Anda di halaman 1dari 31

APLIKASI SISTEM PEMBENIHAN IKAN CUPANG

BERDASARKAN PEMILIHAN PAKAN IKAN CUPANG


MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL
HIERARCHY PROSES ( AHP )

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disusun oleh :

HERNALDI KESASTRIAWAN
SUGANDI
1814311001

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BHAYANGKARA

SURABAYA 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ikan cupang merupakan salah satu komoditas yang diminati oleh berbagai kalangan,
usaha non migas hal ini dibuktikan oleh Hernaldi ( 2010 ) bahwa ikan cupang memasuki
pasar gunung sari Surabaya, yang mengalami peningkatan. Direkrorat Jendral perikanan
budidaya ( 2011 ) mengatakan bahwa indnesia telah dikenal dengan negara yang
memiliki banyak jenis ikan cupang beserta corak warnanya. Dari keseluruhan jenisnya
diantaranya berasal dari Indonesia atau yang dikenal adalah Betta Splendens dengan
nama ikan cupang (Ostrow, 1989).

Teknologi informasi adalah suatu sarana untuk mempermudahkan kinerja manusia


dalam melakukan suatu aktivitas sehari – hari pada informasi yang diberikan saat
dibutuhkan. Tidak jarang juga manusia tidak lupa untuk era informasi saat ini tergantung
pada teknologi itu sendiri. Informasi yang diberikan ini bertujuan untuk mencari solusi
terutama pada pembenihan ikan cupang berdasarkan pemilihan pakan ikan cupang. Oleh
karena itu yang semula pekerjaan membutuhkan informasi dengan waktu yang tidak tepat
terhadap pola warna dan bentuk pada ikan cupang. Dengan teknologi informasi yang bisa
membuktikan apapun itu dengan step by step.

Pada saat ini banyak budidaya ikan cupang berbagai wilayah tertentu dengan metode
yang digunakan setiap orang untuk menghasilkan sebuah motif ikan cupang tersebut.
Susunan tubuh pada ikan cupang itu sendiri terdiri dari Rongga mulut, Farinks,
Kerongkongan, Lambung, Usus panjang dan Berliku – liku. Potensi yang diberikan juga
menggunakan metode jumlah pada setiap perhitungan dan menganalisa prediksinya.

Perkembangan pada ikan cupang akan dipembiakkan sesuai dengan jenis ikan
cupang yaitu ikan cupang serit, ikan cupang halmun, ikan cupang bagan, ikan cupang
bangkok. Sistem yang akan digunakan untuk reproduksi ikan cupang akan ditentukan
pada Fase pertumbuhan, Fase perkembangan, Fase dewasa, Fase mijah, Fase mijah salin,
Fase salin hingga Fase pulih salin.
Pemijahan adalah proses pembuahan telur oleh sel sperma sang ikan jantan, sang
jantan bertemu dengan betina tidak bisa langsung bertemu berhadapan dikarenakan akan
mengakibatkan pertarungan, untuk bisa memperjodohkan sang jantan dan betina
melakukan proses pendekatan dan membutuhkan 3 wadah, Pada saat sang jantan dan
betina di masukkan wadah yang berbeda dan berilah air di wadah yang besar dan cukup
dari wadah sang jantan dan betina. Dengan tahap itu membutuhkan waktu selama 1
minggu. Faktor pendukung pemijahan Ikan cupang akan di sistem sesuai dengan krateria
Ikan cupang, Serta pembesaran pemijahan. Untuk itu perlu waktu pada indukan Ikan
cupang dengan prasarana yang dibutuhkan. Modal yang dibutuhkan membeli daun
ketapang bertujuan untuk penyembuhan pada luka yang ada pada tubuh ikan cupang.
Aspek juga diperlukan pada Ikan cupang karena banyak yang harus dilakukan terutama
pada tenaga kerja, Sumber energi, Distributor, dan Merancang manajemen yang
terorganisasikan. Dalam pembuahan dan perkembangan Ikan cupang membutuhkan
Proses cleavage, Proses blastulasi, Proses gastrulasi dan Proses organogenesis.

Pembenihan ikan cupang dilakukan di rumah beserta ruang hampa dan cukup untuk
suhu 25 celcius. Tahap pembenihan ikan cupang tergantung pada jenis ikan cupang atau
disilangkan antara jenis ikan cupang lainnya, Untuk sang jantan paling tidak cukup
matang terhadap umur dan betina juga cukup umur di tahap pembenihan. Hal itu supaya
tidak menghambat pembenihan ikan cupang, saat ini hanya menunggu waktu pembenihan
sekitar
1 minggu dan ssang jantan juga sudah menyiapkan gelembung yang akan nantinya
membawa telurnya. Akan tetapi betina harus dipisah dengan sang jantan, karena sudah
ditanggung jawabkan untuk membenihkan dan memperoleh bibit benih ikan cupang.

Budidaya ikan cupang pada tahun 2010, Mulai dari awal yang dialami adalah
permasalahan sesuai dengan pakan ikan cupang di setiap jenis ikan cupang. Untuk itu
memilih semua jenis ikan cupang dengan memberikan pakan yaitu Oligochaeta (cacing
sutera), Schystosoma japonicum (cacing darah), dan Betta Vit Super (pelet ikan cupang).
Ada juga tempat ruang di akuarium bersekat untuk hasil pendewasaan pada ikan cupang.
Hasil dari pendewasaan akan memperoleh manajemen yang tinggi terhadap corak warna,
bentuk ikan cupang dan sirip yang anggun.
Pengambilan keputusan yang tepat membantu seseorang membudidayakan ikan
cupang sesuai dengan pakan ikan cupang dengan metodenya. Beberapa penanganan dan
pengambilan keputusan yang kurang tepat dapat menjadi sebuah kesalahan yang sangat
beresiko terhadap seseorang. Serta sebaliknya apabila penentuan pada membudidayakan
ikan cupang sesuai dengan pakan ikan cupang yang kurang tepat dan akurat dapat
menjadi pertolongan pertama yang diterima oleh seseorang beberapa aspek bagi
pengguna teknologi informasi.

Perkembangan sistem pendukung keputusan ini tentu saja juga mengalami banyak
hambatan, terutama masalah rumit dan akurat atau tidaknya hasil keputusan yang
didapatkan oleh sistem. Namun hal ini banyak mendapat sorotan dan akhirnya banyak
metode – metode yang digunakan untuk mendukung sistem pendukung keputusan ini,
salah satunya metode yang digunakan adalah metode AHP (Analytic Hierarchy Process).
Metode yang mengimbangi suatu sistem untuk memilih serta memutuskan pertolongan
pertama yang sangat membantu kehidupan seseorang. Sehubungan dengan kemajuan
teknologi informasi dan penerapan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) yang
mempermudah pengambilan keputusan pertolongan pertama.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka permasalahan dari penelitian
ini adalah :

1. Bagaimana Metode AHP bisa dipakai sebagai sistem pendukung keputusan


dalam pemilihan yang sesuai dengan pakan ikan cupang pada jenis ikan
cupang dan pembenihan ikan cupang ?
2. Bagaimana menentukan hasil keputusan yang tepat dan akurat supaya tidak
ada hambatan dengan jumlah yang diberikan oleh jenis ikan cupang ?
3. Bagaimana cara menentukan pengambilan keputusan dengan cara
pengimplementasikan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk
mengambil keputusan Aplikasi Sistem pembenihan ikan cupang berdasarkan
pemilihan pakan ikan cupang ?
1.3 TINJAUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah :

Tujuan untuk membudidayakan ikan cupang dengan jenis ikan cupang yang berbeda
dan sesuai dengan pakan ikan cupang. Menerapkan metode AHP sebagai sistem
pendukung keputusan yang dapat membantu konsumen dalam pembenihan ikan cupang
yang sesuai dengan pakan ikan cupang dan dapat membantu konsumen dalam
pembenihan ikan cupang dengan kriteria yang diinginkan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah :

1. Para penggemar ikan cupang dengan pola, corak yang diperolehnya dan
bentuk sirip yang bagus.
2. Para pengguna dapat mengkoleksi jenis ikan cupang untuk memperindah di
ruang kedap udara.
3. Mengetahui bagaimana cara pembenihan ikan cupang sesuai dengan
pemilihan pakan ikan cupang.
4. Mengetahui permasalahan terhadap pembenihan ikan cupang yang tidak
akurat dan mengatur waktu yang kurang memadai.

1.5 METODE PENELITIAN


Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Objek penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang kedap dengan polusi dan berlokasi di jl.
Kedungdoro.8/21b Surabaya, Jawa timur.
2. Analisis data
Data yang digunakan bersifat kualitatif, untuk itu dalam bentuk corak
warna, jenis ikan cupang, dan bentuk di dalam ikan cupang.
3. Desain Sistem
Desain sistem tergantung pada data yang digunakan untuk pembenihan
ikan cupang sesuai dengan pakan ikan cupang dan diolah sendiri dengan
organisasi data tersebut.
4. Implementasi
a. Data primer adalah data yang didapatkan dan diolah sendiri dan cara
langsung dating mengadakan pengamatan terhadap objek penelitian
yaitu Pasar ikan Gunung sari Surabaya dan melakukan wawancara
tentang topik dibahas penulis sehingga akan diperoleh data – data yang
bersifat akurat kebenarannya.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Pasar Gunung sari
Surabaya dan data tersebut sudah diolah dan terdokumentasi seperti
sejarah ikan cupang, struktur, serta kelengkapan bahan yang digunakan
untuk implementasi pembenihan ikan cupang itu sendiri. Data ini juga
bisa bersumber dari buku – buku dan sumber kepustakaan lainnya
yang didukung pembahasan dalam peneitian ini.
5. Pengujian
Data yang sudah direkap akan di uji coba dalam pembenihan ikan cupang
berdasarkan pakan ikan cupang dan jenis ikan cupang. Akan diperoeh nilai
dari suatu data ikan cupang yang diberikannya. Dengan ini pembenihan
ikan cupang berdasarkan pakan ikan sesuai dengan teknologi informasi.
1.6 BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sistem hanya untuk pemilihan pakan ikan cupang yang diberikan pada jenis
ikan cupang.
2. Sistem ini menggunakan website offline dan tidak bisa berjalan ketika belum
saling terhubung di XAMPP.
3. Sistem ini direkomendasikan pada pembenihan ikan cupang berdasarkan
pakan ikan cupang dan jenis ikan cupang.
4. Program ini hanya menggunakan sistem pembenihan ikan cupang
berdasarkan pemilihan pakan ikan cupang.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN


Dalam sistematika penulisan Proposal Tugas Akhir, secara gambaran umum dapat
dibagi menjadi 3 bagian tentang penelitian yang akan dijalankan yaitu bagia awal, bagian
isi, dan bagian akhir. Lebih jelasnya uraian laporan tugas akhir secara umum sebagai
berikut :

A. Bagian Awal, Terdiri dari :


1) Sampul Depan
2) Halaman Judul
3) Lembar Persetujuan
4) Lembar Pengesahan
5) Lembar Pernyataan Keaslian
6) Abstrak dan Abstract
7) Lembar Persembahan
8) Kata Pengantar
9) Daftar Isi
10) Daftar Gambar
11) Daftar Tabel
B. Bagian Isi, Terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan


penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian,
sistematika penulisan mengenai Analytic Hierarchy Process untuk Aplikasi
Sistem Pembenihan Ikan Cupang berdasarkan Pemilihan Pakan Ikan Cupang
dan jadwal pelaksanaan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang sumber-sumber teori yang dijadikan acuan dalam penulisan


penelitian yang memuat uraian sistematis. Berisikan teori dan hasil dari
penelitian sebelumnya, yang disajikan dalam pustaka dan menghubungkannya
dengan masalah penelitian yang sedang diteliti.

BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan secara garis besar beberapa teori yang menjadi dasar
penelitian, diantaranya; Analytic Hierarchy Process, Aplikasi Sistem
Pembenihan Ikan Cupang berdasarkan Pemilihan Pakan Ikan Cupang.

BAB IV : ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi tentang DFD, ERD dan flowchart sistem, analisa sistem
yang di buat, rancangan sistem dan fitur-fitur pada sistem atau aplikasi yang
akan dibuat.

BAB V : IMPLEMENTASI

Bab ini berisi tentang Sistem Pembenihan Ikan Cupang berdasarkan


Pemilihan Pakan Ikan Cupang dari program atau aplikasi yang dibuat.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang percobaan dan stabilitas terhadap sistem yang
telah di buat dengan melakukan analisa serta pembadingan yang berbeda.
BAB VI : PENUTUP

Bab ini akan menguraikan kesimpulan mengenai hasil pembuatan tugas


akhir dan juga memberikan saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat.

C. Bagian Akhir, Terdiri dari :


1) Daftar Pustaka
2) Lampiran (jika Ada)
1.8 JADWAL PELAKSANAAN

T
abel
1.1.8
Jadw
al
Pelak
sanaa
n
N Tahap Bulan ke- Bulan ke- Bulan ke- Bulan ke- Bulan ke- Bulan ke-
O an 1 2 3 4 5 6

Kegiat 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
an
1 Pengumpul
an
data
2 Analisa dan
Design
3 Implementa
si
Sistem
4 Pengujian
Sistem
5 Analisa dari
Sistem
6 Maintananc
e
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

Adapun jurnal atau penelitian yang berhubungan dengan laporan proposal tentang
pembenihan ikan cupang berdasarkan pemilihan pakan ikan cupang menggunakan metode
AHP, antara lain :

2.1 Penelitian Terdahulu


1. Persilangan ikan cupang slayer (Betta Splendens Slayer ) dan ikan cupang plakat (Betta
Splendens Plakat) terhadap fekunditas dan tingkat kelulus hidupan, disusun oleh : Azizah
Mahary, Khairani Laila, AndiHidayat, Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Asahan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persilangan ikan cupang
slayer (Betta splendens slayer) dan ikan cupang plakat (Betta splendens plakat) terhadap
fekunditas dan tingkat kelulushidupan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sei Serindan Dusun V
Kecamatan Sei Kepayang Barat Kabupaten Asahan pada tanggal 1 Agustus - 30 September 2018.
Rancangan percobaan penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan tiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali. Perlakuan yang diterapkan
adalah P1. Cupang plakat jantan dan cupang plakat betina, P2. Cupang plakat jantan dan cupang
Slayer betina P3. Cupang slayer jantan dan cupang plakat betina dan P4. Cupang slayer jantan
dan cupang slayer betina. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah fekunditas yang
dihasilkan dari persilangan tidak ada pengaruh nyata (signifikan) terhadap persilangan ikan
cupang slayer dan ikan cupang plakat pada setiap perlakuan. Kemudian tingkat kelulushidupan
dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ada pengaruh nyata (signifikan) terhadap
persilangan cupang slayer dan cupang plakat pada setiap perlakuan terhadap kelulushidupan ikan
cupang. Pakan uji yang diberikan selama masa pemeliharaan larva ikan usia 3-30 hari adalah
pakan alami daphnia, pada usia 31-60 hari pakan alami yang diberikan adalah jentik nyamuk,
kualitas air selama penelitian, yaitu suhu air berkisar antara 26 – 280C, pH air berkisar antara 6,5
– 7,5.
2. Alat penetas artemia untuk pakan ikan cupang, disusun oleh : Rendi arista.

Ikan Cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar ,yang habitat asalnya adalah beberapa
negara di asia tengara antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam,
Singapura dan Vietnam Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan
cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan
cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan
cupang liar. Di Indonesia terdapat cupang asli, salah satunya adalah Betta channoides
yang ditemukan di Pampang, Kalimantan Timur

Ikan cupang adalah salah satu ikan yang kuat bertahan hidup dalam waktu lama sehingga
apabila ikan tersebut ditempatkan di wadah dengan volume air sedikit dan tanpa adanya
alat sirkulasi udara (aerator), ikan ini masih dapat bertahan hidup.

3. Pelatihan manajemen pemeliharaan ikan cupang sebagai ikan hias yang berpotensi
meningkatkan pendapatan masyarakat, Fazril Saputra, Teuku Reza Efianda, Program
Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar ,
Korespondensi: fazrilsaputra@utu.ac.id Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan
pelatihan manajemen pemeliharaan ikan cupang (Betta sp.) yang baik dan benar sesuai
dengan SNI ikan cupang hias kepada masyarakat Desa Paya Peunaga, Kecamatan
Meureubo, Kabupaten Aceh Barat. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah data
statistik Kabupaten Aceh Barat dalam angka tahun 2017 menunjukan bahwa banyak
masyarakat memiliki usia produktif di Desa Paya Peunaga, Kecamatan Meureubo, namun
tidak dibarengi oleh lowongan pekerjaan sehingga menyebabkan banyaknya
pengangguran pada usia produktif. Solusi yang ditawarkan dari pengabdian ini adalah
memberikan keterampilan tambahan kepada masyarakat di Desa Paya Peunaga,
Kecamatan meureubo untuk dapat memanajemenkan pemeliharaan ikan cupang yang
baik dan benar sesuai dengan SNI ikan cupang hias. Metode pengabdian adalah diskusi
dan praktek langsung cara membudidaya ikan cupang (Betta sp.) yang baik dan benar.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat meliputi: 1) diskusi dan sosialisasi
ikan cupang hias (Betta sp.) yang berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat dan 2)
pelatihan manajemen ikan cupang hias yang baik dan benar sesuai SNI ikan cupang hias.
Hasil yang diperoleh dari pengabdian adalah
masyarakat sangat antusias untuk membudidayakan ikan cupang hias (Betta sp.) dan
mengharapkan agar program pengabdian kepada masyarakat ini dapat terus dilaksanakan
untuk memberikan pendampingan kepada masyarakat di Desa Paya Peunaga, Kecamatan
Meureubo, Aceh Barat.
4. Tinjauan hukum islam tentang jual beli ikan cupang dengan sistem tarik benang (Studi di
Desa Pulau Panggung Kecamatan Semende Darat Laut Kab. Muara Enim), disusun oleh :
RAMA DONA LAILA , Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah).
Jual beli yang terjadi di desa Pulau Panggung kecamatan Semende Darat Laut Kabupaten
Muara Enim ini berbeda dengan jual beli pada umumnya karena sistem yang digunakan
dalam jual beli menggunakan sistem tarik benang, disekian banyak benang hanya
sebagian yang terikat dengan plastik yang berisi ikan cupang, sehingga membuat pembeli
harus memilihmilih dahulu sebelum menarik benang tersebut. Setiap penarikan benang
harus membayar terlebih dahulu, pembeli yang beruntung maka akan menarik benang
yang terikat dengan plastik berisi ikan dan pembeli yang tidak beruntung hanya akan
menarik benang saja tanpa ada ikan. Pembeli yang hanya mencabut benang (tidak
mendapat ikan) akan penasaran sehingga ingin mencoba terus-menerus sampai berhasil
menarik benang yang terhubung dengan plastik yang berisi ikan. Jual beli seperti ini
dapat dikatakan sebagai jual beli yang tidak ada kejelasan dalam mendapatkan ikan,
karena pembeli hanya bisa berspekulasi atau mengandalkan untung untungan saja.
Benang yang di tariknya belum tentu benang yang terhubung dengan plastik yang berisi
ikan. Masalah tersebut telah berlangsung lama dan di anggap biasa oleh masyarakat di
Desa Pulau Panggung kec.Semende Darat Laut kab.Muara Enim, maka penulis
menganggap masalah ini sangat penting sekali untuk di bahas agar menambah
pemahaman kepada masyarakat agar tidak terjerumus ke dosa.
Penelitian ini mengangkat rumusan permasalahan yaitu (1) Bagaimana praktik jual beli
ikan dengan sistem tarik benang di desa Pulau Panggung kec.Semende Darat Laut
Kab.Muara Enim? (2) Bagaimana tinjauan hukum islam terhadap praktik jual beli ikan
cupang dengan sistem tarik benang tersebut ?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
praktik dan status hukum Islam tentang jual beli ikan cupang dengan sistem tarik benang.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan utuk membuat
deskripsi, gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antara penomena yang diselidiki. Data diperoleh melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Semua data terkumpul kemudian dianalisis dengan
menggunakan pendekatan berfikir deduktif dan induktif.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Jual beli ikan cupang dengan sistem
tarik benang di Desa Pulau Panggung Kecamatan Semende Darat Laut Kabupaten Muara
Enim adalah praktik jual beli dengan menarik benang yang dipilih pembeli. Jika pembeli
bernasib baik benang yang ditarik hasil pilihannya terhubung dengan plastik yang di
dalamnya terdapat ikan cupang, tapi jika sebaliknya maka pembeli hanya akan menarik
benang saja tanpa ada plastik berisi ikan cupang ( pembeli dirugikan). Pelaksanaan jual
beli ikan cupang dengan sistem tarik benang ini tidak sah, karena mengandung unsur
gharar yang dilarang dalam hukum Islam dan dapat merugikan pihak salah satu pihak.
5. Rancang Bangun E-Marketplace Untuk Eskalasi Penjualan Ikan Cupang Di Tengah
Pandemi Covid-19 disusun oleh : Raynald Ryo Liaunardy, Yulius Hari, Darmanto ,
Teknik Informatika Universitas Widya Kartika, Surabaya,
Email:raynaldryoliaunardy@gmail.com,2yulius.hari.s@gmail.com,3darmant@widyakarti
ka.ac.id

Perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke masa membuat adanya
pergeseran pada sistem penjualan. Sistem penjualan saat ini mulai beralih ke online,
terlebih efek dari pendemi Covid-19. Dalam berjualan online, banyak produk yang
ditawarkan melalui media sosial maupun E-Marketplace, salah satunya ikan cupang. Ikan
cupang merupakan salah satu ikan hias yang memiliki fisik kuat. Ikan cupang dapat hidup
di tempat minim oksigen dan bisa dipelihara dalam toples kecil tanpa aerator,
kemampuan ini didapat kerena ikan cupang memiliki rongga labirin yang dapat
membuatnya bertahan hidup di lingkungan yang minim oksigen. Penjualan ikan cupang
melalui media sosial maupun E-Marketplace saat ini belum memiliki fitur yang spesifik
untuk memfasilitasi penjualan ikan cupang dengan baik. Hal tersebut disebabkan media
sosial belum bisa menyediakan keamanan bertransaksi antara penjual dan pembeli,
terbukti banyaknya kasus penipuan online yang berasal dari media sosial. Sedangkan, E-
Marketplace yang ada saat ini memiliki fitur yang masih luas agar dapat menampung
banyak produk di platform tersebut. Di samping itu, penjual ikan cupang biasanya masih
melakukan pencatatan
keuangan secara manual, sehingga diperlukan adanya sistem pencatatan otomatis yang
dapat menyajikan sebuah laporan bagi penjual. Metode dan tahapan penelitian terdiri atas
Pengumpulan data dan informasi, Perancangan sistem, dan selanjutnya dikembangkan
dengan metode model Prototipe. Pembuatan E-Marketplace menggunakan bahasa
pemrograman PHP dan MYSQL sebagai basis pengolahan data. Diharapkan sistem ini
dapat membantu meningkatkan penjualan dengan memberikan fitur yang lebih spesifik,
memberikan keamanan dalam bertransaksi, dan memberikan laporan penjualan dalam
periode tertentu kepada UMKM ikan cupang.
6. Sosialisasi budidaya cacing sutra (Tubifex sp) sebagai pakan benih ikan pada remaja
karang taruna desa gotoran, lombok barat, disusun oleh : Dewi Putri Lestari, Salnida
Yuniarti Lumbessy, Dewi Nur’aeni Setyowati, Fariq Azhar , Program Studi Budidaya
Perairan, Universitas Mataram , Alamatkorespondensi : dewiputrilestari@unram.ac.id
Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada remaja karang
taruna Desa Gontoran terkait budidaya cacing sutra (Tubifex sp.). Metode pengabdian
menggunakan metode diskusi dan memberikan tayangan video yang berasal dari youtube
terkait cara budidaya cacing sutra. Dalam Bahasa Sasak cacing sutra bernama “Longe
aiq”. Nama lokal ini diperoleh dari hasil diskusi saat sosialisasi. Berdasarkan hasil
presentasi dan diskusi dapat diketahui bahwa remaja karang taruna sudah mengetahui dan
terbiasa melihat cacing sutra di saluran air yang mengandung bahan organik tinggi.
Walaupun demikian, remaja karang taruna belum mengetahui dan melakukan kegiatan
budidaya cacing sutra. Pada saat pelaksanaan pengabdian telah diberikan informasi
terkait bahan- bahan yang bisa dijadikan sebagai media tumbuh cacing sutra diantaranya
dedak, ampas tahu, limbah sayur dengan selalu memanfaatkan limbah lokal. Harapan
kedepannya para remaja karang taruna dapat melakukan kegiatan budidaya dengan
memanfaatkan juga sumber cacing sutra yang didapatkan dari kawasan Desa Gontoran.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan fasilitas penyediaan wadah budidaya
dan pendampingan dalam melakukan kegiatan budidaya cacing sutra.
7. Pelatihan budidaya dan pemasaran ikan cupang untuk mengatasi masalah ekonomi di
masa pademi, disusun oleh : Erwan Setiawan, Ramdhan F. Suwarman, Andri
Firmansyah, M. Dodi Saputra, Universitas Suryakancana , korespondensi :
erwan@unsur.ac.id
Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang serius di sektor ekonomi. Sekitar 47
persen UMKM berhenti usaha diakibatkan turunnya omset penjualan. Berbeda dengan
bidang ekonomi lain yang mengalami penurunan omset, bisnis ikan cupang hias
mencatatkan hal sebaliknya. Peningkatan omset mencapai 70% dirasakan para peternak
ikan cupang hias selama pandemi ini. Mengingat akhir pandemi yang tidak bisa
diprediksi maka jenis bisnis ini sangat menarik untuk dicoba oleh masyarakat.
Permasalahan utama yang muncul adalah minimnya pengetahuan masyarakat akan ikan
cupang hias. Maka pemberian pelatihan budidaya ikan cupang hias dan cara
pemasarannya menjadi solusi yang sangat efektif. Kegiatan pelatihan dilakukan langsung
di lokasi peternak ikan cupang hias yang ada di Cianjur agar masyarakat mudah
menyerap materi yang disampaikan. Selain memberikan materi pelatihan, masyarakat
juga dibekali sepasang indukan ikan cupang hias sebagai modal untuk mencoba
melakukan budidaya di rumah masing-masing. Hasilnya beberapa masyarakat sudah
dapat melakukan budidaya sampai dengan tahap menetaskan telur ikan cupang hias,
sedangkan untuk pembesaran masih memerlukan waktu yang lebih lama sekitar 3 bulan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah budidaya ikan cupang hias ini
dapat memberikan alternatif usaha tambahan guna menambah pendapatan masyarakat
dan melalui budidaya ini beberapa jenis usaha baru yang berkaitan dengan ikan cupang
hias menjadi bermunculan
8. Manajemen seleksi induk dalam pembenihan ikan cupang di smk negeri 1 meureubo aceh
barat, disusun oleh : Fazril Saputra, Citra Dina Febrina, Dini Islama , Program Studi
Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar, Meulaboh,
Indonesia, 23615 , Korespondensi : fazrilsaputra@utu.ac.id
9. Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa/i SMK Negeri 1
Meureubo Aceh Barat tentang manajemen seleksi induk pada kegiatan pembenihan ikan
cupang. Ikan cupang adalah salah satu jenis ikan hias yang sangat populer dikalangan
masyarakat mulai dari kalangan atas maupun kalangan bawah serta dari anak-anak
sampai dewasa. Jika dilakukan dengan serius, budidaya ikan cupang memiliki prospek
yang cerah dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Budidaya ikan cupang
dapat berjalan dengan modal yang minim tetapi menghasilkan profit yang menjanjikan.
Namun dalam membudidayakan ikan cupang, banyak juga pembudidaya yang menemui
berbagai kendala terutama bagi pemula. Salah satu kendala yang ditemui dalam budidaya
ikan cupang adalah pada fase pembenihan. Pada fase ini para pemula kesulitan untuk
memilih indukan cupang yang sudah siap untuk dipijahkan. Untuk mengatasi kendala
pembenihan ikan cupang pada pembudidaya pemula dilakukanlah program pengabdian
kepada masyarakat ini. Solusi yang ditawarkan dari pengabdian kepada masyarakat ini
adalah memberikan keterampilan tambahan kepada siswa SMK Negeri 1 Meureubo
Meulaboh, Aceh Barat untuk dapat menyeleksi induk pada pembenihkan ikan cupang
yang baik dan benar sesuai dengan SNI ikan cupang hias. Metode pengabdian adalah
diskusi dan praktek langsung cara menyeleksi induk ikan cupang (Betta sp.) yang baik
dan benar. Hasil yang diperoleh dari pengabdian adalah siswa SMK Negeri 1 Meureubo
Meulaboh, Aceh Barat sangat antusias untuk membenihkan ikan cupang hias (Betta sp.)
dan mengharapkan agar program pengabdian kepada masyarakat ini dapat terus
dilaksanakan untuk memberikan pendampingan kepada siswa SMK Negeri 1 Meureubo
Meulaboh, Aceh Barat

10. Riki fernando Pengaruh penambahan tepung wortel pada pakan buatan terhadap
kecerahan warna ikan cupang (Betta splendens Regan). Di bawah Bimbingan hendry
yanto dan farida.
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 60 hari pada bulan Desember 2018 yang
meliputi pelaksanaanya di Laboratorium Basah Universitas Muhammadiyah serta analisis
data hasil penelitian. Penelitian ini bertujuan Mempelajari pengaruh tepung wortel dalam
meningkatkan warna pada ikan cupang serta Menentukan kadar tepung wortel untuk
peningkatan warna pada ikan. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan sebagai sumber
informasi bagi pembudidaya ikan hias dalam peningkatan warna pada ikan cupang
dengan penambahan wortel sesuai dengan konsentrasi yang diperoleh dari hasil
penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan cara dengan metode eksperimen yang di lakukan di
laboratorium Falkultas Perikanan. Peneliti melakukan kontrol dan rekayasa dalam
pengolahan pakan . kemudian Variabel yang diamaniti meliputi, Kecerahan, Efisiensi
Pakan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan kemudian Parameter pendukung yang
diambil adalah suhu, pH air, oksigen terlarut, Amoniak. Selanjutnya data yang di amati di
catat dalam tallysheet dan dilakukan pengolahan data.
Penambahan tepung wortel pada pakan buatan dapat mempengaruhi secara nyata
( P>0,05) perubahan maupun berpengaruh nyata warna ikan cupang, dan Penambahan
tepung wortel dosis 5 % dengan angka (3,53) menghasilkan tingkat perubahan warna
yang lebih baik pada ikan cupang dan lebih efektif dibandingkan dengan dosis tepung
wortel yang lain.
BAB III
LANDASAN
TEORI

Pada bab ini, akan dijelaskan tentang teori-teori dan konsep-konsep yang relevan dengan
pokok permasalahan dalam penelitian. Landasan teori digunakan sebagai pedoman dan
penjelas untuk mempermudah pembahasan serta penyelesaian masalah.

3.1 Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System (DSS)


3.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan didefinisikan sebagai sistem berbasis komputer yang
terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi, yaitu: sistem bahasa, sistem
pengetahuan, dan sistem pemrosesan masalah (Turban, 2010).
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) bukan merupakan alat pengambilan keputusan,
melainkan merupakan sistem yang membantu pengambil keputusan dengan melengkapi
mereka dengan informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan
untuk membuat keputusan tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. SPK
ditujukan untuk membantu para pengambil keputusan untuk memecahkan masalah semi
dan atau tidak terstruktur dengan fokus menyajikan informasi yang nantinya bisa
dijadikan sebagai bahan studi alternatifdalam pengambilan keputusan yang terbaik.

3.1.2 Konsep Sistem Pendukung Keputusan


Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS)
pertama kali diperkenalkan oleh Michael S. Scott Morton pada awal tahun 1970-an,
yang selanjutnya dikenal dengan istilah Management Decision Systems. Konsep SPK
ditandai dengan sistem interaktif berbasis komputer yang membantu pengambilan
keputusan dengan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang
bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur. (Turban, 2001).
3.1.3 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
1. Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari 3 komponen utama atau subsistem yaitu
(Dadan Umar Daihani, 2001:63) : Subsistem Data (Database), merupakan
komponen sistem pendukung keputusan penyedia data bagi sistem. Data dimaksud
disimpan dalam suatu pangkalan data (database) yang diorganisasikan suatu sistem
yang disebut sistem manajemen pangkalan data (Data Base Manajemen
System/DBMS).
2. Subsistem Model
3. Subsistem dialog (user sistem interface) Keunikan lainnya dari sistem pendukung
keputusan adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem terpasang
dengan pengguna secara interaktif. Fasilitas yang dimilki oleh subsistem ini dapat
dibagi atas 3 komponen yaitu :
1) Bahasa aksi (Action Language) yaitu suatu perangkat lunak yang dapat digunakan
pengguna untuk berkomunikasi dengan sistem. Komunikasi ini dilakukan melalui
berbagai pilihan media.
2) Bahsa Tampilan (Display atau presentation Language) yaitu suatu perangkat yang
berfungsi sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu.
3) Basis Pengetahuan (Knowledge Base) yaitu bagian yang mutlak diketahui oleh
pengguna sistem yang dirancang dapat berfungsi secara efektif. (Daihani, Dadan U.
2000).
3.1.4 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process merupakan suatu metode untuk memecahkan suatu
masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam suatu kelompok- kelompoknya,
mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hierarchy, memasukkan nilai numerik
sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan
akhirnya dengan suatu sintesa ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas
tinggi. AHP merupakan metode yang memperhatikan faktor- faktor subyektifitas seperti
persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP adalah Sebuah hierarki fungsional
dengan input utamanya berupa persepsi
manusia, keberadaan hirarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak
terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki
(Kusrini, 2007). Tetapi perlu diingat bahwa sistem pendukung keputusan hanya untuk
memberikan alternatif pilihan bukan untuk menentukan keputusan akhir.

Struktur sebuah model AHP adalah model dari sebuah pohon terbaik. Ada suatu
tujuan tunggal di puncak pohon yang mewakili tujuan dari masalah pengambilan
keputusan. Seratus persen bobot keputusan adalah di titik ini. Tepat di bawah tujuan
adalah titik daun yang menunjukkan kriteria, baik kualitatif maupun kuantitatif. Bobot
Tujuan harus dibagi di antara titik-titik kriteria berdasarkan rating. Bobot dari tiap-tiap
kriteria adalah 100 % dibagi dengan bobot titik-titik kriteria berdasarkan rating. Setiap
alternatif dibandingkan dengan masing-masing kriteria.

Gambar 1.2 Hirarki AHP


Secara khusus, AHP sesuai untuk digunakan dalam pengambilan keputusan yang
melibatkan perbandingan elemen keputusan yang sulit untuk dinilai secara kuantitatif.
Hal ini berdasarkan asumsi bahwa reaksi natural manusia ketika menghadapi
pengambilan keputusan yang kompleks adalah mengelompokkan elemen-elemen
keputusan tersebut menurut karakteristiknya secara umum. Pengelompokan ini meliputi
pembuatan hirarki (ranking) dari elemen-elemen
keputusan kemudian melakukan perbandingan antara setiap pasangan dalam setiap
kelompok, sebagai suatu matriks. Setelah itu akan diperoleh nilai dari bobot dan rasio
inkonsistensi untuk setiap elemen. Dengan demikian akan mudah untuk menguji
konsistensi data (Saaty, 1980).
Tabel 1.3 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Saaty (1980)
Intensitas Keterang
Kepentingan an
1 Kedua elemen sama pentingnya
Elemen yang satu sedikit lebih penting
3
daripada elemen yang lainnya
Elemen yang satu lebih penting daripada
5
elemen lainnya
Satu elemen jelas lebih mutlak penting
7
daripada elemen lainnya
Satu elemen mutlak penting
9
daripada elemen lainnya
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan
2, 4, 6, 8
yang berdekatan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu
Kebalikan angka dibanding dengan aktivitas j,
maka j mempunyai nilai kebalikannya
dibanding dengan i
Pada keadaan nyata sering terjadi penyimpangan dari hubungan tersebut sehingga
matriks menjadi tidak konsisten. Penyimpangan konsistensi dinyatakan dengan
Consistency Index (CI)

𝝀𝒎𝒂𝒙 − 𝒏
𝑪𝑰 =
𝒏−𝟏
λmax = eigen value maksimumn = ukuran matriks

Kebalikan dari CI adalah Indeks Random(RI) Indeks Random (RI) merupakan nilai
acak CI untuk suatu n. Nilai Indeks Random (RI) dapat dilihat pada tabel 1.4
1.4 Indeks Random (RI)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
R 0. 0. 0. 0. 1. 1. 1. 1. 1. 1.
I 00 00 58 90 12 24 32 41 45 49

Perbandingan antara CI dan RI suatu matriks didefinisikan sebagai Consistency Rasio


(CR).

𝑪𝑰
𝑪𝑹 =
𝑹𝑰

Matriks perbandingan berpasangan untuk model AHP dapat diterima jika besarnya CR
= 0.1. Secara detil, terdapat tiga prinsip dasar AHP, yaitu (Saaty, 1994):
1. Dekomposisi (Decomposition)
Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition, yaitu memecah
persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang
akurat, maka pemecahan terhadap unsur-unsurnya dilakukan hingga tidak
memungkinkan dilakukan pemecahan lebih lanjut. Pemecahan tersebut akan
menghasilkan beberapa tingkatan dari suatu persoalan.
2. Penilaian Komparasi (Comparative Judgment)
Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu
tingkat tertentu yang berkaitan dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti
dari AHP karena berpengaruh terhadap prioritas elemen - elemen. Hasil penilaian ini
tampak lebih baik bila disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan
(pairwise comparison).
3. Penentuan Prioritas (Synthesis of Priority) yang berarti Dari setiap matriks
pairwise comparison dapat ditentukan nilai eigenvector untuk mendapatkan prioritas
daerah (local priority). Oleh karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap
tingkat, maka global priority dapat diperoleh dengan melakukan sintesa di antara
prioritas daerah. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut hierarki. Pengurutan
elemen - elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan
priority setting.
Langkah – Langkah Metode AHP adalah:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.


2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan
subtujuan - subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria yang
paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif
atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan kriteria yang setingkat di
atasnya. Perbandingan bersadarkan pertimbangan dari pendukung keputusan dengan
menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment seluruhnya
sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yangdibandingkan.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor
eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgment dalam
penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian
tujuan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10% maka penilaian data
judgment harus diperbaiki.
3.2 Pembenihan Ikan cupang berdasarkan Pakan Ikan cupang
Cupang hias ( Betta Sp.) merupakan ikan asli asia tenggara yang kini menjadi salah satu
andalan ekspor Indonesia. Jenis ikan cupang yang satu ini kerap dijadikan ikan kontes
di berbagai pameran ataupun kontes ikan hias. Cupang memiliki warna yang menarik,
sisik yang cemerlang dan indah, serta bentuk tubuh yang proporsional dan menawan.
Cupang hias tergolong ikan yang agresif, senang memamerkan ekor, sirip dan
keberaniannya.

Popularitas cupang hias sesungguhnya tidak pernah surut meskipun jenis – jenis ikan
cupang lainnya yang bermnculan. Klub – klub dan sekelompok pecinta cupang hias bak
jamur pada musim hujan. Seiring dengan semakin banyaknya pecinta cupang hias selalu
tampil silih berganti menjuarai ajang kontes, baik di tingkat lokal, nasional hingga
mancanegara. Cupang hias tidak pernah luput menghiasi majalah – majalah flora dan
fauna dalam setiap penerbitannya.

3.2.1 Kehebatan Cupang


Cupang telah dikenal dan dipelihara sebagian masyarakat tanah air sejak tahun 1960-an.
Kala itu, harganya masih murah dan pamornya sama dengan ikan cupang hias lainnya.
Variasi sirip dan warna belum semeriah dan seelok seperti sekarang. Begitu juga
penggemarnya masih terbatas pada anak – anak dan belum banyak dari kalangan
gedongan.

Perubahan terjadi pada tahun 1970 ketika para importir mengintroduksi jenis cupang
baru. Jenis yang masuk ada yang bersirip pendek dan panjang. Sirip pendek akhirnya
dikenal sebagai cupang laga (aduan) dan yang bersirip panjang (slayer) sebagai cupang
hias. Keduanya macam tersebut ini sama – sams agresif, tetapi jenis slayer lebih bisa
dinikmati karena keindahan ekornya. Jika sampai diadu, ekor yangindah itu akan rusak.

Cupang memiliki labirin yang membuatnya bisa bertahan hidup dalam air dengan kadar
oksigen terlarut yang minim. Ikan ini mampu hidup di rawa – rawa, persawahan, dan air
dangkal. Hidupnya berkoloni di perairan yang tenang yang umumnya memiliki Ph 6,5 –
7,2 dan suhu air 24 – 20 Celcius. Menurut catatan,
cupang ekor panjang sangat dominan sampai era tahun 1990-an sebelum budi daya
yang dilakukan oleh para hobiis mampu menghasilkan jenis – jenis baru yang lebih
cantik dan indah. Cupang hias generasi baru mempunyai ekor yang dihiasi tulang sirip
menonjol. Ada yang berbentuk duri panjang, sisir atau lazim disebut serit,
menggelembung seperti balon atau halfmoon.

3.2.2 Analisa data ikan cupang


Jenis Ikan Cupang
Sebelum mengetahui cara budidaya ikan cupang, pastinya kalian wajib mengetahui
terlebih dahulu perihal ikan cupangnya. Ikan cupang (Betta sp.) yaitu ikan air tawar
berdasarkan kawasan tropis. Banyak ditemukan pada perairan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia. Pada alam bebas ikan ini hidup berkelompok. Habitatnya terdapat di rawa-
rawa, waduk/danau, dan sungai yang arusnya tenang. Satu dari keistimewaan ikan
cupang yaitu daya tahannya yaitu mampu hidup pada lingkungan air minimum oksigen,
Sehingga dapat dipelihara pada toples mungil tanpa menggunakan aerator. Kemampuan
ini didapat sebab ikan cupang mempunyai rongga labirin. Labirin tersebut dapat
membuatnya bertahan pada lingkungan minim oksigen. Terdapat 2 macam ikan cupang
yaitu cupang hias dan cupang adu. Cupang hias buat dinikmati keindahan bentuk, warna
dan gerakannya. Namun cupang adu buat mengadakan adu cupang. Wajib di ketahui
bahwa di beberapa negara tindakan mengadu ikan cupang termasuk tindakan illegal.
Cupang hias dan cupang adu dibedakan menurut sifat dan sifat agresifitasnya.
Masyarakat ilmiah mendokumentasikan lebih dari 73 spesies ikan cupang yang tersedia
di bumi ini. Sedangkan tak semua berdasarkan spesies tersebut populer sebagai ikan
peliharaan. Spesies ikan cupang yg tersebar di pasaran kebanyakan berasal berdasarkan
kelompok splendens complex, yang terdiri dari Betta splendens, Betta stiktos, Betta
mahachai, Betta smaragdina dan Betta imbellis. Dan varian akibat silangan dari spesies-
spesies tersebut.

Terdapat jenis – jenis ikan cupang, antara lain :

1. Ikan cupang double Tail


Ikan cupang double tail yang memiliki ekor bercabang dua ini sangat cantik karena
siripnya lebar. Namun hewan ini terkenal sebagai jenis ikan cupang yang mahal,
langka dan susah untuk dikembangkan. Hal tersebut dikarenakan ikan ini memiliki
sirip ekor berbeda yang terjadi karena mutasi genetik.
2. Ikan cupang Giant
Persis dengan julukannya, cupang giant memiliki ukuran paling besar yakni 12 cm.
Dikembangbiakan breeder dari Thailand, cupang satu ini tidak selincah jenis cupang
lainnya. Hal tersebut dikarenakan tubuhnya yang cukup besar. Walaupun begitu,
macam ikan cupang giant tidak kalah memilki warna cantik dibanding cupang
lainnya.
3. Ikan cupang plakat
Ikan cupang Plakat yang dikenal sebagai ikan cupang aduan. Memiliki warna yang
cantik, ikan satu ini juga banyak dijadikan sebagai ikan peliharaan. Ciri khas dari
jenis cupang ini ada pada ketegasan motif siripnya.
4. Ikan cupang HMPK
Jenis-jenis ikan cupang memang banyak tersedia di pasaran, salah satunya adalah
HMPK. Nama ikan cupang ini berasal dari akronim hasil persilangan antara cupang
Halfmoon dan Plakat. Ikan ini termasuk varian ikan cupang hias dan aduan.
5. Ikan cupang coccina
Spesies ikan cupang coccina mempunyai bentuk tubuh dengan ciri khas warna yang
sangat menarik. Dikenal dengan nama lain cupang belgi bangkok, ikan satu ini
berwarna merah dan tentunya bisa membuat tampilan interior rumah Pins semakin
cantik. Ciri khas mata warna birunya, seakan-akan mampu menghipnotis yang
melihatnya.
6. Ikan cupang half moon
Ciri ikan cupang satu ini sesuai dengan namanya, yakni memiliki sirip dan ekor
seperti menyatu dan berbentuk setengah lingkaran. Sangat cantik bukan? Ikan
cupang halfmoon bisa menjadi ikan hias yang langka dengan proses
pengembangbiakkan yang cukup rumit.
Pakan Ikan cupang
Pakan untuk ikan cupang sangat mudah dijumpai. Biasanya terdapat di lingkungan
sekitar dan jumlahnya sangat banyak. Pakan alami yang memiliki kualitas baik, akan
berpengaruh pada pertumbuhan ikan cupang itu sendiri.

1. Larva Nyamuk Larva nyamuk merupakan pakan alami yang mampu membangkitkan
tenaga dan membuat warna pada ikan cupang menjadi lebih terang. Tubuh jentik
nyamuk terlihat berulir dan berwarna kelabu kehitaman dengan ukuran 10-25mm.
Pemberian jentik nyamuk harus ditakarkan sesuai dengan usia ikan cupang.
Hal itu dapat membuat tubuh ikan cupang menjadi lebih proporsional. Sebelum
diberikan pada ikan cupang, jentik nyamuk harus dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan antibiotik tetrametil para amin trifeni dengan dosis satu tetes untuk 6-8
liter air. Antibiotik ini untuk membersihkan tubuh jentik nyamuk dari kotoran yang
menempel.

2. Kutu Air Setelah ikan cupang berusia 7 hari, berikan pakan berupa kutu air sebanyak
6 takar gelas air mineral isi 240 ml pada kolam ukuran 7x3 m² dengan padat tebar
3.000 ikan cupang. Daphnia sp merupakan jenis kutu air yang yang dapat dijadikan
pakan ikan cupang. Kutu air tersebut berupa jasad renik berukuran 0,2-0,5 mm dan
berwarna kemerahan yang hidup secara berkelompok dan mengambang pada air.

3. Cacing Sutera Cacing sutera merupakan pakan alami yang diberikan kepada ikan
cupang berusia 21 hari. Kualitas cacing sutera ini harus memiliki kualitas yang baik
untuk pertumbuhan ikan. Ukuran cacing sutera untuk ikan cupang biasanya sekitar
0,5-1 cm dan warnanya merah. Mereka dapat ditemukan di tepian sungai kecil yang
dangkal dan keruh.

Menentukan indukan ikan cupang


Untuk membedakan mana ikan cupang yang jantan dan betina, kalian bisa melihat pada
ciri-cirinya. Cupang jantan mempunyai ciri-ciri gerakannya lincah, sirip dan ekor lebar
membesar, warnanya cerah, dan tubuhnya lebih besar.
Namun pada ikan cupang betina mempunyai ciri gerakan lebih lamban, sirip dan ekor
lebih pendek, warnanya kusam dan tubuhnya lebih mungil.

Berikut yaitu ciri-ciri indukan yang siap kawin, bisa dicermati sebagai berikut:

❖ Ikan cupang jantan, antara lain :

1. Berumur setidaknya 4-8 bulan


2. Bentuk badan panjang
3. Gerakannya proaktif dan lincah
4. Siripnya panjang dan warnanya terang atraktif
❖ Ikan cupang betina, antara lain :

1. Berumur setidaknya 3-4 bulan


2. Bentuk badan membulat, bagian perut sedikit buncit
3. Gerakannya lamban
4. Siripnya pendek dan warnanya kusam tak menarik

Cara pemijahan ikan cupang


Setelah indukan jantan dan indukan betina betul-betul siap untuk memijah, Siapkan alat
dan bahan untuk budidaya ikan cupang, sediakan tempat berupa wadah dari baskom
plastik atau akuarium kecil dengan berukuran 20x20x20 centimeter. Siapkan juga gelas
plastik buat tempat ikan cupang betina. Sediakan pula tanaman air misalnya
kayambang. Dalam satu kali perkawinan, ikan cupang dapat mengeluarkan sampai 1000
buah telur. Telur tersebut akan menetas pada waktu 24 jam sesudah pembuahan. Dari
pengalaman para pembudidaya tentang cara ternak ikan cupang, tingkat mortalitas atau
kematian pembenihan ikan cupang relatif tinggi. Dalam satu kali kawin umumnya cuma
bisa dipanen 30-50 ikan cupang hidup. Indukan jantan dapat dikawinkan sampai 8 kali
dengan selang waktu lebih kurang 2-3 pekan. Berapa lama ikan cupang betina bisa
dikawinkan lagi? Disarankan indukan betina cuma dikawinkan satu kali saja.

Berikut adalah tahap-tahap pemijahan ikan cupang, antara lain :

1. Isi tempat pemijahan dengan air bersih dengan tinggi 10-15 centimeter. Menjadi
catatan gunakan air tanah atau air sungai yang jernih. Endapkan terelebih dahulu air
yang akan digunakan setidaknya selama satu malam. Hindari penggunaan air pada
kemasan atau air PAM yang berbau kaporit.
2. Masukkan kedalam wadah tadi tanaman air, sebagai tempat burayak (anak ikan yg
masih kecil) berlindung. Akan tetapi penempatan tumbuhan air jangan terlalu padat.
Sebab tumbuhan air berpotensi mengambil oksigen terlarut yang tersedia dalam air.
3. Masukkan ikan cupang jantan yang sudah siap kawin. Biarkan ikan tadi selama satu
hari dalam wadah. Ikan cupang jantan akan membentuk gelembung-gelembung
udara. Gunanya buat menyimpan telur yang telah dibuahi. Buat memancing si jantan
membangun gelembung, masukkan ikan cupang betina namun dipisah.
Caranya, ikan betina dimasukkan pada gelas plastik bening (bekas gelas akua) dan
benamkan ke dalam aquarium dimana ikan jantan berada.
4. Sesudah indukan jantan menurunkan gelembung, masukkan indukan betina. Waktu
pemijahan ikan cupang umumnya terjadi lebih kurang pukul 7-10 pagi atau pukul 4-6
sore. Ikan cupang relatif sensitif saat kawin, usahakan tutup wadah menggunakan
koran atau letakkan pada ruang yang terhindar dari hilir mudik manusia dan bunyi
bising.
5. Sehabis terjadi pembuahan angkat lekas indukan betina, sebab yang bertanggung
jawab membesarkan dan menjaga burayak yaitu cupang jantan. Dengan mulutnya si
jantan akan memunguti telur yang sudah dibuahi dan meletakkannya kepada
gelembung-gelembung tersebut. Jika indukan betina tak diangkat, maka telur-telur
yang sudah dibuahi akan dimakan si betina.
6. Sesudah kurang lebih satu hari telur-telur tadi akan menjadi burayak. Selama Tiga
hari kedepan burayak tak wajib diberi pakan sebab masih menyimpan nutrisi yang
terbawa pada telur. Ikan cupang jantan pula akan berpuasa selama menjaga burayak.
7. Sesudah 3 hari terhitung semenjak telur menetas, berikan kutu air (moina atau
daphnia). Pemberian pakan jangan lebih banyak dari burayak alasannya pakan akan
mengotori air dan menjadi amoniak (“racun”) serta membuat kematian pada burayak.
8. Indukan jantan baru diambil sesudah burayak berumur Dua minggu terhitung
semenjak menetas. Pindahkan burayak tadi pada wadah yang lebih besar dan berikan
kutu air yang lebih besar atau larva nyamuk.
9. Sesudah 1,5 bulan, ikan sudah dapat dipilah menurut jenis kelaminnya. selanjutnya
pisahkan ikan-ikan tadi ke wadah pembesaran. Begitulah cara ternak ikan cupang
yang bisa dilakukan secara langsung di rumah. Dengan mudahnya cara ternak ikan
cupang ini, dan banyaknya keuntungan dalam pemeliharaanya. Misalnya kalian bisa
melihat keindahannya tiap saat, harga ikan cupang hias yang relatif mahal. Dan
sebagai kepuasan tersendiri untuk penyuka ikan, tak ada salahnya buat mencoba
untuk beternak ikan cupang ini.
3.3.3 Analisa bisnis ikan cupang
Wirausaha ikan cupang
Analisis usaha budidaya ikan cupang dengan membeli 8 pasang indukan cupang hias,
sebagai brikut.

Biaya Operasional
NO Nama Barang Jumlah
1. Pakan : Pupuk kandang 1 karung. Rp. 9.000,-
2. Biaya obat / lain-lain. Rp. 100.000,-
TOTAL Rp. 109.000,-
3. Jumlah Modal Awal Rp. 2.977.000,-
4. Panen dalam 2 minggu menghasilkan :
a. Benih berkualitas (8x50) @Rp. 9.000,- Rp. 3.600.000,-
b. Benih sisa (8x100) @Rp. 3.500,- Rp. 2.800.000,-
Pendapatan Rp. 6.400.000,-
Pengeluaran Rp. 3.197.000,-
Keuntungan Rp. 3.203.000,-

Berdasarkan analisa usaha yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwasanya:

1. Hal-hal yang wajib diperhatikan pada budidaya ikan cupang diantaranya persiapan
kolam, kualitas air yang bagus, pemberian pakan yang sesuai, seleksi induk yang
bagus, pemijahan secara baik dan benar, pemanenan, dan pemasaran ikan cupang.

2. Modal awal pada budidaya ikan cupang yaitu sebanyak Rp 2.977.000,00


menggunakan pengeluaran untuk kebutuhan budidaya dari pembelian benih, botol,
akuarium, dan obat-obatan yaitu sebanyak Rp 3.197.000,00 bisa menghasilkan
pendapatan Rp 6.400.000,00 yang jika dihitung keuntungannya yakni sebanyak Rp
3.203.000,00 untuk periode 2 bulan pemanenan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pratama, A. R. (2021). Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Cupang. Jurnal Tropika
Bahari , 1(1), 19-26. Retrieved from http://jurnal.unucirebon.ac.id/index.php/jtrbh/

article/view/169

2. Erma Primanita Hayuningtyas, Eni Kusrini, Riani Rahmawati. Penggunaan hormon


pertumbuhan rekombinan dalam memacu pertumbuhan benih ikan wild betta

3. Sulistyo Adhi, A., & Lestira Dhewantara, Y. (2017). Pengaruh Padat Tebar Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Cupang (Betta sp.). Jurnal Ilmiah Satya
Minabahari, 3(1), 61-66. https://doi.org/10.53676/jism.v3i1.44

4. Nurhayati Nurhayati .Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas


Perikanan.Universitas Abulyatama. Jalan Blang BIntang Lama Km. 8,5 Lampoh
Keudee, Aceh Besar.Provinsi Aceh, Indonesia

5. Arifin, O. Z.,Prakoso, V. A., & Pantjara, B.(2017a). Ketahanan ikan tambakan


(Helostoma temminckii) terhadap beberapa parameter kualitas air dalam lingkungan
budidaya. Jurnal Riset Akuakultur,12(3), 241-251.

Anda mungkin juga menyukai