Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati adalah berbagai bentuk kehidupan yang ada di

daratan, udara dan perairan pada suatu ruang dan waktu, baik berupa tumbuhan,

hewan, bahkan makhluk hidup terkecil seperti mikroorganisme. Negara Indonesa 

termasuk bagian dari salah satu negara tropis yang berada di garis khatulistiwa.

Negara tropis memiliki jenis keanekaragaman hayati yang berlimpah

dibandingkan dengan negara non tropis. Spesies mamalia sebagian besar

yang ada di kawasan tropis mengalami tingkat kepunahan yang relatif rendah,

yang sering disebut dengan mekanisme dua kali lipat, mengakibatkan tingkat

keanekaragaman di kawasan tropis menjadi lebih beragam dibandingkan dengan

kawasan lainnya (Suwarso, 2019).

Jenis-jenis Fauna di Indonesia sangat banyak dan kehidupannya

dipengaruhi oleh keadaan tumbuh-tumbuhan dan iklim daerahnya. Indonesia

terletak di daerah tropis yang merupakan salah satu sasaran migrasi satwa dari

belahan bumi utara dan selatan. Fauna dapat dikelompokkan kedalam beberapa

kategori berdasarkan karakteristik tertentu, seperti jenis makanan, habitat dan

sejarah evolusi. Fauna terdiri dari berbagai jenis hewan sperti mamalia, burung,

reptil, ikan dan serangga.


Pengawetan serangga sangat diperlukan terutama untuk memenuhi

kebutuhan pada masa yang akan datang, dalam membantu perkembangan ilmu.

Tanpa diawetkan serangga-serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satu

kali dalam proses pembelajaran, dengan mengawetkan serangga yang telah

dikoleksi kita tidak perlu sering membuat insektarium yang bisa mengganggu

keseimbangan alam. Insektarium merupakan tempat penyimpanan koleksi

spesimen insekta, baik awetan basah maupun kering. Insektarium berupa awetan

serangga dengan bahan pengawet alkohol 70% dan formalin 5% yang dikemas

dalam bentuk koleksi media pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, maka

dilakukan praktikum identifikasi keanekaragaman fauna darat di kebun raya

UHO.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada pratikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mengenal keanekaragaman fauna darat ?

2. Bagaimana mengenal metode sampling data untuk berbagai jenis biota ?

3. Bagaimana mengenal metode sampling untuk identifikasi lebih lanjut dilab ?

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengenal keanekaragaman fauna darat

2. Untuk mengenal metode sampling data untuk berbagai jenis biota


3. Untuk mengenal metode sampling untuk identifikasi lebih lanjut dilab

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut

1. Dapat mengenal keanekaragaman fauna darat

2. Dapat mengenal mengenal metode sampling data untuk berbagai jenis biota

3. Dapat mengenal metode sampling untuk identifikasi lebih lanjut dilab


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati atau keanekaragaman makhluk hidup berasal dari

berbagai sumber dalam suatu ekosistem. Ekosistem adalah sekumpulan

organisme baik tanaman maupun hewan yang saling berinteraksi satu sama lain

juga dengan lingkungan di sekitarnya. Keanekaragaman hayati adalah variabilitas

di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk interaksi ekosistem

terestrial, pesisir dan lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks ekologik

tempat hidup makhluk hidup menjadi bagiannya. Hal ini

meliputi keanekaragaman jenis, antar jenis dan ekosistem pengertian yang lain.

Keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumber daya

hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah atau keanekaragaman

genetik di dalam jenis, keanekaragaman antar jenis dan keanekaragaman

ekosistem (Nurhuda, 2022).

B. Keanekaragaman Fauna

Indonesia memiliki keanekaragaman fauna yang tinggi. Indonesia

memiliki 115 spesies mamalia, 1.500 spesies burung, 600 spesies reptil, dan

270 spesies amphibi Indonesia juga memiliki keanekaragaman ikan yang

tingggi. Fauna darat (terrestrial) maupun perairan tersebut sebagian merupakan

fauna endemic hanya ada di Indonesia., terdapat 97 spesies ikan terumbu


karang dan 1.400 spesies ikan air tawar yang hanya terdapat di Indonesia

(Setiawan, 2022).

C. Fauna

Fauna Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya

yang luas dan berbentuk kepulauan tropis. Keanekaragaman yang tinggi ini

disebabkan oleh Garis Wallace, membagi Indonesia menjadi dua area zona

zoogeografi Asia, yang dipengaruhi oleh fauna Asia, dan zona zoogeografi

Australasia, dipengaruhi oleh fauna Australia. Pencampuran fauna di Indonesia

juga dipengaruhi oleh ekosistem yang beragam di antaranya pantai, bukit pasir,

muara, hutan bakau, dan terumbu karang. fauna yang bersifat khas, langka dan

dapat terancam punah sehingga perlu dilindungi dan dilakukan tindakan

keselamatan agar keberlanjutan tetap terjaga Perlindungan berbagai jenis fauna

yang khas, langka dan terancam punah akibat kegiatan manusia (Mellawati,

2018).

D. Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Fauna

Faktor penentu perubahan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan keanekaragaman hayati factor penentu tersebut biasanya adalah

masuknya masyarakat ke dalam kawasan hutan disebabkan oleh beberapa faktor

seperti faktor ekonomi, faktor politik, faktor sosial dan faktor budaya. Kurangnya

alternatif mata pencaharian serta terbatasnya tingkat pendidikan dan


keterampilan menjadikan masyarakat menggantungkan hidupnya pada hutan.

(Darma, 2019). Keanekaragaman spesies merupakan karakter komunitas yang

penting dibicarakan secara mendalam baik secara konsep maupun aplikasinya di

lapangan. Keanekaragaman fauna dibentuk oleh berbagai komponen penyusun,

baik yang berupa komponen biotik maupun komponen abiotik. Komponen biotik

terdiri dari seluruh makhluk hidup yang menyusun ekosistem tersebut, termasuk

hewan dan tumbuh-tumbuhan (Sembiring, 2020).

E. Insektarium

Penggunaan insektarium diambil beberapa jenis serangga yang ditemukan

di lingkungan sehingga memudahkan merangsang minat untuk dapat melihat

secara langsung dan memperjelas penyampaian pesan agar tidak bersifat

verbalistis. Insektarium merupakan tempat penyimpanan koleksi spesimen

insekta, baik awetan basah maupun kering. Insektarium berupa awetan serangga

dengan bahan pengawet alkohol 70% dan formalin 5% yang dikemas dalam

bentuk koleksi media Penggunaan spesimen awetan hewan dalam pembelajaran

Biologi (Hano’e, 2022).


B. Pembahasan

Fauna adalah sebuah lingkungan hewan yang mencakup semua jenis

hewan dan kehidupannya yang berada diwilayah dan masa tertentu. Fauna atau

hewan yang ada dipermukaan bumi penyebaran nya dipengaruhi oleh suatu

keadaan lingkungan sekitar yang sesuai untuk tempat tinggal hidupnya. Bila

suatu kelompok fauna sudah tidak sesuai lagi untuk ditinggali di daerah tertentu,

kelompok fauna itu akan melakukan sebuah migrasi atau perpindahan ke daerah

lain. secara garis besar, daerah pesebaran fauna di dunia dapat diklasifikasikan

menjadi delapan wilayah persebaran.

Bahan yang digunakan pada praktikum identifikasi keanekaragaman

fauna di kebun raya UHO adalah alkohol 70% yang berfungsi sebagai bahan

pengawet atau preservatif untuk spesimen hewan yang akan diidentikasi.

Formalin 4% (5ml) sebagai bahan pengawet yang mencegah kerusakan jaringan

tubuh hewan yang akan diselidiki. Kloroform adalah senyawa organik yang

memiliki sifat anestesi dan dapat digunakan untuk membuat hewan menjadi tidak

sadarkan diri atau mati dengan cepat dan mudah.

Identifikasi keanekaragaman fauna di kebun raya UHO, diawali dengan

dilakukan observasi awal pada lokasi pengamatan, ditentukan lokasi pengamatan

fauna, setelah itu diamati sampel yang ditemukan, diambil sampel untuk

diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi, sampel kemudian

diawetkan menggunakan alkohol, kloroform atau formalin, diisi lembar kerja


lapangan seperti tanggal dan waktu pengamatan serta informasi umum dan

informasi lain yang bermanfaat, dilakukan dokumnetasi konsidi pengamatan

menggunakan kamera, sampel kemudian disimpan kedalam plastik sampel atau

toples yang telah diberi alkohol agar tidak berjamur sebagai koleksi, dibuat

insectarium pada beberapa jenis hewan yang di temukan dan diberi keterangan

serta dicatat keterangan pada lembar kerja pengamatan.

Kelompok fauna yang ditemukan pada praktikum ini secara umum

berasal dari kelompok insect (Serangga) yaitu kupu-kupu, capung dan belalang.

Kupu-kupu (Faunis conens) merupakan jenis hewan yang invasive, tidak

termasuk dalam spesies yang diburu, tidak dilindungi, tergolong dalam spesies

yang mempunyai status konversi IUCN LC (Least Concern) dan tidak termasuk

endemik. Menurut (Lamin et al., 2022) Kupu-kupu (Faunis conens) memiliki

kemampuan penyebaran dengan cakupan daerah yang cukup luas, dan memiliki

adaptasi yang baik, sehingga dapat berpotensi menginvasi dan menggangu

ekosistem lokal dan berdampak terhadap keanekaragaman hayati. Capung

(Neutrothemis terminata) merupakan jenis hewan yang bukan invasive, bukan

jenis yang diburu, tidak dilindungi, memiliki status koservasi IUCN LC ( Least

Concern) dan bukan termasuk hewan endemik. Menurut (Virgiawan et al.,

2015) jenis capung yang ada di Indonesia sekitar 700 spesies yakni sekitar 15%

dari 5000 spesies yang ada di dunia, sehingga dikategorikan hewan yang tidak

dilindungi. Belalang merupakan hewan yang termasuk kedalam golongan


invasive, spesies yang diburu, tidak dilindungi, memiliki status konversi IUCN

LC (Least Concern) dan termasuk hewan yang endemik. Menurut (Saroni &

Gustina, 2021) belalang berkumpul dalam jumlah jutaan di suatu lokus pertanian

sehingga dapat menyebabkan kerusakan tanaman dalam skala yang besar

keanekaragaman belalang memiliki potensi suatu lahan. Hal ini menyebabkan

belalang termasuk kedalam hewan yang diburu.


DAFTAR PUSTAKA

Darma, H.A., dan Bintoro, A., 2019, Faktor-Faktor Penentu Perubahan Kondisi
Keanekaragaman Flora dan Fauna di Sub-Sub DAS Khilau, Sub DAS Bulog,
DAS Sekampung (Determining Factors of Flora and Fauna Diversity Change
in Khilau Sub-Sub, Bulog Sub-DAS, Sekampung Watershed). Jurnal Sylva
Lestari,7, hal. 204-213.
Hano’e, E.M. 2022. Pelatihan Pembuatan Insektarium Bagi Siswa SMA/SMK
Kecamatan Insana Utara. Jurnal Pengabdian Sains dan Humaniora, 1, hal.
58-65.
Hartini, H., Hanik, N.R., dan Nugroho, A.A. 2019. Keanekaragaman dan
Kemelimpahan Serangga di Hutan Bromo Karangannyar Sebagai Sumber
Alternatif Belajar Biologi di SMA. Journal of Biology Learning, 1, hal 14-23
Mellawati,J. dan Merri,S. 2018. Kajian Fauna Di Propinsi Nusa Tenggara Barat
(Ntb):Studi Kasus Rencana Pembangunan Pltn. Prosiding Seminar Nasional
Infrastruktur Energi Nuklir, 141-150
Nurhuda, M.B., Pujawati, E.D., dan Payung, D. 2022. Keanekaragaman Hayati
Tumbuhan Di Sekitar Kawasan Bendungan Labuhan Kecamatan Batang
Alai Selatan Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva Scienteae, 5, hal. 429-436.

Setiawan, A., dan Alikodra, H.S. 2001. Tinjauan Terhadap Pembangunan Sistem
Kawasan Konservasi di Indonesia. Media Konservasi, 7, 39-46.
Siregar, A.S., Bakti, D., dan Zahara, F. 2014. Keanekaragaman jenis serangga di
berbagai tipe lahan sawah. Agroekoteknologi, 2(4).
Suwarso, E., Paulus, D.R., dan Widanirmala, M. 2019. Kajian Database
Keanekaragaman Hayati Kota Semarang. Jurnal Riptek, 13, 79-91.
Virgiawan, C. 2015. Studi Keanekaragaman Capung (Odonata) Sebagai Bioindikator
Kualitas Air Sungai Brantas Batu-Malang dan Sumber Belajar Biologi. JPBI
(Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia), 1.

Anda mungkin juga menyukai