Disusun oleh:
Febbyolla Indah Lestari (193010209012)
Angkatan / Kelas : 2019/A
Dosen Pengampu:
Drs. Bejo Basuki, M.Si
Ririn Fahrina, S.Pd, M.Pd
kesehatan ekosistem, dan degradasi lanskap. Serangga adalah hewan yang memiliki
sebaran habitat yang luas. Serangga dapat ditemukan pada berbagai habitat mulai
menjadi hal yang positif karena serangga memiliki peranan ekologis, estetis dan
habitat memiliki karakteristik dan kondisi lingkungan yang berbeda dengan habitat
namun menurun secara aspek ekologis. Hal tersebut menyebabkan hilangnya area
ruang terbuka hijau maupun daerah alami. Menurut Gámez-Virués et al. (2015)
dampak dari adanya aktivitas manusia yang intensif yang dilakukan dalam proses
timbul akibat hal tersebut berupa berubahnya kualitas lingkungan, hilangnya habitat
alami bagi flora dan fauna terutama serangga dan kepunahan spesies (Gámez-
Virués et al. 2015). Sektor industri dan transportasi pada saat yang bersamaan
menghasilkan senyawa yang dapat menurunkan kualitas udara. Hal ini dapat
menyebabkan kualitas habitat yang tersisa semakin menurun. Habitat baru akhirnya
saluran air, pohon-pohon pada sisi jalan, pusat perbelanjaan dan kuliner, tempat
berada diantara Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten
Katingan. Palangka Raya menjadi pusat perkotaan dan banyak sekali perubahan
daerah alami di suatu kota juga dapat menyebabkan kepunahan spesies juga
perubahan kualitas habitat. Hasil penelitian Fattorini (2011) yang melakukan kajian
mengenai serangga di kota Roma menunjukan hasil bahwa beberapa jenis serangga
seperti kupu-kupu dan kumbang mengalami kepunahan akibat konversi lahan dan
hilangnya ruang terbuka hijau. Maka perlu adanya strategi dalam mencegah
organisme hidup sebagai bioindikator. Salah satu bioindikar yang umum digunakan
tersebut maka perlu adanya kajian mengenai hubungan antara komunitas serangga
dengan gangguan lingkungan dan karakteristik habitat serta potensi jenis serangga
Kota Palangka Raya secara geografis terletak pada 113˚30`- 114˚07` Bujur
Timur dan 1˚35`- 2˚24` LintangSelatan, dengan luas wilayah 2.853,52 Km2
(267.851 Ha) dengan topografi terdiri dari tanah datar dan berbukit dengan
kemiringan kurang dari 40%. Wilayah administrasi, Kota Palangka Raya terdiri atas
permukaan bumi. Serangga juga sering disebut Heksapoda yang berarti mempunyi
enam tungkai (Fredicus dkk.,2019). Serangga adalah kelompok utama dari hewan
dengan jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan kelompok hewan lainnya.
Sebanyak kurang lebih 1.413.000 jenis telah berhasil diidentifikasi dan dikenal,
lebih dari 7.000 jenis baru ditemukan hampir setiap tahunnya (Fredicus dkk.,2019).
pertanian dan kehidupan adalah sebagai hama tumbuhan budidaya, sebagai vektor
pembawa penyakit pada tanaman, dan sebagai penyebab penyakit pada manusia.
Peran positif serangga adalah sebagai polinator atau penyerbuk, sebagai predator
Menurut Meilin dan Nasamir (2016) serangga hidup dalam tanah, darat,
udara maupun air tawar sebagai parasit pada tubuh makhluk hidup lain, akan tetapi
serangga jarang hidup dalam air asin (laut). Faktor lingkungan merupakan faktor
kelimpahan serangga secara umum akan ditentukan pula oleh faktor lingkungan.
3. Peranan Serangga
Pada dasarnya, serangga dan tanaman memiliki hubungan timbal balik yang
erat, entah itu hubungan yang saling menguntungkan, saling merugikan, ataupun
netral. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka kehidupan suatu ekosistem akan
terganggu dan tidak akan mencapai suatu keseimbangan. Peran serangga dalam
a. Pollinator
Sebuah tanaman dapat terdiri dari banyak microhabitat yaitu microhabitat daun,
pucuk daun, batang kayu, hingga akar tanaman. Struktur tumbuhan yang komplek
akan menarik semakin banyak serangga musuh alami untuk berasosiasi dengan
bidang pertanian. Serangga yang menjadi sarana penyerbukan tanaman ini disebut
pollinator biasanya tertarik pada mantel luar tanaman yang lengket dan mengkilap.
Polinasi terjadi ketika serangga bersentuhan dengan bunga tanaman lalu tepung sari
(polen) menempel paada tubuhnya dan selanjutnya polen tersebut akan ditransfer
b. Dekomposer
yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Dekomposer
disebut juga konsumen makro karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar
(Khusnia,2017). Serangga tanah memegang peranan penting penting sebagai soil
dan famili Scarabaeidae, yang lebih dikenal sebagai kumbang tinja, memiliki
perilaku makan dan reproduksi yang dilakukan di sekitar tinja. Contoh lain adalah
binatang arthopoda lainnya yang bersifat parasit pada fase pradewasa, sedangkan
dewasanya hidup bebas dan tidak terikat pada inangny. Pada kehidupan
parasitonoid secara umum makananya berupa nektar dan hemolin inang. Haemolin
Gambar 4. Kokon parasitoid pad tubuh E. blanda (kiri) dan imago Apanteles
dan parasitonoid dapat menyerang fase hidup serangga, meskipun fase dewasa
25.000 spesies, sekitar 80% spesies parasitoid termasuk dalam ordo hymenoptera
yang umumnya berlimpah pada ekosistem daratan. Parasitoid dianggap lebih baik
bagi mangsanya baik nematoda, protozoa, bahkan sesama serangga lain. Serangga
yang predator hidup bebas dengan memakan, membunuh, atau memangsa serangga
mangsanya (telur larva, nimfa, pupa, dan imago);membunuh dengan cara memakan
oligofag dan polifag; memiliki ukuran tubuh lebih besar dari pada
manganya(Sirait,2017).
dikenal secara umum. Beberapa jenis laba-laba membuat jaring. Laba-laba tersebut
memburu mangsa. Hal yang sama juga dilakukan oleh banyak jenis serangga
Contohnya adalah tawon kertas, selain itu ada juga yang disebut serangga pemangsa
telur yang mencari dan memakan telur hama seperti telur penggulung pucuk,
belalang sembah, kumbang kubah, kumbang, harimau, kumbang tanah, lalat buas,
berupa inventarisasi jenis tumbuhan, iklim mikro (suhu, kelembapan, dan intensitas
namun memiliki nilai kadar TSP tertinggi. Tingginya nilai TSP dipengaruhi oleh
jarak antar hutan kota dengan sumber emisi berupa sektor transportasi dengan
kepadatan lalu lintas yang tinggi. Hutan kota yang dijadikan sebagai lokasi
penelitian berada pada sisi jalan nasional. Nilai kadar Pb yang rendah di hutan kota
disebabkan karena vegetasi yang ditanam adalah jenis pohon dengan kemampuan
hutan kota sebagai lokasi yang mampu mendukung kehidupan serangga. Fungsi
flora dan fauna, dan peningkatan kualitas lingkungan (Ningrum et al. 2015).
berada pada area sekitar pemukiman padat penduduk masih toleran terhadap
kondisi lingkungan dengan gangguan lingkungan yang tinggi serta dapat
pada area sekitar pabrik tinggi namun kondisi ini belum stabil. Kondisi stabil yaitu
pada saat hanya beberapa jenis serangga saja yang dapat bertahan dengan gangguan
lingkungan yang tinggi dan dapat memanfaatkan sumber daya yang ada. Daya
adaptasi merupakan kunci bagi serangga untuk bertahan hidup pada suatu habitat.
Tidak semua serangga dapat hidup dengan tingkat gangguan lingkungan yang
tinggi habitat dengan gangguan yang tinggi dapat memfasilitasi spesies tertentu
yang berisifat adaptif sehingga dapat mendominansi pada habitat. Semakin tinggi
serangga dan spesies yang lebih adaptif akan lebih bisa bertahan hidup (Hasriyanti
et al. 2015). Faktor lain yang mempengaruhi nilai keanekaragaman jenis (H’) yang
dicontohkan pada komunitas burung yang berhabitat di hutan kota adalah kondisi
lingkungan, jumlah jenis dan sebaran individu pada masing-masing jenis (Ismawan
et al. 2015).
semakin beragamnya jenis tumbuhan pada suatu habitat. Meningkatnya kadar TSP
akan diikuti dengan meningkatnya jumlah jenis serangga. Hal ini disebabkan pada
lokasi hutan kota yang memiliki nilai kadar TSP yang tinggi dan ditemukan jumlah
jenis yang banyak. Prinsipnya setiap jenis serangga memiliki sensitifitas, daya
lingkungan serta tingkat gangguan pada habitatnya. Adanya jenis serangga yang
memiliki daya toleran dan daya adaptasi yang tinggi menyebabkan adanya
hubungan positif antara nilai TSP dengan kekayaan jenis. Hasil ini berbanding
terbalik dengan teori yang menjelaskan bahwa semakin jauh jarak dari sumber
berada diantara Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten
Katingan. Palangka Raya menjadi pusat perkotaan dan banyak sekali perubahan
daerah alami di suatu kota juga dapat menyebabkan kepunahan spesies juga
organisme hidup sebagai bioindikator. Salah satu bioindikar yang umum digunakan
adalah serangga. Pada dasarnya, serangga dan tanaman memiliki hubungan timbal
balik yang erat, entah itu hubungan yang saling menguntungkan, saling merugikan,
ataupun netral. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka kehidupan suatu ekosistem