Anda di halaman 1dari 33

i

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

SIDE-EFFECTS OF EXTINCTION SHARKS VIDEO LEARNING


BERBASIS MOBILE SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN
KONSERVASI HIU

BIDANG KEGIATAN :
PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh :

Hilda Nur Indah Lestari (3415143703 /2014)


Nesya Sabrina Rahmadani ( 3415141765/ 2014)
Aprini (3415150722/ 2015)

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


JAKARTA
2017
PENGESAHAN PKM GAGASAN TERTULIS

1. Judul Kegiatan : Side Effects Of Extinction


Sharks Video Learning
Berbasis Mobile sebagai Media
Penyuluhan Konservasi Hiu
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (√)
PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama : Hilda Nur Indah LestariLestari
b. NIM : 3415143703
c. Jurusan : Biologi
d. Universitas : Universitas Negeri Jakarta
e. Alamat dan No.Telp/Hp : Vila Indah Permai Blok I 31 No.5
RT
08/RW 036 ,Teluk Pucung,
Bekasi Utara, Bekasi,Jawa Barat
17121
085811791317
f. Alamat Email : hldnrindhlstr@gmail.com
4. Anggota 3
Pelaksana o
Kegiatan/Pe r
nulis a
n
5. Dosen:
g

a. Nama Lengkap dan Gelar : Yudhy Dharmawan ,


S.KM, M.Kes b. NIDN : 0009027705
c. Alamat dan No.Telp/Hp : Jalan Borobudur Utara 21 no 19
Semarang, 08122838653

Jakarta, 29 November 2017


Menyetujui,
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Ketua Pelaksana
Kegiatan

(Dr.Diana Vivanti Sigit,Msi) (Hilda Nur Indah Lestari)


NIP. 196701291998032002 NIM. 3415143703

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen


Pendamping

(Dr.A.Sofyan Hanif,M.Pd)

(Dra.Ratna Dewi Wulaningsih,M.Si)


NIP. 196309171989031002 NIDN. 000504610

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................i


Halaman Pengesahan ..................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................. iii
Daftar Isi ........................................................................................................iv
Ringkasan ....................................................................................................... v

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
Tujuan dan Manfaat........................................................................................ 2

GAGASAN
Kondisi Terkini .............................................................................................. 2
Solusi Terdahulu ............................................................................................ 3
Prediksi Hasil ................................................................................................. 4
Langkah Strategis ........................................................................................... 4

KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan .................................................................................. 6
Teknik Implementasi ...................................................................................... 7
Prediksi Hasil ................................................................................................. 7

DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP
SIDE-EFFECTS OF EXTINCTION SHARKS VIDEO LEARNING
BERBASIS MOBILE SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN
KONSERVASI HIU

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perikanan hiu kini banyak menjadi perbincangan karena hasil
tangkapannya dijadikan sebagai olahan makanan dan Indonesia merupakan
penangkap hiu terbesar di dunia ,di khawatirkan nantinya akan terjadi over fishing
. Hasil tangkapan ikan hiu biasanya dijadikan sebagai salah satu hidangan seperti
sup sirip hiu,sup sirip hiu ini dihidangkan di beberapa restoran besar di Indonesia
terutama di Jakarta dan permintaan untuk hidangan ini semakin
meningkat.Dengan meningkatnya permintaan pembeli terhadap hidangan tersebut
maka semakin banyak penangkapan untuk beberapa jenis hiu,Selain itu terdapat
nelayan yang biasa menangkap ikan tuna namun mereka dengan tidak sengaja
mendapat tangkapan hiu di jaring mereka atau biasa disebut dengan salah tangkap
(bycatch) .
Hal ini menyebabkan spesies hiu yang masuk dalam daftar reddlist IUCN
meningkat,ini menjadi perhatian khusus bagi masyarakat untuk menyadari
pentingnya konservasi untuk perikanan hiu yang memiliki peran besar dalam
ekosistem laut.Sudah banyak tokoh-tokoh pemerhati laut maupun badan
konservasi dunia seperti WWF yang fokus terhadap hal ini,dan lebih khusus lagi
ingin memberi edukasi mengenai pentingnya ikan hiu sebagai penyeimbang
ekosistem di laut serta memberi gambaran kepada masyarakat bahwa sebenarnya
ikan hiu bukanlah pemangsa manusia dan menampik mitos bahwa kandungan
ikan hiu banyak memiliki khasiat untuk menyembuhakan beberapa macam
penyakit.
Sejak tahun 1988 ketika harga sirip hiu di pasaran dunia meningkat, usaha
perikanan hiu berkembang cukup pesat, bahkan di beberapa daerah sentra nelayan
di Indonesia menjadikan komoditi hiu sebagai hasil tangkapan utamanya (target
spesies). Beberapa alat tangkap yang biasa digunakan untukmenangkap hiu, baik
sebagai hasil tangkapan sampingan ataupun tangkapan utama, antara lain adalah
jaring insang apung (drift gill net), rawai permukaan (surface longline), rawai
dasar (bottom longline) dan jaring hiu (dahulu dikenal sebagai jaring trawl).

Saat ini, jumlah populasi hiu di Indonesia tengah mengalami penurunan.


Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2016, Indonesia
merupakan negara produsen hiu terbesar di dunia, dengan kontribusi sebesar
16,8% dari total tangkapan dunia. Tidak hanya ancaman tangkapan sampingan,
penurunan populasi hiu juga terjadi akibat eksploitasi berlebihan yang didorong
oleh tingginya permintaan akan produk-produk satwa tersebut (seperti sirip,
daging, dan lain sebagainya).Pada tahun 2014-2016, WWF-Indonesia menemukan
fakta bahwa beberapa restoran dan hotel di Jakarta dapat menghidangkan sekitar
12.622 kg sirip hiu dalam kurun waktu satu tahun.(
https://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/marine/sains_kelautan_dan_peri
kanan/konservasi_hiu/ )
Usaha perikanan hiu yang menjanjikan di negara kita ini menjadikan nilai
produksi hiu di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1987,
produksi perikanan hiu di Indonesia tercatat sebesar 36.884 ton, kemudian pada
tahun 2000, produksi hiu tersebut meningkat hingga hampir dua kali lipat, yaitu
sebesar 68.366 ton (Dharmadi & Fahmi,2003).Bahkan menurut catatan FAO,
Indonesia menempati urutan teratas sebagai negara yang paling banyak
memproduksi hiu dan pari setiap tahunnya (Stevenset al. 2000); (Traffic, 2002)
dan kini sudah mencapai 88,790 ton per tahun dimana menyumbang 12,31 %
produksi hiu dunia.
Predikat tersebut di satu sisi dapat membuat Indonesia bangga, akan tetapi
di lain pihak justru sebaliknya. Walaupun negara Indonesia merupakan negara
yang memiliki jumlah produksi hiu terbesar setiap tahunnya, akan tetapi sampai
saat ini tidak ada satu peraturan pun yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal
pengaturan dan pengelolaan sumberdaya tersebut. Kondisi seperti ini
dikhawatirkan akan berdampak terhadap kelangsungan sumberdaya hiu di
Indonesia (Dharmadi & Fahmi,2005)
Di kalangan masyarakat dan yang utama yaitu masyarakat nelayan,
pengetahuan mereka tentang jenis-jenis hiu secara spesifik masih sangat rendah.
Pada umumnya mereka hanya menggolongkan ikan hiu berdasarkan kualitas
siripnya. Sedangkan dari kalangan pemerintah (dalam hal ini departemen
perikanan yang terkait), upaya yang dilakukan sampai saat ini hanya
mengelompokkan semua jenis ikan hiu kedalam satu kelompok ikan saja yaitu
kelompok ikan hiu dalam data-data produksi tahunannya.
Seiring dengan perkembangan IPTEK di zaman sekarang ini, tentunya
handphone dan internet sudah termasuk hal yang tidak asing lagi di masyrakat.
Hampir semua orang memiliki handphone sebagai kebutuhan mereka sehari-hari
untuk mendapat informasi ,penggunannya mulai dari anak-anak,remaja sampai
orang dewasa . Selain itu, akses internet pun makin meluas diberbagai penjuru
wilayah. Bahkan akses internet sudah bisa diakses melalui handphone.
Berdasarkan permasalahan diatas diperlukan pendidikan konservasi
pelestarian ikan hiu kepada masyarakat, pendidikan dapat melalui cara audio
visual dengan mengembangkan media video sebagai perantara untuk
memberikan penjelasan mendalam mengenai bahaya kepunahan ikan hiu beserta
efeknya.Hal ini guna memberi edukasi kepada masyarakat bahwa dengan
melakukan penangkapan hiu dan pemanfaatan hiu dapat menimbulkan efek
samping bagi ekosistem laut ,khususnya di Indonesia . Salah satu media yang
ditawarkan ialah dengan pengenalan lebih mendalam mengenai efek samping
kepunahan hiu bagi ekosistem laut , melalui video- video yang dapat diakses
dihandphone melalui kerjasama program Corporate Social Responsibility
berbagai provider handphone. Dengan program ini diharapkan masyarakat dapat
mengetahui lebih dalam mengenai efek samping punahnya ikan hiu bagi
ekosistem laut.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai :
a. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan konservasi
hiu dengan perantara media pembelajaran video efek
samping dari punahnya ikan hiu terhadap ekosistem laut
b. Untuk mengetahui lebih mendalam efek samping dari
punahnya ikan hiu terhadap ekosistem laut melalui
pembelajran dalam bentuk video yang dapat diakses
dihandphone
Adapun manfaat yang dapat dicapai dari penulisan ini adalah :
a. Meningkatkan kesadaran konservasi masyarakat terhadap hiu
b. Memberikan informasi lebih mendalam mengenai efek
samping dari punahnya ikan hiu terhadap ekosistem laut bagi
masyarakat melalui video yang dapat diakses dihandphone

GAGASAN
a. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Indonesia merupakan salah satu penghasil produk perikanan hiu dan pari
terbesar di dunia dengan volume sekitar 100 ribu toh setiap tahunnya (DJKP3K,
2013), yang menyumbang devisa yang besar. Seiring dengan menurunnya stok,
penangkapan mulai mengarah ke bagian timur perairan Indonesia. Nelayan
tradisional penangkap hiu dan pari tersebar luas di seluruh wilayah NTB dan
NTT, dengan Tanjung Luar (Lombok) dan Lamakera (Flores Timur) sebagai pusat
yang mejadikan hiu dan pari sebagai target utama penangkapan.
Banyaknya hotel dan restoran yang menyedikan hidangan berbahan dasar
ikan hiu membuat banyak nelayan yang kini menangkap ikan hiu untuk kemudian
dikirim kepada hotel ataupun restoran yang memerlukannya sebagai suatu
hidangan di tempat mereka serta banyak mitos yang menyatakan bahwa sirip hiu
atau daging hiu dapat bermanfaat bagi kesehata tubuh.Nelayan dan masyarakat
lainnya banyak yang belum menyadari akan pentingnya ikan hiu sebagai
penyeimbang ekosistem lautan sehingga banyak dari mereka yang
mengesampingkan hal tersebut demi keuntungan pribadi.
Selain dari permintaan ikan hiu untuk dijadikan konsumsi , ternyata
beberapa nelayan melakukan kesalahan dalam menangkap ikan (bycatch) .Sebagai
contoh yaitu nelayan yang biasa menangkap ikan tuna tapi mereka dengan tidak
sengaja mendapat tangkapan hiu di jaring mereka, dan terkadang menangkap hiu
biasa disebut sebagai tangkapan sampingan para nelayan bukan tangkapan utama
.Namun dengan meningkatnya permintaan ikan hiu untuk dipasok ke beberapa
hotel dan restoran maka dapat mengurangi spesies hiu yang ada kerena rata-rata
para nelayan tidak menegtahiu status spesies hiu yang mereka tangkap apakah hiu
tersebut masuk kedalam kategori yang dilindungi ataupun tidak.
Terkait dengan hal tersebut, pada kenyataannya ikan hiu yang tergolong
dalam ikan bertulang rawan (Chondrichthyes), terdiri atas lebih dari 400 jenis,
bersama-sama dengan kelompok ikan pari, hiu gergaji, hiu pari dan
chimaera (sekitar 600 spesies) (Camhi et al. 1998); (Compagno ,1984) dan
(Compagno ,2002). Sedangkan di perairan Indonesia, diperkirakan terdapat lebih
dari 200 jenis hiu yang ditangkap oleh nelayan Indonesia. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan peneliti Indonesia dan Australian sejak tahun 2001,
telah tercatat 140 jenis ikan hiu dan pari yang ditangkap oleh nelayan Indonesia di
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Jumlah tersebut masih akan terus bertambah,
seiring berlanjutnya penelitian mengenai komoditi ikan tersebut.
Di tengah berbagai permasalahan yang tengah mengancam keberadaan
beberapa spesies ikan hiu di Indonesia , pengetahuan masyarakat yang minim
terhadap status ikan hiu yang dilindungi menyebabkan pelestarian ikan hiu
menjadi hal yang penting.Dengan demikian ,diperlukan adanya penyuluhan
baik melalui pendekatan sosial maupun saintifik sehingga menyadarkan
masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian ikan hiu demi kebersinambungan
ekosistem laut.
b. Solusi yang Pernah Ditawarkan
1. Peraturan Hukum Berdasarkan UU yang telah ditetapkan
Pemerintah Indonesia juga menaruh perhatiaan yang sangat besar terhadap
penyelamatan keanekaragaman hayati perairan salah satunya beberapa species ikan
hiu . Dengan dikeluarkannya UU No. 5/1990 tentang “Konservasi SDA Hayati dan
Ekosistemnya; UU No. 31 tahun 2004 tentang “Perikanan” jo UU Nomor 45 tahun
2009; PP No.7/1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa; PP No.60/2007
tentang Konservasi Sumber Daya Ikan; Peraturan Menteri kelautan dan Perikanan
Nomor 25 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis kementrian Kelautan dan
Perikanan Tahun 2015-2019
Secara khusus perlindungan terhadap ikan hiu diatur dalam Pasal 6 beserta
lampiran tabel 1 dalam Perda Nomor 9 Tahun 2012 ini. Sedangkan larangan untuk
memburu dan menangkap ikan hiu yang terancam punah ditegaskan Pasal 14 ayat
(1), (2), dan (3), disebutkan:
a. setiap orang dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan penangkapan,
perburuan, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut,
dan memperniagakan jenis-jenis ikan dan hewan laut yang dilindungi dalam
keadaan hidup atau mati, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, pasal 8,
Pasal 9 dan Pasal 11.
b. setiap orang dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan
memperniagakan, menyimpan, atau memiliki kulit, tubuh sirip, atau bagian-
bagian lain jenis ikan yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian
itu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 11.
c. setiap orang dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan mengambil
merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan, atau memiliki telur
dan/atau sarang ikan yang dilindungi.
2. Peraturan dalam regulasi internasional
Tidak hanya pemerintah Indonesia saja yang concerned terhadap konservasi ikan
hiu namun dalam skala internasional pun memperhatikan hal tersebut ,Dalam
regulasi Internasional, perlindungan terhadap Hiu diatur secara rinci dalam berbagai
ketentuan internasional. Dalam Regional Fisheries Management Organizations
(RFMO’s), Indian Ocean Tuna Commision (IOTC), dan Convention on International
Trade in Endangered (CITES). RFMO’s menekankan pada cara penangkapan ikan
yang ilegal dan penangkapan ikan sampingan yang ikut tertangkap. Sedangkan dalam
IOTC yang menghasilkan resolusi 05/05, yaitu: 1). Setiap contracting party wajib
melaporkan penangkapan hiu; 2). Setiap kapal dilarang menyimpan di atas kapal,
memindahkan dari/ke kapal lain atau mendaratkan tangkapan sirip hiu yang
bertentangan dengan resolusi 05/05; 3). Setiap negara wajib melepaskan hiu hidup
terutama hiu juveline dan hiu yang sedang hamil; 4). Setiap negara wajib melakukan
penelitian terhadap alat tangkap yang selektif. Sedangkan CITES lebih fokus terhadap
perdagangan satwa dan tumbuhan yang terancam secara legal. Meskipun ketiga
regulasi tersebut memberikan fokus yang berbeda, namun pada dasarnya telah
memberikan status perlindungan terhadap ikan hiu yang terancam punah.( Zaka
Firma Aditya, dan Sholahuddin Al-Fatih,2016)
3. Seminar Konservasi
Pengadaan acara seminar mengenai konservasi cukup membantu dalam
menggerakan para mahasiswa/i untuk membantu dalam usahanya memberi
wawasan mengenai konservasi khususnya konservasi terhadap hiu. Seperti yang
sudah dilakukan oleh beberapa universitas,contohnya di Universitas Indonesia
yang mengadakan seminar dengan tema “Protecting Indonesian Ocean by
Conserving the Sharks” dan dengan pembicara yang yang beperan penting dalam
pengelolaan biota dan lingkungan laut Indonesia, seperti peneliti WWF, figur
publik, serta pihak kementerian kelautan dan perikanan. Salah satu cara tersebut
dapat membantu memberikan wawasan tentang konservasi namun cangkupannya
belum cukup luas.
c. Gagasan Baru yang Diajukan
Penggunaan media penyuluhan dengan bantuan video diharapkan
dapat membantu memperjelas informasi yang akan disampaikan, karena
dapat lebih menarik, lebih interaktif, dapat mengatasi batas ruang, waktu
dan indra manusia. Agar informasi yang disampaikan bisa lebih jelas dan
mudah difahami sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka informasi
tersebut perlu dikemas sesuai dengan karakteristik dari setiap media yang
digunakan. Pentingnya penggunaan media penyuluhan adalah peningkatan
pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sikap dan perilaku yang
merupakan hasil dari proses belajar dalam kegiatan penyuluhan, yang
keberhasilannya ditentukan oleh efektifitas media penyuluhan, dan
efektifitas pengguanaan media penyuluhan sangat ditentukan oleh banyak
indra yang digunakan (Herawati, 2002).
Oleh karena itu metode penyuluhan dalam bentuk video
pembelajaran yang dalam hal ini menekankan mengenai efek samping
punahnya ikan hiu bagi ekosistem laut yang dikemas menarik dalam
bentuk video diharapkan akan cukup efektif dan praktis . Selain bentuknya
yang interaktif, diharapka masyarakat akan lebih memahami daripada
penyuluhan dengan metode teks atau ppt . Media video ini akan disebarkan
melalui handphone dari berbagai provider yang ada . Disini kita akan
berkerjasama dengan program CSR (Corporate Social Responsibility) dari
berbagai provider handphone. Mengapa dilakukan penyebaran melalui
media handphone? Ini didasari di era digital ini handphone sangat erat
kaitannya dengan kehidupan seseorang sehari-harinya. Hampir semua
orang dari berbagai kalangan mempunyai handphone dan seiring dengan
berkembangnya teknologi, akses internet pun bisa melalui handphone.
d. Pihak yang Dapat Mengimplementasi Gagasan
Terlaksanannya program ini tentunya dibutuhkan peran dari
beberapa pihak,diantaranya adalah kerjasama dengan pihak provider untuk
melakukan kerjasama program CBR (Corporate Social Responsibility) serta
masyarakat itu sendiri karena program ini untuk masyarakat dan untuk
menambah wawasan masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem laut.
Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan tanggung
jawab kemitraan diantaranya pemerintah, lembaga, sumberdaya
komunitas, juga komunitas lokal (setempat). Kemitraan ini tidaklah
bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab
bersama secara sosial antara stakeholders. Konsep kedermawanan
perusahaan (corporate philantrophy) dalam tanggung jawab sosial
tidaklah lagi memadai karena konsep tersebut tidaklah melibatkan
kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholders
lainnya.
e. Langkah-langkah Penerapan Gagasan.
Juliantara (2009) menyatakan media audiovisual mengandalkan
pendengaran dan penglihatan dari sasaran, dimana penggunaan audiovisual
melibatkan semua alat indra pembelajaran, sehingga semakin banyak alat
indra yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar
kemungkinan isi informasi tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan
dalam ingatan. Film, cerita, iklan, video adalah contoh media audiovisual
yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi (Notoadmodjo, 2007).
CSR (Corporate Social Responsibility)
The European Commission menyebutkan CSR adalah konsep
perusahaan yang mengintergrasikan kepedulian sosial dan lingkungan ke
dalam oprasi bisnis serta interaksinya dengan stakeholders secara suka rela
(Fenwick, T, 2004)
CSR masuk ke dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UU PT) dan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(UU PM). Penerapan kewajiban CSR sebabagaimana diatur dalam UU No.
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal , Pasal 15 huruf b menyebutkan
”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan”. Jika tidak dilakukan maka dapat diberikan sanksi
administrasi berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha,
pembekuan, hingga pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
penanaman modal (Pasal 34 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007).
Jika melihat dari latar belakang sejarah, program-program yang
termasuk ke CSR pada mulanya berawal dari keinginan masyarakat yang
ada di negara-negara maju (yang lebih makmur) untuk memikirkan
masyarakat di negara-negara berkembang.Secara faktanya, masyarakat
negara berkembang merupakan pasar bagi produk Negara-negara maju
sekaligus sebagai tempat asal bahan baku. Artinya, pada prinsipnya
Negara berkembang sangat memegang peranan penting dalam maju atau
tidaknya produksi yang dilakukan negara-negara maju. Tuntutan etika
bisnis telah mendorong masyarakat di negara maju untuk ambil bagian
dalam rangka menjaga kontinuitas yang akan berpengaruh besar kepada
stabilitas ekonomi mereka (Gunawan, 2009).
Program-program CSR yang dilaksanakan seringkali kurang
menyentuh akar permasalahan komunitas yang sesungguhnya. Seringkali
pihak perusahan masih mengangap dirinya sebagai pihak yang paling
memahami kebutuhan komunitas, sementara komunitas dianggap sebagai
kelompok pinggiran yang menderita sehingga memerlukan bantuan
perusahaan. Di samping itu, aktivitas CSR dianggap hanya semata-mata
dilakukan demi terciptanya reputasi perusahaan yang pasif bukan demi
perbaikan kualitas hidup komunitas dalam jangka panjang. (Margiono,
2006).
Seberapa penting CSR bagi perusahaan tetap menjadi wacana
dalam praktis bisnis, pro dan kontra ini tidak bisa dilepaskan dari
fenomena perbenturan kepentingan antara pencapaian profit dengan
pencapaian tujuan sosial. Jika diperhatikan, masyarakat sekarang hidup
dalam kondisi yang dipenuhi beragam informasi dari berbagai bidang,
serta dibekali kecanggihan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Pola seperti
ini mendorong terbentuknya cara pikir, gaya hidup, dan tuntutan
masyarakat yang lebih tajam. Seiring dengan perkembangan ini, tumbuh
suatu gerakan konsumen yang dikenal sebagai vigilante consumerism yang
kemudian berkembang menjadi ethonical consumerism. (A.B Susanto,
2007).
CSR Provider Handphone
Di Indonesia, praktik CSR belum menjadi perilaku atau hal yang
umum, karena banyak perusahaan yang menganggapnya sebagai cost
center. Namun, di era informasi dan teknologi serta desakan globalisasi,
tuntutan menjalankan CSR semakin besar. Selain itu, pelaksanaan CSR
merupakan bagian dari good corporate governance (GCG), yakni fairness,
transparan, akuntabilitas, dan responsibilitas, termasuk tanggung jawab
terhadap lingkungan fisik dan sosial, yang mestinya didorong melalui
pendekatan etika oleh pelaku ekonomi. Oleh karena itu di dalam praktik,
penerapan CSR selalu disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dan
kebutuhan masyarakat. Idealnya terlebih dahulu dirumuskan bersama tiga
pilar yaitu dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat, dan kemudian
dilaksanakan sendiri oleh perusahaan.
Terdapat berbagai macam provider yang disediakan untuk
handphone. Dalam hal penyuluhan video efek samping punahnya ikan
hiu bagi ekosistem laut , perlu adanya kerjasama dengan provider
penyedia layanan tersebut. Dengan berkerjasama dengan provider-
provider ini, tentunya akan membuat penyebaran video semakin cepat.
Melihat kondisi masyarakat dalam kesehariannya tidak lepas dari
handphone, dan semua kalangan pun dapat dikatakan memilikinya.
Khususnya para remaja para era digital ini, mereka tidak pernah lepas
dari handphone. Selain untuk berkomunikasi, ini juga bermanfaat untuk
mengakses pengetahuan melalui internet dihandphonenya. Program CSR
dari masing masing provider pun berbeda-beda.
Selama tahun 2013, perusahaan provider Telkomsel telah
menyalurkan bantuan dalam skema Bantuan Sosial Masyarakat senilai
Rp57,2 miliar. Dana tersebut digunakan untuk berbagai pembangunan
sarana publik meliputi bencana alam, pendidikan/pelatihan, kesehatan
masyarakat, sarana umum, sarana ibadah dan pelestarian alam.
Dalam program ini, kita ambil contoh semisal jika bekerjasama
dengan provider Telkomsel , kita tahu dana yang telah disediakan untuk
program CSR pada tahun 2013 sebanyak Rp57,2 miliar , semisal
sebanyak 1% saja dari dana tersebut kita gunakan untuk penggarapan
smoking effect video learning ini yaitu Rp.572.000.000,00. Misalkan
video tersebut berukuran 10 MB. Apabila tarif internet yang dipatok oleh
operator telepon sebesar Rp. 1/KB, maka untuk mendownload aplikasi
sebesar 10 MB (10000 KB), biaya yang dikeluarkan = 10.000 KB x Rp.
1/KB = Rp. 10.000,00. Bayangkan jika itu disebarkan dengan
menggunakan biaya program CSR yang sebanyak Rp.572.000.000,00.
tadi. Hitungannya Rp.572.000.000,00. : Rp. 10.000 = 57.200 . Video
tersebut sudah tersebar ke sebanyak 57.200 ribu pengguna. Itu hanya
dengan menggunakan 1% dari biaya CSR dan itu hanya dilakukan pada
satu provider saja. Misalnya semua provider melakukan hal ini.
Jangkauan penyebaran pasti akan semakin luas ke para pengguna
handphone. Dan diharapkan akan lebih efektif karena bayak pengguna
yang akan mengakses.
Mengingat banyaknya kasus penyalahgunaan ikan hiu sebagai bahan
dasar untuk konsumsi dan masyarakat umumnya banyak yang belum
mengetahui seberapa penting peran ikan hiu pada ekosistem laut.Sasaran
penyebaran utama video ini bisa difokuskan pada masyarakat umum baik
dewasa maupun remaja remaja agar mereka lebih terbuka lagi
wawasannya tentang konservasi. Tentunya setiap provider tahu, karena
setiap pengguna handphone pasti mendaftarkan terlebih dahulu nomor
providernya. Setiap provider pastinya mempunyai data base dari masing-
masing pengguna karena saat mendaftar mereka diwajibkan
mencantumkan tanggal lahir. Ini membantu provider memfokuskan
penyebaran video Side-Effects Of Extinction Sharks ke sasaran yang tepat
yaitu masyarakat umum baik dewasa maupun remaja.

KESIMPULAN
Konsep Gagasan
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan diatas,dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media video ‘Side-Effects Of Extinction Sharks’ diharapkan
cukup efektif dan praktis dalam memberi pemahaman kepada masyarakat
tentang konservasi. Media pembelajaran video yang digunakan dapat
diakses oleh berbagai kalangan dengan cukup mudah melalui handphone.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
saat ini penggunaan media teknologi menjadi semakin canggih. Dalam hal
ini ,masyarakat akan lebih tertarik untuk belajar dari video yang
menyuguhkan audio serta visual . Di video tersebut akan ditampilkan
bagaimana jika ikan hiu punah dan dampaknya bagi ekosistem laut. yang
secara nyata memang terjadi di masyarakat dan akan disebarkan melalui
handphone dengan kerjasama dengan provider handphone yang ada.
Banyak golongan yang diuntungkan dari jalannya program ini,
selain sebagai media promosi masing-masing provider. Program ini juga
dapat membantu memberi edukasi terhadap masyarakat tentang
konservasi khususnya konservasi ikan hiu di Indonesia.

Langkah Strategis Implementasi Gagasan


Teknik yang dilakukan yaitu dengan menyebarkan video
mengenai efek samping dari punahnya ikan hiu yang berdampak pada
ekosistem laut di Indonesia. Video ini dapat diakses melalui handphone
yang nantinya dapat disebarluaskan oleh para penggunanya guna
memberikan eduksi mengenai konsrvasi hiu di Indonesia. Provider
menyebarkan video ini dari dana CSR yang memang sudah disediakan
dan diatur oleh undang- undang.
Prediksi Keberhasilan Gagasan
a. Manfaat
Apabila dapat terlaksana dengan baik, diharapkan cara ini dapat
membantu pemerintah menangani kasus penangkapan hiu baik yang
dilindungi maupun yang tidak dilindungi karena jumlahnya semakin
meningkat tiap tahunya dan dikhawatirkan akan memberi dampak buruk
bagi ekosistem laut di Indonesia.. Media ini diharapkan cukup efektif
karena melalui handphone, seperti kita ketahui hampir semua masyarakat
baik dewasa maupun remaja bisa dipastikan memiliki handphone. Apalagi
mengingat di era digital ini pasti banyak kalangan sudah tidak asing lagi
dengan smartphone. Mereka bisa mengakses video dengan mudah dimana
saja.
b. Dampak
Kelestarian berbagai spesies ikan hiu secara umum di Indonesia
dapat terjaga serta meningkatkan kesadaran konservasi dan pengetahuan
masyarakat terhadap berbagai jenis ikan hiu baik yang dilindungi maupun tidak
di lingkungan sekitar dan peranannya terhadap lingkungan menjadi
meningkat.
Di Indonesia, kasus merokok merupakan salah satu kasus yang
susah untuk diberantas. Kasus merokok bisa dibilang meningkat disetiap
tahunnya. Padahal, berbagai metode telah dilakukan untuk mengurangi
kasus tersebut. Mulai dari diadakannya berbagai penyuluhan, pamphlet,
poster-poster anti merokok, serta artikel-artikel kesehatan di media cetak.
Namun, metode ini tidak cukup dalam menangani kasus yang sekarang ini
mulai meningkat. Meski telah membaca berbagai artikel kesehatan,
masyarakat akan tetap tidak menghiraukannya. Padahal penting sekali
untuk seseorang agar mereka dapat berhenti merokok. Apalagi bila kasus
ini menggerayangi para remaja. Tidak bisa dibayangkan akan seperti apa
masa depan mereka nantinya. Karena merokok sebenarnya sangat
berbahaya bagi mereka. Akan banyak penyakit yang dapat ditimbulkan
dari efek merokok.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
era modern ini, tentunya kehidupan masyarakat tidak lepas dari berang-
barang canggih dan internet. Bahkan sekarang handphone sudah
merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat. Hampir semua orang bisa
dipastikan memiliki handphone mulai dari remaja sampai para pekerja
memilikinya. Selain untuk berkomunikasi, mereka bisa mengakses
berbagai hal-hal baru melalui jaringan internet yang ada pada layanan
handphone tersebut. Setiap hari, kehidupan seseorang tidak lepas dari
handphone. Video merupakan salah satu media yang cukup efektif dalam
mempengaruhi penontonnya. Melalui media yang satu ini, bisa dilakukan
penyuluhan kesehatan anti rokok dengan berbasis mobile yang nantinya
dapat diakses lewat handphone. Cara ini diharapkan akan lebih efektif
karena masing- masing individu akan saling menyebarluaskan video efek
merokok ini ke orang- orang sekitarnya. Cara yang dilakukan yaitu melalui
kerjasama dengan program CSR (Corporate Social Responsibility) dari
berbagai provider handphone.
Metode ini diharapkan lebih efektif daripada media penyuluhan
yang telah dilakukan sabelumnya. Karena mengingat perkembangan
teknologi yang saat ini mulai berkembang pesat. Internet sudah bukan
merupakan hal yang asing bafi khalayak umum. Bahkan sekarang internet
sudah bisa diakses melalui handphone. Penyebaran video ini diharapkan
dapat menekan kasus merokok yang sat ini masih marak di Indonesia.
Maka dari itu untuk mencapai hasil yang maksimal, tentunya diperlukan
peran oleh berbagai pihak antara lain melibatkan tanggungjawab
kemitraan antara pemerintah, lembaga, sumberdaya komunitas, juga
komunitas lokal (setempat) dan masyarakat.
1

mereka biasanya sangat tinggi. Mereka akan cepat melakukan


tindakan-tindakan yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Dalam
pikiran anak usia remaja, rokok merupakan lambang kedewasaan.
Menurutnya merokok merupakan lambang pergaulan bagi mereka. Meski
sudah banyak membaca artikel mengenai bahaya rokok, remaja tidak
terlalu menghiraukannya. Justru mereka tetap mencoba karena merasa
mereka tidak akan merasakan dampak berbahaya langsung dari rokok di
saat itu juga. Padahal banyak sekali kandungan berbahaya yang terdapat
dalam rokok, yang tentunya membawa dampak negative bagi tubuh si
perokok maupun orang- orang sekitarnya. Pengaruh nikotin dalam
merokok dapat membuat seseorang menjad pecandu atau ketergantungan
pada rokok. Remaja yang sudah kecanduan merokok pada umumnya tidak
dapat menahan keinginan untuk tidak merokok (Kandel dalam Barker,
dkk, 2004).
2

Seiring dengan perkembangan IPTEK di zaman sekarang ini, tentunya


handphone dan internet sudah termasuk hal yang tidak asing lagi di masyrakat.
Hampir semua orang memiliki handphone sebagai kebutuhan mereka sehari-hari,
mulai dari remaja sampai pekerja pun pasti memiliki handphone. Selain itu, akses
internetpun kian meluas diberbagai penjuru wilayah. Bahkan akses internet
sudah bisa diakses melalui handphone.
Kondisi Terkini
Melihat kondisi saat ini, dari berbagai penelitian menunjukan hasil
riset Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (Republika, 1998)
melaporkan bahwa di anak-anak di Indonesia sudah ada yang mulai
merokok pada usia 9 tahun. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa perokok memang banyak dikalangan anak-anak khususnya pada
usia remaja. Usia remaja merupakan usia dimana seorang anak menuju
kedewasaan. Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek
psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika
mencari jati diri. Dalam masa remaja ini sering terjadi ketidaksesuaian
antara perkembangan psikis dan perkembangan sosial. Upaya- upaya
untuk menemukan jati diri tersebut tidak selalu dapat berjalan sesuai
dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku
merokok sebagai cara kompensatoris (Gatchel, 1989).
Tandra (2003) menyayangkan meningkatnya jumlah perokok di
kalangan remaja meskipun telah mengetahui dampak buruk rokok bagi
kesehatan, dan menyebutkan bahwa 20 % dari total perokok di Indonesia
adalah dengan usia rentang antara 15 hingga 21 tahun. Meningkatnya
prevalensi merokok di Negara-
3

negara berkembang, termasuk di Indonesia terutama di kalangan remaja


menyebabkan masalah merokok menjadi semakin serius (Tulakom &
Bonet, 2003).
Faktor dalam diri remaja dapat dilihat dari kajian perkemangan
remaja. Dari penelitian Helmi dan Komalasari (2000) didapatkan
kesimpulan bahwa perilaku merokok merupaka perilaku yang dipelajari
dan ditularkan melalui aktivitas teman sebaya dan perilaku permisif orang
tua.
Smet (1994) menyatakan bahwa mulai merokok terjadi akibat
pengaruh lingkungan social. Modelling (meniru perilaku orang lain)
menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok
(Sarafino, 1994).

Perilaku Merokok dan Efeknya


Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah
umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas social, status, serta
kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena
rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimana pun
juga.
Menurut Levy (1984) setiap individu mempunyai kebiasaan
merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka
merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet (1994) yang menyatakan
bahwa seseorang merokok karena factor-faktor sosio cultural seperti
kebiasaan budaya, kelas social, gengsi, dan tingkat pendidikan.
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negative yang
sangat berpengaruh bagi kesehatan (Ogden, 2000). Merokok bukanlah
penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit
sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tapi
dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan
kematian. Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karna merokok antara
lain : penyakit kardiovaskular, penurunan fertilitas, sakit mag, penglihatan
kabur, kulit kering, dll (Sitepoe, 2001).
Orang yang telah merokok akan sulit berhenti. Mereka harus lebih
diarahkan agar mereka benar-benar tahu efek rokok itu sebenarnya sangat
berbahaya bagi masa depan mereka karena pada usia remaja merupakan
masa penyempurnaan perkembangan jiwa, psikoseksual, dan
perkembangan kognitif dimana merupakan tahap awal menuju
kedewasaan.

Solusi Terdahulu
4

Ada berbagai cara yang telah dilakukan untuk menekan kasus


merokok pada anak usia remaja. Konsep sosialisasi pertama berkembang
dari Sosiologi dan Psikologi Sosial merupakan suatu proses transmisi
belief, sikap, atau pun perilaku-perilaku dari generasi sebelumnya kepada
generasi berikutnya (Durkin, 1995).
Berbagai metode tentunya telah dilakukan, demi memberantas
kasus merokok di Indonesia. Mulai dari ditempelnya berbagai pamphlet,
poster bahaya merokok, artikel kesehatan serta berbagai penyuluhan dari
berbagai lembaga kesehatan. Namun cara-cara tersebut bisa dibilang
kurang efektif, karena kebanyakan orang hanya akan menangkap
materinya sesaat namun akan lupa dikemudian harinya. Kemungkinan
untuk melakukan hal sesuai penyuluhan juga sangat kecil karena lama
kelamaan mereka akan mengabaikannya.
5

Prediksi Hasil
Penggunaan media penyuluhan kesehatan akan membantu
memperjelas informasi yang disampaikan, karena dapat lebih menarik,
lebih interaktif, dapat mengatasi batas ruang, waktu dan indra manusia.
Agar informasi yang disampaikan bisa lebih jelas dan mudah difahami
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka informasi tersebut perlu
dikemas sesuai dengan karakteristik dari setiap media yang digunakan.
Pentingnya penggunaan media penyuluhan adalah peningkatan
pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sikap dan perilaku yang
merupakan hasil dari proses belajar dalam kegiatan penyuluhan, yang
keberhasilannya ditentukan oleh efektifitas media penyuluhan, dan
efektifitas pengguanaan media penyuluhan sangat ditentukan oleh banyak
indra yang digunakan (Herawati, 2002).
Oleh karena itu metode penyuluhan dalam bentuk video
pembelajaran yang dalam hal ini menekankan pada efek merokok yang
dikemas dalam bentuk video diharapkan akan cukup efektif. Selain
bentuknya yang interaktif, para remaja akan lebih memahami daripada
penyuluhan dengan metode teks. Media video ini akan disebarkan melalui
handphone dari berbagai provider. Disini kita akan berkerjasama dengan
program CSR (Corporate Social Responsibility) dari berbagai provider
handphone. Mengapa melakukan penyebaran melalui handphone? Ini
dikarenakan di era modern ini handphone sangat erat kaitannya dengan
kehidupan seseorang sehari-harinya. Hampir semua orang dari berbagai
kalangan mempunyai handphone dan seiring dengan berkembangnya
teknologi, akses internetpun bisa melalui handphone.
Pihak-Pihak Terkait

Peran beberapa pihak sangat diperlukan guna terlaksananya


program ini, antara lain kerjasama denga pihak provider untuk melakukan
kerjasama program CBR (Corporate Social Responsibility) serta
masyarakat itu sendiri karena program ini untuk masyarakat demi
kebaikan kesehatan mereka juga.
Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan
tanggungjawab kemitraan antara pemerintah, lembaga, sumberdaya
komunitas, juga komunitas lokal (setempat). Kemitraan ini tidaklah
bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama
secara sosial antara stakeholders. Konsep kedermawanan perusahaan
(corporate philantrophy) dalam tanggung jawab sosial tidaklah lagi
memadai karena konsep tersebut tidaklah melibatkan kemitraan tanggung
6

jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholders lainnya.


Langkah Strategis
Agar pendidikan kesehatan yang diberikan lebih efektif dan sesuai
sesuai sasaran serta tujuan, maka diperlukan media yang menarik dan lebih
mudah diterima oleh sasaran. Salah satu media yang dapat digunakan
adalah media audiovisual (Dermawan & Setiawati, 2008).
Juliantara (2009) menyatakan media audiovisual mengandalkan
pendengaran dan penglihatan dari sasaran, dimana penggunaan
audiovisual melibatkan semua alat indra pembelajaran, sehingga semakin
banyak alat indra yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi,
semakin besar kemungkinan isi informasi tersebut dapat dimengerti dan
dipertahankan dalam
7

ingatan. Film, cerita, iklan, video adalah contoh media audiovisual yang lebih
menonjolkan fungsi komunikasi (Notoadmodjo, 2007).

CSR (Corporate Social Responsibility)


The European Commission menebutkan CSR adalah konsep
perusahaan yang mengintergrasikan kepedulian sosial dan lingkungan ke
dalam oprasi bisnis serta interaksinya dengan stakeholders secara suka rela
(Fenwick, T, 2004)
Program-program CSR yang dilaksanakan seringkali kurang
menyentuh akar permasalahan komunitas yang sesungguhnya. Seringkali
pihak perusahan masih mengangap dirinya sebagai pihak yang paling
memahami kebutuhan komunitas, sementara komunitas dianggap sebagai
kelompok pinggiran yang menderita sehingga memerlukan bantuan
perusahaan. Di samping itu, aktivitas CSR dianggap hanya semata-mata
dilakukan demi terciptanya reputasi perusahaan yang pasif bukan demi
perbaikan kualitas hidup komunitas dalam jangka panjang. (Margiono,
2006).
CSR masuk ke dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UU PT) dan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(UU PM). Penerapan kewajiban CSR sebabagaimana diatur dalam UU No.
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal , Pasal 15 huruf b menyebutkan
”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan”. Jika tidak dilakukan maka dapat diberikan sanksi
administrasi berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha,
pembekuan, hingga pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
penanaman modal (Pasal 34 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007).
Seberapa penting CSR bagi perusahaan tetap menjadi wacana
dalam praktis bisnis, pro dan kontra ini tidak bisa dilepaskan dari
fenomena perbenturan kepentingan antara pencapaian profit dengan
pencapaian tujuan sosial. Jika diperhatikan, masyarakat sekarang hidup
dalam kondisi yang dipenuhi beragam informasi dari berbagai bidang,
serta dibekali kecanggihan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Pola seperti
ini mendorong terbentuknya cara pikir, gaya hidup, dan tuntutan
masyarakat yang lebih tajam. Seiring dengan perkembangan ini, tumbuh
suatu gerakan konsumen yang dikenal sebagai vigilante consumerism yang
kemudian berkembang menjadi ethonical consumerism. (A.B Susanto,
2007).

CSR Provider Handphone


Di Indonesia, praktik CSR belum menjadi perilaku umum, karena
banyak perusahaan yang menganggap sebagai cost center. Namun, di era
informasi dan teknologi serta desakan globalisasi, tuntutan menjalankan
8

CSR semakin besar. Selain itu, pelaksanaan CSR merupakan bagian dari
good corporate governance (GCG), yakni fairness, transparan,
akuntabilitas, dan responsibilitas, termasuk tanggung jawab terhadap
lingkungan fisik dan sosial, yang mestinya didorong melalui pendekatan
etika pelaku ekonomi. Oleh karena itu, di dalam praktik, penerapan CSR
selalu disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dan kebutuhan
masyarakat. Idealnya terlebih dahulu dirumuskan bersama tiga pilar yakni
dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat, dan kemudian dilaksanakan
sendiri oleh perusahaan.
Ada berbagai macam provider yang disediakan untuk handphone.
Dalam hal penyuluhan video efek merokok, perlu adanya kerjasama
dengan provider penyedia layanan tersebut. Dengan berkerjasama dengan
provider-provider ini,
9

tentunya akan membuat penyebaran video semakin cepat. Melihat kondisi


masyarakat yang kesehariannya tidak lepas dari handphone, dan semua
kalangan pun bisa dibilang memilikinya. Khususnya para remaja di era
modern ini, mereka tidak pernah lepas dari handphone. Selain untuk
berkomunikasi, ini juga bermanfaat untuk mengakses pengetahuan melalui
internet dihandphonenya. Program CSR dari masing masing providerpun
berbeda-beda.
Berdasarkan laporan akhir tahun 2010, provider Indosat
mengeluarkan biaya sebesar Rp. 13 miliar untuk program-program CSR.
Dana ini digunakan untuk program-program yang melibatkan masyarakat
dan lingkungan serta memastikan setiap aktivitas perusahaan dapat
memberikan pengaruh positif kepada seluruh shareholders, termasuk para
pemegang saham, pelanggan, karyawan, mitra usaha, masyarakat dan
lingkungan.
Dalam program ini, kita ambil contoh semisal jika bekerjasama
dengan provider Indosat, kita tahu dana yang telah disediakan untuk
program CSR pada tahun 2010 sebanyak 13 miliar, semisal sebanyak 1%
saja dari dana tersebut kita gunakan untuk penggarapan smoking effect
video learning ini yaitu Rp.130.000.000,00. Misalkan video tersebut
berukuran 5 MB. Apabila tarif internet yang dipatok oleh operator telepon
sebesar Rp. 1/KB, maka untuk mendownload aplikasi sebesar 5 MB (5000
KB), biaya yang dikeluarkan = 5000 KB x Rp. 1/KB = Rp. 5.000,00.
Bayangkan jika itu disebarkan dengan menggunakan biaya program CSR
yang sebanyak Rp.130.000.000,00 tadi. Hitungannya Rp. 130.000.000,00
: Rp. 5000 = 26.000. Video tersebut sudah tersebar ke sebanyak 26 ribu
pengguna. Itu hanya dengan menggunakan 1% dari biaya CSR dan itu
hanya dilakukan pada satu provider saja. Bayangkan apabila semua
provider melakukan hal ini. Jangkauan penyebaran pasti akan semakin luas
ke para pengguna handphone. Dan diharapkan akan lebih efektif karena
bayak pengguna yang akan mengakses.
Mengingat banyaknya kasus merokok yang sekarang ini marak
terjadi adalah pada anak usia remaja. Sasaran penyebaran utama video ini
bisa difokuskan pada anak usia remaja. Tentunya setiap provider tahu,
karena setiap pengguna handphone pasti mendaftarkan terlebih dahulu
nomor providernya. Setiap provider tentunya mempunyai data base dari
masing-masing pengguna karena saat mendaftar mereka diwajibkan
mencantumkan tanggal lahir. Ini membantu provider memfokuskan
penyebaran video smoking effect ke sasaran yang lebih spesifik yaitu
remaja.
1
0

KESIMPULAN

Gagasan yang Diajukan


Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
metode video ‘smoking effect learning’ diharapkan cukup efektif. Media
pembelajaran video yang digunakan dapat diakses oleh berbagai kalangan
dengan mudah melalui handphone. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), saat ini penggunaan alat bantu atau
media teknologi menjadi semakin canggih. Dalam hal ini, para remaja
akan lebih tertarik untuk belajar dari video yang penayangannya tidak
hanya gambar melainkan juga suara. Di video tersebut akan ditampilkan
berupa yang efek yang ditimbulkan akibat dari merokok
1
1

yang secara nyata memang terjadi di masyarakat dan akan disebarkan


melalui handphone melalui kerjasama dengan provider handphone yang
ada.
Banyak golongan yang diuntungkan dari jalannya program ini,
selain sebagai media promosi masing-masing provider. Program ini juga
dapat membantu menekan kasus merokok yang marak sekarang ini di
Indonesia.
Teknik Implementasi
Teknik yang dilakukan berupa penyebaran video mengenai efek
dari merokok yang dapat menyebabkan berbagai penyakit yang secara
nyata penyakit tersebut memang banyak menyerang masyarakat di
Indonesia. Video ini dapat diakses melalui handphone yang nantinya bisa
disebarluaskan oleh para penggunanya guna menekan kasus merokok di
Indonesia. Provider menyebarkan video ini dari dana CSR yang memang
sudah disediakan dan diatur undang- undang.
Prediksi Hasil
Apabila terlaksana dengan baik, diharapkan cara ini dapat
membantu pemerintah menangani kasus merokok yang semakin
meningkat setiap tahunnya khususnya pada kalangan remaja. Metode ini
dirasa cukup efektif karena melalui handphone, seperti kita ketahui
hamper semua masyarakat khususnya remaja bisa dipastikan memiliki
handphone. Apalagi mengingat di era modern ini pastinya kebanyakan
kalangan sudah tidak asing lagi dengan smartphone. Mereka bisa
mengakses video dengan mudah dimana saja.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, tentunya diperlukan peran
oleh berbagai pihak antara lain melibatkan tanggungjawab kemitraan
antara pemerintah, lembaga, sumberdaya komunitas, juga komunitas lokal
(setempat) dan masyarakat. Perlu adanya kesadaran masyarakat yang
tinggi guna tersebarnya video efek merokok ini ke berbagai penjuru.
Pengguna provider handphone yang peduli dengan kesehatan orang-orang
sekitarnya pasti akan mengakses dan meyebarluasan video tersebut pada
orang-orang disekelilingnya. Dengan cara ini diharapkan bisa mengurangi
kasus merokok di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Baker B. T., dkk (2004). School-related strees and psychosomatic


symtoms among Norwegian adolescents : Annual Review of
Psychology. http://www.proquest.com/ [on-line]
Dermawan, & Setiawati. (2008). Media audiovisual. Jakarta: EGC.
Durkin, K. (1995). Developmental Social Psychology From Infancy to Old
Age.
Cambrige: Blackwell Publisher.
Gatchel, R. J. (1989). An Introduction to Health Psychology. New York:
Mc Graw-Hill Book Company.
Herawati. (2002). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan.
Jakarta: EGC. Juliantara. (2009). Media Audiovisual. Jakarta:
EGC.
Komalasari, D. &. (2000). Faktor-Faktor Penyebab perilaku Merokok
Pada remaja. In Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Levy, M.R. (1984). Lyve and Health. New York: random House.
Margiono, Ari. (2006). Menuju Corporate Sosial Ledership. Suara
Pembaharuan, 11 Mei 2006
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan ilmu perilaku. Jakarta:
Sagung Seto. Ogden, Jane. (2000). Health Psychology. Buckingham:
Open University Press. Sarafino, E. (1994). Health Psychology (2nd ed).
Washington, DC: Mc Graw-Hil. Sitepoe, Mangku. (2000). Kekhususan
Rokok Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia
Widiasarana.
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT. Gramedia.
Susanto, A.B. (2007). A Strategic Management Approach, CSR. Jakarta:
The Jakarta Consulting Group
Republika. (1988). Lebih Tiga Juta Meninggal karena Tembakau dalam
Setahun. Harian Republika. 30 Oktober 1998.
Republika. (1998). Dibanding AIDS dan TBC, Merokok Lebih Banyak
Mematikan. Harian Republika. 30 November 1998.
Tandra, Hans. (2003). Merokok dan
Kesehatan.
http://www.antirokok.or.id/berita/berita_rokok_kesehatan.htm [on-
line]
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Daftar Riwayat Hidup Ketua


Pelaksana Nama : Vifta Dian
Lestari Tempat Tanggal Lahir:
Tegal, 1 Januari 1994 NIM :
25010111130202
Alamat : Jl. Samanhudi RT 05/04 Trayeman, Slawi, Tegal
No.Tlp/HP : 085742724680
Email :
viftadian@gmail.com Riwayat
Pendidikan : TK Kartika
IV
SDN Trayeman 03
SMPN 1 Slawi
SMAN 1 Slawi
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

(Vifta Dian
Lestari) NIM.
25010111130
202

Daftar Riwayat Hidup Anggota I


Nama : Muflikhatun
Umamah Tempat Tanggal Lahir:
Tegal, 6 Mei 1993 NIM :
25010111120067
Jurusan/Prodi : Kesehatan Masyarakat
Alamat : RT 07 RW 05 Lebaksiu Kidul Kec. Lebaksiu,
Tegal
No.Tlp/HP : 087730413122
Email :
muflikhatun.umamah@yahoo.com Riwayat
Pendidikan : TK Masyitoh Lebaksiu
Kidul
SDN Lebaksiu
Kidul 01
MTsN Mode
Babakan
SMAN 1 Slawi
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

(Muflikhatun
Umamah)
NIM.
25010111120
067
Daftar Riwayat Hidup Anggota II
Nama : Adindha Lili
Pramasari Tempat Tanggal Lahir:
Bogor, 6 Mei 1994 NIM :
25010112140127
Jurusan/Prodi : Kesehatan Masyarakat
Alamat : Pondok Mandala II Blok J7 Cimanggis, Depok
No.Tlp/HP : 085719185501
Email :
adindhalili@yahoo.com Riwayat
Pendidikan : TK Ruwati IV
SDN Tugu 8
SMP Islam
Al-Ma’ruf
SMAN 99
Jakarta
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

(Adindha Lili
Pramasari)
NIM.
250101121401
27

Daftar Riwayat Hidup Dosen Pembimbing


Nama : Yudhy Dharmawan ,
S.KM, M.Kes Tempat Tanggal Lahir : Rembang, 9
Pebruari 1977
NIP : 197702092008121002
Alamat : Jalan Borobudur Utara 21 no 19 Semarang
No.Tlp/HP : 08122838653
Riwayat Pendidikan : SMA 1 Rembang
S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP
S2 Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
UNDIP
Profesi : Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

(Yudhy Dharmawan ,
S.KM, M.Kes) NIP.
197702092008121002

Anda mungkin juga menyukai