Anda di halaman 1dari 44

PANDUAN PRAKTIKUM

PENGKAJIAN SUMBERDAYA IKAN

PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SUMBERDAYA AKUATIK

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2023
TATA TERTIB

1. Praktikan harus sudah datang di tempat praktikum paling lambat 10 menit sebelum waktu
praktikum dimulai.
2. Selama pelaksanaan praktikum di laboratorium, praktikan mengenakan jas praktikum
(menyesuaikan), berpakaian rapi, menggunakan name tag (Nama dan NIU), dan tidak boleh
memakai sandal (menyesuaikan).
3. Dilarang makan di dalam ruang praktikum.
4. Praktikan menjaga ketertiban, ketenangan, kelancaran, dan suasana kondusif selama
praktikum.
5. Sebelum praktikum atau setelah praktikum akan dilakukan tes (pre/post-test) berdasarkan
materi praktikum pada hari tersebut.
6. Praktikan wajib mengikuti seluruh acara praktikum.
7. Setiap selesai melakukan acara praktikum, praktikan wajib membersihkan dan merapikan
kembali ruang laboratorium.
8. Praktikan yang merusak dan/atau menghilangkan bahan atau alat praktikum, wajib
mengganti bahan atau alat tersebut.
9. Laporan praktikum yang sudah disetujui asisten harus sudah dikumpulkan sebelum waktu
pelaksanaan ujian praktikum (responsi).
10. Bagi praktikan yang tidak mengikuti acara praktikum secara lengkap hingga pelaksanaan
praktikum berakhir, dinyatakan gagal praktikum.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. 1


TATA TERTIB ........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 3
PERTUMBUHAN POPULASI IKAN ....................................................................................... 4
RASIO MANGA PEMANGSA ................................................................................................. 7
PENDUGAAN POPULASI IKAN .......................................................................................... 10
SIMULASI DINAMIKA STOK IKAN ................................................................................... 16
INDEKS KEPADATAN STOK ............................................................................................... 19
CATCH PER UNIT EFFORT (CPUE) .................................................................................... 32
BIOMASSA TUMBUHAN AKUATIK .................................................................................. 35
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP ....................................................................................... 38
ANALISIS DATA PERTUMBUHAN ..................................................................................... 40
PERENCANAAN PENGELOLAAN PERIKANAN (MANAGEMENT PLAN) ..................... 42

3
PERTUMBUHAN POPULASI IKAN

A. TUJUAN
1. Mengetahui pertumbuhan populasi ikan
2. Mengetahui mortalitas dan kelulushidupan (survival) ikan

B. KERANGKA TEORI
Pertumbuhan terbagi atas dua macam yaitu pertumbuhan individu dan pertumbuhan
populasi. Pertumbuhan individu merupakan pertambahan panjang atau bobot dalam kurun
waktu tertentu yang diperoleh dari penambahan jaringan akibat penambahan sel secara mitosis
(Effendie, 1997). Pertumbuhan individu menurut Fujaya (2004), dipengaruhi oleh faktor
genetik, hormon, dan lingkungan.
Pertumbuhan populasi merupakan perubahan/penambahan ukuran suatu populasi dalam
satuan jumlah tertentu dan dalam satuan waktu tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut,
pertumbuhan populasi sangat dipengaruhi oleh dinamika reproduksi dan mortalitas. Perubahan
kepadatan populasi dipengaruhi oleh laju pertumbuhan, waktu, pemasakan, kapasitas
reproduksi, dan struktur populasi.
Proses pertumbuhan terdapat karakteristik yang khas yang terjadi dalam tiap spesies dan
tahap perkembangannya. Kondisi seperti ini kemudian menyebabkan terjadinya keragaman
dalam struktur populasi ikan. Model matematik, sebagai cara penyederhanaan sistem yang
komplek, sangat diperlukan untuk menjelaskan model pertumbuhan populasi. Model
pertumbuhan populasi ikan tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Pertumbuhan Populasi Ikan

4
Model pertumbuhan dapat juga yang disusun dari hasil pengukuran data frekuensi panjang
seperti yang tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2. Penggunaan Data Panjang untuk Analisis Pertumbuhan Populasi

C. BAHAN DAN ALAT


1. Ikan Molly 6. Jaring
2. Pakan 7. Selang siphon
3. Methylene blue 8. Ember
4. Akuarium/Bak fiber 9. Alat tulis
5. Aerator

D. CARA KERJA
1. Praktikan dibagi menjadi 12 kelompok akuarium
2. Ikan (5 jantan, 8 betina) dipelihara selama ± 11 minggu.
3. Ikan diberi pakan 2 kali sehari (pagi dan sore) secara ad libitum dan membersihkan
akuarium jika sudah kotor.
4. Setiap memberi pakan harus mencatat data populasi ikan dan membuang ikan yang mati.
5. Ikan dipanen setelah 11 minggu kemudian membersihkan akuarium.
6. Data direkap kemudian membuat grafik dan menghitung laju pertumbuhan dengan rumus:
In 𝑁𝑡 − In 𝑁0
Nt = N0 ert → r =
t

5
Keterangan
r : laju pertumbuhan populasi ikan moly per hari
Nt : jumlah populasi setelah t hari
N0 : jumlah populasi awal
t : waktu pengamatan

6
RASIO MANGA PEMANGSA

Keberadaan prey (mangsa) dan predator (pemangsa) saling mempengaruhi. Keadaan yang
seimbang antara populasi prey dan predator mampu menghasilkan biomas yang tinggi, namun
proporsi prey dan predator sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan tingkat eksploitasi.
Populasi pemangsa yang terlalu banyak menyebabkan mangsa akan dimangsa ketika ukurannya
masih kecil atau terlalu muda, sehingga produksinya rendah. Bila kelompok predator terlalu
rendah, maka populasi mangsa tumbuh tidak terkendali dan populasi mangsa yang terlalu
banyak menyebabkan terjadinya persaingan antar kelompok mangsa. Hal tersebut menyebabkan
pertumbuhan ikan mangsa menjadi kerdil dan padat.
Kelompok mangsa merupakan kelompok ikan yang makanan utamanya terdiri
fitoplankton dan merupakan konsumen primer. Kelompok pemangsa merupakan kelompok ikan
yang makanan utamanya berupa ikan atau hewan lain. Pemangsa akan memangsa ikan lain
maupun ikan sejenis yang ukuran tubuh mangsa < pemangsa. Komposisi mangsa dan pemangsa
yang seimbang secara biomas sangat tinggi produksi ikannya.
Ikan pemangsa (karnivor) secara morfologi dicirikan dengan panjang usus sebanding
dengan tubuh ikan, memiliki gigi canin yang tajam, komposisi makanan utamanya (>60%)
berupa daging (prey). Komposisi ikan mangsa (herbivor) secara morfologi dicirikan oleh
panjang usus 3X atau lebih dari panjang tubuhnya, makanan utamanya berupa fitoplankton atau
tumbuhan air, tapis insang sangat rapat, tidak memiliki gigi canin yang tajam. Contoh ikan
predator air tawar adalah gabus, lele, sedangkan contoh ikan mangsa adalah wader pari, ikan
seribu.

𝐹
a) Rasio 𝐶
𝐹
Rasio merupakan perbandingan berat biomas antara mangsa dan pemangsa, dihitung
𝐶

dengan formula berikut.


𝐹 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎
Rasio 𝐶 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎

7
Perbandingan yang diinginkan berkisar antara 3-6. Apabila perbandingannya berkisar
0,06-2,7 maka spesies mangsa hilang oleh pemangsa, sebaliknya bila > 10 maka semua populasi
tidak seimbang.
𝐹
b) Rasio 𝐶
𝐹
Rasio 𝐶 merupakan rasio antara berat total kelompok F (mangsa) ukuran kecil yang dapat

dimangsa oleh ukuran rata-rata dewasa kelompok C, dibagi nilai C atau total berat nilai C. Rasio
𝐹
dihitung dengan formula berikut.
𝐶
𝑌 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎
Rasio 𝐶 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎

Rasio yang diinginkan berkisar 1-3, namun bila berkisar 0,02-1 maka kelompok C terlalu
padat, sedangkan bila 0,2-5,0 proporsi mangsa dan pemangsa masih seimbang.

c) Nilai 𝐴𝑇
Nilai 𝐴𝑇 merupakan persentase berat ikan yang dapat dipanen atau ukuran panen terhadap
keseluruhan berat populasi ikan. Ukuran layak panen dipilih berdasarkan kriteria tertentu,
misalnya sudah matang gonad. Rentang nilai 𝐴𝑇 untuk populasi yang seimbang terletak antara
33-90 dan yang paling diinginkan terletak antara 60-85, sedangkan dikelompokkan tidak
seimbang apabila terletak antara 0-40. Nilai 𝐴𝑇 lebih dari 85 menunjukkan persentase ikan
predator terlalu padat, sedangkan dibawah 40 menunjukkan persentase ikan kecil terlalu besar.

A. TUJUAN
Menghitung proporsi ikan mangsa dan pemangsa, proporsi ikan ukuran kecil terhadap
pemangsa, dan persentase ikan layak panen terhadap keseluruhan populasi ikan.

B. PRAKTIKUM
- Kelompokkan tiap spesies ikan kedalam kelompok mangsa dan pemangsa.
- Buatlah ketentuan batas layak konsumsi berdasarkan kondisi biologis ikan.
- Masing-masing kelompok ikan ditimbang biomassnya.

8
- Berdasarkan hasil tangkapan pada masing-masing kelompok, lakukan perhitungan untuk
𝐹 𝑌
mendapatkan nilai rasio 𝐶 , nilai 𝐶, dan nilai 𝐴𝑇 .
𝐹 𝑌
- Jelaskan hubungan antara rasio 𝐶 , nilai 𝐶, dan nilai 𝐴𝑇 terhadap nilai PSD.

- Informasi apa yang dapat diperoleh dari masing-masing nilai pada masing-masing
populasi tersebut.

9
PENDUGAAN POPULASI IKAN

A. TUJUAN
1. Mengenal cara pemberian tanda pada ikan
2. Mengenal kembali ikan yang sudah diberi tanda
3. Mengetahui pengaruh pemberian tanda pada ikan
4. Memonitor perubahan populasi seperti kepadatan populasi pada waktu tertentu

B. KERANGKA TEORI
Penandaan meliputi dua kegiatan yaitu pembubuhan tanda (tagging) dan tanpa
pembubuhan tanda (marking). Teknisnya dari yang sangat sederhana (dengan membubuhkan
penjepit kertas) sampai cara yang canggih (dengan sinar X) dan genetic studies. Penandaan
sangat penting dilakukan untuk mendapatkan informasi penting yang berkaitan dengan
penelitian atau pengelolaan sumberdaya ikan, khususnya terkait dengan informasi:
1. Parameter populasi yang meliputi kepadatan, kecepatan mortalias, kecepatan eksploitasi,
dan kecepatan rekrutmen.
2. Migrasi yang meliputi alur dan jarak ruaya, kecepatan gerak ruaya, kecenderungan spesies
untuk kembali ke tempat asalnya.
3. Perilaku termasuk faktor-faktor pembatas kelimpahan seperti seleksi habitat, interaksi
pada satu dan antar spesies.
4. Umur dan pertumbuhan.
5. Analisis stok ikan.
Terdapat dua kelompok/macam pemberian tanda pada ikan yaitu:
1. Marking
Marking yaitu pemberian tanda pada tubuh ikan tanpa membubuhkan benda asing.
Tanda yang termasuk dalam kategori ini adalah pemotongan sirip, pemberian lubang pada
operculum, pemberian tato pada bagian tubuh, dan penggunaan biological tags seperti parasit
dan genetika. Diantara kegiatan yang paling efisien adalah pemotongan sirip dan pemberian
lubang pada operculum. Prinsip utama pemberian tanda dengan marking adalah menjaga agar
perlakuan pemotongan sirip tidak berpengaruh besar pada kelakuan ikan sehingga ikan tetap

10
berlaku wajar tidak mudah tertangkap oleh predatornya. Hal lain yang juga sangat penting
tanda tersebut tidak cepat tumbuh atau hilang dan mudah dikenali kembali sewaktu diadakan
penangkapan lagi dilain waktu.
2. Tagging
Tagging yaitu pemberian tanda pada tubuh ikan dengan memberikan suatu benda asing
yang mudah dikenali dan tidak mudah rusak atau hilang. Pemberian tanda dengan cara ini juga
tidak boleh mengakibatkan aktivitas ikan terganggu sehingga ikan mudah tertangkap. Bagian
tubuh ikan yang biasa diberi tanda (tagging) adalah tulang rahang bawah, operculum, bagian
bawah sirip punggung, bagian batang sirip ekor. Perkembangan genetic engineering dan
bioteknologi saat ini telah banyak membantu studi populasi terkait dengan penandaan seperti
introduksi gen tertentu sebagai marker.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Jala sebagai alat penangkap
2. Ember sebagai alat penampung sementara
3. Jarum dan benang, alat penanda (tembakan), spuit
4. Gunting
5. Alkohol 70%, kapas steril
6. Spesies ikan yang akan diberi tanda

D. CARA KERJA
1. Marking
a. Ikan diadaptasikan pada lingkungan (bak, akuarium) selama 3-5 hari.
b. Semua alat yang akan digunakan, dibasuh dengan alkohol 70%.
c. Bagian sirip yang akan ditanda diolesi alkohol.
d. Lakukan penandaan dengan memotong sirip ikan (jika jumlah ikan memadai lakukan
pemotongan sirip ekor, perut, dada, dan atau sirip punggung).
e. Pindahkan ikan ke bak penampungan dengan air bersih.
f. Lakukan pengamatan terhadap perilaku ikan, bandingkan dengan kontrol.
g. Catat hasil pengamatan

11
2. Tagging
Sampai dengan poin h sama dengan cara kerja marking, tapi untuk bagian d, lakukan
penandaan dengan menembakkan benda asing seperti benang, kawat, dll. yang diberi label
(jika jumlah ikan memadai lakukan tagging pada sirip ekor, perut, dada, dan atau sirip
punggung).

Terdapat dua metode pendugaan populasi ikan yang biasa digunakan yaitu:
1. Metode Petersen
Metode yang dikenal dengan sensus tunggal ini terdapat 2 hal yang umum digunakan yaitu
pada penelitian ikan dan hidupan liar. Bagi para nelayan teknik ini dikenal sebagai "Metode
Petersen"
Banyaknya Populasi
𝑀 ×𝐶
𝑁=
𝑅
Keragaman

2
𝑁 2 (𝑁 − 𝑀)(𝑁 − 𝐶)
𝑆 =
(𝑀 × 𝐶)(𝑁 − 1)
Untuk Tingkat Kepercayaan (P) = 95%

𝑁 ± 1,96√𝑆 2 = ⋯

Keterangan
M = Jumlah ikan bertanda dilepaskan
C = Jumlah tangkapan untuk disensus
R = Jumlah ikan bertanda tertangkap kembali
N = Populasi ikan saat penandaan

Contoh Soal
Sampling ikan sebanyak 500 ekor, kemudian diberi tanda semua dan dilepas kembali. Sampling
berikutnya tertangkap 100 ekor dan 40 diantaranya bertanda.
Jawab:

12
Dugaan ukuran populasi (N)
𝑀 ×𝐶
𝑁=
𝑅
500 × 100
𝑁= = 1250 ekor
40

Dugaan ragam (S2)

2
𝑁 2 (𝑁 − 𝑀)(𝑁 − 𝐶)
𝑆 =
(𝑀 × 𝐶)(𝑁 − 1)
12502 (1250 − 500)(1250 − 100)
𝑆2 =
(500 × 100)(1249)
𝑆 2 = 12502 (0,0138) = 21580

Selang kepercayaan: 𝑁 ± 1,96√𝑆 2 = ⋯


P (1250 ± 1,96 (21580) = 1250 ± 147

2. Metode Schnabel
Melakukan satu seri metode Petersen, semua ikan yang tertangkap yang diberi tanda
maupun tidak, dicatat dan dilepas kembali. Pekerjaan tersebut dilakukan berulang-ulang, ikan
yang belum bertanda pada ulangan berikutnya diberi tanda dan dilepas.
Banyaknya Populasi
∑𝑛𝑡=1 𝐶𝑡𝑀𝑡
𝑁=
∑𝑛𝑡=1 𝑅𝑡
Keragaman

2
1 ∑𝑛𝑡=1 𝑅𝑡
𝑆 = ( )=
𝑁 (∑𝑛𝑡=1 𝐶𝑡𝑀𝑡)2
Untuk Tingkat Kepercayaan (P) = 95%

𝑁 ± 1,96√𝑆 2 = ⋯

13
Contoh Metode Schnabel (berganda)
Hasil 4 penangkapan dan pemberian tanda
Hari Ke I
Tangkapan Nila Tawes Lainnya Total
1 714 55 4 773
2 378 47 3 482
3 105 18 12 135
4 86 62 5 153
Total 1283 182 24 1439

Diberi Tanda Nila Tawes Lainnya Total


1 352 55 0 407
2 129 47 0 176
3 0 18 0 18
4 86 62 0 148
Total 567 182 0 749

Penangkapan dan jumlah ikan bertanda yang tertangkap kembali


Hari Ke II
Ikan Bertanda Nila Tawes Lainnya Total
1 124 8 0 132
2 69 29 0 98
3 21 5 0 26
4 30 7 0 37
Total 232 49 0 281

Tidak Bertanda Nila Tawes Lainnya Total


1 93 34 17 144
2 81 62 10 153

14
3 20 6 11 37
4 28 14 0 42
Total 222 116 38 376

Dugaan populasi dapat dihitung


Jumlah Ikan Ikan Bertanda
No Tangkapan (C) C×M
Bertanda (M) Tertangkap (R)
1 773 0 0 0
2 428 407 132 174196
3 135 583 98 78705
4 153 601 26 91953
256 344854

Sehingga diperoleh:
344854
𝑁= = 1347
256
1 256
𝑆2 = = = 0,000742
𝑁 344854
Selang kepercayaan: 𝑁 ± 1,96√𝑆 2 = ⋯
P (0,000742 ± 1,96 (0,027246) = 1250 ± 147
N = 1347 ± 19

15
SIMULASI DINAMIKA STOK IKAN

A. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip dinamika stok ikan
2. Mengetahui pengaruh penangkapan terhadap stok ikan
3. Mengetahui pentingnya pengelolaan perikanan

B. KERANGKA TEORI
Istilah stok dan populasi ikan memiliki perbedaan di antara konsep perikanan terhadap
stok dan konsep biologi terhadap populasi ikan. Populasi didefinisikan sebagai unit atau satuan
pemijahan (breeding unit) dari suatu spesies atau kumpulan spesies yang dapat melakukan
perkawinan dengan jenis yang sama. Sedangkan istilah stok digunakan secara khusus dalam
manajemen perikanan dan digunakan untuk keperluan pengelolaan (Widodo & Suadi, 2006).
Dinamika stok ikan mempelajari pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi adalah
pertambahan jumlah individu pada suatu populasi dalam satuan waktu tertentu. Suatu stok
dalam populasi tertutup di mana tidak terjadi imigrasi dan emigrasi dipengaruhi oleh sedikitnya
empat faktor yaitu recruitment, growth, mortality, dan fishing.

Gambar 3. Diagram Dinamika Stok Ikan


Diagram di atas menyatakan bahwa dalam suatu populasi dimana tidak ada emigrasi dan
imigrasi, faktor yang mempengaruhi peningkatan stok adalah recruitment (rekrutmen) dan
growth (pertumbuhan), sedangkan faktor yang mengurangi stok adalah mortality (kematian
alami) dan fishing (penangkapan). Rekrutmen terjadi apabila pada suatu stok mengalami
reproduksi. Individu yang tergolong dalam rekrutmen adalah ikan yang ukurannya harus sudah

16
cukup besar untuk ditangkap. Sedangkan pertumbuhan dimaksudkan dengan pertambahan berat
daging pada setiap individu. Pertumbuhan individu sangat dipengaruhi oleh pakan. Kematian
alami disebabkan oleh umur atau pemangsaan oleh predator. Faktor ini tidak dapat dikendalikan
karena sudah dikendalikan oleh alam, sehingga faktor ini bisa diabaikan. Sedangkan
penangkapan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan populasi.
Penangkapan merupakan faktor terbesar dalam pengurangan populasi.
Penangkapan memberikan banyak pengaruh bagi populasi ikan. Mulai dari perubahan
struktur populasi yang terkait dengan komposisi umur, growth rate, kematangan gonad, serta
seks rasio. Penangkapan memberikan dampak pengurangan populasi yang jauh lebih tinggi dari
pada predator. Predator hanya memangsa ikan dengan ukuran yang lebih kecil dari tubuhnya,
sedangkan penangkapan yang dilakukan oleh manusia menangkap ikan tanpa pandang buluh.
Sehingga alat tangkap memiliki daya rusak yang lebih besar dibandingkan predator
(Widaningroem, 2012).
Peningkatan laju penangkapan disebabkan oleh karakter khusus yang dimiliki oleh
sumber daya perikanan yaitu open access. Konsep ini berlandaskan pada teori sumber daya
umum di mana perairan terbuka bagi semua orang tanpa batasan. Ditambah pemikiran bahwa
laut adalah sumber daya milik umum dan berarti bukan milik siapapun. Berdasarkan konsep
tersebut, manusia secara rasional akan memaksimalkan hasil tangkapannya. Masyarakat akan
menangkap ikan sesuka hati sebanyak apapun, dimanapun, kapanpun dan menggunakan alat
tangkap apapun. Hal tersebut akan menimbulkan sebuah tragedi di mana setiap orang akan
membuat dirinya terus menerus meningkatkan kepemilikannya tanpa batas, tanpa memandang
kapasitas sumber daya yang ada. Hal ini mengakibatkan the tragedy of the commons yaitu
kehancuran kondisi biologis, ekologis, ekonomi dan sumber daya alam serta konflik-konflik
yang terjadi di antara para pelaku (Hardin, 1968).
Kondisi sumber daya perikanan menunjukkan gejala yang terus menerus ke arah penipisan
stok. Keadaan ini memunculkan pemikiran bahwa sumber daya perikanan harus dikelola.
Pengelolaan yang dapat dilakukan adalah dengan mengendalikan faktor input dan output dari
penangkapan.
Fauzi & Anna (2005) menyatakan bahwa pengendalian faktor input merupakan
pengendalian spesifikasi kapal, alat tangkap, jumlah awak kapal, ataupun kemampuan awak

17
kapa1 dalam menangkap ikan. Pengendalian faktor input memberikan efek secara tidak
langsung dalam pembatasan eksploitasi stok ikan karena tidak membatasi jumlah tangkapan.
Pengendalian faktor output merupakan teknik pengelolaan yang secara langsung
membatasi hasil tangkapan. Pengendalian ini dilakukan dengan cara menetapkan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan dan selanjutnya dilakukan pembagian kuota individu menurut
annada, perusahaan dan nelayan. Seberapa banyak total hasil tangkapan yang diperbolehkan
untuk ditangkap didasarkan atas pendugaan stok dan indikator biologi lainnya (Widodo &
Suadi, 2005).

C. Prinsip Kerja
Praktikan melaksanakan beberapa skenario yang merepresentasikan keadaan sumber daya
perikanan yang bersifat open access tanpa adanya regulasi dan membandingkan dengan keadaan
jika dilakukan pengelolaan berupa pengendalian penangkapan.

18
INDEKS KEPADATAN STOK

Indeks merupakan ukuran atau indikator yang menyatakan kondisi suatu objek. Indeks
disusun dari beberapa informasi penting yang disarikan menjadi skala kuantitatif. Angka suatu
indeks dapat menghasilkan banyak interpretasi. Sebuah indeks juga dapat berfungsi sebagai
wakil (surrogate) untuk data yang pengumpulannya membutuhkan waktu dan beaya yang
sangat banyak. Sebagai contoh, indeks tangkapan (CPUE = Catch Per Unit Effort) atau hasil
tangkapan ikan per jam dengan electrofishing yang dilakukan beberapa kali dapat digunakan
sebagai indek kepadatan populasi.

Proportional Stock Density (PSD)


Indeks PSD digunakan untuk mengetahui proporsi kelompok ukuran tertentu terhadap
keseluruhan populasi suatu spesies. Indeks PSD tanpa unit.

Indeks PSD dihitung dengan formula:


∑ ≥ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑃𝑆𝐷 = × 100
∑ ≥ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑡𝑜𝑘
Panjang stok adalah panjang rerata terkecil ikan yang tertangkap dengan alat selektif atau
alat tradisional. Penetapan panjang stok dapat juga berdasarkan catatan ikan panjang maksimum
yang pernah ditangkap. Panjang stok berkisar antara 20-26% dari panjang maksimum ikan.
Panjang kualitas merupakan ukuran rerata tangkapan nelayan dengan alat tradisional yang
bernilai ekonomi. Panjang kualitas berkisar 36-41% dari ikan panjang maksimum. Panjang
kualitas merupakan panjang ikan yang layak untuk ditangkap dan merupakan ukuran yang
paling sering tertangkap.

Ikan gabus: panjang stok minimum = 5 cm


Panjang kualitas minimum = 10 cm
Contoh: ikan gabus yang panjangnya lebih dari 5 cm sebanyak 100 ekor, ikan yang panjangnya
lebih dari 10 cm sebanyak 40 ekor.
40
𝑃𝑆𝐷 = 100
× 100 = 40

19
Panjang stok minimum seringkali didefinisikan sebagai rerata panjang saat matang gonad,
rerata panjang minimum hasil tangkapan dengan alat tangkap tradisional yang tidak selektive,
atau panjang minimum ikan yang sering tertangkap pada perikanan rekreasional. Panjang
kualitas merupakan panjang ikan yang sering kali nelayan mulai mempertahankan hasil
tangkapan.

Nilai PSD mencerminkan kondisi stok ikan diperairan.


No Rentang PSD Deskripsi
1 40-70 Kondisi populasi seimbang
2 <40 Populasi ikan didominasi ukuran kecil
3 >70 Populasi ikan didominasi ukuran besar

Relatif Stok Density (RSD)


RSD dikembangkan untuk mengatasi PSD yang kurang sensitif terhadap struktur ukuran
populasi ikan yang lebih besar daripada panjang kualitas. RSD juga tanpa unit seperti halnya
PSD dan nilainya dibulatkan pada digit terkecil.
Sebagai contoh, ikan hasil tangkapan dari sungai Gendol. Sampel populasi berikut
memiliki PSD 56. Struktur populasi adalah berbeda. Manakah yang lebih diinginkan struktur
populasi berikut.
Panjang Populasi Gendol Populasi Opak
3,5 – 5,9 44 44
6,0 – 7,9 56 25
8,0 – 9,9 0 28
10 0 3

RSD dihitung dengan formula berikut.


∑ ≥ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘
𝑅𝑆𝐷 = × 100
∑ ≥ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑡𝑜𝑘

20
Model Lima Sel (Five Cell Model)
Teknik tersebut dikembangkan untuk memudahkan ahli biologi perikanan mengevaluasi
struktur populasi ikan berdasarkan ukurannya. Model tersebut dapat meningkatkan sensitivitas
ukuran struktur indek.

Gambar 4. Kurva Indeks Model Lima Sel (Five Cell Model)


Menggunakan indeks dengan kriteria:
Stok : 20-26% terpanjang
Kualitas : 36-41% terpanjang
Disukai : 45-55% terpanjang
Termemori : 59-64% terpanjang
Trofi : 74-80% terpanjang
Hasil tangkapan disukai merupakan kelompok ikan karena ukurannya yang panjang
memiliki harga paling tinggi sehingga disukai nelayan. Termemori merupakan kelompok ikan
karena ukurannya sangat besar dan jarang tertangkap sehingga nelayan akan selalu teringat
ketika mendapatkan kelompok ukuran tersebut. Dalam suatu perlombaan akan mendapatkan
hadiah bila mampu menangkap ikan yang paling besar, sehingga pemenang yang mampu
menangkap ikan paling besar akan mendapatkan trofi.
Struktur populasi ikan seringkali mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan. Populasi
yang berimbang akan terdapat berbagai kelompok ukuran terutama yang besar, sebaliknya bila
tingkat eksploitasinya sangat tinggi maka hanya kelompok kecil saja yang tersisa. Hal ini akan
menyebabkan pemanfaatan niche tidak efisien.

21
Analisis RSD tradisional sangat sensitif untuk mengevaluasi struktur populasi seluruh
perairan, namun kurang sensitif dalam mendeteksi adanya kelompok ukuran tertentu yang
dominan. Oleh karena itu, RSD incremental dikembangkan untuk mengatasi kesulitan
mengevaluasi keragaman struktur populasi. RSD incremental sangat baik untuk mengamati
individu dalam populasi dan mengevaluasi variabel ukuran akibat perubahan lingkungan
ataupun penangkapan.
Tradisional RSD Incremental RSD
PSD RSD S-Q
RSD-P RSD Q-P
RSD-M RSD P-M
RSD-T RSD M-T

Berikut ini contoh perbedaan RSD incremental dan RSD tradisional


Contoh penghitungan Tradisional RSD
Ukuran Kelompok
Jumlah Formula Hasil
Panjang Panjang
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 > 𝑄
8,0 – 11,9 S-Q 80 𝑃𝑆𝐷 = × 100 60
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 ≥ 𝑆
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 > 𝑃
12,0 – 14,9 Q-P 60 𝑃𝑆𝐷 − 𝑃 = × 100 30
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 ≥ 𝑆
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 > 𝑀
15,0 – 19,9 P-M 50 𝑃𝑆𝐷 − 𝑀 = × 100 5
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 ≥ 𝑆
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 > 𝑇
20,0 – 24,9 M-T 8 𝑃𝑆𝐷 − 𝑇 = × 100 4
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 ≥ 𝑆
25,0 > T 2

∑ = 200 ∑ ≠ 100

Contoh Perhitungan RSD incremental


Ukuran Kelompok
Jumlah Formula Hasil
Panjang Panjang
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 > 𝑆 − 𝑄
8,0 – 11,9 S-Q 80 𝑃𝑆𝐷 𝑆 − 𝑄 =
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 ≥ 𝑆
× 100 60

22
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 > 𝑄 − 𝑃
12,0 – 14,9 Q-P 60 𝑃𝑆𝐷 𝑄 − 𝑃 =
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 ≥ 𝑆
× 100 30
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 > 𝑃 − 𝑀
15,0 – 19,9 P-M 50 𝑃𝑆𝐷 𝑃 − 𝑀 =
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 ≥ 𝑆
× 100 25
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 > 𝑀 − 𝑇
20,0 – 24,9 M-T 8 𝑃𝑆𝐷 𝑀 − 𝑇 =
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 ≥ 𝑆
× 100 4
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 > 𝑇
25,0 > T 2 𝑃𝑆𝐷 𝑇 =
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 ≥ 𝑆
× 100 1

∑ = 200 ∑ = 100

A. TUJUAN
Melatih menghitung indeks populasi ikan dan menganalisis populasi dengan berbagai
indek.

B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2. LATIHAN
Hitunglah stok density indeks untuk spesies ikan gabus yang ditangkap menggunakan
electrofishing. Minimum panjang stok 130 mm, qualitas (200 mm), disukai (250 mm),
termemori (300 mm) dan trofi (380 mm).
Jumlah
Kisaran Panjang (cm)
A B
80-89 10 4
90-99 21 9
100-109 4 6
110-119 0 8
120-129 1 10
130-139 3 12
140-149 4 9
150-159 7 13
160-169 9 12
170-179 7 9
180-189 6 11

23
190-199 3 7
200-209 1 5
210-219 2 2
220-229 3 1
230-239 5 0
240-249 4 0
250-259 5 0
260-269 2 1
270-279 3 0
280-289 4 1
290-299 5 0
300-309 6 0
310-119 4 0
320-329 2 0
330-339 3 0
340-349 1 0
350-359 2 0
360-369 1 0
370-379 0 0
380-389 2 0
390-399 1 0

Hitunglah:
Indeks A B
RSD S-Q
RSD Q-P
RSD P-M
RSD M-T
RSD-T

24
PSD
RSD-P
RSD-M
Diskusikan:
Informasi apa yang dapat diperoleh dari masing-masing nilai pada masing-masing populasi
tersebut?

3. SAMPLING IKAN
- Tiap mahasiswa mengenakan pakaian yang aman untuk survei di sungai atau di
lapangan. Disarankan mengenakan sepatu boot/cat yang dasarnya tidak licin,
mengenakan baju/kaos lengan panjang relatif tebal, mengenakan celana panjang tebal,
mengenakan topi/penutup kepala untuk menyusuri sungai.
- Praktikan dibagi menjadi 4 kelompok beranggotakan 6-7 orang. Tiap anggota kelompok
saling berkerjasama dan membantu anggotanya dalam kegiatan survei di lapangan.
- Secara berkelompok mahasiswa akan menuju fishing ground tempat nelayan melakukan
penangkapan ikan menggunakan electrofishing.
- Mahasiswa akan mengikuti nelayan melakukan penangkapan ikan sejauh lokasi yang
sudah ditentukan, sekitar 3 km menyusuri sungai, selama sekitar 3 jam per kelompok.
- Mahasiswa mencatat kondisi habitat dan semua data informasi yang berkaitan dengan
populasi ikan.
- Mahasiswa akan menerima hasil tangkapan ikan menggunakan electrofishing.
- Tiap membawa peralatan berupa ember dan jaring serta alat tulis, dan tiap kelompok
akan menerima hasil tangkapan ikan yang lokasinya berbeda.
- Bawalah hasil tangkapan ikan ke laboratorium MSP.
- Pisahkan antara ikan dan non ikan. Pisahkan tiap jenis ikan dan kelompokkan sesuai
jenisnya.
- Tiap jenis ikan diidentifikasi sehingga diperoleh nama lokal dan nama ilmiahnya.

25
- Ukurlah panjang tubuh ikan hingga mm terdekat. Lakukan pengukuran untuk semua
sampel dan semua jenis ikan. Apabila pengukuran belum selesai pada hari yang sama,
lanjutkan pada hari lain dan awetkan ikan menggunakan formalin 5%.
- Tabulasikan hasil pengukuran panjang ke dalam bentuk tabel seperti contoh berikut.

26
FIELD DATA
Waktu sampling (tg-bl-th) : …………………………
Lokasi Sampling : …………………………
Sampling dimulai (pkl) : …………………………
Sampling berakhir (pkl) : …………………………
Sampling berdurasi (jam) : …………………………
Enumerator : …………………………
Kolector (nelayan) : …………………………
Kode penyimpanan sampel : …………………………

Berat total sampel (g) : …………………………


Berat sampel ikan (g) : …………………………
Berat sampel non ikan (g) : …………………………
Biota besar yang ditemukan : …………………………
Keterangan lainnya : …………………………

Kondisi fisik lingkungan:


Lebar sungai (m) : …………………………
Kedalaman sungai (m) : …………………………
Kecepatan arus (m/det) : …………………………
Kemiringan tebing (%) : …………………………
Warna air : …………………………

LABORATORY DATA
Enumerator : …………………………
Kode penyimpanan sampel : …………………………
Waktu sampling (tg-bl-th) : …………………………
Lokasi Sampling : …………………………
Berat total sampel (g) : …………………………
Berat sampel ikan (g) : …………………………

27
Berat sampel non ikan (g) : …………………………
Jumlah spesies ikan : …………………………

No Nama Berat (g) Jumlah (ekor) Keterangan


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jumlah dan berat tiap spesies NON-ikan:


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

28
PENGUKURAN PANJANG DAN BERAT SAMPEL SPESIES IKAN
Nama spesies : …………………………
Jumlah total sampel : …………………………
Panjang Berat Sex Panjang Berat Sex
No Keterangan No Keterangan
(cm) (g) (J/B) (cm) (g) (J/B)
1 51
2 52
3 53
4 54
5 55
6 56
7 57
8 58
9 59
10 60
11 61
12 62
13 63
14 64
15 65
16 66
17 67
18 68
19 69
20 70
21 71
22 72
23 73
24 74

29
25 75
26 76
27 77
28 78
29 79
30 80
31 81
32 82
33 83
34 84
35 85
36 86
37 87
38 88
39 89
40 90
41 91
42 92
43 93
44 94
45 95
46 96
47 97
48 98
49 99
50 100

30
Tugas Untuk Tiap Mahasiswa
- Tiap mahasiswa membuat laporan praktikum individu berdasarkan data dari kelompoknya,
tiap mahasiswa menganalisis satu spesies.
- Mahasiswa yang tidak mendapatkan spesies, maka bergabung dengan temannya untuk
membuat laporan praktikum.
- Lakukan tabulasi data kedalam kelompok ukuran tertentu, misalnya 10 mm, sehingga dapat
dibuat suatu grafik dan dapat memudahkan dalam menganalisis/menginterpretasikan
informasi populasi ikan.
- Buatlah histogram frekuensi panjang menggunakan hasil tabulasi data sebelumnya.
- Berdasarkan grafik histogram tersebut, informasi apa yang dapat diperoleh tentang populasi
ikan gabus?
- Hitunglah stok density indeks untuk spesies ikan yang diamati.
- Informasi apa yang dapat diperoleh dari masing-masing nilai pada masing-masing populasi
tersebut?

31
CATCH PER UNIT EFFORT (CPUE)

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui seberapa besar populasi ikan di dalam suatu perairan
2. Untuk menghitung CPUE dan menduga populasi

C. KERANGKA TEORI
CPUE sering digunakan sebagai indeks kemelimpahan yang digunakan untuk menduga
populasi ikan dengan tujuan untuk kelestarian sumberdaya perikanan.
CPUE = Catch/Effort
CPUE : Hasil tangkapan per upaya penangkapan (kg/unit)
Catch : Hasil tangkapan per tahun (kg)
Effort : Upaya penangkapan per tahun

MSY dihitung dengan model produksi dari Schaefer dengan persamaan berikut:
Schaefer memodifikasi model Graham dengan data yang lebih mudah diperoleh, yaitu
jumlah hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang menghubungkan tingkat produksi (YE)
tiap satuan upaya (f) pada keadaan seimbang. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil
pengumpulan rutin para pengelola sumberdaya, TPI, atau instansi terkait sehingga akan
diperoleh:
𝑌𝐸
𝑈𝐸 = ............................................................................................................................. 1)
𝑓

𝑌𝐸 = 𝑈𝐸 ∙ 𝑓 ....................................................................................................................... 2)
UE = CPUE populasi dalam keadaan seimbang. Tingkat produksi (YE) juga dapat diartikan
sebagai biomassa dalam keadaan seimbang (BE) dikalikan tingkat upaya (f) dan koefisien daya
tangkap (catchability = q), atau:
𝑌𝐸 = 𝑓 ∙ 𝑞 ∙ 𝐵 .................................................................................................................... 3)
𝑓 ∙ 𝑞 ∙ 𝐵𝐸
𝑈𝐸 =
𝑓
𝑈𝐸
𝐵𝐸 = ............................................................................................................................. 4)
𝑞

32
𝑈𝐸
Schaefer selanjutnya menyiasati postulat Graham dengan mengubah nilai baru untuk 𝐵𝐸 = ,
𝑞

sehingga persamaan 2) menjadi:


𝑈
𝑈𝐸 𝑈𝐸 𝐵𝐸 − 𝐸
𝑞
𝑓 ∙𝑞 ∙ =𝑘 ∙ { } ........................................................................................... 5)
𝑞 𝑞 𝐵

𝑘 𝑈𝐸
𝑓= {1 − } ............................................................................................................ 6)
𝑞 𝑞 ∙ 𝐵∞

Jika 𝑞 ∙ 𝐵∞ pada persamaan 6) diganti dengan 𝑈∞ atau CPUE maksimum maka:


𝑘 𝑈𝐸
𝑓= {1 − }
𝑞 𝑈∞
𝑞
𝑈𝐸 = 𝑈 − { 𝑈∞ } ∙ 𝑓 ...................................................................................................... 7)
𝑘

Persamaan berikut merupakan persamaan linear regresi fungsi upaya penangkapan:


𝑌 = 𝛼 + 𝑏𝑥 ....................................................................................................................... 8)
𝑞
𝛼 = 𝑈, dan 𝑏 = 𝑈∞ , sehingga dengan melengkapi persamaan sebelumnya akan diperoleh:
𝑘

𝑌𝐸 = 𝑈𝐸 ∙ 𝑓
𝑞
𝑌𝐸 = 𝑈𝐸 ∙ 𝑓 − { 𝑘 𝑈∞ } ∙ 𝑓 2 ........................................................................................... 9)

Hasil ini merupakan fungsi parabolic dari upaya, yang dapat ditulis:
𝑌 = 𝑎𝑓 − 𝑏𝑓 2 .................................................................................................................. 10)
Dengan basis kalkulus sederhana, nilai maksimum minimum akan diperoleh:
𝑑𝑌
= 𝑎 − 2𝑏𝑓 = 0
𝑑𝑓
𝑎
𝑓𝑜𝑝𝑡 = ......................................................................................................................... 11)
2𝑏
𝑎2
𝑌𝑚𝑎𝑥 = ........................................................................................................................ 12)
4𝑏

Dengan demikian, upaya optimum yang menghasilkan produksi maksimum yang lestari (MSY)
𝑎 𝑎2
adalah 𝑓𝑜𝑝𝑡 = , sedangkan MSY adalah 𝑌𝑚𝑎𝑥 = .
2𝑏 4𝑏

33
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Kalkulator
4. Data TPI

E. CARA KERJA
2. Kumpulkan data hasil tangkapan (produksi) dan upaya (alat/trip/kapal) dari TPI/Statistik
Perikanan selama kurang lebih lima tahun. Data yang dikumpulkan sebaiknya
dikelompokkan per jenis ikan.
3. Data diolah kemudian dihitung CPUE-nya.
4. Tangkapan kumulatif dihitung.
5. Cari persamaan regresi linier tangkapan kumulatif vs CPUE dan upaya vs CPUE.
6. Plot nilai X dan Y pada grafik.
7. Buat garis regresi linier sesuai dengan nilai X dan Y untuk masing-masing persamaan
regresi linier.
8. Hitung EMSY dan CMSY .
9. Bandingkan nilai EMSY dan CMSY dengan data dari tahun ke tahun.

34
BIOMASSA TUMBUHAN AKUATIK

Keberadaan tumbuhan air di suatu perairan dapat diumpamakan sebagai pedang bermata
dua, disatu sisi menguntungkan dan disisi lain merugikan. Apabila populasinya terbatas maka
keberadaan tumbuhan air sangat menguntungkan bagi perikanan terutama beberapa jenis
tumbuhan air yang bermanfaat bagi perikanan.
Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan air dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
yaitu mencuat, tenggelam, terapung, melayang dan melayang berakar di dasar. Tumbuhan yang
mencuat dari dasar perairan dapat mencegah erosi pinggir tebing, dapat digunakan oleh
beberapa spesies ikan sebagai tempat untuk bertelur, membuat sarang, mencari makan, tempat
pengasuhan anakan maupun manfaat lainnya. Sebaliknya tumbuhan air yang mencuat dari dasar
perairan dapat menjebak lumpur sehingga mempercepat pendangkalan, mengganggu
transportasi air dan gangguan lainnya.
Tumbuhan air yang tenggelam bermanfaat sebagai produsen primer, meningkatkan
konsentrasi oksigen terlarut melalui aktivitas fotosintesis, sebagai sumber makanan bagi ikan
herbivora, dapat dimanfaatkan untuk tempat pemijahan, pembuatan sarang dan manfaat lainnya.
Demikian halnya tumbuhan air yang melayang juga sangat bermanfaat bagi ikan karena
umumnya menjadi sumber makanan utama bagi ikan herbivor. Kelompok tumbuhan air
berdasarkan tempat hidupnya disajikan pada gambar berikut.

Gambar 5. Berbagai Tumbuhan Air berdasarkan Tempat Hidupnya


Beberapa jenis tumbuhan air pertumbuhannya tidak terkendali sehingga menimbulkan
banyak gangguan. Beberapa gangguan yang ditimbulkan oleh keberadaa tumbuhan air yang

35
pertumbuhannya tidak terkendali yaitu mengganggu sarana transportasi air, mengganggu
saluran irigasi, saluran pembuangan, mempercepat pendangkalan, mempercepat penguapan,
mengganggu pengoperasian beberapa jenis alat tangkap dan gangguan lainnya.
Beberapa jenis tumbuhan air juga bermanfaat bagi masyarakat misalnya untuk sayuran,
sumber bahan baku home industri, tanaman hias, bahan pupuk kompos dan pakan ternak serta
pemanfaatan lainnya. Kangkung dapat digunakan sebagai sayuran segar yang harganya murah
dan mudah dibudidayakan.

A. MENGIDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN AIR


Identifikasi tumbuhan air bermanfaat untuk mengenali karakter tumbuhan sehingga
persyaratan pertumbuhan, cara perkembangbiakannya dapat diketahui untuk mengendalikan
pertumbuhannya dan meningkatkan pemanfaatannya. Berikut ini cara mendeskripsikan
tumbuhan air, misalnya enceng gondok.
Eceng gondok: (Water Hyacinth: Eichhornia crassipes)
Deskripsi tanaman: Terapung, tumbuhan air
yang menarik dengan warna bunga ungu
(purple) cerah. Eceng gondok dapat
berkembang biak sangat cepat melalui stolon
atau tanaman yang terbawa arus, dapat
tumbuh sangat rapat pada lokasi yang ditebar.
Eceng gondok tumbuh pada perairan rawa
atau sungai yang airnya tenang dan dangkal.
Daun: Daun enceng gondok keras dan berupa
lembaran yang berbentuk elips, atau oval
pada bagian luarnya. Pelepah daun
Gambaar 6. Tanaman Eceng Gondok panjangnya berkisar 10-60 cm memiliki
celah. Ujung pelepah daun menggelembung
membentuk kantong udara untuk mengapung
dipermukaan air.

36
Akar: Akar terapung berserat dan memiliki
tinta keunguan. Reproduksi secara vegetative
dengan stolon atau memisah dari induknya.
Bunga: bunga individu terdapat pada setiap
kelompok tumbuhan sebanyak 5-20 pohon.
Bunga berwarna ungu cerah sampai biru dan
pada ujung bunga selalu terdapat spot
berwarna kuning.
Buah: Buah menyerupai kapsul berisi biji Gambar 7. Pengambilan Bagian Tumbuhan

yang banyak. Air untuk Dimanfaatkan menjadi Produk

Identifikasi karakter: Tanaman hidup bebas


terapung dengan daun tipis menyerupai kulit,
bagian batang terdapat gelembung, dan warna
bunga ungu yang sangat menarik dengan
warna kuning diujungnya.
Pemanfaatan: Pelepah daun yang panjangnya
< 40 cm dimanfaatkan sebagai bahan baku
home industry (tas, topi, sepatu, tikar), dan
Gambar 8. Produk Hasil Pengolahan Enceng mebelair. Enceng gondok yang mati dan
Gondok membusuk dijadikan kompos.

B. TUJUAN
Mendeskripsikan tumbuhan air yang tumbuh di perairan tawar, manfaatnya dan kerugian
yang ditimbulkan akibat keberadaannya.

C. PRAKTIKUM
Setiap mahasiswa mengidentifikasi/mendeskripsikan tumbuhan air yang ditemukan pada
perairan sungai atau danau tempat melakukan praktikum. Mengidentifikasi pemanfaatan dan
kerugian yang ditimbulkan oleh keberadaan tumbuhan air serta cara pengendaliannya untuk
memperkecil kerugian.

37
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP

A. TUJUAN
Untuk mengetahui selektivitas suatu alat tangkap berdasarkan jenis clan ukuran spesies
yang tertangkap

B. KERANGKA TEORI
Studi tentang selektivitas alat tangkap mulai dikenal pada akhir tahun 1950- an dan
berkembang pesat pada awal tahun 1970 an. Pengembangan berbagai model statistika dan
analisa data memberikan pemahaman yang lebih baik tentang prinsip-prinsip seleksi pada
berbagai jenis alat penangkapan ikan Penelitian yang dilakukan dalam mempelajari selektivitas
suatu alat tangkap pada umumnya melalui eksperimental fishing.
Alat tangkap yang selektif adalah alat tangkap yang mampu menangkap ikan yang sudah
layak tangkap baik dari segi umur maupun ukuran, dan dapat meloloskan (tidak bisa
menangkap) ikan yang tidak layak tangkap, ikan yang dilindungi, dan ikan yang tidak
diinginkan tanpa melukai dan membunuhnya (Martasuganda, 2008).
Selektivitas dibagi dalam dua kategori yaitu sebagai berikut:
1. Selektif positif terhadap ukuran dan spesies
Alat tangkap yang hanya menangkap ukuran dan spesies ikan tertentu dari satu atau
beberapa populasi ikan yang layak tangkap. Selektivitas ini dibagi lagi menjadi dua yaitu:
a) Selektif positif terhadap ukuran, negatif terhadap spesies, yaitu alat tangkap yang
hanya menangkap ukuran ikan tertentu dari beberapa spesies ikan yang layak tangkap
b) Selektif positif terhadap spesies dan ukuran, yaitu alat tangkap yang hanya
menangkap spesies ikan tertentu dengan ukuran tertentu dari beberapa populasi ikan
yang layak tangkap.
2. Selektif negatif terhadap ukuran dan spesies
Selektif negatif terhadap ukuran dan spesies yaitu alat tangkap yang hanya menangkap
ukuran ikan tertentu dari satu populasi ikan yang masih belum layak tangkap.

38
C. ALAT DAN BAHAN
2. Ikan hasil tangkapan 6. Penggaris
3. Alat tangkap 7. Timbangan
4. Umpan 8. Alat tulis
5. Ember 9. Kalkulator

D. CARA KERJA
1. Praktikan dibagi menjadi 12 kelompok dengan alat tangkap yang berbeda.
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum.
3. Lokasi penangkapan telah ditentukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
4. Setiap ikan yang didapat diukur panjang total beserta berat tubuhnya.
5. Seluruh data berat dan panjang ikan yang didapat diolah.
6. Lakukan penghitungan rata-rata panjang ikan serta standar deviasinya.
7. Catat data yang telah didapat.

39
ANALISIS DATA PERTUMBUHAN

Data pengamatan visual frekuensi panjang ikan hasil tangkapan suatu alat tangkap ikan
merupakan informasi tahap awal yang sangat bermanfaat untuk mengetahui kondisi populasi
suatu spesies. Data biasanya disajikan dalam bentuk histogram dengan panjang pada sumbu X
dan jumlah ikan per group panjang pada sumbu Y. Namun, pengeplotan antara catch per unit
effort (CPUE) pada sumbu Y pada gambar yang sama dapat memberikan lebih banyak informasi
tentang populasi suatu spesies ikan.

Gambar 9. Contoh Histogram Jumlah dan Panjang Ikan Hasil Tangkapan

A. TUJUAN
2. Mahasiswa mampu melakukan tabulasi data dan menyajikan data frekuensi panjang ke
dalam bentuk histogram
3. Mahasiswa mampu membuat berbagai bentuk grafik dan memberi informasi seperlunya

B. PRAKTIKUM
Berikut ini disajikan data tangkapan ikan gabus yang ditangkap menggunakan alat
electrofishing pada bulan Oktober 2010 di hulu dan tengah Sungai Opak.
No Atas No Atas No Atas No Bawah No Bawah
1 24,0 21 10,4 41 - 1 8,8 21 9,0
2 11.3 22 10,0 42 - 2 11,8 22 5,2

40
3 12,6 23 9,5 43 - 3 11,9 23 7,2
4 8,6 24 7,5 44 - 4 11,8 24 -
5 11,7 25 9,1 45 - 5 9,3 25 -
6 9,0 26 8,7 6 9,0 26 -
7 10,5 27 6,7 7 8,4 27 -
8 12,4 28 9,8 8 9,4 28 -
9 10,5 29 7,1 9 10,3 29 -
10 8,0 30 7,0 10 9,6 30 -
11 9,2 31 5,6 11 9,4 31 -
12 6,2 32 5,0 12 7,3 32 -
13 11,2 33 5,1 13 6,7 33 -
14 11,0 34 6,2 14 9,5 34 -
15 10,2 35 5,6 15 10,7 35 -
16 9,5 36 4,6 16 6,9 36 -
17 9,7 37 5,0 17 5,6 37 -
18 9,5 38 8,7 18 6,0 38 -
19 11,0 39 9,6 19 7,1 39 -
20 9,5 40 7,2 20 5,7 40 -

- Lakukan tabulasi data kedalam kelompok ukuran tertentu sehingga dapat dibuat suatu
grafik dan dapat memudahkan dalam menganalisis informasi populasi ikan.
- Buatlah histogram frekuensi panjang ikan gabus di masing-masing lokasi.
- Berdasarkan grafik histogram tersebut, informasi apa yang dapat diperoleh tentang populasi
ikan gabus?
- Mengapa berbeda?

41
PERENCANAAN PENGELOLAAN PERIKANAN (MANAGEMENT PLAN)

Manajement plan merupakan suatu proses pemetaan yang kemudian dilanjutkan dengan
proses pengelolaan. Sebelum melakukan proses pengelolaan dilakukan identifikasi dan analisis
mengenai berbagai isu pengelolaan atau pemanfaatan yang ada maupun yang diperkirakan akan
muncul dan kemudian menyusun serta melaksanakan kebijakan dan program aksi untuk
mengatasi isu yang berkembang (Cicin-Sain dan Knecht 1998). Rencana Pengelolaan
(Management Plan) merupakan suatu manajemen perencanaan yang didalamnya mencakup
perencanaan perlindungan daerah kawasan pesisir dan laut serta daerah konservasi, dan
mekanisme penanganan kendala-kendala kelembagaan atau hukum serta meletakan dasar-dasar
pendidikan dan pelibatan masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya
pesisir dan laut (Anonim 2003).
Pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi,
analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber dan implementasinya
(jika perlu dengan enforcement) dan aturan-aturan main di bidang perikanan dalam konteks
menjamin kelangsungan produktivitas sumber dan pencapaian tujuan perikanan lainnya
(Nababan, 2003). Berbagai konsep pengelolaan sumberdaya perikanan telah dilakukan. Konsep
pengelolaan tersebut antara lain co-management, community-based fisheries management,
community- based coastal management, dan kearifan lokal. Kearifan lokal adalah kebijakan
yang lahir dari masyarakat sendiri sejak zaman nenek moyang, sifatnya menjaga atau
melestarikan sumberdaya dan sudah menjadi budaya lokal karena sifatnya yang turun temurun
dari generasi ke generasi (Sumintarsih, 2005). Community Based Fisheries Management
(CBFM) adalah suatu sistem di mana nelayan dan masyarakat turut bertanggung jawab untuk
mengelola dan mengawasi kegiatan perikanan serta turut ambil bagian dalam pengambilan
keputusan dan kegiatan pengelolaan lainnya seperti pemanenan, akses area penangkapan,
penggunaan alat tangkap yang diizinkan, penelitian dan penjualan (Weber & Ludicello 2005).
Analisis SWOT adalah instrumen perencanaan strategis yang klasik. Dengan
menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, kesempatan eksternal dan ancaman,
instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk
melaksanakan sebuah rencana pengelolaan. Analisis ini dapat menolong para perencana apa

42
yang bisa dicapai dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dan dikaji lebih lanjut. Analisis
SWOT dapat membangun sebuah telaah atau untuk pemanasan diskusi sebelum membuat suatu
perencanaan.
Contoh Analisis SWOT pada pengembangan jasa-kajian tekno ekonomi mineral dan
batubara yang sesuai dengan kebutuhan dunia pertambangan, bernilai dan berdaya saing tinggi.

Gambar 10. Contoh Analisis SWOT


A. TUJUAN
1. Melatih mahasiswa untuk menyampaikan pendapat, ide atau gagasannya dalam bentuk
tulisan.
2. Melatih mahasiswa untuk membuat tulisan ilmiah.
3. Melatih mahasiswa untuk melakukan kegiatan pengelolaan sumberdaya perairan
(khususnya sungai) secara keseluruhan.

B. PRAKTIKUM
- Melakukan survey atau wawancara dengan nelayan aktif dan masyarakat di sekitar
perairan sungai terkait dengan manajemen pengelolaan sungai yang ada di daerah
tersebut.
- Pada kegiatan manajemen plan akan menggunakan sebagian data sumberdaya ikan
yang sudah diperoleh pada kegiatan sebelumnya dan data lain yang diperlukan.

43
- Selama penyusunan manajemen plan tidak diharapkan ada diskusi antar kelompok.
Tiap kelompok harus memiliki manajemen plan yang spesifik untuk wilayah yang
dikaji.
- Tabel dan gambar bisa disisipkan pada lampiran.

44

Anda mungkin juga menyukai