Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ENTOMOLOGI

“SERANGGA FITOFAGUS”

DOSEN PENGAMPUH: Manap Triyanto, S.Pd.,M.Sc

Disusun Oleh:
FADILA AM. LATORIRI A22121054
WULANDARI A22121055
TASYA FALIA RAMIMPI A22121126
MOH. MUNIR A22121076
AMELIA A RIUH A22121 079

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar. Tidak lupa sholawat serta salam selalu tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman
jahiliyah ke zaman islamiah yang terang benderang ini. Sehingga penulis dapat
menyusun makalah yang berjudul “Serangga Fitofagus” dengan baik.
Makalah ini didasari tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah
Entomologi Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
para mahasiswa-mahasiswi tentang Serangga, khususnya mengenai “Serangga
Fitofagus”.
Penulis dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, dengan keterbatasan kemampuan
dan kedangkalan ilmu yang penulis miliki. Penulis sangat membutuhkan kritik
dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini. Semoga kebaikan yang
telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT dan semoga
Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Palu, 21 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................i


Daftar Isi..............................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................2
D. Manfaat ...................................................................................................2
Bab II Pembahasan..............................................................................................3
A. Serangga Fitofagus ..................................................................................3
B. Hubungan Antara Serangga Dengan Tanaman .......................................4
C. Herbivora Sebagai Hama ........................................................................6
D. Prosedur Dalam Menghadapi Serangga Hama .......................................8
E. Pengelompokan Hama ............................................................................11
F. Tabel Kehidupan .....................................................................................12
Bab III Penutup ...................................................................................................16
A. Kesimpulan .............................................................................................16
B. Saran........................................................................................................16
Daftar Pustaka .....................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Serangga merupakan hewan yang jumlahnya paling banyak diantara
hewan yang lainnya dan hewan yang paling beragam jenisnya. Serangga
sudah hidup di bumi kira-kira 350 juta tahun yang lalu. Serangga termasuk ke
dalam filum Arthopoda, yaitu hewan yang memiliki kaki beruas-ruas. Tubuh
serangga dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu, kepala, dada, dan perut.
Serangga diklasifikasikan berdasarkan jenis makanannya. Ada jenis serangga
pemakan tumbuhan atau herbivora (fitofagus) seperti belalang, ulat dan
kumbang. Adapula serangga yang memakan serangga lain atau karnivora
seperti lalat, belalang sembah dan kepik. Serta serangga saprofagus, yaitu
serangga yang memakan sisa tumbuhan dan hewan yang mati atau membusuk
seperti kecoak dan larva lalat.
Serangga memegang peranan yang sangat penting dalam ekosistem
pertanian, tidak hanya sebagai kelas terbesar dari filum Arthopoda, tetapi juga
kemampuannya dalam beradaptasi terhadap perubahan ekosistem pertanian
yang dinamis dan kurang stabil. Keadaan ekosistem pertanian yang lebih
sederhana dapat menyebabkan satu atau lebih organisme pemakan tumbuhan
menjadi hama. Perubahan status serangga dari bukan hama menjadi hama
disebabkan karena berlimpahnya tanaman makanan. Di samping itu, akan
terjadi dominasi suatu suatu jenis serangga terhadap serangga lainnya, karena
di dalam ekosistem banyak mekanisme alami yang bekerja secara efektif dan
efisien. Kondisi ekologi yang ada akan berpengaruh terhadap kehadiran
organisme. Selain itu, serangga fitofagus yang makan tanaman yang dimakan
manusia sehingga seringkali menyebabkan kerugian ekonomi yang besar.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu serangga fitofagus?
2. Apa hubungan antara serangga dengan tanaman?
3. Apa penyebab makhluk herbivora sebagai hama?
4. Bagaimana prosedur dalam menghadapi serangga hama?
5. Apa saja pengelompokan hama?
6. Bagaimana susunan tabel kehidupan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu serangga fitofagus.
2. Untuk mengetahui hubungan antara serangga dengan tanaman.
3. Untuk mengetahui penyebab makhluk herbivora sebagai hama.
4. Untuk mengetahui prosedur dalam menghadapi serangga hama.
5. Untuk mengetahui apa saja pengelompokan hama.
6. Untuk mengetahui susunan tabel kehidupan.

D. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Sebagai media untuk menambah wawasan tentang serangga fitofagus.
Selain itu dapat melatih mahasiswa dalam membuat sebuah tulisan karya
ilmiah dan sejenisnya.
2. Untuk Dosen
Sebagai referensi ketika mengajar, salah satunya dalam materi serangga
fitofagus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Serangga Fitofagus
Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi.
Dalam jumlah, serangga melebihi semua hewan melata daratan lainnya dan
praktis serangga terdapat dimana-mana. Banyak ahli mengungkapkan bahwa
jumlah keseluruhan jenis-jenis serangga yang berbeda dapat mencapai 30
juta. Lebih dari seribu jenis terdapat pada satu lapangan yang sedang
ukurannya, dan populasi serangga sering kali berjumlah jutaan pada tanah
seluas satu acre (4047 m2). Lebih dari 700.000 spesies serangga telah
diidentifikasi, tetapi hanya 25% yang telah ditemukan, diidentifikasi dan
dipelajari secara rinci, yang sebagian kecil adalah serangga yang bertindak
sebagai hama bagi tanaman yang diusahakan manusia, kesehatan manusia dan
ternak. Salah satu jenis serangga yang dapat menjadi hama adalah serangga
fitofagus.
Serangga fitofagus adalah serangga pemakan tumbuhan. Sebagai
pemakan tumbuhan serangga-serangga fifofagus dapat memakan berbagai
macam bagian tumbuhan mulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Cara
hidup serangga ini beragam. Ada yang hidup di permukaan tanaman, ada juga
yang tinggal di dalam jaringan tanaman dengan cara menggorok, menggerek
dan membentuk puru. Selain itu ada juga yang hidup di dalam tanah di sekitar
perakaran. Adapun jenis-jenis serangga fitofagus, sebagai berikut:
 Serangga Monofagus, yaitu jenis serangga yang hanya memakan satu
atau beberapa jenis tumbuhan saja. Contoh: wereng batang cokelat
Nilaparvata lugens, yaitu serangga yang hanya makan dan meletakkan
telur di tanaman padi.
 Serangga Oligofagus/Stenofagus, yaitu jenis serangga yang dapat
memakan beberapa jenis tumbuhan dalam satu family. Contoh: Plutella
xylostella L, yaitu serangga yang hanya menyerang jenis tanaman kubis
(Brassica oleracea) dan terbatas hanya pada tanaman kubis-kubisan.

3
 Serangga Polifagus, yaitu jenis serangga yang dapat memakan banyak
jenis tumbuhan dalam satu family. Contoh: spesies ulat grayak
Spodoptera litura yang mampu makan pada beberapa jenis tanaman
misalnya kedelai, kacang tanah, kubis, ubi jalar, dan tanaman herba
lainnya.
Jumlah spesies serangga fitofagus hanya 26% dari seluruh spesies
serangga yang ada. Meskipun demikian, kalau tidak waspada serangga ini
dapat menyebabkan kerugian yang tidak kecil pada usaha tani kita. Serangga
dianggap sebagai hama ketika keberadaannya merugikan kesejahteraan
manusia, estetika suatu produk, atau kehilangan hasil panen. Namun
serangga-serangga fitofagus yang hidup dengan memakan gulma dapat
bermanfaat dalam pengendalian gulma secara hayati.

B. Hubungan Antara Serangga Dengan Tanaman


Pada dasarnya, serangga dan tanaman memiliki hubungan timbal balik
yang erat, entah itu hubungan yang saling menguntungkan, saling merugikan,
ataupun netral. Tanaman berperan penting dalam proses fotosintesis untuk
menyediakan energi yang dapat dimanfaatkan oleh organisme lain, termasuk
serangga. Adapun beberapa jenis hubungan antara serangga dengan tanaman
adalah sebagai berikut:
a. Serangga sebagai predator
Serangga predator adalah serangga yang memangsa serangga lain sebagai
sumber pakanya dengan cara memakan secara langsung (keseluruhan
tubuh mangsa) ataupun secara bertahap. Biasanya ukuran tubuh predator
lebih besar dari mangsanya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pada
umumnya predator lebih dari satu individu. Sebagai contoh predator
generalis adalah laba-laba atau spiders yang dapat memangsa berbagai
jenis serangga. Dari sekian banyak ordo serangga, ordo yang spesies
anggotanya banyak berperan sebagai predator diantaranya adalah
Odonata, Hempitera dan Coleoptera. Contoh salah beberapa spesies
predator yang sering ditemui ialah Menochilus sexmaculatus,
Cosmolestes picticeps dan Mantis religiosa yang pemangsa telur, larva

4
kecil kumbang dan hama lepidoptera, serta memangsa arthropoda yang
lambat dengan tubuh lunak seperti kutu daun, jasid, thrips, kutu kebul,
sisik, kutu putih dan tungau.
b. Serangga sebagai parasitoid
Parasitoid merupakan spesies serangga yang biasanya meletakkan
telurnya di dalam atau dapat juga diluar tubuh dari serangga lain yang
dijadikannya sebagai inang. Parasitoid pada umumnya memiliki tubuh
yang lebih kecil dari serangga yang diparasitnya. Parasitoid memarasit
hanya pada stadia larva, sedangkan pada stadia imago biasanya parasitoid
meninggalkan inangnya. Beberapa parasitoid yang berperan sebagai
parasit telur yaitu Telenomus sp yang memarasit telur Spodoptera
frugiperda (Gambar 3), Trichogramma japonicum, Tetrastichus sp.
(Gambar 3), Beberapa jenis parasitoid yang berperan dalam memarasit
larva inang (parasitoid larva) yaitu Eriborus argenteopilosus
(Hymenoptera: Ichneumonidae), Peribaea orbata (Diptera: Tachinidae)
dan Microplitis manilae (Hymenoptera: Braconidae)
c. Serangga sebagai dekomposer
Serangga dekomposer dapat menjadi pengurai serasah tanaman dengan
membantu pelapukan serasah tanaman yang ada pada tanah secara
langsung akan menambah kandungan bahan organik tanah sehingga
berpengaruh terhadap keseimbangan tanaman karena mendapatkan
kandungan bahan organik yang optimal. Pada populasi serangga
dekomposer semakin meningkat ketika sumber makanan serangga
dekomposer banyak secara langsung mikroorganisme akan menguraikan
lebih cepat untuk menjadi bahan organik tanah yang tersedia banyak.
Dolichoderus thoracicus merupakan spesies serangga dari ordo
Hymenoptera yang berperan dalam pengurai untuk pembentukan bahan
organik tanah sebagai pemakan hewan dan tumbuhan mati, serta dapat
ditemukan di siang hari. Selain itu, ada Scarabaeus latticolis atau
kumbang kotoran dari ordo Coleoptera memiliki peran penting dalam
pembentukan tanah sehingga tanah mempunyai kandungan unsur hara
yang baik untuk tanah dan tanaman karena Scarabaeus latticolis

5
melakukan proses dekomposer yaitu kegiatan daur ulang kotoran hewan
berada di tanah dengan cara dibenamkan dalam tanah sehingga terjadi
proses penguraian dan nutrisi akan bertambah untuk tanah.
d. Serangga sebagai polinator
Serangga memiliki peran yang penting dalam perkembangan tanaman,
salah satunya sebagai polinator atau membantu dalam penyerbukan
tanaman. Produktivitas tanaman dapat dipengaruhi oleh serangga
penyerbuk. Oleh karena itu, interaksi antara serangga penyerbuk dan
tanaman sangat dibutuhkan. Serangga penyerbuk mengambil nektar
bunga dan dan serbuk sari yang berada pada bunga ikut terbawa dan
melekat pada tungkai, kemudian Ketika serangga penyerbuk berpindah
ke bunga yang lain maka proses pembuahan akan terjadi karena serbuk
sari yang terbawa sebelumnya jatuh. Spesies yang banyak berperan
sebagai serangga penyerbuk berasal dari Hymenoptera, Lepidoptera, dan
Diptera sangat menguntungkan bagi tanaman terutama pada pertanian
berkelanjutan.
e. Serangga sebagai bioindikator agroekosistem yang tercemar
insektidsida sintetik
Dalam pertanian berkelanjutan serangga serangga termasuk unsur yang
paling penting dalam organisme indikator lingkungan perairan. Kualitas
air dapat mempengaruhi keberagaman makhluk hidup yang hidup pada
suatu perairan termasuk dalam pertanian, serangga memiliki fungsi
penting sebagai bioindikator karena beberapa jenis serangga sangat peka
terhadap lingkungan, oleh karena itu, serangga bermanfaat sebagai
biomonitor kondisi pencemaran perairan. Ordo serangga yang spesies
anggotanya banyak berperan sebagai bioindikator, antara lain adalah
Hemiptera, Coleoptera, Ephemeroptera, Trichoptera, Odonata.

C. Herbivora Sebagai Hama


Hama adalah semua hewan yang karena aktifitas hidupnya merusak
tanaman atau hasilnya, sehingga menimbulkan kerugian secara ekonomi.
Hewan yang dapat menjadi hama antara lain serangga, tungau, tikus, burung,

6
dan mamalia besar. Hama tanaman merujuk pada binatang yang menjadi
hama yakni merusak tanaman dan merugikan petani. Selama binatang
tersebut (serangga, tikus, nematoda, tungau, dan lain-lain) mendatangkan
kerugian disebut hama tanaman. Tetapi keberadaan binatang di tanaman tidak
selalu mendatangkan kerugian /kerusakan tanaman. Banyak jenis binatang
herbivora ada di pertanaman tetapi tidak semuanya menjadi hama. Di
samping itu di ekosistem banyak sekali jenis binatang yang tidak merugikan
malahan menguntungkan seperti musuh alami (parasitoid, predator), serangga
penyerbuk tanaman (lebah, tawon) serangga-serangga netral seperti semut,
dan lain-lain. Namun, herbivora dianggap sebagai hama karena memakan
tumbuhan yang diusahakan oleh manusia baik secara ekonomis maupun
subsisten.
Berikut beberapa bentuk kerusakan tanaman oleh hama, yaitu:
 Memakan bagian tanaman, seperti bibit, daun, cabang, batang, akar, buah
dan biji, dan lain-lain.
 Memproduksi senyawa kimia beracun, yaitu hama yang memproduksi
senyawa kimia yang dapat merusak jaringan tanaman inang
 Kerusakan fisik pelukaan dan lobang pada bagian tanaman, serta inang
sebagai tempat infeksi patogen tanaman
 Mengurangi kualitas hasil tanaman inang, seperti kerusakan fisik dapat
mengurangi kualitas hasil dan mempercepat pembusukan dalam
penyimpanan.
 Mengurangi nilai estetika tanaman inang, seperti kerusakan fisik dapat
mengurangi nilai kosmetik produk tanaman, masyarakat di kota dan di
negara maju tdk suka makan buah/sayuran/daun yg rusak dan ada
kotoran serangga.
 Sebagai vektor patogen tanaman, seperti virus, bakteri, dan jamur.
Serangga vektor ini menjadi masalah yg serius dalam pengelolaan hama.
 Kontaminasi langsung, seperti serangga/bagian serangga atau hama lain
dapat mengkontaminasi produk tanaman sehingga masyarakat negara
maju tidak suka produk yang terkontaminasi tersebut.

7
 Pengeluaran biaya untuk tindakan pengendalian, seperti pembelian alat
dan bahan untuk pengendalian dan biaya aplikasi teknik pengendalian
hama.
 Biaya lingkungan dan sosial
 Embargo, karantina dan peningkatan biaya ekspor. Seperti dilarang
masuk ke suatu daerah atau Negara serta perlu biaya pengendalian hama
selama pengapalan.
Selain itu, serangan hama dapat mengakibatkan sebagai berikut:
 Produksi turun (nasional, propinsi, lokal, tingkat petani).
 Kualitas anjlok (mutu rendah sehingga sulit dipasarkan dan diekspor).
 Harga produk merosot.
 Biaya produksi naik.
 Rugi secara ekonomik (biaya lebih besar daripada pendapatan).
 Penghasilan negara/daerah (PAD) turun.
 Penghasilan turun dan kesejahteraan petani menurun, sehingga
menyebabkan kemiskinan meningkat.

D. Prosedur Dalam Menghadapi Serangga Hama


Serangga hama adalah herbivora (konsumen-1) yang dapat merugikan
tanaman yang dibudidayakan manusia secara ekonomis. Akibat serangan
serangga hama, produktivitas tanaman menurun, baik kualitas maupun
kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu,
kehadirannya perlu dikendalikan apabila populasinya di lahan telah melebihi
batas Ambang Ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan
terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik) serta
gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan
kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian.
Adapun beberapa cara pengendalian menurut Coulson & Whitaker
(1984), sebagai berikut:

8
1. Pengendalian Secara Silvikultur
a. Mengatur komposisi tegakan (hutan campuran)
Yaitu mengatur sumber pakan menjadi lebih terbatas dibanding hutan
sejenis, serta memberikan kestabilan keanekaragaman hayati sehingga
keseimbangan alami lebih terjamin.
a. Mengatur kerapatan tegakan
Yaitu mengurangi ketersediaan ruang dalam jangka waktu yang
sama. Pengaturan jarak tanaman akan mempengaruhi mikrohabitat
yang akan berpengaruh terhadap serangga dan musuh alaminya.
b. Mengatur kesehatan pohon
Pohon sehat adalah pohon yang tumbuh normal menurut kriteria
pertumbuhan yang telah diketahui. Pohon sehat umumnya lebih tahan
terhadap serangan hama.
c. Mengatur umur tegakan
Yaitu menciptakan kondisi yang tidak sesuai bagi kesinambungan
tersedianya pakan bagi serangga hama di suatu tempat. Serta memutus
siklus hidup serangga sehingga populasi dapat berkurang karena
ketiadaan sumber pakan.
d. Menanam jenis pohon yang tahan
Yaitu pohon yg diperoleh dari hasil pemuliaan tanaman. Metode ini
tidak mencemari lingkungan, menguntungkan, dan tahan terhadap
serangan hama.
2. Pengendalian Secara Fisik – Mekanik
Ada dua mcara dalam metode ini, yaitu pengendalian secara fisik dan
mekanik. Metode pengendalian secara fisik yaitu memanfaatkan faktor-
faktor fisik untuk mematikan pengembangan populasi serangga, seperti
mengubah suhu, kadar air, atau kelembaban dan cahaya. Sedangkan
metode pengendalian mekanik yaitu mematikan serangga secara langsung
menggunakan tangan atau bantuan alat, seperti merusak habitat serangga,
memasang perangkap, mematikan dengan tangan/alat, memagari tanaman,
menangkap dengan pengisap.

9
3. Pengendalian Secara Hayati (Biologi)
Metode ini yaitu mengatur ekologi/kepadatan populasi serangga oleh
musuh alami. Ada 3 jenis serangga yang digunakan, yaitu:
- Predator: Organisme yang memangsa serangga.
- Parasitoid: Organisme yang memarasit serangga.
- Entomopatogen: Patogen yang menginfeksi serangga.
4. Peraturan Peraturan Pemerintah (Per-UU)
Metode ini menggunakan sarana hukum untuk mencegah perpindahan
hama ke wilayah tertentu. Meliputi aspek-aspek hukum yang berkaitan
dengan embargo dan pembatasan masuknya komoditi perhutanan/
perkebunan dan tanaman yang mengandung hama. Salah satu contohnya
adalah sertifikasi benih.
5. Pengendalian Secara Genetik
Metode ini menggunakan rekayasa genetika terhadap serangga, misalnya
penggunaan serangga jantan yg mandul. Namun dibutuhkan biaya yang
sangat mahal untuk biaya pembiakan. Umumnya metode ini digunakan
untuk serangga hama eksotik yg belum lama masuk ke suatu wilayah dan
penyebarannya masih sempit.
6. Pengendalian Secara Kimiawi (Insektisida)
Metode ini merupakan pengendalian menggunakan pestisida. Metode ini
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dipping, spraying, funmigation,
dusting, dan baiting. Keberhasilan metode ini bergantung pada pemilihan
jenis formulasi, dosis/konsentrasi, alat, serta waktu aplikasi.
7. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Metode ini memadukan berbagai teknik pengendalian hama yang dikenal.
Metode ini dilakukan sesuai prinsip-prinsip ekologi, mengkombinasi
berbagai taktik atau cara, serta mengurangi ancaman atau kerugian sampai
batas toleransi ekonomi dan sosial. Metode ini juga bagian dari
pengelolaan sumber daya secara luas.

10
E. Pengelompokan Hama
Serangga merupakan hewan multiseluler yang paling dominan di
bumi. Serangga memiliki enam kaki dan tubuhnya terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Lebih dari 700.000 spesies
serangga telah diidentifikasi, tetapi hanya 25% yang telah dipelajari secara
rinci, yang sebagian kecilnya merupakan serangga yang bertindak sebagai
hama bagi tanaman yang diusahakan manusia . Menurut Purnomo (2010), ada
beberapa kategori yang digunakan untuk menggolongkan serangga hama,
yaitu:
1. Cara Makan
Berdasarkan tipe alat mulutnya, serangga hama digolongkan
menjadi dua, yaitu tipe pemakan (chewing type) dan tipe penghisap
(sucking type). Serangga hama tipe pemakan mempunyai mandibula yang
digunakan untuk menggigit dan mengunyah makanan sehingga tanaman
yang terserang oleh serangga hama jenis ini akan menunjukkan kerusakan
seperti lubang pada daun atau buah dan gerekan pada batang. Contoh
serangga hama tipe pemakan adalah ulat Lepidoptera, belalang, kumbang
dan larvanya. Serangga hama tipe penghisap mempunyai modifikasi alat
mulut untuk menghisap cairan tanaman. Golongan ini tidak mengunyah
makanannya. Beberapa serangga hama tipe penghisap menghasilkan
saliva selama aktivitas makannya, yang menyebabkan terjadinya distorsi
pertumbuhan tanaman atau menyebabkan toksik pada daun. Contoh
serangga hama tipe penghisap adalah kutu, wereng, kutu putih, dan kutu
perisai.
2. Lokasi Makan
Setiap serangga hama memiliki lokasi makan spesifik pada
tanaman, seperti daun, batang, ranting, kulit pohon, tunas, bunga, buah,
biji, akar, dan umbi. Sebagai contoh, penggerek batang tidak akan
menjadi pemakan daun. Serangga dengan tipe metamorfosis sempurna
umumnya hanya makan pada satu lokasi bagian tanaman pada saat masih
berupa larva.

11
3. Kerusakan
Serangan serangga hama yang menyebabkan penurunan kualitas
dan hasil panen secara langsung, karena serangannya langsung pada
bagian tanaman yang akan dipanen disebut sebagai hama yang
menyebabkan kerusakan langsung. Ulat yang mampu mendefoliasi daun
tanaman dan belalang yang menghabiskan daun dan batang tanaman
merupakan contoh dari hama yang menyebabkan kerusakan langsung.
Sedangkan serangga hama yang menyebabkan kerusakan tidak langsung,
merupakan tipe serangga hama yang menyebabkan hilangnya hasil
tanaman yang diakibatkan aktivitas serangga hama yang menimbulkan
tingkat stress yang tinggi pada tanaman.

F. Tabel Kehidupan
Tabel kehidupan yaitu meliputi perkembangan, kelangsungan hidup
dan reproduksi secara komprehensif. Suwarno (2009) menyatakan bahwa
tabel kehidupan memberikan informasi tentang semua faktor yang dapat
mempengaruhi populasi serangga. Faktor-faktor tersebut adalah kelahiran
(natalitas), kematian (mortalitas), kelangsungan hidup, emigrasi dan imigrasi.
Dalam hal kemampuan melakukan reproduksi, serangga merupakan hewan
yang sangat menakjubkan. Beberapa hal unik pada kemampuan reproduksi
dari serangga (berbeda untuk setiap jenis) adalah sebagai berikut:
1. Jumlah telur fertil yang diletakkan oleh setiap betina bervariasi dari satu
hingga ribuan.
2. Lama waktu satu generasi bervariasi dari beberapa hari hingga tahunan.
Bila alam tidak melalukan mekanisme untuk mengendalikan jumlah
serangga maka serangga dapat menutupi seluruh permukaan bumi.
Sebagai contoh, pada kondisi yang ideal, lalat buah (Drosophila) dapat
menghasilkan 25 generasi setiap tahun. Apabila setiap betina dapat
menghasilkan sampai 100 telur, dengan nisbah kelamin 50 : 50, maka
dari satu pasang lalat ini (tanpa memperhitungkan mortalitas), akan
dihasilkan 100 individu generasi kedua, 5000 generasi ketiga, demikian

12
seterusnya. Sehingga pada generasi ke-25 (setelah satu tahun), akan
dihasilkan sekitar 1,92 × 1041 individu lalat.
3. Perbandingan individu betina pada setiap generasi untuk menghasilkan
keturunan betina kembali pada generasi berikutnya dapat dikendalikan,
bahkan ada serangga yang mampu menghasilkan keturunan 100% betina,
contohnya lebah madu.
4. Beberapa jenis serangga dari kelompok tawon dapat menghasilkan 18-60
individu dari satu telur. Hal ini merupakan suatu keunikan tersendiri
karena pada hewan lain umumnya satu telur yang fertil akan berkembang
menjadi satu individu. Pada manusia dan beberapa jenis hewan, kadang
kala dapat terjadi peristiwa kelahiran kembar dua, atau tiga, atau empat.
5. Pada beberapa jenis dari ordo Coleoptera atau bangsa kumbang
(Micromalthus, Phengodes, Thylodrias), dapat terjadi proses reproduksi
yang disebut aedogenesis, yaitu reproduksi yang dilakukan oleh larva.
Serangga berkembang dari telur yang terbentuk di dalam ovarium
serangga betina. Kemampuan reproduksi serangga dalam keadaan normal
pada umumnya sangat besar. Oleh karena itu, dapat dimengerti mengapa
serangga cepat berkembang biak. Masa perkembangan serangga di dalam
telur dinamakan perkembangan embrionik, dan setelah serangga keluar
(manetas) dari telur dinamakan perkembangan pasca embrionik.
Metamofosis adalah keseluruhan rangkaian perubahan bentuk dan
ukuran sejak telur sampai menjadi dewasa (imago). Adapun beberapa jenis
metamorfosis pada serangga sebagai berikut:
a. Tanpa Metamorfosis (Ametabola)
Golongan serangga ini sejak menetas (instar pertama) bentuknya sudah
menyerupai serangga dewasa (tidak bermetamorfosis), hanya ukurannya
saja yang bertambah besar. Serangga muda dan serangga dewasa hidup
dalam habitat dengan jenis makanan yang sama. Contoh serangga yang
tidak metamorfosis, antara lain ordo Thysanura (kutu buku atau rengget
atau ngenget) dan ordo Collembola, misalnya Ekor Gunting.

13
Gambar 1. Ametabola Pada Ekor Gunting
b. Metamorfosis Bertingkat (Paurometabola)
Serangga yang tergolong paurometabola mengalami perubahan secara
bertahap. Setiap pergantian kulit (ecdysis), ukuran tubuhnya bertambah
besar. Bakal sayap tumbuh secara bertahap, makin lama makin besar, dan
akhirnya menyerupai sayap serangga dewasa. Serangga muda disebut
"nimfa" (nymph), dan serangga dewasa disebut "imago". Baik nimfa
maupun imago hidup dalam habitat yang sama, dengan jenis makanan
yang sama pula. Contoh serangga yang mengalami metamorfosis
bertingkat, antara lain ordo Orthoptera (belalang, anjing tanah, jangkrik,
kecoak, dan lain-lain), ordo Thyasanoptera (thrips), ordo Homoptera (kutu
daun, wereng, dan lain-lain), dan ordo Hemiptera (kepik, walang sangit,
dan lain-lain)

Gambar 2. Paurometabola Pada Belalang


c. Metamorfosis Tidak Sempurna
Nimfa serangga golongan ini mengalami beberapa modifikasi, seperti
adanya insang trachea, tungkai untuk merangkak dan menggali, tubuh
harus dapat berenang, alat mulut harus dapat mengambil makanan di
dalam air, dan lain-lain. Habitat nimfa berbeda dengan habitat imago.

14
Nimfa tergolong serangga akuatik (hidup di dalam air), sedangkan
imagonya adalah serangga aerial. Contoh serangga golongan
hemimetabola adalah ordo Odonata (capung).

Gambar 3. Hemimetabola Pada Capung

d. Metamorfosis sempurna (Holometabola)


Serangga muda yang mengalami perkembangan holometabola disebut
"larva". Bentuk larva amat berbeda dengan imago. Jenis makanan,
perilaku, dan habitatnya pun biasanya berbeda dengan imago. Sebelum
menjadi imago, larva akan berkepompong terlebih dahulu. Perubahan
bentuk luar dan dalam terjadi dalam tingkat pupa (kepompong). Sayap
berkembang secara internal. Contoh serangga yang mengalami
perkembangan holometabola, antara lain ordo Lepidoptera, Coleoptera,
Diptera, dan Hymenoptera.

Gambar 4. Holometabola Pada Kupu-Kupu

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Serangga merupakan hewan yang jumlahnya paling banyak diantara
hewan yang lainnya dan hewan yang paling beragam jenisnya. Jenis serangga
dibagi menjadi 3 yaitu serangga pemakan tumbuhan (fitofagus), serangga
pemakan serangga lain (karnivora), serta serangga pemakan sisa tumbuhan
dan hewan (saprofagus). Salah satu jenis serangga yang dapat menjadi hama
adalah serangga fitofagus.
Serangga fitofagus dibagi 3 macam, yaitu serangga monofagus,
serangga oligofagus/stenofagus, dan serangga polinofagus. Serangga
mononofagus merupakan jenis serangga yang hanya memakan satu atau
beberapa jenis tumbuhan saja. serangga oligofagus/stenofagus merupakan
jenis serangga yang dapat memakan beberapa jenis tumbuhan dalam satu
family. Sedangkan serangga polinofagus merupakan jenis serangga yang
dapat memakan banyak jenis tumbuhan dalam satu family.
Dalam kehidupan, terdapat hubungan antara serangga dengan
tanaman baik itu menguntungkan, merugikan atau netral. Pada umumnya,
serangga berfungsi sebagai predator, parasitoid, dekomposer, pollinator, serta
sebagai biondikator agroekosistem yang tercemar insektidsida sintetik.
Namun, pada kenyataannya sebagian besar serangga fitofagus memiliki posisi
sebagai hama. Hal ini disebabkan serangga fitofagus ini memberikan dampak
yang cukup besar bagi alam dan manusia baik secara ekonomis maupun
subsisten sehingga diperlukan tindakan-tindakan untuk mengendalikan
populasi serangga jenis ini.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak luput dari kesalahan
penulis. Oleh karena itu, diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk
kepenulisan yang lebih baik lagi. Terimakasih.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, S. H. (2019). Pengendalian hayati (Biocontrol): pemanfaatan serangga


predator sebagai musuh alami untuk serangga hama (Sebuah Review).
In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 5, No. 1).
Dewantara, N. 2017. Serangga Hama dan Pengendaliannya. E-Journal
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Gramedia. Serangga: Ciri-Ciri, Klasifikasi dan Contohnya. Diakses pada tanggal
21 Februari 2024 dari laman https://www.gramedia.com/literasi/serangga/.
Jurusan MPLK. Tipe Metamorfosis Serangga. Diakses pada tanggal 21 Februari
2024 dari laman https://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/program-
studi/28-manajemen-pertanian-lahan-kering/informasi-materi-kuliah-
praktek1/188-tipe-metamorfosis-serangga.
Kuswardani, R. A. (2013). Hama Tanaman Pertanian.
Lopez, Y., F., D. Pengendalian Serangan Hama. Politeknik Pertanian Negeri
Kupang.
Meilin, A. (2016). Serangga dan peranannya dalam bidang pertanian dan
kehidupan. Jurnal Media Pertanian, 1(1), 18-28.
Meithasari, D., Diptaningsari, D., & Hariyanto, B. (2014). Keanekaragaman
serangga hama dan musuh alami pada pertanaman kedelai di Kebun
Percobaan Natar dan Tegineneng. In Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian.
SENEWE, R. E., TRIWIDODO, H., PUDJIANTO, A. R. D., & PESIRERON, M.
(2019). Gejala dan Intensitas Serangan Serangga Fitofagus pada Sagu The
Symptoms and Intensity Attacks of Phytophagous Insects on Sago. Buletin
Palma Volume, 20(1), 57-68.
Soesanthy, F., & Trisawa, I. M. (2011). Pengelolaan serangga-serangga yang
berasosiasi dengan tanaman jambu mete. Journal of Industrial and
Beverage Crops, 2(2), 141685.
Sucofindo. 2023. Tingkatkan Hasil Produksi dan Hasil Panen dengan
Pengendalian Hama Pertanian. Diakses pada tanggal 21 Februari 2024 dari

17
laman https://www.sucofindo.co.id/artikel-1/pertanian/pengujian-dan-
analisis/fumigasi-ketahui-pengendalian-hama-di-industri-pertanian/.
Susniahti, N., Suganda, T., Sudarjat, S., Dono, D., & Nadhirah, A. (2017).
Reproduksi, Fekunditas dan Lama Hidup Tiap Fase Perkembangan
Plutella xylostella (Lepidoptera: Ypnomeutidae) pada Beberapa Jenis
Tumbuhan Cruciferae. Agrikultura, 28(1).
Vanderi, A. R., Arsi, A., Utami, M., Bintang, A., Amanda, D. S., Sakinah, A. N.,
& Malini, R. (2021, December). Peranan Serangga untuk Mendukung
Sistem Pertanian Berkelanjutan. In Seminar Nasional Lahan
Suboptimal (Vol. 9, No. 2021, pp. 249-259).
Zulyusri, Z. (1998). Hubungan Serangga dan Tanaman.

18

Anda mungkin juga menyukai