Anda di halaman 1dari 17

Proposal

Praktik Kerja Lapangan

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN MANFISH


(Pterophyllum scalare) DI PERENGAN LOBSTER FARM, KECAMATAN
SECANG, KABUPATEN MAGELANG

Diajukan Oleh:
HAIFAR AMRU ZEIN AL HASAN
1910801060

Program Studi Akuakultur

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2022
Proposal
Praktik Kerja Lapangan

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN MANFISH


(Pterophyllum scalare) DI PERENGAN LOBSTER FARM, KECAMATAN
SECANG, KABUPATEN MAGELANG

Diajukan Oleh:
HAIFAR AMRU ZEIN AL HASAN
1910801060

Program Studi Akuakultur

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal
Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Mahasiswa Program Studi Akuakultur
Fakultas Pertanian
Universitas Tidar

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN MANFISH


(Pterophyllum scalare) DI PERENGAN LOBSTER FARM, KECAMATAN
SECANG, KABUPATEN MAGELANG

diajukan oleh:
HAIFAR AMRU ZEIN AL HASAN
1910801060

telah disetujui tanggal: ...............................................

Koordinator Program Studi Dosen Pembimbing


Akuakultur Praktik Kerja Lapangan
Fakultas Pertanian UNTIDAR

Abdul Qadir Jailani, S.Kel., M.P Dr. Ir. Sri Hidayati, M.P.
NIK. 198812042018064K186 NIP. 196205051988032002

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
LEMBAR PENGESAH................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan...........................................................2
1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan.........................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Manfish.............................................3
2.2 Habitat Ikan Manfish...........................................................................4
2.3 Kebiasaan Makan Ikan Manfish..........................................................4
2.4 Perbedaan Jantan dan Betina Ikan Manfish.........................................4
2.5 Pemilihan Induk...................................................................................5
2.6 Cara Pemijahan....................................................................................6
2.7 Pemeliharaan Benih.............................................................................6
BAB III RENCANA DAN JADWAL KEGIATAN......................................8
3.1 Rencana Kegiatan..............................................................................10
3.2 Jadwal Pelaksanaan...........................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya ikan hias air tawar yang berasal dari perairan asli Indonesia
maupun yang bukan berasal dari perairan Indonesia dapat dijadikan
sebuah alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan. Periode
2014-2017 volume ikan hias yang dilalulintaskan antar provinsi di
Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 27,51% pertahun.
Sementara lalulintas ikan hias air tawar pertumbuhannya mencapai
29,06% pertahun. Salah satu ikan hias air tawar yang bernilai ekonomis
tinggi adalah ikan manfish (Pterophyllum scalare). Ikan hias diminati oleh
masyarakat karena bentuk dan warnanya yang indah, serta tingkah
lakunya yang lucu dan menyenangkan (Daelani, 2001).
Kegiatan budidaya ikan manfish terdapat dua tahapan yang meliputi
pembenihan dan pendederan. Pembenihan dan pendederan ikan manfish
sangat sederhana, cukup dengan cara memasangkan induk secara massal
(induk akan berpasangan masing-masing) akan menghasilkan telur yang
relatif banyak (Susanto, 2000).
Perengan Lobster Farm merupakan salah satu usaha perikanan di
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang yang aktif dalam kegiatan
pembenihan dan pembesaran lobster hias dan berbagai ikan hias salah
satunya komoditas ikan manfish. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis
ingin melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perengan Lobster Farm,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, untuk mempelajari lebih
mendalam mengenai teknik pembenihan ikan manfish. Kegiatan ini
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan penulis
dalam melakukan pembenihan ikan manfish serta memenuhi kewajiban
kurikulum pada Program Studi Akuakultur Fakultas Pertanian Universitas
Tidar.

1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Tujuan dilakukannya Praktik Kerja Lapangan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui informasi dan pengetahuan mengenai teknik
pembenihan ikan manfish di Perengan Lobster Farm, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang.
2. Mengetahui dan mengasah keterampilan teknik pembenihan ikan
manfish di Perengan Lobster Farm, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang.
3. Mengetahui sarana dan prasarana serta kendala pada saat proses
pembenihan ikan manfish di Perengan Lobster Farm, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang.
1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan
Manfaat dilakukannya Praktik Kerja Lapangan adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memperoleh informasi dan pengetahuan
mengenai teknik pembenihan ikan manfish di Perengan Lobster
Farm, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
2. Mahasiswa dapat memperoleh keterampilan cara pembenihan ikan
manfish di Perengan Lobster Farm, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang.
3. Mahasiswa dapat mengetahui sarana dan prasaran serta kendala
pada saat proses pembenihan ikan manfish di Perengan Lobster
Farm, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Manfish


Menurut Axelrod (1993) dalam Setiawan (2009) klasifikasi ikan
manfish adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Percomorphoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Pterophyllum
Spesies : Pterophyllum scalare

Gambar 1. Ikan Manfish (Pterophyllum scalare)

Ikan manfish secara morfologi umumnya memiliki warna yang beragam


dan jenis yang bervariasi. Bentuk tubuh pipih seperti anak panah, sirip perut
dan sirip punggungnya membentang lebar memanjang ke arah ekor,
sehingga tampak seperti busur yang berwarna gelap transparan. Bagian dada
terdapat dua buah sirip yang panjangnya menjuntai sampai ke bagian ekor
(Adminrad, 2008).

3
2.2 Habitat Ikan Manfish
Habitat ikan manfish hidup pada lingkungan perairan yang banyak
ditumbuhi tanaman air. Karakteristik perairan yang tenang dan berarus
sehingga mereka hidup bergerombol. Hal inilah bila ditempatkan dalam
akuarium, manfish termasuk ikan yang minim pergerakannya (Susanto &
Amri, 2008).
Ikan manfish pada awalnya hidup liar di perairan air tawar. Banyak ikan
hias liar yang hidup dan tersebar di berbagai perairan tawar, misalnya di
sungai-sungai, rawa-rawa atau di danau-danau, karena dengan
perkembangan peradaban manusia yang membuahkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka ikan - ikan yang awalnya hidup di perairan bebas
banyak dibudidayakan (Cahyono, 2009).
2.3 Kebiasaan Makan Ikan Manfish
Ikan manfish merupakan ikan karnivora. Menurut Putra dkk. (2007),
ikan karnivora membutuhkan protein 25 % - 50 % untuk tumbuh dan
berkembang. Pakan yang diberikan pada ikan manfish saat berumur ± 2
bulan berupa cacing sutra (Tubifex sp.) atau pakan alami lainnya. Setelah
berusia diatas 2 bulan ikan manfish mulai diberikan pakan pellet ukuran
kecil sedikit demi sedikit (ad libitum) sampai kebiasaan makannya berubah
sebagian. Pemberian pakan bervariasi sangat baik untuk pertumbuhan ikan
manfish, walaupun pakan pellet menjadi suatu pakan utama yang diberikan
pada ikan manfish ketika sudah memasuki stadia pendederan dan
pembesaran, pakan pellet dengan konsentrasi protein tinggi akan membuat
pertumbuhan ikan menjadi lebih cepat dan baik.
2.4 Perbedaan Jantan dan Betina Ikan Manfish
Menurut Adminrad (2008) beberapa ciri-ciri untuk membedakan antara
ikan manfish jantan dan betina disajikan dalam tabel 1.

4
Tabel 1. Perbedaan Ikan Manfish Jantan dan Betina
No Uraian/Karakteristik Jantan Betina
.
1. Ukuran Ukuran relatif lebih Ukuran lebih kecil
besar.
2. Bentuk perut Perut pipih atau Perut besar dan
ramping menonjol
3. Bentuk kepala Kepala agak besar Kepala lebih kecil

4. Antara mulut dan Berbentuk cembung. Berbentuk garis


sirip punggung lurus, kadang-
kadang menonjol
sedikit.
Sumber : Budidaya Ikan Maanvis atau Angel Fish (Adminrad, 2008)

Gambar 2. Ikan Manfish Jantan dan Betina


(Anonymous, 2011)
2.5 Pemilihan Induk
Menurut Tarwiyah (2001) induk yang baik untuk dipijahkan adalah
yang telah berumur lebih dari 6 bulan, dengan panjang induk jantan +7,5cm
dan induk betina +5cm. Penentuan pasangan dengan cara menyiapkan
induk-induk yang telah matang telur dalam satu bak (2x2) meter persegi
dengan ketinggian air +30cm. Umumnya ikan manfish akan memilih
pasangannya masing-masing. Hal ini dapat terlihat pada malam hari, ikan
yang telah berpasangan akan memisahkan diri dari kelompoknya. Ikan yang
telah berpasangan segera diangkat untuk dipijahkan.
Menurut Puspayanti (2016) perlu seleksi induk dalam pemijahan ikan
manfish. Induk yang siap untuk dipijahkan memiliki beberapa ciri-ciri
antara lain telah matang gonad, tidak terserang penyakit, anggota tubuhnya
5
lengkap, gerakannya aktif, berumur 7-12 bulan, memiliki panjang badan ±
7,5 cm untuk jantan dan ± 5 cm untuk betina. Induk jantan yang dipilih
adalah yang gerakannya agresif. Induk betina yang dipilih adalah yang
ukurannya lebih besar dari pada biasanya dan saluran urogenital terlihat
sedikit menonjol. Ukuran sirip induk jantan lebih panjang dari induk betina.
Bentuk kepala induk jantan cembung sedangkan induk betina cenderung
datar.
2.6 Cara Pemijahan
Menurut Puspayanti (2016) salah satu teknik pemijaha yang banyak
digunakan yaitu teknik pemijahan secara alami dengan cara mengambil
induk jantan dan betina yang berenang berpasangan dalam akuarium
pemeliharaan dan memindahkannya ke dalam akuarium pemijahan.
Perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1 : 1. Akuarium
pemijahan diletakkan dalam ruangan yang tenang dan sepi. Pemijahan
terjadi selama 2 minggu setelah induk dipasangkan.
Menurut Tarwiyah (2001) tempat pemijahan dapat berupa aquarium,
bak atau paso dari tanah, diisi air yang telah diendapkan setinggi 30 - 60cm.
Substrat dapat berupa daun pisang, seng plastik, kaca, keramik atau genteng
dengan lebar +10cm dan panjang +20cm. Substrat diletakkan secara miring
atau terlentang. Sebelum terjadi pemijahan, induk jantan akan
membersihkan substrat dengan mulutnya. Setelah terjadi pemijahan, telur
akan menempel pada substrat. Satu kali pemijahan telur dapat berjumlah
2.000 - 3.000 butir. Selama pemijahan induk akan diberi makan kutu air dan
jentik nyamuk.
2.7 Pemeliharaan Benih
Menurut Puspayanti (2016) jumlah telur yang dihasilkan dalam sekali
pemijahan berkisar antara 500-1000 butir telur. Telur hasil pemijahan akan
dirawat atau dipelihara oleh induk manfish. Telur akan selalu dibersihkan
dari kotoran yang menempel dengan cara mengibas-ngibaskan sirip dadanya
di permukaan telur serta sebagai tambahan suplai oksigen untuk telurnya.
Menurut Tarwiyah (2001) penetasan telur ada beberapa cara yaitu

6
dengan mengangkat substrat yang telah ditempeli telur untuk dipindahkan
kedalam aquarium penetasan atau dengan cara penetasan telur dalam tempat
pemijahan. Setelah menetas (2 - 3 hari) benih yang masih menempel pada
substrat dapat dipindahkan ke aquarium. Setelah lepas dari substrat (3 - 4
hari) dapat diberikan makanan berupa rotifera atau kutu air yang disaring,
selama 5 - 7 hari. Selanjutnya benih diberi kutu air tanpa di saring. Setelah
seminggu diberi kutu air, benih mulai dicoba diberi cacing rambut.

7
BAB III
RENCANA DAN JADWAL KEGIATAN

3.1 Rencana Kegiatan


Rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di Perengan Lombster Farm, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang, yang akan dilaksanakan selama satu bulan (Januari 2022 -
Februari 2022). Dalam melaksanakan kegiatan PKL meliputi penyusunan
dan analisis data.
3.1.1 Penyusunan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data
primer dan sekunder. Data primer didapatkan dengan cara berdiskusi
bersama pembimbing lampangan, karyawan, wawancara dengan pemilik
perusahaan sebagai narasumber, dan melalui pengamatan (observasi), serta
partisipasi aktif dengan cara melakukan kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan. Metode pengumpulan data dengan melakukan dan mencatat
informasi di lapangan secara langsung. Data sekunder diperoleh dari data-
data Perengan Lobster Farm sebagai data pendukung dalam PKL. Data-data
yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Keadaan umum Perengan Lobster Farm, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang.
2. Latar belakang, sejarah perusahaan dan rencana pengembangan umum
Perengan Lobster Farm, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
a. Visi dan misi perusahaan.
b. Susunan organisasi.
c. Lokasi dan tata letak perusahaan.
d. Sarana dan fasilitas produksi.
3. Proses pembenihan ikan manfish (Pterophyllum scalare).
4. Pemberian pakan.
5. Pengelolaan kualitas air.
6. Pemanenan dan pengemasan benih.

8
7. Hama dan penyakit.
3.1.2 Analisis Data
Data yang diambil dan diamati adalah pertambahan panjang mutlak,
tingkat penetasan telur (HR), tingkat kelangsungan hidup (SR), tingkat
pembuahan telur (FR), dan fekunditas telur.
1. Tingkat Pembuahan Telur
Menurut Rustidja (1997) dalam Larasati dkk. (2017), untuk
mengetahui tingkat pembuahan telur dihitung menggunakan rumus,
sebagai berikut :
j umlahtelur menetas
FR = × 100%
jumlah total telur
2. Tingkat Penetasan Telur
Menurut Suseno dan Cholik (1982) dalam Heltonika dkk. (2014),
derajat penetasan (HR) larva yang sudah menetas diletakkan dalam
wadah. Kemudian jumlah larva yang menetas dihitung secara manual,
dan hasilnya dicari menggunakan rumus derajat penetasan. Rumus
derajat penetasan (HR), adalah sebagai berikut :
jumla h telur menetas
𝐻𝑅 = × 100%
jumla h telur terbua hi
3. Tingkat Kelangsungan Hidup
Menurut Effendi (1997) tingkat kelangsungan hidup (SR)
dilakukan dengan cara mengamati berapa ikan manfish yang mati dan
hidup setiap hari. Kelangsungan hidup benih dihitung menggunakan
rumus, yaitu :
Nt
𝑆𝑅 = × 100%
No
Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah ikan akhir penelitian (ekor)
No : Jumlah ikan awal penelitian (ekor)
Ikan diamati jumlahnya setiap hari untuk menghitung
kelangsungan hidup ikan (SR). Pengitungan akan dimulai dari hari ke-2

9
hingga hari ke-30.
4. Fekunditas Telur
Fekunditas adalah jumlah telur ikan yang dikeluarkan per satuan
bobot tubuh induk. Menurut Yufika dkk. (2019), fekunditas dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Wt
FT = n ×( )
Ws
Keterangan :
n : Jumlah telur yang diambil (1000)
Wt : Berat gonad total yang ditimbang (g)
Ws : Berat telur 1000 yang ditimbang (g)
Penghitungan berat gonad diambil dari induk betina setiap
pemijahan. Telur yang akan dihitung berjumlah 1000 telur diambil dari
hasil pemijahan. penghitungan menggunakan alat timbang digital milik
Perengan Lobster Farm.
3.2 Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapangan dilaksankan selama 30 hari
sesuai jam kerja di lapangan. Seluruh kegiatan persiapan praktik kerja
lapangan hingga ujian akhir praktik kerja lapangan dilaksanakan selama 6
bulan. Kegiatan dimulai dari survey lokasi PKL, identifikasi masalah,
penyusunan proposal PKL, persiapan pelaksanaan PKL, pelaksanaan PKL,
analisis data dan simpulan kegiatan, penyusunan laporan praktik kerja
lapangan, penyusunan dan revisi laporan PKL, hingga ujian praktik kerja
lapangan. Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan disajikan dalam tabel
2.

10
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
No. Kegiatan Tahun
2021 2022
Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Observasi
Lokasi PKL
2. Penyusunan
Proposal
3. Pelaksanaan
PKL
5. Penyusunan
Laporan
PKL
6. Ujian PKL

11
DAFTAR PUSTAKA

Adminrad. 2008. Budidaya Ikan Maanvis atau Angel Fish. https://bbat-


sukabumi.tripod.com/manfish.html. 29 Desember 2021 (22:48 WIB).

Anonymous. 2011. Perbezaan Induk Jantan Dan Betina.


http://ikanhiasanmalaysia.blogspot.com/2011/10/perbezaan-induk-jantan-
dan-betina.html. 30 Desember 2021 (17.20 WIB).

Axelrod H R. 1993. Pterophyllum scalare Freshwater Angelfish.


http://www.fishbase.org. 9 Januari 2022 (20.36 WIB).

Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Hias Air Tawar. Yogyakarta : Kanisius.

Daelami, D.A.S. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta :
Penebar Swadaya.

Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Heltonika, B. 2014. Pengaruh Salinitas Terhadap Penetasan Telur Ikan Jambal


Siam (Pangasius hypohthalmus). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2
(1) : 13-23.

Larasati, Stya, dkk. 2017. Pengaruh Jus Nanas dengan Konsentrasi Berbeda
Terhadap Derajat Pembuahan dan Penetasan Telur Ikan Patin
(Pangasius pangasius). Journal of Aquaculture Management and
Technology. 6 (4) : 218-225.

Puspayanti, Niluh. 2016. Teknik Pengelolaan Telur dan Perkembangan Embrio


Ikan Manfish (Pterophyllum scalare) di Balai Pengembangan dan
Penelitian Budidaya Ikan Hias Depok Jawa Barat. Jurusan Budidaya
Perikanan. Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan
Pangkep.

Putra, A.K., Mumpuni, F.S., Rosmawati. 2017. Pengaruh Pemberian Pakan yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Maanvis (Pterophyllum scalare). Jurnal Mina Sains. Vol 3 No 1. Hal 30-
38.

Rustidja. 1997. Pembenihan Ikan-Ikan Tropis. Fakultas Perikanan. Universitas


Brawijaya. Malang.

Setiawan, B. 2009. Pengaruh Padat Penebaran 1, 2, dan 3 Ekor/L Terhadap


Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Maanvis Pterophyllum
scalare. Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur.

12
Institut Pertanian Bogor.

Susanto, H. 2000. Maanvis. Jakarta : Penebar Swadaya.

Susanto, H., & Amri. 2008.Budidaya Ikan di Pekarangan. Jakarta : Penebar


Swadaya.

Suseno, D dan F. Cholik. 1982. Effect of Aeration on Nathing Rates of Some


Varities of The Common Carp. Pewerta LPPD. 1 (3) : 77-80

Tarwiyah. 2001. Budidaya Ikan Hias Manfish (Pterophyllum scalare). Dinas


Perikanan. DKI Jakarta. Jakarta.

Yufika, S., dkk. 2019. Penggunaan Substrat yang Berbeda Terhadap Fekunditas,
Derajat Penetasan dan Kelangsungan Hidup Pada Pemijaha Ikan
Maskoki (Carrasius auratus). Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya
Perairan. Vol 14 No 2. Hal 39-47.

13

Anda mungkin juga menyukai