Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENANGKARAN SATWA LIAR

OLEH :

KELOMPOK II

Manisa M. Nur : 04341811011


Sarifudin : 04341811038
Iin Putri Yuli Astuti : 04341811079
Mega Turuy : 04341811049
Maryati A. hatari : 04341811032
Kurniati S.a.Bone : 04341811060
Supriyanto Jamin : 04341811068
Emma N. Sjamsuddin : 04342011093
Buhdi N Abubakar 04341511046

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Segala puji bagi Allat SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya
tentu saya tidak akan mampu untuk menyelesaikan laporan praktikum ini dengan baik.

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Fadila Tamnge, S.Hut. M.Si, selaku dosen mata
kuliah Pengelolaan Satwa Liar. Terima kasih saya ucapkan kepada diri saya sendiri dan
Angota Kelompok serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
praktikum ini, sehingga laporan praktikum yang berjudul “Teknik Penangkaran Satwa” ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya serta dapat digunakan dengan sebaik mungkin.
laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Satwa Liar.

Saya tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik
serta saran yang membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan laporan ini dan
berikutnya.

Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ternate,03 November 2021

KELOMPOK II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................... 1
1.2 TUJUAN.............................................................................................................. 2
1.3 MANFAAT.......................................................................................................... 3
BAB II METODE PRAKTIKUM
2.1 METODE PRAKTIKUM.................................................................................... 4
2.2 WAKTU DAN TEMPAT.................................................................................... 4
2.3 ALAT................................................................................................................... 4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASA
3.1 HASIL.................................................................................................................. 5
3.2 PEMBAHASAN.................................................................................................. 6
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
dan Ekosistemnya, satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, di air dan di udara
yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh
manusia. Banyak orang memelihara satwa liar untuk memanfaatkan dalam hal-hal tertentu,
seperti dalam segi ekonomi, transportasi, penelitian dan keamanan. Secara hukum, satwa liar
ini boleh dipelihara asalkan dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung dan
keanekaragaman jenis satwa liar.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.19/Menhut-II/2005 tanggal 19


Juli 2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar, penangkaran adalah upaya
perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan
tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Penangkaran tumbuhan dan satwa liar berbentuk
Pengembang biakan satwa, Pembesaran satwa, yang merupakan pembesaran anakan dari telur
yang diambil dari habitat alam yang ditetaskan di dalam lingkungan terkontrol dan atau dari
anakan yang diambil dari alam (ranching/rearing), Perbanyakan tumbuhan secara buatan
dalam kondisi yang terkontrol (artificial propagation).

Pengembang biakan satwa adalah kegiatan penangkaran berupa perbanyakan individu


melalui cara reproduksi kawin (sexual) maupun tidak kawin (asexual) dalam lingkungan
buatan dan atau semi alami serta terkontrol dengan tetap mempertahankan kemurnian
jenisnya. Pembesaran satwa adalah kegiatan penangkaran yang dilakukan dengan
pemeliharaan dan pembesaran anakan atau penetasan telur satwa liar dari alam dengan tetap
mempertahankan kemurnian jenisnya.

Satwa liar adalah binatang yang hidup di dalam ekosistem alam. Pola pengelolaan
satwa liar telah berkembang dengan pesat, yaitu bukan saja untuk keperluan perlindungan
tetapi juga  pemanfaatan yang lestari. Pemanfaatan satwa liar ini meliputi untuk kegiatan
penelitian,  pendidikan , pariwisata , rekreasi, bahkan jika memungkinkan untuk beberapa

1
jenis satwa tertentu dapat dilakukan pemanenan sebagai komoditi ekspor.Pada kenyataannya
satwa liar memiliki nilai dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia, maka ruang
lingkup pengelolaannya pun harus diperluas (Ikrar,2011)

Jumlah satwa liar pada habitatnya di alam bebas (hutan), merupakan salah satu  bentuk
kekayaan dan keanekaragaman (biodiversity) sumberdaya alam hayati, karena itu  perlu
dilakukan perlindungan. Untuk dapat melakukan perlindungan perlu diketahui  jumlah dan
sebarannya pada habitat satwaliar. Penentuan jumlah satwaliar tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai metoda sensus yang memudahkan kita untuk melakukan estimasi
populasinya. Walaupun belum dapat diketahui jumlahnya secara pasti, namun metode ini
merupakan cara untuk mendata populasi mendekati jumlah sebenarnya di habitat hidup satwa
liar (Kurniawan,2007).

Air dapat dikatakan sumber dari segala kehidupan, tidak ada makhluk hidup yang
survive dalam kehidupan di alam tanpa keberadaan air, termasuk manusia. Begitu banyak
makhluk hidup yang manggantungkan hidupnya di air, dari mulai untuk kebutuhan minum
sampai sebagai habitat/ tempat hidup. Sebagian besar makhluk hidup menggunakan air
sebagai habitat hidup, baik mikroflora, mikrofauna maupun makrofauna. Dengan demikian
tumbuhan aquatic juga disebut tumbuhan hidrophytic atau hydrophytes adalah tumbuhan yang
telah disesuaikan untuk tinggal di lingkungan  perairan. Ekosistem perairan di bagi atas
ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.

Ikan didefinisikan secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang,
poikiloterm (hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya /
hewan berdarah dingin), bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan insang, dan
memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya. Ikan dapat digunakan
sebagai bioindikator karena mempunyai daya respon terhadap adanya bahan pencemar. Ikan
dapat menunjukkan rekasi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa
pencemar yang terlarut dalam batas kosentrasi tertentu. (Chahaya, 2003).

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam
dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Ikan dibagi menjadi ikan tanpa

2
rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan
(kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan
bertulang keras (kelas Osteichthyes) (Onnay, 2011).

Menurut Pasal 1 Undang-Undang 45 tahun 2009, ikan adalah segala jenis organisme
yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
Didalam bagian penjelasan dijelaskan bahwa yang termasuk kedalam jenis ikan adalah :
a. ikan bersirip (pisces)
b. udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea)
c. kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya (mollusca)
d. ubur-ubur dan sebangsanya (coelenterata)
e. tripang, bulu babi, dan sebangsanya (echinodermata)
f. kodok dan sebangsanya (amphibia)
g. buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya (reptilia)
h. paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya (mammalia)
i. rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae)
j. biota perairan lainnya (Mukhtar, 2011).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk Mengidentifikasi teknik penangkaran satwa liar
di kandang peliharaan hewan domestikasi.

1.3 Manfaat
Bermanfaat untuk mengetahui teknik penangkaran satwa liar yang di kandang,
penagkaran pemeliharaan hewan domestikasi

3
BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Metode Pengumpulan Data


Melakukan observasi atau pengamatan langsung di sekitar rumah anda. Pengamatan
dilakukan di kandang pemeliharaan satwa domestikasi. Pengamatan yang dilakukan adalah
pengecekan:
1. Aspek kandang meliputi: jenis kandang, jumlah, fungsi, bahan, ukuran, kelengkapan
kandang (tempat makan, tempat minum, tempat bersarang, tempat bermain, dll),
bagaimana pengelolaan dan perawatan kandang (Gambarkan model kandang atau
melampirkan foto kandang).
2. Aspek pakan meliputi: jenis pakan, jumlah pakan, waktu pemberian pakan, cara
pemberian pakan, dan frekuensi pemberian pakan
3. Jenis penyakit yang sedang diderita oleh satwa liar yang sedang diamati dan
bagaimana cara penanganannya
4. Pengukuran terhadap kandang dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap
tinggi (m), panjang (m), dan lebar (m) dengan menggunakan alat ukur meteran

2.2 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengelolaan Satwa Liar : Teknik Penangkaran Satwa di Kelurahan Ngade
dilakukan pada hari Rabu 03 November 2021 pukul 13.00 WIT – 14:00. Bertempat di Danau
Ngade.

2.3 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Alat tulis
2. Tallysheet
3. Kamera

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel.1 Aspek Kandang
No Aspek Kandang Keterangan
1. Jenis Kandang Keramba/jaring apung
2. Fungsi Untuk memudahkan penangkaran dan
memberikan rasa aman
3. Bahan Drum plastic, jaring halus dan kasar
4. Perlengkapan Dilengkapi dengan adanya drum,
jaring, gaba, lata dan papan
5. Pengelolaan dan Perawatan Selalu memperhatikan kondisi
kerambanya dan membersihkannya
6. Jumlah 20 petak keramba

Tabel 2 Aspek Pakan


No Aspek Pakan Keterangan
1. Jenis pakan Kompet, Bintang dan T78-1, 2 dan 3
2. Jumlah pakan Tidak menentu
3. Waktu pemberian pakan Pagi dan sore
4. Cara pemberian pakan Di taburkan di kerambanya
5. Frekuensi pemberian pakan Dua kali sehari

Tabel 3 Jenis penyakit


No Jenis penyakit Keterangan
1. Jenis penyakit yang di derita Penyakit ikan sangatlah jarang hanya
saja karena faktor alam semata dan ph
air atau keasamaannya tinggi
2. Penanganan yang dilakukan Dengan cara dipindahkan ikan dari
keramba ke sebuah wadah air untuk
mengantisipasinya agar ikan tidak
mati.

Tabel 4 luasan kandang


No Luasan Keterangan (meter)
1. Tinggi 1 meter untuk dari permukaan air

5
sampe ke papan atau lata, sedangkan
untuk jaringnya yang masuk ke dalam
air sampe ke permukaan papan atau
lata sekitar 2-3 m
2. Lebar 2 m untuk setiap satu keramba dan
untuk lebar keseluruhan sekitar 16 m
3. Panjang 4 m untuk setiap satu keramba dan
untuk panjang keseluruhan sekitar 20
m

3.2 Pembahasan

Klasifikasi : Ikan Nila

Menurut Saanin, 1984 ikan nila ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichyes
Sub Kelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis nilaticus

6
Morfologi :

Morfologi ikan nila memiliki bentuk pipih, punggung tinggi, pada bagian badan dan
sirip ekor di temukan garis lurus ( vertikal ) serta juga mempunyai sirip punggung ditemukan
garis lurus memanjang. Ikan ini memiliki lima buah sirip yaitu sirip punggung, sirip data, sirip
perut, sirip anal dan sirip ekor. Dengan adanya sirip tersebut sangat membantu pergerakan
ikan nila semakin cepat di perairan air tawar. Tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila
yakni memiliki warna tubuh hitam dan agak keputihan ada juga yang berwarna merah muda.
Bagian tubuh insang bewarna putih, sedangkan ikan lokal memiliki warna kekuninangan. Ikan
nila mempunyai Sisik ikan berukuran cukup besar, kasar dan tersusun dengan rapi. Bagian
kepala pada ikan ini memiliki ukuran relatif kecil dibandingkan dengan mulut yang berada
pada bagian ujung kepala serta memiliki mata yang besar.

Dalam praktikum pengamatan penangkaran ikan di danau ngade, ada terdapat 3 unit
keramba dalam satu unit keramba terdapat 4-6 petak dengan ukuran 2x4 m. pada setiap
keramba biasanya terdapat ikan nila di dalam keramba berkisaran 200-300 ekor ikan nila.
Jenis keramba tersebut adalah keramba jaring apung. Yang berbahan dasar drum plastik dan
jaring.

7
Terdapat beberapa jenis ikan disini yaitu ikan lele, nila dan gabus. Perawatan dari
kandang atau keramba tersebut juga selalu memperhatikan kondisi keramba dan selalu
membersihkannya. Karena ketika hujan turun air danau akan meluap dan ph-nya asam dan
harus dipindahkan di keramba yang lain. Yang berbentuk seperti wadah yang sangat besar

Dan untuk pakan ikannya tersendiri terdapat tiga varian, jenis pakan dengan bahan
makanan kompet, bintang dan T78-1, 2 dan 3. Tetapi yang sering di gunakan yaitu jenis pakan
T78-3. Karna untuk stok pakan d ternate terbatas kebanyakan pakan T78-3 Waktu pemberian
pakan ikan biasanya tergantung ikannya dan jumlah pengunjung, ikannya kadang diberi makan
3 kali ataupun 2 kali sehari. Frekuensi pemberian pakannya juga tergantumg dari ikannya juga.
Dan cara pemberian pakan juga seperti biasanya dengan cara di lempar atau di sebar dalam
keramba.
Jenis penyakit yang diderita ikan sangatlah jarang hanya saja karena faktor alam.
Ketika hujan turun sekiranya sampai dua hari. Air dari keramba tersebut akan menjadi asam
dengan demikian ikan tersebut kalau tidak cepat dipindahkan ke wadah besar akan mengalami
kematian. Ketika hujan lumpur dari permukaan dasar air akan sedikit mengapung ke
permukaan jaring, sehinga menyebabkan jaring menjadi kotor dan mengendap di jaring, hal ini
dapat mengakibatkan ikan mati karena tercemarna air yg sudah tercanpur dengan tanah atau
lumpur bekas endapan yang di sebabkan air hujan.
Untuk penangananya sendiri yaitu dengan cara memindahkan langsug ikan ikan yang
ada di dalam keramba tersebut dan membersihkan jaring-jaring yang kotor akibar endapan air
lumpur yang menempel di permukaan jaring.

8
BAB IV
PENUTUP

4.2 Kesimpulan
Dalam teknik penangkaran ikan nila di danau ngade yaitu dengan memakai jenis
keramba jaring apung. Fungsinya untuk menjaga keberadaan ikan di dalamnya akan lebih
aman dan memudahkan pemeliharanya dan ikan dapat di panen dengan mudah. Berbahan
dasar jaring, dan drum plastik. Perlengkapannya dilengkapi dengan jaring, dan drum plastik.
Pengelolaan dan perawatannya dengan selalu memperhatikan keramba dan membersihkannya.
Kemudia cara pemberian pakan dengan makanan ikan di lempar kedalam keramba.
Frekuensi pakan tergantung dari ikannya. Dengan jenis pakan tenggelam dan terapung
(kompet, bintang dan T78-3). Jumlah pakan tidak menentu. Waktu pemberian pakan pagi dan
sore kadang-kadang 2 kali sehari dan 3 kali sehari
Dalam penagkaran ikan nila tidak ada penyakit pada ikan hanya saja faktor alam
semata, ketika hujan turun akan menyebabkan lumpur naik dan ph tanahnya juga akan
berubah menjadi asam dan itu akan membuat ikan mati. Cara mengatasinya dengan
memindahkan ikan ke tepat lain secepat mungkin.
Dan Keramba jaring apung memiliki 4unit keramba, 1 unit 4-6 petak dengan 1 petak
2x4 M.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://gardaanimalia.com/pelihara-satwa-liar-tidak-satwa-lebih-baik-dihutanaja/
https://rimbakita.com/pengamatan-satwa-liar/
https://www.ksda-bali.go.id/perijinan/tumbuhan-dan-satwa-liar/penangkaran-tumbuhan-dan-
satwa-liar/
https://www.sampulpertanian.com/2018/09/mengenal-ikan-nila-dengan-klasifikasi.html
DAFTAR GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai