Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI DASAR

ASOSIASI INTERSPESIFIK

Hilda Nur Indah Lestari

3415143703

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017
ASOSIASI INTERSPESIFIK

A. Latar Belakang
Di alam organisme tidak hidup sendirian tetapi berdampingan dan saling
berinteraksi dengan organisme yang lainnya. Begitupun yang terjadi terhadap
tumbuhan, interaksi ini bisa terjadi antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak
sejenis. Demikian juga interaksi yang terjadi antar setiap organisme dengan
lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana melainkan suatu proses
yang kompleks. Karena didalam lingkungan hidup terdapat banyak komponen
yang disebut komponen lingkungan (Soemarwoto, 1983). Interaksi yang terjadi
antara organisme-organisme tersebut dapat bersifat positif-positif, positif-netral,
positif-negatif, netral-netral, dan negatif- negatif. Namun dalam praktikum ini
yang diteliti adalah kompetisi yang terjadi antara jenis rerumputan sp 1dan sp 2.
Kompetisi tersebut dapat berbentuk perebutan sumber daya yang terbatas
(resource competition) atau saling menyakiti antar individu yang sejenis dengan
kekuatan fisik (interference competition). Kompetisi yang terjadi antara individu
sejenis disebut sebagai kompetisi intraspesifik sedangakan interaksi antara
individu yang tidak sejenis disebut interaksi interspesifik
Begitu pula yang terjadi terhadap tumbuhan, interaksi ini bisa terjadi
antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak sejenis. Interaksi yang positif
merupakan interaksi yang menguntungkan, namun interaksi ini dapat
menguntungkan bagi kedua individu tersebut atau hanya salah satu individu
tergantung dari interaksi yang terjadi. Begitu pula dengan interaksi negatif yang
merupakan interaksi yang merugikan. Interaksi ini juga dapat terjadi pada satu
jenis individu yang sama atau satu jenis individu yang berbeda. Bahkan terkadang
antar individu tidak terjadi interaksi sama sekali.
Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini mempengaruhi
pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan. Kompetisi antara
tanaman tersebut terjadi karena faktor tumbuh yang terbatas. Faktor yang
dikompetisikan antara lain hara, cahaya, CO2, cahaya dan ruang tumbuh.
Besarnya daya kompetisi tumbuhan kompetitor tergantung pada beberapa faktor
antara lain jumlah individu dan berat tanaman kompetitor, siklus hidup tanaman
kompetitor, periode tanaman, dan jenis tanaman.
Dengan demikian antara tumbuhan yang satu dengan yang lainnya
biasanya terdapat suatu keterkaitan (Interaksi) . Ini merupakan kecenderungan
yang terjadi di alam.Interaksi tersebut bisa positif (menguntungkan kedua pihak)
atau negatif (merugikan bagi salah satu). Untuk mengetahui tingkat kedekatan
antar organisme tumbuhan tersebut diperlukan suatu pengukuran. Untuk itulah
pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat asosiasi Axonopus
compressus dan Cynodon dactylon dengan metode pengukuran, dengan
pengukuran ini akan diketahui batas hubungan asosiasi interspesifik Axonopus
compressus dengan Cynodon dactylon.

B. Tujuan
1. Mengamati asosiasi interspesifik di habitatnya.
2. Untuk mempelajari asosiasi interspesifik pada tumbuhan
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi asosiasi
interspesifik pada tumbuhan
4. Mengetahui derajat asosiasi interspesifik antara dua jenis tumbuhan
dengan tumbuhan lain dengan menggunakan tabel kontingensi 2x2.
C. Teori
Suatu komunitas yang terbentuk atas banyak spesies, sebagian diantaranya
akan dipengaruhi oleh kehadiran atau ketidakhadiran anggota spesies lain dari
komunitas tersebut. Makhluk hidup termasuk tumbuhan tidak bisa hidup sendiri
dihabitatnya. Untuk melangsungkan kehidupannya tumbuhan perlu berinteraksi
satu sama lain. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah asosiasi interspesifik.
Seringkali dua atau lebih spesies berinteraksi. Interaksi tersebut bisa positif
(menguntungkan kedua pihak) atau negative (merugikan bagi salah satu).
Persaingan akan terjadi apabila sejumlah organisme bergantung pada sumber yang
sama. Persaingan dapat terjadi antara anggota-anggota spesies yang berbeda
(interspesifik) atau antara anggota spesies yangsama (intraspesifik). Interaksi
adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Ada dua
macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesies dan interspesies.
Interaksi intraspesies adalah hubungan antara organisme yang berasal dari satu
spesies, sedangkan interaksi interspesies adalah hubungan yang terjadi antara
organisme yang berasal dari spesies yang berbeda. Secara garis besar interaksi
intraspesies dan interspesies dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar
hubungan, yaitu :

1. Netralisme yaitu hubungan antara makhluk hidup yang tidak saling


menguntungkan dan tidak saling merugikan satu sama lain
2. Mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis makhluk hidupsaling
menguntungkan, bila keduanya berada pada satu tempat akan hidup layak
tapi bila keduanya berpisah masing-masing jenis tidak dapat hidup layak
3. Parasitisme yaitu hubungan yang hanya menguntungkan satu jenis
makhluk hidup saja, sedangkan jenis lainnya dirugikan
4. Predatorisme yaitu hubungan pemangsaan antara satu jenismakhluk hidup
terhadap makhluk hidup yang lain
5. Kooperasi adalah hubungan antara dua makluk hidup yang bersifatsaling
membantu antara keduanya
6. Kompetisi adalah bentuk hubungan yang terjadi akibat adanya
keterbatasan sumber daya alam pada suatu tempat
7. Komensalisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup, makhluk
hidup yang satu mendapat keuntungan sedang yang lainnya tidak
dirugikan, Seringkali juga ditemukan adanya interaksi yang saling
menguntungkan antar individu melalui hidup yang berdampingan.
Secara teoritis ,apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies ,
maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat
bermacam-macam,salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas
ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang
sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih
populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar
merugikan. Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Definisi kompetisi
sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber yang
diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2)
kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas
tinggi lebih banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha
untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau
apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan.
Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi,
contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton, 1990)..
Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara
ekologi , spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal
sebagai azaz pengecualian kompetitif (competitive exclusion principles)
(Ewusie,1990).
Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua , yaitu Kompetisi
sumber daya (resources competition atau scramble atau exploitative competition ),
yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber daya yang
terbatas Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha
pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun
sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringai
dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif
pada individu lain (Lamberg, 1998;kerbs, 2002; Molles, 2002). Kompetisi
dibedakan menjadi empat macam, yaitu: Kompetisi intraspesifik yakni persaingan
antara organisme yang sama dalam lahan yang sama, Kompetisi interspesifik
yakni persaingan antara organisme yang beda spesies dalam lahan yang sama.
Intraplant competition yakni persaingan antara organ tanaman, misalnya antar
organ vegetatif atau organ vegetatif lawan organ generatif dalam satu tubuh
tanaman, Interplant competition yakni persaingan antar dua tanaman berbeda atau
bersamaan spesiesnya (dapat pula terjadi pada intra maupun interplant
competition). (Kastono , 2005).

Faktor-faktor Biotik dalam Interaksi Populasi :


Faktor yang berpengaruh dalam interaksi populasi adalah faktor biotik
lingkungan yang pada dasarnya bersifat acak tidak langsung terkait dengan
perubahan komunitas, terutama faktor iklim dan curah hujan. Banyak data
mengarahkan perubahan acak iklim itulah yang pertama-tama menentukan
kerapatan populasi. Perubahan yang cocok dapat meningkatkan kerapatan
populasi, sebaliknya poipulasi dapat mati kalau tidak cocok.Pada dasarnya
pengaruh yang baru diuraikan berlaku bagi kebanyakan organisme tetapi pengaruh
yang sebenarnya malah dapat memicu perubahan mendasar sampai kepada
variasai. Jika pembahasan berbagai factor abiotik lingkungan terkait dengan
berbagai parameter toleransi, sebaran dan optimasi, factor biotic didak langsung
terkait dengan factor itu. Tetapi di sisi lain factor biotic lebih realistic, bervariasi
dan mampu menciptakan stabilitas populasi.
Dalam persaingan interspesifik adanya lebih dari satu spesies dalam suatu
habitat menaikkan ketahanan lingkungan kapan pun spesies lain bersaing secara
serius dengan spesies pertama untuk beberapa sumber penting, hambatan
pertumbuhan terjadi dalam kedua spesies. Hokum Gause menyatakan bahwa tidak
ada spesies dapat secara tak terbatas menghuni ceruk yang sama secara serentak.
Salah satu dari spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies menjadi makin
bertambah efisien dalam memanfaatkan atau mengolah bagian dari ceruk tersebut
dengan demikian keduanya akan mencapai keseimbangan. Dalam situasi terakhir,
persaingan interspesifik berkurang karena setiap spesies menghuni suatu ceruk
mikro yang terpisah (Michael, 1994).

Beberapa factor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan


interspesifik pada tumbuhan menurut Wirakusumah (2003) , yaitu :
a. Jenis tanaman
Factor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, system perakaran, bentuk
pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang
memiliki system perakaran yang menyebar luas sehingga menyebabkan
persaingan dalam memperebutkan unsur hara. Bentuk daun yang lebar pada daun
talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga menimbulkan persaingan
dalam memperebutkan air.
b. Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat menyebabkan
persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak
mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
c. Penyebaran tanaman
Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau
melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji
mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang
menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi karena factor
penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain seperti
suhu, cahaya, oksigen, dan air.
d. Waktu
Dalam hal ini waktu adalah lamanya tanaman sejenis hidup
bersama. Periode 25-30% pertama dari daur tanaman merupakan periode yang
paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh persaingan.

Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh


modifikasi lingkungan. Di dalam tanah, sistem-sistem akan bersaing untuk air dan
bahan makanan, dan karena mereka tak bergerak, ruang menjadi faktor yang
penting. Di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang
mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembapan serta
aliran udara pada permukaan tanah (Michael, 1994).

D. Metode
1. Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 23 Mei 2017 pukul 08.00 di
Velodrome
2. Alat : kuadarat ukuran 50 x 50 cm, alat hitung dan alat tulis
3. Cara kerja
a. Ditentukan lokasi yang akan diamati tingkat asosiasi jenis tumbuhan
(tempat pengamatan di Velodrome)
b. Ditentukan dua jenis tumbuhan yang berbeda untuk ditentukan derajat
asosiasinya
c. Menempatkan kuadrat pada plot pertama dan seterusnya hingga plot
100
d. Dicatat kehadiran jenis tumbuhan yang diamati pada setiap kuadrat.
Misalnya Mimosa dengan imperata, jika ada keduanya (a), jika hanya
Mimosa (b), jika hanya Imperata (c), dan jika keduanya tiada (d).
e. Diuji data dengan Khi Kuadrat pada taraf 5 % dengan df =1 adalah 3,83
E. Hasil dan Pembahasan
Tabel.1 Data Pengamatan Asosiasi Interspesifik spesies Axonopus compressus dan
dan spesies Cynodon dactylon
.
PL PL PL PL PL PL PL PL PL PL
OT OT OT OT OT OT OT OT OT OT
1.a 11.c 21.a 31.c 41.a 51.c 61.c 71.c 81.c 91.d

2.a 12.c 22.a 32.c 42.c 52.c 62.c 72.c 82.c 92.d

3.a 13.c 23.a 33.c 43.c 53.c 63.c 73.c 83.c 93.c

4.a 14.c 24.c 34.c 44.c 54.c 64.c 74.c 84.c 94.c

5.a 15.c 25.c 35.c 45.c 55.c 65.c 75.c 85.c 95.c

6.a 16.a 26.c 36.a 46.c 56.c 66.c 76.c 86.c 96.c

7.a 17.a 27.c 37.c 47.c 57.c 67.c 77.c 87.c 97.c

8.a 18.a 28.c 38.a 48.c 58.c 68.c 78.c 88.c 98.c

9.a 19.a 29.c 39.a 49.c 59.c 69.c 79.c 89.c 99.c

10.a 20.a 30.c 40.a 50.c 60.c 70.c 80.c 90.c 100.c

Keterangan :
a. Keduanya ada d. Keduanya tidak ada
b. Sp 2. Sp 1 : Axonopus compressus
c. Sp 1. Sp 2 : Cynodon dactylon

Total : a = 23 b=0 c = 75 d =2
Analisis Data
Untuk menentukan terdapat atau tidaknya asosiasi antara spesies 1 dan spesies.2
maka terlebih dahulu ditentukan hipotesisnya sebagai berikut:
Ho : tidak ada asosiasi antara sp 1 dan sp 2
H1 : terdapat asosiasi antara sp 1 dan sp 2
Frekuensi harapan untuk tiap tipe pengamatan diperoleh dengan rumus sebagai
(a+c)
berikut:

F harapan A = F harapan C =

F harapan A = 22,54 F harapan C = 75,46


(a+b) (b+d)(c+d)
F harapan B = F harapan D =

F harapan B = 0,46 F harapan D = 1,54


Untuk memperoleh derajat asosiasi interspesifik antara sp 1 dan sp 2
digunakan tabel kontigensi 2 x 2.
Tabel 2 Kontingensi 2x2 untuk menentukan derajat Asosiasi Interspesifik antara
sp 1 dengan sp 2
sp 2
ADA TIADA
AMATI HARAPAN AMATI HARAPAN TOTAL
ADA 23(a) 22,54 0 (b) 0,46 23
sp 1 TIADA 75(c) 75,46 2 (d) 1,54 77
TOTAL 98 98 2 2 100

X2 = 0,01
X2 adalah pernyataan untuk probalilitas
T atau n adalah jumlah titik sampel = a+b+c+d
X2 tabel pada taraf uji = 5% X2 tabel = 3,83
Kriteria : X2hitung< X2tabel yaitu 0,01 < 3.83 maka terima Ho.
Artinya: tidak terdapat asosiasi interspesifik antara sp 1 dan sp 2.
Asosiasi interpesifik merupakan hubungan antara dua atau lebih spesies
dalam satu habitat tertentu. Dalam pengamatan di lapangan dilakukan pengamatan
antara sp 1 (Axonopus compressus) dengan sp 2 (Cynodon dactylon) di
Velodrome. Pada tempat pengamatan dilakukan pengambilan data dengan
mengunakan metode petak berukuran 50x50 cm dan berjumlah 100 plot. Pada
setiap plot dilihat keberadaan dari rumput jenis 1 dengan rumput jenis 2, bila
dalam plot terdapat kedua jenis tanaman maka diberi kode a, bila hanya sp 1
diberi kode b, bila hanya terdapat sp 2 diberi kode c sedangkan bila tidak
ditemukan kedua jenis maka diberi kode d.
Berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh dari 100 plot tersebut,
diketahui bahwa :

Jumlah a (kedua spesies ada) = 23


Jumlah b (hanya ada spesies 1) =0
Jumlah c (hanya ada spesies 2) = 75
Jumlah d (tidak ada keduanya) =2
Berdasarkan perhitungan pada tabel kontingensi menunjukkan bahwa
koefisien asosiasi atau derajat interspesifik dari pengamatan yang dilakukan
menunjukkan asosiasi negatif karena pengamatan yang paling banyak
jumlahnya adalah pengamatan tipe a dan tipe c. Berdasarkan perhitungan pada
tabel kontingensi menunjukkan bahwa koefisien asosiasi atau derajat
interspesifik dari pengamatan yang dilakukan menunjukkan asosiasi negatif.
Tidak adanya asosiasi antara kedua spesies menunjukkan bahwa kedua spesies
ini bebas satu sama lain (independent). Tidak seperti teori yang menjelaskan
bahwa organisme dalam suatu komunitas adalah bersifat saling
bergantungan/interdependent, sehingga mereka tidak terikat sekedar berdasarkan
kesempatan saja, dan gangguan satu organisme akan mempunyai konsekuensi
terhadap keseluruhan organisme (Hardjosuwarno, 1990), namun hasil yang
didapatkan menunjukkan bahwa tidak adanya saling ketergantungan. Menurut
Gause (1934) mengatakan bahwa apabila dua organisme tumbuh bersama,
akhirnya ada yang menang dan ada yang kalah. Yang menang akan mendominasi,
sedangkan yang kalah akan punah. Tingkat koefisien atau derajat interspesifik
yang rendah menandakan bahwa interaksi antara spesies 1 dengan spesies 2 tidak
begitu erat (kuat). Ini artinya kedua spesies itu tidak saling mempengaruhi
keberadaannya atau dengan kata lain kedua spesies ini memang tersebar secara
random.Sedangkan pada plot dengan tipe pengamatan a yang ada, menunjukkan
secara tidak sengaja terdapat faktor-faktor lingkungan pendukung yang sama-
sama sesuai untuk kedua spesies tersebut, misalnya pH tanah, kandungan nutrisi
dalam tanah, kadar air, kelembaban, dsb.

Sampling di lapangan didasarkan pada premis bahwa interaksi positif akan


menghasilkan hubungan spasial positif antara partner, di mana satu partner
diketemukan, terdapat kemungkinan yang tinggi untuk menemukan partner
lainnya tumbuh berdekatan. Jika dua populasi saling menarik satu sama lain, maka
mereka akan ada dalam bentuk nonrandom, yakni pola mengelompok atau
asosiasi positif. Hal sama, terjadi pada interaksi negatif. Jika dua atau lebih
populasi tidak ada interaksi diantaranya, maka dua populasi tersebut dikatakan
bersifat tersebar secara acak, atau bentuk asosiasi acak. Dalam analisis asosiasi
dengan tabel contingency, akan dihitung chi-kuadrat. Setelah mengetahui jumlah
X2 (chi-kuadrat hitung), kemudian membandingkan dengan chi-kuadrat tabel.
Jika chi-kuadrat hitung lebih besar daripada chi-kuadrat tabel, maka ini berarti
hipotesis 0 ditolak. Dan begitupun sebaliknya. Maka dapat disimpulkan pada
penelitian kali ini adalah antara spesies Axonopus compressus dan Cynodon
dactylon tidak terdapat asosiasi. Karena X2 hitung < X2 tabel, yaitu 0,01 < 3,83
maka terima H0 dan tolak H1 pada = 0,05. Artinya tidak terdapat asosiasi antara
Sp1 (Axonopus compressus) dengan Sp 2 (Cynodon dactylon).

Berikut ini merupakan dekskripsi dari spesies yang ditemukan,yaitu :

A.
(Axonopus compressus) (Cynodon dactylon)

Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Subkelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Axonopus
Spesies: Axonopus compressus (Sw.) Beauv.

Axonopus compressus memiliki sistem perakaran tunggang. Akarnya


memiliki banyak percabangan. Akarnya berwarna coklat keputih-putihan, tidak
lagi memiliki rambut-rambut halus. Akar keluar dari pangkal batang yang tegak
dan kadang terbaring. Batang tidak berongga, bentuk tertekan ke arah lateral
sehingga agak pipih, tidak berbulu, tumbuh tegak berumpun, sering membentuk
geragih yang pada setiap ruasnya dapat membentuk akar dan tunas baru, di
lapangan sering tumbuh rapat membentuk sheet. Daun berbangun lanset, pada
bagian pangkal meluas dan lengkung, ujungnya agak tumpul, permukaan sebelah
atas ditumbuhi bulu-bulu halus yang tersebar sedang sebelah bawah tidak berbulu,
ukuran panjangnya 2,5-37,5 cm dan ukuran lebar 6-16 mm. Bunga terdiri dari dua
sampai tiga tangkai yang ramping semuanya tergabung secara simpodial muncul
dari upih daun paling atas berkembang secara berturut-turut, tangkai perbungaan
tidak berbulu, pada bagian ujung (apex) terbentuk dua cabang bunga atau bulir
(spica) yang berhadapan berbentuk huruf V. Buah tersusun dalam dua baris yang
berselang-seling pada kedua sisi sumbu yang rata. Buah tidak saling tumpang
tindih, berwarna hijau muda, berukuran kecil, memiliki ukuran yang kecil. Biji
berbentuk sangat kecil. Biji jukut pahit berada di dalam buahnya, tidak memiliki
rambut-rambut halus atau bulu-bulu halus diseluruh permukaan bijinya, memiliki
warna putih atau memiliki warna putih kehijau-hijauan.

Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Subkelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Cynodon
Spesies: Cynodon dactylon (L.) Pers

Cynodon dactylon adalah rumput menahun dengan tunas menjalar yang


keras; tinggi 0.1 0.4 m. Batang langsing, sedikit pipih, yang tua dengan rongga
kecil. Daun kerapkali jelas 2 baris. Lidah sangat pendek. Helaian daun bentuk
garis, tepi kasar, hijau kebiuran, berambut atau gundul, 2.5 15 kali 0.2 0.7 cm.
Bulir 3 9, mengumpul, panjang 1.5 6 cm. Poros bulir berlunas. Anak bulir
berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, menghadap ke satu sisi, menutup satu
dengan yang lain secara genting, duduk, ellips memanjang, panjang kurang lebih
2 mm, kerapkali keungu-unguan. Sekam 1 2 yang terbawah tetap tinggal.
Jumlah benang sari 3, tangkai putik 2, kepala putik ungu, muncul di tengah-
tengah anak bulir. Bunga tegak seperti tandan. Biji membulat telur, kuning sampai
kemerahan terna bertahunan yang berstolon, merumput dengan rimpang bawah
tanah menenbus tanah sampai kedalaman 1 m atau lebih. Lamina melancip
memita, berlapis lilin putih keabu-abuan tipis dipermukaan bawah, gundul atau
berambut pada permukaan atas . pelepah daun panjang halus, bermabut atau
gundul. Ligula tampak jelas berupa cincin rambut rambut putih.

B. Kesimpulan
1. Interaksi tersebut bisa positif (menguntungkan kedua pihak) atau negative
(merugikan bagi salah satu). Persaingan akan terjadi apabila sejumlah
organisme bergantung pada sumber yang sama. Persaingan dapat terjadi
antara anggota-anggota spesies yang berbeda (interspesifik)
2. Bentuk interkasi itu dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu neutralisme,
kompetisi, amensalisme, parasitime, predasi (pemangsaan), komensalisme,
protokooperasi, dan mutualisme.
3. Nilai X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel maka terima Ho yang berarti
tidak ada asosiasi interspesifik antara (Axonopus compressus) dengan sp 2
(Cynodon dactylon)
4. Asosiasi negatif disebabkan antara kedua spesies tersebut memiliki
perbedaan daur hidup dan peranan ekologis yang berbeda, sebab
organisme yang terdapat hubungan kompetisi memiliki peranan ekologis
yang tumpang tindih.
5. Faktor lain yang menyebabkan asosiasi negatif adalah karena faktor
lingkungan seperti pH tanah, kandungan hara pada tanah dan suhu
maksimum-minimum pada lingkungan tersebut yang akan menyeleleksi
spesies-spesies apa saja yang dapat tumbuh dengan subur ditempat
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika . Bandung: ITB.
Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuuhan. Yogyakarta:
Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada.
Kartawinata. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja karya CV.
Kastono. 2005. Ilmu Gulma. Yogyakarta: Jurusan Budidaya Pertanian. UGM.
Michael. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.
Jakarta: UI Press.
Mueller-Dombois, D. and H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation
Ecology. New York. London. Sydney. Toronto: John Wiley & Sons.
Naughton. 1998. Ekologi Umum. edisi kedua. Yogyakarta: UGM Press.
Wirakusumah, S. 1003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UI-
Press: Jakarta
http://www.plantamor.com (diakses pada tanggal 29/05/2017)

Anda mungkin juga menyukai