Anda di halaman 1dari 7

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO
JL. Soekarno Hatta Km. 9 Telp : (0451) 422611-429738 (Ext. 1209); Fax : (0451) 429738
Email : untad@untad.ac.id
Palu – Sulawesi Tengah 94118

Bahan : Sinopsis 1
Nama/Stambuk : Adji suganda/O 271 16119
Judul : Pengaruh Pemberian Extrak Labu Kuning (cucubita
moschta D) Dan Extrak Daun Pepaya (C papaya)
Terhadap Pertumbuhan Dan Warna Tubuh Ikan NILA
(O. niloticus)
Dosen Wali : Dr. Ir. Samliok N dobe

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Ikan Nila (Oreocromis niloticus) merupakan salah satu komoditi ekspor yang
penting dalam menghasilkan devisa negara, yang dihasilkan dari usaha
pembudidayaan air tawar. Dalam pengembangan budidaya air tawar
ketersediaan benih merupakan faktor penting dalam pengembangan budidaya.
Ikan Nila (O. niloticus) merupakan salah satu jenis ikan tilapia yang indigenius
di Benua Afrika. namun demikian, pada saat ini ikan nila telah menyebar di
berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Ikan nila memiliki keunggulan
yaitu mudah berkembang biak, pertumbuhan cepat, toleran terhadap kondisi
lingkungan, berdaging tebal, disukai masyarakat, mudah berkembang biak.
Guna menunjang produksi air tawar, maka diperlukan sarana prasarana
produksi dan benih yang unggul kualitas maupun kuantitasnya, keberhasilan
produksi perbenihan ikan Nila merupakan kunci utama dalam menjamin
ketersediaan benih berkesinambungan. Dalam menjamin produksi maksimal
benih ikan Nila, maka diperlukan sistem pengelolaan yang benar dan terkontrol
meliputi faktor lingkungan, penyakit, pemanfaatan pakan buatan Pada
umumnya untuk pemeliharaan benih ikan Nila tergantung pada ketersediaan
pakan alami seperti, Daphnia, Rotifera dan beberapa pakan lain. Salah satu
langkah pemecahan masalah tersebut adalah penggunaan pakan buatan sebagai
substitusi makanan alami baik sebagian atau seluruhnya dalam upaya
meningkatkan pertumbuhan dan produksi benih ikan nila . Kualitas pakan
buatan sangat ditentukan oleh bahan baku penyusunnya, terutama sumber
protein, lemak, karbohidrat dan suplemen lainnya seperti mineral dan Daun
pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo-karpaina,
glikosid, karposid dan saponin, sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Hasil
penelitian Christianah dan Badirat (2013), bahwa penambahan 20% tepung
daun pepaya pada pakan ikan nila dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan
protein, pertumbuhan, sintasan dan konversi pakan.vitamin serta zat esensial
lainnya. guna meningkatkan kecernaan dan pemanfaatan pakan oleh ikan maka
dilakukan penambahan atraktan yang berasal dari unsur hewani maupun nabati.
Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu melakukan kajian mengenai
penambahan Ekstrak daun pepaya (C. papaya) pada pakan terhadap
pertumbuhan dan warna sintasan dan konversi pakan ikan nila (O. niloticus).
Labu kuning (cucubita muschata D) yaitu merupakan salah satu tanaman yg
memiliki banyak kelebihan. Labu kuning merupakan sayuran yang memilik
daya awet tinggi dan juga sumber vitamin A karena kaya karoten, dan
karbohidrat, protein, mineral juga vitamin kandungan dari karoten pada buah
labu kuning sangat tinggi, karena kandungan karotenya tinggi maka labu
kuning bisa jadi alternatif sebagai bahan tambahan dalam pertumbuhan pakan
ikan atau pelet yg bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kecerahan
warna ikan nila
1.3 Tujuan dan kegunaan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahuipengaruh air kelapa sebagai bahan
pengencer terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa pada proses penyimpanan,
dan mengetahui konsentrasi air kelapa yang dapat mempengaruhi motilitas dan
viabilitas spermatozoa.
II. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2020. Penelitian
bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan,
Universitas Tadulako.
2.2 Meteri penelitian
2.2.1 Organisme uji
Organisme uji yang akan digunakan dalam penelitian yaitu induk jantanikan
patin siam(Pangasianodon hypopthalamus)yang matang gonad yang diperoleh dari
hasil budidaya Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

2.2.2 Alat dan bahan


Alat dan bahan yang akan digunakan dalampenelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 1
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
Jumlah/
No Alat dan Bahan Kegunaan
Unit
1. Mikroskop cahaya 1buah Mengidentifikasi Konsentrasi
Spermatozoa, Motilitas, serta
Viabilitas.
2. Kertas lakmus 1 buah Mengukur pH Spermatozoa
3. Oven 1 buah Melakukan sterilisasi alat penelitian
4. Counter 1 buah Menghitung jumlah spermatozoa
5. Kolam Terpal 1 buah Tempat penyimpanan induk
6. Pipet 2 buah Mengukur volume larutan
7. Suntik 4 buah Penyuntikan induk
8. Kain basah 1 buah Perlakuan induk saat penyuntikan
9. Tissue 1 buah Membersihkan alat
10. Botol Semprot 1 buah Tempat aquadest
11. Timbangan 1 buah Menimbang berat induk
12. Cawan petri 20 buah Media penyimpanan spermatozoa
13. Hemocymeter 1 buah Media pengamatan spermatozoa
14. Induk jantan 1 ekor Bahan Penelitian
Pangasianodon
hypopthalamus
15. Air Kelapa 1 buah Larutan Pengencer
16. NaCl fisiologis 0,9% 1 botol Larutan Pengencer
17 Larutan pewarna eosin 1 botol Metode Pewarnaan
18. Aquades 1 botol Sterilisasi alat
19 Ovaprim 10 ml 1 botol Meningkatkan hormone

2.3 Rancangan penelitian


Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lankap (RAL)
yang terdiri dari lima perlakuan dengan empat ulangan, sehingga terdapa 20 unit
satuan percobaan.
Perlakuan A : Kontrol (0,2 mL sperma + 9 mL NaCl)
Perlakuan B : (0,2 mL sperma + 0,2 mLair kelapa muda dalam 8,8 mL NaCl)
Perlakuan C :(0,2 mL sperma + 0,4 mL air kelapa muda dalam 8,6 mL NaCl)
Perlakuan D : (0,2 mL sperma + 0,6 mL air kelapa muda dalam 8,4 mL NaCl)
Perlakuan E :(0,2 mL sperma + 0,8 mL air kelapa muda dalam 8,2 mL NaCl)

2.4 Prosedur penelitian


2.4.1 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian ini meliputi persiapan alat dan bahan yang diperlukan
serta menyiapkan induk jantan ikan patin siam (Pangasianodon hypopthalamus)
matang gonad. Sterilisasi alat yang akan digunakan selama penelitian berupa cawan
petri. Sterilisasi alat dilakukan menggunakan oven selama 1 jam pada suhu 1210C.

2.4.2 Persiapan dan Pembuatan Larutan Pengencer


Larutan pengencer berupa air kelapa muda yang dilarutkan dalam NaCl
fisiologis 0,9 %. Larutan pengencer dibuat dengan cara mencampurkan air kelapa
muda dengan larutan NaCl dalam cawan petri. Variasi larutan pengencer yaitu dari
0,2%, 0,4%, 0,6% dan 0,8%. Pengenceran sperma dilakukan dengan menggunakan
perbandingan 1:10.

2.4.3 Perangsangan Hormon


Perangsangan hormone dilakukan dengan cara penyuntikan hormone terhadap
ikan uji untuk mendapatkan sperma dengan kualitas baik. Induk jantan ikan patin
(Pangasianodon hypopthalamus) disuntik menggunakan Hormone Ovaprim dengan
dosis 0,2 mL/kg bobot ikan. Jarak waktu antara penyuntikan dengan pengambilan
sperma adalah 12 jam. Pada penelitian ini penyuntikan dilakukan pada pukul 09.00
WITA. Metode penyuntikan menggunakan metode intra muscular pada bagian
punggung induk jantan ikan patin
2.4.4 Pengambilan Sperma
Induk jantan ikan patin (Pangasianodon hypopthalamus) matang gonad
diambil dari kolam pemeliharaan induk secara berhati-hati dipegang menggunakan
kain dengan lubang genital menghadap ke atas. Pengambilan sperma induk jantan
ikan patin (Pangasianodon hypopthalamus) dilakukan melalui cara stripping.
Sebelum srtripping dilakukan penyuntikan hormone dua belas jam sebelum
dilakukan pengambilan sperma. Stripping dilakukan dengan cara mengurut perut
secara vertical dan hati-hati dari pangkal sirip perut ke bagian lubang genital sampai
sperma benar-benar habis. Sperma hasil stripping kemudian ditampung dalam botol
kecil yang sudah terisi dengan larutan fisiologis NaCl dan dilakukan pemeriksaan
sperma segar.

2.4.5 Pemeriksaan Sperma segar


Pengamatana kualitas sperma segar yang diperoleh dilakukan dengan
pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis
dilakukan dengan cara pengamatan terhadap warna, volume dan pH spermatozoa.
Pengamatan mikroskopis berupa perhitungan konsentrasi spermatozoa, motilitas dan
viabilitas dari semen segar.
2.3.6. Pengamatan Motilitas dan Viabilitas Sperma
Pengamatan dilakukan selama 2 hari dengan interval waktu pengamatan setiap
6 jam yakni (T1) pengamatan 6 jam; (T2) pengamatan 12 jam; (T3) pengamatan 18
jam; (T4) pengamatan 24 jam; (T5) pengamatan 30 jam; (T6) pengamatan 36 jam;
(T7) pengamatan 42 jam dan (T8) pengamatan 48 jam. Pengamatan motilitas
dilakukan dengan cara mengambil satu tetes sperma pada cawan petri dengan
menggunakan pipet (±0,01 mL) dan diletakkan pada hemocytometer untuk diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali.
2.5 Variabel penelitian
2.5.1 Pemeriksaan Motilitas Sperma
Pengamatan motilitas dilakukan dengan menghitung spermatozoa yang masih
bergerak dengan menggunakan rumus perhitungan motilitas individu (Susilowati et
al. dalamNovianto, 2014) sebagai berikut:

Jumlah Spermatozoa Motil Progesif


Motilitas = x100%
Jumlah spermatozoa diamati

2.5.2 Pemeriksaan Viabilitas Sperma


Pengamatan viabilitas dilakukan dengan menghitung jumlah spermatozoa yang
hidup. Perhitungan nilai viabilitas dapat dilakukan dengan rumus (Susilowati et al.
dalamNovianto, 2014) sebagai berikut:

Jumlah Spermatozoa hidup


Viabilitas = x100%
Jumlah spermatozoa diamati
2.6 Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan
model matematik sebagai berikut:
Yij = μ + τi + εij
Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j;


μ : Rataan/nilai tengah populasi;
τi : Pengaruh aditif perlakuan ke-i;
εij : pengaruh aditif galat dalam ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i;
i : Perlakuan (A,B,C,D,E,F);
j : Ulangan (1,2,3,4).
Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis kesamaan ragam dengan
menggunakan uji Bartletts dan analisis kenormalan data menggunakan Minitab versi
16. Apabila terdapat pengaruh nyata perlakuan, maka dilanjutkan dengan BNJ (Beda
Nyata Jujur).
DAFTAR PUSTAKA
A, J, Waspada. 2012. Performans Reproduktif Ikan Patin Siam (Pangasius
hypopthalamus) Dalam Merespon Tingkat Penambahana Tepung Kroto pada
Formulasi Pakan Berbaris Bahan Baku Lokal. Jurnal. Universitas Padjajaran.
Hal 47-53.
Barlina, R. 2004. Potensi Buah Kelapa Muda Untuk Kesehatan dan Pengolahannya.
Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Manado. Hal 46-60.
Faridah, N., Astiawan., A. Kurniawan., V. Yuniar., W. C. Pamungkas. 2008.
Pertumbuhan Ikan Patin yang Diberi Pakan Keong Mas Hasil Pelunakan
dengan Ekstrak daun Pepaya Sebagai Sumber Protein Tambahan. Instituu
Pertanian Bogor. Bogor.
Hidayaturrahmah. 2007. Waktu Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Mas
(Cyprinus carpio) pada Beberapa Konsentrasi Larutan Fruktosa. Bioscientiae.
Hal 9-18.
Saparinto, C. 2010. Usaha Ikan Konsumsi di Lahan 100 m2. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sunarma, A., D. W. B. Hastuti dan Y. Sistina. 2007. Penggunaan Ekstender Madu
yang Dikombinasikan dengan Krioprotektan Berbeda pada Pengawetan
Sperma Ikan Nilem (Osteochilus hasseltii). Konferensi Aquaculture
Indonesia. 10 pp.
Toelihere, M. R. 1985. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung.
Novianto, B. R., Sudarno., Masithah, E. D. 2014. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi
Gliserol dalam Susu Skim Kuning Telur Untuk Proses Penyimpanan Sperma
Beku terhadap Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Patin (Pangasius
pangasius). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Hal 1-6.

Anda mungkin juga menyukai