Anda di halaman 1dari 137

TUGAS

LAPORAN PPK

Disusun Oleh :
Nur Lezi utari(207173000)

PRODI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS AGAMA ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
TAHUN 2019/2020
Laporan UPI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi sumber kekayaan alam
terbesar diseluruh dunia, salah satunya dibidang kelautan dan perikanan, namun
dari segi pemanfaatan belum terlihat upaya maksimal dari masyarakat indonesia
untuk mengoptimalkan sumberdaya perikanan dan kelautan ini. Sektor kelautan
dan perikanan mempunyai andil besar dalam menciptakan ketahanan pangan lokal
jika mampu dioptimalkan sebaik mungkin (Dahuri, 2006).
Potensi lahan perikanan budidaya secara nasional diperkirakan sebesar 17,74
juta Ha, yang terdiri atas lahan budidaya air tawar 2,23 juta Ha, budidaya air
payau 2,96 juta Ha dan budidaya laut 12,55 juta Ha. Sedangkan pemanfaatannya
hingga saat ini masing-masing baru mencapai 16,62 % untuk budidaya air tawar,
50,06 % untuk budidaya air payau dan 2,09 % untuk budidaya laut. (Anonim,
2014)
Menurut Daryanto (2007), sumber daya pada sektor perikanan merupakan
salah satu sumber daya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki
potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional. Hal
ini didasari pada kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki sumber daya
perikanan yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Kedua,
Industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya.
Ketiga, Industri perikanan berbasis sumber daya nasional atau dikenal dengan
istilah national resources based industries, dan keempat Indonesia memiliki
keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan sebagaimana
dicerminkan dari potensi sumber daya yang ada.
Salah satu sektor yang perlu mendapatkan perhatian adalah sektor budidaya
perikanan air tawar. Saat ini budidaya perikanan air tawar telah muncul menjadi
alternatif utama budidaya ikan di masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari
peningkatan jumlah Rumah Tangga Pembudidayaan Ikan (RTP) dari tahun-ke
tahun dengan kenaikan rata-rata sebesar 5,32%. (Anonim, 2014)

B. Tujuan pratikum

Mahasiswa diharapkan mampu memahami dasarklasifikasi yang


berhubungan dengan kekerabatan yang adadalam kelompok dan persebaranya
secara geografi, memahami taksonomi pisces, memahami cirri-ciri eksternal yang
mendasari pengelompokan dan klasifikasi pisces.
BAB II
METODOLOGI

A. Waktu dan tempat


Hari/Tanggal : Sabtu 30 maret 2019
Waktu : 07:30 – 17:00 wib
Tempat : laboratorium Universitas Pendidikan Indonesia
B. Alat dan bahan
1. Alat : Lup, Buku, Alat tulis, smartphone
2. Bahan/specimen pisces (dalam bentuk awetan bioplastik dan/atau
herbarium;
a. Dasybatus sp
b. Clarias gariepinus
c. Alopis pelagicus
d. Cyprinus carpio
C. Cara kerja
1. Mendengarkan penjelasan dari teknisi dan membagi kelompok.
2. Membawa alat tulis dan buku determininan buku kunci determinasi buatan
dan penyandraan dari Steenis Van C. G. G. J, dan menuju ke pisces akan
dideterminasi.
3. Mengamati pisces yang akan diterminasi.
4. Membaca dengan teliti kunci determinasi mulai dari permulaan, yaitu
nomor 1a.
5. Mencocokkan ciri-ciri tersebut pada kunci determinasi dengan ciri yang
terdapat pada makhluk hidup yang diamati.
6. Jika ciri-ciri pada kunci tidak sesuai dengan ciri makhluk hidup yang
diamati,harus beralih pada pernyataan yang ada di bawahnya dengan nomo
r yang sesuai. Misalnya, pernyataan 1a tidak sesuai, beralihlah ke
pernyataan 1b.
7. Jika ciri-ciri yang terdapat pada kunci determinasi sesuai dengan ciri yang
dimilikiorganisme yang diamati, mencatat nomornya. Melanjukan
pembacaan kunci pada nomor yang sesuai dengan nomor yang tertulis di
belakang setiap pernyataan pada kunci.
8. Jika salah satu pernyataan ada yang cocok atau sesuai dengan makhluk
hidup yang diamati, alternatif lainnya akan gugur.
9. Jika yang dipilih adalah 1a (pisces), pilihan 1b gugur.
10. Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan divisio
atau filum darimakhluk hidup yang diamati.Catatan Pada umumnya, buku
penuntun identifikasimakhluk hidup dilengkapi dengan kunci determinasi
dan hanya berlaku setempat (lokal).
11. Setelah mencatat dikertas HVS hasil pengamatan, mengumpulkan
hasil tersebut keteknisi untuk di acc.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan mengklasifikasikan makhluk hidup adalah untuk mempermudah


mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup. Tujuan khusus/lain
klasifikasi makhluk hidup adalah sebagai berikut: 1. Mengelompokkan makhluk
hidup berdasarkan persamaaan dan perbedaan ciri-ciri yang dimiliki. 2.
Mendeskrpsikan ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya
dengan makhuk hidup dari jenis yang lain. 3. Mengetahui hubungan kekerabatan
antar makhluk hidup 4. Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui
namanya.
Kunci determinasi atau kunci dikotom adalah cara atau langkah untuk
mengenali organisme dan mengelompokkannya pada takson makhluk hidup.
Kunci dikotomis terdiri dari sederetan pernyataan yang terdiri dari dua baris untuk
mengelompokkan atau menggolongkan makhluk hidup, dan berisi deskripsi dari
ciri-ciri organisme yang disajikan dengan ciri yang berlawanan.
Kunci determinasi pertama kali diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus,
tetapi sebenarnya Lammarck (1778) yang pernah menggunakan kunci modern
untuk identifikasi.
Membuat Kunci Determinasi
Untuk membuat kunci determinasi perlu memperhatikan hal-hal berikut.

1. Kunci harus dikotom (berlawanan), sehingga satu bagian dapat diterima,


sedangkan yang lain ditolak
2. Ciri yang dimasukkan mudah diamati
3. Deskripsi karakter dengan istilah umum sehingga dapat dimengerti orang
4. Menggunakan kalimat sesingkat mungkin
5. Setiap kuplet diberi nomor
6. Kata pertama dari setiap pernyataan dalam satu kuplet harus identik

Ikan pari terdapat di seluruh perairan tropis, subtropis dan daerah iklim
sedang, dan dari 315 - 340 jenis yang telah diketahui, 10 jenis diantaranya adalah
penghuni air tawar (NELSON, 1976; HALSTEAD, 1959). Penyebarannya di laut
mulai dari daerah bentik perairan pantai sampai lepas pantai pada kedalaman lebih
dari 2000 m (M ANSOR et al, 1998; JONES & LARSON, 1974). Perairan pantai
berpasir, Lumpur, laguna, teluk, reef flat (rataan terumbu karang) dan muara
sungai merupakan habitat yang disenangi oleh ikan pari. Menurut van HOEVE
(1992), karena tubuhnya yang sangat pipih dan sirip dadanya yang besar
memungkinkan ikan pari hidup di dasar air, diam tak bergerak tanpa diketahui
atau menjelajah hingga dekat permukaan air.
Jenis ikan pari terbesar yang banyak tersebar di Samudera Pasifik, Hindia
dan Atlantik adalah Ikan pari hantu atau ikan pari manta (Manta birostris), lebar
tubuhnya sekitar 6,1 dengan berat lebih dari 1360 kg (NELSON, 1976). Semua
jenis ikan pari manta (diperkirakan ada 10 jenis) merupakan ikan pari berukuran
besar, hidup di dekat permukaan lautan terbuka. Sedangkan diseluruh perairan
pantai yang beriklim sedang dan panas tersebar 45 jenis ikan pari gitar,
diantaranya Rhina ancylostoma. Demikian pula ikan pari sangat, merupakan jenis
yang ditakuti, karena pada pangkal ekornya mempunyai duri yang berbisa;
tersebar luas diseluruh dunia. Jumlahnya telah diketahui yakni sekitar 90 jenis,
diantaranya Dasyatis brevicaudata yang banyak terdapat di perairan Australia dan
Indonesia. Di Samudera Atlantik dan Laut Tengah umumnya adalah jenis
Dasyatis pastinaca. Sedangkan ikan pari air tawar yang sangat ditakuti dan
tersebar banyak di Amerika Selatan, Nigeria dan Laos, yaitu jenis-jenis ikan pari
dari genus Potamotrygon (van HOEVE, 1992).
Identifikasi varietas ikan mas menjadi hal penting bagi petani, breeder
maupun peneliti. Bagi petani, identifikasi varietas ikan mas menjadi sangat
penting guna mengetahui varietas ikan mas konsumsi yang disukai di suatu daerah
tertentu. Di daerah Jawa Barat masyarakat lebih menyukai ikan mas dengan warna
tubuh lebih gelap, namun di Kalimantan ikan mas dengan warna sisik gelap tidak
disukai. Bagi breeder, identifikasi varietas ikan mas sangatlah penting guna dalam
kegiatan akuakultur untuk mengenali variabel biologis dan sifat-sifat yang
diwarisi varietas ikan mas terdahulu sehingga dalam kegiatannya breeder dapat
menentukan induk ikan mas yang unggul untuk disilangkan. Bagi peneliti,
identifikasi varietas sangat penting guna memetakan pengetahuan variabel
biologis dan sifat-sifat ikan mas yang dikuasai seorang pakar ke dalam suatu
sistem sehingga keilmuan pakar dalam hal identifikasi karakteristik varietas ikan
mas tidak akan hilang.
Ikan lele merupakan salah satu komoditas budidaya yang memiliki
berbagai kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhan cepat dan memiliki
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi. Menurut Soares (2011)
permintaan ikan lele mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
menyebabkan produksi ikan lele juga mengalami peningkatan. Produksi ikan lele
nasional selama 2010-2014 rata-rata meningkat sebesar 35% per tahun yakni pada
tahun 2010 sebesar 270.600 ton dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 900.000
ton (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2014 dalam Rica, 2015).
Menurut Affandi dan Tang (2002), pada kondisi hipertonik menyebabkan
air bergerak masuk ke dalam tubuh dan ionion keluar ke lingkungan dengan cara
difusi. Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, ikan air tawar
berosmoregulasi dengan cara minum sedikit atau tidak minum sama sekali.
Sedangkan pada kondisi hipotonik menyebabkan air akan mengalir dari dalam
tubuh ikan air laut ke lingkungannya secara osmose melewati ginjal, insang, dan
juga kulit. Sebaliknya, garam-garam akan masuk ke dalam tubuh melalui proses
difusi.
Sejarah geologi di wilayah Indonesia amat komplek, hal ini menyebabkan
negara ini memiliki tingkat endemisitas tertinggi di dunia. Tingkat keragaman
jenis biota-biota laut seperti jenis ikan bertulang sejati maupun ikan bertulang
rawan (Elasmobranchii) di Indonesia sangat beragam (White et al., 2006).
Perikanan merupakan aspek utama yang berpengaruh penting dalam
kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang merupakan negara maritim. Salah
satu ikan yang menjadi target adalah hiu. Hiu dapat dijumpai hampir di seluruh
wilayah perarian Indonesia baik di perairan territorial, perairan samudera maupun
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Jenis hiu yang ditemukan pun
beraneka ragam.
Diperkirakan lebih dari 75 jenis hiu ditemukan di perairan Indonesia dan
sebagian besar dari jenis tersebut potensial untuk dimanfaatkan. Hampir seluruh
bagian tubuh hiu dapat dijadikan komoditi, dagingnya dapat dijadikan bahan
pangan bergizi tinggi (abon, bakso, sosis, ikan kering dan sebagainya), siripnya
untuk ekspor dan kulitnya dapat diolah menjadi bahan industri kerajinan kulit
berkualitas tinggi (ikat pinggang, tas, sepatu, jaket, dompet dan sebagainya) serta
minyak hiu sebagai bahan baku farmasi atau untuk ekspor. Tanpa kecuali gigi,
empedu, isi perut, tulang, insang dan lainnya masih dapat diolah untuk berbagai
keperluan seperti bahan lem, ornamen, pakan ternak, bahan obat dan lainlain
(Wibowo & Susanto, 1995).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Nama Kunci determinasi Nama latin


hewan
Ikan mas 1. 1b-2a-3b Osteichtyes Cyprinus
2. 1b-2b-61-1a-8b-91 Cyprhiniformes carpio
3. 1a-2a Gyprinadae

Ikan pari 1. Menuju kelas Pari Dasybatus Sp


1b-2a-3a Chondrichtyes
2. Hypotremata/Rajiformes
1b-3b-4b-5b Dasyatide
3. 1b-3b-4b Dasyatisnamak

ikan lele 1. 1b-2a-3b Osteichtyes Clarias


2. 1b-2b-6a-7b-12b Gypriniformes gariepinus
3. 1a-2a Claaridae

Ikan hiu 1. 1b-2a-3a Chondrichtyes Alopis


2. 1b-2b-4b Galeorhinidae pelagicus
3. 1a-2a Galeocardavuveri

B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, yaitu identifikasi kunci


determinasi pada pisces universitas pendidikan Indonesia dengan cara
pengamatan, perbandingan dan pencocokan morfologi tumbuhan dengan buku
kunci buatan determinasi oleh steenis Van C G G J didapatkan hasil berupa kunci
determinasi dan nama pisces yang terdapat pada bahan. kami mendapatkan tugas
untuk mengidentifikasi pisces ikan mas, lele, pari, hiu dan ikan
todak .Kami melakukan pengamatan dan identifikasi terhadap morfologi beberapa
pisces yang telah ditugaskan kepada kami, pengamatan tersebutdilakukan pada
mulut, sirip, sisik, kepala dan insang. Hasil pengamatan yang kami peroleh
kemudian dicocokkan dengan buku kunci determinasi buatan dan pencandraan
tumbuhan, maka didapatkan hasil kunci determinasi, family, genus dan spesies
tumbuhan tersebut sehingga kami mendapatkan nama ilmiah dari pisces yang
kami amati.
Menurut Khairuman dan Subenda (2002), sistematika taksonomi ikan mas
adalah sebagai berikut :

Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Superclass : Pisces
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Family : Cypridae
Subfamily : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species :Cyprinus carpio
Tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulut
terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian anterior mulut
terdapat dua pasang sungut (Cahyono, 2001). Tubuh ikan mas terbagi tiga bagian,
yaitu kepala, badan, dan ekor. Memiliki mulut kecil yang membelah bagian depan
kepala, sepasang mata, sepasang lubang hidung terletak di bagian kepala, dan
tutup insang terletak di bagian belakang kepala. Seluruh bagian tubuh ikan mas
ditutupi dengan sisik yang besar, dan berjenis cycloid yaitu sisik halus yang
berbentuk lingkaran.
Ikan Mas memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung yang terletak di
bagian punggung (dorsal fin), sirip dada yang terletak di belakang tutup insang
(pectoral fin), sirip perut yang terletak pada perut (pelvic fin), sirip dubur yang
terletak di belakang dubur (anal fin) dan sirip ekor yang terletak di belakang tubuh
dengan bentuk cagak (caudal fin) (Santoso, 2011).
Disamping itu ikan merupakan sumber protein hewani untuk memenuhi
gizi masyarakat Indonesia (Sutanmuda, 2007).. Selanjutnya juga dikatakan mas
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, di Indonesia telah dibudidayakan sejak
tahun 1920. Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah merupakan salah satu spesies ikan
air tawar yang mempunyai peluang pengembangan budidaya besar untuk meraih
potensi pasar yang terus meningkat. Berdasarkan data dari Kementrian Perikanan
dan Kelautan, dinyatakan bahwa produksi ikan mas di Indomesia mencapai
berturut-turut dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah 267.100,
280.400, 300.000, 325.000 dan 350.000 ton (Subiyakto, 2014).
Disamping itu ikan merupakan sumber protein hewani untuk memenuhi
gizi masyarakat Indonesia (Sutanmuda, 2007).. Selanjutnya juga dikatakan mas
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, di Indonesia telah dibudidayakan sejak
tahun 1920. Budidaya ikan mas dilakukan di kolam biasa, di sawah, waduk,
sungai air deras, maupun dalam keramba di perairan umum.
Ikan lele mempunyai ciri khas sepasang antena yang menyerupai kumis ini
mempunyai nama yang berbeda disetiap tempat, Di Indonesia sendiri ikan lele
mempunyai beberapa nama yakni , antaranya : ikan petet (Kalimantan Selatan ),
ikan keling (Makasar), ikan kalang (Padang ), ikan maut (gayo, Aceh ), ikan cep
(Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah).
Kingdom : Animalia
Sub - kingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Sub - phyllum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub - Class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub – Ordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias Sp
Ikan pari ini memiliki betuk tubuh melebar ( depressed ) dan gepeng,
selain itu memiliki satu pasang sirip dada yang menyatu dan melebar dengan
bagian sisi kanan kelapanya. Sehingga, akan tampak atas dan bawah ikan ini lebih
terlihat bulat maupun oval.

Ikan ini memiliki bagian – bagian juga seperti ikan lainnya salah satu
insang, mulut, anus dan juga klasper yang terletak pada bagian ventrak pada
kelapanya. Bagian ekor pada ikan pare ini dilengkapi dengan duri penyengat yang
mengandung racun untuk perlindungan dari ikan ini. Ikan ini juga memiliki mata
yang terletak menyamping, dan berbentuk hampir seperti hewan darat.

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Chondrischtyes

Sub Kelas : Elasmobranchii

Famili : Dasyitidae

Spesies : Dasyatis sp.

Ikan Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan dengan


kerangka tulang rawan yang lengkap dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas
dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang enam atau tujuh,
tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang,
kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk
melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah
dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan.
Hiu mencakup spesies yang berukuran sebesar telapak tangan. Hiu
pigmi, Euprotomicrus bispinatus, sebuah spesies dari laut dalam yang panjangnya
hanya 22 cm, hingga hiu paus, Rhincodon typus, ikan terbesar yang mampu
tumbuh hingga sekitar 12 meter dan yang, seperti ikan paus, hanya memakan
plankton melalui alat penyaring di mulutnya. Hiu banteng,Carcharhinus leucas,
adalah yang paling terkenal dari beberapa spesies yang berenang di air laut
maupun air tawar (jenis ini ditemukan di Danau Nikaragua, di Amerika Tengah)
dan di delta-delta.

Filum : Chordata

Kelas : Chondrichthyes

Sub–
: Elasmobranchii
Kelas

Bangsa : Carcharhiniformes

Suku : Carcharhinidae

Marga : Carcharhinus

Spesies : Carcharhinus longimanus


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahsan diatas maka dapat disimpulkan bahwa: Indentifikasi atau


“pengenalan” merupakan kegiatan untuk menetapkan identitas (“jati diri”) suatu
tumbuhan, yang dalam hal ini tidak lain daripada “menentukan namanya yang
benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi”. Istilah identifikasi
sering juga digunakan istilah “determinasi”.
Cara mengidentifikasi tumbuhan ada dua cara, yaitu:
1. Identifikasi tumbuhan yang belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
2. Identifikasi ini bukan suatu yang baru yang relatif baru adalah
kesepakatan internasional menuju keseragaman dalam pemberian nama
yang secara eksplisit kemudian disebut sebagai nama ilmiah.
3. Identifikasi hewan yang telah dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan. Langkah-langkahnya:
a. Ingatan
b. Bantuan orang
c. Spesimen acuan
d. Pustaka
e. Komputer

Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain


yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan).
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan pembaca dapat menambah
wawasan dari berbagai sumber lain,dan kepada dosen pembimbing semoga dapat
emngoreksi segala bentuk kesalahan dalam pnyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul. S. L., Mahasri, G. Abdul. F. R. 2017. Blood Description, Parasite


Infestation And Survival Rate Of Carp (Cyprinus Carpio) Which Is
Exposed By Spore Protein Myxobolus Koi On Rearing Pond As
Immunostimulan Material. Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19.
Campbell, Neil A. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Kimbal .1998 .Biologi 1 . Jakarta: Erlangga
Manic, N. 2004. Mengenal Beberapa Jenis Hiu. Oseana. Vol. XXIX. No. 1

Meyta, S.K. Wahyudewamtoro, G. 2017. kajian jenis ikan pari Dasyatidae) Di


Indonesia. Fauna Indonesia. Vol.16 No. 2
Prawesti, A. Haryanto, T. Efendi, I. 2015. Sistem Pakar Identifikasi Varietas Ikan
Mas (Cyprinus carpio) Berdasarkan Karakteristik Morfologi dan Tingkah
Laku Expert System Identification Common crap Fish (Cyprinus
carpio)Varieties Based on Morphologycal and Behavior Characteristics.
Ilmu computer agri-informatika. Vol.4 No.1
Ramlawati. Hamka. Rahma, Y. S. 2017. Klasifikasi Mahluk Hidup. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan
Tenaga Kependidikan.
Riyantono., Wahyuni. I.A., Farid, A. 2009. Tingkat Ketahanan Kesegaran Ikan
Mas (Cyprinus Carpio) Menggunakan Asap Cair.Jurnal KELAUTAN. Vol
2. No.1
Safita, Reny. 2012. Zoologi Vetebrata BIO. 401.Jambi: Progam Studi Pendidikan
Biologi Jurusan Tadris.
MITOSIS DAN MEIOSIS
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap sel berasal dari sel hidup lainnya. Siklus sel merupakan tahapan
dimana terjadinya proses pembelahan dan penduplikasian berbagai materi yang
ada didalam sel, pembelahan dan penduplikasian merupakan konsep terpenting
yang dapat mendasari proses reproduksi pada berbagai organisme. Pada setiap
organisme multiseluler dibutuhkan pembelahan sel yang panjang dan rumit untuk
memproduksi organisme yang baru, berbeda dengan organisme uniseluler dalam
setiap pembelahan selnya menghasilkan organisme fungsional yang baru
(Nurfathurohmi dkk, 2014). Siklus sel terbagi menjadi dua bagian yaitu
berdasarkan aktivitas seluler yang dilakukan yaitu fase mitosi dan interfase,
interfase merupakan tahapan persiapan sel untuk mengalami pembelahan.
Terdapat tiga fase dari pembelahan interfase yaitu Fase Gap 1 (fase pertumbuhan
pertama), Sintesis, dan Gap 2 (fase pertumbuhan kedua) (Suryo, 1995).
Fase mitosis merupakan proses pembagian genom yang telah digandakan oleh
ke dua sel yang identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel. Mitosis umumnya
diikuti oleh sitokinesis yang membagi sitoplasma dan membran sel. Proses ini
menghasilkan dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi organel dan
komponen sel yang sama, serta bertujuan untuk mempertahankan pasangan
kromosom yang sama melalui proses pembelahan inti secara berturut-turut.
Prsoses mitosis terjadi didalam sel somatik yang bersifat maristematik (Novel
dkk, 2010). Menurut Abidin, 2014 menggunakan tanaman dari genus Allium
sangat bagus untuk mempelajari proses mitosis karena memiliki jumlah
kromosom 16 dan memiliki kromosom yang sangat besar, sehingga membantu
dalam mempelajari fase mitosis.
Fase mitosis pada umumnya merupakan bagian terpendek dari siklus sel.
Pembelahan mitosis bergantian dengan siklus yang paling terpanjang yaitu
interfase yang mencakup 90% dari siklus sel. Pada fase Gap pertama (fase
petumbuhan pertama) membutuhkan waktu sekitar 12-24 jam, fase ini mengambil
waktu 30-50% dari seluruh dari interfase. Fase sintesis dalam melakukan replikasi
DNA memakan waktu sekitar 35-45% dari interfase. Pada fase G2 (fase
pertumbuhan kedua) DNA cepat sekali bertambah kompleks dengan protein
kromosom dan pembentukan RNA, fase ini dalam melakukan kegiatanya dapat
memakan waktu kira-kira 10-20% dari siklus interfase, sedangkan fase mitosis
hanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam (Suryo, 1995).
Fase mitosis memiliki beberapa tahap yaitu profase, metafase, anafase, dan
telofase. Dari beberapa tahap ini memiliki waktu pembelahan yang berbeda-beda
tergantung jenis sel yang membelah. Pada fase profase merupakan tahapan
pembelahan sel yang paling lama dan membutuhkan energi yang besar, fase ini
membutuhkan waktu sekitar 30-60 menit. Fase metafase membutuhkan waktu
sekitar 2-6 menit, pada fase ini kromosom menyusun diri secara acak pada satu
bidang ekuator atau tengah-tengah sel. Fase anafase membutuhkan waktu sekitar
3-5 menit, pada fase ini komosom yang mengumpul ditengah sel terpisah dan
mengumpul pada masing-masing kutub sehingga terlihat ada dua kumpulan
kromosom, dan fase telofasemembutuhkan waktu sekitar 30-60 menit,
padatelofase terjadi peristiwa kariokinesis (pembagian inti menjadi dua bagian)
dansitokinesis (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian), padafase ini
pembelahantelah selesai.Sel telahterbagi menjadi dua sel anakan, masing–masing
memilikiintiyang mengandung 4 kromosom dengan bahan genetikyang sama
denganinduknya (Heddy, 1987).
Fase mitosis sangat perlu memperhatikan waktu pembelahan selnya,waktu
pembelahan sel setiap tanaman itu berbeda-bedadan tidak konstan, setiaptanaman
sebenarnya memiliki jam biologiyang mengatur waktu optimumpembelahan
mitosis. Menurut Anggarwulan dkk, 1999 waktu optimum pembelahan mitosis
tanaman pada pagihari sekitar jam 08.00-13.00 dikarenakan pada pagi hari sel-
selnya banyak pada kondisi aktif. Menurut Aristya, 2014 penentuan waktu
pembelahan sel sangat diperlukan karena pada tahap ini karakter-karakter
kromosom dapat diamati dengan jelas.
Setelah mengetahui waktu pembelahan mitosis pada tanaman hal
yangharus diperhatikan selanjutnya adalah waktu pemotongan akar.Waktu
pemotongan akar berkaitan dengan durasi mitosis dan indeks mitosis. Durasi
mitosis setiap spesies tanaman bergantung pada kondis lingkungan, faktor utama
dari durasi mitosis yaitu temperatur dan nutrisi. Beberapa spesies tanaman
memerlukan suhu tertentu dan lama penyinaran yang berbeda, sehingga untuk
mendapatkan waktu potong yang tepat diperlukan pengamatan yang berulang-
ulang pada waktu yang berbeda (Abidin, 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranya dilakukan penelitian
tentang mitosis akar bawang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang maksud dengan mitosis ?
2. Bagaimana proses pembelahan sel pada mitosis ?
3. Aapa saja tahapan-tahapan pada pembelahan sel mitosis ?
4. Bagaimana cara membuat preparat squash mitosis sel-sel apeks akar
bawang (allium cepa) ?
5. Bagaimana langkah-langkah penyiapan sediaan (preparat) mitosis akar
bawang (allium cepa) melalui teknil squash ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa yang maksud dengan mitosis .
2. Untuk mengetahui Bagaimana proses pembelahan sel pada mitosis .
3. Untuk mengetahui apa saja tahapan-tahapan pada pembelahan sel mitosis
4. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat preparat squash mitosis sel-
sel apeks akar bawang (allium cepa) .
5. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penyiapan sediaan
(preparat) mitosis akar bawang (allium cepa) melalui teknil squash .
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan khususnya dalam
bidang ilmu mikroteknik, yaitu kegunaan ujung akar tanaman Genus Allium cepa
untuk dijadikan preparat Squash.
Manfaat Praktik
1. Bagi Pendidik
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran biologi
dalam kegiatan praktikum dan kegiatan ilmiah pada materi pengetahuan
pembelahan sel.
2. Bagi Peserta Didik
Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan baru bagi peserta didik
mengenai tanaman Genus Allium cepa dapat dijadikan bahan untuk
mempelajari pembelahan sel mitosis.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi ilmiah bagi
peneliti selanjutnya atau menjadi dasar acuan bagi penelitian yang lebih
mendalam berkenaan dengan pembelahan sel mitosis yang ada pada
tanaman genus allium cepa.hal ini sangat berguna bagi pengembangan
ilmu pengetahuan baik bagi kalangan akademisi maupun masyarakat
umum.
E. Batasan Penelitian
Agar penelitian tidakmenyimpang dari fokus permasalahan, perluadanya
batasan penelitian sebagai berikut :
1) Pada penelitian GenusAlliumyang digunakan adalah
Alliumasalonicum,Allium cepa, dan Allium fistulosumyang berumur dua
bulan.

2) Bagian organ tanaman yang digunakan adalah bagian akarnya,


karenabagiantersebut paling mudah untukmengetahui fase pembelahan sel.

3) Pada penelitian ini pemotongan akar Genus Allium pada jam 07:30-17.00
WIB.
4) Pembuatan preparat mikroskopis menggunakan metode squashyaitu
suatumetode untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara memencet
suatupotongan jaringan atau suatu organisme secara keseluruhan sehingga
didapatkan sediaan yang tipisdan dapat dilihat dibawah mikroskop.
BAB II
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Sabtu 30 Maret 2019
Waktu : 07:30-17:00 WIB .
Tempat : Laboraturium Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung

B. Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang di perlukan :


N Alat Jumlah
O
1. Mikroskop binokular 1 unit / kelompok
2. Kaca Objek (slide) 2 unit / kelompok

3. Kaca penutup ( cover 2 unit / kelompok


glass )
4. Tube 1,5 ml 1 unit / kelompok

5. Pipet Pasteur 1 unit / kelompok


6. Freezer 4 ºC 1 unit / kelompok
7. Gelas plastic 2 unit / kelompok
8. Tusuk gigi 8 unit / kelompok

9. Silet 1 unit / kelompok


10. Cup penumbuhan akar 2 unit / kelompok

11. Waterbath 1 unit / kelompok


12. Alat tulis 1 set / kelompok
13. Kamera 1 unit / kelompok

14. Waste 1 unit / kelompok


N Bahan Jumlah
o
1. Schiff ‘s reagent 1 ml / kelompok
2. Asam asetat 45 % 1 ml / kelompok
3. HCL IN 1 ml / kelompok
4. Larutan farmer 1 ml / kelompok
5. Air bilasan Secukupnya
6. Bawang merah 2 buah / kelompok
7. Kertas tisu Secukupnya
8. Cat kuku ( kuteks) 2 botol / kelas
benimg

C. Langkah Kerja
1. Pembuatan preparat squash dari apeks akar A.cepa
a. Fiksatif
Apeks akar A.cepa dibersihkan kemudian dipotong
dengan silet atau gunting kecil sepanjang 1cm, kemudian
dimasukkan kedalam 1ml larutan farmer (3 bagian alcohol
100% dan 1 bagian asam asetat glacial). Lalu, apeks akar
A.cepa dalam 1ml larutan farmer tadi disimpan dalam freezer
(4ºC), waktu penyimpanan minimalnya 24 jam dan
maksimalnya 2 bulan.
b. Pewarnaan dengan menggunakan metode feulgen
Larutan farmer yang terdapat pada setiap botol dibuang,
kemudian akar A cepa yang terdapat di dalam botol di cuci
dengan air keran sebanyak 8x dan air bilasan terakhirnya
dibuang. Ditambah 1 N HCL kedalam botol dengan
mengggunakan pipet plastic dan disimpan pada suhu ruang
selama 3 menit. Lalu, botol dipindahkan kedalam waterbath
60ºC dan apeks akar A.cepa akan dihidrolisis selama 8menit.
HCL 1 N dibuang dan di cuci dengan air keran sebanyak 8x, air
bilasan terakhir dibuang. Schiff’s reagent ditambahkan
sebanyak 1ml kedalam masing-masing botol dan botol
disimpan dalam ruang gelap pada suhu ruang selama satu jam
(1-12jam). Kemudian akar di cuci dengan air keran sebanyak
3x, air bilasan terakhir dibuang. Asam asetat 45% ditambah
kan sekitar 1 ml (akar A. cepa dapat disimpan hingga dua hari
pada suhu 4ºC sebelum masuk tahap selanjutnya). Slide yang
sebelumnya ditetesi satu tetes asam asetat 45% di atas slide
mikroskop dan satu akar aleum cepa diletakkan di atasnya
dengan menggunakan pipet plastic. Kemudian dengan
menggunakan silet tajam ujung akar dipotong sekitar 2mm dan
daerah yang tidakl terwarnai dengan kuat dibuang. Asam asetat
45% diteteskan di atas ujung akar yang terwarnai kuat dan di
tutup dengan kaca penutup di atasnya. Kemudian, sel-sel
dipisahkan dengan cara menmgetuk-getuk kaca penutup secara
hati-hati dengan ujung jari atau kuku. Kemudian “ slide”
diletakkan pada mikroskop untuk diamati pada pembesaran 40-
400 x. warna preparat diamati, pucat atau tidak. Preparat yang
sudah terwarnai dengan baik dapat diawetkan dengan melapisi
cat kuku (kuteks) bening pada pinggiran kaca penutup,
selanjutnya preparat diamati kembali di mikroskop.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL GAMBAR SPESIMEN
B. PEMBAHASAN

Mitosis
Gamet betina setelah dibuahib oleh gamet jantan akan bersifat diploid
(2n) dan dinamakan zigot. Dalam perkembangannya zigot ini akan
membelah berkali-kali dan proses pembelahan ini dinamakan mitosis.
Mitosis berlangsung dalam beberapa fase, yaitu :
a. Interfase
Sel siap untuk memulai membelah, tetapi belum memperlihatkan
kegiatan membelah. Inti sel Nampak keruh, lambat laun Nampak
benang-benang kromatin yang halus.
b. Profase
Benang-benang kromatin menjadi pendek, sehingga menjadi tebal.
Terbentuklah kromosom-kromosom. Tiap krokmosom lalu
membelah memanjang dan anakan kromosom ini dinamkan
kromatid. Dinding inti mulai menghilang. Sentriol ( bentuk seperti
bintang dalam sitoplasma) juga membelah.
c. Metapase
Kromosom-kromosom menempatkan diri di bidang tengah dari sel.
d. Anaphase
Sentromer membelah dan kedua buah kromatid memisahkan diri
dan bergerak menuju ke kutub sel yang berlawanan. Tiap kromatid
hasil pembelahan itu memiliki sifat keturunan yang sama. Mulai
saat iii kromatid-kromatid itu berlaku sebagai kromosom baru.
e. Telofase
Di tiap kutub sel terbentuk stel kromosom yang identik. Serabut
gelendong ini lenyap dan dinding terbentuk lagi. Kemudian plasma
sel terbagi menjadi dua bagian, proses mana di sebut sitokinase.
Pada sel hewan sitokinase di tandai dengan melekuknya sel
kedalam sedang pada tumbuh-tumbuhan karena sel nya berdinding,
maka sitokinase ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah di
tengah-tengah sel.

Setelah dilakukan pengamatan dibawah mikroskop didapatkan hasil


pembelahan mitosis sel yang terjadi pada akar bawang merah (Allium cepa)
ditemukan sel sedang mengalami pembelahan tahap profase.
Menurut (Satrosumarjo, 2006 : 6) Tahap profase ditandai dengan benang
benang kromatin memendek dan menebal, terbentuknya kromosom, setiap
kromosom membelah dan memanjang membentuk kromatid, membran inti mulai
menghilang. Selain tahapan pembelahan pada akar bawang merah (Allium cepa)
juga ditemukan dinding sel, nukleus dan sitoplasma.
Salah satu faktor keberhasilan dalam pembuatan preparat akar bawang
merah (Allium cepa) adalah penentuan waktu yang tepat pada saat pemotongan
akar untuk mengetahui waktu pembelahan mitosis akar bawang. Umumnya
tanaman melakukan pembelahan sel pada pagi hari. Selain itu faktor yang
menyebabkan kegagalan dalam pembuatan preparat mitosis akar bawang merah
(Allium cepa) adalah pada teknik squash. Berdasarkan pengamatan bahwa dalam
melakukan pengamatan khususnya preparat pejetan (squash) yang harus
diperhatikan adalah tingkat pencacahan karena tingkat ini membutuhkan waktu
yang sangat lama karena dalam mencacah harus semuanya benar-benar terpotong
(tersayat). Supaya bila dipejet dalam pereparat semua akar bawang merah akan
menyebar sehingga dengan mudah dapat dilihat dibawah mikroskop.

Pertanyaan
1. Apa fungsi dari larutan HCL pada proses pewarnaan akar bawang?
2. Apa yang terjadi pada sel induk yang mengalami mitosis?
3. Bagaimana morfologi sel, inti sel, dan kromosom/kromatid pada
setiap tahapan mitosis?
Jawaban
1. Fungsi larutan HCL yaitu untuk menghidrolisis dan
menghilangkan sisa-sisa zat kimia yang sebelumnya.
2. Sel induk yang mengalami pembelahan mitosis akan memiliki sel
anakan yang memiliki sifat keturunan yang sama dengan sel
induknya.

3. yang terjadi pada kromatid pada setiap tahapan mitosis :


Profase
1) Proses yang terjadi pada tahap profase antara
lain:Kromosom yang tersusun atas benang-benang
kromatin mulai berubah bentuk, yang semula tipis dan
panjang akan memendek dan menebal.
2) Nukleolus melebur.
3) Sepasang sentrosom saling menjauh dan masing-masing
mendekati kutub sel yang berlawanan kemudian
menghasilkan benang-benang spindel.

Metafase
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap metafase
adalah:
1) Membran inti sel mulai menghilang.
2) Benang-benang spindel mulai berinteraksi dengan
bagian sentromer dari kromosom.
3) Kromosom mulai menempati ekuator pembelahan.

Anafase
Hal paling penting yang terjadi pada tahap anafase adalah
sentromer yang menarik kromatid dari setiap kromosom menuju
kutubnya masing-masing.

Telofase
Proses yang terjadi pada tahap telofase adalah sebagai
berikut:

1) Kromosom pada masing-masing kutub kembali menipis


menjadi benang-benang kromatin.
2) Nukleus dan membran inti kembali terbentuk.
3) Terjadi penebalan membran sel di bagian ekuator
sehingga sitoplasma terbagi menjadi dua (sitokinesis).
4) Terbentuk dua anak sel baru yang identik dengan sel
induk.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Metode Squash merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan


suatu sediaan dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau kaca
preparat. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada preparat
squash akar bawang merah (Allium cepa) telah mengalami pembelahan mitosis
sel pada tahap profase.
B. Saran

Berdasarkan penelitian ini, disarankan bagi peneliti selanjutnya yang harus


lebih diperhatikan adalah tingkat pencacahan karena tingkat ini membutuhkan
waktu yang sangat lama karena dalam mencacah harus semuanya benar-benar
terpotong (tersayat). Supaya bila dipejet dalam pereparat semua akar bawang
merah akan menyebar sehingga dengan mudah dapat dilihat dibawah mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajudin.dkk. 2007. Ipa terpadu . Jakarta. Esis.


Aryulina, Diah. Manaf, Syalfinaf. 2006. Biologi . Jakarta. Erlangga.
Satria, Arif B. 2014. Laporan Praktikum Mikroteknik Preparat Squash Akar
Bawang Merah Dan Bawang Putih. Jurusan Biologi.Semarang. Universitas
Negeri Semarang.
Suryo.2013.Genetika Untuk Strata 1.Yogyakarta. .Gajah Mada University Press.
Urry, Reece.dkk.2008. Campbell Biologi jilid 1. Jakarta . Erlangga.
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agar organisme dapat mempertahankan jenisnya, maka ia harus


berkembangbiak atau bereproduksi. Setiap hewan dilengkapi dengan
kemampuan untuk bereproduksi.Pada hewan-hewan taksa tinggi seperti
mamalia, alat reproduksinya biasanya lebih terspesialisasi dan dilengkapi
dengan alat kelamin luar.Secara umum sistem reproduksi terdiri atas tiga,
yaitu kelenjar utama (gonad), saluran reproduksi dan kelenjar assesori.
Pada hewan jantan, gonadnya dinamakan testis.Di dalam testis Terdapat
saluran reproduksi yang berperan sebagai penghasil sperma yang disebut
tubulus seminiferous.Dinding tubulus seminiferus merupakan tempat
dimana spermatogenesis berlangsung. Saluran-saluran reproduksi yang
lain, yaitu vas deferens, epididymis dan uretra. Epididimis terdiri atas
caput, korpus dan kauda.Epididimis merupakan saluran yang panjang yang
berlekuk ditutupi oleh badan lemak.Vas deferens bermuara didalam uretra
sebelah dorsal dari vesikula seminalis.Uretra merupakan bagian akhir dari
saluran reproduksi yang terdiri atas dua bagian, yaitu bagian proksimal dan
distal.Bagian distal terletak didalam penis.Pada hewan betina gonadnya
disebut ovarium.
Dalam pengamatan yang dilakukan pada sistem reproduksi ini maka
kita akan mengenal lebih jauh sistem reproduksi itu sendiri, dari hewan
vertebrata betina maupun jantan. Sehingga kita akan lebih mengenal
bagian-bagian dan susunan sistem reproduksinya baik itu secara internal
maupun eksternal.Selain itu kita dapat dengan mudah membandingkan
setiap hewan yang berbeda sistem reproduksinya.Sehingga tidak sekedar
teori kita bisa memahami sistem reproduksi itu sendiri.Akan tetapi, kita
dapat mengamatinya langsung dalam pengamatan yang dilakukan pada
sistem reproduksi ini.
B. Tujuan
Untuk mengetahui alat atau organ reproduksi pada hewan.
BAB II
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019
Waktu :
Tempat : Laboratorium FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

B. Alat dan Bahan


1. Alat Bedah
2. Bak bedah
3. Jarum pentul
4. Bermacam-macam hewan vertebrata jantan dan betina (pisces,
amphibia, reptilian, aves, mamalia).

C. Cara Kerja
1. Amati organ-organ reproduksi pada hewan-hewan yang ada pada bak
bedah.
2. Buatlah hasil pengamatanmu pada kotak-kotak yang telah disediakan
dan beri keterangan nama bagian organ tersebut pada tabel yang sudah
disediakan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Reproduksi atau perkembangbiakan adalah proses dimana suatu


organisme menghasilkan individu dri spesies yang sama. Individu baru
yang dihasilkan secara morfologi dapat serupa atau berbeda dengan
induknya.Perkembangbiakan pada organisme bertujuan agar organisme
yang bersangkutan dapat mempertahankan jenisnya.Kelestarian suatu
speseis secara keseluruhan mengharuskan tiap individu memperbanyak
diri.Tiap generasi menghasilkan individu baru untuk menggantikan yang
mati karena pemangsa, parasite atau umur tua. Proses ini berbeda dengan
proses yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sehari-hari seperti
makan, pertukaran gas dan ekskresi. Proses reproduksi tidak diperlukan
untuk kelangsungan hidup tiap organisme, tetapi tanpa reproduksi spesies
akan punah (Adnan, 2006).
Sistem ductus pada mamalia terdiri atas beberapa bagian secara
morfologis terpisah baik ukuran lingkarannya maupun susunan internalnya
dan eksternalnya. Sistem ductus pada ungags terrnyata merupakan saluran
yang memiliki diameter hampir seragam dengan suatu perluasan tunggal
unilateral disekat kloaka. Dismping itu pada mamalia duktusnya
berpasangan, sedangkan pada sebagian besar unggas hanya sisi kiri sistem
ductus mullernya tetap bertahan, sedangkan sisi bagian kanannya
mengalami degenerasi secara sempurna atau hanya bertahan sebagai
bentuk rudimeter yang biasanya tidak jelas (Nelbandov, 1990).
Sistem reproduksi laki-laki dan perempuan berkaitan terutama dengan
kelangsungan keberadaan spesies manusia.Oleh karena itu, sistem itu
berbeda dengan kelangsungan keberadaan spesies manusia.Oleh karena
itu, sistem itu berbeda dengan sistem organ lainnya dalam tubuh yang
berhubungan dengan homeostatis dan kemampuan bertahan hidup
individu. Proses reproduksi meliputi maturase seksual (spermatozoa
fisiologis untuk reproduksi), pembentukan gamet (spermatozoa dan
ovum), fertilisasi (pemyatuan gamet), kehamilan dan laktasi ( Ethel, 1994).
Pada sebagian besar speseis mamalia, termasuk manusia, organ
reproduksi eksternal jantan adalah skrotum dan penis.Organ reproduksi
internal terdiri atas gonaddan menghasilkan gamet dan hormon. Kelenjar
aksesoris yang mensekresikan produk yang esensial bagi pergerakan sperma, dan
sekumpulan duktus yang membawa sperma dan sekresi glandular. Struktur reproduksi
eksternal pada perempuan adalah klitoris dandua pasang libia yang mengelilingi
klitoris an lubang vagina, dan organ reproduksi internal terdiri dari
sepasang gonad dan sebuah sistem yang terdiri dari duktus
danruang untuk menghantarkan gamet, menampung embrio dan fetus (Campbell,
1974). Pada hewan jantan, dinamakan testis. Didalam testis terdapat saluran reproduksi
yang berperan sebagai penghasil sperma yang disebut tubulus
seminiferus.Dinding tubulus seminiferus merupakan tempat dimana
spermatogenesis berlangsung. Saluran-saluran reproduksi yang lain yaitu vas
efferent, epididimis, vas deferens dan uretra. Epididimis terdiri atas caput,
korpus dan kauda. Epididimis merupakan
saluranyang panjang yang berlekuk dan
ditutupi oleh badan lemak. Vas deferensia bermuaradidalam urethra sebelah
dorsal dan vesikula seminalis.Urethra merupakan bagian akhir dari saluran
reproduksi yang terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian proksimal dan
distal.Bagian distal terletak didalam penis(Adnan, 2008).Vagina terbagi menjadi
dua bagian, yakni ventibulum (bagian luar vagina) danvagina posterior
(meluas dari muara uterus sampai serviks). Dinding otot pada vaginakurang
berkembang bila dibandingkan dengan bagian sistem duktus yang lain. Dindingotot
terdiri atas lapisan otot longitudinal dan lapisan otot yang lebih tebal.
Jaringan pengikat longgar dan padat yang besar jumlahnya yang disuplai
anyaman vena, berkas- berkas saraf, dan kelompok-kelompok kecil saraf
merupakan tanda-tanda karakteristik vagina (Nelbandov,1990).
Pada hewan jantan, alat reproduksinya terdiri atas testis, salur
an kelamin dengan kelenjar tambahan dan alat kelamin luar. Pada
umumnya testis pada mamaliaterletak di dalam kantung testis disebut
skrotum, sedangkan pada vertebrata lainnyatestis terdapat di dalam rongga
badan, kemudian akan berpindah ke dalam skrotum.Pada hewan betina,
alat reproduksinya terdiri atas sepasangan ovarium, saluran genital yang
meliputi tuba falopii, uterus dan vagina.Ovarium pada vertebrata
umumnya sepasang kecuali beberapa jenis burung hanya mempunyai satu
ovarium, misalnya ayam dan burung merpati.Ovarium pada katak dan
ikan besarnya sebanding dengan ukuran tubuh, sedangkan pada manusia,
sapi dan mamalia yang lain ukuran ovarium tidak sebanding ukuran
tubuhnya (Sugiantoro, 1996).
Adapun organ reproduksi yang dimiliki oleh katak (amphibi)
jantan adalah testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuning-
kuningan yang digantungkan oleh
mesorsium.Sebelah kaudal dijumpai korpus adposium,terletak dib
agian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksi: Tubulus ginjal
akan menjadi duktus eferen danmembawa spermatozoa dari testis menuju
ductus mesonferus. Di dekat kloaka, ductus mesonferus pada beberapa
spesies akan membesar membentuk vesikula seminalis. Vesikula seminalis
akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vas deferen merupakan
saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju
ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia
berjalan di sebelah lateralginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas
dijumpai.Sedangkan pada hewan betina sistem genitalnya berupa ovarium
berjumlah sepasang, pada sebelah kranial dijumpai jaringan lemak
berwarna kuning. Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari
plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis.Ovarium
digantungkan oleh mesoovarium.Saluran reproduksi merupakan saluran
yang berkelok-kelok.Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong
(infundibulum) denganlubangnya yang disebut oskum abdominal.oviduk
di sebelah kaudal mengadakan pelebaranyang disebut dutus
mesonefrus.Dan akhirnya bermuara di kloaka (Anonim, 2008).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar hewan reproduksi Nama Bagian Alat reproduksi

Betina Jantan Betina Jantan


Gamet betina : Gamet jantan
a. Sepasang a. Vas deferens
ovarium b. testis
b. Oviduk . c. lubang urogenital.
c. Lubang
urogenital

a. Ovarium a. Testis
b. Oviduk b. Vas deverens
c. Kloaka c. Kloaka
a. Ovarium a. Testis
b. Oviduct b. Epipydimis
c. Kloaca c. Vas deverens
d. Hemipenis

a. Ovarium a. Testis
kiri b. Vas deferens
b. Oviduk c. Ureter
c. Oviduk d. Kloaka
yang
menyusut
d. Kloaka

a. ovarium, Alat kelamin luar


b. oviduct atau berupa :
tuba falopi), a. Penis
c. uterus b. skrotum,
d. vagina, sementara alat
e. klitroris. kelamin dalam berupa
:
a. testis
b. saluran
reproduksi
c. kelenjar
kelamin.
a. Tuba falopi a. Penis.
b. Ovarium b. Skorotum
c. Vagina dan c. Tetis
serviks
d. Uterus
(rahim)

B. Pembahasan
1. MENCIT
a. Jantan
Alat reproduksi pada mencit jantan terdiri dari gonad, saluran kelamin dan
kelenjar,asesori.Gonad jantan dan testis
pada mencit dibungkus olehskrotum. Kantong skrotum ini terbentk
aksi ganda akibat tekanan fisik yangditimbulkan oleh testis dan pengaruh
stimulus androgen. Skrotum ini berfungsi menjaga agar testis tetap dalam keadaan
suhu intraabdominal.
T e s t i s i n i merupakan organ utama yang berfungsi menghasilkan sel
kelamin jantan danhormon kelamin jantan yaitu testosteron.Saluran
kelamin pada mencit terdiri dari epididymis, vas deverens, vesikula
seminalis, dan uretra.Epididimismerupakan saluran berkelok-kelok
terdiri dari tiga bagian yaitu caput, corpus dan cauda.Bagian caput
berbentuk U, pipih yang merupakan bagian kepala.Bagian corpus
merupakan bahan epididimis.Bagian cauda merupakan bagianekor
epididimis.Epididimis berfungsi sebagai tempat pemasakan sperma dan
sebagai tempat penyimpanan sperma yang telah terbentuk.
V a s d e f e r e n s merupakan saluran berotot tebal sehingga menyerupai
tali.Saluran ini berfungsiuntuk menyalurkan sperma dari cauda epididimis
kedalam
urethra.Kelenjar asesori terdiri atas vesikula seminalis, yang didug
a sebagai tempat untuk menghasilkan cairan semen.Kelenjar postat
yang berperan dalam menghasilkanenzim fosfatase asam, asam sitrat, dan
seminin. Kelenjar kowper menghasilkansecret berupa lendir yang
akanditumpahkan pada saat ejakulasi. Mencit juga memiliki alat kelamin
eksternal yaitu penis yang berfungsi memindahkan sperma ketubuh betina.
b. Betina
Pada mencit betina, organ reproduksinya terdiri dari ovarium dasaluran rep
roduksi atau saluran kelamin. Jika diamati secara mikroskopis,ovarium
terdiri dari dua daerah utama yaitu korteks danmedulla.Ovarium ini
berfungsi untuk menghasilkan sel telur. Saluran kelamin pada mencit
betina terdiri atas oviduk, uterus, serviks, vagina dan genitalia
eskternal. Oviduk merupakan saluran penghubung antara ovarium
dengan uterus panjang dan yang berkelok-kelok dari ductus
muller fungsi saluran iniadalah untuk memindahkan sel telur dan sperma
ke tempat pembuahan, tempatkapasitas sperma dn tempat pembelahan zigot.
Uterus terdiri atas tanduk, badandan leher, uterus pada mencit yaitu tipe
dupleks dimana tanduknya terpisahsecara sempurna dan terdiri atas seviks
tanpa tubuh uterus. Uterus ini berfungsisebagai alat transport sperma kedalam tuba
fallopi, memberri makanan blastosits, tempat pembentukan plasenta, dan juga berfungsi
sebagai tempat perkembangan embrio. Serviks merupakan saluran yang menyumbat
lumen uterus terhadap pendatang yang tidak diinginkan yang bersifat mikroskopis
maupun makroskopis.Vagina merupakan saluran yang berfungsi sebagai jalur keluar
retus dan plasenta pada saat kelahiran.
2. Katak( Rana cancarivora)
a. Jantan
Alat reproduksi pada katak jantan terdiri
atas testis, vas everensia,vesikula seminalis dan kloaka. Testis
pada katak jantan sama halnya dengantestis pada ayam jantan yakni terletak
didalam rongga tubuh, yaitu terletak pada bagian atas ginjal, bertabung oval,
pada bagian atas testis Terdapat badan lemak. Antara testis dan kloaka
dihubungkan oleh efferens.Vesikulas seminalis merupakan kelenjar
asessori yang dimiliki katak yang menghasilkan secret yang
merupakan cairann semen.
b. Betina
Pada katak betina, organ eproduksinya terdiri atas ovariu
m, saluran telur, uterus, dan kloaka.Ovarium katak sebanding
dengan tubuhnya.Ovariumterletak dirongga tubuhnya, diatas ginjal,
ovarium bersambung dengan salurankeluar yang panjang dan
berkelok-kelok(saluran telur) yang menghubungkanovarium dengan
uterus. Uters pada katak tidak berfungsi seperti pada mamalia,dalam hal ini
hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sel teluryang
sudah matang sampai pada musim kawin tiba, uterus ini bermuara
padakloaka dan merupakan tempat keluarnya sel telur yang telah matang
3 . Burung
a. Jantan
Pada burung jantan alat reproduksinya terdiri atas sepasang testis,
penbuluh eferensia, saluran deferen dan kloaka.Testis pada merpati
tidak memiliki kantung atau skrotum, ia terdapat didalam rongga tubuh tepatnya
didaerah sekitar ginjal. Testis pada merpati tidak memiliki ukuran yang
sama besar, testis sebelah kanan memiliki ukuran yang lebih kecil dari
testis sebelah kiri. Pada testis ini melekat pembuluh-pembuluh eferensia
yang berfungsi menyalurkan sel sperma yang telah matang menuju ke
vasdeferens.Dari vas deferens selanjutnya dikeluarkan melalui
kloaka.Secaraumum kloaka memiliki fungsi sebagai saluran sperma/telur, urine dan
tinja.
b. Betina
Pada merpati betina alat repoduksinya berupa ovarium, ostium tuba,
uterus dan kloaka.Ovarium pada burung berbeda degan ovarium pada
mencit dan katak.Ovarium sebelah kanan mengalami rudimenter
sehinggahanya ovarium sebelah kiri yang berfungsi.Ostium tuba
merupakan lubangdari tuba/oviduk.Oviduk merupakan saluran sel telur
dan sperma ke tempat pembuahan.Uterus pada merpati tidak berfungsi
seperti pada hewan mamalia, yaitu sebagai tempat perkembangan retus,
tetapi sebagai penempengan sementara sel telur yang telah matang
sebelum dikeluarkan melalui kloaka.
4. Kadal
1. Jantan
Pada kadal jantan Terdapat Testis yang berjumlah sepasang dan
berfungsi sebagai penghasil sperma.Epididimis merupakan saluran
yang berkelok-kelok yang keluar dari testis.Vas deverensmerupakan
lanjutan epipydimis tidak berkelok-kelok yang menuju ke
kloaca.Hemipenismerupakan penjolan dinding cloaca, berfungsi
sebagai alat untuk memasukan sperma ada tubuh betina (Kopulasi).

2. Betina
Pada kadal betina memiliki ovarium yang berjumlah sepasang
berfungsi sebagai penghasil sel telur.Oviductmerupakan saluran sel
telur dari ovarium, dindingnya tipis dan banyak mengandung kelenjar
yang memberikulit ovum setelah di buahi, dan
Kloaca merupakan saluran kelamin, saluran pencernaan, saluran
ekresi.
5. Ikan
a. Jantan
Pada ikan jantan Terdapat gamet jantan yang berfungsi untuk
menghasilkan sel kelamin jantan atau sperma.Vas deferens (saluran
sperma), yaitu saluran untuk mengalirkan sperma dari testis menuju
lubang urogenital.Lubang urogenital merupakan muara tempat
keluarnya sperma dan air kemih.Dan terutama untuk produksi dan
penyimpanan, serta mengantar sperma untuk pembuahan sel telur.
b. Betina
Pada ikan betina terdapat gamet betina berjumlah sepasang ovarium
(indung telur), berfungsi untuk menghasilkan ovum (sel telur).Oviduk
(saluran telur) merupakan saluran keluarnya sel telur dari ovarium
menuju lubang urogenital.Lubang urogenital, yaitu lubang atau muara
tempat keluarnya sel telur dan air kemih.Dan juga berfungsi untuk
memproduksi sel telur dan mengandung telur.
6. Manusia
a. Jantan
Terdapat penis yang merupakan organ vital pria yang digunakan untuk
berhubungan seeksual. Disaat mencapai klimaks seksual, sperma
keluar melalui saluran didalam penis. Skorotum merupakan kantong
kulit yang menggantung pada pangkal penis.Tetis merupakan organ
paling penting dari sitem reeproduksi laki-laki yang terletak di dalam
skorotum. Testis yang memiliki fungsi kelenjar di mana sperma dan
teesteron diproduksi .
b. Betina
Terdapat tuba falopi, organ ini berbentuk tabung kecil yang menempel
bagian atas rahim. Tuba falopi berfungsi sebagai jalur sel teelur untuk
beergeerak dari ovarium ke rahim. Ovarium Kelenjar berbentuk oval
kecil yang terletak di kedua sisi rahim, ovarium menghasilkan sel telur
dan hormon estrogen serta progesteron. Vagina dan serviks jalur yang
menghubungkan serviks (mulut rahim) kebagian luar tubuh.Vagina di
kenal juga sebagai jalan lahir. Saat berhubungan seksual, penis akan
masuk ke dalam organ ini.Uterus (rahim) organ berongga berbentuk
sepertibuah pir yang merupakan tempat bagi janin berkembang
semasakehamilan.

PERTANYAAN :
1) Apakah pada hewan-hewan vertebrata (ikan, kadal, katak, burung mencit
dan manusia) sudah memiliki alat reproduksi ? Jika ya sebutkan nama
organ dan bagiaan-bagian alat reproduksi pada masing-masing hewan
tersebut!
Jawab :
Organ Ikan Katak Kadal Burung Mencit Manusia
reproduksi
Gamet Ada ada
jantan dan - - - -
betina
Testis ada adaa Ada Ada ada
-
Gonad Ada ada

Ovarium ada ada Ada Ada Ada

Epididymis

Vas
deferens
Kloaka

Oviduk

Lubang
urogenital

2) Sebutkan alat atau organ reproduksi pada manusia


Jawaban :
wanita : 1. Tuba falopi
2. Ovarium
3. vagina dan serviks
4. Uterus (Rahim)
laki-laki :1. Penis
2. Skorotum
3. Testis
3) Sebutkan penyakit atau kelainan pada organ reproduksi manusia yang
anda ketahui
Jawab :
1. Kanker Vagina
Penyakit ini menyerang wanita.Kanker vagina sampai saat ini tidak
diketahui penyebabnya dan kemungkinan disebabkan oleh virus yang
menyebabkan iritasi.Upaya pengobatannya dapat dilakukan dengan
kemoterapi dan bedah laser.
2. Gangguan Menstruasi
Penyakit ini menyerang wanita.Gangguan atau penyakit ini bisa berupa
amenore primer dan juga amenore sekunder. Amenore primer
merupakan gejala dimana menstruasi tidak terjadi hingga usia 17 tahun
dan unsur seksual sekunder juga tidak berkembang. Sementara itu,
amenore sekunder adalah tidak proses menstruasi selama 3 hingga 6
bulan pada wanita yang telah mengalami siklus menstruasi
sebelumnya.
3. Kanker Serviks
Penyakit ini menyerang wanita.Kanker serviks adalah kanker yang
terjadi pada serviks (leher rahim) yang hampir semuanya disebabkan
oleh virus HPV (Human papilloma virus).Gejala awal berupa
pendarahan pada vagina yang baru muncul saat memasuki stadium
lebih jauh.Kanker serviks tidak menular.Penanganannya adalah dengan
pengangkatan uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina,
dan kelenjar limfa panggul.

4. AIDS
Penyakit ini menyerang baik pria maupun wanita.AIDS atau Acquired
Immuno Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merusak sistem
imun pada manusia dengan menyerang sel darah putih.Sampai
sekarang penyakit ini belum bisa disembuhkan bahkan vaksinnya
belum ditemukan sehingga sangat berbahaya dan mematikan.AIDS
disebabkan oleh virus HIV (Human immunodeficiency virus).Virus ini
menular lewat darah dan cairan kelamin baik melalui jarum suntik,
ASI, maupun melalui hubungan seksual.
5. Epididimitis
Penyakit ini menyerang pria.Epididimitis adalah peradangan pada
saluran epididimis yang disebabkan oleh infeksi atau karena terkena
penyakit menular seksual (PMS).Penyakit ini ditandai dengan rasa
nyeri disertai pembengkakan pada salah satu testis.
6. Sifilis
Penyakit ini menyerang pria. Sifilis adalah penyakit kelamin yang
disebabkan oleh bakteri Treponema pallidium yang ditandai dengan
berbagai gejala yaitu:
- Luka pada alat kelamin, rektum, lidah, dan bibir.
- Pembengkakan getah bening pada bagian paha.
- Bercak-bercak di seluruh tubuh.
- Tulang dan sendi terasa nyeri ruam pada tubuh terutama pada
bagian tangan dan telapak kaki.Gejala ini bisa hilang walaupun
bakteri masih terdapat di dalam tubuh. Bakteri ini dapat
menyerang otak hingga mengalami kebutaan dan gila. Penyakit
ini dapat menular ke orang lain. Pengobatan dapat dilakukan
dengan antibiotik yang diberikan segera.
7. Herpes Genetalis
Herpes adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus herpes yang
ditandai dengan rasa gatal dan sakit di sekitar alat kelamin.
8. Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penyakit yang menyerang pria dan ditandai
dengan penurunan fungsi testis.Penyebab penyakit ini adalah adanya
gangguan pada interaksi hormon yang menyebabkan infertilitas,
impotensi, dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan.Penanganan
penyakit hipogonadisme adalah dengan terapi hormon.
9. Gonore
Penyakit gonore atau yang biasa disebut kencing nanah disebabkan
oleh bakteri.Gejala penyakit ini adalah keluarnya cairan seperti nanah
dari saluran kelamin, muncul rasa panas, dan sering buang air
kecil.Bakteri yang menyebabkan gonore dapat menyebar ke seluruh
tubuh sehingga menyebabkan rasa nyeri pada persendian dan dapat
mengakibatkan kemandulan.Gonore dapat disembuhkan dengan
penggunaan antibiotik secara cepat.
10. Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah kanker yang menyerang ovarium pada alat
kelamin wanita.Gejala penyakit ini tidak jelas namun biasanya ditandai
oleh rasa pegal pada panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan,
atau mengalami pendarahan abnormal pada vagina.Kanker ovarium
dapat ditangani dengan kemoterapi dan pembedahan.
11. Endometriosis
Endometriosis adalah penyakit dimana jaringan endometrium wanita
berada di luar wilayah rahim yaitu ovarium, oviduk, ataupun di jalur
luar rahim wanita.Gejalanya adalah nyeri pada bagian perut, pinggang
sakit, dan rasa tidak nyaman berlebihan saat menstruasi.
12. Kanker Rahim
Kanker rahim (uterus) adalah kanker yang sering terjadi di
endometrium.Endometrium adalah tempat dimana janin
tumbuh.Penyakit ini menyerang wanita yang berusia diantara 60
sampai 70 tahun.
13. Keputihan
Ada 2 macam keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak normal.
Keputihan normal bila lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak
gatal.Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi
berarti keputihan tersebut dikatakan tidak normal.
14. Infeksi Vagina
Infeksi ini menyerang wanita usia produktif terutama yang telah
menikah. Penyebabnya adalah hubungan kelamin.Penyakit ini ditandai
dengan keputihan dan timbul gatal-gatal.
15. Hernia Inguinal
Hernia Inguinal adalah gangguan atau kelainan yang ditandai dengan
sebagian usus terdorong menembus dinding abdominal dan masuk ke
selangkangan atau skrotum.Kelainan ini terlihat sebagai suatu
pembengkakan di daerah selangkangan. Kelainan ini dapat ditangani
dengan cara pembedahan.
16. Kandida
Kandida adalah bermacam-macam jamur yang hidup di saluran
pencernaan, saluran kemih, dan genital.Jamur kandida yang biasa
menyebabkan infeksi adalah Kandida albikans.Gejala yang terjadi jika
infeksi terjadi pada vagina adalah gatal-gatal pada bagian kemaluan
terutama pada malam hari serta keluarnya cairan vagina berwarna
pekat seperti keju sampai dengan keruh encer.Jamur ini dapat menular
melalui persetubuhan.Penyakit ini dapat ditangani dengan obat anti
jamur.
17. Penyempitan Saluran Telur/Oviduk
Kelainan ini merupakan faktor bawaan atau karena infeksi. Saluran
telur yang sempit akan menyulitkan sperma untuk mencapai bagian
dalam oviduk. Akibatnya adalah terjadi kesulitan dalam proses
pembuahan.
18. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang ditandai dengan adanya
benjolan kenyal pada payudara.Penyakit ini dapat diobati dengan
operasi.
19. Condyloma
Condyloma adalah gangguan yang ditandai dengan benjolan seperti
bunga kol atau jengger ayam.Penyakit ini dikenal sebagai kutil
kelamin.Condyloma merupakan penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV).Pengobatan dapat
dilakukan dengan obat oles, obat suntik, atau operasi.
20. Kanker Prostat
Kanker prostat adalah kanker yang berkembang di bagian kelenjar
prostat pada pria.Sel kanker prostat dapat menyebar ke bagian tubuh
lainnya terutama pada tulang dan lymph node. Ciri-ciri kanker prostat
adalah kesulitan buang air kecil, rasa sakit di bagian prostat, impotensi,
dan lainnya.
21. Pseudohermaphrodite
Kelainan ini sangat langka.Pseudohermaphrodite adalah kelainan
dimana bentuk alat kelamin seperti laki-laki dan perempuan namun
tidak sempurna.Kelaminnya memiliki penis yang sangat kecil namun
tidak memiliki testis.Bahkan pada beberapa bayi ditemukan jaringan
testis dan ovarium.Penyakit ini adalah bawaan sejak lahir.
22. Ejakulasi Dini
Ejakulasi dini adalah gangguan dimana pria tidak dapat mengendalikan
proses ejakulasi.
23. Impotensi
Impotensi adalah gangguan pada laki-laki yang membuat penis tidak
dapat melakukan ereksi.Impotensi disebabkan oleh faktor hormonal,
faktor psikologis, atau emosional seseorang.
24. Mikropenis
Mikropenis adalah kelainan pada laki-laki dimana penis berukuran di
bawah rata-rata.
25. Vulvovaginatis
Vulvovaginatis adalah peradangan pada vulva dan vagina yang
menyebabkan keputiha.Penyakit ini disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian Organ atau alat reproduksi hewan dapat
disimpulkan, bahwa :
1. Alat reproduksi pada ikan betina yaitu,Gamet betina yang
terdiri dari sepasang ovarium, oviduk dan lubang urogenital.
Sedangkan pada ikan jantan yaitu, gamet jantan yang terdiri
dari vas deferens, testis dan lubang urogenital
2. Alat reproduksi pada katak betina yaitu ovarium, oviduk dan
kloaka. Sedangkan pada katak jantan terdiri dari testis, vas
deverens dan kloaka.
3. Alat reproduksi pada kadal betina yaitu, ovarium, oviduct dan
kloaka. Sedangkan pada kadal jantan Terdapat testis,
epipydimis, vas deverens, dan hemipenis.
4. Alat reproduksi pada burung betina, yaitu ovarium kiri,oviduk,
oviduk yang menyusut dan kloaka. Sedangkan pada burung
betina, yaitu testis, vas deferens, ureter dan kloaka.
5. Alat reproduksi pada mencit betina, yaituovarium, oviduct atau
tuba falopi, uterus, vagina dan klitroris.Sedangkan alat
reproduksi pada mencit jantan, yaitu Alat kelamin luar berupa
penis, dan skrotum. Dan alat kelamin dalam berupa, testis,
saluran reproduksi dan kelenjar kelamin.
6. Alat reproduksi pada manusia (wanita) yaitu,tuba falopi,
ovarium, vagina, serviks dan uterus (rahim). Sedangkan alat
reproduksi pada manusia (Laki-laki) yaitu, penis, skorotum dan
tetis.
B. Saran
Dari praktikum yang telah saya lakukan, saran yang dapat saya
berikan yaitu hendaknya ada kerjasama antara tempat yang akan
dikunjungi atau tempat yang akan diobservasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2006. Reproduksi dan Embriologi. Makassar : Badan Penerbit


UNM.
Balinsky, B.I. (1981). An Introduction to Embriology, 5th ed.
Philadelphia: Saunders College Publ.
Carlson, B.M. (1988). Patten's Foundations of Embriology, 5th ed. New
York: McGraw Hill Book Co.
Campbell, 1974.Biologi.Jakarta : Erlangga.
Nelbandov, AN. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan
Unggas.Jakarta : UI
Sloane, E. 1994.Anatomi dan Fisiologi. Buku Kedokteran ECG. Jakarta
Sugiantoro. 1996. Perkembangan Hewan. Yogyakarta : UGM Press.
SEL SPERMA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi adalah proses perkembangbiakan suatu makhluk hidup
merupakan proses yang rumit karena dipengaruhi berbagai faktor, baik
dari dalam maupun dari luar tubuh. Gangguan sistem reproduksi pada
hewan jantan maupun betina dapat mengakibatkan rendahnya efisiensi dan
penurunan populasi.Keberhasilan reproduksi sekelompok hewan sangat
ditentukan bagaimana upaya pengelolaan reproduksi itu sendiri misalnya,
pemberian pakan yang baik, lingkungan yang serasi, terhindar dari
penyakit, sanitasi yang baik dan tidak ada gangguan hormonal.Keberadaan
hormon sangat diperlukan dalam segala aspek pengaturan tubuh, selain
pengaturan oleh syaraf, pengaturan sistem reproduksi merupakan
kerjasama antara syaraf dan hormon.
Hormon reproduksi yang sangat berperana dalah hormon estrogen,
karena berfungsi dalam pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin dan
jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi. Dalam ovulasi terjadi
siklus yang dikendalikan oleh hormon. Pada manusia dan primate, siklus
terjadinya ovulasi dalam suatu proses reproduksi diberi istilah siklus
menstruasi sedangkan pada mamalia lain diberi istilah siklus estrus
(Campbell et al, 2004). Hormon estrogen dihasilkan oleh tubuh seperti;
ovarium, korpus luteum, plasenta dankorteks adrenal. Mengingat
pentingnya peranan estrogen terhadap proses reproduksi betina, maka para
ahli dan peneliti telah melakukan berbagai percobaan untuk mencari
sumber estrogen lain dari luar tubuh (estrogen eksogen). Estrogen dari
luar tubuh dapat berasal dari tumbuhan yang disebut sebagai
fitoestrogen.Pengunaan tanaman obat (herba) dijadikan alternatif karena
penggunaan bersifat alami, tidak berbahaya dan biaya
terjangkau.Fitoestrogen bekerja pada reseptor estrogen memberikan
keuntungan sebagai pengganti estrogen.
B. Tujuan
mengamati bentuk/ struektur sperma dan sel telur pada hewan

BAB II
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Hari : Sabtu
Tanggal : 30 Maret 2019
Tempat : Laboratorium FMIPA UPI BANDUNG

B. Alat dan Bahan


1. Mikroskop
2. Objek dan cover glass
3. Larutan NaCl 0,7/9%
4. Pipet
5. Larutan pewarna eosin B
6. Cawan petri
7. Gunting bedah
8. Testis dan Ovarium hewan
9. Larutan George

C. Cara Kerja
1. Buatlah larutan sperma atau sel telur dengan cara menggunting
bagian epididymis testis atau menghancurkan ovarium dengan
batang pengaduk. Kemudian larutkan dalam NaCl.
2. Ambil 1 tetes larutan sperma / sel telur pada objek glass tetesi
sedikit pewarna George kemudian tutup dengan cover glass.
3. Ambil dengan menggunakan mikroskop mulai dengan
pembesaran kecil kemudian besarkan sesuai dengan yang
diperlukan.
4. Gambarkan bentuk sperma tersebut.
5. Jika anda ingin mengamati pergerakannya saja cukup
tambahkan larutan Nacl saja.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Metode pembuatan preparat dengan cara mengoles atau membuat


selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan diatas kaca objek.
Metode ini dipakai untuk pembuatan preparat smear spermatozoa. Untuk
metode ini biasanya digunakan bahan dari sel hewan (Pujawati,
2002).Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan preparat dan sediaan
mikroskopis pada umumnya disebut sebagai mikroteknik. Teknik teknik
pada pembelajarannya mengacu pada cara preparat itu sendiri dibuat. Pada
praktikum kali ini metode atau teknik yang digunakan adalah metode
apusan atau teknik smear. Dalam setiap pembuatan preparat pada
umumnya selalu dilakukan fiksasi terlebih dahulu. Sedangkan fiksasi itu
sendiri adalah suatu cara atau proses (metode) yang bertujuan untuk
mematikan sel tanpa mengubah fungsi dan struktur di dalam sel itu sendiri.
Jika telah dilakukan fiksasi maka preparat yang dibuat akan menjadi lebih
awet (Pujawati, 2002). Salah satu metode dalam mikroteknik adalah
membuat sediaan dengan cara dioleskan di atas kaca objek dengan bantuan
kaca objek yang lain. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh apusan yang
setips-tipisnya sehingga bentuk dari sel yang dijadikan bahan apusan
tersebut dapat terlihat dengan jelas di bawah mikroskop. Dengan kata lain
teknik pembuatan perparat dengan metode apusan ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran bentuk sel yang sejelas-jelasnya sehingga sel
tersebut dapat dengan mudah untuk diketahui dan diamati (Santoso, 2002).
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa adalah sel dari sistem
reproduksi lakilaki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk membentuk
zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan
berkembang menjadi embrio. Sel sperma manusia adalah sel sistem
reproduksi utama dari laki-laki. Sel sperma manusia terdiri atas kepala
yang berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor sepanjang 50 µm. Sel sperma
pertama kali diteliti oleh seorang murid dari Antonie van Leeuwenhoek
tahun Sperma berbentuk seperti kecebong, dan terbagi menjadi 3 bagian
yaitu: kepala, leher dan ekor. Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi
inti (nucleus).Bagian leher menghubungkan kepala dengan bagian
tengah.Sedangkan ekor berfungsi untuk bergerak maju, panjang ekor
sekitar 10 kali bagian kepala (Wikipedia, 2012). Spermatozoa adalah sel
gamet jantan yang diproduksi pada proses spermatogenesis yang
terjadihanya di tubulus seminiferus yang terletak di testes (Susilawati,
2011). Spermatogenesis bermula dengan terjadinya proses pembelahan
pematangan pertama dimana kromosom ayah dan ibu terbagi untuk dua sel
anak (spermatosid II) yang kemudian membelah menjadi spermatid dan
melalui pembelahan pematangan kedua akan dihasilkan empat sel sperma
(Rohen, 2009). Sperma yang kelainan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitucacat bawaan dari lahir, kegagalan testis untuk turun ke
skrotum, pemaparan bahaya seperti sinar-x, radioaktivitas, beberapa
gangguan genital, kondisi panas disekitar testis dan stres emosional (Alam,
2007).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Sel telur dan Sperma mencit
Sel sperma dan sel telur manusia
B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan dengan mikroskop dengan


menggunakan perbesaran 10x10 bahwa pada pengamatan morfologi
sperma yang telah diwarnai dengan pewarnaan giemsa, pada manusia
normal morfologi spermanya terdiri dari sperma normal, berkepala besar
dan berekor 2, pada perokok ringan morfologi spermanya terdiri dari
sperma normal, berekor 2, dan berakar besar, dan pada perokok berat
morfologi spermanya terdiri dari sperma normal, berkepala 2, berkepala
kecil, dan kepala besar, sedangkan pada morfologi sperma kambing terdiri
dari sperma normal, dan berekor panjang.
Semen diwarnai dengan pewarna giemsa, dilihat dengan
mikroskop.Dihitung sebanyak 200 spermatozoa dan dibedakan yang
normal (kepala oval dan bagian lain normal), dengan yang abnormal
(kepala bukan oval dan bagian lain abnormal).Semen dianggap normal jika
jumlah abnormalnya hanya 30 – 40%.Jika > 40%
disebut teratozoospermia. Jika > 50% : infertile, meski konsentrasi
normal. Bentuk abnormal oleh beberapa factor, yaitu (Wahyu, 1990):
1. Penyakit alergi
2. Ejakulasi terlalu sering
3. Gangguan pada epididimis
4. Stress psikis atau fisik
5. Gangguan hormonal
6. Gangguan saraf
Struktur spermatozoa dicirikan sebagai sel yang “terperas”, sangat
sedikit sekali kandungan sitoplasmanya.Spermatozoa memiliki organel-
organel yang sangat sedikit dibandingkan sel lainnya. Spermatozoa tidak
memiliki ribosom, retikulum endoplasmik dan golgi. Sebaliknya
spermatozoa memiliki banyak sekali mitokondria yang letaknya sangat
strategis untuk pengefisiensian energi yang diperlukan.Secara struktur ada
dua bagian yaitu kepala dan ekor (Wahyu, 1990).Kepala spermatozoa
bentuknya bervariasi.Isinya adalah inti (di dalamnya terkandung material
genetik) haploid yang berupa kantong berisi sekresi-sekresi enzim
hidrolitik.Spermatozoa yang kontak dengan telur, isi akrosomnya
dikeluarkan secara eksositosis yang disebut dengan reaksi akrosom
(Tenzer, 2003).Ekor sperma terdiri atas tiga bagian yaitu middle piece,
principal piece dan end piece.Ekor ini berfungsi untuk pergerakan menuju
sel telur. Ekor yang motil itu pada pusatnya sama seperti flagellum
memiliki struktur axoneme yang terdiri atas mikrotubul pusat dikelilingi
oleh Sembilan doblet mikrotubul yang berjarak sama satu dengan yang
lainnya. Daya yang dihasilkan mesin ini memutar ekor bagaikan baling-
baling dan memungkinkan sperma meluncur dengan cepat.Keberadan
mesin pendorong ini tentunya membutuhkan bahan bakar yang paling
produktif yaitu gula fruktosa yang telah tersedia dalam bentuk cairan yang
melingkupi sperma (Bachtiar, 2003).
Sperma bukan hanya harus ada pada air mani, tapi juga harus
memenuhi kriteria ‘air mani sehat dan subur’ dan kriteria ini menurut
WHO adalah sebagai berikut (Munasik, 2004):
1. Jumlah sperma yang cukup banyak (di atas 10 juta permilimeter)
2. Gerakannya cukup cepat dan lurus
3. Bentuknya relatif normal
4. Kemampuan hidupnya (viabilitas) cukup baik
5. Tidak terdapat bakteri dan leukospermia yang banyak
Dengan ukurannya yang sangat kecil hanya akan nampak bila dilihat
dengan mikroskop yaitu sekitar 4-5 mikron dengan lebarnya 2,5 - 3,5
mikron adalah hal yang sangat memungkinkan bagi sperma untuk
mencapai sel telur dengan‘kegesitannya’. Spermatozoa atau sperma
merupakan hasil produksi dari kelamin pria, yang dikeluarkan bersama-
sama dengan cairan mani. Namun bukanlah sebuah jaminan apabila
bentuk dan ukuran penis normal maka akan dapat berfungsi dengan
normal pula (Scanlon, 2003).
Pada umumnya air mani (semen) yang dikeluarkan pada saat ejakulasi
terdiri atas sperma dan plasma semen yang diproduksi dengan organ
reproduksi yang berbeda. Kalau dilihat dari luar dan diamati, air mani
tampak normal. Tapi bila dilihat di bawah mikroskop tidak terdapat
sperma sama sekali, maka pria ini termasuk kategori azoospermia (tidak
memiliki sperma sama sekali) (Sherwood, 2001).
Kondisi yang meningkatkan suhu pada testis (dimana sperma
dihasilkan) bisa mengurangi jumlah sperma dalam jumlah besar dan
gerakan sperma yang kuat bisa meningkatkan jumlah sperma yang tidak
normal.Suhu kemungkinan meningkat dengan berhubungan dengan panas
yang berlebihan, gangguan yang menghasilkan demam jangka panjang,
testis yang tidak turun (kelainan langka yang hadir pada saat lahir, dan
pembuluh varicose pada testis (varicocele) (Toelihere, 1981).
Gangguan hormon tertentu atau genetik bisa menghalangi produksi
sperma. Gangguan hormon termasuk hyperprolactinemia,
hypothyroidusm, hypogonadism, dan gangguan pada kelenjar adrenalin
(yang menghasilkan hormon testosteron dan hormon lain) atau kelenjar
pituitari (yang mengendalikan produksi testosteron). Gangguan genetik
meliputi kelainan pada kromosom seks, yang terjadi pada sindrom
Klinefelter (Scanlon, 2003).
Sel telur diproduksi di dalam ovarium.Perkembangan sel telur terjadi
di dalam folikel – folikel telur. Folikel telur yang matang akan mengalami
ofulasi, sel telur yang dilepaskan dari ovarium akan masuk ke dalam
oviduk. Seperti sel yang lain, sel telur dilengkapi dengan membrane sel
yang disebut plasmalemma atau oolema. Untuk melindungi sitoplasma,
inti, yolk, dan organel – organel dalam sel. Disamping oolema,
kebanyakan sel telur dikelilingi oleh membrane – membrane
telur.Membrane telur yang disekresi oleh sel telur sendiri, disebut
membrane telur primer.Membrane vitelin yang mengelilingi oolema
termasuk membrane telur primer.Membrane telur yang disekresi oleh sel –
sel folikel disebut membrane telur sekunder, misalnya zona pelusida yang
terletak disebelah luar membrane vitelin (Guyton, 2006).
Spermatozoa diproduksi di dalam tubulus seminiferus
testis.Spermatozoid vertebrata terdiri atas bagian kepala, leher, bagian
tengah, dan ekor yang berupa flagel panjang.Sperma hewan – hewan yang
berbeda, berbeda pula dalam ukuran, bentuk dan mobilitasnya.Bentuk
spermatozoidnya adalah spesifik spesies, perbedaannya terutama terletak
pada bentuk kepalanya, yaitu dari bulat pipih sampai panjang lancip
(Sherwood, 2001).
Pada hewan – hewan yang tidak memiliki epididimis, testis menjadi
tempat perkembangan serta maturasi sperma.Jadi pada hewan – hewan
tersebut sperma yang dikeluarkan dari testis merupakan sperma yang
matang, mempunyai motilitas dan mempunyai kemampuan untuk
membuahi sel telur.Pada hewan – hewan yang memiliki epididimis,
sperma yang berada di dalam tubulus seminiferus atau yang dikeluarkan
dari testis belum motil, motilitasnya baru diperoleh setelah mengalami
aktivasin atau pematangan fisiologia di dalam epididimis.Spermatozoa
dapat disimpan dalam epididimis dan vasdeverens selama beberapa hari
sampai beberapa bulan (Wahyu, 1990).
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Teknik pembuatan preparat smear sel sperma yaitu dengan cara


smear sperma dengan menggunakan kaca objek, fiksasi dengan
alkohol 96%, tahap pewarnaan dengan menggunakan eosin/
giemsa, tahap pembilasan dengan menggunakan aquades, tahap
pengentellan.
2. Hasil preparat smear sel sperma mencit di peroleh yakni sebagai
berikut: Struktur spermatozoa dapat di bagi dalam 3 bagian, yaitu:
a. Kepala b. Leher/ mid piece c. ekor flagel.
3. Faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan tingkat
kegagalan dalam pembuatan preparat smear sel sperma adalah
tahap pemrosesan sangat mempengaruhi keberhasilan pembuatan
preparat terutama dalam proses perlakuan penggeseran sperma
(smear) pada kaca objek, karena hal ini berpengaruh terhadap sel-
sel sperma.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsir. (2007). Infertil. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Partodiharjo, Soebadi.

Bachtiar, Imam. 2003. Reproduksi Seksual Karang Scleractinia: Telaah


Pustaka. Jurnal Biota. Vol VIII. No. 3. Hal 131 – 134. Mataram.

Ilmu Reproduksi Hewan. Surabaya: Mutiara Sumber Widya. Pujawati, D.


(2002).

Universitas Lambung Mangkurat. Rohen, Johannes W. dan Drecoll, EL.


(2009). Embriologi Fungsional. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Santoso, H. B. (2002). Bahan Kuliah Teknik Laboratorium. Banjarbaru:


Universitas Lambung Mangkurat.

Susilawati, Trinil. (2011). Spermatologi. Malang: UB Press Wikipedia.


(2013). Spermatozoid.( diakses 05 Oktober 2013).

Scanlon & Sanders. 2003. Essential of Anatomy and Physiology.


Philadelphia : F. A. Davis Company.Sherwood, lauralee. 2001.
Fisiologi Hewan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Yatim, W. (1982).Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.


Yulnawati, Setiadi MA. (2005).

Wahyu, Hary. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi.


Yogyakarta. Jurusan Zoologi UGM.

Toelihere, Mozes. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak.Bandung :


Penerbit Angkasa.
Taksonomi Tumbuhan Rendah
BAB I
PENDALUAN

A. LatarBelakang
Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di
dunia sehingga dijuluki sebagai megabiodiversitas. Di indonesiaterdapat
sekitar 30.000-40.000 spesies tumbuhan atau sekitar 10% dari keseluruhan
tumbuhan yang terdapat di planet bumi, termasuk di dalamnya tumbuhan
rendah (Alga, Lumut dan Tumbuhan Paku).
Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan
adalahpengenalan (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau
klasifikasi.Kata taksonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis
yang artinya susunandan nomos artinya aturan (hukum), sehingga secara
harfiah taksonomi merupakansusunan berdasarkan aturan tertentu.
Menurut Lawrence Taksonomi adalah ilmu pengetahuan yang
mencakupidentifikasi, tatanama, dan klasifikasi.
Selain mengadakan penggolongan atau klasifikasi, unsur utama
dalam taksonomi salah satunya adalah pengenalan atau identifikasi.
Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau
menetapkan identitas (jati diri) suatu tumbuhan (meliputi:
menentukannama yang benar, tempat yang tepat dalam sistem
klasifikasi).Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar
dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi.
Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal
oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin
sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.Penentuan nama baru dan
penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada dalam
KITT (Kode Internasional Tatanama Tumbuhan).Prosedur identifikasi
tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke dunia ilmiah
memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi
KITT.Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan, memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen
herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci identifikasi dan lembar
identifikasi jenis.Selain mengadakan penggolongan atau klasifikasi tugas
utama taksonomi lainnya yang penting adalah “pengenalan” atau
“identifikasi”. Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan
atau menetapkan identitasa (“jati diri”) suatu tumbuhan dalam hal ini
berarti “menempatkan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat
dalam sistem klasifikasi”. Untuk istilah identifikasi sering juga digunakan
istilah “determinasi”

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi karakterisktik setiap kelompok lumut,
yaitu lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk.
2. Mahasiswa dapat membedakan genus yang satu dengan genus yang
lainnya berdasarkan karakter morfologinya.
BAB II

METODOLOGI

D. WaktudanTempat
Hari/Tanggal :Sabtu, 30 maret 2019.
Waktu :10.30-12.00
Tempat :LaboraturiumUniversitas Pendidikan Indonesia

E. AlatdanBahan
Bahandanalat yang di perlukan :

1. Alat :Lup, buku, alat tulis, smartphone


2. Bahan/spesimen lumut (dalam bentuk awetan bioplastik
dan/atau herbarium, bisa juga berupa foto yang diambil dari
internet) :
a. Anthoceros
b. Campylopus
c. Dumortiera
d. Fissidens
e. Hypnodendron
f. Leucobryum
g. Marchantia
h. Metzgeria
i. Rhodobyum
j. Rhizogonium
F. Cara kerja
1. Lakukan pengamatan karakter morfologi untuk setiap spesimen
dan gambarkan serta jelaskan bagian-bagian karakter morfologi
yang dianggap penting.
2. Isi tabel karakteristik berdasarkan hasil pengamatan morfologi.
3. Buat bagan dikotom konsep berdasarkan hasil karakterisasi.
4. Berdasarkan bagan dikotom konsep, susun kunci determinasinya
5. Rumuskan kesimpulan dari hasil praktikum
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Bryophyta berasal dari bahasa Yunani bryon yang berarti “Tumbuhan


lumut”. Pada umumnya, lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan
plastida yang menghasilkan klorofil a dan klorofil b sehingga lumut bersifat
autotrof. Lumut merupakan tumbuhan peralihan antara thallus dan kormus.
Beberapa ahli botani yang menganggap lumut merupakan perkembangan dari alga
hijau yang berbentuk filamen.
Lumut melakukan dua adaptasi yang memungkinannya untuk tumbuh di
tanah, yaitu pertama, tubuhnya diselubungi oleh kutikula lilin sehingga dapat
mengurangi penguapan dari tubuhnya. Kedua, gamet-gametnya berkembang di
dalam suatu struktur yang disebut gametangium, sebagai hasilnya zigot hasil
fertilisasi berkembang di dalam jaket pelindung. Karena lumut belum mempunyai
jaringan pengangkut, maka air masuk ke tubuh lumut secara imbibisi. Setelah air
masuk ke dalam tubuh lumut, kemudian didistribusikan ke bagian-bagian
tumbuhan, baik secara difusi, kapilaritas, maupun aliran sitoplasma. Sistem
pengangkutan air yang seperti itu menyebabkan lumut hanya dapat hidup di rawa
dan tempat teduh (Pratiwi, dkk, 2006).
Lumut (Bryophyta) dianggap tumbuhan pertama yang beradaptasi dengan
lingkungan darat, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kering. Karena
mampu berpindah dari habitat air ke habitat darat, maka tumbuhan lumut disebut
juga sebagai tumbuhan amfibi. Tumbuhan ini tergolong kelompok Cryptogamae,
yaitu kelompok tumbuhan yang alat reproduksinya tersembunyi.
Lumut sering dijumpai di tempat-tempat lembab atau basah. Bentuknya
merupakan tumbuhan peralihan dari thallus ke bentuk kormus, terlihat pada lumut
hati (Manchantia), dengan lumut daun (Fissidens).

Ciri-ciri tumbuhan lumut yaitu:


a. Sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
b. Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang
berbeda. Jika batangnya dilihat secara melintang tampak bagian berikut :
1) Selapis sel kulit, beberapa sel di antaranya memanjang membentuk
rizoid-rizoid epidermis.
2) Lapisan kulit dalam tersusun atas lapisan korteks.
3) Silinder pusat, terdiri dari sel parenkim yang memanjang dan berguna
untuk mengangkut air dan garam mineral.
c. Daun lumut hanya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun. Sel daunnya
kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala.
Di antaranya terdapat sel-sel mati dengan penebalan dinding dalam berbentuk
spiral. Sel-sel mati ini berguna untuk sebagai tempat
persediaan air dan cadangan makanan.
d. Pada lumut, hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada
pertumbuhan membesar. Ukuran sel yang terbatas mungkin disebabkan tidak
ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong.
2. Berdasarkan letak alat kelaminnya, lumut dibagi menjadi dua yaitu:
a. Lumut berumah satu, yaitu jika pada satu individu terdapat anteredium
dan arkegonium.
b. Lumut berumah dua, yaitu jika satu individu hanya terdapat anteredium
saja atau arkegonium saja, sehingga ada lumut jantan dan lumut betina).
3. Berdasar habitus (perawakan), lumut ada dua yaitu:
a. Lumut daun (musci), yaitu bentuk thallusnya seperti tumbuhan kecil yang
mempunyai batang semu tegak dan lembaran daun yang tersusun spiral.
Baik batang maupun daun belum memiliki jaringan pengangkut. Pada
bagian dasar batang semu terdapat rhizoid yang berupa benang halus dan
berfungsi sebagai akar. Pada bagian pucuk terdapat alat pembiakan seksual
berupa anteredium dan arkegonium. Contohnya: Spaghnum yang hidup di
rawa dan merupakan komponen pembentuk tanah gambut.
b. Lumut hati (Hepaticae), yaitu bentuk thallusnya pipih seperti lembaran daun.
Pada permukaan ventral terdapat rhizoid dan pada permukaan dorsal
terdapat kuncup. Anteredium memiliki tangkai yang disebut anteridiofor
dan tangkai arkegonium disebut arkegoniofor. Lumut hati dapat dipakai
sebagai indikator daerah lembab dan basah.
4. Peranan Tumbuhan Lumut dalam Kehidupan:
a. Dalam ekosistem yang masih alami, lumut merupakan tumbuhan perintis
karena dapat melapukkan batuan sehingga dapat ditempati oleh tumbuhan
yang lain.
b. Lumut dapat menyerap air yang berlebih, sehingga dapat mencegah
terjadinya banjir.
c. Lumut jenis Marchantia polymorpha dapat digunakan sebagai obat
radang hati.
d. Lumut Sphagnum dapat dijadikan sebagai bahan pengganti kapas.
e. Sebagai penyedia oksigen.
f. Sebagai ornamen tata ruang (Pratiwi, dkk, 2006).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
a. Tabel

NO. spesimen Orientasi Bentuk Kemunculan Bentuk Ciri khas


Habitus tumbuh sporofit sporofit daun
1. Anthoceros Thallus Horizontal Tanduk Permukaan - Sporofit
berbentuk tanduk

2. Campylopus Kormus vertikal Tiang Ujung Kormus Elips Sporogonium


berbentuk lonceng
3. Dumortiera Thallus horizontal Payung permukaan - Thallus lebar tipis
4. Fissidens Kormus vertikal Tiang Ujung kormus Elips Pelepah daun
5. Hypnodendron kormus vertikal Tiang Ujung kormus Elips Kormus
bercabang
6. Leucobryum kormus vertikal Tiang Ujung kormus Elips Warna hijau pucat
7. Marchantia thallus horizontal Payung Permukaan - Thallus lebar
8. Metzgeria Thallus horizontal Payung Permukaan - Thallus sempit
9. Rhodobryum Kormus vertikal Tiang Ujung kormus Lanset Kormus berwarna
merah
10. Rhyzogonium Kormus vertikal Tiang Dasar kormus Elips Muncul dasar
b. Bagan dikotom (BDK)

Bryophta

1.a 1.b
Habitus Talus Habitus
Kormus
1,3,7,8
2,4,5,6,9,10

2.a 2.b
3.a 3.b
Tanduk Payung
Payung Tiang
1 3.7.8
2 2.4.5.6.10

4.a 4.b
5.a 5.b
Talus Sempit Talus Lebar
Ujung Dasar
8 3.7
4,5,6,9 10

6.a 7.a 7.b


Talus Tebal Lanset Elips
7 9 2,4,5,6,10

8.a
8.b
6.b Warna Hijau
Pucat Hujau
Talus Tipis
6 4,5
3

9.a
Kormus
Cabang
5
9.b
Kormus Tak
Bercabang
4
c. Kunci determinasi

1a Habitus Thallus ........................................................................................... 2


1b Habitus kormus............................................................................................ 3
2a Bentuk sporofit tanduk ................................................................ Anthoceros
2b bentuk sporofit payung ................................................................................ 4
3a bentuk sporofit payung .............................................................. Campylopus
3b bentuk sporofit tiang .................................................................................... 5
4a thallus sempit ................................................................................. Metzgeria
4b thallus lebar ................................................................................................. 6
5a kemunculan sporofit di ujung ...................................................................... 7
5b kemunculan sporofit di dasar .................................................. Rhyzogonium
6a thallus tebal ................................................................................. Marchantia
6b thallus tipis ................................................................................. Dumortiera
7a bentuk daun lanset .................................................................... Rhodobryum
7b bentuk daun elips ......................................................................................... 8
8a warna hijau pucat ....................................................................... Leucobryum
8b warna hijau .................................................................................................. 9
9a kormus bercabang .................................................................. Hypnodendron
9b kormus tidak bercabang.................................................................. Fissidens

d. Gambar Spesimen
B. Pembahasan
1. Anthoceros sp.
Anthoceros sp. memiliki arah tumbuh horizontal atau menyamping.
Meiliki bentuk sporofit yang menyerupai tanduk membuat genus satu ini
memiliki ciri khas dengan sporofitnya itu sendiri yang berbentuk tanduk.
Sporofit ini muncul di permukaan genus Anthoceros. Sebagaimana genus
Dumortiera yang hidup sebagai thallus, genus Anthoceros juga tidak
memiliki urat daun dan juga tulang daun utama.
2. Campylopus sp.
Bentuk tubuh berupa talus dengan batang tegak,bercabang, dan
padat yang bentuknya seperti jarum dengan urat daun lebar pada bagian
pangkal serta memperlihatkan adanya tonjolan. Pada bagian ujung
tangkai(seta) terdapat sporangium.
3. Dumortiera sp.
Merupakan genus pada divisi Bryophyta dengan bentuk sporofit
menyerupai paying dengan ciri khas terletak pada alanya yang lebar.
Kemunculan spora pada genus satu ini terletak pada permukaannya.
Genus Dumortiera hidup sebagai thallus dengan arah tumbuh
horizontal. Sebagai tumbuhan thallus, genus Dumortiera tidak memiliki
tulang daun utama serta urat daun.
4. Fissidens sp.
Berdasarkan hasil pengamatan, Fissidens sp termasuk ke dalam
kelas Musci, bentuk tubuhnya kormus, arah tumbuhnya vertikal. Bentuk
sporofit berupa kapsul, percabangannya bebas, bentuk daun lanset,
memiliki urat daun. Sporofit muncul di ujung kormus. Spesies ini
memiliki ciri khas terdapat pelepah.
5. Hypnodendron sp.
Hypnodendron sp. hidup dengan habithus sebagai kormus yang juga
menjadikan ciri khas dari genus satu ini karena kormusnya yang
bercabang dengan roset hijau membuat genus ini memiliki kemiripan
dengan pohon simpodial. Genus ini memiliki urat daun, bentuk daun
lanset, serta tulang daun utama yang terbentang sampai ujung. Arah
tumbuh genus satu ini adalah vertikal dengan kemunculan sporofit yang
terletak di ujung dengan bentuk sporofit tiang.
6. Leucobryum sp.
Bentuk daunnya yang lebat menjuntai panjang dari pangkal keluar.
Warna hijau rumput, ditemukan menempel pada substratnya yaitu
pohon. Daunnya bercabang-cabang banyak meruncing, seperti ada
batang kecil yang ditumbuhinya. Menurut Edawua,lumut ini biasa
ditemukan bersama dengan lumut daun lainnya. Lumut ini
berperawakan kekar dan lebat. Bentuk gametofitnya berupa daun-daun
yang tumbuh dengan lebat dan berdempetan. Warna daunnya hijau
muda mengkilap,sempit dan memanjang. Terkadang pada ujungnya
mudah melengkung,ujung daun meruncing, dengan pangkal yang
tumpul. Antheridium dan arkegonium tidak ditemukan.
7. Marchantia sp.
Marchantia sp. termasuk ke dalam kelas Hepaticae. Memiliki
bentuk tubuh berupa thallus, arah tumbuh horizontal, bentuk
sporofitnya mangkuk, percabangan dikotom, dan tidak memiliki daun.
Memiliki ala, kemunculan sporofit di permukaan thallus. Spesies ini
memiliki ciri khas jumlah sporofit banyak dan tersebar di permukaan.
Menurut Yudianto (1992), sporofit tersembunyi terletak di bagian
permukaan bawah reseptakel betina. Reseptakel jantan (cawan
antheridial) dan reseptakel betina (cawan
archegonial) adalah terlihat jelas. Yang jantan serupa cawan dan
yang betina serupa payung.
8. Metzgeria sp.
Berdasarkan hasil pengamatan, Metzgeria sp termasuk ke dalam
kelas Hepaticae, arah tumbuhnya horizontal, bentuk tubuh berupa
thallus. Bentuk sporofit berupa mangkuk, percabangannya dikotom.
Tidak memiliki daun tetapi mempunyai ala. Sporofitnya muncul di
permukaan thallus. Spesies ini memiliki ala sempit dan panjang.
9. Rhodobryum sp.
Rhadobryum sp. termasuk ke dalam kelas Musci, memiliki bentuk
tubuh kormus. Arah tumbuhnya vertikal, bentuk sporofit berupa
kapsul,percabangan bebas, bentuk daun lanset, memiliki urat daun.
Kemunculan sporofit di ujung kormus. Spesies ini memiliki ciri khas
duduk daun ronset.
10. Rhizogonium sp.
Rhizogonium sp. adalah spesies Bryophyta yang termasuk ke dalam
kelas Musci karena merupakan tumbuhan serupa kormus yang memiliki
bagian batang, daun dan rhizoid yang jelas. Spesies ini memiliki thallus
yang cukup tebal dan arah tumbuh thallusnya vertikal serta
percabangannya bebas. Bentuk sporofit Rhizogonium sp. seperti kapsul
yang terletak di ujung ketiak daun dengan titik tumbuh sporofitnya di
pangkal batang. Rhizogonium sp. merupakan tumbuhan kormus
sehingga spesies ini memiliki daun sejati. Daun Rhizogonium sp.
berbentuk linier dengan urat daun yang sampai ke ujung dan duduk
daun roset.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ciri-ciri dari tumbuhan lumut yaitu memiliki daun semu, batang
semu, rhizoid, seta dan kaliptra serta ada beberapa lumut yang tidak
memilikibagian tersebut. Lumut berkembangbiak secara seksual dan
aseksual, umumnya ditemukan di tempatyang lembab atau basah.
2. Hal utama yang membedakan antara kelas musci dan kelas
hepatica yaitu lumut hati atau hepatica memiliki bentuk yang
menyerupai seperti thallus serta masih banyak yang menempel pada
substratnya, sedangkan pada kelas musci tumbuhan ini sudah
menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, sudah memiliki daun semu,
batang semu, dan terdapat kaliptra seta yang merupakan tangkai
kaliptra.
3. Species yang termasuk ke dalam kelas musci yaitu Meteorium
sp. Rhodobryum sp. Dicranum sp. Rhizogonium sp. Pogonatum sp.
Campylopus sp. Leucobryum sp. Lophocolea sp. Polytrichum sp.
Aerobryopsis sp. Hypnodendron sp. Sphagnum sp. Fissidens sp.
Sedangkan yang termasuk ke dalam kelas hepatica yaitu Marchantia sp.
Anthoceros sp. Jungermannia sp. Leucolejeuna sp. Dumortiera sp. dan
Metzgeria sp
DAFTAR PUSTAKA

Edawua,Nathania . 1999. Keanekaragaman Bryophyta di Pemandian


Air Panas
Taman Hutan Raya R. Soeryo Cangar Jawa Timur. Jurnal Ilmiah.
Surabaya.

Nurmiyati. 2013. Keragaman, Distribusi dan Nilai Penting Makro Alga di


Pantai Sepanjang Gunung Kidul. Bioedukasi6(1): 12-21

Surakusumah, dkk. (2015). Penuntun praktikum botani cryptogamae.


Bandung:
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Tjitrosoepomo, G., 2003. Taksonomi Tumbuhan(Schizophyta,


Thallophyta, Bryophyta, Pterydophyta). Gajah Mada University Press,
Universitas Gajah Mada, Jogjakarta
Yudianto, S.A. (1992). Pengantar Cryptogamae (Sistematik Tumbuhan
Rendah).
Bandung:Tarsito.
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik da lam perbanyakan
tanaman secara klonal untuk perbanyakan masal. Keuntungan pengadaan
bibit melalui kultur jaringan antara lain dapat diperoleh bahan tanaman
yang unggul dalam jumlah banyak dan seragam, selain itu dapat diperoleh
biakan steril (mother stock) sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk
perbanyakan selanjutnya (Lestari, 2008). Untuk mendapatkan hasil yang
optimum maka penggunaan media dasar dan zat pengatur tumbuh yang
tepat merupakan faktor yang penting (Purnamaningsih dan Lestari, 1998).
Kombinasi media dasar dan zat penga- tur tumbuh yang tepat akan
meningkatkan aktivitas pembelahan sel dalam proses morfogenesis dan
orga- nogenesis. Dalam perbanyakan tanaman melalui kultur ja- ringan
dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu organo- genesis dan embriogenesis
somatik. Jalur embrioge- nesis somatik di masa mendatang lebih mendapat
perhatian karena bibit dapat berasal dari satu sel so- matik sehingga bibit
yang dihasilkan dapat lebih ba- nyak dibandingkan melalui jalur
organogenesis. Di samping itu, sifat perakarannya sama dengan bibit asal
biji. Zat pengatur tumbuh tanaman berperan penting dalam mengontrol
proses biologi dalam jaringan tanaman (Davies, 1995; Gaba, 2005).

B. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan media kultur
jaringan tanaman dengan penambahan zat pengatur tumbuhan tertentu
BAB II
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019
Waktu : 14.30-16.00
Tempat : Laboratorium Universitas Pendidikan Indonesia

B. Alat dan Bahan


Bahan dan Alat yang di perlukan :
Bahan
Konsentrasi (mg/L)
Makroelemen
 NH4NO3 1650
 KNO3 1900
 CaC12.2H2O 440
 MgSO4,7H2O 370
 KH2PO4 170
Mikroelemen
 KI 0,83
 H3BO3 6,2
 MnSO4.4 H2O 22,3
 ZnSO4.7 H2O 8,6
 Na2MnO4.2 H2O 0,25
 CuSO4.5 H2O 0,025
 CoCI2.6 H2O 0,025
 Na2EDTA. 37,3
 FeSO4.2 H2O 27,8
Suplemen Organik
 Inositol 100
 Asam Nikotinat 0,5
 Pyridoxin-HCl 0,5
 Thiamin-HCl 0,1
 Glisin 2,0
 Sukrosa 30.000
 Agar 8000
 ZPT
Gambar Alat:
1. -Pipet
-Gelas ukur

2. Cawan Petridish

3. -Botol kultur
-Wadah plastik
4. -Gelas ukur ( untuk mengukur media)
Gelas piala (untuk mengaduk media)
-Pengaduk kaca (untuk mengaduk media)
-Kertas buram ( membungkus alat kultur yang akan disterilisasi)
-Bunsen
-Timbangan analitik
-Botol kultur

5. Pingset ( untuk mengambil eksplan)


C. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Stok
a. Larutan stok dibuat dengan cara menimbang semua komponen
makroelemen, mikroelemen, dan suplemen organic dalam 100 ml
akuades. Kelima unsur makroelemen disimpan dalam botol
terpisah, mikroelemen kecuali Na2EDTA dan FeSO4.2 H2O dibuat
satu botol, sisanya dibuat dalam satu botol. Semua suplemen
organic dibuat dalam satu botol. Setiap botol ditutup, diberi label
konsentrasi dan tanggal penyimpanan dan disimpan di lemari es.
b. Menyiapkan ZPT dengan membuat larutan sesuai konsentrasi
masing-masing sebanyak 50 ml, disimpan dalam botol terpisah.

2. Pembuatan Medium
a. Kedalam gelas Erlenmeyer (250 ml) pipet larutan stok
makroelemen, mikroelemen, dan suplemen sesuai kebutuhan
sukrosa, ZPT (sesuai kombinasi) dan aquades kemudian ukur pH
sampai 5,6-5,8 dengan menambah NaOH atau HCl. Agar-agar
dimasukan kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai mendidih
dan larut.
b. Medium yang telah siap, dimasukan kedalam botol kultur sebanyak
10-15 ml, kemudian ditutup aluminium foil.
3. Sterilisasi Medium dan Alat
Medium langsung disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ᐤC
selama 15 menit setelah sterilsasi, medium didiamkan di dalam ruang
kultur selama 2-3 hari sebelum digunakan.
4. Sterilisasi Alat penanaman dan aquades
Alat untuk menanam (Erlenmeyer 250 ml 2 buah, 5 erlenmeyer
250 ml yang berisi aquades 150 ml, 5 buah cawan petri yang berisi ala
kertas saring, gelas kimia 250 ml, pinset dan scalpel) diseterilkan
dalam autoklaf pada suhu 121ᐤC selama 15 menit. Semua alat
dimasukan kedalam kantung plastic tahan panas terlebih dulu sebelum
dimasukan kedalam autoklaf. Cawan petri dibungkus kertas dan
dimasukan kedalam kantung plastic tahan panas.
5. Sterilisasi eksplant menggunakan air mengalir
6. Sterilisasi Laminar air Flow (LAF) dan alat
Laminar disterilkan dengan menggunakan alcohol. Sebelum
potongan jaringan ditanam pada medium kultur, semua bahan yang
akan digunakan pada proses penanaman disiapkan terlebih dahulu
diantaranya medium potongan jaringan, alcohol, scalpel, steril blade,
cawan petri, plastic tahan panas, spritus, pinset, karet, kertas saring dan
aluminium foil. Bahan yang telah disiapkan kemudian dimasukan
kedalam laminar air flow dan disinari dengan ultraviolet selama kurang
lebih 30 menit.
7. Sterilisasi eksplant dalam LAF dan penanaman
Potongan jaringan yang telah dipotong disetrilkan menggunakan
Bayclin 10% ditambah tween 2-3 tetes selama 10 menit, dicuci dengan
aquades steril selama 5 menit, bagian ujung jaringan yang akan
ditanam dipotong dan dikeringkan dalam kertas saring. Potong
jaringan ditanam dalam medium.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah perkembangan kultur jaringan diawali pada tahun 1902.


Pada awalnya teknik ini hanya berorientasi pada pembuktian teori
totipotensi sel. Gottlieb Harberlandt yang dikenal sebagai penemu kultur
sel tanaman saat itu ingin membuktikan bahwa sel somatik tumbuhan
tinggi yang ditumbuhkan pada kondisi in vitro dapat menghasilkan embrio.
Haberlandt menyatakan bahwa jaringan tanaman dapat diisolasi dan
dikultur hingga berkembang menjadi tanaman normal dengan melakukan
manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan nutrisinya.
Kultur jaringan merupakan suatu teknik untuk mengisolasi sel,
protoplasma, jaringan dan organ kemudian menumbuhkan bagian tersebut
pada media buatan yang mengandung nutrisi dan zat pengatur tumbuh-
tumbuhan pada kondisi aseptic, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tumbuhan yang sempurna
kembali. Tujuan awal dilakukan kultur jaringan adalah untuk
mikropropagasi tanaman kemudian berkembang menjadi berbagai tujuan
diantaranya menghasilkan metabolit sekunder. Keuntungan teknik ini
dalam mikropropagasi antara lain produksi tumbuhan baru dengan cepat
dengan genetic yang seragam, produksi tumbuhan sepanjang tahun,
produksi tanaman yang sulit memperbanyak secara normal dan
menyelamatkan spesies tumbuhan yang terancam punah.
Teknik kultur jaringan tumbuhan berkembang berdasarkan pada
teori totipotensi sel. Sifat totipotensi merupakan kebutuhan utama pada
regenerasi tanaman in vitro. Kemampuan sel dan protoplas yang dikultur
untuk berproliferasi dan membentuk jaringan dan bahkan berkembang
menjadi individu tanaman utuh yang disebut totipotensi.
Berikut berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam perbanyakan
melalui kultur jaringan.
1. Seleksi Bahan Tanam
Seleksi tanam yang cocok merupakan faktor yang menetukan
keberhasilan kultur jaringan. Tiga aspek utama yang harus
diperhatikan dalam seleksi bahan potongan jaringan genotip, umur dan
kondisi fisiologi bahan tersebut. Tanaman dikotil lebih mudah
berproliferasi pada kultur jaringan dari pada tanaman monokotil.
Bahan tanaman yang digunakan sebagai potongan jaringan sebaiknya
bagian tumbuhan yang masih muda dan secara genetic mempunyai
daya meristematik yang tinggi, lebih mudah induksi tunasnya
dibandingkan tanaman yang sudah tua atau berkayu.
2. Media Kultur
Media mempunyai dua fungsi utama yaitu sumber nutrisi dan
mengarahkan pertumbuhan melalui penambahan zat pengatur tumbuh
(ZPT). Komponen dalam tambahan nitrogen lainnya, gula dan pemadat
(agar-agar). Jenis-jenis yang termasuk unsur hara makro adalah
Nitrogen (N), Fosfat (P), Kalium ( K), Sulfur (S), Kalsium (Ca) dan
Magnesium (Mg). Unsur-unsur mikro yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman adalah Chlor (Cl), Mangan (Mn), Besi (Fe),
Tembaga (Cu), Sen (Zn), Boron
(Bo), Molibdenum (Mo).
3. Zat pengatur tumbuhan ( ZPT)
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultum jaringan
salah satu nya yaitu pemilihan konsentrasi ZTP.
a). Auksin
Auksin sintetik yang sering digunakan adalah IBA, NAA
dan 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4 D). Peran fisiologis auksi adalah
untuk mendorong pemanjangan sel, pembelahan sel, differensiasi
jaringan xylem dan floem serta pembentukan akar
b). Sitokonin
sitokinin adalah senyawa yang dapat meningkatkan pembelahan sel
pada jaringan tanaman serta mengatur pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Sitokonin yang biasa digunakan adalah kinetin ( 6-
furfurylaminopurine), zeatin, 2-ip, BAP dan thidiazuron.
4. Eksplaat (potongan jaringan)
1. Sumber potongan jaringan
Potongan jaringan merupakan bagian kecil atau organ yang
dikeluarkan atau dipisahkan dari tanaman induk yang kemudian
dikultur. Keberhasilan perkulturan potongan jaringan tergantung
pada faktor yang dimiliki oleh eksplan itu sendiri seperti
ukuran,umur pisiologi, sumber eksplan serta genosik.
2. Respon potongan jaringan
Respon dari potongan jaringan biasanya sendiri dari tunas
kalus dan akar respon pada kultur jaringan dapat melalui organon
genesis dan emriogenesis yang dihasilkan dari kultur jaringan
tersebut emrio somatik.emrio smatik biasanya dilihan dari
tumbuhan dengan bulat yang muncul dari potongan atau dari kalus.
Organogenesis merupakan proses perbentukan organ seperti daun,
tunas dan akar dari potongan. Dalam perbentukan organ tersebut
dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung pembentukan
organ secara langsung potongan jaringan daun dan akar yang akan
membentuk tunas adpentif, pembentukan tunas secara tidak
langsung adalah potongan akan tumbuh menjadi kalus terlebih dulu
sebelum jadi organ.
a. Tunas
Perbanyakantanaman melalui kultur jaringan dapat melalui
perbanyakan tunas-tunas dari tunas aksilar pada teknik ini
hal terpenting adalah meransang pertumbuhan tunas. Tunas yang
dihasilkan selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber
untuk menghasilkan tunas-tunas baru, tunas- tunas tersebut
kemudian dapat diperkembangkan lebih lanjut sehingga bentuk
perakaran dan akhirnya menjadi plantek (pinak tanaman).
b. Kalus
Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphos yang terjadi dari sel -
sel jaringan yang berpropoliperasi secara terus menerus dan tidak
terorganisasi secara massa sel yang bentuknya tidak teratur.kalus
merupakan suatu jaringan bersifat meristematis akibat timbulnya luka
dan merupakan salah satu wjud dari dedifrensiasi.dalam kultur
jaringan,kalus terbentuk karena luka/irisan potongan jaringan sebagai
respon terhadap hormon baik eksogen maupun endogen dengan
adanya rangsangan ini maka sel berubah dari bentuk inaktif
karekteristik morpologi kalus berbeda –beda ,terdapat kalus dengan
tekstur lembut dan meremah,keras dan kompak serta-serta dan kalus yang
bernodull.karakteristik kalus tergantung pada komposisi media
kultur,khususnya zat pengatur tumbuh, jenis potongan jaringan dan
jenis tumbuhan.kemampuan pembentukan kalus dari jaringan
dipengaruhi oleh umumpisiologi tanaman,bagian tanaman yang
digunakan sebagai potongan jaringan dan jenis tanaman (pada umumnya
dikotil berdaun lebar), kalus dapat terdiri dari kumpulan sel –sel yang
homoggen atau heteherogen apabila.potongan jaringan hanya terdiri dari
satu tipe sel seperti jaringan parengkim phloem wortel. Maka
pembelahan akan menghasilkan kalus yang homogen apabila
potongan jaringan berasal dari jaringan batang,akar dan daun makan
kalus yang dihasilkan kalus yang heterogen dengan berbagai macam
sel.regenerasi kalus menjadi pinak tanaman dapat melalui
organogenesis atau
embriogenesis.
c. Akar
Pembentukan akar dalam akakultur jaringan biasanya di
induksi setelahterbentuknya tunas sistem perakaran pada pinak
tanam biasanya cenderung mudah rusak dan bentuk berfungsi
dengan sempurna pada keadaan in vivo,misalnya akar terbentuk
sedikit atau menyebabkan pertumbuhan tanaman dalam
kondisi in vivo menjadi tertekan,pada evaporasi yang tinggi.
a. seterilisasi bahan tanaman, alat dan media serta menjaga
kondisi aseptik yang telah dicapai merupakan bagian yang
sangat penting dalam teknik in vitro. Bakteri dan jamur adalah
dua kontaminan yang paling banyak dalam kultur spora jamur
samgat ringan ada disekeliling lingkungan.apabila spora jamur
kontak dengan media kultur dan kondisinya optimal untuk
terkencebahan jamur mka akan terjadi kontaminasi.

A. Manfaat Kultur Jaringan


Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan
tanaman baru dalam j umlah banyakdalam waktu yang relatif singkat, yang
mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan tanaman
induknya. Dari teknik kultur jaringan ini diharapkan pula memperoleh
tanaman baru yang bersifat unggul.
Dengan cara kultur jaringan dapat dihasilkan pada perkebunan kelapa
sawit dan tebu. Dengan cara kultur jaringan dapat dihasilkan klon suatu
komoditas tanaman dalam waktu yang relatif cepat. Kloning atau propagasi
secara terperinci akan dibahas pada bab tersendiri.
Manfaat yang dapat diperoleh usaha dari kloning ini cukup banyak,
misalnya: di luar pulau jawa akan didirikan suatu perkebunan yang
membutuhkan bibit tanaman dalam jumlah ribuan, maka sudah dapat
dibayangkan betapa mahal biayanya hanya untuk transportasinya saja. Hal ini
dapat diatasi dengan usaha kloning melalui budidaya jaringan.Ku
kultur jaringan juga memberikan masukan atau informasi pengetahuan
yang sangat bermanfaat dibidang fisiologi tanaman. Melalui perbanyakan
vegetatif dengan kultur jaringan ternyata juga berpengaruh terhadap devisa
negara. Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan
oleh para petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah
mencoba melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan
memang memerlukan keterampialn khusus dan harus dilatarbelakangi dengan
ilmu pengetahuan dasar tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi,
kimia dan pertanian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, tanaman
berkembang dengan cepat tanpa kontaminasi hal ini
disebabkan,pertambahan tinggi pada tanaman disebabkan karena didalam
medium AG terdapat gula yang berfungsi sebagai sumber energi dalam
media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau eksplan yang
dikulturkan tidak autotrop dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah.
Oleh karena itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidrat yang
cukup sebagai sumber energi. Menurut Hutami (1993), sukrosa adalah
sumber karbohidrat penghasil energi yang terbaik melebihi glukosa,
maltosa, rafinosa. Namun jika tidak terdapat sukrosa, sumber karbohidrat
tersebut dapat digantikan dengan gula pasir. gula pasir cukup memenuhi
syarat untuk mendukung pertumbuhan kultur. Selain sebagai sumber
energi, gula juga berfungsi sebagai tekanan osmotik media, sedangkan
penggunaan agar berfungsi sebagai bahan pemadat media, keuntungan
menggunakan agar adalah agar-agar membeku pada suhu 45℃ dan
mencair pada suhu 100℃ sehingga dalam kisaran suhu kultur, agar-agar
akan berada dalam keadaan beku yang stabil, tidak dicerna oleh enzim
tanaman, dan tidak bereaksi dengan persenyawaan penyusun media. Selain
itu hal yang mempengaruhi dalam kultur jaringan ini yaitu alat yang
digunakan steril sehingga tanaman tidak terkontaminasi oleh jamur dan
bakteri.
B. PEMBAHASAN
Media kultur jaringan merupakan media tanam untuk eksplan yang
akan d ikulturkan. Keberhasilan suatu tanaman yang dikulturkan salah satunya
pada pembuatan media tanaman ini. Apabila tekstur media MS ini terlaru encer
maka akan mudah masuk kedalam namun tidak sempat memakan nutrisi
didalamnya, sedangkan apabila terlalu padat maka akar juga sukar untuk
meninjau media. Maka dari itu pembuatan media kultur MS harus sesuai
standar komposisi bahan yang digunakan.
Berdasarkan percobaan, persentase hidup eksplan sangat bervariasi
dan perlakuan NAA dan Kinetin, kultivar pisang, dan interaksi
keduanya tidak berpengaruh nyata. Beberapa eksplan yang mati
rata-rata disebabkan oleh pencoklatan dan infeksi mikroba. Pencoklatan
terjadi pada umur 1 hari sampai 2 minggu setelah penaburan. Pencoklatan
salah satunya disebabkan oleh sintesis metabolit sekunder. Fitriani (2003)
mendapatkan bahwa warna coklat kalus menandakan sintesis senyawa
fenolik. Dalam penelitian ini, sel mengalami cekaman luka pada jaringan,
selain cekaman dari medium. Vickery & Vickery (1980) menyatakan
bahwa sintesis senyawa fenolik dipacu oleh cekaman atau gangguan pada
sel tanaman. Senyawa fenol sangat toksik bagi tanaman dan dapat
menghambat pertumbuhan. Untuk mencegah timbulnya warna coklat
(browning) pada luka bekas potongan tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan Polivinylpyrrolidone (PVP) yang cukup efektif mampu
menyerap senyawa toksik dosis 1 ppm (Widiastoety, 2001). Terbukti
bahwa dalam percobaan ini polifenol dapat dikurangi, hal ini terlihat
dengan kurangnya pencoklatan yang terjadi, meskipun pada kultivar
pisang kepok dan raja masih lebih tinggi dibandingkan dengan pisang
mauli. Dengan proses pemanasan, fruktosa akan mengadakan interaksi
dengan senyawa-senyawa lain dalam medium, misalnya MgSO4- yang
dapat membentuk senyawa yang bersifat toksis, sehingga dapat
merangsang terjadinya pencoklatan (Soepraptopo, 1979 dalam Ambarwati,
1987). Perbanyakan secara generatif- vegetatif dilakukan
dengan menggunakan campuran dua bahan tanaman, yaitu bibit asal biji
dan bagian vegetatif seperti mata tunas atau pucuk dari tanaman lain. Bibit
asal bji dijadikan batang bawah untuk menopang pertumbuhan bagian
vegetatif yang yang dijadikan sebagai batang atas. Perbanyakan secara
generatif- vegetatif dilakukan dengan 2 cara yaitu: sambungan
(grafting)dan tempelan (okulasi).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil pengamatan pada pratikum dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan, sangat bergantung
pada media yang digunakan. Media kultur merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan. Media kultur merupakan komponen faktor lingkungan
yang menyediakan unsur pertumbuhan tanaman seperti unsur hara makro,
unsur hara mikro, karbohidrat, vitamin dan zat pengatur tumbuh, garam-
garam organik, persenyawaan komplek alamiah, arang aktif dan
bahan pemadat.
B. Saran
Laporan ini belum sepenuhnya sempurna, masih banyak sekali
kekurang serta kesalahan yang tidak kami ketahui pastinya, maka dari itu
kami berharap atas kritik serta saran dari saudara-saudara sekalian yang
mana apabila menumukan kesalahan pada laporan ini untuk tidak segan
dalam mengingati kami agar kami bisa menjadi lebih baik lagi
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Daisi, P. 1994. Teknik kultur jaringan. Yogyakarta: penerbit kanisius


Dodds, H.J., Robert, W.L.1985. kultur jaringan tanaman edisi kedua.
Jambi: press syndicate of the unuversity of cambridge
Marlina, L. 2004. Teknik perbanyakan antharium dengan kultur
jaringan. Buletin teknikm pertanian. 2(9).
Nisa, C., Radinah. 2005. Kultur Jaringan Beberapa Kultivar Buah
Pisang (Musa Paradisiaca L.) Dengan Pemberian Campuran Naa Dan
Kinetin. Bioscientiae 2 (2) 23-36
Yuliarti, N. 2010. Kultur jaringan tanaman. Yogyakarta: penerbit andi
LAPORAN PENYU
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia, beberapa negara yang
berbentuk kepulauan antara lain Jepang, Filipina, dan Maladewa. “Hasil survey
geografi dan toponimi menunjukkan Indonesia mempunyai 13.466 pulau. Jumlah
tersebut didasarkan hasil survey dari tahun 2007 hingga 2010 oleh Tim Nasional
Pembakuan Nama Rupa Bumi(Timnas PNR).” Hal ini menjadikan Indonesia
sebagai tempat migrasi spesies penyu di dunia untuk bersinggah atau hanya
sekedar untuk tempat bertelurnya penyu. Penyu merupakan reptil yang hidup di
laut serta mampu bermigrasi dalam jarak yang sangat jauh di sepanjang kawasan
samudera Hindia, Samudera Pasifik dan Asia Tenggara. Kondisi populasi penyu
saat ini semakin berkurang dan keberadaannya telah lama terancam, baik oleh
faktor alam maupun faktor kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang
membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung.
Kerusakan habitat pantai dan kematian akibat interaksi dengan aktivitas
manusia, penyebaran penyakit serta pengambilan penyu dan telur yang tak
terkendali dan cenderung liar merupakan faktor – faktor penyebab penurunan
populasi penyu. Dengan alasan masyarakat demi menggunakan penyu dan
telurnya untuk obat – obatan, bahan konsumsi, serta hanya sekedar mengoleksi
kerangka penyu.Sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus
mendapat perhatian secara serius dari pemerintah maupun masyarakatnya sendiri.
Ironisnya, Meskipun pemerintah telah menyatakan bahwa penyu adalah hewan
yang dilindungi, dan juga telah mengeluarkan banyak peraturan mengenai
perlindungan spesies, namun perburuan penyu termasuk telurnya masih marak
dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. “Menurut data Kementrian
Lingkungan Hidup hingga saat ini pemanfaatan sumber daya penyu masih belum
mengikuti cara-cara yang baik dan benar, sehingga terjadi ketidak seimbang
antara tingkat pemanfaatan dengan tingkat pertambahan populasi”. Eksploitasi
yang berlebihan tanpa menghiraukan pelestariannya, akan menyebabkan status
populasi di alam yang sudah langka itu semakin terancam punah. Sebagai contoh
kasus pembantaian penyu di BALI. Sejak jaman dahulu masyarakat Bali telah
lazim mengkonsumsi daging penyu untuk keperluan adat, khususnya penyu hijau.
Masyarakat Bali memandang penyu sebagai hewan suci (ulam suci) yang dapat
digunakan Salah satu contoh atau fenomena konservasi penyu yang sudah ada di
Indonesia demi berlangsungnya kehidupan penyu yang ada di perairan Indonesia
adalah Konservasi Penyu Hijau Di Bali – Penyu Hijau atau Chelonia Mydas,
adalah penyu laut besar yang termasuk dalam keluarga Cheloniidae. Hewan ini
adalah satu-satunya spesies dalam golongan Chelonia. Mereka hidup di semua
laut tropis dan subtropis, terutama di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik.
Namanya didapat dari lemak berwarna hijau yang terletak di bawah cangkang
mereka. Penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan, macroalga, memakan
beberapa invertebrata yang melekat pada daun lamun dan alga.
Penyu hijau merupakan salah satu spesies penyu laut yang dilindungi.
Perlindungan terhadap penyu hijau diatur dalam UU Konservasi Sumber Daya
Hayati dan Ekosistemnya. Penyu Hijau atau Chelonia Mydas adalah salah satu
dari tujuh spesies penyu laut yangmasih bertahan di seluruh dunia sampai saat ini.
Dibanding dengan ke enam spesies lainnya, populasi penyu hijau adalah yang
terbesar di dunia. Namun, bukan berarti populasi penyu hijau tidak terancam
punah. Hal ini dikarenakan perburuan yang dilakukan oleh manusia secara terus-
menerus terhadap penyu hijau. Penyu hijau ditangkap untuk diambil dagingnya
terutama di pulau Bali. Oleh sebab itu pulau Bali sempat dijuluki daerah
pembunuh penyu terbesar di dunia.Selain itu juga ada tempat konservasi penyu
yang lain di Bali, konservasi penyu Kurma Asih yang berada di Desa Perancak,
Jembrana. Konservasi Kurma Asih berdiri Sejak 1997 yang anggotanya
merupakan masyarakat setempat yang berprofesi sebagai nelayan. Para anggota
Kurma Asih ini awalnya sebagai pemburu penyu. Namun, setelah mendapat
pembinaan berubah menjadi pelestari penyu. Hal itu, setelah kami mendapat
pembinaan dari pemerintah, LSM dan organisasi sosial lainnya untuk
melestarikan penyu. Kurma Asih menggalang dana sendiri.
Lahan yang sebelumnya disewa dari penduduk, mulai tahun 2003
dibebaskan oleh Gubernur Bali sebanyak 20 area.Oleh karena itu, perlu
dibutuhkan tindakan nyata dari pemerintah maupun masyarakat Indonesia secara
luas dalam melakukan pelestarian penyu. Upaya – upaya penyelamatan perlu
dilakukan untuk menjaga kelestarian penyu. Upaya tersebut antara lain dengan
cara melindungi telur penyu di alam dan melepaskan tukik kembali ke laut seperti
yang dilakukan Konservasi penyu hijau di Bali. Upaya penyelamatan ini harus
berkelanjutan meskipun biaya yang diperlukan dalam kegiatan ini cukup besar.
Salah satu upaya penyelamatan tersebut telah dilakukan Pemerintah Desa dengan
cara membuat tempat konservasi penyu yang berada di Kabupaten Trenggalek .
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hasil dan pembahasan


a.) Hasil

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Family : Cheloniidae
Genus : Natator
Spesies : N. depressus

Kingdom :Animalia
Filum: Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo: Testudinata
Family : Cheloniidae
Genus : Natator
Spesies : N. depressus

Kingdom :Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Family : Cheloniidae
Spesies : Carettacaretta L
Kingdom :Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Family : Cheloniidae
Genus : Eretmochelys
Spesies : E. imbricata

Kingdom :Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Family : Cheloniidae
Genus : Eretmochelys
Spesies : E. imbricata

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertabrata
Superkelas :Tetrapoda
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo :Lacertilia
Kingdom :Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Numididae

Kingdom :Animalia
Filum: Chordata
Kelas :Mammalia
Ordo : Chiroptera
Subordo : Megachiroptera
Famili: Pteropodidae
Genus : Pteropus

Kingdom :Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Bucerotiformes
Family : Bucerotidae
Kingdom :Animalia
Filum : Chordata
Kelas: sauropsida
Ordo : Squamata
Subordo :iguana
Family : iguanidae
Genus : iguana

b.) Pembahasan
Penyu dan Ekosistemnya di Indonesia
Penyu adalah dinosaurus yang masih hidup hingga sekarang, penyu sudah ada
sejak 150 juta tahun yang lalu bahkan sebelum jaman dinosaurus. Hanya tujuh
jenis yang bisa bertahan hingga saat ini, enam jenis ditemukan bertelur dikawasan
pantai Indonesia yaitu: penyu Belimbing, penyu Hijau, penyu Tempayan, penyu
Pipih, penyu Sisik dan penyu Lekang.18 Binatang purba ini, dipercaya menjadi
penjaga keseimbangan ekosistem laut. Di mana ditemukan penyu, di situ dapat
ditemui kekayaan alam laut yang melimpah Dari enam jenis penyu yang ada dapat
dilihat ciri dan karakteristik masing-masing adalah :
a. Penyu Belimbingŕ
Satu-satunya penyu yang tidak bersisik dan merupakan penyu terbesar.
Dinamai leatherbackturtle karena tubuhnya diselimuti oleh lapisan tipis, lunak
namun sangat kuat, elastis layaknya kulit. Demikian pula karena di tubuhnya
terdapat tonjolan bergaris seperti belimbing sebanyak tujuh garis sehingga
dinamai penyu belimbing. Penyu ini memiliki kemampuan menyelam yang sangat
luar biasa. Tercatat mampu menyelam sampai kedalaman 1,000 meter. Berbeda
dengan jenis penyu lainnya, penyubelimbing tidak memiliki rahang yang cukup
kuat untuk memecahkan biota laut yang keras. Mereka umumnya hanya memakan
ubur-ubur saja.
Penyu belimbing dikenal sebagai jenis penyu yang bisa mencari makan
dan bermigrasi sampai ke kepulauan solomon.Penyu Tempayan Disebut dalam
bahasa Inggris Loggerheadturtle. Warna karapasnya coklat kemerahan, kepalanya
yang besar dan paruh yang bertumpuk (overlap). Disamping itu terdapat lima
buah sisik di kepala bagian depan (prefrontal), umumnya terdapat empat pasang
sisik coastal. Lima buah sisik vertebral. Plastron berwarna coklat muda sampai
kuning. Sebagian besar bertelur di daerah sub-tropis. Penyu Tempayan termasuk
jenis carnivora yang umumnya memakan kerang-kerangan yang hidup di dasar
laut sepertikerang remis, mimi dan invertebrata lain. Penyu tempayan memiliki
rahang yang sangat kuat untuk menghancurkan kulit kerang.
Penyu Pipih
Dalam bahasa Inggris FlatbackTurtle karena sisik marginal sangat rata
(flat) dan sedikit melengkung di sisi luarnya.
Penyu Lekang
Penampilan penyu Lekang ini adalah serupa dengan penyu Hijau tetapi
kepalanya secara komparatif lebih besar dan bentuk karapasnya lebih langsing dan
besudut. Tubuhnya berwarna Hijau pudar, mempunyai lima buah atau lebih sisik
lateral di sisi sampingnya dan merupakan penyu terkecil diantara semua jenis
penyu yang ada. Diperkirakan ada 1000 sarang yang ditemukan. saat ini. Seperti
halnya penyu tempayan, penyu Lekang juga carnivora. Mereka juga memakan
kepiting, kerang, udang dan kerang remis
Penyu Laut adalah spesies ikonik Indonesia dan seharusnya merupakan
kebanggaan nasional, karena enam dari tujuh spesies yang ada di dunia dapat
ditemukan di Indonesia. Empat di antaranya bahkan bertelur di pantai-pantai di
sepanjang perairan Indonesia, yakni Penyu Hijau, Penyu Belimbing, Penyu Sisik,
dan Penyu Lekang.20 Penyu laut banyak dijumpai di semua laut tropis dan daerah
sedang. Mayoritas penyu laut bertempat tinggal di perairan yang dangkal
sepanjang pantai dan sekitar pulau, tetapi beberapa diantaranya melakukan
migrasi ke tempat yang jauh dan sering dijumpai di laut terbuka.
Penyu merupakan hewan liar, sehingga tidak boleh diperlihara maupun
diperlakukan sebagaimana hewan peliharaan karena apabila dilakukan akan
menghilangkan instingnya untuk bertahan hidup dialamnya. Selama berabad-abad
lamanya, penyu telah diburu demi mendapatkan karapasnya untuk dibuat sebagai
hiasan/cendramata dan barang-barang lainnya. Keunikan pada karapas penyu sisik
membuat spesies ini paling digemari dan paling banyak diburu untuk
mendapatkan karapasnya. Meski perdagangan karapas penyu merupakan
perbuatan melanggar hukum, namun masih saja banyak orang melakukannya.
Sehingga, penyu sisik pun terancam punah.
Pada penyu-penyu yang ada di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus
yang dapat dilihat dari warna tubuh, bentuk karapas, serta jumlah dan posisi sisik
padabadan dan kepala penyu. Penyu mempunyai alat pencernaan luar yang
kerasuntuk mempermudah, menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan.
Dalam penelitian terbaru juga ditemukan bahwa populasi penyu belimbing di
barat laut Samudera Atlantik (di sepanjang Amerika Serikat dan Karibia) kini
mulai bertambah jumlahnya terkait upaya-upaya konservasi yang dilakukan.
Sementara itu para pakar masih belum tahu pasti bagaimana populasi penyu
belimbing di tenggara Samudera Atlantik (terutama di Gabon) yang masih
merupakan populasi terbesar penyu belimbing. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh WWF-Indonesia, migrasi penyu belimbing yang bertelur di Pantai Utara
Papua Barat (Abun) menunjukkan bahwa sebagian satwa langka itu juga
bermigrasi ke perairan Kei Kecil untuk mengejar mangsanya (ubur-ubur raksasa).
Penyu Belimbing sendiri merupakan satu-satunya penyu berkarapas lunak
(leathery) diantara enam jenis spesies penyu laut yang masih tersisa. Penjelajah
lautan ini telah mengarungi laut selama 150 juta tahun, jauh sebelum era
dinosaurus. Walau pun telah dilindungi melalui berbagai peraturan nasional dan
perjanjian internasional, populasinya terus menurun dengan pesat karena
eksploitasi telur-telurnya, pembangunan dan pengrusakan pantai tempat penyu
bertelur, tertangkap secara tidak sengaja (baycatch) dan tenggelam akibatmetode
dan alat penangkap ikan yang menggunakan jaring panjang dan pukat,
pencemaran laut dan akibat memakan plastik dan sampah lainnya

Bentuk Fisik
1. Memiliki lipatan kulit di bawah rahang
2. Kulit tubuhnya tebal dan keras, bersisik kasar
3. Di punggungnya ada sisik kecil yang menyerupai paku panjang berderet
dari belakang kepala hingga bagian ekornya
4. Di belakang lehernya sisik lebih halus dengan kontur paku lembut
5. Berkaki empat dengan pergerakan mirip komodo
6. Kepalanya berbentuk segitiga dengan mulutnya menyerupai moncong
7. Memiliki sepasang mata yang letaknya berada di samping kepala
8. Ekornya menjuntai panjang berbentuk spiral dengan ujung lancip
9. Berwarna hijau kekuningan, atau hijau kecokelatan
10. Gendang telinga Iguana terdapat di kanan atas selubung subtimpani dan di
belakang mata
11. Panjangnya bisa mencapai 1,8

Kategori Hewan
Iguana adalah hewan Herbivora karena hanya memakan tumbuhan, buah,
sayuran dan biji-bijian. Namun pada perkembangannya, saat di jadikan
hewan peliharaan Iguana banyak di beri serangga sebagai sumber
proteinnya hingga akhirnya ia berkembang menjadi binatang Omnivora
(pemakan serangga).
HABITAT
Habitat Iguana adalah pepohonan di sepanjang aliran sungai, di wilayah
ketinggian sampai 1000 mdpl, baik didaerah tropis maupun subtropis.
REPRODUKSI
Sistem perkembangbiakannya dengan cara bertelur dengan lama proses
inkubasi sekitar 90-120 hari yang akan menetaskan sebanyak 10-30 butir
telur.Iguana memiliki penglihatan yang baik dan bisa melihat bentuk,
bayangan, warna, dan gerakan pada jarak yang jauh.
a) Menggunakan matanya untuk mengarahkannya mengarungi hutan lebat,
untuk menemukan makanan.
b) Menggunakan matanya untuk berkomunikasi dengan anggota spesies yang
sama.
c) Telinga adalah bagian tubuh iguana yang amat tipis dan lembut, dan amat
penting untuk pendengarannya.
d) Mereka sering kali sulit untuk diketahui keberadaannya karena
kemampuan mereka untuk menyatu dengan lingkungannya.
e) Warna hijau alaminya sangat membantu dalam menyembunyikan dirinya
dari predator.
f) Usia Iguana mencapai 20 tahun

o Iguana membutuhkan diet sayur dan buah yang kaya posfos kalsium dan vitamin
D
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, Diah.dkk. 2006. Biologi sma .Jakarta. Erlangga.
Erlina, Rose. 2008. Ipa biologi. Jakarta. Kawan pustaka.
Kuncoro, Budi E. 2004. Akuarium laut. Yogyakarta. Kanisius.
Supriatna, jatna. 2008. Melestarikan alam Indonesia. Jakarta . Yayasan obor
Indonesia.
Urry,Reece.dkk.2008.Champbell biologi jilid 2. Jakarta. Erlangga.
LAPORAN SEAWORD
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi sumber daya ikan


cukup besar (6.520.100 ton/tahun), seperti tertuang dalam Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan nomor KEP.45/MEN/2011 mengenai potensi sumber
daya laut Indonesia. Posisi Indonesia yang strategis menyebabkan hasil perikanan
di Indonesia berkembang pesat. Letak Indonesia diantara Samudera Hindia dan
Pasifik menyebabkan kondisi yang baik untuk perkembang biakan ikan. Indonesia
merupakan wilayah perairan tropis yang terkenal kaya dalam keragaman jenis
ikan (Dahuri, 2005).
Jenis-jenis ikan di Indonesia dikenal sangat tinggi, diperkirakan terdapat
kurang lebih 8500 jenis ikan, dengan jumlah 800 jenis ikan terdapat pada perairan
air tawar dan payau (Djajadiredja dkk., 1977 dalam Trijoko dan Pranoto,
2006).Laut Jawa merupakan bagian dari paparan Sunda dimana seluruhnya
merupakan perairan teritorial dengan kedalaman maksimal 70 meter. Kegiatan
penangkapan terutama terpusat di pantai utara Jawa, (Nurhakim,et al., 2007).
Ikan didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang
hidup di air dan secara sistematik ditempatkan pada Filum Chordata. Filum
Chordata memiliki karakteristik berupa insang yang berfungsi untuk mengambil
oksigen terlarut dalam air dan sirip digunakan untuk berenang. Ikan hampir dapat
ditemukan hampir di semua tipe perairan di dunia dengan bentuk dan karakter
yang berbeda-beda (Adrim, 2010). Edmondri (1999) dalam Mario(2008)
mengatakan bahwa faktor lingkungan yang secara langsung mempengaruhi
keberadaan ikan yaitu suhu, pH, kedalaman dan intensitas cahaya. Suhu dapat
digunakan sebagai salah satu cara untuk menduga keberadaan organisme di suatu
perairan, khususnya ikan.
B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengenal sifat dan ciri-ciri penting melalui
pengamatan secara langsung tentang beberapa hewan
vertebrata,superclasspisces dan superclass tetraphoda.

C. Waktu dan Tempat


Waktu : Praktikum dillaksanakan pada tanggal 5 April 2019
Tempat : di seaworld
D. Deskripsi Daerah

Di seaworld Ancol Jakarta

1.) Akuarium utama memelihara ribuan satwa laut Indonesia. Sebanyak


35.500 ekor ikan laut Indonesia dari 35 spesies yang berbeda dipelihara
disini. Ukuran akuarium ini mencapai 38 x 24 m dengan kedalaman yang
bervariasi dari 4. 5 hingga 6 m dan menyimpan 5 juta liter air laut. Karena
besarnya akuarium utama ini tercatat sebagai akuarium air laut terbesar
kedua di Asia Tenggara.

2.) Area Air Tawar dilengkapi dengan koleksi-koleksi satwa air tawar dari
berbagai negara, termasuk diantaranya piranha dan arapaimagigas dari
sungai Amazon. Akuarium air tawar yang ditampilkan terdapat memiliki
beberapa tema antara lain Aquarest (Aquarium Rain Forest), Aquarapaima,
Aqua Car, Ex-Quarium dan AquariumPiranha.

3.) Lorong Antasena adalah lorong bawah air sepanjang 80 m yang


dioperasikan dengan pijakan berjalan otomatis dengan kubah tembus
pandang. Memungkinkan pengunjung untuk menikmati
pemandangan "bawah laut" tanpa harus khawatir tersandung saat
menengadah ke atas untuk melihat ikan.
4.) Aquarium Dugong merupakan tempat tinggal untuk mamalia laut yang
langka yaitu Duyung (Dugong dugon) dan Otter'sTrack menjadi rumah
bagi mamalia semi akuatik Aonyxcinerea.

5.) Pesona kehidupan laut ditambahkan dengan adanya Akuarium ekosistem


terumbu karang yang berisi koral, sponge dan berbagai biota penghuni
terumbu karang yang indah, serta berbagai akuarium yang berisi berbagai
hewan laut unik lainnya seperti Gurita Pasifik Raksasa, Kepiting Laba-
Laba, Ikan Nanas dan Nautilus yang hidup di suhu sangat dingin.

A. Lampiran peta lokasi sea world


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar teori hewan vertebrata

Sebelum melakukan praktikum mengenai Identifikasi Pisces: Kelas


Chondrichthyes dan Osteichthyes,Anda perlu terlebih dahulu
mengenal istilah Pisces atau fishes. Kedua kata tersebut, merujuk pada
hewan-hewan vertebrata yang hidup di air dan memiliki sirip sebagai
organ pergerakan utama. Di samping itu juga merujuk pada hewan
dengan keberadaan insang sebagai alat pernapasan utama sepanjang
hidupnya di dalam air. Pisces dalam istilah bahasa Indonesia dikenal
sebagai “ikan” yang meliputi semua jenis ikan, baik yang tidak
mempunyai rahang (termasuk ke dalam superkelas: Agnatha) maupun
ikan yang mempunyai rahang (termasuk ke dalam superkelas:
Gnathostomata) yang terdiri dari ikan bertulang rawan (kelas
chondrichthyes) dan ikan bertulang sejati (kelas osteichthyes).
Dalam perkembangannya, taksonomi ikan mengalami pergeseran
terutama pada taksa superkelas yang pada periode sebelumnya semua
ikan dikelompokkan ke dalam taksa kelas: Pisces. Perkembangan yang
relatif terbaru adalah susunan urutan klasifikasi ikan atau pisces
menurut Nelson, 1994 (Hickman et.al., 1998, Pough et.al., 2002), yaitu
dengan uraian sebagai berikut ini.
Phylum: Chordata
Subphylum: Vertebrata
a.) Superkelas: Agnatha yang berasal dari bahasa latin: a artinya tidak,
gnathos berarti rahang. Semua ikan yang tidak mempunyai struktur
rahang dikelompokkan ke dalam superkelas agnatha. Superkelas
ini mempunyai anggota, yaitu:
1.) Kelas: Myxini (berasal dari arti kata myxa = lumpur, karena
kebiasaannya yang berendam di dalam lumpur); seperti pada
ikan hagfish.
Ciri ikan dari superkelas: Agnatha, yaitu:
mulut terdapat di insang atau terminal dengan empat pasang tentakel, kantung
hidung mempunyai saluran ke pharynx, jumlah kantung insang 5-15 pasang.
Sistem reproduksinya sebagian hermafrodit. Misalnya ikan Myxine dan
Bdellostoma.
1. Kelas: Cephalaspidomorphi (berasal dari kata cephalae = kepala, kata
aspidos tameng, atau perisai, dan arti kata morphe adalah bentuk). Ikan
yang termasuk kelas cephalaspidomorphi adalah ordo petromyzontes
dengan contohnya ikan lamprey.
Ciri kelas ini, yaitu:
memiliki mulut penghisap dengan gigi-gigi tanduk, kantung hidung tidak
berhubungan ke mulut, jumlah kantung insang tujuh pasang. Ikan yang
termasuk dalam kelas cephalaspidomorphi misalnya Petromyzon dan
Lamptera.
a.) Superkelas: Gnathostomata (berasal dari kata gnathos = rahang, dan
kata stoma = mulut). Semua ikan yang mempunyai struktur rahang
dikelompokkan ke dalam superkelas gnathostomata.
Ciri lain adalah selalu mempunyai anggota tubuh berpasangan, juga
terdapat struktur notochorda atau dalam bentuk lain tulang pusat
vertebrae. Ikan dari superkelas gnathostomata terdiri dari 2 kelas,
yaitu:
1) Kelas: Chondrichthyes (berasal dari kata chondros = tulang rawan dan
kata ichthyos = ikan). Semua ikan dengan rangka tersusun dari tulang
rawan termasuk ke dalam kelas chondrichthyes;
2.) Kelas: Osteichthyes (berasal dari kata osteon = tulang keras, tulang
sejati dan berasal dari kata ichthyos = ikan). Ciri ikan kelas ini di
samping bertulang sejati juga memiliki celah insang tunggal di setiap
sisi tubuh dengan penutup insang yang disebut operculum.
B. Identifikasi Kelas Chondrichthyes
KELAS CHONDRICHTHYES
Ikan yang tergolong ke dalam kelas chondrichthyes mempunyai ciri
utama bahwa struktur tubuhnya tersusun dari tulang rawan. Di samping itu
mempunyai ciri-ciri lain seperti:
1. Gigi tidak bersatu dengan rahang.
2. Tidak mempunyai gelembung renang.
3. Memiliki usus dengan katup-katup spiral.
Ikan dari kelas chondrichthyes mempunyai dua subkelas, yaitu:
1) Subkelas: Elasmobranchii, berasal dari kata elasmos yang artinya lempeng
dan kata branchia artinya insang. Berbagai ikan hiu, ikan pari listrik
(rays), ikan pari (skates) termasuk dalam subkelas elasmobranchii.
Ciri utama subkelas elasmobranchii adalah mempunyai tipe sisik plakoid
atau sebagian spesies tidak mempunyai sisik, terdapat 5-7 lengkung insang
dan insang terdapat pada sekat terpisah di sepanjang pharynx. Di antara
contoh ikan subkelas ini adalah Squalus dan Raja. Pada Gambar 1.1
tampak bagian anatomi penting ikan pari listrik. Pada bagian dalam tubuh
ikan pari listrik terdapat organ listrik berbentuk menyerupai cakram,
tersusun atas sel-sel multinukleat disebut elektrosit. Pada saat semua sel
mengeluarkan reaksi berulangkali atas instruksi saraf sadar dari otak maka
aliran listrik dengan jumlah ampere yang cukup tinggi akan ke luar ke air
di sekelilingnya untuk menyengat mangsa atau musuh yang ditakuti.
2) Subkelas: Holocephali, berasal dari kata holo yang artinya seluruh, dan
cephala yang berarti kepala. Salah satu contoh subkelas ini adalah
Chimaera atau ikan tikus namun ada pula yang menyebutnya dengan ikan
hantu atau ghostfish . Jenis ini berasal dari pantai barat Amerika Utara
dengan penampilan dua pola warna yang cukup menarik. Ciri utama
subkelas holocephali yaitu mempunyai celah insang yang ditutupi oleh
operkulum, rahang memiliki lempeng-lempeng gigi, lubang hidung
tunggal, tubuh tanpa sisik, mempunyai organ tambahan clasper pada
jantan atau myxopterygium, gurat sisi merupakan lengkung terbuka.
Contoh: ikan Chimaera, dan Hydrolagus.
BAB III
METODE PENGAMATAN

A. Alat dan bahan


a. Alat:
Alat tulis
Kamera
b. Bahan:
Spesies Pisces yang terdapat pada sea world
B. Cara kerja
1. Melakukan pengamatan terhadap morfologi, khusus nya
alat gerak, bentuk kepala, jenis makanan, pola prilaku, cara
bergerak dan lain nya.
2. Catat keterangan yang ada pada papan nama dikandang
masing-masing hewan.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. TABULASI DATA HEWAN VERTEBRATA


Pengamatan Superclass Pisces di Seaword:
1. Nama Lokal : Ikan Pari Sengat
Nama Latin : Dasyatis sp.
Habitat : Perairan laut
Jenis Makanan : krustasea dan larva ikan
Morfologi khusus yang teramati:
Ikan pari ini memiliki betuk tubuh melebar ( depressed )
dan gepeng, selain itu memiliki satu pasang sirip dada yang
menyatu dan melebar dengan bagian sisi kanan kelapanya.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum :
Chordata
Class :
Chondrichthyes
Ordo :
Myliobatiformes
Family :
Dasyatidae
Genus : Dasyatis
Spesies : Dasyatis
2. Nama Lokal : Belut Laut sp.

Nama Latin : Macrotema caligans


Habitat : Air tawar
Jenis Makanan : Moluska
Morfologi khusus yang teramati:
Tubuhnya berbentuk silindris memanjang seperti ular, tidak
memiliki sirip dada dan punggung, sirip duburnya menyerupai
permukaan kulit adanya penyangga jari-jari keras atau lemah. Sirip
dada dan punggung hanya berbentuk semacam guratan kulit yang
halus, bentuk ekor pendek dan tirus, badan lebih panjang dari
ekornya.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Famili : Palaemonoidae
Ordo : Synbranchoidae
Genus : Synbranchus
Species : Macrotema caligans

3. Nama Lokal : Ikan Leporinus


Nama Latin : Leporinus affinis
Habitat : Amerika Selatan
Jenis Makanan : Sayuran dan ikan kecil
Morfologi khusus yang teramati:
Ikan ini memiliki warna yang cerah. Band-band bolak
hitam dan kuning sangat mencolok dan benar-benar menonjol.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Characiformes
Family : Anostominadae
Genus : Leporinus
Spesies : Leporinus
affinis
4. Nama Lokal : Arapaima
Nama Latin : Arapaima gigas
Habitat : Air tawar
Jenis Makanan : Burung-burung yang terdapat pada permukaan air
serta daging.
Morfologi khusus yang teramati:Ikan arapaima gigas mempunyai
bentuk badan yang lebar, bersisik, berwarna abu-abu dan bentuk
kepala yang meruncing. Ketika masih kecil, ikan Arapaima gigas
berwarna kehitaman. Namun, semakin besar warna di bagian ekor
yang tadinya berwarna hitam berubah menjadi merah.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class :
Actinopterygii
Ordo :
Osteoglossiformes
Family :
Osteoglossidae
Genus : Arapaima
Spesies : A. gigas

5. Nama Lokal : Ikan sapu-sapu Albino


Nama Latin : Hypostosmus sp
Habitat : Perairan Air Tawar Amerika Selatan
Jenis Makanan : Alga
Morfologi khusus yang teramati:
Tubuhnya tutup oleh kulit yang mengeras dengan bentuk
mulut
cakram. Kepala serta tubuh ikan sapu-sapu melebar dan
membentuk seperti panah. Batang ekor memanjang dan sirip
punggung lebar. Pada semua siripnya kecuali sirip ekor selalu
diawali oleh duri keras. Terdapat juga adipose fin yang terletak
dekat dengan ujung batang ekor yang ditutupi oleh kulit yang
mengeras.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Siluridea
Famili : Loricarinae
Genus : Hypostosmus
Spesies : Hypostosmus sp

6. Nama Lokal : Ikan Arwana


Nama Latin : S. formosus
Habitat : Air tawar
Jenis Makanan : Udang-udangan
Morfologi khusus yang teramati:
Ikan arwana memiliki bentuk kepala yang besar dan padat.
Bentuk tubuhnya pipih dengan punggung datar. Sisik pada badan
besar dan keras, sedangkan kepala tidak bersisik. Giginya
bertipe canine yang berjumlah 15-17. Sebagaimana ikan yang
berasal dari Osteichtyes, arwana juga dilengkapi dengan
tutup operculum. Letak sirip punggung hampir sejajar dengan
pangkal ekor. Sirip dada panjang dan meruncing, bersisik besar
mempunyai 2 sungut lunak pada ujung.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo :
Osteoglossiformes
Family : Osteoglossidae
Genus : Scieropages
Spesies : S. formosus
7. Nama Lokal : Ikan Dewa
Nama Latin : Leptobarbus hoevenii
Habitat : Air tawar
Jenis Makanan : Cacing, Ikan kecil, lumut
Morfologi khusus yang teramati:

ikan ini memeliki jari-jari sirip yang licin, kepala tidak berkerucut dan
antara garis rusuk dan sirip punggung terdapat tiga setengah baris sisik. Ikan ini
mirip dengan ikan mas. Karakteristik utama dari genus ini adalah keberadaan dan
ukuran cuping pada bibir bawah untuk membedakan dengan jenis-jenis Cyrinidae
lainnya.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Genus : Leptobarbus
Spesies : Leptobarbus
hoevenii

8. Nama Lokal : Ikan Buntal


Nama Latin : Arothon stellatus
Habitat : Perairan Air laut
Jenis Makanan : Kerang siput, landak laut, dan kepiting.
Morfologi khusus yang teramati:
Salah satu karakteristik ikan buntal secara morfologi уаіtu
memiliki tubuh уаng diselubungi оlеh duri, tеrutаmа bagian
punggungnya. аhkаn duri ikan іnі јugа mengandung racun уаng
ѕаngаt mematikan. Dan ciri khusus lain уаng dimiliki оlеh ikan
buntal dan tіdаk mampu dilakukan оlеh ikan-ikan уаng lainnya
аdаlаh dараt menggelembungkan diri. Tujuannya уаіtu untuk
menakuti-nakuti musuhnya lewat posturnya уаng bertambah besar
dan diselubungi оlеh duri-duri уаng mengerikan.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Tetraodontiformes
Family : Tetradontidae
Genus : Arothron
Spesies : A. stellatus

9. Nama Lokal : Lepu Ayam


Nama Latin : Monocentris japonica
Habitat : Perairan laut
Jenis Makanan : Ikan
Morfologi khusus yang teramati:
Ikan ini memiliki warna yang indah, sehingga iya akan
tersamarkan dengan baik pada terumbu karang. Lepu ayam
memiliki sirip yang berbentuk sangat anggun yang ia gunakan
untuk menyudutkan mangsanya lalu menyerangnya dengan secepat
kilat. Dan pada bagian punggungnya ikan ini memiliki duri, dan
duri –duri ini memilki racun.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Beryciformes
Family : Monocentidae
Genus : Monocentris
Spesies : M. japonica

10. Nama Lokal : Ikan Nanas


Nama Latin : Pterois volitans
Habitat : Perairan Laut
Jenis Makanan : Zooplankton
Morfologi khusus yang teramati:
Ikan ini memiliki warna kuning cerah dan tubuhnya
tertutupi sisik keras berbentuk piringan berduri dengan garis tepi
berwarna hitam.matanya berukuran besar dan dibawah mulutnya
terdapat organ yang dapt memendarkan cahaya dari bakteri
simbiotik yang hidup di dalamnya.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo :
Scorpaeniformes
Family : Scorpaenidae
Genus : Pterois
Spesies : Pterois
volitans

11. Nama Lokal : Ikan Pakol


Nama Latin : Abalistes stellaris
Habitat : perairan Indo Pasifik
Jenis Makanan : Bulu Babi, Moluska, krustasea
Morfologi khusus yang teramati:
Cirri khas yang dimiliki oleh ikan ini adalah adanya duri
yang terdapat pada sirip dorsal yang mana duri tersebut berguna
untuk menghalangi pemangsa yang akan memangsanya dan untuk
mengunci diri mereka di dalam lubang persembunyiannya.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Tetraodontiformes
Family : Balistidae
Genus : Abalistes
Spesies : Abalistes stellaris
12. Nama Lokal : Ikan Letter six
Nama Latin : Paracanthurss hepatus
Habitat : perairan Indo-Pasifik, Perairan laut.
Jenis Makanan : Plankton, Alga dan Invetebrata
Morfologi khusus yang teramati:
Ikan ini memiliki tubuh dengan warna biru menyala dengan
ekor yang berwarna kuning. Pola hitam tebal yang terdapat pada
sisi tubuh membentuk angka “enam” atau menyerupai pellet
pelukis. Ekor ikan ini memiliki duri tajam yang akan ditegakkan
saat dalam bahaya.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Acanthuridae
Genus : Paracanthururs
Spesies : P. hepatus

13. Nama Lokal : Ikan Banggai


Nama Latin : P. kauderni
Habitat : Perairan Laut Dangkal
Jenis Makanan : Planktonik
Morfologi khusus yang teramati:
Ciri khas pola yang sangat kontras antara garis hitam dan
putih dengan totol-totol putih. ukuran maksimal 6 cm. Memiliki
bentuk badan yang tinggi, bulat pipih, mulut besar, memiliki dua
sirip punggung yang panjang dan indah.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Apogonidae
Genus : Pterapogon
Spesies : P. kauderni

14. Nama Lokal : Ikan sersan mayor


Nama Latin : A. saxatilis
Habitat : Perairan Laut Samudra Atlantik
Jenis Makanan : Larva ikan, krustasea, alga, dan zooplankton
Morfologi khusus yang teramati:
Bentuk mulut kecil dan miring, sirip punggung saling
bersambungan. memiliki 5 garis vertikal pada tubuh, yaitu warna
putih dan kuning. dinamakan ikan sersan mayor dikarenakan
memiliki lima garis hitam seperti pangkat pada dinas kemiliteran.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Pomacentridae
Genus : Abudefduf
Spesies : A. saxatilis

15. Nama Lokal : Ikan Zebra Ekor hitam


Nama Latin : D. melanurus
Habitat : Indo-Australia
Jenis Makanan : Ikan-ikan kecil dan alga
Morfologi khusus yang teramati:
Ciri khusus yang ada pada ikan ini adalah adanya tiga band
vertikal hitam dan putih bergantian membentuk warna tubuh
dengan pita hitam keempat yang berakhir di bagian ekor.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Chrominae
Genus : Dascyllus
Spesies : D. melanurus

16. Nama Lokal : Ikan Kerapu


Nama Latin : E. malabaricus
Habitat : Air Laut
Jenis Makanan : Alga
Morfologi khusus yang teramati:
Ikan kerapu ini memiliki bentuk tubuh memanjang dan
gepeng (compressed), tetapi kadang-kadang ada juga agak bulat.
Mulut ikan kerapu serong ke atas, lebar dan bibir bawahnya
menonjol ke atas. Rahang atas dan bawah dilengkapi gigi-gigi
geratan yang berderet dua baris, ujungnya lancip, dan kuat. Ujung
luar bagian depan dari gigi baris luar adalah gigi – gigi yang besar.
Tubuh ikan kerapu macan ditutupi oleh sisik yang mengkilap dan
bercak loreng mirip bulu macan. Kulit tubuh ikan kerapu macan
dipenuhi dengan totol-totol hitam yang rapat. Sirip dada berwarna
kemerahan, sedangkan sirip lainnya mempunyai warna tepi coklat
kemerahan.Pada garis rusuknya, terdapat 110 – 114 buah sisik.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Sarranidae

Genus : Epinephelus
Spesies : E.
malabaricus
B. Pembahasan

Pada pratikum yang kami lakukan di sea world ini yang kami amati adalah
spesies-spesies dari kelas Pisces, adapun pisces sendiri termasuk kedalam filum
chordata, yang mana chordata ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
A. Acraina

Adalah kelompok chordate yang tidak memiliki cranium atau otak.


Kelompok ini memiliki 3 kelompok, yaitu: Hemichordata, Urochordata, dan
Chepalochordata.
1. Agnatha
Terdapat di Amerika Utara dan Eropa. Sebagian besar Agnatha
hidup di dasar perairan laut atau air tawar. Tubuh Agnatha
beberbrntuk silindris memanjang, dan berukuran sekitar 76 – 90
cm. Agnatha tidak memiliki rahang tetapi memilik mulut
berbentuk lingkaran dan berparut. Contoh Agnatha yaitu belut laut
atau lamprey laut (Petromyzon marinus), lamprey sungai
(Lampetra fluviatilis) dan lain-lain.
2. Chondrichthyes
Kulit tubuhnya tertutup oleh sisik-sisik plakoid yang kasar berisi
dentin (mesodermal) dan dilapisi dengan email (ektodermal).
Chondrichthyes memiliki mulut yang terletakk di bagian bawah
dengan lidah dan rahang. Alat kelamin terpisah dan fertilisasi
terjadi secara eksternal atau internal. Contoh Chondrichthyes yaitu
ikan hiu (Squalus sp.), iakn pari (Makaraja sp.)
3. Osteichthyeshidup di laut , air tawar dan rawa-rawa. Ukuran
tubuhnya bervariasi antara 1 – 6 m. Osteichthyes merupakan ikan
bertulang sejati dengan endoskeleton yang mengandung matriks
kalsium fosfat yang keras. Osteichthyes bernapas dengan insang
yang ditutupi oleh operkulum (tutup insang). Contoh Osteichthyes
yaitu ikan mas koki (Carrasius auratus, ikan . terbang (Cypselurus
sp.).
B. Craniata
Adalah kelompok yang memilki cranium, archus visceral,
vertebrae, dan otak. Anggota kelompok ini meliputi dua kelompok yaitu:
subfilum agnatha yang terdiri dari dua class yaitu ostracodermi dan
Cyclostomata. Dan subfilum Gnathosmata meliputi dua superclass, yaitu:
pisces yang terdiri dari tiga kelompok, diantaranya: placodemi,
Chondrichtyes, dan Osteoichtyes. Dan super class Tetraphoda yang terdiri
dari: class amphibi, class reptile, class mamalia, dan class aves.
Pada pengamatan yang kami lakukan di sea world banyak sekali
spesies dari superclass pisces yang mana Pisces (ikan) adalah hewan yang
hidup didalam air, mereka dapat bernafas didalam air karena insang yang
mereka miliki. Pisces dapat ditemukan di air tawar (danau dan sungai)
maupun air asin (laut dan samudra). Pisces merupakan hewan berdarah
dingin (poikiloterm), artinya suhu tubuhnya berubah-ubah sesuai dengan
suhu air ditempat dia hidup. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang
paling beraneka ragam, dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 spesies di
seluruh dunia. Struktur tubuh ikan sebagian besar dibentuk oleh
rangkanya, tulang penyusun tubuhnya ada tulang rawan, dan adapula
tulang sejati. Insang dan ekor yang mereka miliki membantu mereka untuk
bergerak dengan cepat didalam air.
Pada pengamatan ini terdapat bermacam-macam spesies subkelas
chondrichtyes seperti ikan pari, dan begitu pun subclass osteichtyes yang
begitu banyak sekali kami temukan. Yang kami dapati dari pengamatan itu
adalah bahwa spesies-spesies pisces ini memiliki habitat diperairan tawar
maupun laut, seprti contohnya Ikan Arapaima dan Arwana merupakan dua
spesies yang hidup di perairan air tawar,berbeda dengan ikan buntal, ikan
ikan pari sengat, dan ikan kerapu, yang mana laut merupakan habitatnya.
Adapun makanan dari superclass ini bermacam ada spesies
omnivore seperti ikan zebra ekor hitam yang memakan ikan-ikan kecil dan
alga, dan ada juga yang hanya memakan alga seperti ikan kerapu. Selain
dari pada itu juga terdapat sepesie yang memakan makanan lain, seperti
ikan banggai yang memakan plankton, ikan sersan mayor yang memakan
krustasea, serta banyak lagi ikan yang memakan makanan yang berbeda.
Dan terakhir, ikan-ikan yang kami amati di sea world ini berasal
dan tersebar di berbagai penjuru dunia namun juga ada yang asli dari
Indonesia seperti ikan banggai yang merupakan hewan endemic yang
terdapat di perairan pulau Sulawesi. Demikianlah pembahasan tentang
pengamatan yang telah kami lakukan di seaworld.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahsan sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa
Pisces merupakan jenis vetebrata yang paling banyak dan
beragam, yang kesemuanya berhabitat diperairan baik itu
perairan tawar, seperti sungai, danau, dan rawa. Maupun
perairan asin yaitu laut. Pisces memilki bermacam-macam
spesies yang membuatnya memiliki banyak perbedaan dalam
hal makanan, tapi kebanyak dari spesies memakan alga-algaan,
ikan-ikan kecil, serta plankton. Dan untuk asal serta sebarannya
Pisces tersebar banyak si seluruh penjuru dunia.

B. SARAN
Laporan ini belum sepenuhnya sempurna, masih banyak sekali
kekurang serta kesalahan yang tidak kami ketahui pastinya,
maka dari itu kami berharap atas kritik serta saran dari saudara-
saudara sekalian yang mana apabila menumukan kesalahan
pada laporan ini untuk tidak segan dalam mengingati kami agar
kami bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Rustaman, Nuryani. 1994. Biologi I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Kimbal . 1998 . Biologi 1 . Jakarta: Erlangga
Kant, G. C., R. K. Carr.2001. Comparative of the Anatomy Vertebrates Ninth
Edition. New York, Mc Graw Hill Companies Inc
http://dataperikanan.habaloen.com/2017/11/Mengenal.ikan.arapaima.gigas.da
n.ciri.cirinya.html
https://www.dunia-perairan.com/2017/04/ikan-sapu-sapu-hypostosmus-
sp.html
http://bpsplpadang.kkp.go.id/arwana
Safita, Reny. 2012. Zoologi Vetebrata BIO. 401. Jambi: Progam Studi Pendidikan
Biologi Jurusan Tadris.

Anda mungkin juga menyukai