BIDANG KEGIATAN :
PKM-GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh :
(Dr.A.Sofyan Hanif,M.Pd)
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
Tujuan dan Manfaat........................................................................................ 2
GAGASAN
Kondisi Terkini .............................................................................................. 2
Solusi Terdahulu ............................................................................................ 3
Prediksi Hasil ................................................................................................. 4
Langkah Strategis ........................................................................................... 4
KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan .................................................................................. 6
Teknik Implementasi ...................................................................................... 7
Prediksi Hasil ................................................................................................. 7
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP
SIDE-EFFECTS OF EXTINCTION SHARKS VIDEO LEARNING
BERBASIS MOBILE SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN
KONSERVASI HIU
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perikanan hiu kini banyak menjadi perbincangan karena hasil
tangkapannya dijadikan sebagai olahan makanan dan Indonesia merupakan
penangkap hiu terbesar di dunia ,di khawatirkan nantinya akan terjadi over fishing
. Hasil tangkapan ikan hiu biasanya dijadikan sebagai salah satu hidangan seperti
sup sirip hiu,sup sirip hiu ini dihidangkan di beberapa restoran besar di Indonesia
terutama di Jakarta dan permintaan untuk hidangan ini semakin
meningkat.Dengan meningkatnya permintaan pembeli terhadap hidangan tersebut
maka semakin banyak penangkapan untuk beberapa jenis hiu,Selain itu terdapat
nelayan yang biasa menangkap ikan tuna namun mereka dengan tidak sengaja
mendapat tangkapan hiu di jaring mereka atau biasa disebut dengan salah tangkap
(bycatch) .
Hal ini menyebabkan spesies hiu yang masuk dalam daftar reddlist IUCN
meningkat,ini menjadi perhatian khusus bagi masyarakat untuk menyadari
pentingnya konservasi untuk perikanan hiu yang memiliki peran besar dalam
ekosistem laut.Sudah banyak tokoh-tokoh pemerhati laut maupun badan
konservasi dunia seperti WWF yang fokus terhadap hal ini,dan lebih khusus lagi
ingin memberi edukasi mengenai pentingnya ikan hiu sebagai penyeimbang
ekosistem di laut serta memberi gambaran kepada masyarakat bahwa sebenarnya
ikan hiu bukanlah pemangsa manusia dan menampik mitos bahwa kandungan
ikan hiu banyak memiliki khasiat untuk menyembuhakan beberapa macam
penyakit.
Sejak tahun 1988 ketika harga sirip hiu di pasaran dunia meningkat, usaha
perikanan hiu berkembang cukup pesat, bahkan di beberapa daerah sentra nelayan
di Indonesia menjadikan komoditi hiu sebagai hasil tangkapan utamanya (target
spesies). Beberapa alat tangkap yang biasa digunakan untukmenangkap hiu, baik
sebagai hasil tangkapan sampingan ataupun tangkapan utama, antara lain adalah
jaring insang apung (drift gill net), rawai permukaan (surface longline), rawai
dasar (bottom longline) dan jaring hiu (dahulu dikenal sebagai jaring trawl).
GAGASAN
a. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Indonesia merupakan salah satu penghasil produk perikanan hiu dan pari
terbesar di dunia dengan volume sekitar 100 ribu toh setiap tahunnya (DJKP3K,
2013), yang menyumbang devisa yang besar. Seiring dengan menurunnya stok,
penangkapan mulai mengarah ke bagian timur perairan Indonesia. Nelayan
tradisional penangkap hiu dan pari tersebar luas di seluruh wilayah NTB dan
NTT, dengan Tanjung Luar (Lombok) dan Lamakera (Flores Timur) sebagai pusat
yang mejadikan hiu dan pari sebagai target utama penangkapan.
Banyaknya hotel dan restoran yang menyedikan hidangan berbahan dasar
ikan hiu membuat banyak nelayan yang kini menangkap ikan hiu untuk kemudian
dikirim kepada hotel ataupun restoran yang memerlukannya sebagai suatu
hidangan di tempat mereka serta banyak mitos yang menyatakan bahwa sirip hiu
atau daging hiu dapat bermanfaat bagi kesehata tubuh.Nelayan dan masyarakat
lainnya banyak yang belum menyadari akan pentingnya ikan hiu sebagai
penyeimbang ekosistem lautan sehingga banyak dari mereka yang
mengesampingkan hal tersebut demi keuntungan pribadi.
Selain dari permintaan ikan hiu untuk dijadikan konsumsi , ternyata
beberapa nelayan melakukan kesalahan dalam menangkap ikan (bycatch) .Sebagai
contoh yaitu nelayan yang biasa menangkap ikan tuna tapi mereka dengan tidak
sengaja mendapat tangkapan hiu di jaring mereka, dan terkadang menangkap hiu
biasa disebut sebagai tangkapan sampingan para nelayan bukan tangkapan utama
.Namun dengan meningkatnya permintaan ikan hiu untuk dipasok ke beberapa
hotel dan restoran maka dapat mengurangi spesies hiu yang ada kerena rata-rata
para nelayan tidak menegtahiu status spesies hiu yang mereka tangkap apakah hiu
tersebut masuk kedalam kategori yang dilindungi ataupun tidak.
Terkait dengan hal tersebut, pada kenyataannya ikan hiu yang tergolong
dalam ikan bertulang rawan (Chondrichthyes), terdiri atas lebih dari 400 jenis,
bersama-sama dengan kelompok ikan pari, hiu gergaji, hiu pari dan
chimaera (sekitar 600 spesies) (Camhi et al. 1998); (Compagno ,1984) dan
(Compagno ,2002). Sedangkan di perairan Indonesia, diperkirakan terdapat lebih
dari 200 jenis hiu yang ditangkap oleh nelayan Indonesia. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan peneliti Indonesia dan Australian sejak tahun 2001,
telah tercatat 140 jenis ikan hiu dan pari yang ditangkap oleh nelayan Indonesia di
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Jumlah tersebut masih akan terus bertambah,
seiring berlanjutnya penelitian mengenai komoditi ikan tersebut.
Di tengah berbagai permasalahan yang tengah mengancam keberadaan
beberapa spesies ikan hiu di Indonesia , pengetahuan masyarakat yang minim
terhadap status ikan hiu yang dilindungi menyebabkan pelestarian ikan hiu
menjadi hal yang penting.Dengan demikian ,diperlukan adanya penyuluhan
baik melalui pendekatan sosial maupun saintifik sehingga menyadarkan
masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian ikan hiu demi kebersinambungan
ekosistem laut.
b. Solusi yang Pernah Ditawarkan
1. Peraturan Hukum Berdasarkan UU yang telah ditetapkan
Pemerintah Indonesia juga menaruh perhatiaan yang sangat besar terhadap
penyelamatan keanekaragaman hayati perairan salah satunya beberapa species ikan
hiu . Dengan dikeluarkannya UU No. 5/1990 tentang “Konservasi SDA Hayati dan
Ekosistemnya; UU No. 31 tahun 2004 tentang “Perikanan” jo UU Nomor 45 tahun
2009; PP No.7/1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa; PP No.60/2007
tentang Konservasi Sumber Daya Ikan; Peraturan Menteri kelautan dan Perikanan
Nomor 25 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis kementrian Kelautan dan
Perikanan Tahun 2015-2019
Secara khusus perlindungan terhadap ikan hiu diatur dalam Pasal 6 beserta
lampiran tabel 1 dalam Perda Nomor 9 Tahun 2012 ini. Sedangkan larangan untuk
memburu dan menangkap ikan hiu yang terancam punah ditegaskan Pasal 14 ayat
(1), (2), dan (3), disebutkan:
a. setiap orang dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan penangkapan,
perburuan, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut,
dan memperniagakan jenis-jenis ikan dan hewan laut yang dilindungi dalam
keadaan hidup atau mati, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, pasal 8,
Pasal 9 dan Pasal 11.
b. setiap orang dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan
memperniagakan, menyimpan, atau memiliki kulit, tubuh sirip, atau bagian-
bagian lain jenis ikan yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian
itu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 11.
c. setiap orang dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan mengambil
merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan, atau memiliki telur
dan/atau sarang ikan yang dilindungi.
2. Peraturan dalam regulasi internasional
Tidak hanya pemerintah Indonesia saja yang concerned terhadap konservasi ikan
hiu namun dalam skala internasional pun memperhatikan hal tersebut ,Dalam
regulasi Internasional, perlindungan terhadap Hiu diatur secara rinci dalam berbagai
ketentuan internasional. Dalam Regional Fisheries Management Organizations
(RFMO’s), Indian Ocean Tuna Commision (IOTC), dan Convention on International
Trade in Endangered (CITES). RFMO’s menekankan pada cara penangkapan ikan
yang ilegal dan penangkapan ikan sampingan yang ikut tertangkap. Sedangkan dalam
IOTC yang menghasilkan resolusi 05/05, yaitu: 1). Setiap contracting party wajib
melaporkan penangkapan hiu; 2). Setiap kapal dilarang menyimpan di atas kapal,
memindahkan dari/ke kapal lain atau mendaratkan tangkapan sirip hiu yang
bertentangan dengan resolusi 05/05; 3). Setiap negara wajib melepaskan hiu hidup
terutama hiu juveline dan hiu yang sedang hamil; 4). Setiap negara wajib melakukan
penelitian terhadap alat tangkap yang selektif. Sedangkan CITES lebih fokus terhadap
perdagangan satwa dan tumbuhan yang terancam secara legal. Meskipun ketiga
regulasi tersebut memberikan fokus yang berbeda, namun pada dasarnya telah
memberikan status perlindungan terhadap ikan hiu yang terancam punah.( Zaka
Firma Aditya, dan Sholahuddin Al-Fatih,2016)
3. Seminar Konservasi
Pengadaan acara seminar mengenai konservasi cukup membantu dalam
menggerakan para mahasiswa/i untuk membantu dalam usahanya memberi
wawasan mengenai konservasi khususnya konservasi terhadap hiu. Seperti yang
sudah dilakukan oleh beberapa universitas,contohnya di Universitas Indonesia
yang mengadakan seminar dengan tema “Protecting Indonesian Ocean by
Conserving the Sharks” dan dengan pembicara yang yang beperan penting dalam
pengelolaan biota dan lingkungan laut Indonesia, seperti peneliti WWF, figur
publik, serta pihak kementerian kelautan dan perikanan. Salah satu cara tersebut
dapat membantu memberikan wawasan tentang konservasi namun cangkupannya
belum cukup luas.
c. Gagasan Baru yang Diajukan
Penggunaan media penyuluhan dengan bantuan video diharapkan
dapat membantu memperjelas informasi yang akan disampaikan, karena
dapat lebih menarik, lebih interaktif, dapat mengatasi batas ruang, waktu
dan indra manusia. Agar informasi yang disampaikan bisa lebih jelas dan
mudah difahami sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka informasi
tersebut perlu dikemas sesuai dengan karakteristik dari setiap media yang
digunakan. Pentingnya penggunaan media penyuluhan adalah peningkatan
pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sikap dan perilaku yang
merupakan hasil dari proses belajar dalam kegiatan penyuluhan, yang
keberhasilannya ditentukan oleh efektifitas media penyuluhan, dan
efektifitas pengguanaan media penyuluhan sangat ditentukan oleh banyak
indra yang digunakan (Herawati, 2002).
Oleh karena itu metode penyuluhan dalam bentuk video
pembelajaran yang dalam hal ini menekankan mengenai efek samping
punahnya ikan hiu bagi ekosistem laut yang dikemas menarik dalam
bentuk video diharapkan akan cukup efektif dan praktis . Selain bentuknya
yang interaktif, diharapka masyarakat akan lebih memahami daripada
penyuluhan dengan metode teks atau ppt . Media video ini akan disebarkan
melalui handphone dari berbagai provider yang ada . Disini kita akan
berkerjasama dengan program CSR (Corporate Social Responsibility) dari
berbagai provider handphone. Mengapa dilakukan penyebaran melalui
media handphone? Ini didasari di era digital ini handphone sangat erat
kaitannya dengan kehidupan seseorang sehari-harinya. Hampir semua
orang dari berbagai kalangan mempunyai handphone dan seiring dengan
berkembangnya teknologi, akses internet pun bisa melalui handphone.
d. Pihak yang Dapat Mengimplementasi Gagasan
Terlaksanannya program ini tentunya dibutuhkan peran dari
beberapa pihak,diantaranya adalah kerjasama dengan pihak provider untuk
melakukan kerjasama program CBR (Corporate Social Responsibility) serta
masyarakat itu sendiri karena program ini untuk masyarakat dan untuk
menambah wawasan masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem laut.
Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan tanggung
jawab kemitraan diantaranya pemerintah, lembaga, sumberdaya
komunitas, juga komunitas lokal (setempat). Kemitraan ini tidaklah
bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab
bersama secara sosial antara stakeholders. Konsep kedermawanan
perusahaan (corporate philantrophy) dalam tanggung jawab sosial
tidaklah lagi memadai karena konsep tersebut tidaklah melibatkan
kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholders
lainnya.
e. Langkah-langkah Penerapan Gagasan.
Juliantara (2009) menyatakan media audiovisual mengandalkan
pendengaran dan penglihatan dari sasaran, dimana penggunaan audiovisual
melibatkan semua alat indra pembelajaran, sehingga semakin banyak alat
indra yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar
kemungkinan isi informasi tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan
dalam ingatan. Film, cerita, iklan, video adalah contoh media audiovisual
yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi (Notoadmodjo, 2007).
CSR (Corporate Social Responsibility)
The European Commission menyebutkan CSR adalah konsep
perusahaan yang mengintergrasikan kepedulian sosial dan lingkungan ke
dalam oprasi bisnis serta interaksinya dengan stakeholders secara suka rela
(Fenwick, T, 2004)
CSR masuk ke dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UU PT) dan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(UU PM). Penerapan kewajiban CSR sebabagaimana diatur dalam UU No.
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal , Pasal 15 huruf b menyebutkan
”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan”. Jika tidak dilakukan maka dapat diberikan sanksi
administrasi berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha,
pembekuan, hingga pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
penanaman modal (Pasal 34 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007).
Jika melihat dari latar belakang sejarah, program-program yang
termasuk ke CSR pada mulanya berawal dari keinginan masyarakat yang
ada di negara-negara maju (yang lebih makmur) untuk memikirkan
masyarakat di negara-negara berkembang.Secara faktanya, masyarakat
negara berkembang merupakan pasar bagi produk Negara-negara maju
sekaligus sebagai tempat asal bahan baku. Artinya, pada prinsipnya
Negara berkembang sangat memegang peranan penting dalam maju atau
tidaknya produksi yang dilakukan negara-negara maju. Tuntutan etika
bisnis telah mendorong masyarakat di negara maju untuk ambil bagian
dalam rangka menjaga kontinuitas yang akan berpengaruh besar kepada
stabilitas ekonomi mereka (Gunawan, 2009).
Program-program CSR yang dilaksanakan seringkali kurang
menyentuh akar permasalahan komunitas yang sesungguhnya. Seringkali
pihak perusahan masih mengangap dirinya sebagai pihak yang paling
memahami kebutuhan komunitas, sementara komunitas dianggap sebagai
kelompok pinggiran yang menderita sehingga memerlukan bantuan
perusahaan. Di samping itu, aktivitas CSR dianggap hanya semata-mata
dilakukan demi terciptanya reputasi perusahaan yang pasif bukan demi
perbaikan kualitas hidup komunitas dalam jangka panjang. (Margiono,
2006).
Seberapa penting CSR bagi perusahaan tetap menjadi wacana
dalam praktis bisnis, pro dan kontra ini tidak bisa dilepaskan dari
fenomena perbenturan kepentingan antara pencapaian profit dengan
pencapaian tujuan sosial. Jika diperhatikan, masyarakat sekarang hidup
dalam kondisi yang dipenuhi beragam informasi dari berbagai bidang,
serta dibekali kecanggihan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Pola seperti
ini mendorong terbentuknya cara pikir, gaya hidup, dan tuntutan
masyarakat yang lebih tajam. Seiring dengan perkembangan ini, tumbuh
suatu gerakan konsumen yang dikenal sebagai vigilante consumerism yang
kemudian berkembang menjadi ethonical consumerism. (A.B Susanto,
2007).
CSR Provider Handphone
Di Indonesia, praktik CSR belum menjadi perilaku atau hal yang
umum, karena banyak perusahaan yang menganggapnya sebagai cost
center. Namun, di era informasi dan teknologi serta desakan globalisasi,
tuntutan menjalankan CSR semakin besar. Selain itu, pelaksanaan CSR
merupakan bagian dari good corporate governance (GCG), yakni fairness,
transparan, akuntabilitas, dan responsibilitas, termasuk tanggung jawab
terhadap lingkungan fisik dan sosial, yang mestinya didorong melalui
pendekatan etika oleh pelaku ekonomi. Oleh karena itu di dalam praktik,
penerapan CSR selalu disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dan
kebutuhan masyarakat. Idealnya terlebih dahulu dirumuskan bersama tiga
pilar yaitu dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat, dan kemudian
dilaksanakan sendiri oleh perusahaan.
Terdapat berbagai macam provider yang disediakan untuk
handphone. Dalam hal penyuluhan video efek samping punahnya ikan
hiu bagi ekosistem laut , perlu adanya kerjasama dengan provider
penyedia layanan tersebut. Dengan berkerjasama dengan provider-
provider ini, tentunya akan membuat penyebaran video semakin cepat.
Melihat kondisi masyarakat dalam kesehariannya tidak lepas dari
handphone, dan semua kalangan pun dapat dikatakan memilikinya.
Khususnya para remaja para era digital ini, mereka tidak pernah lepas
dari handphone. Selain untuk berkomunikasi, ini juga bermanfaat untuk
mengakses pengetahuan melalui internet dihandphonenya. Program CSR
dari masing masing provider pun berbeda-beda.
Selama tahun 2013, perusahaan provider Telkomsel telah
menyalurkan bantuan dalam skema Bantuan Sosial Masyarakat senilai
Rp57,2 miliar. Dana tersebut digunakan untuk berbagai pembangunan
sarana publik meliputi bencana alam, pendidikan/pelatihan, kesehatan
masyarakat, sarana umum, sarana ibadah dan pelestarian alam.
Dalam program ini, kita ambil contoh semisal jika bekerjasama
dengan provider Telkomsel , kita tahu dana yang telah disediakan untuk
program CSR pada tahun 2013 sebanyak Rp57,2 miliar , semisal
sebanyak 1% saja dari dana tersebut kita gunakan untuk penggarapan
smoking effect video learning ini yaitu Rp.572.000.000,00. Misalkan
video tersebut berukuran 10 MB. Apabila tarif internet yang dipatok oleh
operator telepon sebesar Rp. 1/KB, maka untuk mendownload aplikasi
sebesar 10 MB (10000 KB), biaya yang dikeluarkan = 10.000 KB x Rp.
1/KB = Rp. 10.000,00. Bayangkan jika itu disebarkan dengan
menggunakan biaya program CSR yang sebanyak Rp.572.000.000,00.
tadi. Hitungannya Rp.572.000.000,00. : Rp. 10.000 = 57.200 . Video
tersebut sudah tersebar ke sebanyak 57.200 ribu pengguna. Itu hanya
dengan menggunakan 1% dari biaya CSR dan itu hanya dilakukan pada
satu provider saja. Misalnya semua provider melakukan hal ini.
Jangkauan penyebaran pasti akan semakin luas ke para pengguna
handphone. Dan diharapkan akan lebih efektif karena bayak pengguna
yang akan mengakses.
Mengingat banyaknya kasus penyalahgunaan ikan hiu sebagai bahan
dasar untuk konsumsi dan masyarakat umumnya banyak yang belum
mengetahui seberapa penting peran ikan hiu pada ekosistem laut.Sasaran
penyebaran utama video ini bisa difokuskan pada masyarakat umum baik
dewasa maupun remaja remaja agar mereka lebih terbuka lagi
wawasannya tentang konservasi. Tentunya setiap provider tahu, karena
setiap pengguna handphone pasti mendaftarkan terlebih dahulu nomor
providernya. Setiap provider pastinya mempunyai data base dari masing-
masing pengguna karena saat mendaftar mereka diwajibkan
mencantumkan tanggal lahir. Ini membantu provider memfokuskan
penyebaran video Side-Effects Of Extinction Sharks ke sasaran yang tepat
yaitu masyarakat umum baik dewasa maupun remaja.
KESIMPULAN
Konsep Gagasan
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan diatas,dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media video ‘Side-Effects Of Extinction Sharks’ diharapkan
cukup efektif dan praktis dalam memberi pemahaman kepada masyarakat
tentang konservasi. Media pembelajaran video yang digunakan dapat
diakses oleh berbagai kalangan dengan cukup mudah melalui handphone.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
saat ini penggunaan media teknologi menjadi semakin canggih. Dalam hal
ini ,masyarakat akan lebih tertarik untuk belajar dari video yang
menyuguhkan audio serta visual . Di video tersebut akan ditampilkan
bagaimana jika ikan hiu punah dan dampaknya bagi ekosistem laut. yang
secara nyata memang terjadi di masyarakat dan akan disebarkan melalui
handphone dengan kerjasama dengan provider handphone yang ada.
Banyak golongan yang diuntungkan dari jalannya program ini,
selain sebagai media promosi masing-masing provider. Program ini juga
dapat membantu memberi edukasi terhadap masyarakat tentang
konservasi khususnya konservasi ikan hiu di Indonesia.
Solusi Terdahulu
4
Prediksi Hasil
Penggunaan media penyuluhan kesehatan akan membantu
memperjelas informasi yang disampaikan, karena dapat lebih menarik,
lebih interaktif, dapat mengatasi batas ruang, waktu dan indra manusia.
Agar informasi yang disampaikan bisa lebih jelas dan mudah difahami
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka informasi tersebut perlu
dikemas sesuai dengan karakteristik dari setiap media yang digunakan.
Pentingnya penggunaan media penyuluhan adalah peningkatan
pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sikap dan perilaku yang
merupakan hasil dari proses belajar dalam kegiatan penyuluhan, yang
keberhasilannya ditentukan oleh efektifitas media penyuluhan, dan
efektifitas pengguanaan media penyuluhan sangat ditentukan oleh banyak
indra yang digunakan (Herawati, 2002).
Oleh karena itu metode penyuluhan dalam bentuk video
pembelajaran yang dalam hal ini menekankan pada efek merokok yang
dikemas dalam bentuk video diharapkan akan cukup efektif. Selain
bentuknya yang interaktif, para remaja akan lebih memahami daripada
penyuluhan dengan metode teks. Media video ini akan disebarkan melalui
handphone dari berbagai provider. Disini kita akan berkerjasama dengan
program CSR (Corporate Social Responsibility) dari berbagai provider
handphone. Mengapa melakukan penyebaran melalui handphone? Ini
dikarenakan di era modern ini handphone sangat erat kaitannya dengan
kehidupan seseorang sehari-harinya. Hampir semua orang dari berbagai
kalangan mempunyai handphone dan seiring dengan berkembangnya
teknologi, akses internetpun bisa melalui handphone.
Pihak-Pihak Terkait
ingatan. Film, cerita, iklan, video adalah contoh media audiovisual yang lebih
menonjolkan fungsi komunikasi (Notoadmodjo, 2007).
CSR semakin besar. Selain itu, pelaksanaan CSR merupakan bagian dari
good corporate governance (GCG), yakni fairness, transparan,
akuntabilitas, dan responsibilitas, termasuk tanggung jawab terhadap
lingkungan fisik dan sosial, yang mestinya didorong melalui pendekatan
etika pelaku ekonomi. Oleh karena itu, di dalam praktik, penerapan CSR
selalu disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dan kebutuhan
masyarakat. Idealnya terlebih dahulu dirumuskan bersama tiga pilar yakni
dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat, dan kemudian dilaksanakan
sendiri oleh perusahaan.
Ada berbagai macam provider yang disediakan untuk handphone.
Dalam hal penyuluhan video efek merokok, perlu adanya kerjasama
dengan provider penyedia layanan tersebut. Dengan berkerjasama dengan
provider-provider ini,
9
KESIMPULAN
(Vifta Dian
Lestari) NIM.
25010111130
202
(Muflikhatun
Umamah)
NIM.
25010111120
067
Daftar Riwayat Hidup Anggota II
Nama : Adindha Lili
Pramasari Tempat Tanggal Lahir:
Bogor, 6 Mei 1994 NIM :
25010112140127
Jurusan/Prodi : Kesehatan Masyarakat
Alamat : Pondok Mandala II Blok J7 Cimanggis, Depok
No.Tlp/HP : 085719185501
Email :
adindhalili@yahoo.com Riwayat
Pendidikan : TK Ruwati IV
SDN Tugu 8
SMP Islam
Al-Ma’ruf
SMAN 99
Jakarta
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP
(Adindha Lili
Pramasari)
NIM.
250101121401
27
(Yudhy Dharmawan ,
S.KM, M.Kes) NIP.
197702092008121002