Anda di halaman 1dari 21

Pengelolaan perikanan di Indonesia harus

sesuai dengan ketentuan pelaksanaan


perikanan yang bertanggung jawab
(FAO Code of conduct for Responsible
Fisheries/CCRF).
SOFIA (The State of World Fisheries and
Aquaculture)

• 5 % dari perikanan dunia dalam status deplesi atau


penurunan produksi secara terus menerus,
• 16 % terlah dieksploitasi secara berlebihan dan melampaui
batas optimum produksi,
• 52 % telah penuh eksploitasi,
• 23 % pada tahap moderat yang artinya produksinya masih
dapat ditingkatkan meskipun dalam jumlah yang kecil,
• 3 % sumberdaya ikan masih dibawah tingkat eksploitasi
optimumnya dan hanya
• 1 % yang dalam proses pemulihan melalui program-program
konservasi.
Di Indonesia saat ini dikenal 3 klasifikasi alat penangkapan ikan :

1. menurut klasifikasi A. Von Brandt (1964).


2. Klasifikasi statistik internasional alat tangkap standar FAO
3. Klasifikasi standar alat tangkap berdasarkan statistik perikanan
Indonesia (Anonim, 2007).
9 (sembilan) kriteria suatu alat tangkap dikatakan ramah
terhadap lingkungan, FAO (1995)

1. Mempunyai selektifitas yang tinggi


2. Tidak merusak habitat
3. Menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi
4. Tidak membahayakan nelayan
5. Produksi tidak membahayakan konsumen
6. By-catch rendah
7. Dampak ke biodiversty rendah
8. Tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi
9. Dapat diterima secara sosial
• Tidak membahayakan kelestarian target spesies, dengan
demikian maka alat tangkap tersebut harus mempunyai
selektivitas yang tinggi, baik terhadap ukuran maupun
terhadap jenis
• Tidak mengakibatkan tertangkapnya atau terancamnya
kehidupan hewan atau tanaman air yang dilindungi dan aman
bagi keanekaragaman hayati
• Tidak mengganggu keseimbangan ekologis, termasuk
rendahnya bycatch dan discard yang ditimbulkan
• Tidak merusak habitat
• Tidak membahayakan keselamatan pelaku penangkapan ikan
dan konsumen.
• Bersifat menguntungkan dan dapat diterima oleh masyarakat
Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi.

: Hanya dapat menangkap sasaran saja.

Ada dua macam selektivitas yang menjadi sub kriteria,


yaitu selektivitas ukuran dan selektivitas jenis.

Sub kriteria ini terdiri dari (yang paling rendah hingga yang paling tinggi):
Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh.
Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauhA
Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran yang kurang lebih
sama.
Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama.
Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan
berkembang biak ikan dan organisme lainnya.

Ada pembobotan yang digunakan dalam kriteria ini yang


ditetapkan berdasarkan luas dan tingkat kerusakan yang
ditimbulkan alat penangkapan.

Pembobotan tersebut adalah sebagai berikut (dari yang rendah


hingga yang tinggi):

 Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas.


 Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit
 Menyebabkan sebagian habiat pada wilayah yang sempit
 Aman bagi habitat (tidak merusak habitat)
Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan).

dampak yang mungkin dialami


oleh nelayan, yaitu (dari rendah
hingga tinggi):

• Alat tangkap dan cara


penggunaannya dapat
berakibat kematian pada
nelayan
• Alat tangkap dan cara
penggunaannya dapat
berakibat cacat menetap
(permanen) pada nelayan.
• Alat tangkap dan cara
penggunaannya dapat
berakibat gangguan
kesehatan yang sifatnya
sementara
• Alat tangkap aman bagi
nelayan
Menghasilkan ikan yang bermutu baik.

Dalam menentukan
tingkat kualitas ikan
digunakan kondisi hasil
tangkapan secara
morfologis (bentuknya).

Pembobotan (dari
rendah hingga tinggi)
adalah sebagai berikut:
• Ikan mati dan busuk
• Ikan mati, segar, dan
cacat fisik
• Ikan mati dan
segarIkan hidup
Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen.

Pembobotan kriteria ini ditetapkan


berdasarkan tingkat bahaya yang mungkin
dialami konsumen yang harus menjadi
pertimbangan adalah (dari rendah hingga
tinggi):
• Berpeluang besar menyebabkan kematian
konsumen
• Berpeluang menyebabkan gangguan
kesehatan konsumen
• Berpeluang sangat kecil bagi gangguan
kesehatan konsumen
• Aman bagi konsumen
Hasil tangkapan yang terbuang minimum.

Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan pada hal


berikut (dari rendah hingga tinggi):
• Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa
jenis (spesies) yang tidak laku dijual di pasar.
• Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa
jenis dan ada yang laku dijual di pasar
• Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis
dan laku dijual di pasar.
• Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis
dan berharga tinggi di pasar.
Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap
keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity).

Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasasrkan pada hal berikut


(dari rendah hingga tinggi) :
• Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian semua
mahluk hidup dan merusak habitat.
• Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa
spesies dan merusak habitat.
• Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa
spesies tetapi tidak merusak habitat
• Aman bagi keanekaan sumberdaya hayati
Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.

Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies


yang dilindungi undangundang ditetapkan
berdasarkan kenyataan bahwa:
• Ikan yang dilindungi sering tertangkap alat
• Ikan yang dilindungi beberapa kali
tertangkap alat
• Ikan yang dilindungi .pernah. tertangkap
• Ikan yang dilindungi tidak pernah tertangkap
Diterima secara sosial.

Suatu alat diterima secara sosial oleh masyarakat bila:


(1) biaya investasi murah,
(2) menguntungkan secara ekonomi,
(3) tidak bertentangan dengan budaya setempat,
(4) tidak bertentangan dengan peraturan yang ada.
Pembobotan Kriteria ditetapkan dengan menilai kenyataan di lapangan bahwa
(dari yang rendah hingga yang tinggi):
• Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir persyaratan di atas
• Alat tangkap memenuhi dua dari empat butir persyaratan di atas
• Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir persyaratan di atas
• Alat tangkap memenuhi semua persyaratan di atas
KEBIJAKAN PEMERINTAH

1. Larangan penggunaan penangkapan ikan jenis trawl. SK. DirjenPerikanan


Nomor 340 tahun 1997.
2. Ketentuan tentang ukuran mata jaring, melarang purse seine yang
menggunakan ukuran mata jaring lebih kecil dari 2 inci pada bagian sayap dan
kurang dari 1 inci pada bagian Kantong.
3. Pengaturan tentang jalur penangkapan ikan, melalui SK. MenteriPertanian No.
392/Kpts/IK. 120/4/99.
4. Pengaturan pemasangan rumpon
5. Perlindungan species ikan dan biota air. Pelarangan penangkapan beberapa
jenis sumber daya ikan yang sudah dalam kondisi langka atauterancam punah,
seperti : Trochus (Trochus niloticus), beberapa jenis penyu, kima (Pinctada
sp.), beberapa jenis arwana (Schlerophagus spp),ikan duyung, dll. SK.Mentan
No. 375/Kpts/IK.250/5/1995 tentang pelarangan penangkapan ikan napoleon
wrasse (Cheilinus undulatusruppef).
6. Pengawasan penangkapan ikan. Kep. Menteri KP No. Kep. 02/MEN/2002
menetapkan Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Penangkapan Ikan.
7. Penetapan potensi sumberdaya ikan dan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan (JTB).
Dalam menjaga tatanan integritas ekosistem sumberdaya hayati
perairan maka kegiatan penangkapan ikan harus
memperhatikan 3 hal yaitu:

• 1. Habitat dimana ikan dan biota perairan lainnya berada


• 2. Sumberdaya ikan yang merupakan target aktivitas
penangkapan
• 3. Manusia (nelayan, pedagang, maneger dan stekholder
lainnya)
profil penangkapan ikan yang ideal untuk dicapai antara lain perlu memiliki keragaan
sebagai berikut;

(1)mampu memberikan pendapatan yang layak bagi para nelayan,


mulai dari pemilik sampai pada operator level terbawah, dalam
arti setiap personnel memiliki kemampuan untuk menabung;
(2)keuntungan usaha memberikan kemampuan bagi usaha untuk
meningkatkan dan mengembangkan usahanya
(3)Produk yang dihasilkan adalah exportable untuk menghasilkan
devisa;
(4)usaha dapat diselenggarakan secara profitable dan berkelanjutan ;
(5)tidak menimbulkan keresahan sosial. Jika sumberdaya perairan
laut diusakan secara profitable secara berkelanjutan maka
Teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan menjadi suatu
keharusan.
Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO

1. Surrounding net (Jaring Lingkar)


2. Trawl
3. Dredge (Penggaruk)
4. Lift net (Jaring Angkat)
5. Falling gear (alat yang dijatuhkan)
6. Gill net, entangling nets (Jaring Insang Dan Jaring Puntal
7. Trap (perangkap)
8. Hook and line (pancing)
9. Grappling and wounding gear (pengait dan alat yang melukai).
10.Harvesting machine (mesin pemanen)
11.Alat tangkap lainnya.
KESIMPULAN

Dari makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :


Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu terdapat 9 (sembilan ) kriteria suatu
alat tangkap dikatakan ramah terhadap lingkungan, antara lain :

1. Mempunyai selektifitas yang tinggi


2. Tidak merusak habitat
3. Menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi
4. Tidak membahayakan nelayan
5. Produksi tidak membahayakan konsumen
6. By-catch rendah
7. Dampak ke biodiversty rendah
8. Tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi
9. Dapat diterima secara sosial

Anda mungkin juga menyukai