Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Dasar Dasar Ekologi

INTERAKSI KOMPETISI DAN BIOMASSA

NAMA : EVI TAMALA


NIM : G011171045
KELAS : EKOLOGI D
KELOMPOK : D1
ASISTEN : 1. ALFRIDA RINI
2. ROSMA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisme hidup di dalam suatu ekosistem yang didalamnya saling
berinteraksi antar satu spesies dengan spesies lain. Interaksi tersebut dapat berupa
interaksi positif yang saling menguntungkan dapat juga interaksi negatif seperti
kompetisi. Kompetisi tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak
antar tumbuhan, di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara
tumbuhan yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal
sangat jarang di temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini
mempengaruhi pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan.
Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam
yang nantinya akan berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan zat hara, air,
dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik , hasil tanaman
akan ikut terpengaruh. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu
kompetisi, baik inter maupun intraspesies. Penelitian tentang jarak tanam
menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman
tersebut dan secara nyata akan berpengaruh terhadap jumlah cabang, luas
permukaan daun dan pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu kiranya dilakukan praktikum tentang
interaksi kompetisi dan biomassa untuk mengetahui jarak tanaman ideal untuk
pertumbuhan tanaman, serta kompetisi yang terjadi pada tanaman yang sejenis
maupun berbeda spesies.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terjadinya kompetisi
secara interspesifik dan intraspesifik terhadap pertumbuhan tanaman, dan untuk
menghitung besarnya biomassa yang dihasilkan oleh tanaman pada luasan tertentu
dari jenis tanaman tertentu.
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah untuk memberikan pengertian
tentang interaksi tanaman pada tahap kompetisi, serta memberikan pemahaman
tentang konsep produktivitas (biomassa) tanaman yang dihasilkan dalam suatu
periode tumbuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompetisi Interspesifik dan Intraspesifik


Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar
tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas
pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam
tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono,2005).
Menurut Elfidasari (2007), kompetisi (persaingan) dibedakan menjadi 2 (dua)
sebagai berikut:
1. Kompetisi intraspesifik, yaitu persaingan yang terjadi antara organisme atau
individu yang memiliki spesies sama. Contohnya sesama kambing jantan
berkelahi untuk memperebutkan pasangan kawinnya.
2. Kompetisi interspesifik, yaitu persaingan yang terjadi antara organisme atau
individu yang berbeda spesies. Contohnya tanaman jagung dan rumput yang
sama-sama tumbuh di ladang.
2.2 Keuntungan dan Kerugian Kompetisi Interspesifik
Kompetisi Interspesifik mempunyai beberapa kuntungan dalam ekosistem
yaitu: Kompetisi intraspesifik dapat menyebabkan spesialisasi yang lebih besar.
Spesialisasi terjadi ketika spesies yang berkompetisi berevolusi adaptasi yang
berbeda. Kompetisi membentuk interaksi antar organisme yang menyebabkan
tidak adanya komponen dalam suatu ekosistem yang mandiri memenuhi
kebutuhan hidupnya melainkan dengan cara berkelompok baik antara komponen
biotik dengan sesamanya maupun antara komponen biotik dengan komponen
abiotik. Kompetisi interspesifik menyebabkan Interaksi antara komponen biotik
dengan abiotik membentuk ekosistem. Selain itu di dalam ekosistem terdapat juga
struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi. Apabila
keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika
perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru (Trianto, 2015).
Kerugian yang dapat berdampak pada individu akibat kompetisi interspesifik
yaitu sebagai berikut: Kompetisi interspesifik antar kedua spesies dapat
mengakibatkan kepunahan salah satu atau kedua kompetitor di habitat mereka,
atau keduanya saling berkoeksistensi di habitatnya. Bila spesies yang lemah tidak
mengubah nichenya sehingga tingkat keberimpitan nichenya berkurang maka
akan terjadilah kepunahan populasi di habitat tersebut. Seandainya spesies yang
lemah dapat menyesuaikan diri dengan spesies unggul maka keduanya dapat
berkoeksistensi di habitat tersebut atau mencapai keseimbangan. Membatasi
kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing.
Kompetisi cenderung menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi. Terjadinya
pengurangan kepadatan dalam suatu populasi (Trianto, 2015).
2.3 Keuntungan Dan Kerugian Kompetisi Intraspesifik
Kompetisi intraspesifik terjadi ketika individu dari spesies yang berbeda
berusaha untuk sumber daya yang terbatas di wilayah yang sama. Ketika dua
spesies memiliki ciri yang berbeda, suatu spesies akan mampu bersaing di luar
yang lain. Suatu spesies lebih baik beradaptasi dengan lingkungannya, dan pada
dasarnya “ memenangkan” kompetisi. Spesies lain memiliki tingkat keberhasilan
reproduksi yang lebih rendah dan pertumbuhan penduduk yang lebih rendah,
sehingga tingkat kelangsungan hidup lebih rendah. Misalnya, harimau dan singa
memakan mangsa yang sama. Jika mangsa terbatas, maka singa dapat menangkap
mangsa lebih banyak dari harimau. Hal ini akan memaksa harimau lebih baik
meninggalkan daerah atau mengalami penurunan populasi. (Nugrahaning, 2003).
2.4 Bahan Organik (Biomassa) Interaksi Kompetisi
Biomassa merupakan istilah untuk bobot hidup, biasanya dinyatakan sebagai
bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau
komunitas. Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua
bagian tumbuhan hidup. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan
menyerap karbon dioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan
organik melalui proses fotosintesis. Hijuan melalui mekanisme fotosintesis yang
mengubah CO₂ menjadi karbon organik dan menyimpannya dalam biomassa
tubuhnya seperti batang, daun, akar, umbi, buah dan lain-lain (Siregar, 2013).
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut, terdapat interaksi yang erat
baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun organisme
lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh secara dinamis,
dimana faktor-faktor seperti vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada
tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Biomassa hijauan dapat
dibagi menjadi empat jenis yaitu : Biomassa atas permukaan, Biomassa bawah
permukaan, Bahan organik mati, Karbon organik tanah. (Sutaryo, 2006).
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Biomassa
Menurut Hardjana (2010), adapun beberapa faktor tersebut yang dapat
mempengaruhi besar kecilnya biomassa yaitu:
1. Kerapatan tajuk dan persaingan dalam mendapatkan cahaya
2. Peningkatan suhu tanah, dapat merangsang kegiatan metabolisme dekomposer
untuk mempercepat laju proses mineralisasi (perombakan bahan organik
menjadi CO.
3. Kerapatan tajuk, lahan Padang Rumput lebih rendah dibandingkan dengan
hutan alami, sehingga cahaya matahari yang masuk ke lantai lahan Padang
Rumput lebih besar disbanding hutan alami. Kondisi tersebut mengakibatkan
suhu tanah lantai meningkat, sehingga hal ini mempercepat aktivitas
dekomposer di dalam proses perombakan serasah tersebut
4. Jumlah organisme atau vegetasi, jumlah organisme atau vegetasi yang berada
di dalam suatu populasi atau daerah.
5. Pengkonversian lahan, merupakan perubahan bentuk lahan atau tempat tinggal
organisme-organisme yang hidup didalamnya.
6. Pencemaran kimia dan organik, merupakan pembungan bahan-bahan kimia di
dalam suatu populasi yang menyebabkan populasi menjadi rusak atau tercemar
7. Perubahan iklim, merupakan perubahan cuaca, perubahan kecepatan angin, dan
perubahan sumberdaya yang ada akan berpengaruh didalam suatu populasi.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum faktor pembatas dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Oktober 2017
pukul 16.00-18.00 WITA bertempat dilahan percobaan Exfarm, Fakultas
Petanian, Universitas Hasanuddin. Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah meteran, cangkul, sekop, ember, parang, oven,
timbangan dan alat tulis menulis. Adapun bahan yang digunakan adalah pupuk
kandang, benih bayam, benih kangkung, label, polybag (40x60) cm 12 lembar dan
tanah.
3.3 Prosedur kerja
3.3.1 Persiapan Praktikum
Adapun persiapan yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan
praktikum yaitu, antara lain:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Menentukan tempat dan lokasi praktikum
3. Memahami perlakuan yang dicobakan yaitu :
a. Kompotesi Intraspesifik
A1 = 3 Tanaman/polybag
A2 = 5 Tanaman/polybag
A3 = 7 Tanaman/polybag
b. Kompotesi Interspesifik (Sesuai Petunjuk Asisten)
B1 = 2 tanaman pokok + 2 tanaman lain
B2 = 2 tanaman pokok + 2 tanaman lain
B3 = 2 tanaman pokok + 2 tanaman lain
4. Merendam benih yang akan digunakan,
5. Memahami komponen yang diamati yaitu :
a. Tinggi tanaman (cm)
b. Jumlah daun (helai)
c. Berat kering (g)
d. Biomassa (g/m²)
3.3.2 Teknik Pelaksanaan
1. Mengisi polybag dengan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang
(perbandingan 2:1) kemudian jenuhkan
2. Melakukan penanaman sesuai perlakuan dan menempatkan secara acak pada
polybag yang telah disediakan, perlakuan kemudia diberi tanda di masing-
masing plot
3. Melakukan perlakuan yang terdiri atas 2 jenis tanaman, setiap perlakuan
berjumlah 6 polybag sehingga terdapat 12 polybag
4. Melakukan penyiraman setiap pagi dan sore hari
5. Melakukan pengamatan saat tanaman berumur 7 HST hingga akhir
percobaan.
6. Mengamati tanaman dan jumlah helai daun telah dilakukan, langkah
selanjutnya mencabut tanaman dalam keadaan utuh dan memasukkan
masing-masing tanaman dari setiap plot ke dalam kantong plastik gula
kemudian diberi label sebagai penanda.
7. Menimbang berat basah (berat awal) masing-masing perlakuan
8. Memasukkan tanaman yang telah ditimbang ke dalam amplop lalu
direkatkan sisinya agar tidak ada udara yang masuk maupun keluar. Pada
perlakuan kompetisi interspesifik tanaman dipisahkan dan ditimbang
masing-masing pada setiap plotnya agar dapat diketahui perbandingannya
9. Mengoven sampel tanaman pada suhu 104oC dan dilakukan selama 24 jam
10. Mengambil sampel tanaman yang telah dioven 24 jam kemudian, lalu
menimbang berat kering (berat akhir) sampel tanaman
11. Memasukkan data ke dalam tabel
12. Menghitung biomassa tanaman menggunakan rumus:

Biomassa =
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengamatan Minggu Pertama
Tabel 1 Pengamatan Kompetisi Intraspesifik
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (Helai)
A1 10 6
4,3 3
A2 9,2 4
12,8 5
A3 4,5 3
Total 40,8 21
Sumber : data primer setelah diolah, 2017

Tabel 2 Pengamatan Kompotesi Interspesifik


Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (Helai)

Kangkung Bayam Kangkung Bayam

B1 11,6 2,2 5 2
11,2 - 5 -
B2 8,7 - 5 -
B3 - 3 - 3
- 4 - 3
Total 31,5 9,2 15 8
Sumber : data primer setelah diolah, 2017
4.1.2 Pengamatan Kedua
Tabel 1 Pengamatan Kompotesi Intraspesifik
Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Berat Kering Biomassa
(cm) (Helai) (g) (g/m²)
A1 17 9 1.3 0,103
14,5 7

A2 16,3 8 2,0 0,159


13 7
A3 10 6 0,2 0,015
Total 70,8 cm 37 helai 3,5 gram 0,277 (g/m²)
Sumber : data primer setelah diolah, 2017

Tabel 2 Pengamatan Kompotisi Interspesifik


Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Berat Kering Biomassa
(cm) (helai) (g) (g/m²)
B1:
Kangkung 17 8 1.0 g 0,079
9 5
Bayam - - -
B2:
Kangkung - - - -
Bayam - - - -
B3:
Kangkung 14 7
Bayam 7 6 0,9 g 0,071
5,5 5
Total
Kangkung 30 20 1,9 g 0,150
Bayam 12,5 11
Sumber : data primer setelah diolah, 2017
4.2 Pembahasan
Dalam percobaan kompetisi interspesifik dan intraspesifik yang telah
dilakuakan diperoleh hasil pada kompetisi interspesifik yaitu tanaman kangkung
darat sebagai sampel, pada perlakuan A1 memiliki biomassa 0,103 dan pada A2
memiliki biomassa 0,159 serta pada A3 memiliki biomassa 0,015 sehingga
diperoleh berat biomassa yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena dua individu
atau lebih yang sejenis dalam memperebutkan sumber makanan dan ruang,
adapun pada tanaman yang saling memperebutkan nutrisi dan air di dalam tanah
yang sangat esensial bagi tumbuh kembangnya. Hal ini didukung oleh pendapat
Prihandono, (2009) yang menyatakan bahwa interaksi yang mempengaruhi
biomassa yang berdasarkan jenis organisme salah satunya yaitu interaksi
intraspesifik. Interaksi intraspesifik adalah hubungan yang terjadi antara
organisme yang adalah berasal dari satu spesies.
Untuk pengamatan kompetisi interspesifik dimana tanaman kangkung darat
sebagai tanaman pokok dan bayam sebagai tanaman tambahan. Diperoleh hasil
yaitu pada B1 kangkung dan bayam memiliki biomassa 0,079. Pada B3 kangkung
dan bayam memiliki biomassa 0,071. Pada B2 tidak ada tanaman yang tumbuh
baik kangkung maupun bayam. Adanya perbedaan biomassa ini dikarenakan
masing-masing kebutuhan akan hara pada kangkung dan tanaman berbeda,
sehingga biomassanya juga bervariasi. perbedaan berat biomassa dikarenakan
kebutuhan akan nutrisi dari tanah berbeda, baik pada tanaman kangkung dan
bayam. Ini mengindikasikan adanaya perubahan laju perkembangan dan
pertumbuhan tanaman. Hal ini didukung oleh Trianto (2015) yang menyatakan
bahwa adanya perbedaan spesies menyebabkan jumlah kebutuhan akan nutrisi
berbeda, sehingga biomassa atau laju penyimpanan karbonmya berbeda pula.
Adanya perbedaan biomassa menandakan bahwa jumlah individu sejenis
yang bersaing berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya tanaman tersebut.
Dimana tanaman dengan jumlah pesaing yang sedikit, maka kecukupan nutrisinya
dapat dipenuhi dengan maksimal. Berbeda dengan jumlah individu yang banyak
menyebabkan adanya kompetisi untuk menyerap hara dan air dari tanah, sehingga
nutrisi menjadi terbatas dan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
melambat. Hal ini didukung oleh Prihandono (2013) yang menyatakan bahwa
masing-masing organisme mempunyai laju penyimpanan karbon yang
berpengaruh terhadap biomassanya. Dimana hijauan yang memiliki laju
penyimpanan karbon pastinya dalam hal nutrisi tercukupi, sedangkan organisme
yang lambat akan memiliki biomassa yang lebih kecil daripada yang cepat dalam
menkonversi energi cahaya menjadi karbon.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
interaksi ini dapat antara organisme dari spesies yang sama (intraspesifik)
Kompetisi intraspesifik terjadi ketika anggota dari spesies yang sama bersaing
untuk sumber daya yang sama. Sedangkan kompetisi interspesifik adalah
persaingan yang terjadi antara individu dari jenis yang berbeda. Biomassa
merupakan istilah untuk bobot hidup, biasanya dinyatakan sebagai bobot kering,
untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau komunitas. Biomassa
tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup.
5.2 Saran
Pada saat praktikum hendaknya praktikan lebih aktif dan lebih teliti dalam
pengambilan data serta mendengarkan arahan dari asisten agar tidak terjadi
kesalahn pada saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Elfidasari, Dewi. 2007. Jenis Interaksi Intraspesifik dan Interspesifik pada Tiga
Jenis Kuntul saat Mencari Makan di Sekitar Cagar Alam Pulau Dua
Serang, Propinsi Banten. Jakarta: Jurnal Biodiversitas Vol VIII.
Hardjana, Asef. 2010. Potensi Biomassa dan Karbon Pada Hutan Tanaman
Acacia mangium Di HTI PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur.
Samarinda: Jurnal Kehutanan Vol I
Prihandono, Bayu. 2013. Analisis Dinamika Model Kompetisi Dua Populasi Yang
Hidup Bersama Di Titik Kesetimbangan Tidak Terdefinisi. Jakarta: Jurnal
Ilmiah Vol II
Siregar, Daniel. 2013. Pengaruh Varietas dan Bahan Organik yang Berbeda
Terhadap Bobot 1000 Butir dan Biomassa Padi Sawah IP 400 Pada Musim
Tanam I. Medan: Jurnal Agroteknologi Vol I
Trianto, Agus. 2015. Studi Kompetisi Turf Algae dan Karang Genus Acropora Di
Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.
Semarang: Jurnal Kelautan Vol V
LAMPIRAN
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai