Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ENTOMOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN

PENTINGNYA SERANGGA DI DUNIA KESEHATAN

Oleh:
Pasha Fazillah Afap
(10031282227038)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Yuanita Windusari, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan atas ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini bisa disusun dan diselesaikan
dengan baik. Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Semoga kita sebagai umatnya senantiasa diberikan ridho serta rahmatnya di akhirat
kelak, Aamiin.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Entomologi yaitu Ibu Prof.
Dr. Yuanita Windusari, S.Si., M.Si. yang telah memberikan tugas makalah ini kepada
kami. Ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui makalah ini. Makalah ini yang
bertemakan pentingnya serangga di dunia Kesehatan ini diharapkan bisa memberikan
sudut pandang baru mengenai pentingnya dan juga manfaat dari serangga di dunia
kesehatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar jauh lebih baik lagi
kedepannya. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya
bagi kami, sekian dan terima kasih.
Palembang, 7 Desember 2023

Pasha Fazillah Afap

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................5
I.3 Tujuan .....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................6
2.1 Definisi Serangga ...................................................................................................6
2.2 Peran Serangga untuk Kehidupan...........................................................................6
2.3 Kontribusi Serangga di Bidang Kesehatan ............................................................. 9
2.4 Contoh Kasus Peran Serangga di Bidang Kesehatan ...........................................11
BAB III PENUTUP .......................................................................................................13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Serangga merupakan hewan yang paling umum berada di muka bumi ini,
sebanyak lebih dari 1,5 juta spesies serangga di bumi ini telah diberi nama. Serangga
sudah menguasai hampir seluruh habitat dan telah menciptakan landasan biologis bagi
semua ekosistem (Belluco et al., 2023). Kehadiran serangga di muka bumi ini sangat
berperan penting dalam indikator keseimbangan ekosistem. Jika pada suatu ekosistem
tingkat keanekaragaman serangga yang tinggi pada sutu lingkungan dapat dikatakan
bahwa lingkungan tersebut berada pada ekosistem yang seimbang. Proses rantai
makanan akan berjalan seimbang dan normal jika keanekaragaman serangga pada suatu
ekosistem tinggi, begitupun sebaliknya jika keanekaragaman serangga pada suatu
ekosistem rendah, maka ekosistemnya tidak seimbang. Kehadiran serangga pada suatu
ekosistem sangat dipengaruhi oleh makanan yang diperolehnya (Alfianingsih et al.,
2022).
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah
spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies
golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang
pertanian banyak dikenal sebagai hama. Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid,
atau musuh alami. Kebanyakan spesies serangga bermanfaat bagi manusia. Sebanyak
1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru
ditemukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga berhasil dalam
mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas
reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda, dan
kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya.
Serangga dapat ditemukan dimanapun. Ini adalah suatu pernyataan yang benar
karena dengan cara perhtitungan apapun, baik dari segi jenis maupun dari segi jumlah.
Sampai saat ini, lebih dari satu juta spesies serangga sudah dikenal tetapi tidak seorang
pun tahu ada berapa jumlah sebenarnya yang ada dibumi, masih jutaan jenis serangga
yang belum dikenal, terutama serangga dari daerah tropis. Sebagai organisme yang
paling banyak jumlahnya di bumi, tidaklah mengherankan bahwa serangga dapat
ditemukan di hampir semua bagian bumi, bahkan di tempat yang semula diperkirakan

1
tidak ada serangga yaitu salju di benua antartika, mata air panas di Amerika ternyata
serangga juga masih dapat ditemukan, dan hanya satu tempat dimana serangga tidak
dapat ditemukan yaitu air laut.
Peranan serangga dalam kehidupan sangatlah penting. Sebagian besar
masyarakat menganggap sebagai hama yang dapat merusak tanaman, namun sejatinya
serangga berperan dalam rantai kehidupan seperti halnya serangga berperan sebagai
pollinator atau penyerbuk seperti (kupu-kupu, kumbang, lebah) serangga sebagai
parasitoid (ordo hymenoptera dan diptera), serangga sebagai predator seperti (laba-
laba), serangga sebagai indikator lingkungan (anggamanggam, capung) dan lain
sebagainya. Kebanyakan serangga pemakan organ organ tumbuhan seperti akar, batang,
daun, bunga untuk memenuhi kebutuhannya seperti ulat atau larva.
Kesehatan lingkungan dan peran serangga dalam ekosistem merupakan dua
aspek yang saling terkait dan memiliki dampak signifikan terhadap kesejahteraan
manusia. Kesehatan lingkungan mencakup berbagai faktor, mulai dari kualitas udara,
air, tanah, hingga keragaman hayati. Salah satu komponen yang tidak boleh diabaikan
dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia adalah peran serangga.
Serangga sebagai bagian integral dari rantai makanan dan ekosistem, memegang
peran kunci dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Serangga tidak hanya
menimbulkan efek positif bagi kehidupan tetapi juga menimbulkan dampak kesehatan
bagi manusia. Serangga seperti lebah, kupu-kupu, dan kumbang berperan sebagai
penyerbuk tanaman, yang mendukung produksi tanaman pangan. Tanpa kontribusi
serangga dalam proses penyerbukan, produktivitas pertanian akan menurun secara
signifikan.
Serangga juga berperan dalam pengendalian hama alami. Beberapa jenis
serangga predator dapat membantu mengontrol populasi organisme pengganggu
tanaman, seperti ulat dan kutu. Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan dapat
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, sehingga
keterlibatan serangga sebagai agen pengendalian alami menjadi semakin penting.
Namun, dalam beberapa situasi, serangga juga dapat menjadi vektor penyakit bagi
manusia. Beberapa spesies nyamuk, misalnya, dapat menyebarkan penyakit menular
seperti malaria yang disebabkan oleh nyamuk anopheles dan demam dengue oleh
nyamuk aedes. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang hubungan antara

2
kesehatan lingkungan dan peran serangga menjadi krusial dalam mengembangkan
strategi perlindungan terhadap kesehatan manusia.
Serangga dapat membantu menguraikan dan mendaur ulang nutrisi, menyebarkan
benih, menjaga struktur, mengendalikan populasi organisme lain yang mempunyai
peran berbeda (seperti parasite, predator, parasitoid, vector, dan agen penyakit), dan
menyediakan sumber makanan utama bagi fauna lain (seperti amfibi, reptile, butung,
arthopoda, ikan, mamalia, dan invertebrata lainnya). Selain itu, serangga juga dapat
membantu kehidupan manusia, seperti menghasilkan madu, menghasilkan lac, indikator
lingkungan, bahkan bermanfaat dalam bidang forensic, kesehatan, dapat juga
menghasilkan nilai ekonomi (Nurkomar & Trisnawati, 2020). Tidak hanya itu, terdapat
beberapa serangga yang memiliki peran penting dalam penyerbukan. Penyerbukan liar
yang dilakukan dan dikelola oleh serangga sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan
manusia melalui peran pentingnya dalam reproduksi tanaman liar dan produksi
tanaman, sehingga mempengaruhi hasil sekitar 75% jenis tanaman terpenting di dunia.
Serangga yang dianggap menjadi sumber makanan, akan terlihat lebih berkelanjutan
juka dibandingkan dengan sumber protein lainnya, sehingga memungkinkan
berkontribusi untuk mengurani tekanan terhadap lingkungan dan planet ini dalam
memberi makanan pada dunia yang padat penduduknya (Belluco et al., 2023).
Keberadaan serangga yang ada dimana-mana dan banyak berada di situasi yang
ditempati menjadikan serangga sebagai target perhatian kesehatan masyarakat dari
berbagai sudut pandang. Diluar peranannya terhadap kesehatan di bumi, kehadiran
serangga dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan masyarakat dengan
menularkan penyakit kepada manusia dan hewan, khususnya untuk serangga penggigit
yang berperan sebagai vector dan hama.Dengan adanya perubahan iklim dan
meningkatnya tingkat resisensi di antara arthropoda terhadap zat insektisida, penyakit
yang ditularkan melalui vector tersebut dapat diperkirakan akan meluas dan akan
semakin penting dalam waktu dekat. Tidak hanya itu, serangga juga dapat menyerang
dan mengontaminasi komoditas pangan dan pakan, merusak tanaman budidaya yang
menyebabkan hilanggnya pangan, selain itu juga dapat berdampak pada hewan ternak
(Belluco et al., 2023).
Namun, serangga juga memiliki hubungan yang menguntungkan dengan manusia.
Sejak zaman dahulu, serangga dalam dunia kesehatan telah berkontribusi dalam

3
pengobatan penyakit pada manusia dan hewan. Apabila dibandingkan dengan
peternakan hewan konvensional, produksi serangga untuk pangan dan papan
menghasilkan sedikit emisi gas rumah kaca dan juga lebih sedikit menggunakan lahan
(Aidoo et al., 2023).
Salah satu contohnya adalah lebah madu yang telah dibudidayakan dan
dieksploitasi di seluruh dunia selama ribuan tahun lalu untuk memproduksi madu dan
menjadi satusatunya serangga yang diklasifikasikan sebagai hewan ternak. Selain itu,
Apis Mellifera juga terkenal sebagai makanan manusia di belahan bumi bagian timur.
Demikian pula dengan ulat sutera yang memiliki sejarah panjang dalam industry
peternakan untuk produksi sutera yang telah menjadi sumber pendapatan penting bagi
banyak masyarakat. Selain itu, beberapa serangga juga telah menjadi pengendali
biologis dan juga menjadi indikator biologis. Lebih dari seribu spesies yang secara
tradisional dikonsumsi sebagai makanan di beberapa negara di seluruh dunia dan juga
baru-baru ini telah menarik minat negara-negara yang maju karena potensinya sebagai
pangan dan pakan yang berkelanjutan, Beberapa spesies juga dapat dipelihara dan
dipekerjakan dalam studi eksperimental dan mendaur ulang sisa organik untuk produksi
pangan dan pakan (Belluco et al., 2023).
Didalam dunia kesehatan, serangga juga dapat berperan untuk bioterapi (terapi
hayati) untuk penyakit tertentu. Adapun contoh bioterapinya, yaitu apiterapi yang
dilakukan dengan menggunakan sengatan lebah madu (apis) untuk pengobatan rematik,
sendi, dll. Selain itu juga, terdapat terapi belatung (maggot theraphy) yang
menggunakan belatung (larva) lalat phaenecia sericata untuk terapi belatung dan lalat
hijau untuk terapi gangrene. Dan juga, neuroterapi atau terapi untuk kelumpuhan saraf
otot yang dilakukan dengan menggigitkan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi
parasit malaria vivax.
Serangga tertentu yang dapat dimakan telah lama digunakan sebagai obat untuk
menjaga kesehatan manusia karena mengandung senyawa bermanfaat tersebut.
Bahanbahan fungsional dari serangga yang dapat dimakan telah dibuktikan dalam
banyak penelitian in vivo dan in vitro memiliki perlindungan gastrointestinal, aktivitas
antioksidan dan anti-inflamasi, aktivitas antibakteri, efek imunomodulator, regulasi
glukosa darah dan lipid, efek hipotensi, dan penurunan risiko penyakit kardiovaskular
(Duan et al., 2022). Sebagian besar serangga yang dapat dimakan adalah herbivora yang

4
makanan utamanya adalah daun atau kayu tanaman segar (Papastavropoulou et al.,
2022).
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang dapat dikaji dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa definisi dari serangga?
2. Bagaimana peran serangga untuk kehidupan?
3. Apakah serangga dapat berkontribusi dalam bidang kesehatan?
4. Apa contoh kasus peran serangga dalam bidang kesehatan?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui definisi dari serangga.
2. Mengetahui peran serangga untuk kehidupan terutama dalam bidang kesehatan
3. Mengetahui bagaimana serangga dapat berkontribusi dalam kehidupan terutama
dalam bidang kesehatan
4. Mengetahui contoh kasus peran serangga dalam bidang kesehatan

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Serangga
Serangga atau insekta merupakan jenis atau spesies makhluk hidup yang sering
dijumpai di bumi ini, baik di darat, laut dan udara. Filum yang dominan pada spesies ini
adalah filum Arthropoda. Kehidupan serangga ini untuk memakan binatang-binatang
atau serangga lain dan tumbuhan, sebagagian spesies serangga ini juga menghisap darah
manusia dan mamalia. Berdasarkan tingkatan adaptasinya yang sangat tinggi, serangga
ini tergolong hewan beruas dan telah ditemukan fosil serangga dari masa ke masa.
Termasuk jugga lalat maupun nyamuk (anggota diptera) yang ditemukan dalam
perangkap getah. Serangga juga mampu bertahan hidup dalam berbagai kondisi dan
tempat manapun, bahkan tanpa adanya oksigen atau udara di wilayah tersebut. Hal ini
dikarenakan serangga mampu membuat variasi denan caranya sendiri dari segala
kondisi untuk beradaptasi dengan lingkungan (Ainulia M et al., 2021). Serangga
menarik untuk diamati karena jenisnya yang cukup banyak dan juga memiliki peran
penting dalam kehidupan. Dari sekian banyak jenis hewan yang berada di muka bumi
ini, kenyataannya tiga perempat bagian adalah serangga. Dari jumlah tersebut lebih dari
750.000 jenis serangga sudah berasih diketahui dan diberikan nama (A et al., 2021).
2.2 Peran Serangga untuk Kehidupan
Serangga merupakan kelompok makhluk hidup dengan keanekaragaman yang
tinggi. Serangga dapat kita jumpai dalam kehidupans ehari-hari seperti di rumah, sawah,
ladang, dll. Bagi masyarakat umum, semua serangga seringkali dianggap mengganggu.
Namun, demikian, tidak semua serangga bersifat demikian. Ada beberapa serangga
yang bermanfaat bagi manusia yang biasa disebut dengan musuh alami. Keberadaan
serangga musuh alami di ekosistem mampu mengatur populasi hama pada kondisi
aman, sehingga tidak menimbulkan kerugian, atau bisa disebut serangga musuh alami
ini sebagai agen pengendali hama secara alami atau hayati (Nurkomar, 2020).
Selain itu, serangga juga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia
seperti penyerbuk, penghasil madu, penghasil lac, indikator lingkungan, bahkan ada
beberapa serangga yang bermanfaat di bidang forensik untuk memecahkan kasus,
kesehatan, dan juga mendatangkan nilai ekonomi. Serangga juga berperan di bidang
peternakan, yaitu sebagai pakan alternatif untuk menurunkan penggunaan bahan yang

6
berkompetisi dengan kebutuhan pangan manusia (Rumokoy et al, 2020). Berbagai jenis
serangga tidak jarang dianggap sebagai pembawa kuman yang dapat menimbulkan
penyakit, namun dibalik itu, pada kenyataan hewan ternak seperti unggas yang
memburu serangga di alam lingkungannya dan memakan berbagai jenis lalat, kecoa,
jangkrik, justru tetap hidup dan berproduksi secara normal. Secara ilmiah kenyataan ini
dapat dipahami karena dalam tubuh serangga memiliki substansi untuk meningkatkan
sistem imunitas ternak. Peran serangga untuk menunjang kesehatan ternak lokal dapat
ditempuh dengan memanfaatkan antigen immuno-en-hancer serangga (Rumokoy et al,
2020). Serangga juga memiliki kemampuan bereproduksi lebih besar dalam waktu
singkat, dan keragaman genetik yang lebih besar. Dengan kemampuannya untuk
beradaptasi, menyebabkan banyak jenis serangga merupakan tanaman budidaya, yang
mampu dengan cepat mengembangkan sifat resistensi terhadap insektisida (Lumowa &
Purwati, 2022). Dari aspek entomologi peternakan, peranan serangga dalam menunjang
agar ternak dapat tetap sehat terjadi oleh karena fungsi dari serangga itu sendiri yaitu,
sebagai sumber gizi ternak, sebagai agen imunologik, dan sebagai biodegradator dalam
mengelola bahan bio-organik di lingkungan dimana hewan diternakan.
Serangga juga berperan dalam kesehatan lingkungan dengan berfokus pada
aspek-aspek berikut (Nuryani, 2023):
1. Pengendalian hama
2. Pengendalian serangga vektor penyakit
3. Manajemen sampah: serangga juga berperan dalam penguraian bahan organik,
seperti dalam proses kompos dan penguraian sampah seperti larva lalat hitam soldier
fly.
4. Indikator kualitas lingkungan: kehadiran atau ketiadaan tertentu serangga dapat
menjadi indikator penting tentang kualitas lingkungan. Misal, terjadi penurunan
populasi serangga polinator seperti lebah, dapat mengidentifikasi masalah
lingkungan seperti penurunan keanekaragaman hayati akibat pemakaian pestisida
yang berlebihan.
5. Pemantauan kualitas tanah: beberapa jenis serangga tanah, seperti kumbang tanah,
dapat digunakan untuk memantau kualitas tanah. Mereka berperan dalam
penguraian materi organik dan bisa menjadi indikator kesehatan tanah.

7
Berikut kelompok serangga yang menguntungkan dibagi menjadi:
1. Serangga yang dapat menghasilkan produk bernilai ekonomi di dalam kehidupan
manusia: Aphis spp (penghasil madu), Bombyx mori (penghasil sutera), Laccifer
lucca (penghasil politer), dan lain-lain.
2. Serangga yang dapat meningkatkan produksi hasil panen (pollinator): lebah (Apis
mellifera), kupu-kupu (Paplio menon), dll.
3. Serangga sebagai musuh alami: Mantis regilosa (walah sembah), Ophius sp
(predator hama buah), parasitoid (beberapa familiy Hymenoptera).
4. Serangga yang dapat menguraikan sisa materi organik mati (detritivus dan sampah):
bangsa lalat dan kumbang.
Selanjutnya Peran serangga yang dapat dilihat dari nilai ekonomi yang
disumbangkan oleh serangga bagi kesejahteraan manusia yang sangat tidak mungkin
untuk menghitungnya. Salah satu serangga yang mempunyai nilai ekonomi dan telah
dikenal dalam kurun waktu yang sangat lama adalah lebah madu (Hymenoptera : Apis
spp). Dalam hidupnya, serangga ini dapat menghasilkan madu, tepung sari, susu ratu,
zat perekat dan racun tawon yang bermanfaat bagi manusia.
Beberapa serangga juga berperan sebagai predator atau agen pengendali hayati.
Laba-laba adalah contoh pemangsa lain yang dikenal secara umum. Beberapa jenis laba-
laba membuat jaring. Laba-laba tersebut menunggu di jaringnya sampai serangga yang
terbang terperangkap. Laba-laba mendekati serangga itu dengan cepat, menggigit dan
langsung memakannya. Kadang-kadang menyimpannya untuk dimakan kemudian.
Beberapa jenis laba-laba lainnya tidak membuat jaring,tetapi berpindah-pindah dalam
kebun untuk memburu mangsa. Hal yang sama juga dilakukan oleh banyak jenis
serangga pemangsa. Serangga tersebut berburu,membunuh dan memakan serangga lain.
Contohnya adalah tawon kertas. Selain itu,ada juga yang disebut serangga pemangsa
telur yang mencari dan memakan telur hama seperti telur penggulung pucuk. Contohnya
adalah cecopet. Serangga lain yang merupakan pemangsa termasuk belalang sembah,
kumbang kubah kumbang harimau,kumbang tanah, lalat buas, capung, dan beberapa
macam kepik
Serangga juga terdapat peran yang berhubungan dengan penyebaran bibit penyakit
atau vektor penyakit. yang berarti mereka dapat menyebarkan mikroorganisme
penyebab penyakit dari satu individu atau tempat ke individu atau tempat lainnya.

8
Berikut adalah beberapa contoh serangga yang berperan sebagai vektor penyakit
diantaranya nyamuk, lalat, kecoak, dan kutu. Nyamuk adalah vektor penyakit yang
paling terkenal. Beberapa spesies nyamuk, seperti Aedes aegypti, Culex, Anopheles,
menyebarkan penyakit menular seperti malaria, demam dengue, demam kuning, dan
virus Zika. Lalat dapat menyebarkan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit,
terutama melalui kontak dengan makanan dan tempat pembuangan sampah. Contohnya,
Lalat rumah (Musca domestica) dapat membawa bakteri dan virus dari tempat sampah
ke makanan manusia. Kecoak dapat membawa mikroorganisme penyebab penyakit
seperti bakteri dan virus. Mereka sering ditemukan di tempat-tempat yang kotor dan
dapat menyebarkan penyakit melalui kontaminasi makanan dan permukaan. Kutu dan
kutu busuk dapat menyebarkan penyakit melalui gigitan atau kontak langsung
2.3 Kontribusi Serangga di Bidang Kesehatan
Demam berdarah dengue atau DBD masih menjadi masalah penyakit menular
hingga saat ini di Indonesia maupun dunia bahkan telah meningkat 30 kali lipat selama
50 tahun terakhir. Untuk itu diperlukan metode pengendalian yang tepat untuk
mengatasi masalah penyakit ini. Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini berasal dari genus Flavivirus
famili Flaviridae yang vektornya adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Insiden demam berdarah telah meningkat 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir.
World Health Organization (WHO) mengestimasi 50-100 juta orang di dunia terinfeksi
penyakit demam berdarah setiap tahunnya. Di Indonesia penyakit demam berdarah
selalu meningkat pada awal musim hujan dan menimbulkan kejadian luar biasa di
beberapa wilayah. Penyakit tersebut juga menimbulkan wabah lima tahunan di
Indonesia, dimana wabah lima tahunan terakhir terjadi pada tahun 2003/2004. Penyakit
DBD masih menjadi masalah penyakit menular yang diakibatkan oleh vektor nyamuk di
Indonesia maupun di dunia. Untuk itu diperlukan metode pengendalian yang tepat untuk
mengatasi masalah ini. Menurut dewan penasihat kontrol vektor WHO secara spesifik
merekomendasikan Wolbachia sebagai kontrol mikrobiologi terhadap penyakit manusia
yang dibawa oleh nyamuk dewasa. Berdasarkan bukti-bukti bahwa simbiosis Wolbachia
pada populasi nyamuk Aedes aegypti mampu mengurangi kemampuan nyamuk dalam
mentransmisikan virus ke manusia. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa infeksi
Wolbachia mengurangi replikasi virus dengue.

9
Wolbachia merupakan salah satu genus bakteri yang hidup sebagai parasit pada
hewan arthropoda dan secara alamiah dapat menularkan ke lebih dari setengah species
serangga Wolbachia juga ditemukan pada 60 persen species serangga seperti ngengat,
lalat buah, capung, hingga nyamuk, namun bakteri ini tidak terdapat pada nyamuk
Aedes aegypti yang selama ini dikenal sebagai vektor penular virus dengue. Wolbachia
mampu mengintervensi masa hidup nyamuk, mengganggu sistem reproduksi, dan
menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk. Sehingga dengan adanya
bakteri Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti membuat nyamuk tidak bisa
menyebarkan virus dengue. Dampak Wolbachia terhadap nyamuk Aedes aegypti
ditemukan dalam beberapa review hasil penelitian diantaranya bahwa Wolbachia
mampu menginduksi berbagai kelainan reproduksi pada host nyamuk Aedes aegypti.
Termasuk ketidakcocokan sitoplasma (CI) yang bisa mengarah pada penggantian host
tidak terinfeksi dan yang terinfeksi. Ketidakcocokan sitoplasma (CI) menyebabkan
nyamuk jantan terinfeksi Wolbachia tidak mampu menghasilkan keturunan jika kawin
dengan nyamuk betina tidak terinfeksi.
Untuk melakukan kontrol biologi CI bisa dimanfaatkan untuk memulai infeksi
Wolbachia di populasi lapangan. Ketika nyamuk jantan dan nyamuk betina samasama
mengandung Wolbachia dengan strain yang sama maka menghasilkan keturunan
nyamuk ber-Wolbachia. Ketika nyamuk betina ber-Wolbachia dan nyamuk jantan tidak
ber-Wolbachia maka keturunannya ber-Wolbachia. Ketika nyamuk jantan ber-
Wolbachia dan nyamuk betina tidak ber-Wolbachia maka tidak akan menghasilkan
keturunan. Untuk hubugan CI dengan strain Wolbachia yang berbeda terjadi ketika
nyamuk jantan dan nyamuk betina sama-sama mengandung strain X Wolbachia maka
keturunannya akan mengandung Wolbachia dari strain X. Akan tetapi, ketika nyamuk
jantan ataupun nyamuk betina dari strain X menikah dengan nyamuk jantan dan nyamuk
betina dari strain Y maka tidak akan menghasilkan keturunan.
Pada nyamuk yang terinfeksi Wolbachia perkembanagan larva selama 11 hari
sementara pada nyamuk yang tidak terinfeksi Wolbachia selama 12 hari. Ukuran sayap
juga mengalami perbedaan antara nyamuk betina yang terinfeksi Wolbachia dengan
yang tidak terinfeksi Wolbachia dengan ukuran sayap pada nyamuk betina yang
terinfeksi lebih besar 2,58% daripada nyamuk yang tidak terinfeksi. Penelitian
selanjutnya mengemukakan bahwa rata-rata jumlah larva yang diproduksi betina yang

10
terinfeksi menurun 15% pada siklus ke dua, pada siklus ke lima menurun 40%. Ini
berhubungan dengan kesulitan nyamuk betina dalam menghisap darah. Kesulitan
nyamuk dalam menghisap darah disebabkan melemahnya probosis nyamuk sehingga
untuk menghisap darah diperlukan gigitan yang berulang. Pada intinya, nyamuk yang
terinfeksi Wolbachia akan mempengaruhi virus dengue pada nyamuk Aedes dan
perilaku nyamuk tersebut sehingga nyamuk tidak dapat menghisap darah dan
mengurangi kesuburan nyamuk betina hingga akhirnya dapat menekan kasus DBD.
2.4 Contoh Kasus Peran Serangga di Bidang Kesehatan
Di Indonesia penggunaan Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti untuk
mengendalikan penyakit DBD masih menjadi hal baru dan sudah dilaksanakan di
Kabupaten Bantul dan Sleman Provinsi Yogyakarta. Kegiatan ini dipelopori oleh
Eliminate Dengue Project (EDP) Global bekerjasama dengan sebuah universitas di
Australia. Eliminate Dengue Indonesia adalah program penelitian bersama dipimpin
oleh Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada dan didanai oleh Yayasan Tahija
(Tahija Foundation). Kegiatan ini telah melepas nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia
di beberapa komunitas di Yogyakarta sejak Januari 2014 dengan tujuan untuk
mengembangkan metode Wolbachia di antara populasi nyamuk lokal sehingga memiliki
kemampuan untuk mengurangi penularan DBD. Terdapat lima negara yang sudah
menjadi bagian dari Eliminate Dengue Project (EDP) Global diantaranya Australia,
Brazil, Colombia, Indonesia, dan Vietnam.
Kota Yogyakarta menjadi kota pertama di Indonesia yang mengimplementasikan
teknologi nyamuk ber-Wolbachia dalam pengendalian demam berdarah dengue (DBD).
Sejak program ini dimulai pada tahun 2016 lalu, angka kasus DBD di Kota Yogyakarta
berangsur menurun, dan pada tahun 2023 mencatatkan rekor terendahnya di angka 67
kasus.
Riset terkait teknologi nyamuk ber-Wolbachia di Indonesia dilakukan oleh
World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, yang merupakan kolaborasi dari
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM,
Monash University, dan Yayasan Tahija. Implementasi teknologi mutakhir ini di Kota
Yogyakarta dilakukan melalui penitipan ember berisi telur nyamuk Aedes aegypti ber-
Wolbachia di habitat alaminya di lingkungan masyarakat, dengan dukungan dari Dinas
Kesehatan dan berbagai pemangku kepentingan terkait.

11
Pada tahap pertama penerapan di Indonesia, Kota Yogyakarta, tim
memperkenalkan nyamuk ber-Wolbachia ke tujuh kelurahan di lingkar barat laut Kota
Yogyakarta. Dampak terhadap penyakit dievaluasi dengan membandingkan
pemberitahuan kasus demam berdarah ke Dinas Kesehatan Kabupaten dari komunitas
yang terkena Wolbachia dengan wilayah kendali yang belum diobati, yang dikenal
sebagai desain penelitian kuasi-eksperimental. Setelah 24 bulan terbentuknya
Wolbachia di wilayah intervensi di Kota Yogyakarta, kejadian kasus demam berdarah
yang teridentifikasi di wilayah intervensi mengalami penurunan sebesar 73%
dibandingkan dengan wilayah kontrol.
Uji coba terkontrol secara acak menggunakan metode Wolbachia dimulai di
Kota Yogyakarta pada tahun 2017 untuk mengevaluasi secara mendalam dampak
Wolbachia terhadap penularan demam berdarah dan penyakit yang ditularkan melalui
nyamuk lainnya. Hasil yang diumumkan pada bulan Agustus 2020 menunjukkan
penurunan kejadian demam berdarah sebesar 77% dan penurunan rawat inap sebesar
86% di area lokasi penelitian yang diobati dengan Wolbachia.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran serangga yang dapat sangat terlihat menonjol ialah, serangga ini dapat
menghasilkan bahan-bahan yang bernilai ekonomis seperti madu, tepung sari, susu ratu,
zat perekat dan racun tawon yang bermanfaat bagi manusia. Kemudian serangga seperti
ulat sutera mampu menghasilkan benang sutera yang dipergunakan dalam penenunan
kain sutera. Serangga juga dapat ber peran sebagai penyerbuk tanaman seperti lebah,
dan lain sebagainya. Peran serangga dalam kehidupan tidak dapat kita hindari karena
banyak dampak positif yang dihasilkan bagi kehidupan.
Selain itu serangga dapat dimanfaatkan dalam Pemanfaatan teknologi nyamuk
Aedes aegypti ber-wolbachia untuk menekan kasus infeksi dengue, terus digalakkan di
Jawa Tengah. Pasalnya, cara itu dinilai efektif menurunkan angka kesakitan dan
kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di sejumlah wilayah. Nyamuk Aedes ber-
Wolbachia dapat menekan angka kasus DBD. Kasus Aedes ber-Wolbachia dapat kita
temui di Kota Yogyakarta yang berhasil menurunkan angka kasus DBD sebesar 77%.

13
DAFTAR PUSTAKA
A, S., Aini, Q., Hanum, U., Suwarniati, & Yusuf, J. R. (2021). Keanekaragaman Jenis
Serangga Diurnal Di kawasan Kampus Universitas Muhammadiyah Aceh
Sebagai Media Pembejaran Zoologi Invetebrata. Jurnal Jeumpa, 8(2), 631–643.
Aidoo, O. F., Asante, K., Boateng, B. O., Chia, S. Y., Debrah, S. K., Dofuor, A. K.,
Ninsin, K. D., Osei-Owusu, J., & Siddiqui, S. A. (2023). Insects as food and
medicine: a sustainable solution for global health and environmental challenges.
Frontiers in Nutrition, 10, 1–14. https://doi.org/10.3389/fnut.2023.1113219
Ainulia M, A. D. R., Haryono, & Putra, M. R. T. J. (2021). Identifikasi Serangga Tanah
Di Perkebunan Sokemboi Ronting Kecamatan Lamba Leda Kabupaten
Manggarai Timur. Jurnal Celebes Biodeversitas, 4(2), 47–52.
Duan, H., Guo, J., Wang, D., Yan, W., Zhou, S., & Zhou, Y. (2022). Nutritional
Composition, Health Benefits, and Application Value of Edible Insects: A Review.
Foods, 11, 2–46.
Imathiu, S. (2020). Benefits and food safety concerns associated with consumption of
edible insects. NFS Journal, 18, 1–11.
Lumowa & Purwati. 2022. Entomologi. Media Nusa Creative (MNC Publishing).
Nurkomar. 2020. EDUKASI PERAN SERANGGA DALAM KEHIDUPAN
BERSAMA SISWA SEKOLAH DASAR DI DUSUN JLEGONGAN,
SEYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA. Logista: Jurnal Ilmiah Pengabdian
kepada Masyarakat, 4(2), 192-196.
Nuryani, D. D. 2023. ENTOMOLOGI DALAM KESEHATAN LINGKUNGAN.
Cendikia Mulia Mandiri.
Rumokoy L, G Assa, S Moningkey, H Manangkot, C Sumolang, WL Toar. 2020.
Thoraxial Antigen-G of House Fly Musca domestica (Muscidae: Diptera) on
Serum Immunoglobulin Level of Goats. Advance in Biological Science
Research.
Safitri, R et al. (2022). Pemberian Edukasi Program Wow Mantul (Wolbachia Wis
Masuk Bantul) Menuju Masyarakat Bantul Bebas DBD. Prosiding Seminar
Pusat Informasi dan Kajian Obat. 1(1). 280-285.

14
Saputra, F. R et al. (2020). Bukti Baru Infeksi Natural Wolbachia sp. pada Aedes
aegypti dengan Aedes albopictus dari Makassar. Jurnal Vektor Penyakit. 14(2).
113-118.
Untari, V. G. C. Y et al. (2018). Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Dan
Keberadaan Jentik Di Wilayah Uji Coba Nyamuk Ber-Wolbachia Di Kelurahan
Mantrijeron Yogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai