback
periode) 1,76 tahun (1 tahun 9 bulan). Keuntungan bersih yang didapatkan
adalah Rp Rp 161.631.200,00 per tahun. Nilai NPV (Net Present Value)
dengan tingkat suku bunga 12,5% adalah Rp 158.231.157,00 dan nilai Net
B/C adalah 1,21 serta IRR 17,79%. Dengan hasil perhitungan ini dapat
dinyatakan bahwa usaha perikanan cantrang KM. Semi Jaya layak.

6.2 Saran
1. Diperlukan peraturan mengenai penamaan yang jelas berbagai jenis alat
tangkap yang serupa dengan cantrang (dogol, payang, arad, trawl, dll.) sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia supaya tidak ada kesalahpahaman dalam
penggunaan nama alat tangkap dan pengelabuan nama terhadap jenis alat
tangkap yang dilarang.
62

2. Bentuk konstruksi cantrang yang terdapat di Kabupaten Lamongan khususnya


yang terdapat di PPN Brondong perlu diselaraskan secara keseluruhan dengan
Standar Nasional Indonesia agar lebih ideal.
3. Penggunaan nama pukat tarik untuk alat tangkap cantrang yang terdapat dalam
Standar Nasional Indonesia kurang tepat, sehingga disarankan agar
menggunakan nama sesuai International Standard Statistical Classification of
Fishing Gears – FAO.
63

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, N. 2006. Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Cantrang dan


Rawai Dasar Pantai Utara Jawa Tengah. Semarang: Balai Besar
Pengembangan Penangkapan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 14 halaman.

[BBPPI] Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. 2005. Bahan Rancangan


Standar Nasional Pukat Tarik Cantrang [tidak dipublikasikan]. Semarang:
Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. 12 halaman.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia Bentuk


Baku Konstruksi Pukat Tarik Cantrang. SNI 01-7236-2006. Jakarta: BSN. 5
halaman.

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2009. Kapal dan Alat Tangkap. [terhubung
tidak berkala]. www.pipp.dkp.go.id. [22 April 2009]

[DPKP] Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan Kabupaten Lamongan. 2008.


Laporan Lamongan Dalam Angka Bidang Perikanan dan Peternakan
Tahun 2008. Lamongan: DPKP

Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi kedua.


Penterjemah, Komet Mangiri, Slamet Sutomo. Jakarta: UI-Press..
Terjemahan dari: Economic Analysis of Agriculture. Second Edition. 579
halaman.

Google Earth. 2009. [Software]. USA: Next Map. [2 November 2009]

Gunawan, A. 2004. Analisis Pola Penangkapan dan Tingkat Pemanfaatan Ikan


Teri di Kabupaten Tuban, Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 90 halaman.

Iskandar, M. D. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Alat Penangkapan Ikan.


Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 103 halaman.

Kadariah, L. Karlina dan C Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta:


Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 181 halaman.

Nelwan, A. 2004. Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah


Penangkapan Ikan. [terhubung tidak berkala] www.rudyct.com/PPS702-
ipb/09145/alfa_nelwan.pdf. [1 Februari 2010].
64

Nomura, M dan T. Yamazaki. 1977. Fishing Techniques. Tokyo: Japan


International Coorperation Agency (JICA). 206 page.

[PPN Brondong] Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong. 2008. Laporan


Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong 2008. Lamongan: PPN
Brondong. 70 halaman.

Sirait, B. H. 2008. Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon,


Kabupaten Indramayu, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 96 halaman.

Subani, W dan H. R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di
Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. 248 halaman

Taufiq. 2008. Cantrang. [terhubung tidak berkala] www.fiqrin.wordpress.com.


[16 Februari 2009].

Thomson, D. B. 1969. The Seine Net. London: Fishing News (Books) Ltd. 206
page
LAMPIRAN
66

Lampiran 1 Alat yang digunakan dalam penelitian

Measuring board Roll meter

Timbangan Tachometer

Meteran GPS
67

Lampiran 2 Perhitungan catch per unit effort (CPUE)

Tahun Total Catch (ton) Standar effort (trip) CPUE std (ton/trip)
2004 38.854.232 1.090.376 35,63
2005 39.934.380 788.620 50,64
2006 37.618.316 737.820 50,99
2007 41.568.326 915.236 45,42
2008 63.593.969 915.300 69,48

Perhitungan regresi untuk menentukan nilai a dan b


SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.402677477
R Square 0.162149151
Adjusted R Square -0.117134466
Standard Error 13.02293226
Observations 5

ANOVA

df SS MS F Significance F
Regression 1 98.46611 98.46611015 0.58059 0.501509
Residual 3 508.7903 169.5967646
Total 4 607.2564
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%
Intercept (a) 82.68931 42.73449 1.934954965 0.148443 -53.3109 218.6895 -53.3109028 218.6895
X Variable 1 (b) -3.6E-05 4.76E-05 -0.761964274 0.501509 -0.00019 0.000115 -0.000187741 0.000115

67
68

Lampiran 2 (lanjutan)

C=a(f)+b(f^2)

Effort (f) Cacth (C) C/f


0 0 0.00
50,000 4,043,798 80.88
100,000 7,906,262 79.06
150,000 11,587,391 77.25
200,000 15,087,185 75.44
250,000 18,405,645 73.62
300,000 21,542,771 71.81
350,000 24,498,562 70.00
400,000 27,273,018 68.18
450,000 29,866,140 66.37
500,000 32,277,927 64.56
550,000 34,508,380 62.74
600,000 36,557,498 60.93
650,000 38,425,282 59.12
700,000 40,111,731 57.30
750,000 41,616,846 55.49
800,000 42,940,626 53.68
850,000 44,083,071 51.86
900,000 45,044,182 50.05
950,000 45,823,959 48.24
1,000,000 46,422,401 46.42
1,050,000 46,839,508 44.61
1,100,000 47,075,281 42.80
1,150,000 47,129,719 40.98
1,200,000 47,002,823 39.17
1,250,000 46,694,592 37.36
1,300,000 46,205,027 35.54
1,350,000 45,534,127 33.73
1,400,000 44,681,893 31.92
1450000 43648323.6 30.10
1500000 42433420.1 28.29
1550000 41037182.1 26.48
1600000 39459609.6 24.66
1650000 37700702.5 22.85
1700000 35760460.8 21.04
1750000 33638884.7 19.22
1800000 31335974 17.41
1850000 28851728.7 15.60
1900000 26186148.9 13.78
1950000 23339234.6 11.97
2000000 20310985.8 10.16
2050000 17101402.4 8.34
2100000 13710484.4 6.53
2150000 10138232 4.72
2200000 6384644.94 2.90
2250000 2449723.39 1.09
2275000 414262.157 0.18
2280000 1729.87544 0.00
0 0 0.00
C optimum = - a2/4b  47.133.338 Kg F optimum = - a/2b  1.140.010 trip
69

Lampiran 3 Gambar teknis pukat tarik cantrang


Lampiran 4 Gambar konstruksi pukat tarik cantrang

70
70
Lampiran 5 Jenis bahan dan ukuran mata jaring (mesh size) pada masing-masing bagian jaring

Bagian sayap atas Bagian sayap bawah Bagian badan Bagian kantong
Kisi 1 = PA 134 mm Ø 1,5 mm
Kisi 2 = PE 110 mm Ø 18
Kisi 3 = PE 89 mm Ø 12
Kisi 4 = PE 69 mm Ø 15
Kisi 5 = PE 72 mm Ø 12
Kisi 1 = PE 190 mm Ø 18 Kisi 1 = PE 190 mm Ø 18 Kisi 6 = PE 61 mm Ø 12
Kisi 2 = PE 190 mm Ø 24 Kisi 2 = PE 190 mm Ø 24 Kisi 7 = PE 49 mm Ø 12
Kisi 3 = PE 190 mm Ø 24 Kisi 3 = PE 190 mm Ø 24 Kisi 8 = PE 49 mm Ø 13 PE 30 mm Ø 18
Kisi 4 = PE 185 mm Ø 18 Kisi 4 = PE 185 mm Ø 18 Kisi 9 = PE 49 mm Ø 14
Kisi 5 = PA 160 mm Ø 1,5 mm Kisi 5 = PA 160 mm Ø 1,5 mm Kisi 10 = PE 37 mm Ø 15
Kisi 11 = PE 33 mm Ø 15
Kisi 12 = PE 30 mm Ø 15
Kisi 13 = PE 30 mm Ø 16
Kisi 14 = PE 30 mm Ø 17
Kisi 15 = PE 30 mm Ø 18

71
Lampiran 6 Data waktu operasi penangkapan
Waktu
Hari/tanggal Setting No. Setting Hauling
Jeda waktu
Waktu mulai Waktu selesai Selisih waktu Waktu mulai Waktu selesai Selisih waktu
1 4:55 5:10 0:15 0:05 5:15 6:55 1:40
2 6:55 7:10 0:15 0:05 7:15 7:47 0:32
3 7:48 8:00 0:12 0:05 8:05 8:40 0:35
4 8:40 8:55 0:15 0:10 9:05 9:40 0:35
5 9:47 10:00 0:13 0:07 10:07 10:45 0:38
7-May-09 6 10:45 11:00 0:15 0:05 11:05 11:43 0:38
7 11:43 11:58 0:15 0:06 12:04 12:42 0:38
8 12:42 12:59 0:17 0:07 13:06 13:40 0:34
9 13:45 14:00 0:15 0:04 14:04 14:35 0:31
10 14:35 14:50 0:15 0:07 14:57 15:34 0:37
11 15:34 15:50 0:16 0:05 15:55 16:35 0:40
1 5:25 5:40 0:15 0:05 5:45 6:25 0:40
2 6:25 6:40 0:15 0:04 6:44 7:15 0:31
3 7:15 7:26 0:11 0:04 7:30 8:05 0:35
4 8:20 8:35 0:15 0:05 8:40 9:15 0:35
5 9:15 9:30 0:15 0:05 9:35 10:15 0:40
8-May-09 6 10:15 10:30 0:15 0:05 10:35 11:15 0:40
7 11:15 11:30 0:15 0:05 11:35 12:10 0:35
8 12:15 12:30 0:15 0:05 12:35 13:15 0:40
9 14:00 14:15 0:15 0:03 14:18 14:45 0:27
10 14:45 14:50 0:05 0:10 15:00 15:35 0:35
11 15:35 15:40 0:05 0:15 15:55 16:30 0:35
1 5:30 5:40 0:10 0:10 5:50 6:20 0:30
2 6:45 7:00 0:15 0:05 7:05 7:40 0:35
3 7:40 7:52 0:12 0:03 7:55 8:25 0:30
9-May-09
4 8:25 8:33 0:08 0:07 8:40 8:53 0:13
5 8:53 9:10 0:17 0:05 9:15 9:45 0:30
6 10:21 10:35 0:14 0:05 10:40 11:10 0:30

72
Lampiran 6 (lanjutan)
Waktu
Hari/tanggal Setting No. Setting Hauling
Jeda waktu
Waktu mulai Waktu selesai Selisih waktu Waktu mulai Waktu selesai Selisih waktu
7 11:40 11:55 0:15 0:05 12:00 12:35 0:35
8 13:15 13:30 0:15 0:10 13:40 14:10 0:30
9 –May-09 9 14:10 14:25 0:15 0:05 14:30 15:05 0:35
10 15:05 15:15 0:10 0:05 15:20 15:55 0:35
11 15:55 16:05 0:10 0:05 16:10 16:45 0:35
1 5:37 5:45 0:08 0:04 5:49 6:20 0:31
2 6:25 6:35 0:10 0:05 6:40 7:15 0:35
3 7:15 7:25 0:10 0:05 7:30 8:07 0:37
4 8:07 8:17 0:10 0:00 8:17 9:00 0:43
10-May-09 5 9:20 9:30 0:10 0:00 9:30 10:10 0:40
6 10:30 10:40 0:10 0:05 10:45 11:20 0:35
7 12:20 12:35 0:15 0:05 12:40 13:15 0:35
8 13:15 13:25 0:10 0:00 13:25 14:05 0:40
9 14:05 14:18 0:13 0:02 14:20 15:00 0:40
Waktu rata-
11 12 menit 5 menit 36 menit
rata

73
Lampiran 7 Data pengukuran RPM mesin dan penggulung gardan

Pengukuran RPM Motor penggerak Penggulung gardan Perbandingan RPM


Stasioner/netral 422,3 0 -
Penarikan awal/rendah (7 gulung tali selambar) 419,0 42 9,97
Penambahan kecepatan awal (gulungan 8-9) 584,5 58 10,07
Penambahan kecepatan (gulungan 9-10) 754,2 76 9,92
Penambahan kecepatan (gulungan 10-11) 902,2 84 10,74
Penarikan kecepatan maksimum (gulungan 12-20) 985,1 98 10,05
Penarikan akhir (gulungan 21) 419,0 42 9,97
Stasioner/netral 0 0 -
Perbandingan RPM rata-rata - - 10,12

74
75

Lampiran 8 Jenis ikan hasil tangkapan

Kurisi (Kuningan) Pepetek (Petek)

Swanggi (Golok merah) Kapasan

Beloso (balak) Kerapu (lengan)

Kamojan Gulamah
Lampiran 9 Log Book operasi penangkapan
Set Daerah Lat Long Lat Long Substrat dasar Hasil
Tanggal Depth Keterangan
no. penangkapan setting setting hauling hauling perairan tangkapan
7 Mei 2009 1 Selatan Bawean 6.1320 112.6855 6.1305 112.6857 Lumpur dan Karang 67.5 2 keranjang Jaring tersangkut
7 Mei 2009 2 Selatan Bawean 6.1023 112.6814 6.1004 112.6749 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
7 Mei 2009 3 Selatan Bawean 6.0992 112.6745 6.0983 112.6670 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang
7 Mei 2009 4 Selatan Bawean 6.0977 112.6677 6.0953 112.6586 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
7 Mei 2009 5 Selatan Bawean 6.0807 112.6589 6.0790 112.6564 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
7 Mei 2009 6 Selatan Bawean 6.0754 112.6535 6.0754 112.6490 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang
7 Mei 2009 7 Selatan Bawean 6.0727 112.6423 6.0711 112.6375 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang
7 Mei 2009 8 Selatan Bawean 6.0710 112.6327 6.0686 112.6278 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang
7 Mei 2009 9 Selatan Bawean 6.0685 112.6195 6.0680 112.6156 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
7 Mei 2009 10 Selatan Bawean 6.0690 112.6084 6.0678 112.6066 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
7 Mei 2009 11 Selatan Bawean 6.0682 112.5990 6.0681 112.5949 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
8 Mei 2009 12 Selatan Bawean 6.0582 112.6514 6.0575 112.6499 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang
8 Mei 2009 13 Selatan Bawean 6.0573 112.6446 6.0568 112.6436 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang
8 Mei 2009 14 Selatan Bawean 6.0508 112.6363 6.0564 112.6353 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
8 Mei 2009 15 Selatan Bawean 6.0707 112.6446 6.0710 112.6416 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
8 Mei 2009 16 Selatan Bawean 6.0721 112.6358 6.0719 112.6325 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
8 Mei 2009 17 Selatan Bawean 6.0735 112.6263 6.0735 112.6217 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
8 Mei 2009 18 Selatan Bawean 6.0752 112.6132 6.0747 112.6089 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang
8 Mei 2009 19 Selatan Bawean 6.0698 112.6020 6.0700 112.5979 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang
8 Mei 2009 20 Selatan Bawean 6.0470 112.6375 6.0470 112.6332 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang
8 Mei 2009 21 Selatan Bawean 6.0488 112.6261 6.0480 112.6230 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
8 Mei 2009 22 Selatan Bawean 6.0508 112.6155 6.0507 112.6132 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
9 Mei 2009 23 Selatan Bawean 6.0579 112.6332 6.0580 112.6319 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang
9 Mei 2009 24 Selatan Bawean 6.0644 112.6322 6.0966 112.6445 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
9 Mei 2009 25 Selatan Bawean 6.0988 112.6389 6.0994 112.6370 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang Dapat jaring rusak
9 Mei 2009 26 Selatan Bawean 6.1005 112.6310 6.1009 112.6292 Pasir dan Lumpur 67.5 4 keranjang
9 Mei 2009 27 Selatan Bawean 6.1033 112.6236 6.1037 112.6210 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang

76
Lampiran 9 (lanjutan)
Set Daerah Lat. Long. Lat. Long. Substrat dasar Hasil
Tanggal Depth Keterangan
no. Penangkapan Setting Setting Hauling Hauling perairan tangkapan
9 Mei 2009 28 Selatan Bawean 6.1052 112.6150 6.1053 112.6121 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
9 Mei 2009 29 Selatan Bawean 6.0784 112.5828 6.0777 112.5803 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
9 Mei 2009 30 Selatan Bawean 6.1218 112.6146 6.1231 112.6100 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang
9 Mei 2009 31 Selatan Bawean 6.1249 112.6037 6.1255 112.5997 Pasir dan Lumpur 67.5 4 keranjang
9 Mei 2009 32 Selatan Bawean 6.1287 112.5928 6.1287 112.5899 Pasir dan Lumpur 67.5 4 keranjang
9 Mei 2009 33 Selatan Bawean 6.1313 112.5832 6.1326 112.5794 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang
Hujan badai + puting
10 Mei 2009 34 Selatan Bawean 6.1430 112.6063 6.1424 112.5926 Pasir dan Lumpur 67.5 11 keranjang beliung
Hujan badai + puting
10 Mei 2009 35 Selatan Bawean 6.1436 112.6036 6.1430 112.5906 Pasir dan Lumpur 67.5 2 keranjang beliung
Hujan badai + puting
10 Mei 2009 36 Selatan Bawean 6.1430 112.5992 6.1436 112.5871 Pasir dan Lumpur 67.5 3 keranjang beliung
Hujan badai + puting
10 Mei 2009 37 Selatan Bawean 6.1492 112.5991 6.1535 112.5855 Pasir dan Lumpur 67.5 beliung
Hujan badai + puting
10 Mei 2009 38 Selatan Bawean Pasir dan Lumpur 67.5 beliung
Hujan badai + puting
10 Mei 2009 39 Selatan Bawean Pasir dan Lumpur 67.5 beliung
Hujan badai + puting
10 Mei 2009 40 Selatan Bawean Pasir dan Lumpur 67.5 beliung
Hujan badai + puting
10 Mei 2009 41 Selatan Bawean Pasir dan Lumpur 67.5 beliung
Hujan badai + puting
10 Mei 2009 42 Selatan Bawean 6.2755 112.5579 6.2785 112.5494 Pasir dan Lumpur 67.5 5 Keranjang beliung

77
78

Lampiran 10 Posisi setting – hauling trip penangkapan

Lokasi penangkapan di selatan Pulau Bawean (Google Earth, 2009)

Lokasi setting – hauling hari ke-1 (Google Earth, 2009)

Lokasi setting – hauling hari ke-2 (Google Earth, 2009)


79

Lampiran 10 (lanjutan)

Lokasi setting – hauling hari ke-3 (Google Earth, 2009)

Lokasi setting – hauling hari ke-4 (Google Earth, 2009)


80

Lampiran 11 Perhitungan analisis finansial KM. Semi Jaya

Perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Tahun Present value (DF 12.5%)


0 Rp (736,628,800.00)
1 Rp 143,672,177.78
2 Rp 127,708,602.47
3 Rp 113,518,757.75
4 Rp 100,905,562.44
5 Rp 89,693,833.28
6 Rp 79,727,851.81
7 Rp 70,869,201.61
8 Rp 62,994,845.87
9 Rp 55,995,418.55
10 Rp 49,773,705.38

Perhitungan Internal Rate of Return (IRR)

Discount Discount
Tahun Present value DF 15% Present Value DF 20%
factor 15% factor 20%
0 1,00 Rp (736.628.800,00) 1,00 Rp (736.628.800,00)
1 0,87 Rp 140.548.869,57 0,83 Rp 134.692.666,67
2 0,76 Rp 122.216.408,32 0,69 Rp 112.243.888,89
3 0,66 Rp 106.275.137,67 0,58 Rp 93.536.574,07
4 0,57 Rp 92.413.163,19 0,48 Rp 77.947.145,06
5 0,50 Rp 80.359.272,34 0,40 Rp 64.955.954,22
6 0,43 Rp 69.877.628,12 0,33 Rp 54.129.961,85
7 0,38 Rp 60.763.154,89 0,28 Rp 45.108.301,54
8 0,33 Rp 52.837.525,99 0,23 Rp 37.590.251,28
9 0,28 Rp 45.945.674,77 0,19 Rp 31.325.209,40
10 0,25 Rp 39.952.760,67 0,16 Rp 26.104.341,17
NPV Rp 74.560.795,52 Rp (58.994.505,85)
81

Lampiran 11 (lanjutan)

IRR = 17,79%

Anda mungkin juga menyukai