Anda di halaman 1dari 23

Laporan Tetap Praktikum

ZOOLOGI VERTEBRATA
ACARA II
AMFIBI

OLEH:
NAMA : JULIA HELMALIANA PUTRI
NIM : 210104096
SEMESTER/KELAS : IV/E

LABORATORIUM TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Tetap Praktikum “Zoologi Vertebrata” Acara II Ini Disusun Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Praktikum Selanjutnya.

Mataram, 24 Maret 2023

Disahkan Oleh:

Co. Assisten Praktikan

(Ahmad Geofani) (Julia Helmaliana Putri)


NIM: 200104065 NIM: 210104096

ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT Sang
pemilik dan penguasa sekalian alam yang telah melimpahkan rahmat, kasih dan
sayang, taufik, hidayah serta inayahnya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan tetap praktikum Zoologi Vertebrata tentang “Amfibi” dengan baik dan
tepat waktu.
Shalawat bermahkotakan salam tak lupa penyusun haturkan atas junjungan
nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, yang mana berkat jasa beliaulah pada saat
ini kita dapat menghirup segarnya udara dan merasakan indahnya hidup di alam
yang disinari dengan kilauan cahaya ilmu pengetahuan di bawah panji agama
Allah SWT.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen pengampu mata
kuliah Zoologi Vertebrata ibu Dr. Lutvia Krismayanti, M.Kes. yang telah
membimbing penyusun untuk menyusun laporan ini, dan kepada Co.Asisten yang
telah membimbing penyusun dalam melakukan praktikum. Meskipun penyusun
berharap isi dari laporan praktikum penyusun ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun akan selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas laporan parktium ini
dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih, semoga
hasil laporan penyusun ini bermanfaat bagi banyak orang.

Mataram, 24 Maret 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3
BAB III METODOLOGI...............................................................................5
A. Pelaksanaan......................................................................................5
B. Alat dan Bahan ................................................................................5
C. Prosedur Kerja..................................................................................5
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................7
A. Hasil Pengamatan ............................................................................7
B. Analisis Data....................................................................................12
C. Analisis Prosedur.............................................................................12
D. Analisis Hasil...................................................................................14
E. Diskusi..............................................................................................16
BAB V PENUTUP..........................................................................................18
A. Kesimpulan......................................................................................18
B. Saran.................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, hal itu dapat dilihat dari
berbagai macam flora dan fauna yang terdapat di dalamnya. Indonesia
menduduki peringkat ketiga tertinggi di dunia untuk keragaman jenis
amfibi dan reptil. Keanekaragaman herpetofauna di Indonesia diketahui
cukup besar. Amfibi di Jawa dan Bali diketahui sebanyak (41 jenis),
jumlah ini lebih kecil dibandingkan dari jumlah jenis di Pulau Sumatera
(90 jenis), Kalimantan (148 jenis) dan Semenanjung Malaysia (101 jenis)
Salah satu fauna Indonesia yang memiliki jumlah jenis yang tinggi
yaitu Ordo Anura. Ordo Anura merupakan makhluk yang sangat unik dan
menarik untuk diteliti. Ordo Anura tersebar diseluruh bagian dunia
diberbagai tipe habitat, mulai dari pemukiman sampai pegunungan. Ordo
Anura memiliki peranan yang sangat penting dalam ekosistem baik
sebagai predator dan pengendali populasi maupun sebagai mangsa bagi
satwa lain (rantai makanan).
Ordo Anura sebagai indikator biologis di alam memiliki kepekaan
yang tinggi terhadap perubahan yang terjadi pada habitatnya. Perubahan
lingkungan dapat dilihat dengan semakin berkurangnya populasi katak di
alam. Fungsi katak dalam habitat sebagai kontrol ekologis terutama
berfungsi untuk pengendali hama dan penyakit karena katak merupakan
hewan pemakan hewan kecil khususnya kelompok serangga. Hal ini
menyebabkan populasi katak sangat penting dalam ekosistem terutama
untuk keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, tujuan dari
dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk membandingkan morfologi
dan anatomi dari beberapa spesies katak dan kodok serta dapat membuat
kunci dikotom dari beberapa spesies katak dan kodok.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana membandingkan morfologi dan anatomi beberapa spesies
katak dan kodok?
2. Bagaimana membuat kunci dikotom beberapa spesies katak dan
kodok?
C. Tujuan
1. Untuk membandingkan morfologi dan anatomi beberapa spesies katak
dan kodok.
2. Untuk membuat kunci dikotom beberapa spesies katak dan kodok.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Amfibi termasuk herpetofauna yang memiliki aspek sains yang lengkap.
Beberapa di antaranya adalah morfologi, taksonomi, fisiologi dan ekologi. Secara
morfologi, kelas amfibi ordo Anura memiliki tulang belakang dengan perbedaan
bentuk yang ekstrim antara fase berudu, dan juvenile & dewasa. Fase berudu
bergerak menggunakan ekornya dan bernafas menggunakan insang. Fase juvenile
& dewasa bergerak menggunakan tungkai dan bernafas menggunakan paru-paru
dan kulit. Secara taksonomi, amfibi termasuk hewan vertebrata berdarah dingin.
Secara fisiologi, amfibi dilengkapi dengan sistem tubuh yang kompleks. Adapun
secara ekologi, interaksi amfibi dan lingkungannya dapat "memfasilitasi" siklus
biogeokimia dan aliran energi. (Syazali. 2021: 50-60)
Sebagai bagian dari komponen ekosistem yang memiliki peranan sangat
penting bagi stabilitas lingkungan. Katak dan kodok berperan dalam rantai
makanan sebagai pemangsa konsumen primer serta dapat digunakan sebagai
bioindikator kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan seperti suhu dan
kelembapan secara langsung dapat mempengaruhi kepadatan amfibi pada suatu
wilayah. Namun ada saja persepsi negatif masyarakat bahwa katak beracun atau
menjijikan menyebabkan Anura banyak dijauhi. (Devi. 2019: 71-79)
Katak dan kodok adalah hewan amfibi yang secara taksonomi, masuk ke
dalam kelas Amphibia, ordo Anura. Katak dan kodok biasa dijumpai oleh
manusia. Katak dan kodok dapat menjadi salah satu bioindikator baik buruknya
suatu lingkungan. Secara alami katak dan kodok menyukai habitat lembab,
bersemak, terdapat genangan air dan berkanopi. Kulit katak tipis dan berlendir,
menjadikan katak tidak mampu hidup di tempat panas dan kering, karena suhu
yang panas dan kering akan menyebabkan dehidrasi hingga menyebabkan
kematian. (Yudha. 2019: 59-67)
Terdapat 3 ordo yang termasuk dalam kelas Amphibi yang hidup di dunia
yang pertama adalah Caudata atau Salamander, Cecilia atau Gymnopiona dan
Anura. Anura terdiri dari katak dan kodok yang memiliki jumlah ordo yang cukup
banyak, dengan jumlah spesies 5.208 spesies. Katak seperti hewan lainnya

3
memiliki kisaran kebutuhan akan faktor-faktor lingkungan yang spesifik setiap
jenisnya. (Wahyuni. 2020: 1-10)
Katak dan kodok memiliki perbedaan, dimana katak mudah dikenal dari
tubuhnya yang khas dengan memiliki empat kaki, leher yang tidak jelas, mata
cenderung besar, permukaan kulit licin dan berlendir. Sedangkan kodok tekstur
kulit kasar dan berbenjol yang diliputi bintil-bintil berduri, tangan dan kaki
cenderung lebih pendek dibandingkan dengan kaki katak yang lebih panjang..
Keberadaan jenis-jenis katak dan kodok yang umum dijumpai pada habitat yang
terganggu, ini merupakan indikasi awal bahwa suatu habitat tersebut mulai
mengalami gangguan. (Rohadian. 2022: 1-15)

4
BAB III
METODOLOGI
A. Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Jum’at / 24 Maret 2023
Waktu : 09.10 WITA - Selesai
Tempat : Laboratorium IPA Terpadu UIN Mataram
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Satu set alat bedah
b. Bak Parafin
c. Sarung tangan latex
d. Penggaris
e. Alat tulis
2. Bahan
a. Katak (Anura sp.)
b. Kodok (Bufo sp.)
c. Kloroform
d. Tisu
C. Prosedur Kerja
Pada praktikum kali ini yaitu tentang Amfibi, akan dilakukan
pembedahan terhadap spesimen berupa katak dan kodok yang bertujuan
untuk mengetahui struktur organ dalam yang terdapat pada kodok dan
katak serta mengetahui bagian-bagian luar tubuhnya. Sebelum
pembedahan dilakukan, langkah yang paling awal harus dilakukan ialah
menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat yang
digunakan yaitu satu set alat bedah, silet, bak parafin, sarung tangan,
penggaris dan juga alat tulis . Sementara bahan yang digunakan ialah
spesimen kodok dan katak masing-masing sebanyak satu ekor, kloroform
dan tisu. Jika alat dan bahan sudah lengkap, maka bisa dilanjutkan untuk
melakukan pembedahan spesimen yang sudah disiapkan. Pertma-tama
meletakkan spesimen kodok di atas bak parafin, kemudian melakukan

5
pembiusan pada spesimen kodok di bagian lubang hidungnya dengan
menggunakan kapas yang sudah diberi cairan kloroform atau obat bius
selama 3 sampai 5 meni.
Setelah kodok sudah tidak dapat bergerak lagi atau sudah pingsan
maka dapat langsung direntangkan badannya untuk ditusuk dengan jarum
pentul, baik itu di bagian tangan, kaki dan kulit yang sudah dipisahkan dari
organnya, tujuannya agar mempermudah dalam melakukan pembedahan.
Setelah itu, menunjukkan bagian-bagian morfologi pada kodok.
Kemudian, dilanjutkan dengan mengambil alat bedah untuk memulai
pembedahan spesimen agar dapat melihat bagian-bagian organ dalamnya
serta mengamati anatomi dari kodok. Pembedahan dapat dilakukan dengan
menggunting mulai dari bagian bawah badannya sampai ke bagian leher.
Dalam melakukan pembedahan harus dilakukan dengan seksama dan
berhati-hati agar bagian organ dalamnya tidak rusak atau pecah. Setelah
selesai melakukan pembedahan, dapat langsung dilihat dan diamati
bagian-bagian apa saja yang terdapat dalam tubuh kodok. Jika sudah
mengetahui apa saja yang ditemukan, dapat langsung di tulis di buku yang
sudah disiapkan. Lakukan hal yang sama pada spesimen ke dua yaitu pada
katak. Setelah dilakukan pembedahan dan pengamatan, praktikan dapat
langsung membuat kunci dikotom berdasarkan ciri morfologi dan anatomi
yang didapatkan pada ke dua spesimen kodok dan katak.

6
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Anatomi Kodok
Gambar Gambar Literatur Deskripsi
Laboratorium
Esophagus/kerongkongan:
sebagai pengantar makanan
dari rongga mulut/cavum oris
untuk menuju masuk kedalam
organ lambung.
Ventrikulus/lambung: dapat
menjadi sangat besar bila
terisis makanan karena funngsi
utama lambung ialah sebagai
penyimpan cadangan makanan.

Intestinum tenue/usus halus:


sebagai tempat terjadinya
penyerapan sari-sari makanan
oleh enzim yang dihasilkan
pankreas.
Intestinum crassum/usus besar:
sebagai tempat terjadinya
penyerapan air dan tempat
pembusukan sisa makanan.

Rectum: merupakan organ


terakhir dari usus besar yang
berakhir di anu berfungsi
sebagai tempat penyimpanan
feses sementara.

7
Cloaca: sebagai tempat
pembuangan akhir urin
maupun feses, atau disebut
muara bersama saluran
makanan, kelamin da urin.
Hepar/hati: menghasilkan
cairan empedu untuk
menetralisasi racun dan zat zat
tosik yang masuk kedalam
saluran pencernaan.
Vesica felea/kantung empedu:
sebagai tempat menyimpan
cairan empedu yang berbentuk
bulat, warnya kehijau-hijauan
dan terletak di sebelah ventral
hepar.
Pankreas:
berfungsi menghasilkan enzim
dan hormon yang bermuara
pada duodenum.

Bronchus: berfungsi dalam


mengalirkan udara, baik yang
masuk maupun keluar dari
paru-paru.

Pulmo/paru-paru: sebagai alat


pernafasan untuk menukar
oksigen dari udara dengan
karbon dioksida dari darah.

8
Cor/jantung: memompa darah
ke seluruh tubuh dan
mengedarkan oksigen ke
seluruh tubuh.

Gonad: kelenjar kelamin atau


kelenjar reproduksi yaitu
kelenjar endokrin yang
menghasilkan gamet (sel
germinal) dari suatu
organisme.
Ren/ginjal: alat ekskresi
berfungsi sebagai alat
penyaring akan mengeluarkan
zat sisa seperti garam-garam
mineral dan cairan darah.

2. Anatomi Katak
Gambar Gambar Literatur Deskripsi
Laboratorium
Esophagus/kerongkongan:
sebagai pengantar makanan dari
rongga mulut/cavum oris untuk
menuju masuk kedalam organ
lambung.
Ventrikulus/lambung: dapat
menjadi sangat besar bila terisis
makanan karena funngsi utama
lambung ialah sebagai
penyimpan cadangan makanan.

9
Intestinum tenue/usus halus:
sebagai tempat terjadinya
penyerapan sari-sari makanan
oleh enzim yang dihasilkan
pankreas.
Intestinum crassum/usus besar:
sebagai tempat terjadinya
penyerapan air dan tempat
pembusukan sisa makanan.

Rectum: merupakan organ


terakhir dari usus besar yang
berakhir di anu berfungsi
sebagai tempat penyimpanan
feses sementara.

Cloaca: sebagai tempat


pembuangan akhir urin maupun
feses, atau disebut muara
bersama saluran makanan,
kelamin da urin.
Hepar/hati: menghasilkan
cairan empedu untuk
menetralisasi racun dan zat zat
tosik yang masuk kedalam
saluran pencernaan.
Pulmo/paru-paru: sebagai alat
pernafasan untuk menukar
oksigen dari udara dengan
karbon dioksida dari darah.

10
Cor/jantung: memompa darah
ke seluruh tubuh dan
mengedarkan oksigen ke
seluruh tubuh.

Gonad: kelenjar kelamin atau


kelenjar reproduksi yaitu
kelenjar endokrin yang
menghasilkan gamet (sel
germinal) dari suatu organisme.
Ren/ginjal: alat ekskresi
berfungsi sebagai alat
penyaring akan mengeluarkan
zat sisa seperti garam-garam
mineral dan cairan darah.
Ovarium: memiliki jumlah
yang sepasang, merupakan
gonad yang menghasilkan sel
telur.

Oviduct: sepasang saluran


berkelok-kelok, dimulai dengan
bangunan yang disebut ostium
subdominale, terletak di
sebelah caudal melebar
membentuk uterus.

11
B. Analisis Data
Morfologi Kodok Katak

Bentuk tubuh Besar/gempal Kecil/langsing

Tekstur kulit Kasar/berbintil, kering Halus, basah


Bentuk mata Tidak menonjol Menonjol

Warna kulit Tidak Bercak hitam Bercak hitam

Selaput kaki Tipis Lebar

Ukuran kaki belakang Pendek Panjang

Bentuk jari-jari Cakar Bulat-kecil

Kunci dikotom:
1. a. Bentuk tubuh besar.....................................2
b. Bentuk tubuh kecil.....................................3
2. a. Tekstur kulit kasar/berbintil, kering...........kodok
b. Tekstur kulit halus, basah..........................4
3. a. Bentuk mata menonjol...............................katak
b. Bentuk mata tidak menonjol......................5
4. a. Warna kulit tidak bercak hitam..................6
b. Warna kulit bercak hitam...........................katak
5. a. Selaput kaki tipis........................................kodok
b. Selaput kaki lebar.......................................katak
6. a. Ukuran kaki belakang pendek....................kodok
b. Ukuran kaki belakang panjang..................7
7. a. Bentuk jari-jari bulat kecil.........................katak
b. Bentuk jari-jari cakar.................................kodok
C. Analisis Prosedur
Pada praktikum kali ini yaitu tentang Amfibi, akan dilakukan
pembedahan terhadap spesimen berupa katak dan kodok yang bertujuan
untuk mengetahui struktur organ dalam yang terdapat pada kodok dan

12
katak serta mengetahui bagian-bagian luar tubuhnya. Sebelum
pembedahan dilakukan, langkah yang paling awal harus dilakukan ialah
menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat yang
digunakan yaitu satu set alat bedah, silet, bak parafin, sarung tangan,
penggaris dan juga alat tulis . Sementara bahan yang digunakan ialah
spesimen kodok dan katak masing-masing sebanyak satu ekor, kloroform
dan tisu. Jika alat dan bahan sudah lengkap, maka bisa dilanjutkan untuk
melakukan pembedahan spesimen yang sudah disiapkan. Pertma-tama
meletakkan spesimen kodok di atas bak parafin, kemudian melakukan
pembiusan pada spesimen kodok di bagian lubang hidungnya dengan
menggunakan kapas yang sudah diberi cairan kloroform atau obat bius
selama 3 sampai 5 meni.
Setelah kodok sudah tidak dapat bergerak lagi atau sudah pingsan
maka dapat langsung direntangkan badannya untuk ditusuk dengan jarum
pentul, baik itu di bagian tangan, kaki dan kulit yang sudah dipisahkan dari
organnya, tujuannya agar mempermudah dalam melakukan pembedahan.
Setelah itu, menunjukkan bagian-bagian morfologi pada kodok.
Kemudian, dilanjutkan dengan mengambil alat bedah untuk memulai
pembedahan spesimen agar dapat melihat bagian-bagian organ dalamnya
serta mengamati anatomi dari kodok. Pembedahan dapat dilakukan dengan
menggunting mulai dari bagian bawah badannya sampai ke bagian leher.
Dalam melakukan pembedahan harus dilakukan dengan seksama dan
berhati-hati agar bagian organ dalamnya tidak rusak atau pecah. Setelah
selesai melakukan pembedahan, dapat langsung dilihat dan diamati
bagian-bagian apa saja yang terdapat dalam tubuh kodok. Jika sudah
mengetahui apa saja yang ditemukan, dapat langsung di tulis di buku yang
sudah disiapkan. Lakukan hal yang sama pada spesimen ke dua yaitu pada
katak. Setelah dilakukan pembedahan dan pengamatan, praktikan dapat
langsung membuat kunci dikotom berdasarkan ciri morfologi dan anatomi
yang didapatkan pada ke dua spesimen kodok dan katak.

13
D. Analisis Hasil
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam menentukan
morfologi dan anatomi dari spesimen katak dan kodok didapatkan
persamaan dan perbedaan di antara ke duanya. Pada specimen kodok yang
kami gunakan berjenis kelamin jantan karena tidak terdapat telur di dalam
organ tubuhnya. Sedangkan spesimen katak berjenis kelamin betina karena
terdapat ovarium atau telur di dalam organ tubuhnya. Pada morfologi atau
ciri struktur bagian luar tubuh kodok yaitu memiliki bentuk tubuh yang
besar (gempal), tekstur kulitnya kasar atau berbintil seperti terdapat
benjolan-benjolan, bentuk mata dari kodok tersebut tidak menonjol,
memiliki warna kulit yang kurang terang, bagian selaput kakinya atau
selaput renangnya tipis dengan ukuran kaki belakang yang pendek serta
bentuk jari-jarinya seperti cakar.
Pada morfologi katak, memiliki bentuk tubuh yang kecil atau
langsing jika dibandingkan dengan tubuh kodok. Tekstur kulit katak lebih
halus dan terdapat lendir yang mengakibatkan permukaan kulitnya licin
ketika dipegang. Bentuk matanya lebih menonjol dibandingkan dengan
kodok, warna kulitnya berdasar abu yang dicampuri dengan bercak-bercak
hitam dan terdapat garis kuning di tengah-tengah permukaan atas
tubuhnya. Kaki katak lebih panjang dan memiliki selaput renang yang
lebar yang mana fungsinya sebagai alat geraknya dalam melakukan
lompatan dengan jarak yang lebih jauh. Sementara jari-jari katak
berbentuk bulat kecil.
Untuk anatomi yang ditemukan pada kodok dan katak sama,
namun yang membedakannya adalah pada katak terdapat ovarium dan
oviduct dikarenakan jenis kelamin katak yang digunakan ialah betina.
Kodok memiliki ukuran lingua atau lidah yang pendek dibandingkan
dengan lidah katak yang lebih panjang, berpangkal di cranial mandibulla
yang bersifat bifida serta ujung caudalnya bebas dan dapat dijulurkan
untuk menangkap mangsa. Organ yang terdapat dalam tubuh katak dan
kodok di antaranya esophagus (kerongkongan), ventriculus (lambung),

14
intestinum tenue (usus halus), intestinum carassum (usus besar), rectum,
cloaca, hepar (hati), vesica felea (kantung empedu), pancreas, bronchus,
pulmo (paru-paru), cor (jantung), gonad (kelejar kelamin), dan ren (ginjal).
Pada katak dan kodok terdapat kerongkongan berupa saluran kecil
dan sangat pendek. Yang berfungsi sebagai pengantar makanan dari
rongga mulut/cavum oris untuk menuju masuk kedalam organ lambung.
Lambung katak bersifat asam dengan tujuan untuk membunuh kuman-
kuman penyakit dan melumpuhkan mangsanya. Lambung katak
menyerupai lambung ikan, dan dapat menjadi sangat besar bila terisi
makanan karena fungsi utama lambung ialah sebagai tempat penyimpanan
cadangan makanan. Lambung dibedakan menjadi cardia dan pylorus. Usus
halus pada katak berfungsi sebagai tempat terjadinya penyerapan sari-sari
makanan oleh enzim yang dihasilkan pancreas. Usus halus dibedakan
menjadi tiga macam yaitu duodenum, jejenum dan ileum.
Usus besar berfungsi sebagai tempat terjadinya penyerapan air dan
tempat pembusukan sisa makanan. Kemudian sisa makanan dan air
tersebut akan di dorongkan langsung menuju ke rektum dan berakhir ke
kloaka. Rektum dalam bahasa latin berarti regere, yang artinya
"meluruskan, mengatur" adalah organ terakhir dari usus besar yang
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Sementara kloaka merupakan muara bersama antara
saluran makanan, kelamin dan kencing sebagai tempat pengeluaran sisa-
sisa atau ampas dari pencernaan (feses) dan urin.
Hepar/hati pada katak berwarna merah coklat yang menghasilkan
cairan empedu untuk menetralisasi racun dan zat-zat tosik yang masuk
kedalam saluran pencernaan. Katak mempunyai sepasang paru-paru
yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan
paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga
gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut
dihubungkan oleh bronkus yang pendek sebagai alat pernafasan untuk
menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah.

15
Cor/jantung katak hanya terdiri dari tiga ruang yaitu dua atrium (sinistrum
dan dextrum) dimana keduanya dipisahkan oleh suatu sekat yang disebut
septum atriorum. Dan satu ventrikel tunggal yang warnanya lebih muda,
dipisahkan dari atrium oleh septum atrioventriculorum, septum ini
dilengkapi oleh klep (valvula atrioventriculare) yang berfungsi mencegah
darah mengalir kembali ke atrium. Serta jantung tidak memiliki pembuluh
darah koroner system. Fungsi lain dari jantung ialah memompa darah ke
seluruh tubuh dan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Gonad atau kelenjar kelamin atau kelenjar reproduksi merupakan
kelenjar endokrin yang menghasilkan gamet (sel germinal) dari suatu
organisme. Ginjal katak pada saat berudu, menggunakan ginjal tipe
mesonefros. Selanjutnya, ketiak tumbuh menjadi katak dewasa
menggunakan tipe ginjal opistonefros. Ginjal panjang tersebut terletak di
lubang kloaka atau di saluran urogenital. Berwarna merah coklat dan
berperan sebagai alat ekskresi yang berfungsi untuk alat penyaring akan
mengeluarkan zat sisa seperti garam-garam mineral dan cairan darah.
Katak berjenis kelamin betina memiliki ovarium yang berjumlah sepasang,
merupakan gonad yang menghasilkan sel telur. Sedangkan oviduct
merupakan sepasang saluran berkelok-kelok, dimulai dengan bangunan
yang disebut ostium subdominale, oviduct berada di sebelah caudal
melebar membentuk uterus.
E. Diskusi
1. Apa saja perbedaan morfologi dan anatomi yang didapatkan pada
masing-masing spesimen?
Jawab:
Perbedaan morfologi yang didapatkan pada kodok dan katak adalah
mulai dari bentuk tubuhnya, tekstur kulit, bentuk mata, warna kulit,
selaput kaki, ukuran kaki belakang, dan bentuk jari-jari. Sedangkan
anatomi dari kodok dan katak adalah terdapat pada ukuran lidanyanya,
dimana kodok memiliki lidah yang pendek sedangkan katak memiliki
lidah yang lebih panjang.

16
2. Mengapa terjadi variasi morfologi dan antomi pada spesimen?
Jawab:
Karena katak dan kodok beda habitat atau tempat hidupnya, katak
tidak bisa hidup jauh dari sumber air. Sedangkan kodok, lebih banyak
ditemukan di iklim yang lebih kering.

17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan pada spesimen
kodok dan katak, terdapat morfologi yang berbeda anatara ke duanya yaitu
mulai dari bentuk tubuhnya, tekstur kulit, bentuk mata, warna kulit,
selaput kaki, ukuran kaki belakang, dan bentuk jari-jari. Sedangkan
perbedaan anatomi dari kodok dan katak adalah terdapat pada ukuran
lidanyanya, dimana kodok memiliki lidah yang pendek sedangkan katak
memiliki lidah yang lebih panjang. Anatomi kodok yang kami temukan
pada saat praktikum yaitu di antaranya esophagus, intestinum tenue,
intestinum crassum, hati, rectum, kloaka, vesica felea, pankreas, cor, ren,
pulmo, gonad, dan bronchus. Sedangkan pada katak yaitu ventrikulus,
usus, hati, cor, pulmo, ren, kloaka, dan gonad.
Bentuk kunci dikotom dari spesimen kodok ialah memiliki bentuk
tubuh yang besar, tekstur kulitnya kasar atau berbintil, bentuk mata tidak
menonjol, kulitnya tidak memiliki warna bercak hitam, selaput kaki tipis
dengan kaki belakang yang pendek dan jari-jarinya seperti cakar.
Sedangkan bentuk kunci dikotom dari katak ialah bentuk tubuhnya kecil
dengan tekstur kulit yang halus atau licn, bentuk mata menonjol, warna
kulitnya bercak hitam, memiliki selaput kaki yang ;ebar dengan kaki
belakang yang lebih panjang serta jari-jarinya berbentuk bulat kecil.
B. Saran
Sebelum praktikum akan dilaksanakan alangkah baiknya praktikan
mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Dan semoga dipenelitian
selanjutnya bisa lebih teliti lagi dalam mengamati suatu masalah atau
penelitian, sehingga akan didapatkan hasil yang maksimal. Praktikan juga
mengucapkan terima kasih kepada kakak Ahmad Geofani selaku co’ass
kami yang telah membimbing kami dalam jalannya praktikum dan yang
telah membimbing kami dalam penyusunan laporan, sehingga laporan ini
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

18
DAFTAR PUSTAKA

Devi, Sandra Rafika, dkk. 2019. Struktur Komunitas Ordo Anura di Lokasi

Wisata Bandengan Desa Kabupaten Malang. Jurnal Riset Biologi dan

Aplikasi. Vol. 1 (2): 71-79. ISSN : 2655-9927.

Rohadian, Andy Reza, dkk. 2022. Keanekaragaman Jenis Ordo Anura pada

Beberapa Habitat di Kawasan Hutan Pendidikan Palak Siring Kemung

Kabupaten Bengkulu Utara. Journal of Global Forest and Enviromental

Science. Vol. 2 (1): 1-15. ISSN: 2809-9346

Syazali, Muhammad, dkk. 2021. Amfibi sebagai Model untuk Mengembangkan

Media dan Alat Peraga Pembelajaran Sains. Edu Sains. Vol. 9 (1): 50-60.

ISSN: 2338-4387.

Wahyuni, Sri, dkk. 2020. Jenis-jenis Amphibi Ordo Anura pada Kawasan

Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi dan Pemanfaatannya sebagai Sumber

Belajar Pengayaan Materi Mata Kuliah Taksonomi Hewan. Jurnal Kreatif

Online. Vol. 8 (3): 1-10. ISSN: 2354-614X

Yudha, Donan Satria, dkk. 2019. Keanekaragaman Katak dan Kodok (Amphibia:

Anura) di Suaka Margasatwa Paliyan, Gunungkidul, Yogyakarta. Jurnal

Biologi Udayana. Vol. 23 (2): 59-67. ISSN: 1410-5292.

Anda mungkin juga menyukai