Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

PEMBUATAN ALAT PENDETEKSI KECUKUPAN PAKAN PADA IKAN


MAS (CYPRINUS CARPIO) OLEH ALAT PAKAN OTOMATIS

Disusun Oleh :
1. Nasya Shapira H (XII MIPA 2)
2. Fahira Na’arah Sekar Baiti (XII MIPA 5)
3. Gendhis Anjani Putri (XI MIPA 3)
4. Salsabila Wita Aurellia (XI MIPA 3)
5. Nabila Bunga Maulana (XI MIPA 6)
6. Nazwa Salsabila (XI MIPA 6)
7. Zalfa Abyrnada (XI MIPA 6)
8. Nayla Tiara Putri (XI MIPA 7)
9. Nur Ihda Maula (XI MIPA 7)

PEMBUATAN BIODETEKTOR GUNA MEMENUHI PROYEK


ADIWIYATA
SMA NEGERI 2 CIKARANG SELATAN
TAHUN 2023/2024
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biosensor atau sensor hayati adalah perangkat analisis yang menggabungkan komponen
hayati dengan pendeteksi fisikokimia untuk mendeteksi zat kimia tertentu, sehingga
menghasilkan luaran yang terukur. Secara garis besar, biosensor terdiri atas elemen biologis
yang sensitif, transduser, dan alat pembaca biosensor. Elemen biologis yang sensitif, seperti
jaringan, mikroorganisme, organel, reseptor sel, enzim, antibodi, asam nukleat, dan
sebagainya, adalah materi biologis atau komponen biomimetika yang berinteraksi dengan,
mengikat, atau mengenali analit (komponen) yang diteliti. Elemen sensitif tersebut juga bisa
dibuat dengan rekayasa biologis. Transduser bekerja secara fisikokimia (optik, piezoelektrik,
elektrokimia, elektrokemiluminesensi, dan sebagainya), yang berfungsi mengubah satu
bentuk sinyal (energi) menjadi bentuk lainnya sebagai hasil interaksi antara analit dengan
elemen biologis sehingga hasil tersebut bisa diukur dengan mudah. Sementara alat pembaca
biosensor terhubung dengan elektronika terkait atau pemroses sinyal yang bertanggung jawab
untuk menampilkan hasil yang mudah dibaca.
Di Indonesia, ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920-an. Ikan mas yang terdapat di
Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Selain itu
“ikan mas punten” dan “ikan mas majalaya” merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai
saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik
morfologisnya. Masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan ikan air tawar ini. Ada yang
memeliharanya sebagai ikan hias, tapi ada juga yang mengomsumsinya sebagai santapan
yang lezat.
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam
dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup
baik di daerah dengan ketinggian 150–600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada
suhu 25-30 °C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di
perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%. Ikan mas
tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik
yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah
tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
Pakan merupakan faktor tumbuh terpenting karena merupakan sumber energi yang menjaga
pertumbuhan, serta perkembangbiakan. Nutrisi yang terkandung dalam pakan harus benar-
benar terkontrol dan memenuhi kebutuhan ikan tersebut. Kualitas dari pakan ditentukan oleh
kandungan yang lengkap mencakup protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Pakan
merupakan sumber energi dan materi bagi kehidupan ikan (Rebegnatar & Tahapari, 2002
dalam Rollis, 2013)
Ketersediaan pakan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
Jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan setiap harinya berhubungan erat dengan ukuran
berat dan umurnya. Tetapi persentase jumlah pakan yang dibutuhkan semakin berkurang
dengan bertambahnya ukuran dan umur ikan (Djarijah, 1996).

Pakan ikan adalah campuran dari berbagai bahan pangan (biasa disebut bahan mentah), baik
nabati maupun hewani yang diungan sedemikian rupa sehingga mudah dimakan dan dicerna
sekaligus merupakan sumber nutrisi bagi ikan yang dapat menghasilkan energi untuk
aktivitas hidup. Kelebihan energi yang dihasilkan akan disimpan dalam bentuk daging yang
dipergunakan untuk pertumbuhan (Djarijah, 1996).

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana aplikasi penggunaan biodetektor alat pakan otomatis pada Ikan Mas?
 Apa tujuan dibuatnya biodetektor alat pakan otomatis pada Ikan Mas?
 Bagaimana cara pembuatan biodetektor alat pakan otomatis untuk Ikan Mas?

C. Tujuan
 Untuk mengetahui cara kerja biodetektor alat pakan otomatis pada Ikan Mas.
 Untuk mengetahui manfaat dan tujuan dibuatnya biodetektor alat pakan otomatis pada
Ikan Mas.
 Untuk mengetahui cara pembuatan biodetektor alat pakan otomatis pada Ikan Mas.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan
fenomena serta kausalitas hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis
yang berkaitan dengan suatu fenomena. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam
penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara
pengamatempiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian
kuantitatif banyak digunakan baik dalam ilmu alam maupun ilmu sosial, dari fisika dan
biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk
meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan
dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif.
Penelitian kuantitatif adalah metode pengukuran data kuantitatif dan statistika objektif
melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta
menjawab sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase
tanggapan mereka.
Contoh: 240 orang, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih percaya pada
diri mereka pribadi masa depan mereka dari setahun yang lalu hingga hari ini. Menurut
ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari penemuan dapat
diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih. Pengambilan data ini
adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian kuantitatif. Ciri penelitian kuantitatif
antara lain : Instrumen yang digunakan telah ditentukan sebelumnya dan tertata dengan
baik.Instrumen yang biasa dipakai adalah angket (kuesioner), Tidak banyak memberi peluang
bagi fleksibilitas, masukan imajinatif dan refleksitas, Masalah kuantitatif lebih umum
memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks, serta Pembahasan lebih pada
permukaan atau tidak mendalam.
Penelitian Kuantitatif biasanya menggunakan desain eksplanasi, di mana objek telaahan
penelitian eksplanasi (explanatory research) adalah untuk menguji hubungan antar-variabel
yang dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, hipotesis yang akan diuji kebenarannya.
Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel; untuk
mengetahui apakah sesuatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya; atau
apakah sesuatu variabel disebabkan/dipengaruhi ataukah tidak oleh variabel lainnya. Desain
Eksplanasi bertujuan untuk menjelaskan generalisasi sampel terhadap populasinya atau
menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh dari satu variabel terhadap veriabel yang
lain.
Aku

PEMBAHASAN
Hasil Dan Analisis Perancanangan, Pembuatan, dan Pengujian

4.1 Perancangan Detektor Kekenyangan Ikan Mas


4.1.1 Perumusan Kaidah Dan Persyaratan Perancangan (DRO)
Berikut ini adalah kaidah dan persyaratan perancangan (design requirements and objectives)
dari perancangan detektor kekenyangan ikan mas, yaitu:
1. Detektor harus dapat memberhentikan alat pemberi pakan ikan otomatis sesaat setelah
ikan kenyang
2. Detektor harus dapat diintegrasikan dengan kotak kendali alat pemberi pakan ikan
otomatis
3. Masa dudukan detektor harus tidak lebih dari 10 gram
4. Volume dudukan detektor harus tidak lebih dari 1000 cc
5. Biaya produksi harus tidaj lebih dari Rp. 250.000,- per satu detektor
6. Dudukan detektor harus dapat mengapung di air (massa jenis dudukan detektor
kurang dari massa jenis air)
7. Detektor diharapkan depat bertahan di air dan cuaca ekstrim
8. Detektor di harapkan memiliki nilai estetika yang baik
4.1.2 Alternatif Rancangan
Alternatif rancangan detektor kekenyangan ikan mas dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
1. Alternatif Basis Detektor Kekenyangan Ikan Mas
Berdasarkan kajian pada teori dasar, detektor kekenyangan ikan mas memiliki
alternatif pendeteksian kekenyangan berbasis getaran sehingga mempengaruhi
frekuensi pribadinya. Dan terakhir, biaya pembuatan juga sangat mempengaruhi
penilaian pada tahap pemilihan rancangan nantinya.

2. Alternatif Detektor Getaran


Setelah dipilih basis detektor kekenyangan ikan mas yang memanfaatkan getaran di
permukaan air, maka detektor yang digunakan adalah detektor getaran. Sebenamya
banyak sekali jenis detektor getaran yang ada di pasaran. Melihat batasan biaya dan
ketahanan terhadap air dan cuaca ekstrim, dipilih dua alternatif; (1) detektor saklar
getar dan (2) detektor piezoelektrik. Detektor ini nantinya diletakkan di tengah kolam
ikan bersama dudukan detektor: Sedangkan modul detektor diletakkan di kotak
kendali. Detektor dan modulnya dihubungkan dengan kabel. Perbandingan batas
setelan (set point), massa, dan biaya dari kedua jenis detektor ini
Batas setelan (set point) default (dari palnik) yang dimiliki detektor berpengaruh besar
terhadap batas setelan (set point) total yang dimiliki detektor kekenyangan ikan mas
Semakin besar batas setelan (set point) default semakin besar juga batas setelan (set
point) total detektor kekenyangan ikan mas. Selain itu, massa yang digunakan dalam
perhitungan frekuensi pribadi adalah massa detektor ditambah massa dudukan
detektor sehingga massa detektor ini cukup

3. Alternatif Dudukan Detektor


Supaya detektor bekerja dengan maksimal dan tahan terhadap air, maka dibutuhkan
dudukan detektor yang sesuai. Dudukan detektor ini nantinya diletakkan ditengah-
tengah kolam. Persyaratan yang dimilikinya adalah massa, keterbuatan, haya, dan
estetika
Selain itu, material yang digunakan harus dapat mengapung artinya massa jenisnya
lebih kecil dari pada massa jenis air. Massa dudukan detektor yang disyaratkan (massa
resonansi) adalah
M= pgpl/w²
yang berlaku untuk bentuk balok dengan panjang dan lebar masing-masing p dan I
Dari data pengukuran menggunakan kamera video 30 fps diperoleh frekuensi rata-rata
getaran akibat sentuhan ikan mas saat makan yaitu 20 Hz maka ∞ = 2nf = 40m rad/s.
Pada dasanya, getaran yang terjadi ada dua jenis yaitu akibat gelombang air dan
sentuhan ikan mas Frekuensi gelombang air yang tercipta akibat gerakan ikan mas
adalah antara 13 Hz sedangkan frekuensi getaran akibat sentuhan ikan mas adalah
antara 10-30 Hz Dalam hal ini, frekuensi yang dipakai adalah frekuensi sentuhan ikan
mas karena lebih dominan dibandingkan getaran akibat gelombang air yang tercipta
Misalkan untuk balok kecil yang memiliki panjang dan lebar masing-masing 5 cm dan
4 cm diperoleh
m = pgpl 1000 x 10 x 0,05 x 0,04 /(40π)²=126 gram

(401)2 m=Phalok Vbalok = 1,26 gram


misalkan tinggi balok 5 cm maka
0,56 gram Pbalok /5x4x5 cc =0,0126- gram

Dalam hal ini, bentuk balok memiliki variasi yang banyak sekali untuk panjang (p),
lebar (1), dan tinggi (h) yang diinginkan sebagaimana pada Tabel 4.4. Karena massa
jenisnya jauh lebih kecil dari massa jenis air (1 gram/cc), maka dapat dipastikan
dudukan detektor mengapung di air.
Balok merupakan contoh bentuk yang memenuhi dalam hal ini. Begitu
juga dengan bentuk lain seperti tabung dan yang memenuhi persamaan
differensial linier berikut:
mx + pgpl x = Fo cos wt (untuk balok)
mx+pgar²x = Fo cos wt (untuk tabung berjari-jari r)

Bentuk yang tidak memenuhi persamaan di atas contohnya adalah bola, karena bola
yang tercelup sebagian maka memindahkan berat air sebanyak
Fstorage PgVhal-hal yang tertangkap (1/3πx²(3r-x))

Dimana r adalah jari-jari bola, sehingga persamaan differensialnya menjadi


Mx + pg(1/3 πx²(3r-x)) = Fo cos wt
Mx + pgπrx² - 1/3 pgπx³= Fo cos wt

yang merupakan bentuk persamaan differensial tidak linier yang akan menyulitkan
dalam mencari frekuensi pribadi. Oleh karena itu, bentuk yang menghasilkan
persamaan differensial linier dapat dipakai. Sedangkan untuk menentukan dimensi
(panjang, lebar, tinggi, atau jari-jari) dapat dipilih berapapun namun dibatasi oleh
DRO, massa tidak boleh lebih dari 10 gram dan volume tidak boleh lebih dari 1000
cc.

4.1.3 Pemilihan Rancangan


1) Pemilihan Basis Detektor Kekenyangan Ikan Mas
Berdasarkan perbandingan pada Tabel 4.1, basis detektor yang digunakan
untuk mendeteksi kekenyangan ikan adalah detektor berbasis getaran di
permukaan air sebagaimana pemilihan telah dilakukan

2) Pemilihan Detektor Getaran yang Digunakan


Kriteria penilaian untuk pemilihan detektor getaran yang akan digunakan
adalah batas setelan (set point), massa, dan biaya dengan bobot sama.
Sebagaimana pada Tabel 4.6, batas setelan (set point) piezoelektrik Meas®
lebih rendah dibandingkan dengan detektor saklar getar walaupun telah diberi
tambahan massa supaya lebih sensitif. Dimana penambahan massa ini juga
menjadi masalah baru karena massa yang disyaratkan memiliki batasan
tertentu dan berkaitan dengan massa dudukan detektor.
Massa untuk detektor saklar getar lebih kecil dari 1 gram. Ini akan
memudahkan merekayasa massa dudukan detektor sehingga mencapai massa
resonansinya. Sebaliknya, piezoelektrik MeasⓇ selalu membutuhkan massa
tambahan untuk meningkatkan batas setelan (set point)-nya, ini akan
menyulitkan merekayasa massa dudukan detektor. Tambahan lagi, detektor
jenis ini membutuhkan ruang terbuka untuk bergerak bolak-balik. Artinya,
dibutuhkan dudukan detektor yang lebih kompleks dari detektor saklar getar.
Dari segi biaya, detektor saklar getar lebih murah dibandingkan piezoelektrik
Meas®. Oleh karena itu, detektor getaran yang dipilih adalah detektor saklar
getar (vibration switch detector).

3) Pemilihan Duduk Detektor


Kriteria penilaian untuk pemilihan dudukan detektor kekenyangan ikan mas
adalah estetika dan keterbuatan dan dari ketiga alternatif detektor buatan
memiliki nilai yang sama. Sehingga semuanya dapat masuk kedalam tahap
produksi untuk ditentukan pilihan akhirnya dengan parameter biaya

4.1.4 Detail Rancangan


Sebelum masuk ke detail rancangan, konfigurasi keseluruhan detektor telah ditunjukkan dan
diagram alir kerja detektor kekenyangan ikan mas . Dudukan detektor dan detektor berada di
pusat daerah tebar pakan yang dihubungkan dengan kabel ke kotak kendali. Sehingga kerja
detektor dapat merepresentasikan perilaku seluruh ikan mas saat makan. Agar detektor tetap
berada ditengah dan mengurangi pengaruh berat kabel, kabel sebelum dudukan detektor
diikat seperti pada gambar. Pemberian pakan oleh alat pemberi pakan ikan otomatis
dilakukan secara bertahap hingga 75% dari jumlah pakan pada jadwal tersebut. Setelah itu,
detektor bekerja memberikan masukan sinyal digital 1 yang berarti ikan masih lapar atau 0
yang berarti ikan sudah kenyang. Sinyal 1 pemberian pakan masih terus diberikan dan sinyal
0 pemberian pakan dihentikan oleh alat pemberi pakan ikan otomatis. Kondisi ini dirancang
untuk menghindari kekurangan pakan yang diberikan ketika detektor tidak bekerja
sebagaimana mestinya dan juga untuk mempermudah pemprograman Arduino pada
pengendali mikro. Jumlah pakan yang diberikan meningkat seiring pertumbuhan ikan mas
sebagaimana telah di atur oleh feeding program pada alat pemberi pakan ikan otomatis.

Anda mungkin juga menyukai