Anda di halaman 1dari 3

Tugas Pertemuan 2 Ekologi Lanjut

TUGAS I

Nama : Ayu Rama Dewi

NIM : 1711013120002

Judul Materi: Interaksi Individu dan Perubahan Ekologi

A. Interaksi Inang-Parasit
Interaksi inang dan parasit didalamnya terdapat dua komponen yang terlibat, yakni
inang dan parasit. Mekanisme tersediri untuk mempertahankan hidupnya dimiliki oleh
individu inang atau parasit tersebut. Sehingga, dinamika dapat terjadi. Terkadang inang bisa
membunuh parasit atau sebaliknya. Parasit merupakan organisme yang hidup pada
permukaan atau dalam suatu organisme kedua, yang disebut inang. Interaksi yang
membentuk hubungan inang-parasit adalah kompleks. Parasitisme merupakan jenis
hubungan simbiosis antara dua organisme: parasit, biasanya yang lebih kecil dari keduanya,
dan inang, di mana parasit bergantung secara fisiologis. Inang dalam interaksi inang-parasit
merupakan hewan yang memelihara parasit. Ketika suatu parasit mencoba untuk
menyebabkan infeksi, inang merespon dengan menggerakkan suatu kesatuan tempur dari
mekanisme pertahanan. Kemampuan mencegah penyakit yang akan memasuki mekanisme
pertahanan disebut resistensi (kekebalan) [1]. Parasit mempunyai kemampuan untuk
beradaptasi dengan inang barunya dan untuk berevolusi sehingga dapat melakukan
modifikasi untuk dapat menyesuaikan dengan sisitem tubuh inang barunya. Sehingga akan
tejadi interaksi antara inang barunya dan parasit tersebut [2].

B. Interaksi Mangsa-Pemangsa
Contoh interaksi mangsa-pemangsa dapat diambil dari peristiwa herbivori. Herbivori
pada umumnya tidak mematikan tumbuhan sasarannya, namun memiliki dampak negative
terhdapa tampilan. Herbivori secara umum tidak akan mematikan tumbuhan namun akan
berdampak negatif terhadap tampilan daun sasaran. Dampak negatif ini antara lain terlihat
dari: (1) hilangnya seluruh bagian daun (missing); (2) hilangnya beberapa bagian permukaan
daun (grazed); (3) pembengkakan beberapa bagian daun (leaf mine); dan (4) necrosis atau
perubahan warna daun normal menjadi kuning oleh serangga pemangsa-penghisap dan layu
atau cokelat karena penggerek kayu [3].

C. Interaksi Mutualisme
Simbiosis Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis
namun saling menguntungkan satu sama lain. Dalam hubungan ini, artinya kedua organisme
sama-sama tidak ada yang dirugikan. Kerugian bagi keduanya justru adalah ketika simbiosis
itu tidak dilakukan.  Oleh karena itu kehadiran makhluk hidup lain menjadi begitu penting
bagi mereka yang mengalami simbiosis jenis ini. Beberapa contoh dari simbiosis mutualisme
adalah kupu-kupu dan lebah dengan bunga, bakteri rhizobium leguminosarum dan tanaman
polong-polongan, manusia dengan bakteri, lalat dengan bunga raflesia, dan burung bangau
dengan kuda nil [4].

Ecosystem engineer adalah organisme yang membuat, memodifikasi atau memelihara


habitat (atau habitat mikro) dengan menyebabkan perubahan keadaan fisik pada bahan biotik
dan abiotik yang, secara langsung atau tidak langsung, memodulasi ketersediaan sumber
daya untuk spesies lain [5]. Ecosystem engineer merupakan ekosistem yang secara langsung
maupun tidak langsung mengontrol ketersediaan untuk menunjang kehidupan bagi makhluk
hidup lainnya [6]. Perekayasa ekosistem (ecosystem engineer), didefinisikan sebagai
organisme yang secara langsung maupun tidak langsung mengatur ketersediaan sumber daya
untuk spesies lain dengan mengubah kondisi fisik materi biotik atau abiotik dengan cara
memodifikasi, mempertahankan, dan/atau menciptakan habitat. Karakteristik penting dari
rekayasa ekosistem adalah harus mengubah ketersediaan (kualitas, kuantitas, dan distribusi)
dari sumber daya yang digunakan oleh organisme lain [7]. Tumbuhan adalah kelompok
perekayasa ekosistem (ecosystem engineers) yang terbesar pada ekosistem hutan mangrove.
Kehadiran tumbuhan tersebut selain menciptakan habitat mangrove, sifat fisik serta produksi
materi organik juga sangat berguna untuk memodifikasi tanah sebagai tempat tumbuhnya
[8].
Ecosystem engineer adalah organisme yang dapat menciptakan, menghancurkan atau
bahkan mempertahankan kelangsungan habitat tertentu. Proses rekayasa ekosistem dimulai
dengan perubahan struktural pada lingkungan dan kemudian mengubah abiotik istilah biotik
atau keberadaan organisme lain. Ecosystem engineer dibagi menjadi dua, yaitu engineer
autogenik dan alogenik. Engineer autogenik mengubah kondisi habitat dengan mengubah
kondisi tubuh mereka, sedangkan engineer alogenik yang dapat mengubah kondisi habitat
secara langsung. Dampak ecosystem engineer terhadap lingkungan ditentukan oleh besarnya
dan lamanya perubahan struktural yang dibuat atau ditinggalkan oleh ecosystem enginerr.
Memahami konsep rekayasa ekosistem berguna sebagai salah satu upaya untuk memulihkan
habitat dan konservasi [7]. Ecosystem engineer merupakan ekosistem yang mempengaruhi
organisme lain dengan menciptakan, memodifikasi, memelihara atau menghancurkan
habitat. Terlepas dari pengakuan yang tersebar luas dari efek yang seringkali penting ini,
konsep rekayasa ekosistem belum digunakan secara luas dalam aplikasi ekologi [9].
Daftar Pustaka

[1] S. Aryal, “Host and Parasite Interaction,” J. Ecol., vol. 1, no. 1, pp. 1–8, 2020.

[2] K. Dewi, “Nematoda Parasit Pada Tikus Di Desa Pakuli, Kec. Gumbara, Kab. Donggala,
Sulawesi Tengah,” Indones. J. Heal. Ecol., vol. 10, no. 1, pp. 38–43, 2011.
[3] D. W. Burrows, “The Role of Insect Leaf Herbivory on The Mangroves Avicennia marina
and Rhizophora stylosa,” p. 238, 2003.
[4] Kelas Pintar, “5 Contoh Simbiosis Mutualisme, Komensalisme, Parasitisme dan lain-lain -
Kelas Pintar,” 19-Aug-2019. [Online]. Available: https://www.kelaspintar.id/blog/tips-
pintar/kelas-5/5-contoh-simbiosis-mutualisme-komensalisme-dan-lain-lain-1254/.
[Accessed: 11-Oct-2020].
[5] K. N. Marenco and D. J. Bottjer, Theoretical Ecology Series. 2007.
[6] C. G. Jones, J. H. Lawron, and M. Shachak, “Positive and Negative effects of Organisms
as Physical Ecosystem Engineers,” Ecology, vol. 78, no. 7, pp. 1946–1957, 1997.
[7] A. K. A. Cintra, “Mengenal Perekayasa Ekosistem,” Oseana, vol. 44, no. 2, pp. 49–53,
2019.
[8] P. Hogart, The Biology of Mangroves and Seagrasses, no. Oxford University Press, New
York. 2007.
[9] J. E. Byers et al., “Using ecosystem engineers to restore ecological systems,” Trends
Ecol. Evol., vol. 21, no. 9, pp. 493–500, 2006.

Anda mungkin juga menyukai