PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
daratan, udara dan perairan pada suatu ruang dan waktu, baik berupa tumbuhan,
hewan, bahkan makhluk hidup terkecil seperti mikroorganisme. Negara Indonesa
termasuk bagian dari salah satu negara tropis yang berada di garis khatulistiwa.
yang sering disebut dengan mekanisme dua kali lipat, mengakibatkan tingkat
terletak di daerah tropis yang merupakan salah satu sasaran migrasi satwa dari
sejarah evolusi. Fauna terdiri dari berbagai jenis hewan sperti mamalia, burung,
kebutuhan pada masa yang akan datang, dalam membantu perkembangan ilmu.
dikoleksi kita tidak perlu sering membuat insektarium yang bisa mengganggu
spesimen insekta, baik awetan basah maupun kering. Insektarium berupa awetan
serangga dengan bahan pengawet alkohol 70% dan formalin 5% yang dikemas
UHO.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
D. Manfaat
2. Dapat mengenal mengenal metode sampling data untuk berbagai jenis biota
A. Keanekaragaman Hayati
organisme baik tanaman maupun hewan yang saling berinteraksi satu sama lain
terestrial, pesisir dan lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks ekologik
B. Keanekaragaman Fauna
memiliki 115 spesies mamalia, 1.500 spesies burung, 600 spesies reptil, dan
(Setiawan, 2022).
C. Fauna
yang luas dan berbentuk kepulauan tropis. Keanekaragaman yang tinggi ini
disebabkan oleh Garis Wallace, membagi Indonesia menjadi dua area zona
zoogeografi Asia, yang dipengaruhi oleh fauna Asia, dan zona zoogeografi
juga dipengaruhi oleh ekosistem yang beragam di antaranya pantai, bukit pasir,
muara, hutan bakau, dan terumbu karang. fauna yang bersifat khas, langka dan
yang khas, langka dan terancam punah akibat kegiatan manusia (Mellawati,
2018).
seperti faktor ekonomi, faktor politik, faktor sosial dan faktor budaya. Kurangnya
baik yang berupa komponen biotik maupun komponen abiotik. Komponen biotik
terdiri dari seluruh makhluk hidup yang menyusun ekosistem tersebut, termasuk
E. Insektarium
insekta, baik awetan basah maupun kering. Insektarium berupa awetan serangga
dengan bahan pengawet alkohol 70% dan formalin 5% yang dikemas dalam
hewan dan kehidupannya yang berada diwilayah dan masa tertentu. Fauna atau
hewan yang ada dipermukaan bumi penyebaran nya dipengaruhi oleh suatu
keadaan lingkungan sekitar yang sesuai untuk tempat tinggal hidupnya. Bila
suatu kelompok fauna sudah tidak sesuai lagi untuk ditinggali di daerah tertentu,
kelompok fauna itu akan melakukan sebuah migrasi atau perpindahan ke daerah
fauna di kebun raya UHO adalah alkohol 70% yang berfungsi sebagai bahan
tubuh hewan yang akan diselidiki. Kloroform adalah senyawa organik yang
memiliki sifat anestesi dan dapat digunakan untuk membuat hewan menjadi tidak
fauna, setelah itu diamati sampel yang ditemukan, diambil sampel untuk
toples yang telah diberi alkohol agar tidak berjamur sebagai koleksi, dibuat
insectarium pada beberapa jenis hewan yang di temukan dan diberi keterangan
berasal dari kelompok insect (Serangga) yaitu kupu-kupu, capung dan belalang.
termasuk dalam spesies yang diburu, tidak dilindungi, tergolong dalam spesies
yang mempunyai status konversi IUCN LC (Least Concern) dan tidak termasuk
kemampuan penyebaran dengan cakupan daerah yang cukup luas, dan memiliki
jenis yang diburu, tidak dilindungi, memiliki status koservasi IUCN LC ( Least
2015) jenis capung yang ada di Indonesia sekitar 700 spesies yakni sekitar 15%
dari 5000 spesies yang ada di dunia, sehingga dikategorikan hewan yang tidak
LC (Least Concern) dan termasuk hewan yang endemik. Menurut (Saroni &
Gustina, 2021) belalang berkumpul dalam jumlah jutaan di suatu lokus pertanian
Darma, H.A., dan Bintoro, A., 2019, Faktor-Faktor Penentu Perubahan Kondisi
Keanekaragaman Flora dan Fauna di Sub-Sub DAS Khilau, Sub DAS Bulog,
DAS Sekampung (Determining Factors of Flora and Fauna Diversity Change
in Khilau Sub-Sub, Bulog Sub-DAS, Sekampung Watershed). Jurnal Sylva
Lestari,7, hal. 204-213.
Hano’e, E.M. 2022. Pelatihan Pembuatan Insektarium Bagi Siswa SMA/SMK
Kecamatan Insana Utara. Jurnal Pengabdian Sains dan Humaniora, 1, hal.
58-65.
Hartini, H., Hanik, N.R., dan Nugroho, A.A. 2019. Keanekaragaman dan
Kemelimpahan Serangga di Hutan Bromo Karangannyar Sebagai Sumber
Alternatif Belajar Biologi di SMA. Journal of Biology Learning, 1, hal 14-23
Mellawati,J. dan Merri,S. 2018. Kajian Fauna Di Propinsi Nusa Tenggara Barat
(Ntb):Studi Kasus Rencana Pembangunan Pltn. Prosiding Seminar Nasional
Infrastruktur Energi Nuklir, 141-150
Nurhuda, M.B., Pujawati, E.D., dan Payung, D. 2022. Keanekaragaman Hayati
Tumbuhan Di Sekitar Kawasan Bendungan Labuhan Kecamatan Batang
Alai Selatan Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva Scienteae, 5, hal. 429-436.
Setiawan, A., dan Alikodra, H.S. 2001. Tinjauan Terhadap Pembangunan Sistem
Kawasan Konservasi di Indonesia. Media Konservasi, 7, 39-46.
Siregar, A.S., Bakti, D., dan Zahara, F. 2014. Keanekaragaman jenis serangga di
berbagai tipe lahan sawah. Agroekoteknologi, 2(4).
Suwarso, E., Paulus, D.R., dan Widanirmala, M. 2019. Kajian Database
Keanekaragaman Hayati Kota Semarang. Jurnal Riptek, 13, 79-91.
Virgiawan, C. 2015. Studi Keanekaragaman Capung (Odonata) Sebagai Bioindikator
Kualitas Air Sungai Brantas Batu-Malang dan Sumber Belajar Biologi. JPBI
(Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia), 1.