Dalam menentukan tingkat keramahan alat tangkap untuk menunjang
perikanan yang bertanggungjawab maka ditetapkan kriteria
perikanan yang ramah lingkungan sebagaimana yang dikemukakan dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries, FAO (1995); Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan, DKP (2005) Kriteria tersebut kemudian diberikan skor Pemberian bobot (skor) dari masing-masing alat tangkap terhadap kreteria ialah 1 sampai 4 Untuk memudahkan penilaian maka masing-masing kreteria utama dikelompokkan lagi menjadi 4 sub kreteria (Najamuddin, 2004, Sudirman, 2004 yang dimodifikasi). 1) Memiliki selektifitas tinggi; 2) Tidak destruktif/merusak habitat/lingkungan; 3) Hasil tangkapan berkualitas tinggi; 4) Pengoperasian alat tangkap tidak membahayakan nelayan; dan 5) Hasil tangkapan sampingan rendah (by catch); 6) Mempertahankan keanekaragaman hayati (biodiversity); 7) Tidak menangkap spesies yang dilindungi/terancam punah; 8) Diterima secara sosial Selektifitas alat tangkap ada 2 macam yaitu selektif terhadap spesies dan selektif terhadap ukuran ikan yang tertangkap. Suatu alat tangkap dikatakan mempunyai selektifitas yang tinggi, apabila alat tersebut di dalam operasionalnya hanya menangkap sedikit spesies ikan dengan ukuran panjang/lebar yang seragam (range 0 -10 cm). Semakin selektif alat tangkap maka skor yang diberikan semakin besar (1) Menangkap > 5 spesies ikan dengan variasi ukuran beda (2) Menangkap > 5 spesies ikan dengan variasi ukuran seragam (3) Menangkap < 5 spesies dengan ukuran beda (4) Menangkap < 5 spesies dengan ukuran seragam Pemberian bobot (skor) tingkat keramahan alat tangkap terhadap habitat didasarkan pada luasan dan tingkat kerusakannya. Merusak bahibat apabila dalam pengoperasian alat tangkap mencapai dasar perairan dan terlihatnya ciri-ciri dasar perairan terkeruk pada alat tangkap ketika hauling. Wilayah kerusakan luas apabila luasan wilayah operasi alat mencapai lebih dari 10 km. Semakin kecil dampak kerusakan terhadap habitat maka semakin besar skor yang diberikan; (1) Merusak habitat pada wilayah luas (2) Merusak habitat pada wilayah sempit (3) Merusak sebagian habitat pada wilayah sempit (4) Aman bagi habitat Untuk menentukan tingkat kualitas ikan yang tertangkap oleh berbagai jenis alat tangkap didasarkan pada kondisi hasil tangkapan yang teridentifikasi secara morfologis. Kondisi ikan dominan apabila jumlahnya lebih dari 50%. Semakin baik kualitas (kesegaran) ikan yang ditangkap maka skor yang diberikan makin besar; (1) Dominan ikan mati dan busuk (2) Dominan ikan mati, segar, cacat fisik (3) Dominan ikan mati dan segar (4) Dominan ikan hidup Tingkat bahaya/resiko yang diterima oleh nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap sangat tergantung pada jenis alat tangkap dan keterampilan yang dimiliki oleh nelayan dan didasarkan pada dampak yang mungkin diterima. Semakin aman bagi nelayan maka skor yang diberikan semakin besar; (1) Dapat berakibat kematian nelayan (2) Dapat berakibat cacat permanen (3) Gangguan kesehatan bersifat sementara (4) Aman bagi nelayan Suatu spesies dikatakan hasil tangkapan sampingan apabila spesies tersebut tidak termasuk dalam target penangkapan. Hasil tangkapan sampingan ada yang dapat dimanfaatkan (By catch) dan ada pula yang dibuang ke laut (discard). Semakin sedikit by catch dan semakin memiliki nilai fungsi yang tinggi maka skor yang diberikan semakin besar; (1) By catch > 3 spesies, tidak laku dijual (2) By catch > 3 spesies, dan ada jenis yang laku dijual (3) By catch < 3 spesies, tidak laku dijual (4) By catch < 3 Spesies, dan ada jenis yang laku dijual Dampak buruk yan diterima oleh habitat akan berpengaruh buruk pula terhadap biodiversitas yang ada di lingkungan tersebut Hal ini tergantung dari bahan yang digunakan & metode operasinya Semakin kecil dampak terhadap biodiversitas maka semakin besar skor yang diberikan; (1) Menyebabkan kematian semua spesies atau merusak habitat (2) Menyebabkan kematian beberapa spesies, merusak habitat (3) Menyebabkan kematian beberapa spesies, tidak merusak habitat (4) Aman bagi biodiversitas Suatu alat tangkap dikatakan berbahaya terhadap spesies yang dilindungi apabila alat tangkap tersebut mempunyai peluang yang cukup besar untuk menangkap spesies yang dilindungi. Semakin aman bagi ikan yang dilindungi maka semakin besar skor yang diberikan; (1) Ikan dilindungi sering tertangkap (2) Ikan dilindungi beberapa kali tertangkap (3) Ikan dilindungi pernah tertangkap (4) Ikan dilindungi tidak pernah tertangkap Penerimaan masyarakat terhadap suatu alat tangkap tergantung pada kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Suatu alat tangkap dapat diterima secara sosial apabila investasi rendah, menguntungkan, tidak berpotensi konflik, dan legal. Investasi rendah apabila jumlah investasi untuk pengoperasian satu unit alat < Rp. 25.000.000,-. Alat tangkap menguntungkan apabila R/C ratio untuk pengoperasian satu unit alat tangkap > 1. Tidak berpotensi konflik dilihat dari sikap dan perilaku antar pengguna alat tangkap atau aktor pemanfaat sumberdaya. Suatu alat tangkap legal apabila alat tangkap dan pengoperasiannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Semakin banyak kriteria terpenuhi maka skor yang diberikan semakin besar; (1) Memenuhi 1 dari 4 kriteria (2) Memenuhi 2 dari 4 kriteria (3) Memenuhi 3 dari 4 kriteria (4) Memenuhi semua kriteria Untuk menentukan kelompok kategori alat tangkap berdasarkan status keramah lingkungan, maka digunakan analisis standarisasi fungsi nilai. Unit-unit penangkapan ikan di analisis berdasarkan aspek keramahan lingkungan dengan 8 kriteria. Nilai yang diperoleh dari masing-masing kriteria berupa nilai skor, dimasukkan kedalam fungsi nilai sesuai dengan yang digunakan dalam penilaian berbagai kriteria. Kriteria keramahan lingkungan alat tangkap ditentukan berdasarkan total standar nilai dari sejumlah variabel yang digunakan. Kriteria ramah lingkungan dalam penelitian ini ditetapkan dalam 3 kategori (Najamuddin, 2004 yang dimodifikasi), yaitu: Tidak ramah lingkungan, nilai < 2,66 Kurang ramah lingkungan, 2,66 ≤ nilai ≤ 5,32 Ramah lingkungan, nilai > 5,32 dari total nilai