Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KOMUNITAS SERANGGA TERHADAP

PENYERBUKAN TANAMAN PERTANIAN

Di Susun oleh :
Sa’adatul Amalia B1A016101
Nissa Sissari R. B1A016106
Risdan Miftahul H. B1A016121

TUGAS TERSTRUKTUR BIOLOGI KONSERVASI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah
spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan
serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak
dikenal sebagai hama. Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami.
Kebanyakan spesies serangga bermanfaat bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah
berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru ditemukan hampir setiap tahun.
Karena alasan ini membuat serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan
hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan
jenis makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya (Meilin &
Nasamsir, 2016).
Melalui peran sebagai musuh alami, serangga sangat membantu manusia dalam usaha
pengendalian hama. Selain itu serangga juga membantu dalam menjaga kestabilan jaring-jaring
makanan dalam suatu ekosistem pertanian. Serangga juga diperlukan untuk kehidupan manusia.
Serangga dari kelompok lebah, belalang, jangkrik, ulat sutera, kumbang, semut membantu
manusia dalam proses penyerbukan tanaman dan menghasilkan produk makanan kesehatan.
Peranan serangga dalam ekosistem antara lain sebagai pollinator, dekomposer, predator
(pengendali hayati), parasitoid hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosistem sehingga
dengan adanya kegunaan serangga itu akan sangat bepengaruh dalam bidang pertanian (Meilin
& Nasamsir, 2016).
Struktur komunitas serangga di ekosistem selalu berubah begitu juga komponen yang
berhubungan dengan jaring-jaring makanan. Interaksi antara komponen biotik dan abiotik di
ekosistem akan mempengaruhi mortalitas, natalitas, penyebaran serangga pada ekosistem,
sehingga komposisi spesies selalu dinamis. Intervensi manusia dalam system budidaya pertanian
jika tidak dilakukan secara benar akan menimbulkan masalah (Afifah et al., 2015).
B. Tujuan
1. Mengetahui biodiversitas serangga penyerbuk pada tanaman pertanian.
2. Penyebaran dan Faktor yang mempengaruhi
3. Manfaat serangga penyerbuk bagi manusia.
II. PEMBAHASAN

Serangga penyerbuk merupakan salah satu layanan jasa ekosistem yang sangat
penting bagi manusia maupun lingkungan dan berperan sebesar 35% penyediaan sumber
pangan dunia. Penyerbukan tanaman oleh serangga di bidang pertanian merupakan
salah satu kunci keberhasilan produksi pertanian, Sebagian besar (± 80%) tanaman
pertanian proses penyerbukannya bergantung atau meningkat sejalan dengan
meningkatnya kunjungan serangga penyerbuk. Tingginya jumlah serangga penyerbuk
pada 8 tanaman di lahan pertanian didukung oleh tingginya jumlah serangga penyerbuk
pengunjung bunga pada setiap tanaman yaitu berkisar antara 7 spesies pada tanaman
Strawberry dan 12 spesies pada tanaman kacang panjang atau rata-rata 9,62 spesies per
tanaman.
Hasil penelitan yang dilakukan Widhiono & Sudiana (2015), pada berbagai
tanaman pertanian ditemukan 1.106 individu serangga penyerbuk yang terdiri atas 17
spesies yang berasal dari 7 familia dari 3 Ordo yaitu Diptera, Coleoptera dan
Hymenoptera. Ordo Diptera terdiri atas 1 familia yaitu Dolichopodidae, spesies
Chrysosoma leucopogon, Ordo Coleoptera, terdiri atas 1 familia yaitu Chrysomelidae
spesies Crysolina polita. Ordo Hymenoptera yang terdiri atas 6 familia dan 15 spesies
yaitu familia Apidae: Apis cerana, Trigona sp., Amegilla cingulate, A. zonata, Nomia
sp., Ceratina sp., Philanthus polites, familia Meghacilidae: Meghacile sp, familia
Vespidae: Polytes fuscata, Delta campineforme, Ropalidia romandi dan R. Fasciata,
familia Collectidae: Hylaeus modestus, dan familia Anthophoridae: Xylocopa latipes.
Dari 17 spesies serangga penyerbuk tersebut, yang paling dominan adalah lebah
madu lokal (Apis cerana) sebesar 25,61% diikuti oleh Trigona sp. (24,17%), Ropalidia
fasciata (6,22%), Xylocopa latipes (5,86%), Polites fuscata (5,23%) dan Megachile
relativa (4,06%) dan yang terkecil adalah species Ropalidia romandi (0,01%).
Kelimpahan antar spesies serangga penyerbuk menunjukan bahwa (A. cerana) sebesar
25,61% diikuti oleh Trigona sp. (24,17%) hal ini disebabkan oleh kedua spesies lebah
ini merupakan lebah eusosial yang membentuk koloni, dan di dalam satu koloni
memiliki ribuan anggota yang bekerja untuk mencari pakan (Widhiono & Sudiana,
2015).
Ketertarikan serangga penyerbuk terhadap bunga tanaman dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain ukuran bunga, warna bunga dan jumlah bunga. Penyerbukan
tanaman yang dilakukan dengan bantuan serangga memiliki bunga yang dikelilingi oleh
corolla yang warna, bentuk dan susunannya berbeda antar spesies, yang ditujukan untuk
menarik serangga penyerbuk. Selain itu ketertarikan serangga terhadap bunga juga
dipengaruhi oleh ketersediaan nektar dan tepung sari serta kondisi bunga untuk serangga
penyerbuk. (Widhiono & Sudiana, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian Indraswari et al. (2016), lebah penyerbuk berperan
dalam meningkatkan produksi buah tomat. Hal ini ditunjukkan pada perlakuan tanaman
tomat yang terbuka terjadi peningkatan 8,92% jumlah bunga menjadi buah, 43% panjang
buah, 68% diameter buah, 20% bobot buah, 189% jumlah biji/buah, dan 355% bobot
biji/buah, dibandingkan dengan perlakuan per tanaman yang dikurung.
Kepadatan bunga dan keragaman bunga merupakan faktor yang paling penting
dan menentukan keragaman serangga penyerbuk terutama apabila bunga tersedia
sepanjang tahun yang akan menghasilkan stabilitas kepadatan populasi serangga
penyerbuk dan meningkatkan keragaman serangga penyerbuk. Serangga penyerbuk pada
dasarnya membutuhkan dua komponen utama yaitu tempat untuk bersarang dan
ketersediaan sumber pakan. Oleh karena itu keragaman serangga penyerbuk sangat
ditentukan oleh ketersediaan sumber pakan yaitu nektar dan tepungsari, terutama
berkaitan dengan keberlanjutannya, jumlah, serta mutunya (Widhiono & Sudiana, 2015).
III. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan:


1. terdapat 1.106 individu serangga penyerbuk yang terdiri atas 17 spesies yang
berasal dari 7 familia dari 3 Ordo yaitu Diptera, Coleoptera dan Hymenoptera.
2. Kepadatan bunga dan keragaman bunga merupakan faktor yang paling penting
dan menentukan keragaman serangga penyerbuk terutama apabila bunga tersedia
sepanjang tahun.
3. Lebah penyerbuk berperan dalam meningkatkan produksi buah tomat. Hal ini
ditunjukkan pada perlakuan tanaman tomat yang terbuka terjadi peningkatan
jumlah bunga menjadi buah, panjang buah, diameter buah, bobot buah, jumlah
biji/buah, dan bobot biji/buah
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, L., Purnama, H., Damayanti, B., Marwoto., & B. T. Raharjo., 2015. Pengaruh
Perbedaan Pengelolaan Agroekosistem Tanaman Terhadap Struktur Komunitas
Serangga Pada Pertanaman Kedelai Di Ngale, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. J
HPT Tropica, 15(1), pp. 53-64.

Indraswari, A.G.M., Tri A., & Sih K., 2016. Keanekaragaman, aktivitas kunjungan, dan
keefektifan lebah penyerbuk pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum L:
Solanaceae). Jurnal Entomologi Indonesia, 13(1), pp. 21–29

Meilin, A. & Nasamsir, 2016. Serangga dan Peranannya dalam Bidang Pertanian dan
Kehidupan. Jurnal Media Pertanian, 1(1), pp. 18-28.

Widhiono, I., & Sudiana, E., 2015. Keragaman Serangga Penyerbuk dan Hubunganya
dengan Warna Bunga pada Tanaman Pertanian di Lereng Utara Gunung
Slamet, Jawa Tengah. Biospecies, 8(2), pp. 43-50.

Anda mungkin juga menyukai