Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERMODELKAN

EXAMPLE NON EXAMPLE BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN


BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA

Dian Ristiani Sabat,Ning Setiati, Dyah Rini


Indriyanti
Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D6 Lt.1 Jl Raya Sekaran Gunung pati Semarang Indonesia 50229
E-mail: diansabat@yahoo.com
Reviewer : Hilda Nur Indah Lestari

ABSTRAK

Perangkat pembelajaran materi pencemaran lingkungan yang


terdapat di SMA Negeri 1 SoE masih belum dikembangkan secara
baik, menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa menjadi
rendah dan menurunnya hasil belajar siswa kelas X. Disebabkan
materi pencemaran lingkungan masih bersifat abstrak dan belum
mengarah kepada pemahaman konsep. Tujuan dari penelitian ini
adalah menghasilkan perangkat pembelajaran bermodelkan
example non example berorientasi pada kemampuan berpikir kritis
dan hasil belajar siswa. Desain penelitian Research and
Development (R&D) dan pengujiannya menggunakan metode
eksperimen. Teknik analisa data meliputi uji normalitas, uji
homogenitas, uji kevalidan, uji ketuntasan hasil belajar. Penelitian
ini dikembangkan perangkat pembelajaran bermodelkan Example
Non Example meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan pembelajaran
(RPP), bahan ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan alat evaluasi,
yang divalidasi validator ahli untuk mengetahui validitas,
reliabilitas perangkat pembelajaran. Untuk memperoleh data
pelengkap dikembangkan instrumen yaitu lembar observasi
kemampuan berpikir kritis siswa, lembar angket afektif siswa,
respon guru dan siswa. Hasil pengembangan pembelajaran
bermodelkan example non example yang valid dan inovatif. Pada
kelas eksperimen 1 kemampuan berpikir kritis lebih baik
dibandingkan kelas eksperimen 2. Respon guru 92,5% dan siswa
96,16% dengan kriteria baik sekali. Hasil belajar sesuai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) kedua kelas eksperimen, sebesar
77,7% dan 88,8% artinya pembelajaran dilakukan secara tuntas.

Example Non Example, Critical Thinking, Learning, Kata kunci:


Outcomes

PENDAHULUAN
Terkadang guru dalam mengajar kurang menggunakan media
pembelajaran yang menarik dan bervariasi, sehingga tujuan belajar yang di-
harapkan tidak optimal, dapat dilihat pada berpikir kritis dan hasil belajar
yang rendah, sehingga pembelajaran kurang efektif .
Tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu proses pembelajaran dipengaruhi
oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang menentukan proses pembelajaran
adalah tersedianya perangkat pembelajaran yang berkualitas, yang dapat
menunjang proses pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan.
Pengembangan perangkat pembelajaran yang diperlukan guru saat ini adalah
pembelajaran yang inovatif dan kreatif (Trianto, 2007).
Proses pembelajaran yang aktif adalah pembelajaran tidak terfokus pada
guru (teacher centered), tetapi bagaimana mengaktifkan siswa dalam belajarnya
(student centered). Hal ini sesuai langkah-langkah pembelajaran pada kurikulum
2013 yaitu pendekatan ilmiah (scientific approach), dari pola pembelajaran pasif
menjadi pembelajaran kritis.
Kenyataan yang dihadapi di sekolah SMA Negeri 1 SoE, belum
menggunakan perangkat pembelajaran yang berkarakteristik dan berinovatif.
Menurut peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 mengenai standar nasional
pendidikan, yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dalam
meningkatkan kompetensi lulusan. Diharapkan setiap guru dituntut untuk
memberikan pembelajaran yang berinovasi, dengan menggunakan model
pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif.Salah satu model
pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif adalah model Example
Non Example.
Model Examples Non Examples merupakan model pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini
disusun dan dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut menjadi
sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples ini lebih menekankan
pada konteks berpikir kritis siswa (Susanti,2014).
Model ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan
menggunakan 2 hal yang terdiri dari Example dan Non-Example dari suatu
definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya
sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu
yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-
example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu
materi yang sedang dibahas (Susanti,2014).
Aplikasi model Example Non Example juga diharapkan dapat membantu
siswa untuk bisa mengetahui pencemaran lingkungan yang abstrak menjadi
konkrit, dengan gambar-gambar yang mendukung dalam proses pembelajaran.
Model ini menekankan pada konteks analisis siswa, bertujuan agar siswa
mengeksplorasi karaktersitik konsep melalui proses discovery (penemuan
konsep).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini
difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan upaya memanfaatkan gambar
sebagai sarana pengembangan perangkat pembelajaran bermodelkan Example
Non Example, pada materi pencemaran lingkungan kelas X. Diharapkan siswa di
SMA Negeri I SoE dapat memahami dan menganalisis materi pencemaran
lingkungan melalui gambar, sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk
berpikir kritis dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
METODE PENELITIAN

Desain penelitian Riset and Development (R&D) menurut Sugiyono (2012).


Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini
meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan alat evaluasi. Pemilihan kelompok dilakukan secara
purposive sampling. Pengujian pada kelompok eksperimen pada kelas kecil/skala
terbatas dengan jumlah siswa 15 orang (one-group pretest-posttest),
Instrumen Penelitian meliputi lembar validasi silabus, Lembar observasi
kemampuan berpikir kritis siswa, lembar afektif siswa, lembar respon guru dan
siswa. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes, metode dokumentasi,
metode observasi, metode wawancara. Setelah data dikumpulkan selanjutnya
dilakukan uji validitas menggunkan teknik korelasi product moment pearson
(Arikunto, 2009). Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha (). Metode analisa
data dengan menganalisis validitas dan realibilitas butir soal, selanjutnya
dilakukan perhitungan tingkat kesukaran, uji ketuntasan hasil belajar, daya
pembeda, dan uji N gain peningkatan pre test dan post test.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik perangkat pembelajaran yang ada di SMA Negeri 1 SoE
meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan bahan ajar
dengan persentase berkisar 65% dan mempunyai kriteria cukup baik. Persentase
penilaian bahan ajar pencemaran lingkungan yang ada di sekolah, setelah
dilakukan penilaian diperoleh persentase berkisar 43,75% dan mempunyai kriteria
kurang baik. Dikarenakan bahan ajar materi pencemaran lingkungan yang dibuat
secara umum. Bahan ajar tidak disusun dengan struktur dan urutan yang
sistematis, dan kurang menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai.
Penyajian materi dalam bahan ajar yang dihasilkan kurang dilengkapi dengan
gambar, ilustrasi, dan soal latihan yang bervariasi. Bahan ajar yang disajikan oleh
guru mata pelajaran SMA Negeri 1 SoE pada materi pencemaran lingkungan,
tidak memiliki karakteristik model pembelajaran tertentu. Hal ini bertentangan
dengan penggunaan model pembelajaran di dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru yang menggunakan model
inkuiry/discovery.
Hal ini disebabkan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), cenderung bersifat formalitas bukan menjadi komponen utama sebagai
acuan kegiatan pembelajaran, sehingga keadaan ini menyebabkan guru menjadi
sulit untuk berinovasi. Guru sulit menyalurkan ide kreatif tentang pembelajaran,
hal ini disebabkan karena waktu mengajar yang padat, sehingga kualitas
pembelajarannya menjadi berkurang. Alasan yang digunakan guru ketika tidak
menyusun dan menggunakan pengembangan bahan ajar adalah menggunakan
buku-buku sumber yang mendukung pembelajaran. Bahan ajar tidak diuraikan
secara jelas, hanya secara garis besarnya saja, sedangkan untuk Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan alat evaluasi tidak disusun secara baik. Berdasarkan penilaian
ini, maka pengembangan perangkat pembelajaran bermodelkan Example Non
Example layak untuk dikembangkan.
Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Zubaidah (2010) menyatakan
bahwa, dengan langkah-langkah tindakan yang praktis, proses belajar anak
menjadi efektif dan efisien. Efektif dalam arti, kualitas dan kuantitas pencapaian
tujuan pembelajaran sesuai dengan kualitas dan kuantitas tujuan yang
direncanakan. Efisien artinya pencapaian tujuan tersebut sesuai dengan daya yang
tersedia, misalnya tenaga dan kemampuan guru, fasilitas belajar yang ada,
maupun biaya yang digunakan guru untuk pelaksanaan pembelajaran tersebut.
Sarana dan prasarana serta kompetensi guru, merupakan salah satu faktor yang
penting, agar rencana pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efesien.
Untuk mengetahui kevalidan suatu perangkat pembelajaran maka
dilakukan validasi perangkat pembelajaran oleh 3 orang validator ahli pendidikan
dan ahli materi dan praktisi, dua diantaranya berasal dari dosen PPs Unnes dan
satu orang guru mata pelajaran biologi yang berasal dari SMAN 1 SoE. Tujuan
dari proses
validasi adalah untuk memperoleh kelayakan perangkat pembelajaran. Hasil
validasi para ahli dan praktisi secara umum dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Validasi Perangkat Pembelajaran


V1 V2 V3 Rata-Rata Kriteria
Silabus 3,92 3,61 3,76 3,76 Sangat Baik
RPP 3,60 3,73 3,66 3,66 Sangat Baik
LKS 3,53 3,38 3,53 3,48 Baik
Bahan Ajar 3,85 3,55 3,70 3,70 Baik
Alat Evaluasi 3,29 3,23 3,35 3,29 Baik
Lembar Observasi 3,77 3,66 3,83 3,75 Sangat Baik
Kemampuan Berpikir Kritis
Lembar Angket Afektif 3,85 3,71 3,85 3,80 Sangat Baik

Menurut hasil pada Table 1 untuk Perangkat Pembelajaran yang sudah di


validasi oleh validator ahli mendapat rata-rata nilai yang baik,dengan revisi kecil
yaitu pada segi isi ,bahasa kurang operasional, kesesuaian indikator dengan tujuan
pembelajaran kurang operasional sehingga perlu adanya kesesuaian bentuk
penilaian dan instrumen.Revisi lebih ditekankan pada asesment atau penilaian
yang lebih komunikatif. Tujuan penilaian yang lebih komunikatif adalah penilaian
yang mudah untuk dipahami dan dimengerti. Bahasa di dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) lebih disederhanakan, khususnya pada kegiatan
siswa agar mudah untuk dipahami. Hasil revisi Lembar Kerja Siswa (LKS) juga
menekankan pada penggunaan artikel yang disesuaikan dengan sumber belajar
siswa, yang berkaitan dengan kasus pencemaran lingkungan yang terjadi pada
saat ini.
Alat evaluasi termasuk kedalam Perangkat Pembelajaran ,Untuk
mengukur keberhasilan model Example Non Example dilakukan evaluasi
menggunakkan pretest dan post test.Setelah di validasi uji validitas menunjukkan
bahwa r-hitung > r-Tabel pada taraf signifikansi 0,05 = 0,514 dan taraf
signifikansi 0,01 = 0,641. Hasil uji coba soal setelah dianalisis validitas butir
soalnya, diperoleh dari 60 soal yang diujicobakan ada 38 soal yang valid atau
layak untuk digunakan dan 22 soal yang tidak valid atau tidak layak untuk
digunakan dalam penelitian. Sehingga dapat dikatakan bahwa alat tes tersebut
mampu untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi yang
diharapkan pada saat pembelajaran.
Soal valid mempunyai kriteria soal, mampu mengukur kompetensi sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa. Rekapitulasi uji reliabilitas
butir soal dengan menggunakan SPSS menunjukkan bahwa Cronbach Alpha ()
0,908 dengan kriteria derajat reliabilitas suatu tes 0,80 < 1,00, menunjukkan
reliabilitas sangat tinggi dan bersifat reliabel. Kriteria daya pembeda butir soal
yang valid yaitu 38 butir yaitu 8 soal kriteria baik sekali dan 30 soal lainnya
memiliki kriteria baik. Menurut hasil penelitian (Rahayu, 2014) soal yang
memiliki daya beda baik dinyatakan sebagai soal yang layak digunakan untuk
menilai hasil belajar siswa dan mampu membedakan kemampuan dari masing-
masing siswa. Kriteria daya pembeda sangat baik berarti siswa yang pandai lebih
banyak menjawab benar pada ke 8 butir soal tersebut. Sedangkan siswa yang
cenderung menjawab 30 butir soal dengan kriteria baik dapat dikategorikan siswa
yang mempunyai kemampuan sedang.
Setelah diketahui data terdistribusi normal dan homogen dilanjutkan
dengan uji normalitas gain, untuk mengetahui adanya peningkatan nilai antara
pretest dan postest. Pada uji coba skala kecil melalui uji N-Gain diperoleh rata-
rata sebesar 0,3 dengan kriteria sedang. Hasil uji gain menunjukkan bahwa ada
peningkatan sebelum dan sesudah dilaksanakan pembelajaran bermodelkan
Example Non Example. Jumlah siswa yang mengisi angket 15 orang dan nomor
item angket yang valid sebanyak 17 item dari 25 item yang diuji cobakan. Jika r-
Hitung > rTabel dalam taraf signifikansi 5 % sebesar 0,514. Dengan demikian 17
item dalam angket dapat dikatakan valid karena r-Hitung > r-Tabel.
Uji peningkatan kemampuan mengerjakan soal evaluasi berdasarkan hasil
pre test dan post test. Kelas eksperimen 1 rata-rata gain sebesar 0,1 dengan
kriteria rendah. Kelas eksperimen 2 rata-rata gain 0,3 dengan kriteria sedang.
Kelas eksperimen 2 mempunyai uji normalitas gain lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas eksperimen 1. Hal ini dikarenakan bahwa pada kelas eksperimen 2
nilai pre test dan post test mengalami peningkatan secara siginfikan,
dibandingkan dengan kelas eksperimen 1. Hal ini disebabkan karena siswa pada
kelas eksperimen 2 pada saat pembelajaran berlangsung, mereka telah
mempersiapkan materi yang akan di ajarkan.
Gambar 1 dan Gambar 2 merupakan grafik yang menjelaskan hasil nilai
pre tes dan post test pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, dari 30
orang siswa. Tabel 2 dan 3 menjelaskan presentase berpikiri kritis pada kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.
Untuk Gambar 1 dan 2 menunjukkan hasil pre test dan post test pada kelas
eksperimen 2 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen 1, Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian (Setyaningsih, 2013), bahwa penerapan pembelajaran
bermodelkan Example Non Example pada kelas eksperimen dapat memberikan
pengaruh yang lebih baik dalam proses pembelajaran. Faktor yang menyebabkan
adanya peningkatan hasil pre test dan post test adalah adanya keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran.Sedangkan pada tabel 2 dan 3 yang menunjukkan
presentase pada tabel berpikir kritis kelas eksperimen 1 memiliki rata-rata
kemampuan baik .
Kemampuan berpikir kritis merupakan hal sangat penting dalam proses
pembelajaran. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran
di tengah banjir kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari
Menurut Facione, berpikir kritis memiliki enam komponen yaitu : Yang pertama
adalah interpretasi, yang berarti Untuk memahami pengalaman, data,
peristiwa, penilaian, aturan dan sebagainya (Ennis, 2011, p. 6) ;Komponen
kedua dari berpikir kritis adalah analisis, yang berarti,Untuk
mengidentifikasi hubungan antara peristiwa, konsep dan bentuk-bentuk lain dari
penilaian (Demir, 2006) ; Komponen ketiga adalah inferensi, dalam arti menarik
kesimpulan berdasarkan bukti yang tersedia (Demir, 2006; Rudd & Baker,
2000) ;Komponen keempat adalah penjelasan, yang didefinisikan untuk
membenarkan penjelasan dalam koheren, metodis, cara yang masuk akal (Lowy,
2014) ;Komponen kelima adalah evaluasi yang didefinisikan oleh Facione
sebagai Kemampuan, untuk menilai kekuatan logis dari hubungan inferensial
yang sebenarnya atau dimaksudkan antara pernyataan, deskripsi, pertanyaan,
situasi dan sebagainya '' ;Komponen keenam berpikir kritis adalah self-regulation,
yang didefinisikan sebagai, Sadar diri untuk memantau kegiatan kognitif
seseorang (Facione dalam Yaln Dileklii,2017)
Setiap siswa secara lahiriah telah mempunyai kemampuan berpikir kritis,
tetapi dalam perkembangannya banyak faktor dapat mempengaruhi penurunan
kamampuan ini. (Jhonson,2008).Beberapa faktor menurut (Anderson, 1997), dua
faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan adalah
kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi, dan kurangnya
pemahaman guru tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Pencapaian target materi dalam sebuah
pembelajaran yang dirancang untuk pencapaian kompetensi, sangat
mempengaruhi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Prsentase afektif siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2,
masing-masing 57% dan 59 % tidak berbeda secara signifikan. Kriteria afektif
siswa dari ke dua kelas eksperimen berdasarkan (Arikunto, 2009), menunjukkan
kriteria cukup baik. Dengan demikian afektif siswa dari ke dua kelas eksperimen
setelah dilaksanakan pembelajaran, dapat dikatakan cukup baik. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian menurut (Nurhidayati, 2013), menunjukkan bahwa ada
perbedaan hasil belajar ranah afektif sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Pada penelitian yang telah dilaksanakan melalui pengembangan perangkat
pembelajaran dengan menggunakan model Example Non Example, siswa dilatih
untuk mempunyai kemampuan menganalisis materi pencemaran lingkungan.
Respon yang didapat dari observer,guru mata pelajaran dan juga siswa
pada kelas eksperimen dalam pembelajaran Example Non Example dinilai
mempunyai kriteria baik sekali.Perangkat ini dinilai sangat efektif untuk
digunakkan dalam pembelajaran materi pencemaran lingkungan,perangkat
pemebalajarannya menarik,materi mudah dipahami dan siswa menjadi aktif
dalam berdiskusi. Oleh karena itu siswa tidak merasa bosan, tetapi semakin
bersemangat karena rasa ingin tahunya semakin tinggi.

KESIMPULAN
Pengembangan pembelajaran bermodelkan Example Non Example dinilai
memenuhi kriteria baik sekali karena perangkat pemeblajaran yang
dikembangkan dinilai sangat efektif,menarik,materi mudah dipahami dan siswa
menjadi aktif dalam berdiskusi.

DAFTAR PUSTAKA
Dian Ristianti Sabat,Ning Setiati,Diah Rini Indriyanti.2015.Pengembangan
Pembelajaran Bermodelkan Example Non Example Berorientasi Pada
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Unnes Journal of
Biology Education.44 (1).
Susanti,R.2014. Pembelajaran Model Examples Non Examples Berbantuan
PowerPoint Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Unnes Journal of
Biology Education.3 (2),123-127.
Yaln Dileklii.2017.The Relationship Between Critical Thingking Skills and
Learning Styles Of Gifted Students.European Journal of Education
Studies.3(4).

Anda mungkin juga menyukai