Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata'ala, berkat izin


dan karunia-Nyalah sehingga kami memiliki kesempatan menyelesaikkan
makalah EKOLOGI LANJUT tentang Suksesi sesuai dengan waktu yang telah
diberikan meski banyak kekurangannya. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Ekologi Lanjut.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak hal-hal
yang perlu disempurnakan dan diperbaiki, oleh karenanya kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini, agar
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Malang, 05 November 2017

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep suksesi
2.2. Prose suksesi
2.3. Faktor-faktor penyebab suksesi
2.4. Tipe suksesi
2.5. Pendekatan dalam kajian suksesi
2.6. Konsep klimax
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan................................................................................................14
3.2. Saran..14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seperti yang telah dipelajari materi sebelumnya tentang sub topik ekosistem (bagian
topik ekologi) yang merupakan hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik
saling berkesinambungan untuk membentuk suatu sistem yang seimbang. Pada ekologi
memiliki hirarki/tingkatan komponen yang terdiri atas individu, populasi, komunitas,
ekosistem, biosfer dan bioma. Ekosistem di alam ini memiliki pola penyesuaian untuk
mempertahankan stabilitasnya yaitu dengan mengalami suatu perubahan.
Pada prinsipnya semua bentuk ekosistem akan mengalami perubahan bentuk baik
struktur maupun fungsinya dalam perjalanan waktu. Beberapa perubahan mungkin hanya
merupakan fluktuasi lokal yang kecil sifatnya,sehingga tidak memberikan arti yang
penting.Perubahan lainnya mungkin sangat besar/kuat sehingga mempengaruhi sistem secara
keseluruhan.
Kajian perubahan ekosistem dan stabilitasnya memerlukan perhatian yang tidak
sederhana, ini meliputi aspek-aspek yang sangat luas seperti siklus materi/nutrisi,
produktivitas, konsep energi, kaitannya dengan masalah pertanian juga dengan masalah
konservasi. Perubahan ekosistem ini pada dasarnya dapat disebabkan oleh berbagai penyebab
utama seperti akibat perubahan iklim, pengaruh dari faktor luar dan karakteristika dalam
sistem sendiri (Syafei, 1990).
Selain itu perubahan ekosistem juga berdampak pada perubahan lingkungan hidup dan
masalah konservasi lingkungan hidup.Untuk itu perlu di kaji mengenai pengetahuan akan
konsep dasar suksesi, kajiaan pendekatan tentang suksesi, permasalahan dan contoh-contoh
suksesi, dan cara penanggulangan dan aplikasi solusi dari masalah- masalah suksesi
tersebut.Hal ini bertujuan agar insan biologi dapat menerapkan sedikit pengetahuannya akan
suksesi untuk mengurangi dampak negatif akibat suksesi yang telah terjadi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaiamana konsep suksesi?
2. Bagaiamana Prose suksesi?
3. Bagaiamana Faktor-faktor penyebab suksesi?
4. Bagaiamana Tipe suksesi?
5. Bagaiamana Pendekatan dalam kajian suksesi?
3
6. Bagaiamana Konsep klimax?
1.3 TUJUAN
Dari perumusan masalah di atas dapat dirumuskan tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaiamana konsep suksesi
2. Untuk mengetahui bagaiamana prose suksesi
3. Untuk mengetahui bagaiamana faktor-faktor penyebab suksesi
4. Untuk mengetahui bagaiamana tipe suksesi
5. Untuk mengetahui bagaiamana pendekatan dalam kajian suksesi
6. Untuk mengetahui bagaiamana konsep klimax

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP SUKSESI

Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi
pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang
berbeda dengan komunitas semula (Syafei, 1990). Spurr (1964) menyatakan bahwa suksesi
merupakan proses yang terjadi secara terus menerus yang ditandai oleh banyaknya perubahan
dalam vegetasi, tanah, dan iklim makro. Perubahan ini terjadi bersama-sama dan komponen
yang satu dengan yang lain akan saling berhubungan. Pendapat lain disampaikan oleh
Kartawinata, Ressodarmo, dan Soegiarto (1992), bahwa suksesi merupakan suatu proses
perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju satu arah secara teratur.

Suksesi merupakan proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke


satu arah secara teratur yang terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem
yang disebut klimaks. Apabila suatu komunitas telah mencapai klimaks, maka berarti tercapai
homeostatis (Campbell, 2004). Selama suksesi berlangsung hingga tercapai keseimbangan
dinamis dengan lingkungannya, terjadi pergantian-pergantian komunitas tumbuhan hingga
terbentuk komunitas yang disebut klimaks. Pada komunitas yang stabil tersebut pun masih
memungkinkan terjadi perubahan-perubahan,misalnya karena pohon-pohon yang tua dan
mati, maka timbullah anakan pohon (Soerianegara dan Indrawan, 1982).

B. PROSES SUKSESI

Menurut Whitaker (1975), selama proses suksesi berlangsung terjadi beberapa macam
perubahan, yaitu:
1. Adanya perkembangan sifat tanah, misalnya pertambahan kandungan bahan organik
sejalan dengan perkembangan komunitas yang semakin kompleks dengan komposisi
spesies tumbuhan yang lebih beraneka ragam dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
2. Adanya peningkatan jumlah spesies organisme dalam proses suksesi komunitas.
3. Adanya pergantian iklim yang sesuai dengan spesies yang hidup didaerah tertentu.
4. Adanya perkembangan komunitas menjadi lebih kompleks dan membentuk komunitas
akhir yang disebut klimaks.

5
Karakteristik suksesi menurut Odum (1971) antara lain:
a. Suksesi merupakan suatu proses dari perkembangan komunitas yang meliputi
perubahan di dalam struktur jenis dan metabolisme komunitas yang searah dengan
waktu.
b. Suksesi merupakan proses induksi komunitas dan organisme yang meneruskan
perubahan lingkungan fisik. Perubahan dalam lingkungan fisik menentukan pola dan
dasar dari suksesi dalam habitat.
c. Suksesi berperan penting untuk pembentukan stabilitas komunitas dengan biomassa
maksimum, keanekaragaman jenis dan penggunaan semua kemungkinan tempat
hidup.
Clemets (1916 dalam Gopal dan Bhardwaj, 1979) telah mengemukakan sebab dan
proses yang terlibat dalam suksesi antara lain nudasi, invasi, kompetisi dan reaksi, serta
stabilitas dan klimaks. Masing-masing proses diuraikan satu persatu sebagai berikut.
1. Nudasi
Suksesi dimulai dengan terjadinya gangguan terhadap komunitas tumbuhan seperti
daerah gundul. Pada prinsipnya, semua aktifitas baik yang dilakukan oleh manusia maupun
yang terjadi secara alam dapat mengakibatkan timbulnya daerah gundul, daerah terbuka atau
tidak bervegetasi. Proses pembentukan atau terjadinya daerah gundul atau daerah terbuka,
baik disebabkan oleh aktifitas manusia maupun oleh aktifitas manusia maupun oleh aktifitas
alam disebut nudasi.

2. Invasi
Invasi adalah datangnya bakal kehidupan berbagai spesies organisme dari suatu
daerah ke daerah yang baru dan menetap didaerah baru. Bakal kehidupan yang dimaksudkan
di atas dapat berupa buah, biji, spora, telur, larva, dan lain sebagainya. Dalam hal ini,
tumbuhan pada umumnya merupakan organisme pioner (invaders) yang pertama kali ada
pada beberapa daerah, sedangkan hewan mencakup herbivora, karnivora, maupun parasit
hidupnya bergantung kepada tumbuhan yang berfungsi sebagai sumber makanan maupun
sebagai habitat hewan tersebut.
Invasi akan sempurna apabila telah melalui tiga tahap sebagai berikut :
a. Migrasi. Biji-bijian, buah-buahan, spora, atau bakal kehidupan yang lainnya dapat
dipindah kesuatu daerah baru drngan perantaraan angin, air, dan hewan. Proses tempat
bakal kehidupan berpindah dan meninggalkan induknya menuju kesuatu daerah baru
dan menetap didalamnya dikenal sebagai migrasi.
6
b. Penyesuaian. Penyesuaian merupakan proses tempat bakal kehidupan berusaha membuat
daerah yang baru ditempati sebagai rumahnya. Contoh tahap penyesuaian pada
tetumbuhan antara lain kemampuan biji untuk berkecambah, kemampuan semai untuk
tumbuh menjadi besar, dan kemampuan tumbuhan untuk berproduksi. Jika suatu bakal
kehidupan gagal berkecambah, tidak mampu tumbuh, bahkan gagal dalam berproduksi,
maka secara sederhana datangnya bakal kehidupan dalam daerah baru itu tidak
merupakan invasi yang sempurna.
c. Agregasi. Agregasi merupakan penggabungan dari setiap bakal kehidupan atau
organisme yang datang ke daerah baru. Adanya agregasi menyebabkan beberapa
organisme bergabung dalam populasi yang besar pada suatu daerah tertentu. Jadi
keberhasilan invasi bergantung kepada kemampuan suatu organisme untuk
bereprooduksi dikondisi lingkungan yang baru, kemudian setiap organisme yang sejenis
akan bergabung membentuk populasi yang masing-masing populasi tersebut berupaya
untuk menjadi satu kesatuan dalam suatu komunitas dan ekosistem.

3. Kompetisi dan reaksi


Individu suatu spesies organisme cenderung meningkat jumlahnya karena proses
pertumbuhan dan perkembangbiakan. Mereka semua akan bergabung dalam satu wilayah
sebagai habitat, sehingga antar organisme dalam satu wilayah tersebut akan mengalami
peristiwa-peristiwa alamiah, misalnya persaingan, pemangsaan, parasitisme, komensalisme,
amensalisme, dan simbiose diantara mereka. Persaingan akan terus terjadi dalam spesies-
spesies lainnya yang datang kedalam daerah tersebut, demikian juga peristiwa lainnya seperti
pemangsaan, parasitisme, dan lain-lain akan terus terjadi. Dengan demikian, setiap organisme
yang hidup dan tumbuh diwilayah suksesi akan selalu berusaha menyesuaikan diri dan
memodifikasi lingkungan daerah tersebut agar mereka dapat bertahan hidup. Penyesuaian diri
dan upaya organisme memodifikasi lingkungan merupakan salah satu hal penting dalam
proses suksesi. Modifikasi lingkungan oleh organisme berjalan sedemikian rupa sehingga
lingkungan tersebut menjadi sangat cocok dengannya, dan sebaliknya lingkungan akan
menjadi semakin kurang baik bagi spesies organisme lain yang akan hadir berikutnya.
Jika ternyata lingkungan membuat lebih baik bagi banyak speies lain yang baru
masuk kedalam wilayah tersebut, maka spesies-spesies itu akan bersaing dengan spesies
penghuni sebelumnya.setalah keseimbangan baru pada komunitas tercapai, spesies organisme
yang ada paling awal menjadi sub dominan atau bahkan menjadi tersingkir dan lenyap,

7
sehingga spesies yang mampu bersaing akan bertahan sampai akhirnya menjadi spesies
dominan (spesies yang berkuasa atau yang terbanyak).

4. Stabilitas dan Klimaks


Tingkatan terakhir dari proses suksesi dicapai ketika komunitas tersebut stabil.
Kestabilan komunitas ditentukan oleh keserasian hubungan diantara organisme dalam
komunitas, serta struktur komunitas yang tidak berubah. Kestabilan yang dimaksud adalah
kestabilan dalam keseimbangan dinamis dengan lingkungannya. Dalam kondisi seperti itu,
fisiognomi komunitas tetap sama, perubahan-perubahan kecil akibat persaingan antar
organisme tetap terjadi, demikian pula perubahan densitas maupun fenologi spesies secara
individu terjadi terus menerus. Namun perubahan itu tidak mempengaruhi struktur
komunitasnya.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKSESI

Pada prinsipnya semua bentuk ekosistem akan mngalami perubahan baik struktur
maupun fungsinya. Perubahan ekosistem ini pada dasarnya dapat di sebabkan berbagai
penyebab utama yaitu:
a. Akibat perubahan iklim
Perubahan atau fluktuasi iklim dalam skala dunia yang meliputi ribuan tahun telah
memberikan reaksi penyusuaian dari ekosistem di dunia ini. Bentuk perubahan ini meliputi
perubahan dalam perioda waktu yang lama dari penyebaran tumbuhan dan juga hewan yang
akhirnya sampai pada bentuk-bentuk ekosistem sekarang.
b. Suksesi allogenik (karen pengaruh dari luar)
Faktor luar seperti api, penginjakan atau polusi dapat menginduksi perubahan
ekosistem baik untuk sementara maupun waktu yang relative lama.
c. Topografi
Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain :
1. Erosi
Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi
kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya proses suksesi
dimulai.
2. Pengendapan (denudasi)

8
Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga
menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi
berulang kembali di tempat tersebut.
3. Biotik
Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan pertanian
demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan
yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak
berat berganti vegetasi (Sancayaningsih, 2007).
Perubahan vegetasi di alam dapat dibedakan dalam tiga bentuk umum, yaitu:
1. Perubahan fenologis, yaitu perubahan yang tidak saja terjadi karena adanya masa-masa
berbunga, berubah biji, berumbi, gugur daun dan sebagainya, tetapi juga terjadi
pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan tertentu dalam perjalanan waktu atau musim yang
memperkaya komunitas tumbuhan itu, misalnya pada habitat padang pasir dengan
hadirnya tumbuhan setahun dan geofita setelah hujan turun,dan ini terjadi satu kali untuk
beberapa tahun.
2. Perubahan suksesi sekunder, yaitu perubahan vegetasi yang non fenologis dan terjadi
dalam ekosistem yang telah matang. Ini termasuk suksesi normal, berirama dan kata
strofik. Suatu suksesi sekunder berasal hanya dari suatu kerusakan ekosistem secara tidak
menyeluruh atau tidak total kerusakannya. Misalnya pada daerah pertanian setelah terjadi
panenan, juga pada daerah hutan akiubat terjadinya pohon tumbang. Pada suksesi
sekunder ini dapat bersifat satu arah atau siklik.

Perubahan Suksesi rimer, berlainan dengan suksesi sekunder,pembentukan komunitas


tumbuhan pada suksesi primer ini berasal dari suatu substrat yang sebelumnya tidak pernah
mendukung komunitas tumbuhan

D. TIPE SUKSESI

Proses suksesi dapat dibedakan menjadi suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi
primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya
komunitas asal tersebut secara menyeluruh (total), sehingga di tempat komunitas asal itu
terbentuk habitat baru atau subtrat baru. Pada habitat baru ini tidak ada lagi organisme yang
membentuk komunitas asal yang tertinggal. Contoh: letusan G. Krakatau pada tahun 1883,
tanah longsor, endapan lumpur, dan lain-lain. Pada subtrat yang baru ini akan berkembang
suatu komunitas yang baru pula. Proses pergantian komunitas lama secara total dengan
komunitas baru disebut suksesi primer.

9
1. Suksesi Primer
Suksesi primer merupakan proses pembentukan koloni pertama dari daerah belum pernah ada
kehidupan sebelumnya biasanya pada tempat-tempat dengan keadaan sekitar yang ekstrem
seperti daerah yang batuan gundul atau daerah yang tergenag air. Secara garis besar
komunitas perintis terdiri atas dua jenis yaitu yang tersesuaikan untuk tenggang terhadap
kekurangan air yaitu xerofit, dan yang tersesuaikan terhadap kelebihan air yaitu hidrofit.
Suksesi primer yang berawal dari habitat kering dinamakan suksesi xerark, sedangkan yang
bermula dari air tergenang adalah suksesi hidark.

a. Suksesi xerark
Dengan menganggap bahwa suksesi xerark itu dimulai pada hewan batuan granit,
akan ditemukan bahwa khususnya para pembentuk koloni yang pertama itu adalah lumut
kerak yang melekatkan dirinya kepada permukaan batuan itu. Lumut kerak itu membantu
mempercepat penguraian kimia atau pelapukan batuan tersebut dan sisa-sisa oraniknya
sendiri membentuk permulaan tanah. Pada waktunya nanti lumut kerak itu disusul oleh lumut
kerak berdaun yang lebih besar. Pada tahap ini keadaannya agak tidak menentu karena
walaupun air dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik bagi tumbuhan perintis ini, tetapi ada
bahaya bahwa tanah permulaan itu dapat tercuci habis. Kemudiaan proses permulaan tanah
tersebut dibantu dengan munculnya tumbuhan terna pada tempat itu dan mulai menjebak
zarah debu apa saja pada batuan tersebut. Pada waktu itu keadaan telah agak lebih mantap,
benih berbaga rumput dan tumbuhan terna tahunan yang tangguh mulai mampu berkecambah
dan tumbuh. Mereka juga mendorong proses pengumpulan tanah. Pada waktunya nanti,
kedalaman tanah itu dapat menopang tumbuhan yang lebih besar dan proses ini dapat dapat
menyebabkan terbentuknya nabatah perdu. Pada tahap ini terciptalah hbitat agak teduh
dengan permukaan tanahnya yang terlindung terhadap pemajanan dan kelengasan tanah tidak
merupakan masalah yang sangat gawat untuk komunitas itu.

Kemudian muncul pepohonan yang lebih besar dan membentuk lapisan pohon,
berangsur-angsur menutupi sama sekali rerumputan serta perdu yang suka-cahaya di
bawahnya. Lapisan pepohonan itu kemudian menutupi sama sekali kecambah benihnya
sendiri kemudian digantikan oleh pepohonan yang kecambah benihnya lebih tenggang-teduh.
Pada tahap ini terbentuklah komunitas tumbuhan yang cukup mantap dan menjadi komunitas
puncak karena dianggap sebagai ekosistem yang menggunakan sumber daya lingkungannya
secara maksimum.

10
Salah contoh suksesi primer diantaranya:
Suksesi di Krakatau
Pembentukan kembali koloni yang terjadi setelah letusan gunung api yang terkenal di
pulau Krakatau (satu diantara kelompok kecil-kecil bergunung api di antar pulau Jawa dan
Sumatera) dalam tahun 1883 merupakan salah satu gambaran paling dikenal mengenai
suksesi xerosere di daerah tropika. Setelah letusan itu, bagian pulau yang tersisa tertutup oleh
batu apung dan abu sampai kedalamaan rata-rata 30 m. beberapa hal yang terjadi pada
daerahtersebut adalah:

Pada tahun 1884, satu tahun setelah letusan, pulau itu hanya merupakan gurun tanpa
kehidupan tumbuhan.
Sekitar tahun 1886, nabatahnya terdiri dari lapisan bawah ganggang biru-hijau dan
lapisan atas yang terutama terdiri dari tumbuhan paku. Paku-pakuan itu terdiri dari
sekita 26 jenis tumbuhan berpembuluh.
Sekitar tahun 1897, nabatahnya terdiri dari rerumputan yang rapat, beberapa
diantaranya setinggi orang. Spesies rumput utamanya adalah Saccharum spontaneum,
Neyraudia madagacariensis dan Pennisetum macrosatchyum. Selain itu juga terdapat
berbagai tumbuhan berkeping biji 2 (dikotil) dan berbagai tumbuhan sulur.
Dari tahun 1906 sampai 1919 rerumputan yang sama masih ada, tetapi tumbuhan yang
bergabung mencakup Cyperaceae dan beberapa perdu. Terdapat juga sejalur lahan
hutan campur yang terdiri dari pohon hutn campuran Ficus dan Macaranga.
Sekitar tahun 1932, jalur lahan-hutan Ficus-Macaranga itu telah berkembang dan
meluas. Hutan itu menjadi sedemikian rindangnya sehingga hanya terdapat sedikit saja
terna teduhan, walaupun pohon muda jumlahnya melimpah. Bahkan diantara nabatah
rerumputan utamanya pun bertebaran pohon Ficus dan Macaranga yang sebelumnya
telah memberikan ciri perkembangan lahan-hutan campur dari sabana. Di beberapa
tempat, keteduhan di bawah pepohonan itu sudah cukup dapat menekan pertumbuhan
rumput dan memungkinkan pertumbuhan spesies tumbuhan teduhan, seperti misalnya
anggrek tanah Nervilia aragoana. Di dalam jurang terdapat pertumbuhan pohon dan
semak yang lebih subur, yang menggantikan rerumputan disana, dan humus bahkan
telah mulai bertumpuk. Lahan-lahan campuran itu lebih kaya akan spesies daripada
sabana rumput, tetapi masih jauh kurang kaya dibandingkan dengan hutan hujan
primer.

11
Beberapa hal tersebut telah menunjukkan secara jelas bahwa pembentukan kembali koloni di
Krakatau itu menggambarkan kemenonjolan yang berturut-turut, pertama oleh kriptogram
(terutama ganggang dan paku-pakuan), disusul oleh tumbuhan bunga jenis terna, dan
akhirnya pepohonan.
Suksesi di Krakatau itu adalah khas suksesi primer di wilayah tropika dan tidak seperti
suksesi primer di wilayah iklim-sedang, karena terdapatnya pertambahan jumlah spesies
secara terus menerus dan terdapatnya berbagai jenis menonjol dalam lahan hutan Ficus-
Macaranga. Jumlah spesies angiosperm dan gymnosperm di seluruh pulau selama suksesi itu
adalah sebagai berikut : nol dalam tahun 1883, 26 dalam 1886, 64 dalam 1897, 115 dalam
1908, 184 dalam 1920, 214 dalam 1928, dan 271 dalam 1934. Pada suksesi primer di wilayah
iklim sedang, jumlah spesies encapai puncaknya tepat sebelum terjadinya perubahan dari
komunitas terbuka menjadi komunitas tertutup. Dengan perubahan itu terjadilah penurunan
dan banyaknya spesies. Hal ini disebabkan karena nabatah iklim-sedang tidak kaya akan
spesies berkayu.

b. Suksesi hidark

Tahapan dalam suksesi hidark mengarah pada pengumpulan lanau, meninggikan tanahnya
diatas paras air dan menurunkan tinggi muka air tanah untuk menciptakan keadaan yang
mirip dengan habitat darat. Tumbuhan pertama yang membentuk koloni dalam kolam atau
danau mencakup tumbuhan air yang terendam yang biasanya berdaun tertoreh dan terpancang
dalam lumpur, seperti misalnya Ceratophyllum. Tumbuhan itu harus berada pada kedalaman
sedemikian sehingga memungkinkannya menerima cukup pencahayaan untuk dapat
bermetabolisme pada atau diatas titik kompensasinya. Jika airnya bening, kedalamannya
dapat saja cukup besar, tetapi kalau airnya banyak mengandung plankton atau bahan terampai
lainnya yang menyerap banyak cahaya, maka tumbuhan air pembentuk koloni terendam itu
tentunya berada cukup dekat dengan permukaan air. Bila airnya sendiri tidak dalam, maka
spesies berakar dengan daun mengambang seperti teratai juga akan tumbuh.
Sisa dari tumbuhan ini semakin bertimbun sehingga meniggikan permukaan lumpur
pada dasaar kolam. Kemudian muncullah tanaman berdaun mengapung seperti teratai dan
menutupi sama sekali spesies yang berada di bawahnya.
Semua kejadian ini memungkinkan beberapa spesies tmbuhan air yang mengapung
bebas seperti Lemna dan Azolls untuk memasuki daerah daun yang mengapung, di bagian
tengah, walaupun arus angin sering meniupnya ke pinggir kolam. Dengan semakin
banyaknya humus terkumpul, spesies dengan daun diluar air, seperti Typha, semakin
12
bertambah jumlahnya dan mempercepat pengumpulan lanau. Dengan demikian, sewaktu
terjadi suksesi hidark terjadi perubahan secara berangsur-angsur dari keadaa air terbuka
sampai menjadi keadaan nisbi kering, seperti pada suksesi xeraek mungkin saja terbentuk
lingkungan mesofit. Akan tetapi, sifat puncak akhirnya tergantung pada airnya, eutrofik atau
oligotrofik.

Hidrosere Tropika
Hidrosere di wilayah tropika terjadi pada sungai, rawa, laguna dan danau yang mana pada
daerah-daerah tersebut memperlihatkan berbagai macam tahapan suksesi mulai dari perairan
terbuka sampai hutan tertutup. Beberapa tahapan suksesi hidrosere yang terjadi pada wilayah
tropika adalah sebagai berikut:
Tahap pertama. Tumbuhna air mengapung-bebas dan terendam mulai memasuki
perairan.
Tahap kedua. Pengukupan mengakibatkan air kian mendangkal dan muncullah
nabatah daun-apung yang berakar.

2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder adalah suksesi yang bermula dari daerah yang sebelumnya pernah
dihuni oleh tumbuh-tumbuhan, dan mempunyai sisa nabatah atau bijinya. Apabila dalam
suatu ekosistem alami mengalami gangguan, baik secara alami ataupun buatan (karena
manusia), dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme yang ada
sehingga dalam ekosistem tersebut substrat lama dan kehidupan lama masih ada. Contohnya,
gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan
buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja. Contoh
komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-
alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.

13
Gambar 2.1.4 : Suksesi sekunder karena penebangan dan kebakaran hutan

1. Suksesi Sekunder pada Nabatah Tropika


Suksesi tropika adalah suksesi yang berasal dari hutan hujan tropis. Suksesi sekunder
yang seperti ini cenderung menuju pada pemulihan kembali hutan hujan sebagai puncak
pengaruh iklim. Namun jika kebakaran dan penurunan harkat tanah berlanjut terus di hutan,
maka arah suksesi berubah, menuju pada puncak biotik yang telah rendah kedudukannya dari
pada hutan tersebut.

Pada hutan hujan tropik yang telah digarap selama beberapa tahun kemudian
ditinggalkan, maka mulailah terjadinya suksesi sekunder. Tahapan pertumbuhannya adalah
sebagai berikut :

a. Tahap Pertama
Pada waktu penutup hutan dihilangkan, terjadilah perubahan dalam penerimaan
intensitas cahaya, suhu, dan kelembapan. Intensitas cahaya meningkat, akibatnya kisaran
suhunya juga meningkat dan kelembapan berkurang drastis. Tataan iklim mikro hutan asli
hilang dan terjadilah penurunan kualitas tanah, yang menyebabkan pengikisan dan
kehilangan humus dengan cepat.

Tahap pertama suksesi ini dikuasai oleh gulma, termasuk rerumputan. Gulma ini
sering berumur pendek dan dapat menyelesaikan daur hidupnya dalam waktu yang kurang
dari setahun.

b. Tahap Kedua

14
Daerah tersebut kemudian diserbu oleh semak belukar dan mungkin dapat berhasil
menguasai nabatahnya, perlahan tapi pasti pepohonan mengambil alih kekuasaan dan
membentuk sudur. Pepohonan ini kebanyakan berumur pendek, tumbuh cepat dan
mempunyai mekanisme pemencaran biji atau buahnya dengan perantara angin atau hewan.
Pepohonan yang tumbuh memberikan lebih banyak keteduhan, sehingga biji berkecambah
dengan sendirinya.

c. Tahap ketiga
Akhirnya, masuklah kecambah spesies hutan yang tumbuh lebih lamban dan tenggang
teduh. Hutan sekunder ini sering berumur merata dan dikuasai oleh spesies tunggal yang pada
umumnya bertahan selama satu generasi saja,dan setelah itu digantikan oleh spesies lain.
Dengan berjalannya waktu, hutan sekunder menjadi lebih beragam dalam umur nabatah dan
struktur spesiesnya dan berangsur-berangsur menjadi mirip dengan puncak wilayah itu.

Berlangsungnya suksesi sekunder tergantung pada ciri tanahnya, misalnya apakah


tanah itu pedosol tropika ataukah merah tropika. Pola umum suksesi sekunder dalam daerah
iklim tropika serupa dengan pola di daerah iklim sedang, dengan urutan tumbuhan
terna,perdi,dan pohon.
Lamanya waktu yang diperlukan untuk suksesi sekunder di hutan sehingga mencapai
puncak hutan, tergantung pada lamanya waktu hutan dalam keadaan terganggu, sebelum
daerah itu dibiarkan mengalami peremajaan. Chevalier (1948) dalam satu keadaan di
Kamboja memperkirakan bahwa agar suksesi sekunder dapat mencapai keadaan hampir
seperti hutan aslinya diperlukan waktu lima sampai enam abad. Beberapa contoh peristiwa
suksesi sekunder, adalah sebagai berikut:

Suksesi Sekunder dalam hutan tropika Afrika


Salah satu penelitian mengenai suksesi sekunder di Afrika Barat dilakukan oleh Ross
terhadap Cagar Hutan Shasa di Nigeria. Tahapan suksesi sekunder di hutan Afrika Barat
adalah sebagai berikut :

a. Tahap Pertama
Pada mulanya, ketika nabatah yang hancur dibiarkan, hanya sedikit tanaman yang
mampu bertahan hidup seperti beberapa jenis pepohonan maupun beberapa tanaman tahunan,
atau bila tidak demikian tanah tersebut menjadi gundul. Beberapa minggu kemudian,
berbagai spesies yang berada dalam jarak sebar mulai tumbuh dan menyerbu daerah tersebut.

15
Tumbuhan tersebut terus tumbuh dan segera menutupi daerah itu. Para penyerbu pertama itu
dapat digolongkan menjadi tiga jenis sebagai berikut:

1. Gulma, bersifat terna pada lahan garapan. Contohnya adalah Phyllanthus dan Solanum spp.
Spesies ini membentuk tegakan dan hanya bertahan selama jangka waktu yang pendek.

2. Spesies berkayu, yang merupakan ciri habitat sekunder, spesies ini terjadi akibat
tumbangnya atau kematian pohon besar. contohnya adalah Musanga cecropioides, Trema
guineense, Vermonia conferta, V. frondosa dan Fugura macrophylla. Pertumbuhannya lebih
cepat daripada spesies hutan tinggi.

3. Spesies hutan tinggi yang butuh cahaya, yang kecambahnya mampu tumbuh pada keadaan
yang terbuka. Contohnya adalah Erythrophleum ivorense, Khaya ivorensis dan Lophira
procera

b. Tahap Kedua
Kelompok spesies yang kedua, yaitu kelompok spesies berkayu dalam. Mengambil
alih kekuasaan komunitasnya gulma dan selama 15 sampai 20 tahun salah satu spesies dalam
kelompok ini berkuasa.
Jenis yang pertama-tama berkuasa, sering jenis Vermonia conferta dan V. frondosa.
Setelah kira-kira tiga tahun, pohon Musanga cecropioides menjadi berkuasa. Pada tahap ini
Musanga cecropioides dapat berkuasa karena pertumbuhannya yang luar biasa cepat. Lama-
kelamaan jenis tumbuhan ini akan membentuk permadani yang rapat dan keteduhan
permadani tersebut mengurangi jumlah tumbuhan terna. Pohon Musanga mati setelah 15
sampai 20 tahun.

c. Tahap Ketiga
Perkembangan selanjutnya setelah 20 tahun pertama tidak ditelusuri oleh Ross,
namun dari berbagai kajian lainnya diketahui bahwa yang selanjutnya terjadi adalah
penurunan jumlah spesies kelompok yang berlimpah dan pertambahan jumlah spesies
kelompok, sehingga mengakibatkan terbentuknya hutan yang tinggi.

Suksesi sekunder di wilayah Malaya


Kajian tentang suksesi sekunder daerah hutan hujan di wilayah Malaya menunjukkan bahwa
walaupun tahapannya banyak kesamaan dengan wilayah Afrika, tetapi ada beberapa
perbedaan. Satu perbedaan utama adalah di wilayah Malaya terdapat banyak keragaman
dalam susunan floranya pada suksesi, yang mencerminkan kekayaan spesies floranya,

16
dibandingkan dengan flora di Afrika. Satu lagi perbedaannya adalah di wilayah Malaya
rumput ilalang sering menguasai satu tahapan selama jangka waktu yang panjang. Di Afrika,
tumbuhan ini mempunyai peranan penting hanya dalam suksesi yang menyimpang yang
terjadi setelah pengolahan tanah secara berlebihan.

Suksesi sekunder di Amerika tropika


Polanya mirip sekali dengan keadaan di dunia lama kecuali untuk perbedaan dalam
spesies yang sebenarnya. Di Amerika tropika ini pohon yang termasuk genus Cecropia
berkayu lunak merupakan corak khas hutan sekunder muda. Imperata cylindrical tak terdapat
di Amerika selatan kecuali di Chili, dan pada umumnya peranan spesies ini dilakukan oleh I.
brasiliensis dan jenis rumput lainnya.

E. PENDEKATAN DALAM KAJIAN SUKSESI

Sejalan dengan perkembangan dari ekologi umumnya maka dalam kajian suksesi ini pun
mengalami perkembangan,dan dapat di bagi dua periode pendekatan,yaitu pendekatan secara
lama atau tradisional di satu fihak dan pendekatan yang di tujukan untuk melengkapi atau
mengoreksi pendekatan lama berdasarkan konsep-konsep ekosistem yang mendasarinya di
fihak lain

3. Pendekatan Kajian Suksesi Lama /Tradisional


Teori suksesi pola pendekatan lama di dasarkan pada beberapa pemikiran yaitu:
a. Suksesi adalah suatu proses perkembangan komunitas yang teratur dan meliputi
perubahan komposisi jenis dan fungsi ekosistem melalui waktu tertentu,suksei
merupakan proses yang progresip dan dapat di perkirakan.
b. Fase awal dari suksesi struktur komunitas serhanan.dan di kuasai oleh tumbuhan
berumur pendek.sere breikutnya menjadi lebih progresif ,lebih kompleks dan di
kuasai oleh tumbuhan berumur panjang.
c. Suksesi berkulminasi dalam komunitas klimaks ,yang paling besar ,paling efisien dan
komunitas paling kompleks dari habitat yang mendukungnya.komunitas klimaks
adalah stabil dan mandiri.
d. Suksesi dari habitat yang berbeda dapat mengarah pada komunitas klimaks yang
sama. Pemikiran ini di sebut kesamaan akhir equifinality jadi baik hidroseres
maupun xeroseres akan berkembang menjadi komunitas klimaks berupa hutans
e. Faktor penting yang berpengaruh terhadap bentuk komunitas klimaks adalah
iklim.cowles dan clements berpendapat bahwa untuk setiap daerah iklim akan

17
mempunyai satu bentuk komunitas klimaks.pendapat ini d sebut teori monoklimaks.
Variasi local dari komunitas klimaks akan di tentukan oleh tanah, dan apabila di beri
waktu yangcukup akan berkembang mengarah ke bentuk klimaks regional.

Teori suksesi tradisional / lama ini sangat kaku,lebih di tekankan pada pola berpikir
deduktif dan pembuktian yang bersifat relative sangat sedikit kasus suksesi telah di kaji
secara rinci karena perubahan meliputi waktu yang panjang beberapa decade dan sulit
mengelola penelitian lapangan untuk waktu yang lama ini.

4. Pola Pendekatan Suksesi Modern


Akhir-akhir ini timbul suatu pemikiran bahwa dalam kajian suksesi harus di perhitungkan
pula segala aspek dari ekosistem untuk menggambarkan perubahan struktur dan fungsi
ekosistem suksesi ini.

a. Pola aliran energi


Selama suksesi mencapai klimaks pola energi dalam ekosistem berubah secara
mendasar.perubahan ini di refleksikan dalam besaran standing crop dalam sistem.

1) Selama fase seral awal masukan energi ke ekosistem lebih besar dari yang
hilang.tumbuhan dan hewan komunitasnya berkembang ,mengakumulasi energi
sebagai biomasa. Bebereapa standing crop atau tegakan yang ada meningkat
selama suksesi.
2) Ketika komunitas klimaks di kembangkan maka steady state tercapai.dalam
keadaan ini masukan energi ke ekosistem sama dengan energi yang
hilang.hasilnya perubahan tegakan adalah kecil.aliran energi melalui sistempada
fase klimaks adalah maksimum.
3) Bila ekosistem terganggu oleh factor luar,misalnya kebakaran .energi yang hil;ang
mugkin lebih besar dari masukan energi. Dalam hal ini besaran tegakan dalam
sistem menurun.
4) Akumulasi energi sebagai biomasa selama suksesi palingbesar dalam ekosistem
daratan,tumbuhan terbesar membentuk komunitas klimaks .tegakkan berada
dalam maksimumnya meskipun ada sedikit fluktuasi.
5) Di ekosistem perairan ,terutama laut, komuntias kliamkas mungkin di nyatakan
oleh fitiplankton , ukurannya yang kecil berarti standing crcopnya relatif rendah/
kecil,mungkin akumulasi dalam ekosistem rendah.tetapi laju metabolism tinggi
sehingga memungkinkanuntuk mempunyai produktivitas kotor yang tinggi.

18
b. Produktivitas
Produktivitas kotor dari ekosistem meningkat selama suksesi hingga mencapai
klimaks. Peningkatan ini sebanding dengan keadaan standing cropnya. Prosentase dari
produktivitas kotor yang terfiksasi sebagai produktivitas bersih tidak terus meningkat sampai
klimaksnya, hal ini akibat beberapa keadaan.

1) Dalam fase seral awal tumbuhan dominan berkecenderungan untuk menjadi kecil
dan berumur pendek. Bentuk tumbuhan ini meliputi tumbuhan setahun,
produktivitas bersihnya tinggi. Tumbuhnya yang kecil memerlukan energi yang
relatif sedikit untuk pengelolannya.
2) Dalam fase seral akhir tumbuhan dominan berkecenderungan besar dan berumur
panjang, seperti pohon. Ketika tumbuh sempurna memerlukan bagian yang besar
dari produktivitas kotornya untuk respirasi dalam pengelolaan
tumbuhnya.organisme muda berada dalamlajupertumbuhan maksimum dan
dikarakterisasi oleh penurunan produktivitas bersih ketika dewasa.akibatnya
tumbuhan besar dan berumur panjang mempunyai periode kehidupan dalam
keadaan relatif tidak produktif. Hal ini terefleksikan dalam produktivitas dari
ekosistem secara keseluruhan.

c. Efisiensi Ekologi
Teori suksesi lama menyatakan bahwa proses suksesi membawa suatu komunitas
untuk mencapai efesiensi konversi energi yang maksimum. Energi merupakan sumber
pembatas yang ekstrim bagi ekosistem, sehingga sangat logis apabila orang menduga bahwa
kematangan akan tercapai pada saat ketersediaan energi berada dalam keadaan terbaik untuk
bisa di manfaatkan. Padahal pemikiran ini bertentangan dengan apa yang di ketahui tentang
pola aliran energi dan produktivitas.

Pasa suatu suksesi primer produktivitas kotor di mulai dengan nol kemudian
meningkat, tetapi peningkatannya tidak dapat tanpa batasnya apabila produktivitas bersih
menurun sampai mencapai klimaks,efesiensi konversi energi menurun dalam fase seral akhir.
Penurunan efesiensi ekologi dari suatu ekosistem yang matang adalah fungsi dari pola
produktivitas dari tumbuhan besar, yang hidup dalam komunitas klimaks. Tumbuhan
mempunyai adaptasi yang tinggi untuk dapat tumbuh dengan cepat ketika muda dan peka,

19
apabila telah besar dan mandiri maka rendahnya produktivitas bersih tidak menjadi masalah
lagi.

d. Struktur Trofik
Fase seral awal mempunyai rantai makanan yang pendek. Kerusakan dapat terjadi
dengan mudah, apabila salah satu rantai hilang maka tidak ada alternatif pengaliran air lagi
energi, begitu pelapisan dari ekosistem terbentuk dan versitas jenis meningkat maka struktur
trofil menjadi lebih kompleks dan terbentuk jaring makanan. Struktur trofil yang lebih
kompleks menghasilkan ekosistem yang stabil.

b. Perubahan siklus Nutrisi


Teori lama memperkirakan bahwa suksesi menghasilkan komunitas yang stabil dan
siklus materi yang lebih efisien. Hal ini adalah benar untuk kebanyakan ekosistem daratan,
tetapi tidaklah demikian untuk ekosistem perairan. Dalam setiap proses suksesi jumlah nutrisi
yang bersiklus dalam setiap fase awal adalah kecil. Penimbunan dalam ekosistem juga kecil.
Pertukaran nutrisi antara komponen biotik dan abiotik terjadi cepat karena umur
organismenya pendek. Meningkatnya biomasa pada fase seral akhir berarti tingginya jumlah
nutrisi yang di simpan dalam sistem. Laju siklus nutrisi menjadi lambat akibat sistem di
dominasi oleh organisme yang berumur panjang. Jumlah nutrisi yang di perlukan pada fase
seral akhir besar. Tumbuhan besar dari komunitas klimaks mempunyai sistem akar yang
sangat efektif dalam menyerap nutrisi sehingga mempunyai kemampuan untuk menahan
nutrisi untuk waktu yang lama. Masa organik dari nutrisi berkembang dengan baik sehingga
tidak banyak nutrisi di keluarkan dari ekosistem. Siklus nutrisi menjadi lebih tertutup
sehingga relatif efisien dan membentuk keseimbangan. Nutrisi di lepas dari bahan organik
yang mati ke dasar perairan dan tidak di kembalikan ke permukaan yang produktif.

c. Struktur dan Keaneragaman


1) Stratifikasi
Sere awal biasanya terdiri dari kelompok-kelompok tumbuhan pendek yang tidak
merata penyebarannya dan dengan pelapisan yang sederhana.suksesi berjalan terus
,tumbuhan yang lebih tinggi bentuk lapisan tambahan dan terjadi peneduhan.Koloni
tumbuhan lama menyingkir dari keteduhan dan diganti dengan jenis tumbuhan bawah lainnya
yang biasa hidup dibawah naungan perdu,suatu formasi hutan klimaks akhirnya terbentuk
dengan identifikasinya yang kompleks .untuk hutan tropika misalnya di kenal dengan
pelapisan dari kanopi pohon,lapisan perdu,dan lapisan dasar byang terdiri dari lumut.

20
Pengecualian untuk terbentuknya stratifikasi kompleks ini memang juga bisa terjadi,
misalnya pada hutan ,lapisan kanopi pohon yang kerap dan mengakibatkan energi cahaya
tidak memungkinkan untuk menunjang vegetasi dasar.fenomena ini dapat diketemukan di
hutan alami yang padat atau rapat kanopinya,baik di tropika maupun di temperate.

Meningkatnya kekomplekkan struktur vertical dari ekosistem didikuti oleh


agregasispasial dari fungsi di antara lapisan,contoh yang baik adala di hutan ,fotosintesis
terjadi di lapisan kanopi pohon,penguraian berada di lapisan dasar atau permukaan tanah,dan
batang-batang pohon mengangkut kembali nutrisi ke kanopi. Pelapisan yang sama dari
struktur dan fungsi terjadi selama suksesi di lautan dan danau.produksi terjadi di lapisan
permukaan sedangkan pengeruaian lebih banyak terjadi pada dasar perairan.nutrisi di
kembalikan ke permukaan akibat pengadukan oleh arus atau angin.Dengan demikian
meskipun ada perbedaan dalam pengendalian nutrisi ,rupanya untuk semua ekosistem
berkembang pelapisan dari struktur dan fungsi selama suksesi.

2) Keaneragaman Jenis
Peningkatan yang cepat dari jumlah jenis merupakan gambaran pada fasa awal
suksesi ,banyak tumbuhan yang berkoloni .Gambaran pertama dari suksesi ,peningkatan
diversitas jenis cepat .dan fasa berikutnya laju peningkatan berjalan lambat.jumlah jenis yang
berbeda dalam ekosistem mungkin meningkat terusa sampai terbentuknya komunitas
klimaks, tetapi banyak pula terjadi penurunan keaneragaman sampai akhir dari suksesi.

Penurunan keaneragaman ini terjadi akuibat kompetisi ,tumbuhan yang dominan pada
seral akhir besar-besar dan lebih kompleks,sejarah pertumbuhannya daripada tumbuhan pada
seral awal.Dengan demikian hasil dari kompetesi tidak banyak terbentuk ragam dari
jenis.pada suksesi dengan hasil akhir hanya terdiri dari beberapa jenis dominan,seral
intermedier mengandung jumlah yang maksimum.

Keaneragaman jenis dapat meningkat terus sebagai komunitas klimaks ,apabila


struktur dan energi yang tersedia mendukungnya.contoh yang baik adalah di tropika,hutan
penghujan tropika mempunyai struktur yang kompleks dan di dominasi berbagai jenis
tumbuhan serta di suplai oleh sejumlah energi yang melimpah berbagai habitat tercipta dan
terpakai sampai terbentuk klimaks.

F. KONSEP KLIMAKS

21
Skema konsep klimaks

Teori tradisional menyatakan bahwa suksesi ekologi mengarah kepada suatu komunitas
akhir yang stabil yaitu klimaks. Fasa klimaks ini mempunyai sifat-sifat tertentu ,dan yang
terpenting adalah :

a) Fase klimaks merupakan sistem yang stabil dalam keseimbangannya antara


lingkungan biologi dengan lingkungan non biologinya.
b) Komposisi jenis pada fasa klimaks relative tetap atau tidak berubah
c) Pada fasa klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dari materi organic
,sehingga tidak ada perubahan yang tidak berarti.
d) Fasa klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.

Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan biasanya


komposisinya bercirikan spesies yang dominan. Berdasarkan pengaruh musim terhadap
bentuknya komunitas klimaks, terdapat dua teori sebagai berikut :
1. Teori monoklimaks
Penganut paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada 1
macam klimaks. Disini, iklim merupakan faktor tertentu dalam peraturan tipe komunitas
klimaks, meskipun faktor-faktor selain iklim juga punya peranan dalam menentukan
struktur komunitas akhir. Mengingat tipe vegetasinya hanya bergantung kepada iklim,
maka komunitas atau ekosistem akhir dikatakan mencapai klimaks iklim atau climatic
climax (Vickery, 1984).selain faktor iklim meskipun tidak dominan juga dapat
menyebabkan terbentuknya komunitas atau ekosistem akhir yang bervariasi, misalnya
sebagai berikut.
1) Sub klimaks adalah kondisi komunitas akhir yang terjadi bila perkembangan vegetasi
berhenti dibawah tingat klimaks sebagai akibat faktor bukan iklim.
2) Proklimaks adalah pembentukan klimaks menyimpang ke keadaan yang kurang baik.
3) Postklimaks adalah pembentukan klimaks menyimpang ke keadaan yang lebih baik.
22
Disklimaks adalah kondisi komunitas akhir yang tidak mampu berkembang lagi kearah
klimaks akibat adanya beberapa gangguan sekunder yang terus menimpa komunitas tersebut.

Skema 3.1.2 Proses terjadinya vegetasi klimaks paham monoklimaks

2. Teori Poliklimaks
Penganut paham poliklimaks beranggapan bahwa tidak hanya faktor iklim yang
menumbuhkan klimaks, tetapi selain faktor iklim seperti tanah dan fisiografi juga dapat
menumbuhkan klimaks. Dengan demikian, menurut paham poliklimaks, ada beberapa
macam klimaks sesuai dengan faktor yang dominan dalam memprngaruhi terbentuknya
tipe vegetasi atau struktur komunitas akhir, misalnya klimaks iklim, klimaks edafis dan
klimaks fisiografi. Menurut Vickery (1984), hutan hujan tropis merupakan contoh dari
klimaks iklim sedangkan hutan mangrove merupakan contoh dari klimaks edafis.

Manan (1978) mengemukakan bahwa proses terjadinya suksesi ada dua macam, yaitu
suksesi primer dan sekunder. Suksesi primer bermula dari suatu habitat yang tidak
bervegetasi sebelumnya, sedangkan suksesi sekunder bermula dari suatu habitat yang tadinya
sudah ditumbuhi vegetasi yang kemudian terjadi kerusakan yang disebabkan oleh adanya

23
gangguan seperti bencana alam (kebakaran, banjir, longsor, gunung meletus) atau kerusakan
oleh adanya perladangan, vegetasinya rusak dan musnah digantikan oleh jenis tumbuhan baru
yang sesuai dengan keadaan tempat terbuka.
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1988), suksesi primer merupakan perkembangan
vegetasi mulai dari habitat yang tidak bervegetasi hingga mencapai masyarakat yang stabil
atau klimaks, sedangkan suksesi sekunder terjadi apabila klimaks atau suksesi yang normal
terganggu atau dirusak. Jika gangguan atau kerusakan yang terjadi tidak hebat, maka suksesi
sekunder dapat mencapai klimaks semula, tetapi apabila kerusakan yang terjadi sanagt berat,
sehingga kondisi klimaks tidak mungkin lagi tercapai maka terbentuklah apa yang disebut
disklimaks

3.Hipotesis Informasi
Hipotesis ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan tengah antara
teori monoklimaks dan teori poliklimaks. Odum berpendangan bahwa suatu komunitas baik
hewan maupun vegetasi selalu memerlukan enersi dan informasi dan pada saatnya akan
menghasilkan enersi dan informasi. Suatu sistem berkembang, pada permulaannya
memerlukan enersi dan informasi sehingga disebut sistem tersubsidi. Pada suatu saat setelah
dewasa akan menghasilkan enersi dan informasi. Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila
perbandingan masukan dan keluaran enersi dan informasi sama dengan satu. Artinya hasil
enersi dan informasi sama besar dengan masukan enersi dan informasi. Sistem yang demikian
ini oleh Odum disebut Klimaks.

24
BAB III

PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Suksesi merupakan suatu proses perubahan dari keadaan yang tidak seimbang
menjadi keadaan yang seimbang. Perubahan dalam jangka waktu yang lebih lama
mengakibatkan perubahan besar pada komposisi dan struktur suksesi ekologik, sebagai reaksi
komunitas perubahan faktor biotik fundamental dan evolusi komunitas. suksesi ekologik
digambarkan dari awal suatu ekosistem hutan yang mengalami kebakaran besar sehingga
mengakibatkan lahan menjadi gundul. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu faktor
perubahan iklim, suksesi allogenik. Pada tahapan-tahapan suksesi dapat terjadi melalui
kolonisasi, modifikasi tempat dimana, variabilitas ruang. Adapun pembagian suksesi yang
tercakup yaitu suksesi primer, suksesi sekunder.
1.2 Saran
Kami selaku penyusun menghimbau kepada pembaca agar makalah ini dapat dijadika
acuan dalam mempelajari serta mengenal ekosistem alam lebih khususnya tentang suksesi,
agar kita mampu bersama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan ekosistem alam kita.

25
DAFTAR RUJUKAN
Irwan, Zoeraini Djamal. 1992. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

McNaughton, S.J and Larry L. Wolf. 1973. General Ecology Secon Edition. Saunders
College Publishing, a Divisin of Holt, Rinehart and Winston.

Syafei, Surasana Eden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta:
UI-Press.

26

Anda mungkin juga menyukai