Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 JUDUL
Hubungan Air Dengan Tanah

1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui kemampuan tanah mengikat air dan gerak kapilaritas air pada beberapa
tekstur tanah

1.3 LANDASAN TEORI


Air bergerak di dalam tanah secara horizontal dan vertikal. Pergerakan air secara horizontal
disebut juga pergerakan air lateral. Pergerakan air vertikal dapat berupa pergerakan air ke bawah
yang dipengaruhi oleh gerak gravitasi melalui infiltrasi dan perkolasi serta pergerakan air ke atas
melalui gerak kapilaritas air tanah yang dipengaruhi oleh porositas tanah dan temperatur tanah.
Air tanah yang berada di bawah zona perakaran tanaman akan mengalir menuju zona perakaran
tanaman disebabkan oleh kemampuan kapiler (cappilary rise) yang dimiliki oleh tanah. Air akan
bergerak dari tanah yang lembab menuju tanah yang lebih kering. Pada tanah lembab yang
jumlah persentase airnya lebih tinggi, gardien tegangannya lebih besar dan lebih cepat
perpindahannya. Pola kapilaritas air tanah dipengaruhi oleh besarnya pengembangan tegangan
dan daya hantar pori-pori dalam tanah. Nilai efek kapilaritas tidak beraturan pada setiap bagian
tanah, karena ukuran pori-pori yang dilewatinya bersifat acak pula. Pada jenis tanah yang
berbeda akan memberikan pola pergerakan air tanah yang berbeda pula karena pola pergerakan
air tanah yang berupa gerak kapiler ini sangat dipengaruhi oleh tekstur dari tanah tersebut, oleh
karena itu kecepatan

pergerakan air vertikal ke bawah dan pergerakan horizontal di dalam tanah bergerak agak
cepat sampai agak lambat. (Craig, 1991)
Tanah merupakan media penting bagi tumbuhan karena tanah menyedikan berbagai macam
kebutuha
nnya. Tanah berperan penopang tegaknya tumbuhan,disamping menyupplai seluruh nutrisi
yang dibutuhkan.Air merupakan salah satu komponen tanah sebagai pelarut dan media reaksi
kimia dalam tanah.
Keberadaan air dalam tanah terdapat dalam beberapa bentuk,meliputi air gravitasi,air
kimia,air hidroskopis dan air kapiler.Air kapiler dan air hidroskpis dapat dimanfaatkan akar
tumbuhan,sedangkan yang lain tidak.Kesedian air dalam tanah sangat dipengaruhi oleh strukrur
dan tektur tanah itu sendiri.Tanah bertektur pasir,debu dan liat memiliki daya ikat air yang
berbeda. (Muharram, 2011)
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air
terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan
gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara
penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan
dalam oven pada suhu 100 0C 110 0C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena
pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi
yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro
dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan
ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui
proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi
juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal
(Hakim, dkk, 1986).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapangan dan
koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga bergantung pada pertumbuhan
tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk
kebanyakan mendekati titik layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat
mempertahankan pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik
layunya telah ditunjukkan dengan baik (Kartasaputra,dkk, 1991).
Tekstur tanah berkaitan erat dengan ukuran partikel primer penyusun tanah. Tanah
dengan tekstur tertentu memiliki sebaran ukuran partikel yang khas. Ukuran yang
beraneka tersebut dinamakan menurut dua system. Dapat dikatakan semua tanah
merupakan campuran antara pasir, debu, dan tanah liat. Tanah yang mengandung 10-25%
tanah liat, dan sisanya terdiri atas pasir yang sama, disebut lempung. Struktur tanah

sama pentingnya dengan tekstur tanah. Struktur tanah merupakan susunan partikel
atau agregat tanah sekunder. Jika agregasi tidak terjadi, sebagian besar tanah tidak akan
berpori cukup besar untuk memungkinkan aliran air atau diterobosi akar secara baik.
Struktur tanah dapat berubah melalui pemadatan, yang dapat menjadi masalah yang
serius pada tanah pertanian yang menggunakan mesin berat. Tanah liat mampu menahan
lebih banyak air yang tersedia bagi tumbuhan. Tanah yang kaya akan tanah liat dan
humus (atau tanah bertekstur sedang) mampu menahan air paling banyak, tapi bila
strukturnya buruk, ruang diantara partikelnya menjadi kurang. Karena tumbuhan
memerlukan oksigen untuk mendukung respirasi akarnya, maka tanah seperti itu tidak
baik bagi pertumbuhan tumbuhan. Penerobosan akar mungkin akan terhambat di tanah
liat (Salisbury, 1995).

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-
tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah
bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya
lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi
kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi,
kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui
tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau
lapisan tanah (Foth, Henry D, 1988).

BAB II
METODE PERCOBAAN

2.1 ALAT DAN BAHAN


Alat
- Pipa gelas berdiameter 5 cm, panjang 60 cm, 3 buah
- Kain kasa
- Gelas ukur
- Beker glas, 3 buah
- Kertas minyak
- Karton
- Tali rapia/karet gelang
- Mistar
- Spidol
- Bak
Bahan
- Tanah liat
- Tanah kebun
- Tanah pasir
- Air

2.2 CARA KERJA


2.2.1. Percobaan gerak kapilaritas
1) Keringkan 3 sampel tanah sampai tidak mengandung air
2) Sumbatlah salah satu ujung pipa kaca dengan kain kasa (sebagai alas)
3) Masukkan sampel tanah kedalam pipa sampai 2/3 bagian
4) Tegakkan pipa dengan statip dan masukkan alas pipa tersebut dalam beker gelas yang telah terisi
air setinggi 5 cm
5) Amati perambatan air dalam pipa gelas dari menit kemenit. Amati pada pipa manakah airnya
yang paling cepat merambat
6) Ukurlah tinggi kenaikan air tiap 5 menit selama 30 menit
7) Masukkan data hasil penganmatan kedalam tabel
2.2.2. Percobaan kemampuan tanah mengikat air
1) Keringkan ke-3 sampel (tanah liat, kebun dan pasir) sampai tidak mengandung air
2) Timbang tiap sampel 50 gr dan letakkan pada kotak yang terbuat dari karton yang beratnya telah
diketahui
3) Buat 3 ulangan untuk masing-masing sampel
4) Siram dengan 10 ml air dan biarkan
5) Lalu timbang setiap dua hari sekali sehingga seterusnya selama 1 minggu
6) Masukkan data hasil penganmatan dalam tabel
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL PERCOBAAN


a. Tabel gerak kapilaritas air selama satu minggu
Perubahan setiap 2 hari sekali
Sampel
Hari ke-0 Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6
Tanah liat 0 77 cm 72 cm 60 cm
Tanah kebun 0 68 cm 70 cm 68 cm
Tanah pasir 0 52 cm 53 cm 45 cm

b. Tabel kemampuan tanah mengikat air selama satu minggu


Perubahan setiap 2 hari sekali
Sampel
Hari ke-0 Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6
Tanah liat 58 gr 68 gr 58 gr 58 gr
Tanah kebun 57 gr 69 gr 57 gr 55 gr
Tanah pasir 57 gr 67 gr 59 gr 58 gr

3.2 PEMBAHASAN
a) Percobaan gerak kapilaritas air
1. Tanah liat
Percobaan gerak kapilaritas air pada tanah liat dapat dilihat hasilnya pada table hasil
pengamatan yang telah dilakukan selama satu minggu, dengan kelang waktu selama dua hari
terhitung dari hari nol yaitu hari dilakukannya percobaan. Dari data table pengamatan dapat
dilihat pada hari 0 semua nya masih 0. Setelah selang 2 hari , didapatkan hasilnya yaitu 77 cm,
selanjutnya pada hari ke-4 data yang diperoleh menurun menjadi 72 cm. pada hari terakhir
poengamatan hasil yang diperoleh semakin menurun yaitu 68 cm.
Dari data yang diperoleh yaitu dari hari ke-4 mengalami penurunan, begitu juga dengan hari
ke-6 semakin menurun. ada kemungkinan hal tersebut terjadi karena gaya tarik bumi (gravitasi)
sehingga air kembali turun. Bisa juga karena factor suhu yang ada dilingkungan luar, sehingga
mempengaruhi gerak kapilaritas air naik dalam tanah.
Hasil yang kami dapat ini tidak sama dengan literatur yang ada karena tanah liat
memiliki partikel sangat kecil berkuran koloid dengan banyak permukaan hidrofilik. Jadi air
yang kadarnya lebih rendah daripada kapasitas lapang sebagian besar di tahan oleh daya tarik
antara molekul air dan permukaan partikel tanah liat. Air pada tanah liat Jadi hasil yang kami
dapat tidak sama dengan literature yang ada. Namun walupun hasilnya tidak stabil dan menurun,
daya hisap air pada tanah liat ini paling tinggi dibandingkan dengan tanh kebun dan tanh pasir.
2. Tanah kebun
Pengamatan pada sampel tanh yang kedua yaitu menggunakan tanah kebun.data yang
didapat pada hari ke-2 yaitu 68 cm, lalu pada pengamatan pada dua hari slanjutnya yaitu 70cm.
pada pengamatan hari ke -6 atau hari terkahir didapatkan hasil yang menurun yaitu kembali pada
angka 68 cm.
Pada pengamatan tanah kebun ini, terjadi kenaikan pada hari ke-4, ini terjadi karena adanya
daya tarik dari permukan tanah pada konsep kapilaritas. Kemudian pada hari teakhir data yang
didapatkan kembali menurun. Ini bisa jadi disebabkan oleh factor yang sama dengan percobaan
pada tanah liat.
Dari pengamatan pertama hingga hari terakhir dapat disimpulkan bahwa kenaikan untuk
percobaan padatanah kebun ini tidak mengalami kenaikan yang teratur.Data yang didapatkan
tidak sesuai dengan literature. Pada literature partikel dari tanah kebun lebih besar dari tanah
liat ini membuat kecepatan penyerapan air dalam tanah atau gaya kapilaritas air tidak secepat
pada tanah liat.

3. Tanah pasir
Pengamtan pada tanah pasir yang dilakukan dengan pengamatn yang sam dengan tanah liat
dan tanah kebun. Didapatkan hasil pada hari ke-2 data yang didapatkan yaitu 52 cm. kemudian
dua hari berikutnya didaptkan data yaitu 53cm, dan hari terakhir yaitu menurun dengan 45cm.
Dari hari-2 ke hari -4 mengalami kenaikan 1 cm. ini menunjukkan bahwa pasir memiliki
partikel yang lebih besar sehingga gerak pada laju kapilaritasnya begitu lambat. Kemudian
dihari-6 datanya menurun. Percobaan pada tanah pasir ini belum berhasil dilakukan. Tapi
diantara ketiga tanah, daya hisap air kapilaritas pada tanah paling kecil. Secara umum ini sesuai
dengan literature walaupun percobaan pada pengamatan nya gagal.
b) Percobaan kemampuan tanah mengikat air
1. Tanah liat
Tanah liat memiliki partikel sangat kecil berkuran koloid dengan banyak permukaan
hidrofilik. Tanah liat memiliki tekstur tanah yang halus. Dari percobaan yang dilakukan diman
data yang didapatkan yaitu, Berat tanah lembab + kotak karton adalah 58 gram. Kemudian tanah
yang telah ditimbang disimpan selama 1 minggu dengan pengamatan yang sama dengan gerak
kapilaritas air. Yaitu setiap 2 hari sekali. Pada hari ke-2 didapatkan data yaitu 68 gram.
Kemudian pengamatan pada dua hari selanjutnya yaitu berat yang didapatkan yaitu kembali
menjadi 58 gram. Pada pengamatan hari terakhir yitu hari-6 data yang diperoleh konstan yaitu 58
gram.
Pada pengamatan hari-2 terjadi kenaikan berat tanh, dari semula 58 gram, menjadi 68
gram. ini terjadi karena banyak hal diantaranya factor. Salah satunya yaitu suhu, di saat
penyimpanan tanah suhu ruangan kurang teratursehingga membuat berat tanah bertambah.
Kemudian pada pengamatan selanjutnya yaitu hari-4 dan hari-6 data yang diperoleh konstan
yaitu kembali ke angka 58 gram.Menurut literatur yang ada yaitu bahwa tanah liat adalah tanah
yang mampu mempertahankan kelembapan karena memiliki ukuran partikel yang paling
kecil berkuran koloid dengan banyak permukaan hidrofilik. Jadi air yang kadarnya lebih rendah
daripada kapasitas lapang sebagian besar di tahan oleh daya tarik antara molekul air dan
permukaan partikel tanah liat. Tanah liat mampu menahan lebih banyak air yang tersedia bagi
tumbuhan. Tanah yang kaya akan tanah liat dan humus (atau tanah bertekstur sedang) mampu
menahan air paling banyak.sehingga dari pengamatan yang dilakukan tanah liat ini mampu
menahan air yaitu dari data yang didapatkan yaitu 58 gram.

2. Tanah kebun
Pada pengamatan sampel ke-2 yaitu digunakan tanah kebun. Tekstur yang dimiliki tergolong
halus, hanya sedikit lebih kasar dari tekstur tanah liat. Berat tanah lembab + kotak karton adalah
57 gram. Setelah tanah disimpan selama 2 hari berat tanah + kotak karton adalah 69 gram.
Kemudian pengamatan 4 hari kemudian berat tanah tetap yaitu berat tanah + kotak karton 57
gram. Pengamatan pada hari terakhir yaitu hari-6 berat tanah + berat karton menjadi 55 gram.
Dari data tersebut dapat diketahui berat air yang hilang adalah 2 gram. Jadi berat kering
tanah adalah setelah satu minggu yaitu 55 gram.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, pada hari ke-2 data yang didapatkan naik menjadi
69 gram, salah satu faktornya yaitu suhu, di saat penyimpanan tanah suhu ruangan kurang
teratur sehingga membuat berat tanah bertambah. kemudian pada hari terakhir pengamatan
beratnya menurun menjadi 55 gram dengan berat air yang hilang 2 gram. Hal ini sesuai dengan
literature. Dimana Tekstur yang dimiliki tergolong halus, hanya sedikit lebih kasar dari tekstur
tanah liat, jadi kemampuan tanah mengikat air tergolong tinggi namun lebih kecil dari tanah liat.
Jadi pengamatan pada tanah kebun ini juga berhasil dilakukan.

3. Tanah pasir
Pada pengamatan dengan menggunakan sapel tanah pasir, dimana Tekstur tanahnya kasar,
partikelnya besar. Didapatkan hasil Berat tanah lembab + kotak karton adalah 57 gram. Setelah
tanah disimpan selama 2 hari berat tanah + kotak karton adalah 67 gram. Dan setelah
pengamatan pada hari ke-4 berat tanah tetap yaitu berat tanah + kotak karton adalah 59
gram. Pada pengamatan terakhir berat tanah + berat karton menjadi 58gram.
Dari data tersebut tidak ada berat air yang hilang. Pada pengamatan tanah pasir ini pada hari
ke-2 pengamtan mengalami kenaikan yaitu menjadi 67 gram, begitu juga hari ke -4 menjadi 59
dan hari ke-6 menjadi 58 gram. Hal ini terjadi karena ada beberapa factor, Salah satu faktor yang
menurut kami sangat mempengaruhi adalah suhu, dimana saat dilakukan pratikum ketiga sampel
tersebut diletakkan pada ruang yang kurang mendukung (terlalu terbuka), serta pada malam
harinya sering terjadi hujan ada kemungkinan sampel tersebut menjadi bertambah berat akibat
suhu yang terlalu rendah yang banyak membawa uap air. Sehinnga data yang didapatkan
seharusnya berkurang tapi karena factor tersebut menjadi bertambah beratnya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diatas, kesimpulannya untuk gerak kapilaritas air percobaannya belum
berhasil atau gagal, dimana hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan lietratur yang ada. Tapi
secara umum daya gerak kapilaritas air pada tanah liat paling tinggi dibandingkan dengan tanah
kebun dan tanah pasir.Walaupun pada pengamatan setiap tanh mengalami penurunan data
yang diperoleh.
Pada percobaan kemampuan tanah mengikat air percobaan ini terbilang sukses,
dimana tanah liat mampu menahan lebih banyak air yang tersedia bagi tumbuhan. Tanah yang
kaya akan tanah liat dan humus (atau tanah bertekstur sedang) mampu menahan air paling
banyak. Begitu juga dengan tanah kebun, kemampuan tanah mengikat air tergolong tinggi
namun lebih kecil dari tanah liat . dan pada tanah pasir percobaan nya gagal
dilakukan dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi sehingga hasil yang didapat tidak
sesuai dengan literatur yang ada.
4.2. SARAN
Pada saat melakukan percobaan seharusnya telah menyediakan alat dan bahan yang
sesuai, sehingga pratikum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Serta bahan yang
digunakan seharusnya disesuaikan sehingga tidak ada bahan yang terbuang sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Craig, Houston. 1991. Kapilaritas air (ilmu tanah). Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Foth, Henry D, 1988, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim, Nurhajati dkk, 1986, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Negeri Lampung, Lampung
Kartasaputra,dkk, 1991, Teknologi konservasi tanah dan air, Rineka cipta, Jakarta.
Muharram, saleh. 2011. Laporan hubungan air, jaringan, dengan
tanah. http://www.blogger.com/commentiframe.g?
blogID=9013688878540559303&postID=6772098206643350043&blogspotRpcToken=5291475
(diunduh 10 mei 2013)
Salisbury, 1995. Fisiologi tumbuhan Hubungan Air Dengan Tanah.Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.

2.1.Dasar Ilmu Tanah

2.1.1. Morfologi Tanah

Tanah merupakan bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan bumi,
yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu (Dokuchaev, 1870). Sifat
morfologi tanah adalah sifat-sifat yang dapat diamati dan dipelajari dilapang. Sebagian sifat
dari morfologi tanah merupakan sifat-sifat fisik dari tanah tersebut (Sarwono, 2010).

Sifat morfologi tanah adalah sifat tanah yang dapat diamati di lapang yang menunjukkan
profil tanah ke arah dalam, seperti horizon tanah, struktur tanah, tekstur tanah, konsistensi
tanah, warna tanah dan kedalaman efektif tanah yang dapat ditembus oleh akar.
Pengamatan sifat-sifat tanah sangatlah penting untuk mengetahui gambaran umum tentang
lahan pertanian dan tanah sebagai penyuplai serta penyedia air dan nutrisi bagi
pertumbuhan tanaman disamping menambah penge-tahuan ilmu tanah itu sendiri
(Soepraptohardjo, 1983).

2.1.2. Sifat Fisik Tanah

Sifat-sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang dapat disebabkan oleh hasil
akhir dari proses yang terjadi secara internal atau alami dan pengaruh dari luar, misalnya
intervensi manusia. Proses yang sifatnya internal berkaitan dengan faktor-faktor geologi,
hidrologi, dan biologi yang dapat mempengaruhi pembentukan tanah (Irsal, 2006).

Tekstur Tanah memilik hubungan dengan Daya Menahan Air dan Ketersediaan Hara
dalam tanah. Tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yasng lebih besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar.
Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit
menyerap (menahan) air dan unsur hara ( Madjid, 2009 ).

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-
partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses
pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara dimana partikel pasir, debu, dan liat
relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan
debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan
kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makroform) membentuk sirkulasi air
dan udara, juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah tanah yang lebih dalam. Sedangkan
ruangan kosong yang kecil (mikroform) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya
bahwa struktur disebut granular (Hadi, 1982).

2.1.3. Sifat Kimia Tanah

Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral atau alkalin. Hal tersebut didasarkan pada
jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Reaksi tanah yang menunjukkan sifat
kemasaman atau alkalinitas tanah dinilai berdasarkan konsentrasi H+ dan dinyatakan
dengan nilai pH. Bila dalam tanah ditemukan ion H+ lebih banyak dari OH-, maka disebut
masam (pH <7). Bila ion H+ sama dengan ion OH- maka disebut netral (pH=7), dan bila ion
OH- lebih banyak dari pada ion H+ maka disebut alkalin atau basa (pH >7) (Hakim
dkk,1986). Pengukuran pH tanah dapat memberikan keterangan tentang kebutuhan kapur,
respon tanah terhadap pemupukan, proses kimia yang mungkin berlangsung dalam proses
pembentukan tanah, dan lain-lain (Hardjowigeno, 2003).

Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut
masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun demikian pH tanah umumnya berkisar
dari 3,0-9,0. Di Indonesia pada umumnya tanah bereaksi masam dengan pH berkisar
antara 4,0 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 6,5 sering telah dikatakan cukup netral
meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-
tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena
banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah
sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Winaryai, 1991).
Menurut Hakim (1986) faktor yang mempengaruhi pH antara lain : Kejenuhan basa, sifat
misel (koloid), macam kation yang terserap.

Suatu redoks dapat terjadi apabila suatu pengoksidasi bercampur dengan zat yang
tereduksi. Dalam persamaan reaksi redoks tingkat oksidasi sama dengan tingkat reduksi
yaitu jumlah electron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama dengan jumlah electron
yang diterima oleh suatu zat pengoksidasi (Chang, 2005).

Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan
koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation (Hakim, 1986). Sedangkan menurut
Hasibuan (2006), Kapasitas Tukar Kation merupakan banyaknya kation-kation yang dijerap
atau dilepaskan dari permukaan koloid liat atau humus dalam miliekuivalen per 100 g
contoh tanah atau humus.Dalam buku hasil penelitian (Bagus, 1991), disebutkan bahwa
satu miliekuivalen atau satu mili setara adalah sama dengan satu milligram hidrogen atau
sejumlah ion lain yang dapat bereaksi atau menggantikan ion hidrogen tesebut pada misel.
Walaupun demikian kadang-kadang USDA bagian survey tanah menggunakan sebagai
me/100 g liat. Akan tetapi pada umumnya penentuan KTK adalah untuk semua kation yang
dapat dipertukarkan, sehingga KTK = jumlah atau total mili ekuivalen kation yang dapat
dipertukarkan per 100 gram tanah (Tan 1982).
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2007).

Tanah berkapur terlalu tinggi pH basanya dan hal ini menggangu pertumbuhan organisme
baik itu tanaman maupun hewan. Dengan minimnya tumbuhan, maka tempat tersebut
menjadi kering dan tidak mampu menhan curah hujan (Singer dan Munns, 1997). Adanya
kandungan kapur (CaCO3) bebas dalam tanah dapat diketahui denga menentukan asam
klorida 10% (HCl 2N). Adanya percikan menandakan adanya kapur bebas, makin banyak
percikannya maka makin banyak kandungan kapur dalam tanah. Reaksinya dituliskan
sebagai beriuku (Anonim, 2008). CaCO3+2HCl CaCl2+H2O+CO2
2.1.4 Sifat Biologi Tanah

Bahan Organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, di daur ulang, dirombak
oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa
mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa
tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan
kembali. Bahan organik berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad
mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus
selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (Utami dan
Handayani, 2004).

Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang.ranting dan
buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur
karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada
dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan
bahan-bahan pectin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak
terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang paling penting dalam
mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini
akan mengalami dekomposisi dan terangkul ke lapisan bawah (Sutanto, 2002).
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan
sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan,
yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang
berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri
bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi
tanah.Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia
maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson, 1994).

1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan


hara. Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur
mikro maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan
organik membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2dengan cara
menyediakan energi bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang
difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan
pengkhelatanunsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat
yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi
lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan
meningkat.
3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam
tanah.
5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang
masuk kedalam tanah
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7. Meningkatkan suhu tanah
8. Mensuplai energi bagi organisme tanah
9. .Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi
tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2009. Fisiologi Tanaman. www.faperta.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal 20


Desember 2013.
Bagus,1991. KTK Tanah. Fakultas Pertanian. Lampung.

Craig, Houston. 1991. Kapilaritas Air (Ilmu Tanah). Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.

Dalimunthe A. 2004Stomata Peranannya Dalam Metabolisme. http://library.usu.ac.id.


Diakses tanggal 20 Desember 2013
Dartius, 1991. Pengangkutan Pada Tumbuhan. http://dara9.files.wordpress.com. Di
akses pada tanggal 20 Desember 2013
Dokuchaev, 1870. Propreties and Management of soil in the tropics. John Willey. Inc. 411p.
(www.ditamegas08.student.ipb.ac.id) Diakses pada tanggal 22 Desember 2013.
Fitten, M. 1998. Diffusion science. URK. Di akses tanggal 22 Desember 2013

Frack and cleon. 1995. Fisiologi tumbuhan. Bandung. ITB.

Hadi Utomo, w. 1992. Dasar-dasar Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya : Malang

Hakim, Nurhajati dkk, 1986, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Negeri Lampung,
Lampung.

Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G. Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha, Go Bang
Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Heddy, S., 2000. Hormon Tumbuhan. Rajawali, Jakarta.

Idiyah, S. 2013. Modul praktikum terpadu agroteknologi. Umm press. Malang

Irsal, 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Madjid, A. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. (www.dasar2ilmutanah.blogspot.com)


Diakses pada tanggal 22 Desember 2013.
Misbah.2007. Proses Transpirasi. ITB. Bandung.
Mustamidin, 2011. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Negeri Jember.

Saifudin,2009.Proses Osmosis. Penebar Swadaya. Bogor

Saktiono, 1989. Biologi Umum. Jakarta: Gramedia.

Salisbury, D., 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1 edisi IV. ITB, Bandung.

Sarwono, 2010. Ilmu Tanah. Pressindo, Jakarta. (www.volsky-silalahi.blogspot.com)


Diakses pada tanggal 22 Desember 2013.
Soepraptohardjo, M. dkk. 1983. Pedoman Pengmatan Tanah di Lapang. Lembaga
Penelitian Tanah, Departemen Pertanian. Bogor. (www.pawanbagus.blogspot.com)
Diakses pada tanggal 22 Desember 2013.
Sujino,2013.Hama. Universitas Lampung, Lampung.

Sumarji,2006.Ekosiste Alam. (www.idekusemua.com) Diakses pada tanggal 22


Desember 2013.
Uwie, 2010. Difusi-Osmosis dan Plasmolisis. (www.e-dukasi.net) Diakses pada tanggal
22 Desember 2013.
Wahyudi,2009. Resistensi difusi Gas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Winarti, 1991. DIT. (www.unpadkuliahku.com) Diakses pada tanggal 22 Desember 2013.


LAMPIRAN

Laporan Praktikum: Pengukuran Kandungan Air Nisbi

Ketersediaan air untuk proses pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang sangat
penting bagi pertumbuhan tanaman. Air bagi tanaman adalah sebagai bahan penyusun yang sangat
menentukan dalam sitoplasma, sebagai reagensia yang terpenting dalam proses biologis, dan
sebagai suatu faktor iklim yang mempunyai arti sangat penting di sekitar tanaman. Air merupakan
kebutuhan essensial bagi pertumbuhan tanaman hingga berproduksi. Air merupakan faktor yang
berkorelasi positif, tetapi juga dapat berkorelasi negatif. Secara fungsional keadaan air dalam tanah
diklasifikasikan berdasarkan pada besar relatif retensinya, yaitu air bebas, air kapiler, dan air
higroskopis. Tidak tersedianya air yang cukup pada saat perkecambahan dan awal pertumbuhan
menimbulkan gangguan pertumbuhan pada tanaman. Kekurangan air akan berpengaruh terhadap
perkembangan tanaman, yaitu menekan luas daun, diameter batang, tinggi tanaman, dan berat
tanaman (Purwatoro et al., 1994).
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan
bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat
di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga
dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam
obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan
aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. (Anonim,
2009).
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas
dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar)
and temperatur 273,15 K (0 C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. (Leopold, 1964)

Menurut Bayer (1976) kelembaban nisbi adalah perbandingan antara kelembaban aktual
dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dengan
tekanan uap aktual (ea), maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan
tekanan uap air jenuh (es), sehingga RH dapat dinyatakan dalam persen (%) sebagai berikut :
RH = ea 100%
es
Tanaman yang cukup air, stomata dapat dipertahankan selalu membuka untuk menjamin kelancaran
pertukaran gas-gas di daun termasuk CO2 yang berguna dalam aktivitas fotosisntesis, aktivitas yang
tinggi menjamin pula tingginya kecepatan pertumbuhan tanaman.
Air di dalam jaringan tanaman selain berfungsi sebagai penyusun utama jaringan yang aktif
mengadakan kegiatan fisiologis, juga berperan penting dalam memelihara turgiditas yang diperlukan
untuk pembesaran dan pertumbuhan sel. Peranan yang penting ini menimbulkan konsekuensi
bahwa secara langsung atau tidak langsung defisit air tanaman akan mempengaruhi semua proses
metabolisme dalam tanaman yang mengakibatkan terganggunya proses pertumbuhan (Lestari,
2006).
Peranan air dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yaitu (Jackson, 1977):
1. Air merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma. Kandungan air yang tinggi aktivitas
fisiologis tinggi sedang kandungan air rendah aktivitas fisiologisnya rendah
2. Air merupakan reagen dalam tubuh tanaman, yaitu pada proses fotosintesis.
3. Air merupakan pelarut substansi (bahan-bahan) pada berbagai hal dalam reaksi-reaksi kimia
4. Air digunakan untuk memelihara tekanan turgor.
5. Sebagai pendorong proses respirasi, sehingga penyediaan tenaga meningkat dan tenaga ini
digunakan untuk pertumbuhan.
6. Secara tidak langsung dapat memelihara suhu tanaman.
Kandungan air tanah dapat dinyatakan atas berat kering dan berat basah. Bagi tanaman,
penggunaan kedua dasar ini kurang memuaskan karena berat kering dan berat basah tanaman
senantiasa berubah seiring dengan umur tanaman. Hal ini telah mendorong dikembangkannya
metode cekaman air pada tanaman yang didasarkan kepada kandungan air dari suatu tanaman
yang dalam keadaan turgor. Kandungan air nisbi (Relative Water Content=RWC) didefinisikan
sebagai berikut:
RWC = [(FW-ODW) / (TW-ODW)] x 100%
Dimana, FW merupakan berat segar tanaman di lapangan (kg), kemudian ODW adalah berat
tanaman kering oven (kg), dan TW adalah berat tanaman pada saat dalam keadaan turgor (kg).
Berat turgor ini ditentukan dengan cara menyeimbangkan jaringan tanaman dengan air selama
beberapa jam dalam suhu tetap. Penghitungan RWC menunjukkan kejenuhan nisbi jaringan
tanaman dan dinyatakan sebagai suatu persentase kandungan air saat tanaman dalam keadaan
turgor penuh (Kertonegoro, 2004).

sumber:
Anonim. 2009. Air. <http://www.en.wikipedia/wiki/air>. Diakses pada tanggal 5 April 2009.

Bayer. J, S. 1976. Water deficits and photosisnthesis in water. Defficite and Plant Growth TT Kozlowski . Academic Press Inc New York IV: 153-190.
Jackson, I, J., 1971. Climate, Water and Agriculture in the Tropics. Published in the United States of America by Longman Inc. New York.
Kertonegoro, B.D. 2004. Hubungan Tanah-Air-Tanaman-Dan Atmosfer. Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.
Leopold, A. C. 1964. Plant Growth and Development. Mac Graw Hill book Company, London.
Lestari, E.G. 2006. Hubungan antara kerapatan stomata dengan ketahanan kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64. Jurnal
Biodiversitas 7(1): 44-48.
Purwantoro, A., S. Trisnowati, S. Fatimah, Toekidjo, Suyadi. 1994. Tanggapan Beberapa Kultivar Kacang Hijau pada Berbagai Tingkat Kelengasan dan
Macam Tanah. Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai