DI SUSUN OLEH :
ANDIKA OKTANINGTIAS
NRP : 57214113735
TAK-B
JAKARTA
2023
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi. Ikan jenis ini sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia, dan
merupakan salah satu sumber penghasilan yang potensial di kalangan pembudidaya ikan.
Perkembangan pesat kegiatan budidaya lele di tanah air tidak lepas dari penerimaan
masyarakat secara luas terhadap jenis ikan (khairuman & Amri, 2008 : hal 3).
Ikan lele merupakan jenis ikan yang mudah dibudidayakan. Kemampuan adaptasinya
pun cukup tinggi, sehingga dalam proses penyebarannya tidak mengalami kesulitan, terutama
dalam perkembangbiakannya. Pada awalnya lele belum memiliki varietas yang dapat
diunggulkan sehingga usah budidaya ini belum dilirik oleh masyarakat. Saat itu lele yang
dibudidayakan hanya sebatas lele lokal dan lele dumbo yang kurang (Fauzi, 2013 : hal 6).
Muktiani (2011 : hal 4-5) menyatakan, seiring perkembangan dunia perikanan serta
aplikasi teknologi kini muncul varietas baru yang diberi nama lele sangkuriang. Lele
sangkuriang memang belum setenar lele dumbo. Padahal lele sangkuriang ini adalah jenis
lele yang dikembangkan dari varietas lele dumbo. Kehadiran lele sangkuriang ini difungsikan
untuk memperbaiki kualitas lele dumbo yang mulai menurun akibat penanganan induk yang
kurang baik.
1
Teknik pembenihan lele mengalami perkembangan dari pembenihan secara alami,
pembenihan dengan perangsangan pemijahan, hingga pembenihan buatan yang sepenuhnya
melibatkan campur tangan manusia dan aplikasi teknologi. Media pembenihan pun beragam,
dari kolam tanah sederhana di lahan terbuka, penggunaan bak pemijahan khusus, hingga
pemijahan terkontrol dalam ruangan tertutup. Walaupun perkembangan teknik pemijahan
semakin maju dan aplikasi teknologinya pun semakin mudah dan praktis, tetap saja ada
kendala yang ditemui. Para pembenih pemula umumnya butuh waktu yang lama untuk dapat
menjalankan usahanya dengan mulus. Persoalan utamanya adalah resiko pada stadium benih
yang masih cukup tinggi (Khairuman dan Amri, 2012 : hal iii).
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2
BAB II
Ikan lele tergolong kedalam Famili Clariidae dengan Klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub-Kingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Sub-Phyllum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub-Class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-Ordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias Sp
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut (manyung)
yang tergolong dalam keluarga yang berbeda yaitu Ariidae. Habitatnya di sungai dengan arus
air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa
hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan. Ikan lele
bersifat nokturnal, yaitu aktif di malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan
berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan.
Walaupun umumnya lele lebih kecil daripada gurami, ada beberapa jenis lele yang bisa
3
mencapai panjang 1,5-1,7 meter dan beratnya bisa mencapai lebih dari 50 kg, contohnya lele
marga Dinotopterus dari Afrika.
2.3 Morfologi
1. Kepala ikan lele yang panjang, hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya
dengan bentuk kepala pipih ke bawah (depressed).
2. Pada bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat , Tulang ini
membentuk ruangan rongga di atas insang.
3. Mulut ikan lele dilengkapi oleh gigi , gigi nyata, atau hanya berupa permukaan yang
kasar dimulut bagian depan.
4. Lele juga memiliki 4 pasang sungut yang terletak di sekitar mulut , Sepasang sungut
hidung, sepasang sungut mandibular luar , sepasang sungut mandibular dalam, dan
sepasang sungut maxilar.
5. Ikan lele ini mempunyai alat olfaktori dideket sungut yang berfungsi untuk perabaan
dan penciuman serta penglihatan pada ikan lele yang kurang berfungsi baik.
6. Pada bagian mata ikan lele berbentuk kecil dengan tepi orbital yang bebas.
7. Tubuh ikan lele berbentuk memanjang , dengan agak bulat ,dan tidak mempunyai
sisik.
8. Badan lele pada bagian tengahnya mempunyai bentuk yang membulat , sementara
bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed).
9. Sepasang sirip ekor ikan lele berbentuk membulat dan tidak bergabung dengan sirip
punggung maupun sirip anal, sirip perut membulat dan panjangnya mencapai sirip
dubur.
10. Pada bagian sirip dada lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umumnya disebut
dengan nama patil
11. Warna ikan lele umunya lele berwarna hitam, coklat walau adapula yang berbentuk
merah muda dan albino tergantung jenisnya.
4
2.4 Persiapan Wadah
Sebelum proses Pemijahan dilakukan, bak pemijahan harus siap dan ideal. bak
pemijahan yang digunakan mempunyai panjang 2 meter dengan lebar 1 meter dan kedalaman
70 cm meter. Bak yang digunakan untuk Pemijahan terbuat dari fiber, agar dapat mengawasi
telur dari hasil pembuahan. Sebelum digunakan, bak harus dikeringkan dahulu, lalu diisi
dengan air hingga 40 cm dengan air bersih dan jernih. Kemudian setting instalasi aerasi
dengan serapi mungkin dan cek setiap sambungan dan selang aerasi agar benar-benar
dipastikan tidak ada yang bocor ataupun lepas. Kemudian dilanjut dengan pemasangan
kakaban/ijuk yang sudah dibentuk persegi panjang yang berfungsi sebagai substrat/tempat
menempelnya telur. Untuk sifat telur ikan lele ini berdasarkan berat jenisnya termasuk ke tipe
semi bouyant yaitu telur tenggelam perlahan-lahan kedasar perairan mudah tersangkut dan
umumnya telur berukuran kecil.
5
Apabila akan dipijahkan dengan cara semi intensif, prosedur pemijahannya hampir
sama dengan pemijahan secara alami. Perbedaannya adalah pada pemijahan secara semi
intensif, baik induk lele jantan maupun betina, sebelum disatukan ke bak pemijahan di suntik
terlebih dahulu dengan menggunakan hormone berupa ovaprim dengan dosis 1 kg induk
disuntik ovaparim sebanyak 0,5 ml, hormone ini berfungsi untuk merangsang pematangan
dan ovulasi sel telur dan sel sperma. Induk lele yang sudah di suntik, baik jantan maupun
betina dimasukkan kedalam bak atau wadah pemijahan yang dilengkapi kakaban dan aerasi
lalu dibiarkan memijah sendiri. Jadi proses pemijahan dan pembuahannya itu berjalan secara
alami.
Adapun ciri-ciri induk ikan lele yang baik adalah sebagai berikut :
Organ tubuh lengkap dan normal
Umur induk betina mencapai 1,5 tahun
Umur induk jantan mencapai 1 tahun
Bobot induk minimal 1 kg
Betina tubuh gemuk tidak berlemak
Jantan berubuh langsing dan rongga perut tidak berlemak
Alat kelamin normal dan kemerah-merahan
2.6 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Induk ikan lele yang telah memijah akan mengeluarkan telurnya pada keesokan
harinya. Stadia telur merupakan output dari aktivitas pemijahan ikan, dimana pada saat
menetas berubah menjadi stadia larva. Telur ikan lele bersifat melekat (adesif) kuat pada
substrat, karena telur ikan lele tersebut memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkangnya
dan akan menjadi aktif ketika terjadi kontak dengan air, sehingga dapat menjadi rusak/koyak
ketika dicoba untuk dicabut.Kekuatan pelekatan tersebut akan menjadi berkurang sejalan
dengan perkembangan telur (embriogenesis) hingga menetas. Oleh karena itu, untuk
mengurangi faktor kerusakan/kegagalan telur dalam proses penetasan, induk ikan lele yang
telah memijah diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan induk kembali.
Telur- telur ikan lele yang telah terbuahi ditandai dengan warna telur kuning cerah
kecoklatan, sedangkan telur-telur yang tidak terbuahi berwarna putih pucat atau putih susu.
Lama waktu perkembangan hingga telur menetas menjadi larva tergantung pada jenis ikan
dan suhu. Pada ikan lele, membutuhkan waktu 18-24 jam dari saat pemijahan.
6
2.7 Penyesuaian Kondisi Suhu
Selain oksigen, faktor kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
penetasan telur adalah suhu. Sampai batas tertentu, semakin tinggi suhu air media penetasan
telur maka waktu penetasan menjadi semakin singkat. Akan tetapi, telur menghendaki suhu
tertentu (suhu optimal) yang memberikan efisiensi pemanfaatan kuning telur yang maksimal,
sehingga ketika telur menetas diperoleh larva yang berukuran lebih besar dengan
kelengkapan organ yang lebih baik dan dengan kondisi kuning telur yang masih besar. Pada
ikan lele, suhu optimum yang baik untuk penetasan telur adalah sekitar 29-31o C.
7
penetasan dan untuk memperbaiki kualitas air pemeliharaan larva, maka dilakukan pergantian
air sebanyak ¾ dari volume wadah. Pergantian air dimaksudkan untuk mengembalikan
kondisi air menjadi baik, sehingga layak dijadikan sebagai media pemeliharaan larva.
8
Artemia sp: Hari ke 6-13
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1) Paremeter keberhasilan kegiatan Pembenihan ikan lele secara semi intensif adalah
diperolehnya keuntungan yang seimbang dengan usaha dan modal yang telah
dipergunakan, serta kualitas benih/induk yang baik dan unggul disertai tingkat
kematiam yang rendah.
2) Kegiatan Pembenihan ikan lele secara semi intensif meliputi :
Persiapan Wadah
Pemijahan induk
Penetasan telur dan pemeliharaan larva
Penyesuaian Kondisi Suhu
Penyediaan Oksigen Terlarut
Pencegahan Serangan Penyakit pada Telur
Pengelolaan Kualitas Air Larva
Pemberian Pakan Larva
3.2. Saran
Setelah melaksanakan kegiatan pembenihan ikan lele secara semi intensif ini kami
merasakan apa yang terjadi seandainya dikemudian hari kita menjadi tenaga kerja yang
pastinya akan bekerja sama dengan orang lain. Maka dari itu, untuk kedepannya penulis
menyarankan :
10
3. Kepadatan larva dan padat penebaran benih, jika larva atau benih yang ditebar terlalu
banyak akan mengakibatkan kematian.
4. Induk yang dipijahkan harus memenuhi kriteria yang bagus dan harus berumur
mencapai 1,5 tahun untuk induk betina dan 1 tahun untuk induk jantan, hal ini
bertujuan agar kualitas telur dan larva yang dihasilkan lebih baik dari sebelumnya.
5. Peran Dosen pembimbing dilapangan sangat diperlukan, sebagai pengarah dalam
menjalankan segala kegiatan yang dilakukan selama proses pembenihan ikan lele
untuk itu, diperlukan kerja sama antara Taruna/i dengan Dosen pembimbing
dilapangan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
13