Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

EKOLOGI HEWAN

STRUKTUR KOMUNITAS MAMALIA DI KAWASAN RIAM PALAYO


DESA CIPTA KARYA KELURAHAN SUNGAI BETUNG KABUPATEN
BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV

SHALLU RAHMALIA H1041211018


DIAN INDRAWATI H1041211034
INTAN LINTHIN H1041211042
ADE VARISKA SEMBIRING H1041211053
ROHANA ULI BR ARITONANG H1041211056
HERLIA APRIYANTI H1041211058
PUTRI APRILIANTI H1041211066
FAJRUL AKBAR RAMADHAN H1041211092
PUTRI LESTARI H1041211100
ANGGI GHINA AULANDARI H1041211104

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan alam berupa keanekaragaman hayati yang


tinggi. Flora dan fauna di Indonesia sangat beragam, termasuk di antaranya
terdapat 1.531 spesies burung, 511 spesies reptil, 270 spesies ampibi, dan 515
spesies mamalia. Salah satu kekayaan alam yang merupakan kenaekaragaman
hayati fauna adalah spesies-spesies dari kelas mamalia (Petocz, 1987).
Mamalia merupakan kelompok hewan yang memiliki beberapa ciri khas,
seperti kemampuan menyusui anaknya dengan kelenjar susu, memiliki rambut
pada tubuhnya. Mamalia juga memiliki sistem pernapasan yang terdiri dari paru-
paru dan diafragma. Otak pada mamalia juga berfungsi untuk mengatur berbagai
aktivitas tubuh, seperti gerakan, persepsi, dan emosi (Pattiselanno, 2011).
Keanekaragaman mamalia memiliki peran penting dalam ekosistem.
Berperan sebagai predator, mangsa, dan pemakan tumbuhan. Mamalia juga
memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti daging, susu, dan bulu. Keberadaan
mamalia dan habitatnya sangat penting untuk dijaga agar tetap lestari dan
berkelanjutan. Keanekaragaman mamalia ini juga menghadapi ancaman
kepunahan. Kelas mamalia yang terancam punah diakibatkan oleh beberapa
faktor, seperti kerusakan habitat, perburuan liar, dan perubahan iklim
(Pattiselanno, 2011).
Praktikum ini penting dilakukan untuk mengetahui struktur komunitas dan
jenis-jenis Mamalia yang ada di Kawasan Riam Palayo Desa Cipta Karya
Kelurahan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Alasan
tempat ini dijadikan tempat pengambilan data karena adanya spesies dari kelas
mamalia dan juga ancaman kepunahan yang terdapat di tempat ini. Praktikum ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui struktur komunitas dari kelas
Mamalia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam praktikum Ekologi Hewan acara Mamalia ini yaitu,
bagaimana struktur komunitas Mamalia yang ditemukan di kawasan Riam Palayo,
Desa Cipta Karya, Kelurahan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang,
Kalimantan Barat?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas
Mamalia yang berada di kawasan Riam Palayo, Desa Cipta Karya, Kelurahan
Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat
1.4 Manfaat
Manfaat yang dihasilkan dari praktikum lapangan ini yaitu mahasiswa jadi
memahami dan mengetahui keanekaragaman Mamalia. Spesimen yang didapat
nantinya dapat dijadikan spesimen bagi praktikum yang akan dilakukan
kedepannya, serta menambah informasi mengenai struktur komunitas Mamalia
yang ada di lokasi tersebut bagi pembaca untuk melakukan penelitian ataupun
pengelolaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Karakter Morfologi Kelas Mamalia

Mamalia memiliki karakter struktural yang membedakan dari kehidupan


vertebrata lain. Karakter utama kelas mamalia adalah kelenjar susu yang berfungsi
sebagai sumber makanan untuk anaknya. Semua mamalia memiliki kelenjar
mammae, tetapi pada mamalia jantan kelenjar ini tidaklah berfungsi seperti
kelenjar yang ada pada mamalia betina. Mamalia betina menyusui anaknya
dengan memanfaatkan keberadaan kelenjar mammae. Kelenjar lain yang biasa
ditemukan adalah kelenjar minyak (serbasea) dan kelenjar keringat (sudorifera)
(Nurul, 2016).
Taksonomi mamalia adalah studi tentang klasifikasi dan hubungan antara
berbagai jenis mamalia. Mamalia memiliki karakteristik yang unik dan berbeda,
sehingga taksonomi mamalia sangat penting untuk memahami keragaman dan
keanekaragaman hayati mamalia. Ordo Primata terdiri dari mamalia besar yang
memiliki otak yang berkembang dengan baik, seperti manusia, kera, dan monyet.
Ordo Carnivora terdiri dari mamalia besar yang memakan daging. Seperti singa,
harimau, dan beruang. Ordo Artiodactyla terdiri dari mamalia besar yang
memiliki jumlah jari kaki genap, seperti sapi, kambing, dan rusa (Fanani, 2014).
Mamalia juga memiliki tulang belakang yang fleksibel dan otak yang
berkembang dengan baik. Ukuran tubuh mamalia juga sangat bervariasi, mulai
dari mamalia kecil seperti tikus hingga mamalia besar seperti gajah. Mamalia
memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka hidup.
Rambut yang tebal untuk menghangatkan tubuh di lingkungan yang dingin,
sedangkan mamalia lain memiliki kulit yang tipis dan halus untuk menghindari
kelebihan panas di lingkungan yang panas. Hewan ini juga memiliki kemampuan
untuk bergerak dengan cepat dan lincah, baik di darat maupun di air (Asroni &
Adrian, 2015).
2.2 Sebaran dan Habitat Kelas Mamalia
Mamalia tersebar di seluruh dunia dan menempati berbagai jenis habitat,
mulai dari daerah kutub hingga khatulistiwa, dan dari laut hingga daratan. Kelas
mamalia terdapat 12.000 di seluruh dunia, yang tergolong ke dalam 19 ordo, 122
famili, dan 1017 genus. Mamalia terdapat sekitar 515 spesies yang merupakan 12
% dari total jumlah mamalia di dunia. Keragaman spesies mamalia menunjukkan
adaptabilitas dan ketahanan mamalia tersebut di berbagai lingkungan (Nurul,
2016).
Sebaran mamalia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk iklim,
geografi, dan ketersediaan makanan dan air. Spesies pada kelas mamalia hanya
ditemukan diwilayah tertentu, seperti beruang kutub di arktik atau kanguru di
Australia. Mamalia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan
tempat mereka hidup. Jenis mamalia yang hidup di pohon, seperti kera dan tupai,
sementara yang lain hidup diliang atau gua, sepeerti tikus dan kelelawar. Habitat
mamalia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk iklim, topografi, dan
ketersediaan makanan dan air (Alikodra, 1990).
Pembagian habitat mamalia dapat didasarkan pada berbagai faktor,
termasuk iklim, vegetasi, jenis tanah, dan ketersediaan sumber air. Mamalia dapat
ditemukan diberbagai habitat, termasuk hutan, padang rumput, rumput, gurun, dan
lingkungan air. Mamalia beradaptasi untuk hidup di pohon, sementara yang lain
beradaptasi untuk hidup di liang atau gua. Mamalia ada beberapa yang aktif pada
malam hari, Habitat mamalia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk iklim,
topografi, dan ketersediaan makanan dan air (Alikodra, 1990).
2.3 Peranan Kelas Mamalia
Mamalia memiliki peran ekologis yang sangat penting dalam ekosistem,
seperti predator, pemencar biji, dan sebagai pengendali hama secara biologi.
Mamalia memakan berbagai jenis makanan, seperti tumbuhan, serangga, dan
daging. Jenis mamalia besar yaitu gajah dan sapi memakan tumbuhan sebagai
sumber makanan utama mereka, harimau dan singa memangsa hewan lain sebagai
sumber makanan. Peran mamalia sebagai pemakan sangat penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem. Mamalia seperti tupai dan tikus berperan sebagai
pemencar biji yaitu dengan memakan buah-buahan dan menyebarkan bijinya ke
tempat lain (Aldrich, 1980).
Peran mamalia sebagai pemangsa membantu dalam menjaga populasi hewan
lain dan menjaga keseimbangan ekosistem. Mamalia juga memberikan manfaat
bagi manusia, sebagai sumber pangan, seperti sapi, kambing, dan babi yang
digunakan sebagai sumber daging dan susu. Kulit spesies mamalia juga digunakan
sebagai bahan baku industri, seperti anjing dan kucing juga digunakan sebagai
hewan peliharaaan (Rahmawati, 2014).
Mamalia juga berperan dalam bidang kesehatan, seperti tikus dan kelinci
digunakan dalam penelitian medis untuk mengembangkan obat-obatan dan
vaksin. Mamalia dapat digunakan dalam terapi, seperti terapi hewan dan terapi
anak-anak dengan autisme. Manfaat mamalia dalam bidang ekonomi yaitu sapi
dan kambing dalam peternakan dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perekonomian, selain itu mamalia dapat menjadi daya tarik wisata, contohnya
safari dan kebun binatang yang memberikan manfaat ekonomi bagi daerah
sekitarnya (Rahmawati, 2014).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan Ekologi Hewan Acara Mamalia dilaksanakan pada hari


Sabtu dan Minggu tanggal 4-5 November 2023. Tempat praktikum lapangan di
Kawasan Riam Palayo, Desa Cipta Karya, Kelurahan Sungai Betung, Kabupaten
Bengkayang, Kalimantan Barat. Preparasi langsung dilakukan pada saat selesai
praktikum tersebut. Identifikasi dilaksanakan pada tanggal 6-10 November 2023,
yang bertempat di Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

3.2 Deskripsi Lokasi

Kabupaten Bengakayang merupakan salah satu Kabupaten yang ada di


provinsi Kalimantan Barat. Lokasi yang digunakan dalam praktikum lapangan
Ekologi Hewan acara Mamalia di Desa Cipta Karya Kabupaten Bengkayang,
Kalimantan Barat. Desa Cipta Karya memiliki lahan yang luas yang dapat
dipergunakan untuk perkebunan oleh masyarakat. Potensi yang dapat
dikembangkan selain Perkebuan dan Pertanian adalah sektor parisiwata yang
dapat dikembangkan untuk menunjang perekonomian masyarakat dan pendapatan
asli desa, yaitu Wisata Bukit Sepadang Hill, Wisata Bukit Salapar, Wisata Riam
Palayo dan Wisata Bukit Pajamet yang menjadi tujuan utama wisata warga sekitar
dan luar kota untuk dapat dikunjungi sepanjang musim panas atau kemarau.
Lokasi penelitian terletak di daerah akuatik dapat dilihat seperti pada (Gambar
3.1).
Gambar 3.1 Peta Daerah Akuatik (Sumber: QGIS)

Tabel 3.1 Stasiun, Titik Koordinat dan Rona Lingkungan Teresterial di


Kawasan Riam Palayo, Desa Cipta Karya, Kabupaten Bengkayang,
Kalimantan Barat.

Stasiun Titik Koordinat Rona Lingkungan


I N 0.8552583 Kondisi lingkungan di
dominasi oleh tumbuhan
E 109.4443933
ilalang, pohon bambu, dan
pohon karet dengan kondisi
tanah gambut, terdapat banyak
serasah.

II N 00°54'11.08" Kondisi substrat tanah kasar


berbatu dan lantai hutan
E 109°26'37.05"
tertutupi oleh serasah. Kondisi
cuaca cerah dengan didominasi
vegetasi pohon karet.

III N 00°52′11.09 " Kondisi substrat tanah berbatu


E 109°26′33.06 " dengan vegetasi pohon bambu
dan pohon jenis palem-
paleman dan terdapat vegetasi
tumbuahan sirih. Kondisi
cuaca cerah.
Stasiun Titik Koordinat Rona Lingkungan
IV N 00°82'11.08" Kondisi substrat tanah
berlumpur dengan kanopi
E 109°26'37.04"
terbuka, vegetasi di dominasi
tumbuhan rumput-rumputan,
intensitas cahaya sebesar 71%.

V N 00°52’11.07" Kondisi substrat tanah agak


kering dan berbatu, di
E 109°26’33.06"
dominasi vegetasi ilalang,
pohon bambu, dan pohon
karet. Kondisi cuaca cerah,
dengan aliran sungai jernih.

VI N 00° 52'12.08" Kondisi substrat tanah berbatu,


E 109°25'35.09" di dominasi vegetasi bambu,
dengan aliran sungai yang
jernih dan deras

VII N 0°52'11.07" Kondisi substrat tanah berbatu


E 109°26'33.06" dengan di dominasi vegetasi
pohon bamboo, dengan aliran
sungai deras dan jernih.

VIII N 00°51′11.09′′ Kondisi substrat tanah berbatu


E 109°26′33.06′′ dengan di dominasi vegetasi
pohon bamboo,dengan aliran
sungai deras dan jernih.

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Ekologi Hewan acara
Mamalia adalah sebagai berikut.
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum Ekologi Hewan acara Mamalia
adalah botol koleksi, GPS, Hand Counter, hygrometer, kain hitam, kamera, label
name, latex, lem tikus, meteran jahit, meteran gulung, milimeter blok, misnet,
papan triplex, perangkap tikus, sarung tangan kain, spidol permanen, soil taster,
sprayer, spuit 3 cc, sterofoam, tabel parameter lingkungan, tabel tally sheet,
thermometer dan termohigrometer.
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Ekologi Hewan acara Mamalia yaitu
Alkohol 70%, Formalin 10%, dan umpan singkong muda.
3.4 Cara Kerja

Cara kerja dalam praktikum Ekologi Hewan acara Mamalia adalah sebagai
berikut:
1. Jaring Kabut (Misnet)
Pengamatan mamalia terbang menggunakan jaring kabut yang berukuran 4
meter di atas permukaan tanah. Pemasangan dilakukan pada tempat-tempat yang
diperkirakan merupakan jalur terbang mamalia. Pemasangan dilakukan pada sore
hari sebelum matahari tenggelam dan dibiarkan selama 24 jam, setelah itu
dokumentasikan hewan mamalia yang terperangkap di misnet, dan di lakukan
proses preparasi pada sampel yang ditemukan di lapangan.
2. Glue trap
Glue trap merupakan metode atau cara untuk menangkap mamalia seperti
tikus. Prinsip kerja dari metode ini yaitu melekatkan hewan pada perangkat. Cara
penggunaan metode ini yaitu dengan menggunakan lem yang dipasang pada
papan. Lem yang digunakan yaitu lem tikus karena lem ini dapat bertahan lama
dan tidak berbau. Setelah hewan tersebut berhasil lengket pada perangkat dapat
dilepaskan dengan cara menggunakan minyak. Cara ini biasanya tidak merusak
tubuh atau kulit dari hewan yang terperangkap.
3. Penangkap Tikus
Metode ini menggunakan alat bantu untuk menangkap hewan. Umpan yang
digunakan yaitu buah kelapa sawit dan singkong muda. Umpan yang digunakan
harus memenuhi kriteria beraroma tajam sehingga dapat menarik hewan untuk
memasuki perangkap. Prinsip kerja dari alat ini yaitu memudahkan hewan target
masuk dan menyulitkan untuk keluar. Bagian-bagian dari metode ini terdiri dari
pintu tempat memasukkan umpan dan mengeluarkan target. Kunci dan penahan
pintu agar hewan yang didapat tidak bisa keluar lagi. Mengeluarkan hewan yang
terperangkap dengan cara memasukkan hewan tersebut ke air sampai mati atau
pingsan kemudian dikeluarkan. Pemasangan penangkap tikus ini dipasang di
semak-semak dan permukaan tanah sesuaikan dengan keberadaan hewan target
perangkap. Alat ini diletakkan antara percabangan pohon dan pohon, pintu masuk
diarahkan pada cabang pohon.
4. Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung dilakukan dengan metode jelajah, dimana metode ini
dilakukan pengamatan hewan mamalia secara langsung dalam jalur memanjang
yang lurus pada stasiun pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan berjalan
perlahan di sepanjang jalur yang ada sambil melihat dan mengidentifikasi spesies
mamalia yang ada. Setelah itu lakukan dokumentasi dan preparasi sampel
yang didapatkan.
3.4.2 Pengukuran Parameter Lingkungan
Pengukuran Parameter lingkungan menggunakan alat Thermometer dan
higrometer. Thermometer digunakan untuk mengukur suhu udara, Higrometer
digunakan untuk mengukur kelembapan udara. Hasil dari Pengamatan faktor
lingkungan didapatkan pada suhu udara berkisar 25℃-34℃, sedangkan
kelembapan udara 56%-95%.
3.4.3 Preparasi
Preparasi sampel yang didapatkan dilakukan langsung di Kawasan Riam
Palayo, Desa Cipta Karya, Kelurahan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang,
dengan menggunakan kain hitam, meteran jahit, dan kamera. Sampel yang
didapatkan diletakkan dikain hitam, lalu diukur menggunakan meteran jahit,
selanjutnya dokumentasikan dengan menggunakan kamera.
3.4.3 Identifikasi
Sampel dari kelas mamalia yang didapatkan berupa awetan 14 individu
kelelawar. Pengukuran morfometri dan hasil identifikasi dilakukan di
Laboratorium Hidrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tanjungpura, Pontianak. Identifikasi slesies yang didapat kan dengan
menggunakan buku kunci determinasi dengan buku yang berjudul “Id Keys
Mammals of Borneo”.

3.5 Analisis Data


Analisis data dalam praktikum ini yaitu menggunakan rumus dari buku
Dasar-Dasar Ekologi dari Odum (1993).

1. Rumus Indeks Keanekaragaman


Indeks keanekaragaman adalah indeks yang menggambarkan kedaan
populasi organisme secara matematis agar mempermudah dalam
menganalisis mengenai jumlah individu masing-masing jenis pada suatu
komunitas. Indeks keanekaragaman jenis dapat dilihat pada rumus dibawah
ini.
H' = - ƩPi (In.Pi)
n
Pi =
N
Keterangan: n = jumlah individu/spesies
N = jumlah total individu
H’= Keseluruhan plot semua
In= Jumlah individu ke i
¿
pi= Proporsi jumlah in jumlah individu ke-I ( N ¿

2. Rumus Kekayaan Spesies


Kekayaan jenis digunakan untuk mengetahui jumlah spesies dalam suatu
komunitas. Kekayaan jenis dapat dihitung pada rumus di bawah ini.
( s−1)
R=
(¿.N )
Keterangan: R= Indeks kekayaan jenis
s= Jumlah jenis yang ditemukan

3. Rumus Indeks Dominansi

Indeks dominansi adalah parameter yang menyatakan tingkat


melimpahnya (dominansi) suatu populasi dalam suatu komunitas. Indeks
dominansi dapat dilihat pada rumus dibawah ini.

¿
C= Ʃ ( N ¿ ²

Keterangan: C= Indeks dominansi simpson


ni= Jumlah individu spesies
N= Jumlah individu seluruh spesies

4. Rumus Kemerataan Jenis


Kemerataan jenis digunakan untuk mengetahui sebaran tiap jenis dalam
suatu komunitas. Kemerataan jenis dapat dihitung pada rumus dibawah ini.
H'
E=
¿.s

Keterangan: E= Indeks kemerataan


H'= Indeks keanekaragaman
ni= Jumlah total tegakan spesies
5. Kerapatan
Kerapatan adalah jumlah individu (tegakan) per satuan luas. Kepadatan
masing-masing jenis pada setiap stasiun dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.

Jumlah dari individu


K=
luas contoh

6. Kerapatan Relatif
Kerapatan relatif adalah perbandingan antara jumlah individu jenis dan
jumlah total individu seluruh jenis. Kerapatan relatif dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut.

Kerapatan suatu jenis


KR = x100%
kerapatan dari seluruh jenis

7. Frekuensi Kehadiran
Frekuensi adalah peluang sutau jenis ditemukan dalam titik contoh yang
diamati. Frekuensi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Jumlah plot yang ditemukan dari suatu jenis


FK =
jumlah seluruh plot
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari praktikum lapangan Ekologi Hewan ini didapatkan 3 jenis spesies
dari 3 genus dan family mamalia yang berbeda, terdapat 6 individu yang
ditemukan berasal dari spesies Rousettus spinatus dari genus Rousettus family
Emballonuridae ditemukan 6 individu. Spesies Rhinolopus trifoliatus yang
ditemukan berumlah 1 individu berasal dari genus Rhinolopus, family
Rhinolopidae. Cynopterus brachyotis yang ditemukan berjumlah 7 individu
berasal dari genus Cynopterus, family Pteropodidae.

Tabel 4.1 Estimasi Populasi Jenis-Jenis Mamalia di Kawasan Riam Palayo, Desa
Cipta Karya, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
Jenis Stasiun ni K (ind/luas) KR F FK(%)

1 2 3 4 5 6 7 8 (%)

Rousettus 2 4 6 0,375 43% 0,13 43%


spinatus
Rhinolopus 1 1 0,0625 7% 0,02 7%
trifoliatus
Cynopterus 1 5 1 7 0,4375 50% 0,15 50%
brachyotis
Total 14 0,875 100% 0,29 100%

Keterangan: ni: Jumlah individu jenis ke-I; K: Kelimpahan; KR: Kelimpahan


relatif; FK: Frekuensi Kehadiran.
Estimasi populasi dari jenis-jenis sepesies mamalia yang ditemukan di
Analisa berdasarkan indeks keragaman, keragaman relatif, dan frekuensi
kehadiran. Hasil Analisa keragaman pada spesies Rousettus spinasus yaitu 0,375
dengan keragaman relatif 43%, frekuensi 0,13 dan frekuensi kehadiran 43%.
Spesies Rhinolopus trifoliatus memiliki keragaman 0,0625, dengan keragaman
relatif 7%, frekuensi 0,02 dan frekuensi kehadiran 7%. Spesies Cynopterus
brachyotis mempunyai keragaman 0,4375, dengan keragaman relatif 50%,
frekuensi 0,15 dan frekuensi kehadiran 50%. Estimasi populasi pada spesies
mamalia di Kawasan Riam Palayo, Desa Cipta Karya, Kabupaten Bengkayang,
Kalimantan Barat dapat dilihat pada (Tabel 4.1).

Struktur komunitas adalah istilah ekologis untuk menunjukkan organisme


apa yang ada di lingkungan tertentu, dalam jumlah apa, dan bagaimana mereka
saling berhubungan. Struktur komunitas dapat dilihat melalui indeks ekologi yang
dapat mencerminkan sifat dominasi, kemerataan, dan kekayaan.

Tabel 4.2 Indeks Ekologi Jenis-Jenis Mamalia di Kawasan Riam Palayo, Desa
Cipta Karya, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
Jenis H' E C R
Rousettus 0,36 0,32 0,44 13,62
spinasus
Rhinolopus 0,19 0,16 0,44 13,62
trifoliatus
Cynopterus 0,35 0,30 0,44 13,62
brachyotis

Keterangan: H': Indeks Keanekragaman; E: Indeks Kemerataan; C: Indeks Dominasi;


R: Indeks Kekayaan
Spesies Rousettus spinasus mempunyai indeks keanekaragaman 0,36 dengan
kemerataan 0,32, dominasi 0,44 dan indeks kekayaan 13,62. Spesies Rhinolopus
trifoliatus dengan keanekaragaman 0,19 dengan kemerataan 0,16, dominasi 0,44
dan indeks kekayaan 13,62. Spesies Cynopterus brachyotis mempunyai
keanekaragaman 0,35 dengan kemerataan 0,30, dominasi 0,44 dan indeks
kekayaan 13,62.
Spesies Rhinolopus trifoliatus yang ditemukan berumlah 1 individu.
Rousettus spinasus ditemukan 6 individu, dan Cynopterus brachyotis yang
ditemukan berjumlah 6 individu, yang dapat dilihat seperti pada gambar (4.1).

a b c
Gambar 4.1 a) Rousettus spinalatus; b) Rhinolopus trifoliatus; c) Cynopterus brachyotis.

Kondisi suhu udara, kelembapan udara, intensitas cahaya, kelembapan


tanah, dan pH tanah di kawasan teristerial yang dijadikan parameter lingkungan
dapat dilihat pada (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Pengukuran Parameter Lingkungan di Kawasan Riam Palayo Desa
Cipta Karya Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat.
Waktu Suhu Udara (°C) Kelembapan Udara (%)
(WIB)

1. 14.30-15.00 26°-34° 56-95 %


2. 09.27-11.57 25°-30° 76-90%

Hasil dari pengukuran parameter lingkungan menunjukkan bahwa suhu udara pada saat
itu cukup tinggi yaitu berkisar dari 25℃-34℃. Kelembapan udara berkisar 56%-95%.
Dari hasil tersebut, suhu udara dan kelembapan udara berpengaruh pada aktivitas
mamalia.

4.2 Pembahasan

Kelas Mamalia merupakan salah satu tingkatan dalam klasifikasi taksonomi


hewan. Mamalia termasuk kelompok hewan yang memiliki ciri khas salah satunya
memiliki otak yang berkembang dengan baik serta mampu memberikan
kemampuan adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Habitat mamalia dari daratan
hingga laut, serta berperan penting dalam ekosistem sebagai pemangsa, herbivora
atau pengurai. Keberagaman prilaku, morfologi, dan adaptasi fisiologis mamalia
menjadikannya kelompok hewan yang sukses dan mendominasi berbagai
ekosistem di seluruh dunia (Flannery, 1995).
Faktor lingkungan memiliki dampak signifikan terhadap hewan,
memengaruhi perilaku, perkembangan, dan kelangsungan hidup mereka. Salah
satu aspek penting adalah perubahan iklim, yang dapat mengakibatkan pergeseran
pola musim dan suhu. Hewan sering kali harus beradaptasi dengan cepat terhadap
perubahan ini, yang dapat memengaruhi pola migrasi, reproduksi, dan
ketersediaan sumber daya pangan.
Mamalia memainkan peran yang sangat penting dalam ekologi sebagai
elemen integral dari rantai makanan dan ekosistem secara keseluruhan. Mamalia
berperan sebagai pemangsa dan mangsa dalam rantai makanan. Karnivora seperti
singa dan serigala menjadi pemangsa utama, sedangkan herbivora seperti gajah
dan kijang menjadi mangsa. Interaksi ini menjaga keseimbangan populasi dan
mencegah ledakan populasi tertentu yang dapat mengganggu ekosistem. Beberapa
mamalia, seperti burung pemakan buah dan mamalia herbivora, membantu dalam
penyebaran benih tumbuhan. Mereka mengonsumsi buah dan biji, lalu
menyebarkannya ke berbagai lokasi melalui feses mereka, membantu dalam
regenerasi hutan dan vegetasi. Mamalia memberikan kontribusi terhadap siklus
nutrien melalui feses mereka yang mengandung nutrien esensial. Proses
dekomposisi dari bangkai mamalia juga memberikan nutrien ke tanah (Nurul,
2016).
Kelimpahan relatif adalah ukuran seberapa banyak suatu jenis organisme
ditemukan dalam suatu lingkungan atau populasi tertentu dalam kaitannya dengan
jenis organisme lain dalam lingkungan yang sama. Ini biasanya dihitung sebagai
persentase atau proporsi dari total jumlah individu dalam suatu daerah atau
ekosistem. Jika suatu spesies memiliki kelimpahan relatif yang tinggi, hal ini
menunjukkan bahwa jumlah individu dari spesies tersebut lebih besar
dibandingkan dengan spesies lain dalam lingkungan tersebut. Sebaliknya, jika
suatu spesies memiliki kelimpahan relatif yang rendah, ini berarti jumlah individu
dari spesies tersebut lebih kecil dibandingkan dengan spesies lain dalam
lingkungan tersebut.
Berdasarkan data pada tabel (4.1) kelimpahan relatif tertinggi yaitu pada
Cynopterus brachyotis dengan nilai KR sebesar 50%, sedangkan tingkat
kelimpahan relatif terendah pada Rhinolopus trifoliatus dengan nilai KR sebesar 7%.
Struktur komunitas kelelawar mencakup berbagai spesies kelelawar yang
berinteraksi dalam suatu lingkungan atau ekosistem tertentu. Kelelawar
merupakan kelompok mamalia yang sangat beragam, dan struktur komunitas
mereka dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis habitat, ketersediaan
sumber daya, dan iklim. Struktur komunitas kelelawar sering kali mencakup
berbagai spesies yang berbeda. Kelelawar dapat dibagi menjadi kelompok-
kelompok berdasarkan kebiasaan makan, cara berburu, dan jenis habitat yang
mereka huni. Misalnya, beberapa kelelawar berspesialisasi dalam memangsa
serangga di udara, sementara yang lain mungkin lebih tergantung pada buah-
buahan, nektar, atau bahkan darah hewan vertebrata. Beberapa spesies kelelawar
memiliki perilaku sosial yang kuat, seperti membentuk koloni besar di gua-gua
atau pohon-pohon. Struktur komunitas juga dipengaruhi oleh dinamika dalam
koloni tersebut, termasuk hierarki sosial, perawatan anak, dan strategi berburu
kelompok. Kondisi lingkungan seperti iklim, ketersediaan air, dan jenis vegetasi
juga dapat mempengaruhi struktur komunitas kelelawar. Beberapa spesies
kelelawar mungkin lebih teradaptasi untuk hidup di lingkungan tertentu.
Di hutan dengan kanopi yang terbuka, kelelawar membentuk komunitas
yang menyesuaikan diri dengan lingkungan terbuka ini. Beberapa spesies
kelelawar akan mencari tempat persembunyian di dalam pohon-pohon yang
memiliki lubang atau celah, sementara yang lain mungkin memilih untuk
berkumpul di atap gua-gua batu yang tersebar di hutan tersebut. Kerapatan
komunitas kelelawar di hutan dengan kanopi terbuka mencerminkan adaptasi
mereka terhadap cahaya matahari yang lebih langsung dan struktur habitat yang
berbeda, dengan aktivitas berburu dan tempat berlindung yang disesuaikan dengan
karakteristik khas dari hutan tersebut.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum lapangan Ekologi Hewan acara


Mamalia yaitu struktur komunitas Mamalia yang berada di Kawasan Riam
Palayo, Desa Cipta Karya, Kelurahan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang,
Kalimantan Barat didapatkan 3 jenis spesies dari 3 genus dan family Mamalia
yang berbeda, terdapat 6 individu yang ditemukan berasal dari spesies Rousettus
spinasus dari genus Rousettus family Emballonuridae ditemukan 6 individu.
Spesies Rhinolopus trifoliatus yang ditemukan berJumlah 1 individu berasal dari
genus Rhinolopus, family Rhinolopidae serta dari family Emballonuridae
didapatkan 7 individu setelah diidentifikasi.

5.2 Saran
Saran untuk Praktikum lapangan Ekologi Hewan acara Mamalia pada
metode penangkap tikus menggunakan umpan ikan asin, alasannya karena bau
khas dari ikan asin sangat disukai oleh tikus, sehingga memudahkan hewan target
masuk dan menyulitkan untuk keluar karena sudah masuk perangkap.
DAFTAR PUSTAKA

Aldrich, B. (1980). “Long-Tailed Macaques” in Malayan Primates. Ten Years


Studyin Tropical Rain Forest. Chievers. Plenum press.New York.
Alikodra, H. S. (1990). Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Fakultas Kehutanan IPB
Bogor.
Asroni dan Adrian, Ronald. (2015). Penerapan Metode K-means untuk Clustering
Mahasiswa Berdasarkan Nilai Akademik dengan Weka Interface Studi
Kasus pada Jurusan Teknik Informatika UMM Magelang. Magelang :
Universitas Muhammadiyah Magelang.
Fanani, Ahwan. (2014). Mengurai Kerancuan Istilah Strategi dan Metode
Pembelajaran. Semarang: IAIN Walisongo Semarang.
Flannery T. (1995). Mammals of New Guinea (2nd ed). New South Wales: Reed
Books.
Ludwig, J. A., & Reynolds, J. F. (1988). Statiscal Ecology-A Primer and Methods
and
Magurran, A. E. (1988). Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton
University Press.Computing. Wiley-Blackwell.
Nurul, I. (2016). Jenis-Jenis Mamalia yang Mengunjungi 17 Kubangan Babi
Hutan Di Hutan Konservasi Pt Tidar Kerinci Agung Dan Pt Kencana
Sawit Indonesia. Solok Selatan, Sumatera Barat (Doctoral Dissertation,
Universitas Andalas).
Odum, E.P. (1993). Fundamentals of Ecology. Princeton UniversityPress.
Pattiselanno F., Bumbut PI. (2011). Jenis Kelelawar Pemakan Buah
(Pteropodidae) di Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. Bisfera
29 (1): 78-84.
Petocz R. (1987). Konservasi Alam dan Pembangunan di Irian Jaya (Strategi
pemanfaatan sumber daya alam secara rasional). Jakarta: Pustaka
Grafitipers.
Rahmawati, Lynda. (2014). Analisa Clustering Menggunakan Metode K-means
dan Hierarchical Clustering. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Wardhani, Anindya Khrisna. (2016). Implementasi Algoritma K-means untuk
Pengelompokkan Penyakit Pasien pada Puskesmas Kajen Pekalongan.
Universitas Diponegoro.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan

Jenis Stasiun
1 2 3 4 5 6 7 8
Rousettus spinasus 2 4
Rhinolopus trifoliatus 1
Cynopterus brachyotis 1 5 1
total

ni K KR (%) F FK (%) ni/N In(ni/N)


(Ind/
luas)
6 0,375 43% 0,13 43% 0,43 -0,85
1 0,0625 7% 0,02 7% 0,07 -2,64
7 0,4375 50% 0,15 50% 0,50 -0,69
14 0,875 100% 0,29 100% 1,00 -4,18

ni/N*ln(ni/
N) H' E R ni/N^2 C

-0,36 0,36 0,32 13,62 0,18 0,44


-0,19 0,19 0,16 13,62 0,01 0,44
-0,35 0,35 0,30 13,62 0,25 0,44
-0,90 0,90 0,78 0,44
Keterangan: luas plot 4x4 = 16

Lampiran 2. Pengambilan sampel di lapangan


Pemasangan jaring kabut (Misnet) Peletakan perangkap tikus

Lampiran 2. Dokumentasi rona lingkungan

Pengukuran intensitas cahaya menggunakan Pengukuran suhu udara menggunakan


Lux meter Thermometer

Lampiran 4. Dokumentasi Identifikasi sampel

Identifikasi Famili dari spesies yang Identifikasi struktur tubuh


ditemukan
Menghitung jumlah gigi taring dan Menghitung jumlah tulang yang ada
gigi geraham di sayap dan mengukur panjang
sayap

Identifikasi sampel Mamalia yang Hasil identifikasi yang sudah


didapatkan di Laboratorium didapatkan dimasukkan ke dalam
toples yang berisi Alkohol 70%.

Anda mungkin juga menyukai