Anda di halaman 1dari 4

Nama/ NIM : Nur’riyani/ 1811013120008

Program Studi : Biologi


Mata Kuliah : Bioindikator
Dosen : Anang Kadarsah, S.Si. M.Si

Tugas Ke-6
Vertebrata sebagai Bioindikator

Bioindikator adalah suatu organisme atau komunitas yang memuat informasi tentang
kualitas lingkungan. Penggunaan ikan sebagai bioindikator dapat membantu menggambarkan
lingkungan alam, mendeteksi, dan menilai dampak manusia, serta mengevaluasi restorasi atau
remediasi pengukuran. Dalam konteks ini ikan memainkan peran yang krusial sebagai
bioindikator dalam pengelolaan sumber daya air dan penelitian limnologi terapan [1]. Ada tiga
kunci utama yang perlu diperhatikan ketika menggunakan ikan sebagai bioindikator yaitu
taksonomi, habitat, dan fisiologi dari ikan. Taksonomi adalah susunan atau penggolongan untuk
memberi nama suatu jenis ikan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh ikan dan menentukan
klasifikasi pada ikan [2]. Habitat yang ditempati ikan berbeda-beda, karena ikan ada yang hidup
di lautan, kolam, muara, sungai, dan lain sebagainya. Habitat pada ikan juga berbeda-beda dari
waktu ke waktu baik dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Habitat akan mempengaruhi
seluruh kehidupan ikan baik pada tingkat individu dan tingkat populasi. Pada tingkat populasi
yang menjadi penandanya adalah struktur populasi, sedangkan pada tingkat individu yang
menjadi penandanya adalah tingkat pertumbuhan. Jadi untuk penggunaan ikan sebagai
bioindikator perlu memperhatikan tingkatan yang digunakan baik tingkat populasi atau tingkat
individu. Ikan sebagai bioindikator pada tingkat populasi menggunakan indikator kelahiran
kematian dan migrasi sedangkan tingkat individu menggunakan indikator parameter
pertumbuhan seperti penambahan panjag berat badan dan perkembangan organ lainnya [1].

Untuk mendeteksi perubahan morfologi pada ikan dilakukan dengan cara pendekatan,
yaitu pendekatan histologi dan hematologi. Pendekatan histologi dan hematologi merupakan
pendekatan yang digunakan dengan teknik pemeriksaan yang mempelajari perubahan abnormal
sel atau jaringan yang digunakan untuk menentukan diagnosis penyakit pada ikan [3].
Pendekatan histologi dan hematologi termasuk penggunaan ikan sebagai bioindikator tingkat
individu. Kesesuaian spesies ikan baik pada tingkat individu (misalnya kinerja pertumbuhan) dan
pada tingkat populasi (misalnya struktur populasi) ditentukan oleh konektivitas berbagai elemen
habitat dalam konteks spasial-temporal yang luas. Jadi menggunakan ikan sebagai bioindikator
Nama/ NIM : Nur’riyani/ 1811013120008
Program Studi : Biologi
Mata Kuliah : Bioindikator
Dosen : Anang Kadarsah, S.Si. M.Si

Tugas Ke-6
merupakan alat pemantauan yang baik terutama yang berkaitan dengan aspek polusi dan
implementasi teknik dalam pengelolaan sungai, misalnya restorasi dan pengelolaan sungai [4].

Kehidupan ikan berhubungan dengan penggunaan habitat dan pergerakannya, maka


parameter yang memungkinkan untuk digunakan sebagai bioindikator adalah pengamatan ikan
pada tingkat populasi. Pertumbuhan populasi ditandai dengan adanya perubahan jumlah populasi
disetiap waktu. Perubahan ini biasanya dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian dan migrasi.
Pertumbuhan populasi merupakan proses sentral di dalam ekologi. Karena tidak ada populasi
yang tumbuh secara terus menerus maka kita mengetahui adanya pengaturan populasi. Interaksi
spesies seperti predator, kompetisi, herbivory dan penyakit berdampak terhadap pertumbuhan
pop dan pertumbuhan populasi menghasilkan perubahan dalam struktur komunitas oleh karena
itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana suatu populasi tumbuh [5].
Nama/ NIM : Nur’riyani/ 1811013120008
Program Studi : Biologi
Mata Kuliah : Bioindikator
Dosen : Anang Kadarsah, S.Si. M.Si

Tugas Ke-6
Reptilia Sebagai Bioindikator

Reptil adalah vertebrata yang memiliki sisik, fertilisasi internal, dan telur bercangkang.
Kulit yang ditutupi oleh sisik berfungsi untuk meminimalkan kehilangan cairan tubuh, sehingga
reptil dapat bertahan di lingkungan darat yang kering. Habibat reptil terbagi menjadi 5 yaitu
terrestrial, arboreal, akuatik, semi akuatik, dan fossorial. Kelompok hewan reptile lebih dikenal
dengan herpetofauna [6]. Herpetofauna adalah kelompok hewan yang melata dan suhu tubuhnya
bergantung pada suhu lingkungan. Herpetofauna adalah bagian dari keanekaragaman hayati
penyusun ekosistem yang dapat hidup di daratan, perairan, dan aboreal. Herpetofauna berperan
penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, yaitu pada rantai makanan dan dapat dijadikan
sebagai bioindikator lingkungan karena peka terhadap perubahan lingkungan [7]. Hewan ini
perlu dipelajari, karena manfaatnya bagi lingkungan dan manusia. Reptil juga sering
dimanfaatkan sebagai makanan dan sumber senyawa obat. Selain itu, sebagian besar juga
dimanfaatkan sebagai hewan coba dalam penelitian. Hal ini dikarenakan reptil merupakan
organisme model yang sangat berguna bagi banyak studi lapangan perilaku, ekologi dan
pengajaran. Reptil merupakan komponen utama dalam ekosistem dan sering digunakan sebagai
indikator status suatu kerusakan lingkungan. Reptil memiliki peran penting dalam kehidupan
manusia dan lingkungan, sebagai objek pertanian dan peternakan, dan dalam bidang pengobatan
dijadikan suplemen [6]. Peranannya di alam antara lain, pengendali hama (jenis-jenis pemakan
tikus dan juga serangga) dan tentunya sebagai sumber plasma nutfah. Herpetofauna juga
merupakan kelompok satwa yang dapat menarik perhatian. Keberadaan herpetofauna memegang
peranan penting dalam ekosistem sebagai penyokong diversitas fauna yang ada di suatu kawasan
[8].
Nama/ NIM : Nur’riyani/ 1811013120008
Program Studi : Biologi
Mata Kuliah : Bioindikator
Dosen : Anang Kadarsah, S.Si. M.Si

Tugas Ke-6
Daftar Pustaka
[1] and H. G. Z. B. A. Markert, A. M. Breure, “Bioindicators and Biomonitors Principles,
Concepts and Application,” J. Chem. Inf. Model., vol. 6, no. 9, pp. 1689–1699, 2003.
[2] Furqon Inspired, “Taksonomi Ikan,” Jan-2012. [Online]. Available:
http://furqoninspired.blogspot.com/2012/01/taksonomi-ikan.html. [Accessed: 31-Oct-
2020].
[3] E. Insivitawati, G. Mahasri, and K. Kusnoto, “Gambaran Darah dan Histopatologi Insang,
Usus Dan Otak Ikan Koi (Cyprinus carpio Koi) yang Diinfeksi Spora Myxobolus koi
secara Oral <Br><I>[Haematology and Histopatology of Gills, Intestine And Brain Koi
Fish (Cyprinus carpio Koi) Myxobolus koi Orally In,” J. Ilm. Perikan. dan Kelaut., vol. 7,
no. 2, p. 225, 2019.
[4] Husamah and A. Rahardjanto, (Teori dan Aplikasi dalam Biomonitoring), Univerista.
Malang, 2019.
[5] N. Hidayah, “Pertumbuhan Populasi.” .
[6] O. N. DS Yudha, R Eprilurahman, IA Muhtianda, DF Ekarini, “Keanekaragaman Spesies
Amfibi dan Reptil di Kawasan Suaka Margasatwa Sermodaerah Istimewa Yogyakarta,”
vol. 38, no. 1, pp. 7–12, 2015.
[7] A. Hidayah, “Keanekaragaman Hepertofauna di Kawasan Wisata Alam Coban Putri Desa
Tlekung Kecamatan Junrejo Batu Jawa Timur,” N. Engl. J. Med., vol. 372, no. 2, pp.
2499–2508, 2018.
[8] S. Subeno, “Distribusi dan Keanekaragaman Herpetofauna di Hulu Sungai Gunung
Sindoro, Jawa Tengah,” J. Ilmu Kehutan., vol. 12, no. 1, p. 40, 2018.

Anda mungkin juga menyukai