PENDAHULUAN
2
keragaman genetic dan kekerabatannya itu bisa menggunakan pendekatan
molekuler, yaitu dengan analisis DNA.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini kiranya dapat memberikan referensi untuk
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan karakter DNA Acanthaster Planci,
dan analisis hubungan kekerabatannya secara molekuler.
3
II. PROFIL LABORATORIUM BIOMEDIK DAN BIOLOGI
MOLEKULER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR BALI
2.1 Lokasi
Laboratorium Biomedik dan Biomol FKH Udayana, terletak di jalan raya
Sesetan, gang Markisa, nomor 6A, kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar
Selatan, kabupaten Denpasar, Provinsi Bali, Indonesia. Telephon/Fax : (0361)-
8423062 Email: gnmahardika@indosat.net.id
4
Sedangkan tugas yang diemban dalam melayani masyarakat yaitu:
Melayani pemeriksaan sampel, PCR, RT-PCR, serologi ELISA, uji HA
dan HI, western blot dan sterco microskop.
Konsultasi riset di bidang molekuler.
Bioinformatik
Analisis Sequensing
Desain dan pemesanan primer
Transport merdia
5
maupun Internasional. Beberapa instansi yang menjadi partnernya yaitu : Dinas
Peternakan se-provinsi Bali, Balai Besar Veteriner, rumah sakit hewan, rumah
sakit umum Sanglah, Laboratorium Biomol Fakultas kedokteran Unud, Dinas
peternakan NTT, Balai Karantina Pertanian, dan juga alam melakukan
sequencing, laboratorium ini bekerja sama dengan EIJMAN Jakarta, sedangkan
kerjasama tingkat internasional yaitu dengan UCLA, ODU, NSF, bahkan pada
tahun ini lab ini bersama-sama dengan UNIPA, UNDIP, dan USAID, dan juga
partner internasionalnya, akan mengembangkan Pusat Penelitian biodiversity
Indonesia.
6
III. TINJAUAN PUSTAKA
8
Pada waktu akan makan maka bintang laut berduri ini akan menempatkan
dirinya pada suatu substrat karang yang dianggap cocok, mengeluarkan
lambungnya, kemudian lambung ini akan melebar menutupi permukaan karang
pada suatu area yang hampir setengah dari diameter tubuhnya sendiri. Kemudian
melalui lambungnya ini akan dikeluarkan enzim-enzim pencernaan ke dalam
jaringan tubuh karang sehingga akan terurai, setelah itu A. planci menyerap
jaringan tubuh yang sudah dicerna bersamaan dengan menarik lambungnya
kembali.
3.2 DNA
Deoksiribonukleic acid (DNA) adalah makromolekul tubuh yang
merupakan polimer dari asam nukleat yang disusun dengan urutan tertentu
berperan sebagai pembawa informasi genetic yang diturunkan kepada
keturunannya. Semua informasi yang berkaitan dengan bentuk, struktur, dan
morfologi suatu makhluk hidup, telah direkam dalam suatu molekul DNA.
Komponen utama penyusun DNA adalah nukleotida. Dimana nukleotida
ini terdiri dari tiga bagian yaitu: gula pentose (deoxiribosa), gugus fosfat (mono,
di, dan triphosphat), dan basa purin (adenin, guanin), pirimidin(cytosine, timin).
Struktur kimia dari nukleotida seperti pada gambar :
a). b).
o
34 A
o
3,4 A
10
3.4 DNA Mitokondria
Dari segi satuan dasar individu, jasad seluler digolongkan menjadi jasad
bersel tunggal dan jasad bersel banyak. Jasad seluler dapat juga digolongkan
berdasarkan struktur dan organisasi sel menjadi dua golongan, yaitu sel prokaryot
dan eukaryote. Oleh karena itu, jasad sel bersel tunggal masih terbagi menjadi
jasad sel eukaryote (Escheria coli) dan prokaryot (saccaromyces cerevisiae),
sedangkan jasad seluler bersel banyak hanya digolongkan menjadi jasad sel
eukaryote (tumbuhan tingkat tinggi, manusia, hewan).
Genom adalah satu kesatuan gen yang dimiliki secara alami oleh satu sel
atau virus, atau satu kesatuan kromosom jasad eukaryote dalam fase haploid. Pada
sel prokariot mengandung molekul DNA sirkular tunggal, panjang yang
dikelilingi oleh selaput inti. Prokariot juga mengandung molekul DNA melingkar
kecil yang disebut plasmid yaitu elemen genetik ekstrakoromosom. Sedangkan
pada sel eukariot, bahan genetic utama terletak dalam inti sel yaitu DNA inti, akan
tetapi juga terdapat DNA diluar kromosom yaitu DNA mitokondria, dan DNA
kloroplas. Bahkan beberapa sel eukaryote juga memiliki DNA plasmid, yaitu
pada S. cerevisiae.
Organisasi gen pada mitokondria lebih mirip dengan organisasi gen pada
bakteri. Sehingga diduga, mitokondria merupakan jasad prokaryot endosimbion
yang dalam proses evolusi berkembang menjadi bagian struktur sel eukaryote
seperti yang dikenal sekarang.
Secara umum, semua gen mtDNA hewan memiliki jumlah dan jenis yang
sama. Dimana dalam MtDNA terdapat 13 gen pengkode protein, 2 gen pengkode
rRNA, 22 gen pengkode tRNA. Gen mtDNA yang mengkode protein adalah
kompleks I subunit 1, 2, 3, 4, 4L, 5, dan 6 , kompleks III subunit b (sitokrom b),
kompleks IV (sitokrom oksidase) subunit I, II, dan III, serta kompleks V subunit
6 dan 8. Sedangkan gen pengkode rRNA yaitu 12S rRNA dan 16s rRNA. Gen-
gen pengkode protein tersebut merupakan kompleks enzim yang berperan dalam
fosforilasi oksidatif, akan tetapi terdapat protein lainnya yang juga berfungsi
dalam fosforilasi oksidatif seperti enzim-enzim metabolisme, DNA dan RNA
polimerase, protein ribosom dan mtDNA regulatory factors semuanya dikode oleh
gen inti, disintesis dalam sitosol dan kemudian diimpor ke organel.
11
Gen mtDNA memiliki laju mutasi yang tinggi karena pada mtDNA tidak
memiliki system reparasi replikasi yang efektif, dan tidak memiliki protein histon,
serta posisi mtDNA yang terletak didekat membrane dalam mitokondria, sehingga
rentan terhadap serangan radikal oksigen hasil samping fosforilasi oksidatif.
Setelah tahap 3, siklus diulang kembali mulai tahap 1. Pada siklus pertama
satu molekul DNA akan menjadi 2 molekul DNA. Seangkan pada siklus kedua,
dua molekul DNA hasil siklus pertama akan menjadi cetakan yang akan
digandakan sehingga jumlah DNA menjadi 4. Demikian seterusnya akan diulang-
ulang hingga sekitar 20-30 kali. Akibat denaturasi dan renaturasi, beberapa berkas
baru (berwarna hijau) menjadi templat bagi primer lain. Akhirnya terdapat berkas
DNA yang panjangnya dibatasi oleh primer yang dipakai. Jumlah DNA yang
dihasilkan berlimpah karena penambahan terjadi secara eksponensial. Proses ini
Nampak seperti pada gambar 4.
13
diperlukan untuk menghasilkan karakter yang diinginkan. Optimasi ini
menyangkut suhu denaturasi dan annealing DNA dalam mesin PCR. Suhu
denaturasi yang rendah dapat menyebabkan belum terbukanya DNA utas ganda
sehingga tidak dimungkinkan terjadinya polimerisasi DNA baru. Proses
penempelan primer pada utas DNA yang sudah terbuka memerlukan suhu
optimum, sebab suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan amplifikasi tidak
terjadi atau sebaliknya suhu yang terlalu rendah menyebabkan primer menempel
pada sisi lain genom yang bukan sisi homolognya; akibatnya dapat teramplifikasi
banyak daerah tidak spesifik dalam genom tersebut. Suhu penempelan (annealing)
ini ditentukan berdasarkan primer yang digunakan yang dipengaruhi oleh panjang
dan komposisi primer. Suhu penempelan ini sebaiknya sekitar 5°C di bawah suhu
leleh. Sedangkan suhu leleh (Tm) bisa dihitung dengan rumus Tm = 4(G+C) +
2(A+T)°C.
14
IV. METODE PENELITIAN
4.3.1 Ekstraksi
15
4.3.2 PCR
Amplifikasi ini merupakan proses penggandaan DNA hasil ekstraksi yang
dilakukan secara in vitro menggunakan metode polimerisasi chain reaction (PCR).
PCR dilakukan dengan menggunakan mesin PCR (thermo cycler) dan diatur
siklus suhunya yang sesuai untuk spesies A. Planci. Komponen utama dalam PCR
adalah DNA template, dNTPs, buffer PCR, MgCl2 , primer, dan enzim
polymerase. Primer yang digunakan untuk A. planci adalah COTS-ctrl-fwd (5’-
CAAAAGCTGACGGGTAAGCAA-3’) dan COTS-ctrl-rev (5’-TAAGGAAGTT
TGCGACCTCGAT-3’).
Proses mplifikasi ini dimulai dengan mengisi form PCR. Pengisian form
ini dilakukan untuk menghitung berapa banyak master mix (MM) yang
dibutuhkan dan enzim taq Polimerase serta jumlah ekstrak yang digunakan.
Penghitungan volume mastermix yaitu seperti pada table 1. Tahap selanjutnya
yaitu membuat master mix, yaitu dengan mengambil 144 µL (untuk 5 sampel)
master mix (campuran ddH2O, buffer PCR, MgCl2, primer COTS control Forwad
dan primer COTS control reverse (jumlah tiap komponen mengikuti protocol pada
table 1)) dan dimasukan dalam tabung. Tambahkan 0,75 µL enzim taq
polymerase gold. Campurkan hingga merata dengan menggunakan pipet mikro.
Tabel 1. Komposisi Mastermix pada PCR
Master mix ……6…… Tabung 25µL
STABDAR PROTOCOL (1 µL DNA template)
Standar Protokol …5... Tabung
ddH2O 14,5 87
10 x Buffer PCR (PE-II) 2,5 15
dNTPs (8 mM) 2,5 15
MgCl2 (25 mM) 2,0 12
Primer 1 (10 mM) 1,25 7,5
Primer 2 (10 mM) 1,25 7,5
Amplitaq polymerase (5 unit/ µL) 0,125 0,75
Total 24
16
Isi 6 tabung PCR dengan 24 µL master mix dan tambahkan 1 µL sampel
pada masing-masing tabung kemudian campurkan hingga merata. Jika terbentuk
gelembung, hilangkan dengan sentrifuge hingga gelembung hilang.
Tahap terakhir yaitu proses amplifikasi dengan menggunakan thermo
cycler pada kondisi : suhu denaturasi awal 94 oC selama 7 menit, denaturasi siklus
selanjutnya 94oC selama 30 detik, suhu annealing 48 oC selama 45 detik, extension
72oC selama 1 menit, dan suhu ekstension akhir 72 oC selama 5 menit. Proses ini
dilakukan sebanyak 32 siklus.
4.3.3 Elektroforesis
Elektroforesis merupakan salah satu metode pemisahan senyawa kimia
yang didasarkan pada laju pergerakan molekul dalam aliran listrik. Elektroforesis
ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya DNA dalam produk PCR kita.
Tahap awal dalam elektroforesis adalah membuat gel agarosa 10%, yaitu
dengan mencampurkan 1 gram bubuk agarosa dengan 100 mL 1X TAE dan
tambahkan 2 µL cyber green (sebagai pewarna molekul). Panaskan dengan
microwave sampai agarosa benar-benar terlarut, dan tuang dalam cetakan agarosa.
Pasang sisir pada cetakan dan tunggu selama 15-20 menit hingga agarosa
mengeras. Masukan gel kedalam tangki elektroforesis yang berisi buffer TAE 1X.
Selanjutnya siapkan sampel yang akan dielektroforesis. Hamparkan
parafilm, dan totolkan sekitar 1 µL loding dye untuk 1 sampel. Ambil 4 µL PCR
produk dan campurkan dengan lodyng dye kemudian masukan dalam sumur gel.
Jalankan mesin elektroforesis pada 200 V dan arus 400 mA selama 15 menit.
Setelah 15 menit, angkat gel dan lihat hasilnya dengan menggunakan
lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dan foto menggunakan kamera
Polaroid.
4.3.4 EXO/SAP
Exo/Sap bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa primer yang tidak ikut
bereaksi dan juga dNTPs sisa selama proses PCR berlangsung. Sample yang
positif setelah diuji dengan menggunakan gel elektroforesis, maka selanjutnya
produk PCR tersebut di EXO/SAP.
17
Tabel 2. Komposisi Master Mix Exo/Sap
Master Mix …… Tabung
EXO/SAP Standar Protocol …………… tabung
EXO 0,5 µL ………… µL
SAP 0,5 µL ………… µL
Master Mix 1 µL ………… µL
PCR Produk 5 µL ………… µL
Total 6 µL ………… µL
4.3.6 Presipitasi
Setelah dilakukan Cycle sequencing, maka kita tambahkan 48 µL
isopropanol 40 % kemudian tutup tabung dan sentrifugasi selama 30 menit.
Setelah 30 menit, buka tutup tabung, dan balik tabungnya diatas tissue kimtech,
sehingga semua isopropanol habis. Pellet DNA yang tersisa didalam tabung,
ditambah dengan 40 µL ethanol 70% dan disentrifugasi selama 1 menit.
Selanjutnya buka penutup dan buang etanol dengan membalik tabung diatas tisu.
Pellet DNA yang tersisa dalam tabung, diberi 10 µL Formamida lalu dikemas
ditutup dan dikemas dengan alumunium foil. Produk presipitasi ini dikirim ker
Cornel University, Amerika Serikat untuk penentuan urutan nukleotida dari
sequens DNA dengan menggunakan mesin sequencher AB1377 (applied
Biosystem). Hasil sequens, bisa kita download dari website Cornel University,
untuk kita lakukan analisis data.
19
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Gambar 6 elektroforegram lima sampel A.planci
#A._planci_MTdna CCC TAT GGG GTA ATA CAA TAC GGA AAG ATA CAC CTT -TT TTC TTA CTT [ 48]
#SAMPEL_1 ... ... ... ... ... ... ..T .A. .G. ... ... ... -.. ... ... ... [ 48]
#SAMPEL_2 ... ... ... ... ... ... .CT ... ... ... ... ... C.. ... ... A.. [ 48]
#SAMPEL_3 ... ... ... ... ... ... ... ... G.. ... ... ... T.. ... ... ... [ 48]
#SAMPEL_4 ... ... ... ... ... ... ..T .A. G.. ... ... ... T.. ... ... ... [ 48]
#SAMPEL_5 ... ... ... ... ... ... .C. ... ... ... ... ... -.. ... ... ... [ 48]
#A._planci_MTdna TTC CGC TCC GCG GGG GGA TAG TTA GGG TAA GGC TAC ATA GGC TAA ACC [ 96]
#SAMPEL_1 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... A.. ... ... [ 96]
#SAMPEL_2 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... A.. ... ... [ 96]
#SAMPEL_3 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... A.. ... ... [ 96]
#SAMPEL_4 ... ... ... ... ... .A. ... ... ... ... ... ... ... A.. ... ... [ 96]
#SAMPEL_5 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... A.. ... ... [ 96]
#A._planci_MTdna CAG TTT ATA CGC CAT CCT ACA CTC TAG TTA TAA GTT CTT TCT GAT ACA [144]
#SAMPEL_1 ... ... ... ... ... ... ... ... ... C-. ... ... ... ... ... ... [144]
#SAMPEL_2 .G. ... ... T.. ... ... .T. ... ... .-. ... ... ... ... ... ... [144]
#SAMPEL_3 ... ... ... ... ... ... ... ... ... .-. ... ... ... ... ... ... [144]
#SAMPEL_4 ... ... ... ... ... T.. ... TC. ... .-. ... ... ... ... ... ... [144]
#SAMPEL_5 ... ... ... T.. ... ... ... T.. ... .-. ... ... ... ... ... ... [144]
#A._planci_MTdna GGA TTA ATA CTA AAC AAT GAC AGT ACC CGC TTT ACC GTC TTA TCA AAA [192]
#SAMPEL_1 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..G ... ... [192]
#SAMPEL_2 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [192]
#SAMPEL_3 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [192]
#SAMPEL_4 ... ... ... ... ... ... ... ... G.. ... ... ... ... ... ... ... [192]
#SAMPEL_5 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [192]
22
#A._planci_MTdna AAC CAC GGT CAC GTA GGC CCT ATG CAA CTA TAT AAC TAT CGA CGT CAC [240]
#SAMPEL_1 ... ... ..C ... ... ... ... ... ... ... ... ... C.. ... ... ... [240]
#SAMPEL_2 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... C.. ... ... ... [240]
#SAMPEL_3 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... C.. ... ... ... [240]
#SAMPEL_4 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... C.. ... ... ... [240]
#SAMPEL_5 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... C.. ... ... ... [240]
#A._planci_MTdna ACT TTA ACC CAG TTT TTA AAC CCT AAA CCT CTC ACG CAG AGG CTT GAC [288]
#SAMPEL_1 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..A ... ... ... ... [288]
#SAMPEL_2 ... ... G.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [288]
#SAMPEL_3 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .C. ... ... ... ... ... [288]
#SAMPEL_4 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... A.. [288]
#SAMPEL_5 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [288]
#A._planci_MTdna GTT TCC ACT GCC TGA AGC TAC CGC AAC CGC AGA CAC CAA GAA CCA ATC [336]
#SAMPEL_1 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..G ... ... ... ... ... [336]
#SAMPEL_2 ... ... ... ... ... ... ... .A. ... ... ... ... ... ... ... ... [336]
#SAMPEL_3 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [336]
#SAMPEL_4 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [336]
#SAMPEL_5 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [336]
#A._planci_MTdna TTT ATT TTA CAA CAG AAC CTT CAA AAG TGT TTA CCT TAA GAT ATT GAC [384]
#SAMPEL_1 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [384]
#SAMPEL_2 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [384]
#SAMPEL_3 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [384]
#SAMPEL_4 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .G. ... ... [384]
#SAMPEL_5 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [384]
#A._planci_MTdna ACC ACC CCT TCG ATC CTT TCG TAC TAG AAG GGA CCC TTG CTC TAT TCA [432]
#SAMPEL_1 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [432]
#SAMPEL_2 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [432]
#SAMPEL_3 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [432]
#SAMPEL_4 ... G.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [432]
#SAMPEL_5 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... [432]
T C A G Total
Sampel 1 27,1 27,6 29,4 15,9 435
Sampel 2 28,0 26,8 29,4 15,9 436
23
Sampel 3 27,3 27,5 29,4 15,8 436
Sampel 4 28,0 26,8 29,4 15,8 436
Sampel 5 27,8 27,1 29,4 15,6 435
Jumlah nukleotida kelima sampel tidak sam, sampel 1 dan 5 memiliki
nukleotida sebanyak 435 pb, sedangkan sampel 2,3, dan 4, memiliki jumlah
nukleotida 436 pb, hal ini terjadi karena adanya mutasi Indel yang menyebabkan
adanya gaps pada sampel 1 dan 5 yaitu tepatnya pada site 37. Kemungkinan ini
disebabkan karena mutasi tipe insersi (penambahan) pada sampel 2,3, dan 4,
karena pada A.planci yang diperoleh dari gene bank, kita juga menemukan gaps
pada site 37.
Dari data sequens kelima sampel, kita menemukan adanya 26 site yang
berbeda, yang merupakan akibat dari adanya mutasi, baik itu transisi ataupun
transverse, atau bahkan Indel (insersi-dellesi). Adapun perubahan nukleotid ini
bisa dilhat pada table 4. Dalam table tersebut terlihat bahwa, terjadi transisi pada
site 21, 23, 25, 26, 65, 98, 106, 102, 106, 112, 116, 118, 119, 124, 169, 186, 201,
247, 272, 276, 286, 311, 321, 377, 388. Sedangkan transverse terjadi pada site 20
dan 46. Untuk indel terjadi hanya pada site 37.
2 2 2 2 2 3 4 6 9 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
0 1 3 5 6 7 6 5 8 0 1 1 1 1 2 6 8 0 4 7 7 8 1 2 7 8
6 2 6 8 9 4 9 6 1 7 2 6 6 1 1 7 8
Sampel 1 A T A A G - C G A C C C C T C A G C A T A G G G A A
Sampel 2 C . G . A C A . G T . T . . T . A T G . G . A A . .
Sampel 3 . C G G A T . . . . . . . . T . A T . C G . . A . .
Sampel 4 . . . G A T . A . . T . T C T G A T . . G A . A G G
Sampel 5 C C G . A - . . . T . . T . T . A T . . G . . A . .
24
Secara genetic, kelima sampel memiliki haplotipe yang berbeda-beda,
tidak ada yang satu haplotipe. Hal ini bisa kita lihat dari jarak genetiknya, yaitu
dengan melihat table 5 (table pairwise distance). Pada table tersebut, kita bisa
melihat perbedaan antar nukelotida. Nilai ini berkisar dari 0 sampai 1. Ketika kita
mendapatkan nilai 0 antara dua sampel ini berarti bahwa kedua sampel tersebut
adalah satu haplotipe. Sedangkan jika kita mendapatkan angka 1, hal ini berarti
bahwa kedua sampel tersebut sangat berbeda dan tidak memiliki hubungan
sedikitpun. Dalam table ini kita melihat bahwa hubungan yang terdekat yaitu
antara sampel 3 dengan sampel A. planci dari gene bank. Dengan perbedaan 0,01
(1%), berarti bahwa kedua sampel ini memiliki kesamaan 99%. Demikian halnya
dengan sampel 5 dan 1 kemudian juga sampel 5 dan 3. Hubungan yang paling
jauh yaitu antar sampel 1 dengan sampel 4 dan sampel 2 dengan sampel 4 dengan
tingkat kesamaan 96%. Tingkat kesamaan ini juga divisualisasikan dalam pohon
filogenetik pada gambar 7.
I II III IV V VI
A.panci (I)
Sampel 1 (II) 0,02
Sampel 2 (III) 0,02 0,03
Sampel 3 (IV) 0,01 0,02 0,02
Sampel 4 (V) 0,03 0,04 0,04 0,03
Sampel 5 (VI) 0,01 0,03 0,02 0,01 0,03
6.1 Kesimpulan
Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kelima sampel A.planci, merupakan haplotipe yang berbeda.
2. Kelima sampel memiliki perbedaan panjang nukleotida yaitu : 475 untuk
sampel 1 dan 5 sedangkan untuk sampel 2,3,dan 4 memiliki panjang
nukleotida 476 pb.
3. Hubugan kekrabatan antara kelima smapel yaitu : antara sampel 1 dan 4, 2
dan 4 memiiki kesamaan genetic 96%, untuk sampel 1 dan 2, 2 dan 5, 3
dan 4, 4 dan 5 memiliki kesamaan genetic 97%, sedangkan sampel 1 dan
3, 2 dan 3 memiliki kesamaan genetic 98%, dan yag terakhir sampel 5 dan
1, sampel 3dan 5 memiliki kesamaan 99%.
6.2 Saran
Dari hasil yang diperoleh, disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan
dengan menggunakan sampel dari lokasi lain, diseluruh Indonesia, \dan
menggabungkannya kemudian dilakukan analisis philogeografi dari A.planci di
Indonesia. Selain itu, sumber data genetic di gene bank tentang acanthaster planci
masih sangat sedikit, sehingga perlu dilakukan pengurutan sequens DNA secara
lengkap dan memasukannya ke gene bank.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1 . 2009. Taxonomy Acanthaster planci. Biosearch. (21 Juli 2010 4:44
WITA) http://www.scuba-equipment usa.com
Anonim2 . 2009. Model Dinamika Populasi dan Evaluasi Stok. (15 Juli 2010
11:15 WITA) http://ahmaddaud.blogspot.com/2009/03/pola-interaksi-
terumbu-karang-dengan.html
Budianto Agus. 2002. Sang bintang laut pemburu karang. Warta oceanografi
vol. XVI.
La Aji, Sri. Karakterisasi Fragmen gen COI bulu babi tripnetus gratilla yang
diperoleh dengan metode PCR. Jurusan kimia Unipa. Manokwari.
Solihin, DD. 1994. Peranan DNA mitokondria dalam studi keragaman genetic
dan biologi populasi pada hewan. Jurnal hayati.
Yuriadi, dkk. 2010. Kajian molekuler daerah D-Loop parsial DNA mitokondria
kuda (equus cabllus) asli tengger. Jurnal veteriner FKH UNUD
BAli.vol 11 no 1 maret 2010. ISSN : 1411-8327 hal1-6.
27
LAMPIRAN
28
Lampiran 1. Diagram proses Pengukuran Genetik
Ekstraksi
PCR
EXOSAP Elektroforesis
Presipitasi
Sequenser
29
Lampiran 2. Gambar Alat-Alat Laboratorium di Biomedik dan biomol
Hewan FKH UNUD.
30
Mikroskop
Estrim ESCO
31