, et al)
ABSTRAK
Ikan kurisi (Nemipteridae) termasuk kelompok ikan demersal yang memiliki salah satu sifat
melakukan ruaya yang tidak terlalu jauh dan aktivitas gerak yang relatif rendah. Sifat ini mengakibatkan
daya tahan ikan kurisi ini menjadi rendah terhadap tekanan penangkapan. Ukuran ikan yang
tertangkappun cenderung semakin kecil. Analisis produktivitas dan kerentanan (PSA) merupakan
sebuah cara yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kerentanan stok dengan dasar produktivitas
biologi dan kerentanan perikanan yang mengeksploitasinya. Dengan menggunakan analisis PSA ini
maka dapat digambarkan tingkat resiko ikan kurisi akibat penangkapannya. Hasil penilaian PSA
menghasilkan jenis N. japonicus dan N. gracilis memiliki resiko tinggi terhadap penangkapan dan N.
hexodon beresiko sedang dan N. mesoprion memiliki resiko yang rendah terhadap penangkapan.
Ini ditunjukkan dengan penilaian terhadap atribut produktivitas yang memberikan nilai yang relatif
sama terhadap keempat jenis ikan kurisi (1,71-2,14), sedangkan nilai atribut kerentanan N. Japonicus
dan N. gracilis adalah tinggi dan N. hexodon adalah sedang dan nilai atribut kerentanan terhadap
dan N. mesoprion adalah rendah.
Kata Kunci: ikan kurisi, cantrang, produktivitas, kerentanan dan resiko penangkapan
ABSTRACT
KEY WORDS: Nemipterus spp., danish seine net, productivity, susceptibility and risk of fishing
(PSA) merupakan salah satu yang dapat digunakan BAHAN DAN METODE
untuk mengevaluasi kerentanan stok. Kajian ini
menilai berdasarkan produktivitas biologi dan Analisis produktivitas dan kerentanan (PSA)
kerentanan perikanan yang mengeksploitasi itu. ERA merupakan analisis semi kuantitatif dari resiko yang
dapat digunakan untuk penelitian dengan fokus ditimbulkan akibat penangkapan. PSA menilai
spesies dengan kerentanan tinggi dengan informasi berdasarkan pada dua kakarteristik, yaitu: a)
biologi yang sedikit (Braccini et al., 2006 dalam kerentanan, dimana dampak ekologi ditentukan oleh
Cortes et al., 2009). Kurangnya data catch dan effort kerentanan dari akibat penangkapan dan b)
yang bersifat time series dalam pengkajian stok dan produktifitas, yang mana menentukan tingkat dimana
adanya ketidakpastian data, maka pendekatan ini unit stok dapat kembali pulih setelah potensial deplesi
dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies yang atau kerusakan akibat kegiatan penangkapan.
lebih atau kurang beresiko. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menggambarkan tingkat resiko akibat Penilaian terhadap produktivitas ditentukan
penangkapan dengan melihat nilai produktivitas dan menurut pertumbuhan spesies, karakteristik tingkat
kerentanannya pada beberapa spesies ikan kurisi kematangan (maturity), trophic level dan fekunditas.
hasil tangkapan cantrang di Laut Jawa. Hasil Atribut produktivitas dan nilai disajikan pada Tabel 1.
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi Batasan penilaian atribut produktivitas ditentukan
identifikasi stok yang paling rentan terhadap melalui diskusi dengan para peneliti lingkup Pusat
penangkapan sehingga dapat diketahui langkah- Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi
langkah pengelolaannya. Sumberdaya Ikan dan lembaga penelitian lainnya.
Kerentanan menilai berdasarkan pada overlap dari (rendah) sampai 3 (tinggi) untuk satu set standar
daerah penangkapan dibandingkan dengan kisaran atribut terkait dengan setiap indeks. Nilai untuk indeks
spesies (overlap penyebaran geografis dan produktivitas dan kerentanan yang dihasilkan
kedalaman / habitat), kemungkinan penangkapan kemudian ilustrasi dalam grafis dan ditampilkan pada
(seperti ukuran spesies dengan mesh size) dan scatter plot XY. Stok dengan produktivitas rendah dan
kemungkinan bertahan hidup setelah ditangkap (Tabel 2). kerentanan tinggi dianggap beresiko tinggi dan stok
dengan nilai produktivitas tinggi dan kerentanan
Produktivitas dan kerentanan dari suatu stok rendah dianggap berisiko rendah.
ditentukan dengan memberikan nilai mulai dari 1
214
Produktivitas dan Kerentanan Ikan Kurisi…………Tangkapan Cantrang di Laut Jawa (Triharyuni., et al)
4000
Ikan kurisi merupakan salah satu jenis ikan 3500
demersal yang cukup dominan di Laut Jawa (Badrudin
3000
et al., 2010). Alat tangkap yang digunakan untuk
Produksi (ton)
2500
menangkap ikan kurisi adalah cantrang dengan ukuran
kapal berkisar antara 5-50 GT. Berdasarkan data 2000
215
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.19 No. 4 Desember 2013 : 213-220
Nemipterus gracilis (Bleeker, 1873), memiliki Analisis produktivitas dan kerentanan (PSA)
merupakan jenis bentik yang hidup di dasar perairan dilakukan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
yang berlumpur dan berpasir yang dapat mencapai sumberdaya ikan kurisi berdasarkan tingkat resiko
kedalaman 30-90 m. N. gracilis dapat mencapai akibat penangkapan.Tujuh atribut dan penilaian dalam
panjang maksimum 18 cm SL, sebagian besar produktivitas akan selalu sama untuk spesies yang
panjangnya 15 cm SL (Russell, 1990). merupakan satu stok. Hasil penilaian terhadap atribut
produktivitas terlihat pada Tabel 3 dibawah ini.
Penilaian atribut produktivitas ikan kurisi kurang dari 40 meter (Badrudin et al., 2010) seperti
(Nemipterus spp.) memberikan nilai produktivitas disajikan pada Tabel 4.
tinggi pada atribut rata-rata umur dan ukuran matang
gonad. Penilaian untuk atribut rata-rata umur dan Nilai rata-rata produktivitas dan kerentanan untuk
panjang maksimum memberikan nilai produktivitas setiap unit analisis kemudian digunakan untuk
tinggi dan menengah. Selanjutnya penilaian terhadap menempatkan unit individu analisis plot 2D (Gambar
atribut fekunditas dan stategi reproduksi memberikan 2). Nilai risiko secara keseluruhan untuk unit adalah
nilai produktivitas yang menengah sedangkan untuk jarak Euclidean dari grafik. Apabila nilai produktivitas
thropic level memberikan resiko yang tinggi. dan kerentanan dengan skala nilai 1-3 diasumsikan
memiliki kemungkinan yang sama, maka 1/3 nilai
Penilaian atribut kerentanan dilakukan pada alat keseluruhan risiko akan lebih besar dari 3,18 (berisiko
tangkap cantrang yang beroperasi di Laut Jawa. tinggi), 1/3 berada diantara 2,64-3,18 (resiko sedang),
Penilaian terhadap atribut kerentanan memberikan dan 1/3 akan lebih rendah dari 2,64 (risiko rendah).
hasil bahwa ikan kurisi hasil tangkapan cantrang Hasil perhitungan nilai PSA memberikan nilai untuk
memiliki nilai kerentanan yang tinggi kecuali untuk N. mesoprion sebesar 2,48 yang berarti memiliki
jenis ikan N. mesoprion dan N. hexodon yang terdapat resiko rendah terhadap penangkapan. Penilaian pada
nilai kerentanan yang rendah terhadap kemampuan N. hexoodon sebesar 2,70 dan nilai ini pada kisaran
tertangkap (overlap dengan alat tangkap), hal ini 2.64-3.18, maka N. hexoodon berada pada kategori
diduga karena jenis ikan ini melimpah pada kedalaman resiko sedang, sedangkan untuk N. japonicas dan N.
mencapai 50 meter (Russell, 1990) sedangkan gracilis memiliki nilai PSA sebesar 3,69 dan 3,46 yang
kedalaman alat tangkap cantrang yang digunakan berarti memiliki resiko tinggi.
216
Produktivitas dan Kerentanan Ikan Kurisi…………Tangkapan Cantrang di Laut Jawa (Triharyuni., et al)
Susceptibility Scores
Productivity Scores [1 3] [1 3] PSA scores
Total (multiplicative)
Encounterability
Availability
PSA Score
Selectivity
Fecundity
(average)
Scientific Name
Nemipterus
2 2 2 2 2 2 3 2.14 3 3 3 3 3.00 3.69 High <60
japonicus
Nemipterus
2 1 3 1 1 2 3 1.86 3 1 3 3 1.65 2.48 Low >80
mesoprion
Nemipterus
2 1 3 2 2 2 3 2.14 3 1 3 3 1.65 2.70 Med 60-80
hexodon
emipterus gracilis 2 1 2 1 1 2 3 1.71 3 3 3 3 3.00 3.46 High <60
2.5 cantrang kecil (< 20 GT) berkisar 15% (1-2 ton) dan
untuk hasil tangkapan cantrang besar (10-50 GT)
berkisar 35% (10-40 ton) dari total tangkapan. Untuk
2.0
pendaratan di Blanakan, hasil tangkapan ikan kurisi
Nemipterus Nemipterus
mesoprion hexodon dari kapal cantrang kecil (5-20 GT) berkisar antara 2-
10,7% dari total hasil tangkapan ikan. Kejadian ini
1.5
hampir sama dengan hasil tangkapan trawl tahun
1975-1979 (Losse & Dwiponggo, 1977; Badrudin,
1985; Nugroho & Badrudin (1987) dan hasil penelitian
1.0
1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
oleh Sumiono et al. (2002) bahwa Nemipteridae
(<-High Productivity (Low->)
(kurisi) merupakan salah satu hasil tangkapan
dominan dari trawl, yaitu sekitar 12-13% dari total
tangkapan. Suhendrata dan Pawarti (1991)
Gambar 2. Nilai produktivitas dan kerentanan ikan
melaporkan bahwa hasil tangkapan cantrang Demak
kurisi tertangkap di Laut Jawa
merupakan ikan demersal dengan ukuran kecil
Figure 2. Productivity and susceptibility value of
termasuk didalamnya ikan kurisi. Ditambahkan lagi
threadfin bream caught in Java sea
dengan hasil penelitian di PPN Brondong yang
BAHASAN menyatakan bahwa ikan kurisi merupakan salah satu
tangkapan dominan (Sumiono, 2004).
Ikan Kurisi (Nemipterus spp.) termasuk dalam
famili Nemipteridae, hidup di dekat dasar perairan Pendekatan kajian resiko pada umumnya
dengan kondisi perairan berlumpur dan berpasir yang digunakan untuk membantu pengelolaan perikanan
kedalamanya dapat mencapai 300 m (Russell, 1990). (Francis & Shotten 1997 dalam Arizabalaga et al.,
Ikan kurisi ini menjadi salah satu kelompok ikan 2011). Astles (2008) memberikan sebuah review kajian
demersal yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan resiko dalam bidang kelautan dan perikanan serta
merupakan tangkapan yang dominan. Pada akhir-akhir elemen yang dibutuhkan untuk memperkirakan risiko
ini hasil tangkapan kelompok ikan kurisi (famili ekologis. Kajian resiko ekologi (Ecological Risk
Nemipteridae) di Laut Jawa cenderungan meningkat Assessment/ERA) dapat menyediakan metodologi
tiap tahunnya. Rata-rata kenaikan tangkapannya yang transparan dalam penilaian risiko yang lebih
217
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.19 No. 4 Desember 2013 : 213-220
kompleks dan / atau dalam mengambil tindakan total 8,5-16,5 cm, dengan ukuran dominan 9,0-9,9
pengelolaan untuk berbagai spesies dalam perikanan cm. Hasil penelitian ujicoba juvenile and trash exluder
(Arizabalaga et al., 2011). devices pada jaring arad mengindikasikan sulitnya
dihindari untuk tidak tertangkapnya ikan-ikan
Analisis produktivitas dan kerentanan (PSA) berukuran kecil (ikan muda), namun dengan
adalah sebuah cara yang dapat digunakan untuk pemasangan kisi juvenile and trash exluder devices
mengevaluasi kerentanan stok dengan dasar pada jaring arad, peluang lolosnya ikan-ikan berukuran
produktivitas biologi dan kerentanan perikanan yang kecil (juvenile) dapat ditingkatkan (Hufiadi dan
mengeksploitasinya. PSA dapat digunakan sebagai Mahiswara, 2011). Untuk menjaga agar ikan-ikan yang
upaya penelitian utama dengan memfokuskan pada berukuran kecil ini tidak tertangkap maka diperlukan
jenis ikan dengan kerentanan yang tinggi dengan adanya pengendalian penangkapan, diantaranya
informasi biologi yang sedikit, atau dengan identifikasi pengendalian ukuran mata jaring pada bagian kantong
dan pengecualian jenis ikan dengan kerentanan yang (cod end). Selain itu juga adanya penetapan ukuran
kecil untuk data kajian intensif (Braccini et al. 2006 minimum ikan yang tertangkap. Dengan demikian
dalam Cortes et al., 2009). Pendekatan ini bersifat ikan-ikan muda akan terhindar dari penangkapan.
fleksibel karena PSA ini dapat dilakukan dalam
beberapa tingkatan (kualitatif atau tingkat 1, semi- Di perairan Laut Jawa, penangkapan ikan demersal
kuantitatif atau tingkat 2, dan kuantitatif atau tingkat dengan menggunakan cantrang dilakukan hampir
3) menurut tingkat ketersediaan data (Hobday et al. tanpa langkah pengelolaan yang memadai (Badrudin
2007). Beberapa kajian telah menerapkan metodologi et al., 2010). Dilihat dari pengoperasiannya sasaran
ini dan sebagian besar untuk spesies bycatch yang dari alat tangkap cantrang adalah gerombolan ikan
sedikit informasi biologi dan perikanannya (Stobutzki demersal yang berada pada kedalaman antara 10 –
et al. 2002 dalam Cortes et al., 2009; Milton 2001 30 meter maka dari itu untuk kedalaman dari alat
dalam Cortes et al., 2009). tangkapnyapun harus di sesuaikan yaitu berkisar 14–
35 meter supaya ikan demersal ini dapat tertangkap.
Penilaian produktivitas dan kerentanan dilakukan Kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan
pada ikan kurisi hasil tangkapan cantrang. Cantrang cantrang berlangsung pada perairan paparan yang
merupakan alat penangkap ikan yang bersifat aktif relatif dangkal, yaitu pada kedalaman kurang dari 40
dan dioperasikan mencapai dasar perairan. m (Badrudin et al., 2010). Daerah penyebaran ikan
Lingkungan dasar perairan merupakan wilayah yang kurisi pada umumnya berada pada kedalaman 20-
paling terkena dampak dari aktivitas penangkapan 225 m (De Bruin et al., 1994). Fischer & Whithead
cantrang. Ikan kurisi mempunyai sifat hidup di dasar (1974) menyatakan bahwa sebaran ikan kurisi berada
perairan yang berlumpur dan berpasir. Pengoperasian pada kedalaman 10-60 m dan sebagian besar
cantrang dimungkinkan mencapai pada habitat ikan terkonsentrasi pada perairan dasar yang berlumpur.
kurisi ini, sehingga penilaian ketersediaan pada atribut Ikan kurisi kecil pada umumnya populasinya
kerentanan adalah berisiko tinggi dengan ditunjukkan melimpah pada kedalaman <27 m, dan hanya ikan-
nilai 3. Begitu pula untuk atribut selektifitas alat ikan dengan ukuran yang agak besar ditemukan pada
tangkap dan kematian setelah ditangkap memiliki kedalaman >45 m (Eggleston, 1973 dalam Russell,
resiko tinggi, karena cantrang yang digunakan 1990). Terjadi tumpang tindih antara kedalaman
memiliki ukuran mata jaring (mesh size) 3¾ inchi cantrang dengan kedalaman ikan kurisi, sehingga
untuk dioperasikan di Tegal dan 1 inchi untuk berdasarkan atribut kemampuan tertangkap, ikan
dioperasikan di Blanakan. Ukuran mata jaring ini kurisi ini berisiko tinggi kecuali untuk jenis N. hexodon
merupakan ukuran yang sangat kecil karena dan N. mesoprion yang diduga memiliki resiko rendah
berdasarkan PerMen KP No. PER 02/MEN/2011 karena jenis ini melimpah pada kisaran 20-50 m
ukuran mata jaring cantrang ini harus e” 2 inchi. (Russell, 1990). Kedalaman yang dapat mencapai 50
Kecilnya ukuran mata jaring ini mengindikasikan m ini maka diindikasikan bahwa terdapat ikan kurisi
bahwa tidak adanya selektivitas dari alat tangkap jenis N. hexodon dan N. mesoprion yang tidak
cantrang ini, sehingga ikan yang berukuran kecil ikut terjangkau alat tangkap. Kelimpahan ikan kurisi kecil
tertangkap. Kondisi ikan yang tertangkap ini biasanya pada kedalaman yang relatif dangkal ini (<27m) dan
dalam kondisi mati. Kecilnya ukuran ikan kurisi hasil kedalaman cantrang yang bisa mencapai 35 m
tangkapan cantrang ini terlihat dari hasil penelitian menjelaskan bahwa cantrang ini mampu menjangkau
Wahyuni et al. (2009) yang menyatakan bahwa ikan habitat ikan kurisi kecil. Untuk menghindari hal
kurisi (Nemipterus japonicus) pertama kali matang demikian maka diperlukan adanya perlindungan
gonad terjadi pada ukuran antara 9,0-12,5 cm; habitat dan yang paling umum adalah melalui
Sukarniaty (2008) menyatakan ukuran ikan kurisi jenis penutupan daerah penangkapan, dimana habitat
Nemiptherus hexodon mempunyai kisaran panjang yuwana dari ikan kurisi ditutup bagi kegiatan
218
Produktivitas dan Kerentanan Ikan Kurisi…………Tangkapan Cantrang di Laut Jawa (Triharyuni., et al)
penangkapan dengan cantrang. Kendalanya adalah di Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan
ketersediaan data tentang aspek tersebut (habitat Konservasi Sumberdaya Ikan – Jakarta.
yuwana ikan) belum memadai (Badrudin et al., 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Penilaian terhadap atribut produktivitas dan
kerentanan (Tabel 4) diperoleh produktivitas yang Anonimous. 2011b. Peraturan Menteri Kelautan dan
paling tinggi adalah produktivitas N. gracilis dan N. Perikanan Nomor. PER.02/MEN/2011. Jalur
mesoprion dengan nilai produktivitas 1,71 dan 1,86, Penangkapan Ikan dan Penenmpatan Alat
kemudian N. hexodon dan N. japonicas memiliki nilai Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan
produktivitas yang sama, yaitu 2,14. Penilaian untuk Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
atribut kerentanan memberikan nilai 3 untuk ikan N. Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan
Japonicus dan N. gracilis, dan nilai 1,65 untuk N.
hexodon dan N. mesoprion. Stok dengan produktivitas Arizabalaga , H. P.de Bruyn, G.A. Diaz, H. Murua, P.
rendah dan kerentanan tinggi maka dianggap stok Chavance, A.D. Molina, D. Gaertner, J. Ariz, J.
tersebut rentan terhadap over fishing, sedangkan stok Ruiz & L.T. Kell. 2011. Productivity and
dengan produktivitas tinggi dan kerentanan rendah susceptibility analysis for species caught in
maka stok tersebut dianggap paling sedikit rentan Atlantic tuna fisheries. Aquat. Living Resour. 24,
(Patrick et al., 2010). Hasil penilaian terhadap 1–12 (2011).
keempat jenis ikan kurisi memberikan nilai
produktivitas yang relatif sama, sedangkan nilai Astles K.L. 2008. A systematic approach to
kerentanan untuk N. Japonicus dan N. gracilis tinggi estimating ecological risks in marine fisheries.
dan nilai kerentanan untuk N. hexodon adalah sedang CABI Reviews: Perspectives in Agriculture,
dan N. mesoprion memiliki nilai atribut kerentanan Veterinary Science, Nutrition and Natural
yang rendah. Hasil penilaian memberikan N. Resources 3, 16 p.
Japonicus dan N. gracilis ini memiliki resiko yang
tinggi terhadap penangkapan dan N. hexodon berisiko Aoyama, T., 1973. The demersal stocks and fisheries
sedang dan N. mesoprion masih beresiko rendah ofthe South China Sea. SCS/DEV/73/3. FAO
terhadap penangkapan. Tingginya nilai kerentanan Rome. 80p.
219
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.19 No. 4 Desember 2013 : 213-220
Ecological risk assessment of pelagic sharks Bigelow. D. Kobayashi & W. Overholtz. 2010. Using
caught in Atlantic pelagic longline fisheries. Aquat. productivity and susceptibility indices to assess
Living Resour. 23, 25–34. the vulnerability of United States fish stocks to
overfishing. Fishery Bulletin 108 (3); 305–322.
De Bruin, G. H. P., B. C. Russell, & A. Bogusch.
1994. The Marine Fishery Resources of Sri Raje, S.G. 1996. Some observations on the biology
Langka. Food and Agriculture Organization. Rome. of Nemipterus mesoprion (Bleeker) from Veraval
400 pp. (Gujarat). Indian J. Fish., 43 (2): 163-170.
Fischer, W. & P. J. P. Whitehead. 1974. Identification Russell, Barry C. 1990. FAO SPECIES CATALOGUE.
Sheets for Fishery Purpose. Eastern Indian Ocean Vol. 12. Nemipterid Fishes Of The World (Threadfin
(Fishery Area 71). Vol. I-IV. Food and Agriculture breams, Whiptail breams, Monocle breams, Dwarf
Organization Rome. 106 pp. monocle breams, and Coral breams) Family
Nemipteridae. ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/009/
Hobday, A. J. Smith, A.D.M. Webb, H. Daley, R. t0416e/T0416E06.pdf unduh 30 April 2013, Pukul
Wayte, S. Bulman, C. Dowdney, J. Williams, 8.38 WIB
A. Sporcic, M. Dambacher, J. Fuller, M. Walker,
T. 2007. Ecological Risk Assessment for the Suhendrata, T & M.D.M. Pawarti. 1991. Perikanan
Effects of Fishing: Methodology. Report R04/ Cantrang dan Prospek Pengembangannya di
1072 for the Australian Fisheries Management Perairan Kabupaten Batang. Jurnal Penelitian
Authority, Canberra. July 2007. Available Perikanan Laut. No. 64. BPPL. Jakarta; 45-58.
from:http://www.afma.gov.au/environment/
eco_based/eras/docs/methodology.pdf Sumiono, B. Sudjianto, Y. Soselisa & TS Murtoyo.
2002. Laju Tangkap dan Komposisi Jenis Ikan
Hufiadi & Mahiswara. 2011. Kelolosan Ikan Kurisi Demersal dan Udang yang Tertangkap Trawl pada
(Nemipterus japonicus) Melalui Juvenile And Trash Musim Timur di Perairan Utara Jawa Tengah. JPPI
Exluder Devices Pada Jaring Arad. J. Lit. Perikan. Edisi Sumber Daya dan Penangkapan. 8 (4):15-
Ind. 17 (2):125-132. 22.
Losse, G.F. & A.Dwipoggo., 1977. Report on the Java Sumiono, B. 2004. Pengkajian Perikanan Cantrang
Sea south east monsoon trawl survey, June- di Brondong, Jawa Timur. Laporan Penelitian.
Desember 1976. Special Report. Contrib. of the Balai Riset Perikanan Laut Jakarta : 21 hal. (Tidak
Dem. Fish. Project. No.3. Marine Fisheries diterbitkan).
Research Report. 119 p.
Sukarniaty. 2008. Ukuran Panjang dan Bobot Ikan
Nugroho, D & Badrudin. 1987. Analisis Laju Tangkap Kurisi (Nemipteridae) Hasil Tangkapan Jaring
Sumberdaya Perikanan Demersal Periode 1975- Cantrang di Brondong Jawa Timur. BTL: 7 (2)
1979 dan 1984-1986 di Pantai Utara Jawa Tengah. Desember 2009: 4p.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut. (40). BPPL,
Jakarta , 1-9. Wahyuni, I.S., S.T. Hartati & I.J. Indarsyah. 2009.
Informasi biologi perikanan ikan kurisi (nemipterus
Patrick, W.S., P. Lawson. P. Spencer. T.Gedamke. J. japonicus) Di Blanakan dan Tegal. BAWAL. 2 (4):
Link. E. Cortés. J. Cope. O. Ormseth. J.Field. K. 171-176.
220