Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PERANCANGAN MESIN PEMANEN IKAN

OLEH KELOMPOK 4:

ANDIKA NUGRAHA AKBAR

AGUNG WAHYUDI

BUYUNG RIZQI MAHARANI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN 2023-2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


maha kaya akan ilmu dan pengetahuannya, shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga beserta para sahabatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Perancangan Mekanisme
Sistem Penghisap pada Mesin Pemanen Udang dan Ikan”. Besar harapan kami,
laporan ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah keilmuan bagi penulis
maupun para akademisi lainnya.

Makassar, 27 September 2023

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
A. Latar belakang ......................................................................................................... 4
B. Tujuan....................................................................................................................... 4
C. Metode ....................................................................................................................... 4
BAB II .............................................................................................................................................. 6
KAJIAN TEORI ............................................................................................................................. 6
A. Gambaran umum ikan ............................................................................................ 6
B. Gambaran umum udang ......................................................................................... 7
C. System penturi .......................................................................................................... 9
D. Fluidaa statik .......................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 16
B. Saran........................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Laporan ini membahas perancangan mesin alat pemanen ikan dan udang
yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam proses
pemanenan ikan dan udang. Pemanenan ikan dan udang merupakan kegiatan
yang penting dalam industri perikanan, dan dengan adanya mesin alat
pemanen yang dirancang dengan baik, diharapkan dapat memperbaiki proses
pemanenan yang saat ini masih menghadapi tantangan seperti efisiensi rendah,
tenaga kerja yang intensif, dan waktu yang dibutuhkan dalam proses
pemanenan.

B. Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah:
1. Menganalisis kebutuhan spesifik dalam pemanenan ikan dan udang.
2. Merancang mesin alat pemanen ikan dan udang yang efisien, cepat, dan
ramah lingkungan.
3. Membahas aspek-aspek penting dalam perancangan mesin alat pemanen
ikan dan udang.
4. Mengusulkan inovasi dalam desain mesin alat pemanen ikan dan udang.

C. Metode
Laporan ini didasarkan pada analisis literatur, penelitian lapangan, dan
diskusi dengan para ahli perikanan dan teknologi mesin. Metode yang
digunakan meliputi:
1. Identifikasi kebutuhan: Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi
kebutuhan spesifik dalam pemanenan ikan dan udang, seperti spesies
target, ukuran ikan dan udang yang akan dipanen, dan kondisi
lingkungan tempat pemanenan.
2. Studi literatur: Melakukan studi literatur mengenai mesin alat pemanen
ikan dan udang yang sudah ada dan teknologi terkini yang tersedia.

4
Mempelajari desain dan fitur-fitur yang ada pada mesin tersebut serta
kelebihan dan kekurangannya.
3. Analisis kebutuhan: Menganalisis kebutuhan yang telah diidentifikasi
dan mencari solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
seperti pengembangan sistem tangkapan ikan dan udang yang efektif
dan efisien.
4. Perancangan konseptual: Merancang konsep mesin alat pemanen ikan
dan udang berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan studi literatur.
Mempertimbangkan faktor-faktor seperti sistem tangkapan ikan dan
udang, mekanisme pengangkutan, sistem penyimpanan, efisiensi
energi, keamanan, dan keberlanjutan.
5. Perancangan detail: Melakukan perancangan detail mesin alat
pemanen ikan dan udang, termasuk pemilihan komponen-komponen
yang sesuai, pengaturan sistem penggerak, sistem konveyor atau
pengangkut ikan dan udang, sistem penyimpanan, dan sistem kontrol.
6. Prototipe: Membuat prototipe mesin alat pemanen ikan dan udang
berdasarkan desain detail yang telah dibuat. Melakukan pengujian
prototipe dalam kondisi nyata dan mengidentifikasi masalah atau
kekurangan yang perlu diperbaiki.
7. Evaluasi dan perbaikan: Menguji kinerja prototipe mesin alat pemanen
ikan dan udang dan melakukan evaluasi terhadap hasil pengujian.
Memperbaiki dan mengembangkan desain mesin berdasarkan hasil
evaluasi.

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Gambaran umum ikan


Ikan merupakan salah satu mahluk hidup bertulang belakang (vertebrata)
yang termasuk ke dalam kelompok poiklilotermik (berdarah dingin), hidup di
dalam air dan pergerakan serta keseimbangan tubuh di dalam air diatur oleh sirip.
Sebagian besar ikan bernafas dengan menggunakan insang namun pada beberapa
spesies ikan, alat pernafasannya dibantu oleh organ pernafasan lain seperti labirin.
Ikan dapat dibagi menjadi ke dalam beberapa golongan berdasarkan lokasi
budidayanya, yaitu ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan air laut. Berdasarkan
klasifikasi taksonominya ikan dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Ciprinid,
Siklid, Salmonid, dan Klaridid. Biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang
(kelas Agnatha), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes), dan sisanya
tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).

Pengetahuan tentang tingkah laku ikan sangat menunjang untuk


penangkapannya. Tingkah laku yang menunjang tersebut antara lain adalah tingkah
laku berkelompok (schooling behaviour), kebiasaan renang, kebiasaan makan,
pola penyelamatan diri, serta berbagai polatingkah laku lainnya yang
memungkinkan ikan dapat tertangkap maupun meloloskan diri dari alat tangkap.
Dalam setiap aktivitas hidupnya, ikan tidak terlepas dari kemampuan
gerak. Kemampuan ikan melakukan gerak menyebabkan ikan dapat berenang
untuk bermigrasi baik untuk mencari makan, memijah ataupun untuk
menghindari predator. Setiap jenis ikan memiliki kemampuan renang yang
berbeda-beda, tergantung dari bentuk tubuh dan pola renangnya. Pola tingkah
laku renang ikan adalah gambaran gerakan ikan ketika berenang yang
dipengaruhi oleh sirip dan bentuk tubuh ikan. Kecepatan dan ketahanan
renang ikan merupakan faktor mendasar yang perlu diketahui baik untuk
meningkatkan efisiensi ataupun untuk mendapatkan hasil tangkapan yang selektif
terhadap spesies dan ukurannya. Gunarso (1985) dalam Purbayanto (2010)
mengemukan bahwa kebanyakan ikan bertulang rawan (elasmobranchii) serta

6
ikan bertulang sejati (teleostei), ternyata lebih aktif berenang pada malam hari
daripada siang hari.

Kecepatan renangikan dari jenis Thunnidae seperti cakalang dan tuna sirip
biru, memiliki kecepatan renang antara 0.8 - 25 m/detik. Sedangkan tuna jenis
Euthyunus affinis berenang dengan keceparan rata-rata 80cm/detik pada siang hari
dan 83 cm/detik pada malam hari. Pada saat tersedia makanan aktivitasnya
renangnnya meningkat menjadi 108 cm/detik pada siang hari dan 93 cm/detik
pada malam hari. Sedangkan untuk kuat renangnya dapat mencapai 35 km/12
jam. Sedangkan untuk ikan herring, akan membentuk kelompok bergerak menuju
daerah pemijahan dengan kecepatan rata-rata 6-10 mil/24 jam dan apabila
sudah mendekati daerah yang dituju maka kecepatannya akan meningkat
menjadi sekitar 24-40 mil/24jam (Gunarso, 1985 dalam Purbayanto, 2010)

Brainbrigde (1958) dalam Purbayanto (2010) telah mengukur kecepatan


renang ikan dengan parameter terkait lainnya secara sistematis. Dia yang
pertama kali menemukan hubungan linear antara kecepatan renang ikan
dengan frekuensi kibasan ekornya. Dikatakannya bahwa jarak yang ditempuh
ke depan dalam satu kibasan ekor, yaitu panjang langkah (stridelength) adalah
proporsional terhadap panjang tubuh ikan pada kecepatan yang lebih tinggi (0.6
sampai 0.8 panjang tubuh). Persamaan matematis yang disarankan untuk
memprediksi atau menghitung kecepatan renang ikan (U) dari frekuensi
kibasan ekor (F) adalah: U = L (0.75 F – 1), dimana L adalah panjang tubuh ikan.

B. Gambaran umum udang


Udang memiliki ciri-ciri umum yaitu memiliki tubuh yang beruas-ruas,
kaki bersambungan, tubuh terdiri dari kapala, thoraks, dan abdomen.
Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut.
Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah
sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air tawar pada umumnya
termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya
sebagai kelompok udang palaemonid. Sedangkan udang laut pada umumnya
termasuk dalam keluarga Panaeidae, yang biasa disebut udang panaeid.

7
Menurut Mujiman dan Suyanto (2004), jenis udang yang paling banyak
dibudidayakan adalah jenis udang yang termasuk dalam keluarga Panaeidae atau
lebih dikenal dengan nama udang panaeid. Disamping itu terdapat juga jenis
udang-udang dari keluarga lain, tetapi umumnya kurang populer dan memiliki
harga pasaran yang lebih rendah.
Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut eskoskeleton, yang
terbuat dari chitin. Kerangka tersebut mengeras, kecuali pada sambungan-
sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan. Hal ini memudahkan
mereka untuk bergerak. Bagian kepala-dada tertutup oleh sebuah kelopak yang
dinamakan cangkang kepala atau kelopak kepala (Carapae). Dibagian depan,
kelopak kepala memanjang dan meruncing, yang pinggirnya bergerigi dan
disebut cucuk kepala (rostrum). Secara lengkap, bagian-bagian udang dapat
dilihat pada Gambar 1.
Udang memiliki beberapa sifat dan ciri khas. Udang bersifat
eurythaline, yakni secara alami bisa hidup di perairan yang berkadar garam
dengan rentang yang luas, yakni 5 - 45‰. Kadar garam ideal untuk pertumbuhan
udang adalah 19 - 35‰. Sifat lain yang juga menguntungkan adalah
ketahanannya terhadap perubahan suhu yang dikenal sebagai eurythemal.
Temperatur air juga mempengaruhi kebiasan udang dalam hal membenamkan diri.
Jika temperatur dibawah 28oC, sekitar 50% udang membenamkan diri sedangkan
pada suhu diatas 28oC, udang tidak membenamkan diri meskipun pada cahaya
terang (Mujiman dan Suyanto, 2004). Udang merupakan organisme yang
aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Jenis makannya sangat
bervariasi tergantung pada tingkatan umur udang. Pada stadia benih, makanan
utamanya adalah plankton (fitoplankton dan zooplankton). Udang dewasa
menyukai daging binatang lunak atau molusca (kerang, tiram, siput), cacing,
annelida yaitu cacing Polychaeta, dan crustacea. umut, plankton, dan benthos.
Udang akan bersifat kanibal bila kekurangan makanan (Soetomo, 1990). Pada
siang hari, udang hanya membenamkan diri pada lumpur maupun menempelkan
diri pada sesuatu benda yang terbenam dalam air (Soetomo, 1990).
Apabila keadaan lingkungan tambak cukup baik, udang jarang sekali
menampakkan diri pada siang hari. Apabila pada suatu tambak udang tampak

8
aktif bergerak di waktu siang hari, hal tersebut merupakan tanda bahwa ada yang
tidak sesuai. Ketidakesuaian ini disebabkan oleh jumlah makanan yang kurang,
kadar garam meningkat, suhu meningkat, kadar oksigen menurun, ataupun
karena timbulnya senyawa-senyawa beracun (Mujiman dan Suyanto 2004).

C. System penturi
Unit pembangkit sistem venturi terdiri dari pompa air, pipa PVC, dan
tabung venturi. Air digunakan sebagai fluida inkompresibel yang dialirkan.
Pompa air yang dipergunakan untuk membangkitkan aliran air di dalam pipa
adalah tipe turbin regeneratif. Tipe pompa ini dipilih karena cukup banyak terdapat
di pasaran dan mempunyai performansi tekanan debit yang memadai. Keadaan
aliran air akan meningkat melewati tabung venturi sehubungan dengan kontinuitas,
kecepatan air akan meningkat karena terjadinya penyempitan luas penampang
hidraulik. Peningkatan kecepatan ini diikuti dengan penurunan tekanan air.
Tekanan vakum yang diciptakan menggunakan sistem ini adalah tekanan
minimum yang diupayakan diperoleh dengan menghindari terjadinya kavitasi
(Wulandani, et al, 2002 diacu dalam Adisiswoyo, 2004).
Dalam pipa venturi, luas penampang pipa bagian tepi memiliki
penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian
tepi lebih besar daripada bagian tengahnya. Zat cair dialirkan melalui pipa yang
penampangnya lebih besar lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki
penampang yang lebih sempit, dengan demikian maka akan terjadi perubahan
kecepatan. Apabila kecepatan aliran yang melalui penampang lebih besar
adalah v1 dan kecepatan aliran yang melalui pipa sempit adalah v2, maka
kecepatan yang lewat pipa sempit akan memiliki laju yang lebih besar (v1 < v2).
Dengan cara demikian tekanan yang ada pada bagian pipa lebih sempit akan
menjadi lebih kecil daripada tekanan pada bagian pipa yang berpenampang
lebih besar. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada Gambar di bawah ini:

9
Gambar 1 venturimeter

Dalam aliran seperti yang digambarkan akan berlaku Hukum Bernoulli


sebagai berikut:
Dalam aliran seperti yang digambarkan akan berlaku Hukum Bernoulli sebagai berikut:

𝑝1 + 𝜌𝑔ℎ1 + 1 𝜌𝑣2 = 𝑝2 + 𝜌𝑔ℎ2 + 1 𝜌𝑣2 ................................................................................ (1)


2 1 2 2

Pipa dalam keadaan mendatar, h1 = h2, ρgh1 + ρgh2. Sehingga: p1 + ½ ρv2 = p1 2 + ½ ρv22. Di sini
v1 > v2 maka p2 < p1, akibatnya, p1 – p2 = ½ ρ (v22 - v2 ),1 padahal : p1 = pB + ρgha, p2 = pB = ρghb.
Selanjutnya didapat:

p1 – p2 = ρg (ha - hb)
............................................................................................................................................................
(2)

Apabila ha - hb = h, yakni selisih tinggi antara permukaan zat cair bagian kiri dan kanan,
maka akan didapat:

p1 – p2 = ρgh (3

D. Fluidaa statik
Fluida statik merupakan bagian dari hidrolika yang mempelajari gaya-gaya
tekan cairan dalam keadaan diam. Karena cairan dalam keadaan diam maka tidak
terdapat geseran baik antara lapisan cairan tersebut, maupun antara cairan dan batas
padat. Dengan demikian gaya-gaya yang bekerja hanya gaya-gaya normal yaitu
gaya tekan yang bekerja tegak lurus pada permukaannya. Tekanan rata-rata dihitung
dengan membagi gaya normal yang bekerja pada suatu bidang dengan luas bidang
tertentu. Tekanan pada satu titik adalah batas (limit) dari perbandingan antara gaya
normal dan luas bidang dimana luas bidang dianggap mendekani nol pada sato titik.

10
𝑝 = limÆ→O ∆𝐹 = 𝑑𝐹 (7)
∆Æ 𝑑Æ

Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan pada suatu titik di dalam suatu cairan
dalam keadaan diam adalah sama di semua arah. Dalam hal ini besarnya tekanan
tidak tergantung pda arah garis gaya tersebut. Suatu elemen cairan kecil sekali
berbentuk baji seperti pada Gambar

Gambar 2 Suatu cairan elemen berbentuk baji.


Sumber: Erizal dan Pandjaitan, 2007

Σ𝐹𝑥 = 𝑝𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧 − 𝑝𝑛 𝑑𝑦 𝑑𝑠 sin 𝜃 = 𝑚 𝑎𝑥 = 0
............................................................................................................................................................
(8)

Σ𝐹𝑧 = 𝑝𝑧 𝑑𝑥 𝑑𝑦 − 𝑝𝑛 𝑑𝑦 𝑑𝑠 cos 𝜃 − 𝜌 𝑔 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧 = 0
2
............................................................................................................................................................
(9)
Dimana px, py, dan pn adalah tekanan rata-rata pada tiga sisi dari elemen
cairan tersebut. Gaya- gaya tekan diarah y saling menghapus satu sama lain, hal ini
karena gaya-gaya sama besar tetapi berlawanan arah. Apabila batas diambil dengan
memperkecil satu sisi tersebut menuju nol tanpa merubah sudut 𝜃 dan dengan
menggunakan hubungan geometrik maka diperoleh persamaan berikut:

𝑑𝑠 sin 𝜃 = 𝑑𝑧 𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑠 cos 𝜃 = 𝑑𝑥 (10)

11
Dengan menggunakan ketentuan geometri tersebut maka persamaan-
persamaan tersebut diatass dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut:

𝑝𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧 − 𝑝𝑛 𝑑𝑦 𝑑𝑧 =
0..................................................................................................... (11)

𝑝𝑧 𝑑𝑥 𝑑𝑦 − 𝑝𝑛 𝑑𝑥 𝑑𝑦 − 𝜌 𝑔 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧 =
0............................................................................. (12) Karena elemen cairan
tersebut kecil sekali dan sisis-sisinya diperkecil menjadi mendekati nol

𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧

maka komponen gaya berat 𝜌 𝑔 2 mendekati nol dan dapat


diabaikan sehingga apabila

persamaan-persamaan tersebut dibagi dy dz dan dx dy akan diperoleh


persamaan:

𝑝𝑥 = 𝑝𝑦 =
𝑝𝑧.........................................................................................................................
(13)

Di dalam suatu cairan dalam keadaan diam, perubahan tekanan atau


distribusi tekanan tergantung pada elevasinya di dalam cairan (diukur dari
permukaan cairan).

12
Perancangan mesin alat pemanen ikan dan udang merupakan proses yang
kompleks dan melibatkan berbagai aspek teknis, lingkungan, dan perikanan. Dalam
pemahasan perancangan tersebut, beberapa poin berikut dapat dibahas:

1. Tujuan dan Kebutuhan:

• Menjelaskan tujuan dari perancangan mesin alat pemanen ikan dan udang,
seperti meningkatkan efisiensi tangkapan, mengurangi kerugian, atau
meningkatkan selektivitas.
• Mengidentifikasi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh mesin, seperti
kapasitas produksi, jenis spesies ikan dan udang yang akan dipanen, dan
kondisi lingkungan kerja.

2. Analisis Lingkungan Kerja:

• Mengkaji kondisi lingkungan tempat mesin akan digunakan, termasuk jenis


perairan, kedalaman, suhu, dan kecepatan arus.
• Menganalisis faktor-faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi
kinerja mesin, seperti tumbuhan air, gangguan alami, atau keberadaan
spesies lain yang tidak diinginkan.

3. Mekanisme Tangkapan:

• Memperinci desain mekanisme tangkapan yang efektif untuk menangkap


ikan dan udang secara selektif.
• Mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran tangkapan yang
diinginkan, kekuatan tarikan, dan pengaturan kecepatan tangkapan.

4. Sistem Gerak dan Penggerak:

• Menentukan jenis sistem penggerak yang akan digunakan, seperti motor


internal combustion atau motor listrik.
• Merancang sistem transmisi atau sistem gerak lainnya yang dapat
mengirimkan daya dari penggerak ke mekanisme tangkapan.

5. Keperluan Struktural dan Material:

13
• Menentukan kekuatan dan kekakuan struktur mesin untuk menangani beban
dan gaya yang dihasilkan selama operasi.
• Memilih material yang sesuai untuk komponen mesin, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti kekuatan, ketahanan korosi, dan
berat.

6. Sistem Kontrol dan Automasi:

• Merancang sistem kontrol yang memungkinkan pengaturan kecepatan,


pengendalian tekanan, dan operasi otomatis yang efisien.
• Menggunakan sensor dan teknologi penginderaan untuk mendeteksi adanya
ikan dan udang serta mengidentifikasi spesies dan ukurannya.

7. Keberlanjutan dan Dampak Lingkungan:

• Memperhatikan faktor-faktor keberlanjutan dalam perancangan mesin,


seperti penggunaan bahan ramah lingkungan, pengurangan limbah, dan
efisiensi energi.
• Meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti mengurangi
efek penangkapan yang tidak selektif atau merusak habitat.

8. Uji Coba dan Evaluasi:

• Melakukan uji coba mesin dalam berbagai kondisi lingkungan dan situasi
perikanan yang relevan.
• Mengumpulkan data dan informasi dari uji coba untuk mengevaluasi kinerja
mesin, efisiensi tangkapan, dan keandalan operasi.

8. Perbaikan dan Pengembangan:

• Menggunakan hasil evaluasi untuk memperbaiki desain dan kinerja mesin.


• Melakukan pengembangan berkelanjutan berdasarkan umpan balik dari
pengguna dan perkembangan teknologi terkini.

14
Pembahasan perancangan mesin alat pemanen ikan dan udang harus mencakup
aspek-aspek di atas dengan mempertimbangkan kebutuhan spesifik dan lingkungan
operasional. Dalam setiap tahap perancangan, penting untuk melibatkan kolaborasi
antara insinyur mesin, ilmuwan perikanan, dan pakar lainnya untuk menghasilkan
solusi yang efektif dan berkelanjutan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perancangan mesin alat pemanen ikan dan udang merupakan langkah
penting dalam memperbaiki proses pemanenan ikan dan udang. Dengan perhatian
yang tepat pada efisiensi, keberlanjutan, inovasi, dan keamanan, mesin alat
pemanen ini dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi industri perikanan.
Namun, perlu diingat bahwa proses perancangan ini harus melibatkan kolaborasi
antara ahli perikanan, insinyur mesin, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan
bahwa mesin yang dirancang memenuhi kebutuhan praktis dan efektif dalam
pemanenan ikan

B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kecepatan aliran
terhadap kondisi komoditas panen agar dapat diketahui kecepatan yang optimum
untuk pemanenan sehingga hasilnya maksimum tetapi tidak menimbulkan
kecacatan dan stres pada komoditas yang dipanen. dan udang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ghosh, S., & Das, S. (2018). Design and Development of a Shrimp Harvesting Machine.
International Journal of Engineering Research and Technology,

Choudhury, D., & Bhattacharyya, S. (2017). Design and Development of a Fish Harvesting
Machine. International Journal of Mechanical Engineering and Robotics Research

Khan, A., Sarker, M. H., & Siddique, M. A. (2016). Design and Development of a Prawn
Collecting Machine. International Journal of Mechanical and Production Engineering

Purbayanto, et al. 2010. Fisio;ogi dan Tingkah Laku Ikan pada Perikanan Tangkap.
Bogor: IPB Press.

Adisiswoyo, R. O. 2004. Desain Dan Uji Performansi Sistem Pompa Vakum Tipe Tabung
Venturi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Amri, K. 2005. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Erizal dan Panjaitan, N.H. 2007. Modul Kuliah Mekanika Fluida. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Giles, Ranald, V. 1994. Fluid Mechanics and Hydraulics. Schaum’s Outline Series. New
York: McGraw Hill Book Co.

Hamdani, C. 2005. Rancang bangun pompa pemanen udang jenis sentrifugal dengan sudu
ulir mengerucut. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Handoko. 2005. Rancang Bangun Pompa Pemanen Udang. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mujiman dan Suyanto. 2004. Budidaya Udang Windu. Jakarta: Penebar Swadaya.

17

Anda mungkin juga menyukai