0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
54 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang potensi morfometrik dan molekuler mimi/belangkas sebagai hewan yang terancam punah. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa mimi memiliki nilai ekonomis dan ekologis penting, namun populasinya menurun akibat pemanfaatan berlebihan. Dokumen juga menjelaskan taksonomi, siklus hidup, dan peran ekologi mimi di ekosistem pesisir.
Dokumen tersebut membahas tentang potensi morfometrik dan molekuler mimi/belangkas sebagai hewan yang terancam punah. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa mimi memiliki nilai ekonomis dan ekologis penting, namun populasinya menurun akibat pemanfaatan berlebihan. Dokumen juga menjelaskan taksonomi, siklus hidup, dan peran ekologi mimi di ekosistem pesisir.
Dokumen tersebut membahas tentang potensi morfometrik dan molekuler mimi/belangkas sebagai hewan yang terancam punah. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa mimi memiliki nilai ekonomis dan ekologis penting, namun populasinya menurun akibat pemanfaatan berlebihan. Dokumen juga menjelaskan taksonomi, siklus hidup, dan peran ekologi mimi di ekosistem pesisir.
Oleh : M ANDRIAN PUTRA PRATAMA 08051181520065 FERY PRATAMA 08051181520005 GHISELLA ANTA GINTANG 08051381520000
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA 2018 I PENDAHULUAN
Mimi atau belangkas merupakan salah satu sumberdaya genetika yang di
lindungi (SK Menteri Kehutanan No. 12/ KPS -II/ 1987). Namun dengan meningkatnya perkembangan industri dan pemanfatan (penengkapan) telah menyebabkan populasi berkurang bahkan pada tempat-tempat tertentu hewan ini sudah sulit ditemukan (hampir tidak ada). Mimi merupakan bahan baku dalam industri farmasi karena ekstrak plasma darahnya (haemocyte lysate) banyak di gunakan dalam studi biomedi, farmasi dan ilmu lingkungan. Hal ini dikarenakan pada plasma darahnya memiliki sistem pengendapan (clotting system) dan purifikasi yang dapat mengendap darah yang mengandung endotoksin.Plasma darah mimi telah di produksi secara massal di Amerika (genus limulus), sedangkan di Jepang dan Cina dari genus Tachyplus (Harada et al., 1992 dalam Suparta, 1992). Selanjutnya Rudloe (1980) dalam Eidman et al. (1992) menyatakan ekstrak plasma darah mimi (Limulus Amoebocyte Lysate) dapat digunakan untuk mendiognosa penyakit meningitisdan gonorhoe pada wanita. Secara ekologi belangkas berperan sebagai penyeimbang rantai makanan, dimana telurnya menjadi sumber makanan untuk burung pantai dan habitat bagi organisme epibiotik (Carmichael et al., 2003). Fakta di atas membuktikan pengaruh belangkas terhadap struktur komunitas bentik dan produktivitas primer di ekosistem pesisir (Kraeuter and Fegley, 1994). Belangkas adalah hewan pesisir yang termasuk ke dalam famili Limulidae (Selander et al., 1970). Saat ini hanya terdapat empat jenis belangkas yang masih ditemukan di seluruh dunia. Jenis belangkas Limulus polyphemus hanya dijumpai di pantai Atlantik Amerika Utara (Walls et al., 2002), dan tiga jenis belangkas lainnya terdapat di Asia Tachypleus tridentatus (Leach, 1819), Tachypleus gigas (Muller, 1785) dan Carcinoscorpius rotundicauda (Latreille, 1802). Hanya jenis Carcinoscorpius rotundicauda yang masih dapat dijumpai di pesisir Kampung Gisi, Kepulauan Riau. Jenis ini dapat ditemukan di perairan yang tenang dan dangkal bersubstrat pasir berlumpur, serta dapat juga ditemui di muara sungai (Ubaidillah et al., 2013). Belangkas bernilai ekonomi dan ekologi penting, dimana secara ekonomi cairan tubuhnya digunakan dalam bidang biomedis dan farmasi di Amerika Utara, terutama yang berhubungan dengan tes endotoksin yang dikenal dengan Limulus Ameobocyte Lysate (LAL) tes (Novitsky, 1994); sedangkan di Hongkong jenis Tachypleus tridenatus - menu makanan di restoran seafood (Shin et al., 2009). Belangkas yang dijumpai di Bintan hanya dikonsumsi telornya. Mimi bulan termasuk hewan perairan yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Merostoma Ordo : Xiphosurida Famili : Limulidae Genus1 : Tachypleus Spesies : Tachypleus gigas (Mimi bulan) Sumber : Eidman, et al,. (1992) Mimi mempunyai bentuk tuhuh yang cembung, karapas berbentuk sepatu kuda yang tertutup cephalotorax, sehingga orang Amerika menyebutnya “Horseshoe Crab” (kepiting tapal kaki kuda) dan orang iggeris menyebutnya “King Crab” (kepitinh raja). Pada bagian karapas terdapat sepasang mata majemuk dan sepasang mata sederhana. Pada sisi bawah cephalothorax terdapat enam pasang apendiks dimana apendiks pertama disebut chilecera dan apendiks kedua pedipalpi (Barnes, 1963). Hal ini dipertegas oleh Yamasaki, et al (1988) yang menyatakan tubuh mimi terdiri dari cepalothorax (prosoma) dan abdomen (ophistoma). Pada prosoma terdapat prosoma terdiri dari cepalothorax (prosoma) dan (abdomen (ophistoma). Pada prosoma terdapat 7 pasang apendiks 1 disebut chelicera yang berfungsi membawa makanan kemulut dan apendiks 11-V1 disebut kaki jalan sedangkan apendiks V11 dinamakan chilari (apendiks abdominal 1). Apendiks bagian posterior terdiri dari 5 pasang yang berfungsi sebagai insang, berbentuk sirip dan selaput. Inang pada mimi disebut insang buku (book gill) dan setiap insang terdiri dari 150 lamella. Belangkas adalah hewan nokturnal yang berarti mereka aktif beraktivitas pada malam hari, khususnya pada saat bulan purnama. Selama beraktivitas, belangkas aktif mencari makanannya yang mencakup hewan-hewan dasar laut seperti cacing laut, kerang, Crustacea, & bahkan ikan kecil. Untuk menemukan makanannya, belangkas mengandalkan rambut-rambut kecil di sekitar mulutnya untuk mencium bau dari calon mangsanya. Karena makanan dari belangkas memiliki perilaku untuk mengubur diri atau bersembunyi di dalam pasir, belangkas kerap mengais-ngais dasar laut untuk mendapatkan calon makanannya tersebut. Saat musim kawin tiba, sejumlah besar belangkas akan bermigrasi ke pantai berpasir & perairan dangkal. Pejantan yang tiba lebih dulu di pantai selanjutnya akan berpatroli & kemudian mencegat betina yang kebetulan melintas di dekatnya. Tidak jarang seekor betina bisa dicegat & melakukan perkawinan dengan belasan pejantan sekaligus. Saat melakukan perkawinan, betina akan menggali lubang pada dasar pantai & memasukkan telur-telurnya ke dalam lubang tersebut, lalu pejantan mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur-telur yang dikeluarkan oleh betina. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh betina bisa mencapai 120.000 butir, namun hanya sedikit yang bisa bertahan hidup hingga dewasa. Telur-telur belangkas akan menetas setelah 2 - 5 minggu di mana semakin hangat suhunya, semakin cepat pula telur-telurnya menetas. Larva belangkas yang baru menetas bisa tetap berada di dalam pasir selama beberapa minggu berikutnya. Saat pasang naik tiba, larva akan memasuki fase planktonik di mana larva yang terseret oleh arus pasang selanjutnya hidup melayang-layang di laut & mengandalkan cadangan kuning telur sebagai makanannya. Sekitar seminggu kemudian, larva jatuh ke dasar laut & memasuki fase pertumbuhan berikutnya Belangkas fase juvenil memiliki bentuk & perilaku yang sangat mirip dengan belangkas dewasa. Selama fase juvenil, belangkas berkali-kali melakukan pergantian kulit seiring dengan pertumbuhannya. Setiap kali berganti kulit, ukuran tubuh dari belangkas bertambah 25 - 30 %. Belangkas termasuk hewan yang lambat bertumbuh & baru mencapai kematangan seksual pada usia 9 tahun. Usia maksimal dari belangkas adalah 40 tahun, namun rata-rata belangkas hanya hidup hingga usia 12 tahun. Panjang maksimal dari belangkas - termasuk ekornya - adalah 60 cm di mana betina berukuran sedikit lebih besar ketimbang pejantan. Gonad mimi jantan terletak di dekat permukaan dorsal prosoma sedangkan telur dijumpai dalam ovarium. Apabila telur betina sudah matang maka akan terlihat pada saluran genital. Di dalam proses rproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme digunakan untuk perkembangna gonad. Berat gonat bertsmbah sejalan dengan meningkatnya diameter telur, dan berat maksimum dicapai saat akan pemijahan berlangsung sampai selesai (Effendie, 1979). Selanjutnya Elliot dalam Hardjamulia (1988) menyatakan bahwa pertumbuhan gonad terjadi jika terdapat kelebihan energi untuk pemeliharaan tubuh, sedangkan kekurangan energi dapat menyebabkan telur mengalami atresia. Seluruh spesies mimi mempunyai sepasang lubang pengeluaran telur (genital pore) pada genital papilla atau dipermukaan posterior genital operculum. Sepasang saluran pengeluaran telur utama (oviduct) dijumpai menuju ke arah genital operculum dan ke dalam prosonoma. Saluran pengeluaran telur utama tersebut terbagi menjadi dua cabang utama (Yamasaki., 1988). Pada gambar berikut dapat dilihat posisi organ reproduksi mimi bulan betina Di Indonesia jenis mimimyang ditemukan adalah Tachypleus gigas, Tachypleus tridentatus dan Carcinoscorpius rotundicauda ( Sekiguchi dan Nakamura, 1979). Sedangkan Sekiguchi (1988) menyatakan mimi jenis T. gigas banyak dijumpai diperairan estuaria hampir merata diseluruh perairan Indonesia. Mimi merupakan hewan yang hidup didasar perairan berpasir dan berlumpur. Hewan ini sering menggali substrat dengan ujung depan karapasnya, berjalan dengan kaki jalannya dan kadang – kadang berenang dengan menggunakan insang dayungnya (Grzimek, 1979 dalam Purnomo, 1992). Selanjutnya Ville, et al. (1979) menyebutkan mimi bukan hewan berbahaya, dapat menyerap, mengubur diri pada pasir diperairan dangkal dan beberapa individu berenang naik turun dengan menggunakan insang sebagai pendayung. Semua hewan laut yang berukuran kecil dapat menjadi makanannya seperti cacing, krustasea yang umumnya ditemukan didalam pasir atau lumpur (Cousteau