Anda di halaman 1dari 7

SUKSESI ALAMI DIBAWAH NAUNGAN POHON MAHONI (Swietenia

macrophylla King.) DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO JAWA


TIMUR1

Hilda Nur Indah Lestari2, Dian Putri Permatasari3, Hanny Imania3, Viana Rahmawati4, Mieke
Miarsyah5

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda 10, Rawamangun, Jakarta 13220.
Telp/Fax : (021) 4894909
Email address : mmiarsyah@unj.ac.id

Abstrak

Salah satu formasi hutan tanaman yang ada di Taman Nasional Alas Purwo adalah hutan mahoni
(Swietenia macrophylla) yang mempunyai penutupan tajuk yang cukup luas yang dapat menaungi
tumbuhan lain yang tumbuh di sekitarnya, dan dapat berpengaruh kepada kelangsungan hidup
tumbuhan yang ternaungi. Suksesi adalah adanya serangkaian perubahan komunitas tumbuhan
bersamaan dengan perubahan tempat tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis suksesi
yang terjadi yang akan menyebabkan terbentuknya hutan mahoni yang homogen atau hutan heterogen.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa timur. Metode yang
digunakan adalah metode kuadrat dengan teknik sampling kuadrat.
Kata Kunci : suksesi, mahoni, Alas Purwo

Abstract

One of plants forest formation which existing in Alas Purwo National Park is mahogany forest
(Swietenia macrophylla) which has wide covering of crown to overshadow other plants that grow in
around, and can affect to the survival of plants in shade. Succession is a change of plants community
with change of their habitat. This research was conducted to analyse the succession that occurred will
causes the formation of mahoganys forest that would be homogenous or heterogenous forest. This
research was conducted on April in Alas Purwo National Park, East Java. The methods using quadrat
method with quadrat sampling technique.
Keywords : succession, mahogany, Alas Purwo
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Formasi hutan tanaman yang ada di Taman Nasional Alas Purwo terdiri dari hutan tanaman
jati (Tectona grandis), kesambi (Schleichera oleosa), mahoni (Swietenia macrophylla), johar (Casia
siamea), legaran (Alstonia villosa), akasia (Acacia auriculiformis) dan sonokeling (Dalbergia
latifolia). Hutan tanaman yang ada merupakan bekas hutan tanaman milik Perhutani yang sekarang
menjadi bagian dari kawasan. Hutan Tanaman tersebar di beberapa blok diantaranya Blok Buyukan
sampai Bedul dengan jenis tanaman mahoni, pada Blok Kucur dan Curah Jero (tnalaspurwo.org).

Tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King) termasuk dalam famili Meliaceae. Pohon
selalu hijau (evergreen) dengan tinggi pohon antara 30-35 m. Kulit batang berwarna abu-abu dan
halus ketika masih muda lalu berubah menjadi coklat tua, menggelembung dan mengelupas setelah
pohon berumur tua. Daun majemuk menyirip panjangnya antara 35-50 cm, tersusun bergantian,
teksturnya halus, terdapat 4-6 pasang anak daun, panjangnya antara 9-18 cm. Bunga kecil berwarna
putih, panjangnya 10-20 cm, malai bercabang (Jaker, 2001).

Pohon Mahoni cukup mendominasi hutan di Alas purwo. Hal ini dapat dibuktikan memlalui hasil
observasi yang telah di lakukan pada tanggal 21-25 februari tahun 2017. Sebelum itu juga telah
dilakukan observasi bebrapa tahun lalu bahwa pohon mahoni terdapat di sekitar pintu masuk Taman
Nasional Alas Purwo

Odum (1971) menyatakan bahwa prinsip dasar dalam suksesi adalah adanya serangkaian
perubahan komunitas tumbuhan bersamaan dengan perubahan tempat tumbuh. Perubahan ini terjadi
secara berangsur-angsur dan melalui beberapa tahap dari komunitas tumbuhan sederhana sampai
klimaks. Selanjutnya dinyatakan bahwa umumnya suksesi hutan akan bertambah keanekaragamannya
seiring dengan waktu.

Sedangkan menurut Daniel (1992) suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas
tumbuh-tumbuhan oleh yang lain. Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi lambat ketika tempat
tumbuh mula-mula sangat keras sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh diatasnya, atau suksesi
tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika suatu komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir,
atau epidemi serangga dan diganti oleh yang lain.

Proses suksesi suatu tanaman terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama seperti yang
dikatakan oleh Spurr (1964) yang menyatakan bahwa suksesi merupakan proses yang terjadi secara
terus-menerus yang ditandai oleh banyaknya perubahan dalam vegetasi, tanah dan iklim mikro. Dari
pernyataan yang dikemukakan oleh Spurr, proses yang terjadi secara terus menerus tersebut
menandakan bahwa proses suksesi dapat berlangsung dengan waktu yang cukup lama.
Mengenai adanya perubahan habitat, Whittaker (1975), menyatakan bahwa selama proses
suksesi berjalan terjadi beberapa macam perubahan, yaitu :
a) Adanya perkembangan dari sifat tanah dan meningkatnya komunitas tumbuh-tumbuhan sehingga
produktivitas dan pembentukan bahan organik meningkat.
b) Adanya perkembangan dari kerapatan, penutupan tajuk dan iklim mikro dalam komunitas.
Meningkatnya keanekaragaman dari komunitas sederhana pada tingkat awal suksesi ke komunitas
yang kaya pada akhir suksesi.
c) Populasi meningkat, kestabilan relatif dari suatu komunitas pada tingkat awal komunitas tidak
stabil, dimana populasi secara cepat digantikan oleh populasi yang lain, sedangkan populasi akhir
biasanya stabil dan dikuasai oleh tumbuhan yang berumur panjang serta komposisi dari
komunitas yang tidak banyak mengalami perubahan.

Sedangkan Shukla dan Chandel (1982), membagi suksesi kedalam sembilan tahapan, yaitu :
a) Nudation, yaitu proses terbentuknya vegetasi penutup tanah.
b) Migration, yaitu proses tumbuh-tumbuhan sampai dan tersebar dalam bentuk biji pada daerah
yang terbuka.
c) Ecesis, yaitu proses perkecambahan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan menetapnya
tumbuhan baru tersebut.
d) Agregation, yaitu pola pengelompokan dari koloni individu yang tumbuh berkembang pada areal
yang kosong.
e) Evolution of community relationship, yaitu suatu proses yang terjadi apabila daerah yang kosong
ditempati jenis-jenis yang berkoloni, dan jenis tersebut akan saling berhubungan satu dengan
yang lainnya.
f) Invation, yaitu dalam proses kolonisasi, biji tumbuhan yang telah beradaptasi dalam waktu yang
relatif panjang akan tumbuh dan menetap di tempat tersebut.
g) Reaction, yaitu terjadinya perubahan habitat yang disebabkan oleh tumbuhan itu sendiri dan
habitat tempat tumbuhnya. Reaction merupakan proses yang terus menerus dan menyebabkan
kondisi yang kurang cocok bagi tumbuhan yang telah ada dan lebih cocok pada individu yang
baru. Dengan cara demikian, reaction memegang peranan yang sangat penting di dalam
pergantian jenis tumbuhan.
h) Stabilization, yaitu suatu proses dimana telah terbentuk individu yang dominan dan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam struktur vegetasi yang sudah dapat dikatakan relatif konstan.
i) Climax, yaitu tahap akhir perubahan vegetasi, keadaan habitat dan struktur vegetasi relatif
konstan, karena pembentukan jenis dominan telah mencapai batas.

Keberadaan tanaman mahoni yang dominan di hutan tanaman di Taman Nasional Alas Purwo
khususnya di blok Buyukan sampai Bedul telah menaungi tumbuhan lain yang hidup dengan
perawakan yang lebih rendah seperti perdu, liana, dan semak. Menurut Irnidayanto (2008), besarnya
persentase penutupan tajuk pohon mahoni muda sebesar 36,50% dan mahoni tua sebesar 84,38%.
Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini sangat
berguna bagi pertumbuhan tanaman untuk membuat makanan yang penting untuk pertumbuhan.
Semakin baik proses fotosintesis semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon et al. 2007).
Intensitas cahaya dapat mempengaruhi proses metabolisme dalam tanaman. Intensitas cahaya rendah
pada umumnya disebabkan oleh naungan (Ardie, 2006).

Intensitas cahaya yang rendah karena naungan yang terlalu rapat bagi jenis yang memerlukan
cahaya (intoleran) akan menyebabkan etiolasi. Sementara intensitas cahaya yang berlebihan akan
menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan bahkan kematian bagi tanaman yang toleran
(Herdiana, 2008). Penutupan tajuk pohon mahoni yang cukup besar dapat memberikan efek untuk
beberapa tahun kedepan dimana hutan tersebut akan didominasi oleh tumbuhan mahoni karena
tumbuhan bawah naungan pohon mahoni tidak mendapat cukup cahaya untuk kelangsungan hidupnya
sehingga hutan tersebut akan menjadi hutan homogen. Namun apabila tumbuhan bawah yang
ternaungi oleh pohon mahoni merupakan tumbuhan yang toleran dengan intensitas cahaya yang
rendah maka keberadaan pohon mahoni tidak akan terlalu mendominasi dan hutan tersebut akan
menjadi hutan heterogen. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah hutan
tersebut akan menjadi hutan mahoni yang homogen ataukah menjadi hutan heterogen untuk beberapa
tahun atau beberapa puluh tahun mendatang. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
: (a) komposisi spesies yang mampu hidup di bawah tegakan mahoni (Swietenia macrophylla), (b).
Nilai Penting (NP), Indeks Keanekaragaman Spesies (H), Indeks Similaritas (IS), (c). Pola distribusi
spesies dan asosiasi di antara spesies yang hidup di bawah tegakan hutan mahoni (Swietenia
macrophylla).

BAHAN DAN METODE


A. Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Alas Purwo Tegaldlimo Banyuwangi pada hari
Minggu, 23 April 2017 hingga Selasa, 25 April 2017 pukul 08.00-17.00 WIB.

B. Populasi dan Sampel


Populasi dan sampel tumbuhan yang menjadi objek pengamatan pada penelitian ini adalah
keanekaragaman tumbuhan yang berada di bawah naungan Pohon Mahoni di kawasan Taman
Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

C. Alat dan Bahan


- Meteran
- Kamera
- Lux meter
- Tali rafia
- Kertas label
- Plastik specimen
- Jangka sorong atau penggaris
- Buku identifikasi
- Tongkat kayu
- Lembar pengamatan
D. Prosedur Kerja
1. Membagi 4 wilayah di hutan tanaman Alas Purwo
2. Membuat plot 5x5 dan mengambil sampel 1x1 pada tiap plot.
3. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel kelimpahan, kerapatan, dan indeks nilai
penting yang terdiri dari frekuensi, dominansi, kesamaan, dan keanekaragaman.
4. Mengidentifikasi jenis tumbuhan yang terdapat di bawah naungan pohon mahoni.
5. Melakukan perhitungan untuk mencari nilai relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
6. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
7. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa
tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
8. Menganalisis suksesi yang telah terjadi di lapangan.
9. Menganalisis struktur hutan yang akan terbentuk dari hasil suksesi alami yang terjadi.

E. Teknik Analisis Data


Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan deskriptif eksploratif kuantitatif. Lokasi
penelitian dibagi menjadi beberapa stasiun pengamatan. Taman Nasional Alas Purwo memiliki luas
43.420 ha. Setiap stasiun dibuat 20 plot dengan luas masing-masing plot adalah 5m x 5m. Dalam
setiap plot diambil sampel 1m x 1m . Pengamatan dengan menggunakan metode transect dilakukan
pada kuadran pertama setiap plotnya.
Variabel yang diperlukan untuk menggambarkan struktur dan komunitas dari vegetasi adalah :
1. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individuividu dari populasi sejenis.
2. Kelimpahan, variabel yang menggambarkan persentase banyaknya jumlah individu dalam satu
spesies yang sama disuatu kawasan .
3. Dominansi, penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam hal ruang,cahaya, dan
lainnya).
4. Frekuensi variabel yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu kawasan.
5. Kesamaan, yaitu perbandingan antara nilai jenis atau spesies tertentu di habitat tertentu
dibandingkan dengan habitat lain
6. Keanekaragaman, yaitu jumlah jenis tumbuhan yang terdapat di dalam suatu komunitas
7. Indeks nilai penting didapatkan dengan menjumlahkan harga relatif dari variabel kerapatan,
keanekaragaman, kesamaan, dan frekuensi

DAFTAR PUSTAKA

Ardie WS. 2006. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan
Hoya diversifolia Blume [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Herdiana N, Siahaan H, Rahman TS. 2008. Pengaruh arang kompos dan intensitas cahaya terhadap
pertumbuhan bibit kayu bawang. J. Penelitian Hutan Tanaman 5(3): 1-7.
Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.
Jaker, D. 2001. Informasi Singkat Benih. Indonesia Forest Seed Project. Bandung.
Omon RM, Adman B. 2007. Pengaruh jarak tanam dan teknik pemeliharaan terhadap pertumbuhan
kenuar (Shorea johorensis Foxw.). di hutan semak belukar wanariset Samboja, Kalimantan
Timur. J Penelitian Dipterokarpa Vol. I (1): 47-54.

Anda mungkin juga menyukai