Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN

OLEH:

Alfiqriansyah H.S.

000208262022

Magister Agroteknologi

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Di alam organisme tidak hidup sendiri tetapi berdampingan dan saling berinteraksi
dengan organisme yang lainnya. Begitupun yang terjadi terhadap tumbuhan, interaksi ini bisa
terjadi antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak sejenis. Interaksi yang terjadi antara
organisme-organisme tersebut dapat bersifat positif-positif, positif-netral, positif-negatif, netral-
netral, dan negatif- negatif. Kompetisi tersebut dapat berbentuk perebutan sumber daya yang
terbatas (resource competition) atau saling menyakiti antar indifidu yang sejenis dengan
kekuatan fisik (interference competition). Kompetisi yang terjadi antara individu sejenis disebut
sebagai kompetisi intraspesifik sedangakan interaksi antara individu yang tidak sejenis disebut
interaksi interspesifik (Naughton, 1973).
Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di dalam suatu
komunitas, dan kejadian tersebut mudah dipelajari (Irwan,1992). Interaksi yang terjadi
antarspesies anggota populasi akan memengaruhi terhadap kondisi populasi karena tindakan
individu dapat memengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Menurut
Odum (1971), setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya,
bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat saling
membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah atau timbal balik. Oleh karena
itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antarspesies anggota populasi dapat
berupa interaksi yang positif, negatif dan nol.
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang
secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari. Persaingan (kompetisi) pada tanaman
menerangkan kejadian yang menjurus pada hambatan pertumbuhan tanaman yang timbul dari
asosiasi lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain. Persaingan terjadi bila kedua individu
mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak
menyediakan kebutuhan
tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau
menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat (Wirakusumah, 2003).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan sesama tanaman yaitu
adanya kompetisi yang disebabkan kekurangan sumber energy atau sumber daya lainnya yang
terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, dan air. Kompetisi ini disebut juga alelospoli.
Tumbuhan tertentu baik masih hidup atau sudah mati menghasilkan senyawa kimia yang dapat
mempengaruhi tumbuhan lain. Senyawa kimia tersebut disebut allelopati. Adanya pengaruh baik
fisik maupun maupun biologis lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang bertindak sebagai tuan rumah atau inang (Irwan, 1992).
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan
sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival),
pertumbuhan dan reproduksi individu kompettisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu
yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar
individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik.
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling
memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang
menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau
lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh
(Elfidasari, 2007).
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific
competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan
pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda.
Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan
diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang. Persaingan terhadap air dan nutrisi
umumnya lebih berat karena terjadi pada waktu yang lebih awal. Faktor utama yang
mempengaruh persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya kerapatan. Pengaruh
persaingan dapat terlihat pada laju pertumbuhan (misalnya tinggi tanaman dan diameter batang)
warna daun atau kandungan klorofil, serta komponen dan daya hasil (Clapham, 1973).

1.2. Rumusan Masalah


Makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud interaksi tanaman?
2. Apa yang dimaksud kompetisi tanaman?
3. Apa yang dimaksud allelopathy?

1.3. Tujuan Penulisan


Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu interaksi tanaman
2. Untuk mengetahui bagaimana kompetisi pada tanaman
3. Untuk mengetahui apa itu allelopathy

1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Makalah ini dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat umum
2. Makalah ini dapat menjadi bahan informasi bagi mahasiswa, instansi pertanian dan
para petani

BAB II
PEMBAHASAN

1. Interaksi Tanaman
Tumbuhan berinteraksi dengan berbagai agen lingkungan abiotik dan biotik. Mereka
mungkin bergantung pada penyerbuk untuk bereproduksi, membentuk mutualisme yang
menguntungkan dengan mitra mikroba, atau hanya tumbuh dan mencapai kematangan
reproduksi dalam kondisi iklim tertentu. Selain itu, tanaman harus bertahan terhadap
sejumlah tantangan lingkungan, seperti kerusakan akibat herbivora, rendahnya tingkat
nutrisi, atau kondisi kekeringan. Tumbuhan menangani faktor-faktor ini secara real time,
tanpa kemampuan untuk berpindah secara cepat dalam ruang geografis seperti yang dapat
dilakukan hewan. Jelas terdapat berbagai cara yang rumit dan rumit yang harus dilakukan
tanaman dalam berinteraksi dengan pengaruh dan masukan lingkungan, dan hal ini sangat
penting untuk kelangsungan hidup dan reproduksi. Oleh karena itu, segala upaya untuk
memahami evolusi, pertumbuhan, reproduksi, distribusi, dan struktur komunitas
tumbuhan pada tingkat tertentu mencakup interaksi tumbuhan dengan lingkungan dan
pemicu stres yang mungkin mereka hadapi.
Tanaman dapat mengalami stres akibat berbagai faktor lingkungan yang berbeda dan
seringkali bersifat multiplikatif. Kontribusi pada bagian ini mempertimbangkan interaksi
stres dalam skala luas: mulai dari pemahaman tentang gen, jalur genetik, dan atribut
genom yang memungkinkan adaptasi terhadap agen stres, hingga pemahaman tentang
proses adaptasi terhadap faktor-faktor tersebut, dan akhirnya pada cara-caranya. di mana
struktur komunitas tumbuhan mungkin dipengaruhi oleh tekanan perubahan iklim. Tiga
makalah dalam edisi ini membahas genetika adaptasi terhadap stres. Sanderson dkk.
memberikan wawasan tentang gen yang mendasari adaptasi terhadap suhu beku pada
populasi Arabidopsis alami . Mereka memperkenalkan mutasi yang awalnya ditemukan
pada faktor transkripsi CBF2 dalam garis keturunan Italia yang sensitif terhadap dingin
ke dalam latar belakang Swedia yang toleran terhadap dingin baik melalui introgresi atau
dengan menggunakan CRISPR-Cas9. Menariknya, galur CBF2 eksperimental
menunjukkan berkurangnya toleransi terhadap pembekuan, dan dengan memeriksa
regulasi diferensial dari galur sintetis Swedia, penulis mengidentifikasi 10 gen tambahan
yang terlibat dalam respons toleransi beku. Jenis stres tanaman lainnya adalah kurangnya
cahaya yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Alameldin dkk. ( 2020 ) meneliti gen
yang terlibat dalam blok respons penghijauan (BOG), yaitu tidak adanya penghijauan
pada bibit yang pertama kali terkena cahaya merah jauh dan kemudian tidak diberi
sukrosa. Respons ini memungkinkan dilakukannya penyelidikan terhadap peran fitokrom
dan gen pengatur lainnya yang terlibat dalam persepsi cahaya. Para penulis memperluas
penelitian sebelumnya yang mengidentifikasi peran phyA mutan dalam respons BOG
dengan mengidentifikasi mutan baru, sig6, yang seperti phyA, memungkinkan
penghijauan setelah pengobatan yang seharusnya menginduksi BOG. Akhirnya, Wei dkk.
( 2020 ) meneliti jenis dan pola perubahan sifat yang mungkin terjadi ketika genom
berlipat ganda, yang memungkinkan terjadinya adaptasi evolusioner yang cepat terhadap
lingkungan baru dan penuh tekanan. Dengan menggunakan poliploid Fragaria sintetis ,
mereka menunjukkan bahwa penggandaan genom mengubah sifat-sifat seperti panjang
dan kepadatan stomata, serta luas daun tertentu dan kepadatan vena. Yang mengejutkan,
perubahan ini mirip dengan Fragaria poliploid alami , menunjukkan bahwa penggandaan
genom mungkin memainkan peran penting dalam adaptasi pada genus ini.
Interaksi antara mutualis dan tuan rumahnya bersifat kompleks, dua arah, dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kontribusi dalam bagian ini mempertimbangkan
gagasan bahwa mutualis dapat mengubah sifat-sifat tuan rumah, dan juga, bahwa sifat-
sifat tuan rumah dan lingkungan tuan rumah dapat memberikan umpan balik untuk
mempengaruhi kualitas mutualisme. Misalnya, Christian dkk. ( 2020 ) meneliti peran
kimia sekunder dalam memediasi afinitas inang jamur endofit daun pada inang Psikotria
dan Theobroma (kakao). Mereka menunjukkan bahwa inokulasi dengan jamur endofit
mengubah profil kimia sekunder tanaman inang, yang menunjukkan bahwa kimia
sekunder tanaman mempengaruhi komposisi endofit atau bahwa kolonisasi oleh endofit
itu sendiri dapat mempengaruhi perubahan lanskap kimia inang. Meskipun organisme
endofit dapat mengubah inangnya, genom inang dapat mengubah jenis dan kualitas
mutualisme yang terbentuk.
Jika dua atau lebih tumbuhan menghuni suatu tempat tertentu, maka ada berbagai
kemungkinan interaksi yang muncul, baik yang bersifat positif maupun negatif. Interaksi
yang bersifat positif, misalnya simbiosis mutualisme, dan simbiosis komensalisme;
sedangkan interaksi yang bersifat negatif adalah kompetisi dan parasitisme.
2. Kompetisi Tanaman
Batasan kompetisi merupakan sesuatu yang masih terus didiskusikan oleh para ahli.
Jelasnya, tidak ada dua atau lebih spesies tumbuhan mempunyai kebutuhan unsur hara
yang sama tepat. Hal ini akan berarti adanya kompetisi antara satu spesies tanaman
dengan spesies tanaman lain.
Kompetisi diartikan sebagai kecenderungan tanaman tetangga (tanaman yang
berdampingan) untuk menggunakan quantum cahaya, ion hara, molekul air, dan volume
ruang yang sama atau penggunaan bersama sumber-sumber yang tersedia dalam jumlah
terbatas oleh dua atau lebih spesies tanaman. Kemampuan berkompetisi merupakan
kemampuan tumbuhan dalam merebut dan memanfaatkan sumber faktor tumbuh yang
berupa cahaya, unsur hara, air dan ruang secara cepat dan merupakan batas minimum
keperluan tanaman terhadap sumber-sumber tersebut. Jika habitat dalam kondisi subur,
maka kemampuan berkompetisi suatu tanaman ditentukan oleh kemampuannya dalam
merebut air, cahaya matahari, unsur hara dan CO2. Sedangkan Jika habitat dalam kondisi
miskin unsur hara, maka kemampuan berkompetisi sutau tanaman ditentukan oleh
toleransinya terhadap sumber-sumber faktor tumbuh yang terbatas tersebut (Grace, 1990 ;
Tilman, 1990).
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan
yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan
waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah
satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya,
CO2, dan ruang tumbuh (Kastono,2005).
Beberapa factor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan
interspesifik pada tumbuhan, yaitu (Indriyanto,2006):
a. Jenis tanaman
Factor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, system perakaran, bentuk pertumbuhan secara
fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang memiliki system perakaran yang
menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara.
Bentuk daun yang lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi
sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
b. Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat menyebabkan persaingan
terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi
pertumbuhan tanaman.
c. Penyebaran tanaman
Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau melalui
rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan
bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun
persaingan yang terjadi karena factor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-
faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan air.
d. Waktu
Dalam hal ini waktu adalah lamanya tanaman sejenis hidup bersama. Periode 25-30%
pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang
disebabkan oleh persaingan. Dalam artian yang luas persaingan ditunjukan pada interaksi
antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat
terjadi antara indifidu yang sejenis ataupun antara indifidu yang berbeda jenis. Persaingan
yang terjadi antara individu yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik
sedangkan persaingan yang terjadi antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai
persaingan interspesifik. Persaingan yang terjadi antara organisme-organisme tersebut
mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini bersifat merugikan (Odum,
1971).
Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respons
tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan tanaman.
Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat bahwa tumbuhan
saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula biasanya vegetasi yang tumbuh
disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau tertentu. Karena hanya tumbuhan yang
sesuai dan cocok saja yang dapat hidup berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat
menolak terhadap tumbuhan yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia
yang dapat bersifat bagi jenis tertentu. Sifat tersebut dinamakan allelopati (Irwan,2007).
3. Allelopathy
Istilah alelopati (alelopathy) pertama kali dikemukakan oleh Hans Molisch tahun
1937. Alelopati berasal dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Bahan kimia
yang dikeluarkan oleh tanaman yang dapat mengganggu tanaman lain disebut alelopat.
Alelopat ialah salah satu alternatif untuk pengendalian gulma, karena dapat dimanfaatkan
sebagai bioherbisida (Junaedi et al., 2006).
Tanaman sering melepaskan metabolit yang mungkin menguntungkan atau
merugikan pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya, fenomena ini disebut alelopati.
Senyawa alelopat merupakan senyawa dari golongan fenolik, terpenoida dan alkaloida
yang dapat mengahalau serangga atau menghambat pertumbuhan dari tumbuhan-
tumbuhan yang bersaing (Moenandir, 2010). Senyawa tersebut dapat dilepaskan dari
tanaman ke lingkungan dengan cara empat proses ekologi, yaitu melalui penguapan,
senyawa alelopat dapat dilepaskan melalui penguapan dan dapat dierap oleh tumbuhan di
sekitarnya dalam bentuk uap, embun.
Selanjutnya melalui pencucian, alelopat dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan
yang berada di atas permukaan tanah mengandung alelopat oleh air hujan. Kemudian
melalui dekomposisi residu tanaman di tanah, setelah tumbuhan atau bagian-bagian
organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat.
Sel-sel pada bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan
dengan mudah senyawa kimia yang ada di dalamnya dilepaskan.
Proses lainnya yaitu melalui eksudasi akar, terdapat senyawa kimia yang dapat
dilepaskan oleh akar tumbuhan melalui perantara tanah sehingga dapat diserap oleh
tanaman lain yang ada di sekitarnya, senyawa tersebut yaitu asam benzoat, sinamat dan
fenolat. Warnell (2002) mendefinisikan alelopati sebagai suatu kandungan bahan kimia
yang bersifat aktif maupun pasif yang dibebaskan ke lingkungannya sehingga
mempengaruhi organisme lainnya. Hasil penelitian lainnya telah dilaporkan bahwa
senyawa alelopati juga dapat merusak dan menghambat pertumbuhan tanaman penghasil
senyawa alelopati itu sendiri yang disebut dengan autotoksik (Hasanuzzaman, 1995).
Senyawa alelopati kebanyakan dikandung pada jaringan tanaman, seperti akar, ubi,
rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang dikeluarkan tanaman melalui cara
penguapan, eksudasi akar dan pelapukan sisa-sisa tanaman (Moenandir, 1988) yang
mampu mengganggu pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya. Beberapa senyawa yang
diidentifikasi sebagai alelopati adalah flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat,
kumarin, terpenoid, stereoid, sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya
(Fatmawati, 2012). Penyusun senyawa alelopati terdiri atas senyawa terpenoid yang
terbagi dalam beberapa kelompok seperti 1,8-cineole, camphor, α-pinen, β-pinen,
champene dan tujon. Selain itu terdapat juga senyawa alelopati yang larut dalam air
seperti o-asam koumarik, p-OH asam benzoad yang terdiri atas asam vanilik dan asam
ferulik (Djazuli, 2011). Bentuk aksi senyawa alelopati sangat bervariasi dan besarnya
belum semuanya diketahui.
Proses terjadinya alelopati kurang lebih ada 4. Yaitu :
a. Penguapan
Pelepasan alelopati melalui penguapan. Senyawa alelopati diserap oleh
tumbuhan sekitar dengan bentuk embun, uap serta dapat masuk ke dalam tanah
yang diserap oleh akar
b. Eksudat Akar
Pelepasan dengan eksudat akar dengan melepaskan kimia yang umumnya dari
asam-asam sinamat, benzoat dan fenolat
c. Pencucian
Pelepasan dengan pencucian, yaitu senyawa kimia tercuci oleh air (hujan/
embun). Hasil cucian ini ada yang beracunbagi tanaman sekitar.
d. Pembusukan Organ Tumbuhan
Pelepasan alelopati saat bagian organ tumbuhan mati dan senyawa kimia larut
dengan cepat. Sel dari organ tanaman mati akan kehilangan permeabilitas
membranya. Hasilnya senyawa kimia (alelopati) mudah untuk terlepas.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di dalam
suatu komunitas, dan kejadian tersebut mudah dipelajari (Irwan,1992). Interaksi yang
terjadi antarspesies anggota populasi akan memengaruhi terhadap kondisi populasi
karena tindakan individu dapat memengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan
populasi. Menurut Odum (1971), setiap anggota populasi dapat memakan anggota-
anggota populasi lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang
merugikan lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun
dua arah atau timbal balik.
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan
akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan
(survival), pertumbuhan dan reproduksi individu kompettisi didefinisikan sebagai
interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka.
Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies
yang sama atau interspesifik. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk
interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia
terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut,
contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh.
alelopati (alelopathy) pertama kali dikemukakan oleh Hans Molisch tahun 1937.
Alelopati berasal dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Bahan kimia yang
dikeluarkan oleh tanaman yang dapat mengganggu tanaman lain disebut alelopat.
Alelopat ialah salah satu alternatif untuk pengendalian gulma, karena dapat dimanfaatkan
sebagai bioherbisida.

DAFTAR PUSTAKA
Alameldin, HL, Oh S., Hernandez AP, dan Montgomery BL. 2020. Faktor sigma berkode nuklir 6
(SIG6) terlibat dalam blok respons penghijauan di Arabidopsis thaliana . Jurnal Botani
Amerika 10.1002/ajb2.1423. [ PubMed ] [ CrossRef ] [ Google Cendekia ]

Christian, N. , Sedio BE, Florez-Buitrago X., Ramírez-Camejo LA, Rojas EI, Mejía LC,
Palmedo S., dkk. 2020. Afinitas inang pada jamur endofit dan potensi interaksi timbal
balik yang melibatkan kimia sekunder inang . Jurnal Botani Amerika 10.1002/ajb2.1436.
[ PubMed ] [ CrossRef ] [ Google Cendekia ]

Diana, E., Zulkifli., T. T. Handayani., dan M. L. Lande. 2019. Efek Alelopati Ekstrak Daun
Babandotan (Ageratum conyzoides L.) Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan
Kecambah Padi Gogo Varietas Inpago 8. Tadris Biologi. 1(10). 11-19.

Firmansyah, P., dan Amanda. 2017. Pengantar Perlindungan Tanaman. Makassar : CV. Inti
Mediatama.

Mawal, S. and S. Patil. 2018. Assessment of Allelopathic Potential. Of Lantana Species on Some
Selected Agricultural Crops. Botany Studies. 4(1). 15-20.

Anda mungkin juga menyukai