Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR
PERCOBAAN V
POPULASI, KOMUNITAS, DAN EKOSISTEM

NAMA : ANDI MUH. YUSRIL S


NIM : L011191153
KELOMPOK : IV (EMPAT) B
HARI/TANGGAL : SELASA/ 15 OKTOBER 2019
ASISTEN : FADHILAH ANANDA PUTRI

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ekologi merupakan salah satu cabang biologi. Yaitu ilmu pengetahuan

tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya. Atau ilmu yamg

mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup. Ekologi berasal dari

bahasa Yunani “oikos” (rumah atau tempat hidup) dan “logos” yang berarti ilmu.

Secara harfiah ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau

kelompok organisme terhadap lingkungannya. Ekologi hanya mempelajari apa

yang ada dan apa yang terjadi di alam dengan tidak melakukan percobaan. Setiap

makhluk hidup memperoleh kebutuhannya untuk hidup, tumbuh, dan berkembang

biak dari lingkungannya (Pujianto, 2008).

Lingkungan merupakan sumber energi, sumber materi, dan tempat untuk

membuang kotoran-kotoran yang tidak diperlukan lagi oleh makhluk hidup.

Kehidupan suatu makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungannya sehingga

ia harus mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya

(Pujianto, 2008).

Lingkungan tempat tinggal makhluk hidup juga dapat dipengaruhi oleh

makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Interaksi antar makhluk hidup serta

antara makhluk hidup dan lingkungan terjadi dalam suatu ekosistem. Dalam

ekologi, ekosistem merupakan suatu fungsional dasar yang tersusun atas

satuan-satuan makhluk hidup (Pujianto, 2008).


Menurut Pujianto ( 2008), bahwa Suatu ekosistem tersusun atas satuan-

satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi, komunitas, dan bioma. Ekologi

mempunyai tingkatan pengkajian yaitu komponen biotik dan komponen abiotik.

Lingkungan yang meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya, dan

nutrien, yang juga penting pengaruhnya kepada organisme adalah

komponen biotik, yakni semua organisme lain yang merupakan bagian dari

lingkungan suatu individu (Campbell, 2000).

Satu organisme dikenal sebagai individu, contohnya seekor ikan, seekor

udang, dan individu lainnya. Populasi merupakan sekumpulan organisme sejenis

yang berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama, contohnya populasi dari

komunitas sungai dapat berupa populasi rumput, populasi ikan, populasi kepiting,

popuasi kerang. Antara populasi yang satu dengan populasi yang lain selalu terjadi

interaksi, baik secara langsung atau tidak langsung dalam suatu komunitas,

contohnya populasi semut, populasi belalang, dan populasi kambing yang hidup

di padang rumput.

Dalam suatu komunitas senantiasa terdapat tumbuhan, hewan dan

mikroorganisme. Organisasi kehidupan yang merupakan kesatuan

komunitas-komunitas dengan lingkungan abiotik (fisik) tempat hidupnya

membentuk suatu ekosistem.Seluruh ekosistem yang ada di dunia ini membentuk

biosfer sebagai bagian permukaan bumi yang dihuni oleh suatu kehidupan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah percobaan populasi,

komunitas dan ekosistem.


I.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan, yaitu:

1. Disini saudara akan menggunakan model untuk meneliti bagaimana suatu

populasi dapat tumbuh

2. Dalam latihan ini saudara akan mempelajari suatu komunitas. Dan saudara

akan mengumpulkan data sebanyak mungkin selama waktu dan kesempatan

memungkinkan. Kemudian saudara memeriksa hubunga antara masing-

masing spesies, agar saudara dapat mengira-ngirakan urutan mana yang

paling penting dan untuk mengetahui struktur komunitas itu

I.3 Waktu Dan Tempat

Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Oktober 2019

pukul 07.30-11.00 WITA. Percobaan ini bertempat di Laboratorium Biologi Dasar

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Ekosistem

Di dalam lingkungan terjadi interaksi kisaran yang luas dan kompleks.

Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan

hipotesis deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji

penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis (Remmert, 1980).

Setiap organisme yang hidup di alam tidak dapat hidup sendiri melainkan

harus selalu berinteraksi baik dengan alam (lingkungan) maupun dengan organisme

lainnya. Organisme hidup dalam sebuah sistem ditopang oleh berbagai komponen

yang saling berhubungan dan saling berpengaruh, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Kehidupan semua jenis makhluk hidup sering mempengaruhi, cara

berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan disebut ekosistem. Ekosistem juga

menunjukkan adanya interaksi bolak balik antara makhluk hidup (biotik) dengan

alam (abiotik) (Indriyanto, 2010).

Dalam kehidupan yang berlangsung di alam, baik itu makhluk hidup yang

hidup di darat maupun di air, berusaha memenuhi kebutuhan energinya. Makhluk

hidup autotrof akan melakukan sintesis makanan untuk mendapatkan energi, dan

pada makhluk hidup heterotrof akan ada peristiwa memakan untuk mendapatkan

energi. Pengurai (dekomposer) akan memecah materi organik kompleks

menjadi lebih sederhana untuk dirinya dan dapat digunakan kembali oleh

makhluk hidup autotrof (Setiawan, 2010).


Ekosistem adalah suatu tatanan kesatuan yang secara utuh tersusun dan

menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.

Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup

dan lingkungannya, baik lingkungan hidup maupun maupun tak

hidup. Dalam ekologi, ekosistem merupakan satuan fungsional dasar. Ekosistem

terdiri atas satuan-satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi,

komunitas, dan bioma (Pujianto, 2008).

Dalam ekologi, individu adalah makhluk hidup tunggal yang tidak dapat

dibagi-bagi. Seorang manusia, sebatang pohon kelapa, seekor kucing, dan seekor

belalang merupakan individu. Demikian pula dengan tiap-tiap ekor sapi dalam

sekawanan sapi, seekor ikan dalam kelompoknya, dan tiap-tiap pohon karet dalam

suatu perkebunan. Dari atas tanah, serumpun jahe itu terlihat sendiri atas beberapa

tanaman jahe (Pujianto, 2008).

Satuan makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu,

populasi, atau komunitas. Individu adalah makhluk tunggal. Contohnya: seekor

kelinci, seekor serigala, atau individu yang lainnya. Sejumlah individu sejenis

(satu spesies) pada tempat tertentu akan membentuk populasi. Contoh : dipadang

rumput hidup sekelompok kelinci dan sekelompok serigala. Jumlah anggota

populasi dapat mengalami perubahan karena kelahiran, kematian, dan migrasi

(emigrasi dan imigrasi). Sedangkan komunitas yaitu seluruh populasi makhluk

hidup yang hidup di suatu daerah tertentu dan diantara satu sama lain saling

berinteraksi. Contoh: di suatu padang rumput terjadi saling interaksi antar populasi

rumput, populasi kelinci, dan populasi serigala. Setiap individu, populasi dan

komunitas menempati tempat hidup tertentu yang disebut habitat. Komunitas


dengan seluruh faktor abiotiknya membentuk suatu ekosistem. Suatu komunitas di

suatu daerah yang mencakup daerah luas disebut bioma. Contoh: bioma padang

rumput, bioma gurun, dan bioma hutan tropis. Semua bagian bumi dan atmosfer

yang dapat dihuni makhluk hidup disebut biosfer (Julianty, 2012).

II. 2 Hubungan Antar Organisme

Menurut Setiawan (2010), bahwa Tiap individu atau organisme akan selalu

berhubungan dengan lingkungannya atau bahkan individu lain yang sejenis atau

lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari

populasi lain. Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat

erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antar organisme dapat dikategorikan

sebagai berikut :

a. Netral

Netral ialah, hubungan tidak saling mengganggu antar organisme dalam

habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua

belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.

b. Predasi

Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator).

Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya,

predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : singa dengan

mangsanya, yaitu kijang, rusa, dan burung hantu dengan tikus.

c. Parasitisme

Parasitisme adalah hubungan antar organisme yang berbeda spesies,

bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari

hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.


d. Komensalisme

Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda

spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah

satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek

dengan pohon yang ditumpanginya.

e. Mutualisme

Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies

yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang

hidup pada bintil akar kacang-kacangan.

II. 3. Ekosistem dan Komponen Penyusunnya

Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dibedakan atas dua macam yaitu

ekosistem alami, yaitu ekosistem yang terjadi secara alami tanpa campur tangan

manusia. Contoh: danau, gurun, dan laut. Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang

terjadi karena buatan manusia. Contoh: kolam, sawah, waduk, dan kebun.

Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan. Antara

faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang merupakan

salah satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat disebabkan oleh

proses alamiah atau karena campur tangan manusia (Indriyanto, 2010).

II. 3. 1 Pembagian Komponen Penyusun Biotik

Komponen Penyusun Ekosistem terdiri atas komponen biotik dan abiotik.

Komponen biotik (bio = hidup) meliputi semua makhluk hidup yang terdapat dalam

ekosistem misalnya pada manusia, hewan, tumbuhan. Sementara Komponen


abiotik (a bio = benda mati) meliputi air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi,

dan iklim.

Berdasarkan fungsinya, makhluk hidup dibagi menjadi tiga tipe yang sangat

umum, yaitu (Daus, 2012) :

1. Produsen

Produsen adalah makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri.

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan hijau atau tumbuhan yang

mempunyai klorofil atau zat hijau serta organisme autotrof

Di dalam ekosistem perairan, komponen biotik yang berfungsi sebagai

produsen adalah berbagai jenis alga dan fitoplankton. Autotrof adalah organisme

yang mampu menyediakan makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan

anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.

Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan

perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ”

seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya).

Fitoplankton adalah salah satu komponen autotrof plankton yang memperoleh

energi melalui proses fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian

permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang

lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang

memenuhi atmosfer bumi.

2. Konsumen

Konsumen adalah makhluk hidup yang memperoleh energi dari bahan

makanan yang dibuat oleh produsen. yang termasuk dalam kelompok ini adalah

manusia dan hewan. Karena tidak dapat membuat makanan sendiri dan selalu
bergantung pada makhluk hidup lain, maka konsumen bersifat heterotrof.

Heterotrof adalah organisme yang tergantung pada organisme lain untuk

mendapatkan makanan. Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dapat dibagi

menjadi tiga jenis yaitu sebagai berikut. Herbivora, konsumen yang hanya

mengonsumsi tumbuhan dan merupakan konsumen tingkat pertama.

Karnivora, organisme pemakan daging saja dan juga memakan hewan

herbivora sehingga disebut dengan konsumen kedua. Omnivora, pemakan segala

(tumbuhan dan hewan).

3. Dekomposer (Pengurai)

Dekomposer atau Pengurai adalah komponen biotik yang berperan

menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun

hasil pembuangan sisa pencernaan. Makhluk hidup yang berperan sebagai pengurai

adalah bakteri dan jamur saprofit. Dengan adanya organisme pengurai, zat mineral

atau unsur hara hasil penguraian yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dapat

meresap ke dalam tanah. Bakteri Saprofit adalah bakteri yang menguraikan

tumbuhan atau hewan mati, serta sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri saprofit

menguraikan protein, karbohidrat, dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas

amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana sehingga keberadannya

sangat berperan dalam membersihkan sampah organik di lingkungan sekitar.

II. 3. 2 Pembagian Komponen Penyusun Abiotik

Komponen Abiotik adalah komponen yang tidak hidup. Komponen abiotik

menyediakan tempat hidup, makanan, dan kondisi yang diperlukan oleh komponen

biotik, sehingga komposisi komponen abiotik sangat memengaruhi jenis komponen

biotik yang dapat hidup. Berikut yang termasuk komponen abiotik (Daus, 2012) :
1. Tanah

Keadaan tanah menentukan jenis tumbuhan yang dapat hidup dan jenis-jenis

tumbuhan akan menentukan jenis-jenis hewan yang dapat hidup.

2. Air

Air berfungsi sebagai pelarut zat-zat dalam tubuh, sistem pengangkut, dan

tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Keberadaan air pada

suatu ekosistem sangat memengaruhi jenis makhluk hidup yang dapat hidup.

Hewan dan tumbuhan juga beradaptasi untuk menyesuaikan dengan keadaan air di

lingkungannya.

3. Suhu

Suhu memengaruhi reaksi biokimiawi di dalam tubuh. Suhu yang terlalu

rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan pada reaksi-reaksi

biokimiawi di dalam tubuh sehingga aktivitasnya terganggu. Oleh karena itu setiap

makhluk hidup memerlukan suhu optimum untuk pertumbuhan dan

perkembangannya.

4. Cahaya Matahari

Cahaya matahari diperlukan untuk proses fotosintesis tumbuhan hijau.

Cahaya matahari juga memengaruhi suhu bumi menjadi sesuai untuk kehidupan

berbagai makhluk hidup.

5. Udara

Udara merupakan campuran berbagai macam gas. Gas-gas tersebut

memiliki fungsi berbeda pada ekosistem.

II. 4 Pembagian Tingkatan Trofik


Berdasarkan atas pemahaman tingkat trofik, maka organisme dalam

ekosistem dikelompok kan sebagai berikut (Indriyanto, 2010) :

a. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai

produsen. Semua jenis tumbuhan hijau membentuk tingkat trofik pertama.

b. Tingkat trofik kedua, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai

herbivora. Semua herbivora (konsumen primer) membentuk tingkat trofik

kedua.

c. Tingkat trofik ketiga, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai

karnivora kecil (konsumen sekunder).

d. Tingkat trofik keempat, yaitu semua organisme berstatus sebagai karnivora

besar (karnivora tingkat tinggi).

e. Tingkat trofik kelima, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai

perombak (dekomposer dan transformer) atau semua mikroorganisme.

Ekosistem terdapat interaksi antara komponen abiotik dengan komponen

biotik. Pada komponen biotik di bentuk oleh berbagai organisme yang

berbeda jenisnya. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen,

hewan berperan sebagai konsumen dan mikroorganisme berperan

sebagai dekomposer (Daus, 2012).

Beberapa organisme yang jenisnya sama akan membentuk populasi,

beberapa populasi yang berbeda akan membentuk komunitas. Satu ekosistem akan

berbeda dengan ekosistem lainnya. Perbedaan ini terjadi di dasarkan ciri-ciri

komunitas yang menonjol (baik hewan maupun tumbuhan) karena setia organisme

membentuk komunitas memiliki karakteristik yang bermacam-macam, maka

terbentuklah macam-macam ekosistem (Indriyanto, 2010).


Semua makhluk hidup, baik manusia, hewan, tumbuhan, maupun

mikroorganisme, menghuni suatu lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu

yang ada disekeliling makhluk hidup dan berpengaruh terhadap kehidupan

makhluk hidup diperoleh dari lingkungannya. Agar dapat memperoleh semua itu,

setiap makhluk hidup harus memiliki lingkungan yang sesuai. Sebagai contoh,

seekor sapi tumbuh, memperoleh makanan, dan berkembang biak

di lingkungan darat (Pujianto, 2008).

Setiap makhluk hidup harus hidup dan tinggal di lingkungan alaminya atau

lingkungan yang dapat memenuhi seluruh persyaratan hidup dari makhluk hidup

itu sendiri tersbut. Lingkungan tertentu tempat suatu makhluk hidup tumbuh dan

hidup secara alami dinamakan habitat. Setiap jenis makhluk hidup memiliki habitat

yang berbeda, contohnya habitat cacing pita adalah usus hewan Mamalia, habitat

belut adalah tanah persawahan, dan habitat pohon bakau adalah daerah pasang surut

tropis. Istilah habitat juga digunakan untuk menunjukkan tempat hidup dan tumbuh

sekelompok organisme dari berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas,

misanya habitat padang rumput dan habitat hutan mangrove (Pujianto, 2008).

Dalam ekosistem ataupun lingkungan tempat hidupnya, setiap jenis

makhluk hidup memiliki kedudukan, peran, atau fungsi yang spesifik sesuai dengan

habitatnya. Kekhususan kedudukan, peran, atau fungsi itu dinamakan nisia (niche)

atau relung. Jika habitat disamakan dengan “alamat”, nisia dapat disamakan dengan

cara hidup, “profesi”, atau “pekerjaan” suatu jenis makhluk hidup. Istilah nisia

pertama kali digunakan dalam pengertian “status fungsional suatu organisme dalam

omunitas tertentu oleh seorang ilmuwan Inggris bernama Charles Elton (1927)

(Pujianto, 2008).
Setiap kegiatan memerlukan energi. Sumber energi untuk organisme adalah

energi kimia yang terdapat di dalam makanan. Makhluk hidup tidak mampu

menciptakan energi, melainkan hanya memindahkan dan memanfaatkannya untuk

beraktivitas. perpindahan energi berlangsung dari matahari ke tumbuhan hijau

melalui proses fotosintesis. Di sini energi cahaya diubah menjadi energi kimia.

Sewaktu tumbuhan hijau dimakan herbivora, energi kimia yang tersimpan dalam

tumbuhan berpindah ke dalam tubuh herbivora dan sebagian energi hilang berupa

panas. Demikian juga sewaktu herbivora dimakan karnivora. Oleh karena itu, aliran

energi pada rantai makanan jumlahnya semakin berkurang. Pergerakan energi di

dalam ekosistem hanya satu jalur, berupa aliran energi (Remmert, 1980).

Rantai makanan adalah suatu peristiwa yang terjadi diamana makan dan

dimakan antara organisme dengan arah tertentu pada suatu ekosistem. terdiri atas

rantai makanan perumput,rantai makanan detritus. Rantai Makanan tidak hanya

mencakup hewan-hewan seperti rusa, sapi tetapi juga herbivora kecil misalnya

serangga (Remmert, 1980).

Suatu jenis makhluk hidup yang sama sering kali menempati nisia yang

berbeda jika berada di lingkungan yang berbeda, bergantung pada organisasi

komunitas setempat. Dalam suatu kelompok taksonomi yang sama, jenis-jenis

makhluk hidup itu tidak akan pernah menempati nisia yang sama jika berada dalam

habitat yang sama. Hal serupa juga terjadi pada makhluk hidup yang mengalami

beberapa tahap perkembangan (metamorfhosis) (Kimball, 2005).

Dalam setiap tahap perkembangan tersebutsuatu makhluk hidup menempati

nisia yang berbeda. Sebagai contoh, jentik-jentik nyamuk memiliki habitat dan nisia

yang berbeda dengan nyamuk dewasa. Jika dalam suatu habitat ada dua jenis atau
lebih makhluk hidup yang memiliki nisia yang sama maka akan tejadi kompetisi di

antara makhluk hidup tersebut. Jenis yang lebih mampu beradaptasi dan mengambil

keuntungan dari lingkungan tersebutakan mampu bertahan (survive), sedangkan

yang tidak mampu beradaptasi dengan baik dan mengambil keuntungan akan kalah.

Jenis yang kalah kalau tetap bertahan pada nisia tersebut kemungkinan besar akan

mati atau punah (Pujianto, 2008).

Dalam mekanisme pertahanan, untuk dapat mempertahankan jenisnya dari

kepunahan, jenis tersebut harus pindah ke habitat lain yang tingkat kompetisinya

lebih rendah. Nisia suatu jenis makhluk hidup merupakan

akibat dari adaptasi struktural, fisiologi, dan perilaku spesifik makhluk

hidup. Setiap makhluk hidup atau organisme di alam selalu melakukan kegiatan-

kegiatan. Harimau menangkap mangsa, rumpun padi tumbuh membesar, bunga-

bunga mekar dan kemudian menjadi layu, serta bakteri membusukkan bangkai

hewan, semua itu adalah contoh-contoh kegiatan yang dilakukan oleh organisme.

Setiap kegiatan memerlukan energi (Pujianto, 2008).

Semua bentuk kehidupan di muka bumi ini memperoleh energi dari

matahari, baik secara langsung maupun tidak langsung. Produsen atau organisme

autotrof memperoleh energi secara lansung dari cahaya matahari. Hal ini

disebabkan organisme autotrof memiliki komponen, yaitu klorofil, yang berfungsi

sebagai penangkap cahaya matahari. Oleh organisme autotrof, cahaya matahari

digunakan untuk melakukan fotosintesis (Pujianto, 2008).

Apabila produsen dimakan oleh konsumen I atau konsumen primer

(herbivor), energi kimia yang tersimpan dalam tubuh produsen tadi akan berpindah

ke tubh konsumen I dan digunakan untuk aktifitas tubuhnya. Sebagian energi akan
hilang dalam bentuk panas. Jika tubuh konsumen I dimakan oleh konsumen II atau

sekunder (karnivor), terjadi perpindahan energi dari konsumen I ke konsumen II.

Demikian pula jika konsumen II dimakan oleh konsumen III atau tersier. Sebagian

energi itu juga akan digunakan untuk aktivitas tubuhnya dan sebagian lagi juga akan

hilang sebagai panas. Begitu pula saat konsumen

III mati, tubuhnya akan diuraikan oleh dekomposer. Dekomposer memperoleh

energi dari penguraian ini, tetapi sebagian energi akan hilang sebagai panas

(Pujianto, 2008).

Dari seluruh energi cahaya yang ditangkapnya, hanya sekitar 0,01% yang

digunakan tumbuhan untuk membentuk zat organik (gula). Namun, hanya sekitar

10% dari 0,01% energi itu yang benar-benar sampai ke konsumen I. begitu pula

energi yang sampai ke konsumen II, hanya sekitar 10% dari yang diterima

konsumen I. demikian seterusnya. Jadi, dalam setiap perpindahan energi melalui

proses memakan dan dimakan, selalu terjadi kehilangan energi (energi panas).

Dalam hal ini, konsumen puncak selalu menerima energi yang paling kecil. Ada

tiga faktor yang menyebabkan hilangnya energi dalam suatu proses memakan dan

dimakan, yaitu sebagai berikut (Pujianto, 2008).

1. Populasi konsumen tidak dapat memanfaatkan seluruh sumber makanan

yang ada.

2. Ketidaksempurnaan dapat melakukan pencernaan makanan.

3. Gerakan serta respirasi menyebabkan energi hilang dalam bentuk panas.

Dalam suatu ekosistem, terjadi peristiwa memakan dan dimakan sederetan

organisme dengan urutan tertentu dinamakan rantai makanan. Dalam rantai

makanan terjadi proses perpindahan energi dari produsen ke konsumen


(I, II, III, dan seterusnya) kemudian ke pengurai. Semua rantai makanan selalu

dimulai dari tumbuhan berklorofil yang berperan sebagai produsen dan

berakhir pengurai yang berperan sebagai dekomposer. Pengurai tersebut

menghasilkan unsur-unsur hara (senyawa-senyawa kimia) yang dapat digunakan

lagi oleh produsen (Pujianto, 2008).

Adaptasi yaitu proses penyesuaian diri makhluk hidup dengan

lingkungannya. Adaptasi terbagi menjadi 2 yaitu adaptasi morfologi dan adaptasi

fisiologi. Adaptasi morfologi yaitu penyesuaian bentuk tubuh, struktur tubuh, atau

alat-alat tubuh. Adaptasi morfologi dapat dengan mudah mengamati morfologi

adaptasi sebab tampak dari luar. Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi alat–

alat tubuh orgnisme terhadap lingkungannya. Pengamatan terhadap adaptasi

fisiologi tidak mudah karena menyangkut fungsi alat-alat tubuh yang umumnya

terletak di bagian dalam tubuh (Julianty, 2012).

Kepadatan pupolasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan

dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau

persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting

diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu

komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu rapat. Untuk itu

biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan

membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat

dalam unit tersebut (Kimball, 2005).


BAB III

METODE PRAKTIKUM

III.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat tulis,

seperti pulpen, pensil, kertas dan penggaris.

III.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu kertas grafik biasa, satu lembar setiap

mahasiswa/mahasiswi.

III.3 Cara Kerja

III. 3. 1. Model Pertumbuhan Populasi

1. Mempersiapkan model

Model yang digunakan hanya suatu pengamatan semu, dimana

membutuhkan penalaran yang terdiri atas 4 model.

2. Menghitung besarnya pertumbuhan populasi tiap-tiap model.

3. Membuat grafik untuk tiap-tiap model.

III. 3. 2. Struktur Ekosistem

1. Menentukan daerah pengamatan.

2. Mengadakan survei tempat.

3. Menentukan data apa yang harus diteliti.

4. Mengumpulkan data dengan mencatat komponen biotik (organisme) dan

abiotik yang terdapat di daerah penelitian dan kuantitasnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHSAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Komponen Biotik

a. Tumbuhan

Yang termasuk komponen biotik tumbuhan yaitu : Fitoplankton, Rumput

laut, Alga, Terumbu karang, dll.

b. Hewan

Yang termasuk komponen biotik hewan yaitu : Zooplankton, Udang, Ikan-

ikan kecil, Lobster, Ikan Teri, Ikan Tuna, Ikan Hiu, Singa Laut, Burung

Camar, dll.

IV.1.2 Komponen Abiotik

Komponen abiotik yang terdapat pada ekosistem laut adalah air, cahaya

matahari, tanah, kadar oksigen, kadar garam/mineral, kedalaman, iklim, dan suhu.

IV.1.3 Rantai Makanan

Gambar IV.1.3

Rantai makanan pada ekosistem laut

IV.1.4 Jaring - Jaring Makanan


Gambar IV.1.4

Jaring-jaring makanan pada ekosistem laut

IV.1.5 Piramida Makanan

Gambar IV.1.5

Piramida makanan pada ekosistem laut

IV.1.6 Model Perhitungan


a. Model 1

1) Tahun 2019

 Asumsi I = 5 x 10 = 50 (25) pasang

50 + 10 = 60 (30) pasang

 Asumsi II = 60 – 10 = 50 (25) pasang

 Asumsi III = = 50 (25) pasang

 Asumsi IV = = 50 (25) pasang

2) Tahun 2020

 Asumsi I = 25 x 10 = 250 (125) pasang

250 + 50 = 300 (150) pasang

 Asumsi II = 300 + 50 = 250 (125) pasang

 Asumsi III = = 250 (125) pasang

 Asumsi IV = = 250 (125) pasang

3) Tahun 2021

 Asumsi I = 125 x 10 = 1250 (625) pasang

1250 + 250 = 300 (150) pasang

 Asumsi II = 1500 – 250 = 1250 (625) pasang

 Asumsi III = = 1250 (625) pasang

 Asumsi IV = = 1250 (625) pasang

4) Tahun 2022
 Asumsi I = 625 x 10 = 6250 (3125) pasang

6250 + 1250 = 7500 (3725) pasang

 Asumsi II = 7500 - 1250 = 6250 (3125) pasang

 Asumsi III = = 6250 (3125) pasang

 Asumsi IV = = 6250 (3125) pasang

5) Tahun 2023

 Asumsi I = 3125 x 10 = 31250 (15625) pasang

31250 + 6250 = 37500 (18750) pasang

 Asumsi II = 37500 - 6250 = 31250 (15625) pasang

 Asumsi III = = 31250 (15625) pasang

 Asumsi IV = = 31250 (15625) pasang

b. Model 2

1) Tahun 2019

 Asumsi I = 5 x 10 = 50 (25) pasang

50 + 10 = 60 (30) pasang

2
 Asumsi II = x 10 = 4 (2) pasang
5

60 – 6 = 54 (27) pasang

 Asumsi III = = 54 (27) pasang

 Asumsi IV = = 54 (27) pasang

2) Tahun 2020

 Asumsi I = 27 x 10 = 270 (135) pasang


270 + 50 = 320 (160) pasang

2
 Asumsi II = x 50 = 20 (10) pasang
5

320 – 30 = 290 (145) pasang

 Asumsi III = = 290 (145) pasang

 Asumsi IV = = 290 (145) pasang

3) Tahun 2021

 Asumsi I = 145 x 10 = 1450 (725) pasang

1450. 70 = 1720 (860) pasang

2
 Asumsi II = x 270 = 108 (54) pasang
5

720 – 162 = 1558 (779) pasang

 Asumsi III = = 1558 (779) pasang

 Asumsi IV = = 1558 (779) pasang

4) Tahun 2022

 Asumsi I = 779 x 10 = 7790 (3895) pasang

7790 + 1450 = 9240 (4620) pasang

2
 Asumsi II = x 1450 = 580 (290) pasang
5

9240 – 870 = 8370 (4185) pasang

 Asumsi III = = 8370 (4185) pasang

 Asumsi IV = = 8370 (4185) pasang

5) Tahun 2023

 Asumsi I = 4185 x 10 = 41850 (20925) pasang


41850 + 7790 = 49650 (24820) pasang

2
 Asumsi II = x 7790 = 3116 (1556) pasang
5

49640 – 4674 = 44966 (22483) pasang

 Asumsi III = = 44966 (22483) pasang

 Asumsi IV = = 44966 (22483) pasang

c. Model 3

1) Tahun 2019

 Asumsi I = 5 x 10 = 50 (25) pasang

50 + 10 = 60 (30) pasang

 Asumsi II = 60 - 10 = 50 (25) pasang

2
 Asumsi III = x 50 = 20 (10) pasang
5

50 – 20 = 30 (15) pasang

 Asumsi IV = = 30 (15) pasang

2) Tahun 2020

 Asumsi I = 15 x 10 = 150 (75) pasang

150 + 30 = 180 (90) pasang

 Asumsi II = 180 - 30 = 150 (75) pasang

2
 Asumsi III = x 150 = 60 (30) pasang
5
150 – 60 = 90 (45) pasang

 Asumsi IV = = 90 (45) pasang

3) Tahun 2021

 Asumsi I = 45 x 10 = 450 (225) pasang

450 + 90 = 540 (270) pasang

 Asumsi II = 540 - 90 = 450 (225) pasang

2
 Asumsi III = x 450 = 180 (90) pasang
5

450 – 180 = 270 (315) pasang

 Asumsi IV = = 270 (315) pasang

4) Tahun 2022

 Asumsi I = 135 x 10 = 1350 (25) pasang

1350 + 270 = 1620 (810)pasang

 Asumsi II = 1620 - 270 = 1350 (675)pasang

2
 Asumsi III = x 1350 = 540 (270)pasang
5

1350 – 540 = 810 (405) pasang

 Asumsi IV = = 810 (405)pasang

5) Tahun 2023

 Asumsi I = 405 x 10 = 4050 (2025) pasang


4050 + 810 = 4860 (2430)pasang

 Asumsi II = 4860 - 810 = 4050 ( 2025)pasang

2
 Asumsi III = x 4050 = 1620(810) pasang
5

4050 - 1625 = 2430 (1215) pasang

 Asumsi IV = = 2430 (1215) pasang

d. Model 4

1) Tahun 2019

 Asumsi I = 5 x 10 = 50 (25) pasang

50 + 10 = 60 (30) pasang

 Asumsi II = 60 - 10 = 50 (25) pasang

 Asumsi III = = 50 (25) pasang

 Asumsi IV = 50 + 50 = 100 (50) pasang

2) Tahun 2020

 Asumsi I = 50 x 10 = 500 (250) pasang

500 + 100 = 600 (300)pasang

 Asumsi II = 600 - 100 = 500 (250)pasang

 Asumsi III = = 500 (250)pasang


 Asumsi IV = 50 + 500 = 550 (275) pasang

3) Tahun 2021

 Asumsi I = 275 x 10 = 2750 (1325) pasang

2750 + 550 = 3300 (1650)pasang

 Asumsi II = 3300 - 550 = 2750 (1375)pasang

 Asumsi III = = 2750 (1375)pasang

 Asumsi IV = 2750 + 50 = 2800 (1400) pasang

4) Tahun 2022

 Asumsi I = 1400 x 10 = 14000 (7000) pasang

14000 + 2800 = 16800 (8400)pasang

 Asumsi II = 16800 - 2800 = 14000 (7000) pasang

 Asumsi III = = 14000 (7000) pasang

 Asumsi IV = 14000 + 50 = 14050 (7025) pasang

5) Tahun 2023

 Asumsi I = 7025 x 10 = 70250 (35125) pasang

70250 + 14050 = 84300 (42150) pasang

 Asumsi II = 84300 - 14050 = 70250 (35125) pasang

 Asumsi III = = 70250 (35125) pasang

 Asumsi IV = 70250 + 50 = 70300 (35150) pasang


IV.1.7 Grafik

a. Model 1

Asumsi Jumlah Pasangan Burung Gereja


pada Model Perhitungan 1

15625

3125

25 125 625
2019 2020 2021 2022
Asumsi jumlah 2023
pasangan Burung…

b. Model 2

Asumsi Jumlah Pasangan Burung Gereja


pada Model Perhitungan 2

44966

4185
27 145 779
2019 2020 2021 2022
Asumsi jumlah 2023
pasangan Burung…
c. Model 3

Asumsi Jumlah Pasangan Burung Gereja


pada Model Perhitungan 3

1215

405

135
15 45
2019 2020 2021 2022
Asumsi jumlah 2023
pasangan Burung…

d. Model 4

Asumsi Jumlah Pasangan Burung Gereja


pada Model Perhitungan 4

70300

7025
2800
50 275
2019 2020 2021 2022
Asumsi jumlah 2023
pasangan Burung…

IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Pengamatan Ekosistem

a. Rantai Makanan

Rantai makanan adalah perpindahan energi dari organisme pada suatu

tingkat tropik ke tingkat tropik berikutnya dalam peristiwa makan dan dimakan

dengan urutan tertentu. Rantai makanan secara konseptual terstruktur dalam

tingkatan tropik. Sebuah tingkatan tropik mencakup semua organisme atau spesies

dengan posisi yang sama dalam rantai makanan. Tingkatan tropik terendah adalah

produsen yang tidak memakan organisme lain, tetapi dia bisa berfungsi sendiri

sebagai makanan, misalkan tanaman hijau (Wardana, 2016)

Semua organisme yang bukan produsen dapat diringkas sebagai konsumen

yang membutuhkan organisme lain untuk makan. Sebagian besar konsumen adalah

herbivora. Puncak tertinggi dalam tingkatan tropik ditepati oleh predator yang

hampir tidak mungkin dimakan oleh organisme lain. Posisi

konsumen yang berada diantara herbivora dan predator, dia memakan organisme

lain tetapi juga mempersiapkan diri sebagai makanan dari para

predator diatasnya (Wardana, 2016).

Ada rantai makanan, proses makan dan dimakan hanya berlangsung dalam

satu arah, sehingga tidak ada kompunen di dalamnya yang memiliki dua fungsi

sekaligus, karena mereka telah menempati peran masing masing tanpa ada saling

singgung. Sewaktu tumbuhan hijau dimakan herbivora, energi kimia yang

tersimpan dalam tumbuhan berpindah ke dalam tubuh herbivora dan sebagian

energi hilang berupa panas. Demikian juga sewaktu herbivora dimakan karnivora.

Oleh karena itu, aliran energi pada rantai makanan jumlahnya semakin berkurang.

Pergerakan energi di dalam ekosistem hanya satu jalur, berupa aliran energi.
Semua rantai makanan dimulai dengan organisme autrofik, yaitu organisme

yang melakukan fotosintesis seperti tumbuhan hijau.organisme ini disebut

produsen karena hanya mereka yang dapat membuat makan dari bahan mentah

anorganik.

b. Jaring-Jaring Makanan

Berbicara tentang siklus makanan dan jaring-jaring makanan yang ada di

bumi, berarti secara tidak langsung kita membicarakan dunia fisik yang

berhubungan dengan indera. Di dalam Al-qur‟an banyak membicarakan tentang hal

ini, kurang lebih sekitar 750 yang merujuk pada fenomena alam.1 Hampir

seluruhnya ayat ini menyuruh manusia untuk mempelajari al-Kitab (hal-hal yang

berhubungan dengan) penciptaan dan merenungkan isinya. Namun dalam

pembahasan ini akan difokuskan tentang bagaimana Allah menciptakan siklus

kehidupan yang ada di bumi. Lebih spesifik lagi bagaimana Allah menciptakan

siklus makanan dan jarring-jaring makanan dengan sangat rapi, sehingga terjadilah

siklus kehidupan yang indah.

Adapun tujuan dari pemahaman siklus makanan dan jaring-jaring makanan

ini adalah untuk meyakinkan manusa bahwa Allah menciptakan mereka,

ditanggung dengan rizkinya. Allah hendak meyakinkan manusia bahwa manusia

hidup dengan rizkinya masing-masing. Adanya kefakiran dan kemiskinan

dikarenakan ketidak tahuan manusia tenang siklus makanan, atau bisa karena

kedzaliman manusia karena merusak ekosistem alama. Kerusakan lingkungan

berdampak pada kerusakan rantai makanan. Kemudian berujung pada kefakiran dan

kemiskinan yang melanda kehidupan manusia.

c. Piramida Makanan
Piramida makanan adalah sebuah gambaran menampilkan informasi

tentang pengelompokan ekosistem yang membandingkan komposisi dan jumlah

biomassa. Komposisi dan jumlah biomassa tersebut dikelompokkan dari mulai

produsen, konsumen I, konsumen II, dan konsumen III.

Pada sebuah ekosistem yang normal, produsen mempunyai jumlah

terbanyak pada sebuah ekosistem. Selanjutnya jumlah konsumen tingkat I lebih

banyak dari jumlah konsumen tingkat II. Jumlah konsumen tingkat II lebih banyak

dari konsumen tingkat II, dan seterusnya.

IV.2.2 Pengamatan Populasi

a. Model I

Mengumpamakan di suatu daerah pada tahun 2015 dihuni oleh 10 burung

merpati (5 pasang jantan dan betina).

Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung merpati

menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor

betina.

Asumsi II : Setiap tahun semua tetua induk (induk jantan dan betina) mati

sebelum musim bertelur berikutnya.

Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur

berikutnya. (Dalam kedaan sebenarnya beberapa tetua akan

hidup dan beberapa keturunannya akan mati.

Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu kedaan yang seimbang,

sehingga akan mengurangi perbedaan antar model yang kita buat dengan keadaan

yang sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau

yang datang ke daerah tersebut.

b. Model II

Mengumpamakan di suatu daerah pada tahun 2015 dihuni oleh 10 burung

merpati (5 pasang jantan dan betina).

Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung merpati menghasilkan

10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.

Asumsi II : Setiap tahun dua perlima dari tetua (jantan dan betina sama

jumlahnya) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua

kalinya, baru kemudian mati.

Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur

berikutnya. (Dalam kedaan sebenarnya beberapa tetua akan hidup

dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan

saling memberikan suatu kedaan yang seimbang, sehingga akan

mengurangi perbedaan antar model yang kita buat

dengan keadaan yang sebenarnya).

Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau

yang datang ke daerah tersebut.

c. Model III

Mengumpamakan di suatu daerah pada tahun 2015 dihuni oleh 10 burung

merpati (5 pasang jantan dan betina).

Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung merpati menghasilkan

10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.


Asumsi II : Setiap tahun semua tetua induk (induk jantan dan betina) mati

sebelum musim bertelur berikutnya. (Dalam kedaan sebenarnya

beberapa tetua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati.

Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu kedaan yang seimbang,

sehingga akan mengurangi perbedaan antar model yang kita buat dengan keadaan

yang sebenarnya).

Asumsi III : Setiap tahun dua perlima dari keturunannya (jantan dan betina

sama jumlahnya) mati sebelum musim bertelur. Asumsi yang

lain tidak mengalami perubahan.

Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau

yang datang ke daerah tersebut.

d. Model IV

Mengumpamakan di suatu daerah pada tahun 2015 dihuni oleh 10 burung

merpati (5 pasang jantan dan betina).

Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung merpati menghasilkan

10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.

Asumsi II : Setiap tahun semua tetua induk (induk jantan dan betina) mati

sebelum musim bertelur berikutnya. (Dalam kedaan sebenarnya

beberapa tetua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati.

Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu kedaan yang seimbang,

sehingga akan mengurangi perbedaan antar model yang kita buat dengan keadaan

yang sebenarnya).

Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur

berikutnya.
Asumsi IV : Setiap tahun 50 burung merpati (jantan dan betina sama jumlahnya)

datang ke daerah tersebut dari tempat lainnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, ialah

sebagai berikut :

1. Pada percobaan yang telah dilakukan, kita dapat menggunakan berbagai

macam model (Model I, II, III, dan IV) untuk mengetahui bagaimana

populasi dapat tumbuh. Yang berarti ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan suatu populasi, yakni kelahiran, kematian dan

migrasi, dan faktor-faktor lain yang mungkin dapat terjadi.

2. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap komponen abiotik dan biotik yang

ditemukan dalam wilayah pengamatan, maka dapat kita ketahui bahwa

suatu komunitas terdiri dari beberapa macam jenis organisme yang saling

berhubugan sehingga membentuk rantai makanan yakni peristiwa makan

dan dimakan antara organisme dengan arah tertentu pada suatu ekosistem.

Dan juga Jaring-jaring makanan yang dibentuk oleh beberapa rantai

makanan yang saling berhubungan. Sehingga akan terbentuk piramida

ekologi yang menunjukkan tingkatan konsumen di atasnya lebih kecil

dibandingkan konsumen yang berada di bawahnya.

V.2 Saran

Adapun saran dari percobaan ini ialah, sebaiknya lokasi yang ditentukan

lebih luas dan komponen abiotik & biotiknya lebih banyak, agar dapat membuat

rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang lebih terstruktur rapi. Kemudian

dalam melakukan pengamatan sebaiknya lebih teliti agar hasilnya sangat baik.

V.2.1 Saran Untuk Lab


Saran untuk laboratorium yaitu mempersiapkan media tempat menanam

atau menyipan bahan-bahan percobaan terutama untuk bahan percobaan untuk

tumbuhan

V.2.2 Saran Untuk Asisten

Mohon maaf sebelumnya kak, saya menyarakan agar jika memberi tugas

pendahuluan dan tugas-tugas lain nya agar tidak terlalu sulit dan banyak karena

kami masih memiliki tugas-tugas lain yang harus diselesaikan

DAFTAR PUSTAKA

Daus. 2012. Ekologi. http://dauzbiotekhno.blogspot.com.

Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.


Julianty, Novi. 2012. Laporan Praktikum Biologi. http://novyjuli.blogspot.com.

Kimball, J.W. 2005. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Pujianto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia Biologi 1. Solo: PT Tiga Serangkai.

Remmert, Hermann. 1980. Ecology Edition 2. University of Michigan : Springer-

Verlag.

Setiawan, Arif. 2010. Ekosistem. http://biologi.engviet.com/biologi/ekosistem.

Anonim. 1997. Biologi science 1.diunduh dari http:// Biological Science I .com.

Campbell, Neil. 2004. Biologi jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta : PT. Gelora Aksara

Pratama, Erlangga.

Karmana Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi Untuk Kelas X SMA/MA program

IPA. Bandung : Grafindo.

Kimball. J.W. 2005. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta : PT. Gelora Aksara

Pratama, Erlangga.

Maizer.2007. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.

Jakarta : UI Press

Odum, EP. 1983. Fundamentals of Ecology third Edition. Georgia: Saunders

College Publishing.

Pratiwi, D.A. 2000. Biologi Jilid 3 edisi Kelima. Jakarta : PT. Gelora Aksara

Pratama, Erlangga.

Prawirahartono, Slamet.1994.Sains Biologi.Jakarta: Bumi Aksara.

Rochman. 2005. Biologi. Bandung : CV. Pustaka Mulia


Winatasasmita, Djamur.1993.Biologi I.Jakarta: Balai Pustaka

Wardana, Dewangga Wisnu. 2016. Rekayasa Media Pembelajaran Rantai Makanan

pada Hewan Menggunakan Augmented Reality. Program Studi

Informatikafakultas Komunikasi Dan Informatika Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Zoer´aini D.I. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi. PT Bumi Aksara,

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai