OLEH :
KELOMPOK II
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2021
KATA PENGANTAR
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Fadila Tamnge, S.Hut. M.Si, selaku dosen mata
kuliah Pengelolaan Satwa Liar. Terima kasih saya ucapkan kepada diri saya sendiri dan
Angota Kelompok serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
praktikum ini, sehingga laporan praktikum yang berjudul “Teknik Penangkaran Satwa” ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya serta dapat digunakan dengan sebaik mungkin.
laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Satwa Liar.
Saya tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik
serta saran yang membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan laporan ini dan
berikutnya.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KELOMPOK II
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................... 1
1.2 TUJUAN.............................................................................................................. 2
1.3 MANFAAT.......................................................................................................... 3
BAB II METODE PRAKTIKUM
2.1 METODE PRAKTIKUM.................................................................................... 4
2.2 WAKTU DAN TEMPAT.................................................................................... 4
2.3 ALAT................................................................................................................... 4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASA
3.1 HASIL.................................................................................................................. 5
3.2 PEMBAHASAN.................................................................................................. 6
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Satwa liar adalah binatang yang hidup di dalam ekosistem alam. Pola pengelolaan
satwa liar telah berkembang dengan pesat, yaitu bukan saja untuk keperluan perlindungan
tetapi juga pemanfaatan yang lestari. Pemanfaatan satwa liar ini meliputi untuk kegiatan
penelitian, pendidikan , pariwisata , rekreasi, bahkan jika memungkinkan untuk beberapa
1
jenis satwa tertentu dapat dilakukan pemanenan sebagai komoditi ekspor.Pada kenyataannya
satwa liar memiliki nilai dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia, maka ruang
lingkup pengelolaannya pun harus diperluas (Ikrar,2011)
Jumlah satwa liar pada habitatnya di alam bebas (hutan), merupakan salah satu bentuk
kekayaan dan keanekaragaman (biodiversity) sumberdaya alam hayati, karena itu perlu
dilakukan perlindungan. Untuk dapat melakukan perlindungan perlu diketahui jumlah dan
sebarannya pada habitat satwaliar. Penentuan jumlah satwaliar tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai metoda sensus yang memudahkan kita untuk melakukan estimasi
populasinya. Walaupun belum dapat diketahui jumlahnya secara pasti, namun metode ini
merupakan cara untuk mendata populasi mendekati jumlah sebenarnya di habitat hidup satwa
liar (Kurniawan,2007).
Air dapat dikatakan sumber dari segala kehidupan, tidak ada makhluk hidup yang
survive dalam kehidupan di alam tanpa keberadaan air, termasuk manusia. Begitu banyak
makhluk hidup yang manggantungkan hidupnya di air, dari mulai untuk kebutuhan minum
sampai sebagai habitat/ tempat hidup. Sebagian besar makhluk hidup menggunakan air
sebagai habitat hidup, baik mikroflora, mikrofauna maupun makrofauna. Dengan demikian
tumbuhan aquatic juga disebut tumbuhan hidrophytic atau hydrophytes adalah tumbuhan yang
telah disesuaikan untuk tinggal di lingkungan perairan. Ekosistem perairan di bagi atas
ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
Ikan didefinisikan secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang,
poikiloterm (hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya /
hewan berdarah dingin), bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan insang, dan
memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya. Ikan dapat digunakan
sebagai bioindikator karena mempunyai daya respon terhadap adanya bahan pencemar. Ikan
dapat menunjukkan rekasi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa
pencemar yang terlarut dalam batas kosentrasi tertentu. (Chahaya, 2003).
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam
dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Ikan dibagi menjadi ikan tanpa
2
rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan
(kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan
bertulang keras (kelas Osteichthyes) (Onnay, 2011).
Menurut Pasal 1 Undang-Undang 45 tahun 2009, ikan adalah segala jenis organisme
yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
Didalam bagian penjelasan dijelaskan bahwa yang termasuk kedalam jenis ikan adalah :
a. ikan bersirip (pisces)
b. udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea)
c. kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya (mollusca)
d. ubur-ubur dan sebangsanya (coelenterata)
e. tripang, bulu babi, dan sebangsanya (echinodermata)
f. kodok dan sebangsanya (amphibia)
g. buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya (reptilia)
h. paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya (mammalia)
i. rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae)
j. biota perairan lainnya (Mukhtar, 2011).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk Mengidentifikasi teknik penangkaran satwa liar
di kandang peliharaan hewan domestikasi.
1.3 Manfaat
Bermanfaat untuk mengetahui teknik penangkaran satwa liar yang di kandang,
penagkaran pemeliharaan hewan domestikasi
3
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.3 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Alat tulis
2. Tallysheet
3. Kamera
4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel.1 Aspek Kandang
No Aspek Kandang Keterangan
1. Jenis Kandang Keramba/jaring apung
2. Fungsi Untuk memudahkan penangkaran dan
memberikan rasa aman
3. Bahan Drum plastic, jaring halus dan kasar
4. Perlengkapan Dilengkapi dengan adanya drum,
jaring, gaba, lata dan papan
5. Pengelolaan dan Perawatan Selalu memperhatikan kondisi
kerambanya dan membersihkannya
6. Jumlah 20 petak keramba
5
sampe ke papan atau lata, sedangkan
untuk jaringnya yang masuk ke dalam
air sampe ke permukaan papan atau
lata sekitar 2-3 m
2. Lebar 2 m untuk setiap satu keramba dan
untuk lebar keseluruhan sekitar 16 m
3. Panjang 4 m untuk setiap satu keramba dan
untuk panjang keseluruhan sekitar 20
m
3.2 Pembahasan
Menurut Saanin, 1984 ikan nila ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichyes
Sub Kelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis nilaticus
6
Morfologi :
Morfologi ikan nila memiliki bentuk pipih, punggung tinggi, pada bagian badan dan
sirip ekor di temukan garis lurus ( vertikal ) serta juga mempunyai sirip punggung ditemukan
garis lurus memanjang. Ikan ini memiliki lima buah sirip yaitu sirip punggung, sirip data, sirip
perut, sirip anal dan sirip ekor. Dengan adanya sirip tersebut sangat membantu pergerakan
ikan nila semakin cepat di perairan air tawar. Tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila
yakni memiliki warna tubuh hitam dan agak keputihan ada juga yang berwarna merah muda.
Bagian tubuh insang bewarna putih, sedangkan ikan lokal memiliki warna kekuninangan. Ikan
nila mempunyai Sisik ikan berukuran cukup besar, kasar dan tersusun dengan rapi. Bagian
kepala pada ikan ini memiliki ukuran relatif kecil dibandingkan dengan mulut yang berada
pada bagian ujung kepala serta memiliki mata yang besar.
Dalam praktikum pengamatan penangkaran ikan di danau ngade, ada terdapat 3 unit
keramba dalam satu unit keramba terdapat 4-6 petak dengan ukuran 2x4 m. pada setiap
keramba biasanya terdapat ikan nila di dalam keramba berkisaran 200-300 ekor ikan nila.
Jenis keramba tersebut adalah keramba jaring apung. Yang berbahan dasar drum plastik dan
jaring.
7
Terdapat beberapa jenis ikan disini yaitu ikan lele, nila dan gabus. Perawatan dari
kandang atau keramba tersebut juga selalu memperhatikan kondisi keramba dan selalu
membersihkannya. Karena ketika hujan turun air danau akan meluap dan ph-nya asam dan
harus dipindahkan di keramba yang lain. Yang berbentuk seperti wadah yang sangat besar
Dan untuk pakan ikannya tersendiri terdapat tiga varian, jenis pakan dengan bahan
makanan kompet, bintang dan T78-1, 2 dan 3. Tetapi yang sering di gunakan yaitu jenis pakan
T78-3. Karna untuk stok pakan d ternate terbatas kebanyakan pakan T78-3 Waktu pemberian
pakan ikan biasanya tergantung ikannya dan jumlah pengunjung, ikannya kadang diberi makan
3 kali ataupun 2 kali sehari. Frekuensi pemberian pakannya juga tergantumg dari ikannya juga.
Dan cara pemberian pakan juga seperti biasanya dengan cara di lempar atau di sebar dalam
keramba.
Jenis penyakit yang diderita ikan sangatlah jarang hanya saja karena faktor alam.
Ketika hujan turun sekiranya sampai dua hari. Air dari keramba tersebut akan menjadi asam
dengan demikian ikan tersebut kalau tidak cepat dipindahkan ke wadah besar akan mengalami
kematian. Ketika hujan lumpur dari permukaan dasar air akan sedikit mengapung ke
permukaan jaring, sehinga menyebabkan jaring menjadi kotor dan mengendap di jaring, hal ini
dapat mengakibatkan ikan mati karena tercemarna air yg sudah tercanpur dengan tanah atau
lumpur bekas endapan yang di sebabkan air hujan.
Untuk penangananya sendiri yaitu dengan cara memindahkan langsug ikan ikan yang
ada di dalam keramba tersebut dan membersihkan jaring-jaring yang kotor akibar endapan air
lumpur yang menempel di permukaan jaring.
8
BAB IV
PENUTUP
4.2 Kesimpulan
Dalam teknik penangkaran ikan nila di danau ngade yaitu dengan memakai jenis
keramba jaring apung. Fungsinya untuk menjaga keberadaan ikan di dalamnya akan lebih
aman dan memudahkan pemeliharanya dan ikan dapat di panen dengan mudah. Berbahan
dasar jaring, dan drum plastik. Perlengkapannya dilengkapi dengan jaring, dan drum plastik.
Pengelolaan dan perawatannya dengan selalu memperhatikan keramba dan membersihkannya.
Kemudia cara pemberian pakan dengan makanan ikan di lempar kedalam keramba.
Frekuensi pakan tergantung dari ikannya. Dengan jenis pakan tenggelam dan terapung
(kompet, bintang dan T78-3). Jumlah pakan tidak menentu. Waktu pemberian pakan pagi dan
sore kadang-kadang 2 kali sehari dan 3 kali sehari
Dalam penagkaran ikan nila tidak ada penyakit pada ikan hanya saja faktor alam
semata, ketika hujan turun akan menyebabkan lumpur naik dan ph tanahnya juga akan
berubah menjadi asam dan itu akan membuat ikan mati. Cara mengatasinya dengan
memindahkan ikan ke tepat lain secepat mungkin.
Dan Keramba jaring apung memiliki 4unit keramba, 1 unit 4-6 petak dengan 1 petak
2x4 M.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://gardaanimalia.com/pelihara-satwa-liar-tidak-satwa-lebih-baik-dihutanaja/
https://rimbakita.com/pengamatan-satwa-liar/
https://www.ksda-bali.go.id/perijinan/tumbuhan-dan-satwa-liar/penangkaran-tumbuhan-dan-
satwa-liar/
https://www.sampulpertanian.com/2018/09/mengenal-ikan-nila-dengan-klasifikasi.html
DAFTAR GAMBAR