TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia. Kota Masohi terletak di tepian Teluk Elpaputih di selatan Pulau Seram.
ketinggian 0-110 Mdpl. Luas wilayah Kota Masohi adalah 37,30 km² atau 0.32%
dari total wilayah Kabupaten Maluku Tengah. Kota Masohi terdiri dari 5 kelurahan
dengan total Jumlah penduduknya 32.054 Jiwa (Laki-laki 15,924 jiwa dan
Wilayah Maluku Tengah mengalami iklim laut tropis dan iklim musim.
Keadaan ini disebabkan oleh karena Maluku Tengah dikelilingi laut yang luas,
sehingga iklim laut tropis di daerah ini berlangsung seirama dengan iklim musim
yang ada. Berikut keadaan klimatologi yang dapat menggambarkan keadaan iklim
30,40C dan minimum rata-rata 23,3 0C. Jumlah curah hujan pada tahun 2009 rata-
rata sebesar 185,1 mm dengan jumlah hari hujan rata-ratasebanyak 18,1 hari.
Penyinaran matahari pada tahun 2009 rata-rata sebesar 65,9 % dengan tekanan
udara rata-rata 1011,2 Milibar dan kelembaban nisbi yang terjadi rata-rata sebesar
wilayah yang lebih besar Maritim Asia Tenggara. Secara tektonik kabupaten
maluku berada di Lempeng Halmahera dalam Zona Collision Laut Maluku. Secara
geografis berada timur dari Sulawesi, sebelah barat New Guinea, dan utara Timor.
rempah oleh Cina dan Eropa, tetapi istilah ini juga telah diterapkan ke pulau-pulau
polychaeta dibagi menjadi 17 ordo, 81 famili, dan 1540 genus (fauchald, 1997).
Pembagian tubuh cacing laor terdiri atas tiga bagian yaitu, prasegmental, segmental,
dilengkapi dengan sepasang palpi dan sepasang antena yang berfungsi sebagai alat
peraba. Pada prostomium cacing laor umumnya terdapat banyak bintik mata.
Kemudian bagian kedua yaitu segemen. Pada bagian ini, deretan segemen tubuuh
bagian depan disebut dada (thorax) dan deretan segmen tubuh bagian belakang
disebut perut (abdomen). Dan bagian terakhir dari cacing laor biasanya disebut
postsegmental (segmenanal) yang terdiri dari anus dan sepasang anal cirri
(Fauchald,1977).
Cacing laor memiliki panjang tubuh antara 5-10 cm dengan diameter 2-10
mm. Pada bagian anterior tubuh terdapat kepala yang dilengkapi dengan mata,
6
tentakel serta mulut yang berahang. Tubuhnya berwarna menarik seperti merah atau
campuran warna lain dan hidup di liang yang digali ke trotoar terumbu karang di
luar flat. Mereka terdiri dari dua bagian yang berbeda. Bagian depan adalah
tersegmentasi dasar dengan mata, mulut, dll, diikuti oleh serangkaian segmen yang
disebut "epitoke" yang berisi gamet reproduksi berwarna bluegreen (betina) atau
tan (jantan). Setiap segmen epitoke beruang kecil yang dapat merasakan eyespot
cahaya (Yusron, 1985). Setiap segmen dari “epitoke” terdapat sebuah becak kecil
yang dapat menerima rangsangan cahaya. Hal itulah yang digunakan oleh para
penduduk pulau bahwa cahaya lampu dapat digunakan untuk menarik cacing laor
Gambar cacing laor yang dipanen di perairan Masohi dapat dilihat pada
Gamabr 1.
Alat ekskresi annelida berupa sepasang nefridia yang terdapat pada tiap-tiap
Cacing laor termasuk dalam filum Annelida, kelas Polychaeta, keluarga Eunicidae.
Klasifikasi lengkap cacing laor (polychaeta sp) adalah seperti berikut ini :
7
Gambar 1. Cacing Laor (polychaeta sp). (gambar pribadi).
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Polychaeta
Ordo : Eunicida
Family : Eunicidae
Genus : Eunice
Filum annelida atau caicing beruas terdiri dari tiga kelas yaitu :
Kelas Oligochaeta dan Hirudiinea ini hidup didarat dan air tawar, sedangkan
kelas Polychaeta terutama hidup dilaut. (Bernebes, 1982 dalam Sangadji, 2006).
8
Cacing Laor menghabiskan sebagian besar hidup mereka menggali ke dalam
puing-puing karang atau substrat lainnya pada kedalaman yang dangkal menjadi 23
meter. Swartana (1983) mengemukakan bahwa habitat hidup cacing laor adalah
pada daerah terumbu karang yang terdapat di pantai kepulauan Maluku. Dalam
persiapan pemijahan, mereka mulai menghasilkan ekor dari jenis terdiri dari
segmen-segmen yang mengandung telur dan sperma. Bagian ini cacing disebut
epitoke. Fitur yang epitoke sebuah eyespot, yang mampu mendeteksi cahaya.
Ketika bulan waktunya tepat, semua epitokes dilepaskan secara bersamaan dan
membuat jalan mereka ke permukaan. Mereka yang tidak cepat diambil untuk
konsumsi meledak dan membuat sup berlendir terdiri dari telur dan sperma.
telur dan sperma menjadi dekat satu sama lain, sehingga mereka dapat memupuk
dan berkembang menjadi larva. Larva terbentuk dalam sehari, dan mereka tertidur
untuk menetap di dasar laut dan berkembang menjadi cacing laor dewasa baru
(yusron1985). Sementara itu, atoke, kepala dan tubuh bagian cacing laor dewasa,
tetap melekat pada substrat laut. Setiap tahun menghasilkan epitoke baru untuk
bertelur tahunan. Di bagian atoke cacing laor adalah sekitar 30 cm (12 in) lama.
laor dapat menjadi langkah awal untuk mengetahui potensi usaha budidaya biota
laut tersebut. Ini mengingat, pada bisnis akuakultur, cacing laut Polychaeta dari
9
jenis Nereis virens yang secara alami hanya memijah sekali dalam setahun
1979).
Bahan makanan dari hasil produksi laut memiliki nilai gizi yang cukup
makanan yang cukup kualitas dan kuantitasnya serta mengandung unsur yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Sebelum memilih
sekadar membuat perut kenyang, tetapi makanan itu juga harus mengandung
protein dapat berasal dari hewan yang disebut protein hewani dan yang berasal dari
juga protein yang lengkap dan bermutu tinggi karena tersusun oleh asam amino
esensial yang lengkap dan susunanya mendekati apa yang diperlukan tubuh dan
daya cernanya tinggi sehingga jumlah yang dapat diserap oleh tubuh juga tinggi
(Zaitesev et al 1969 dalam analisa Garwan ,2009) Salah satu sumber protein hewani
yang bergizi adalah cacing laor. Menurut Radjawane (1987), cacing laor
mempunyai nilai gizi yang tinggi, sebagai sumber kalori dengan kandungan protein
10
yang cukup tinggi sehingga dapat diandalkan sebagai salah satu unsur pangan untuk
peningkatan gizi masyarakat. Kandungan protein cacing laor kurang lebih 3 kali
2.3.1. Abu
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar
abu dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan cara pengabuan. Kadar abu
berhubungan dengan mineral suatu bahan (Sudarmadji1989). Selain itu kadar abu
menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat
menguap. Menurut Winarno (2008), abu merupakan residu anorganik dari proses
pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu
bahan pangan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan pangan
tersebut.
Abu mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan
beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan
sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah
sepenuhnya mewakili bahan anorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif (Anggorodi, 1994). Abu merupakan residu anorganik dari proses
pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu
Menurut Andarwulan dkk, (2011) abu dalam bahan dibedakan menjadi abu
total, abu terlarut dan abu tak terlarut. Kadar abu total adalah bagian dari analisis
11
proksimat yang digunakan untuk mengevaluasi nilai gizi suatu bahan pangan.
organik yang diuraikan menjadi air (H2O) dan karbondioksida (CO2), tetapi zat
anorganik tidak terbakar. Zat anorganik inilah yang disebut abu. Abu dalam bahan
pembakaran bahan organik, berupa senyawa anorganik dalam bentuk oksida, garam
dan juga mineral. Abu total yang terkandung di dalam suatu produk dibatasi
jumlahnya. . Kadar abu pada pakan mewakili kadar mineral pakan, kadar yang
yang tidak mudah menguap (komponen anorganik atau garam mineral) yang tetap
tinggal pada pembakaran dan pemijaran senyawa organik (Nurilmala dkk, 2006).
Semakin rendah kadar abu suatu bahan, maka semakin tinggi kemurniannya. Tinggi
rendahnya kadar abu suatu bahan antara lain disebabkan oleh kandungan mineral
yang berbeda pada sumber bahan baku dan juga dapat dipengaruhi oleh proses
12
2. Mengetahui jenis bahan yang digunakan
yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Nurhikma et al, 2017) kadar abu yang
menyatakan bahwa kadar abu dari suatu organisme dipengaruhi adanya perbedaan
2.3.2. Lemak
Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh selain karbohidrat dan protein.
Menurut Budiyanto (2009) lemak dan minyak merupakan zat makanan yang
penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga
merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan
protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan
merupakan campuran lemak heterogen yang sebagian besar terdiri dari trigliserida.
Trigliserida disebut lemak jika pada suhu ruang berbentuk padatan dan disebut
minyak jika pada suhu ruang berbentuk cairan. Trigliserida merupakan campuran
13
dengan jumlah ikatan rangkap dari 0 sampai 4. Dalam lemak makanan juga terdapat
berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Lemak dan minyak
merupakan ester yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak dan
gliserol. Lemak merupakan jenis trigliserol yang dalam kondisi suhu ruang
berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair pada suhu ruang (Winarno,
2008). Menurut (sediaoetama, 1985) lemak dan minyak merupakan suatu kelompok
dari golongan lipid. Lipid sendiri merupakan golongan senyawa organik yang tidak
larut dalam iar, tetapi larut dalam pelarutnonpolar, seperti dietil eter, benzena,
klorofrom, dan heksana. Karena tergolong dalam lipid, maka lemak dan minyak
dapat larut juga pada pelarut-pelarut nonpolar seperti disebut diatas. Kelarutan
lemak dan minyak terhadap pelarut nonpolar terebut dikarenakan lemak dan
seperti asam asetat, asetatdehida, dan etanol yang merupakan hasil respirasi
tanaman. Sintesis asam lemak dilakukan dalam kondisi anaerob dengan bantuan
sejenis bakteri. Pada tahap pembentukan molekul lemak ini terjadi reaksi
esterifikasi gliserol dengan asam lemak yang dikatalisis oleh enzim lipase
keadaan tidak murni dan bercampur dengan komonen-komponen lain yang disebut
14
fraksi lipida. Fraksi lipida terdiri minyak / lemak (edible fat / oil), makan (wax),
menggunakan pelarut lemak seperti petroleum, eter, etil eter, benzena dan
Lemak kasar (crude fat) tersebut disebut fraksi larut eter. Untuk membedakan
Keroteroid sangat larut dalam minyak dan merupakan hidrokarbon, dengan banyak
ikatan tak jenuh. Bila minyak di hidrogensi maka akan terjadi hidrogenasi
karoteroid dan warna merah akan berkurang. Selain itu, perlakuan pemanasan juga
akan mengurangi warna pigmen, karena karoteroid tidak stabil pada suhu tinggi.
Pigmen ini mudah terosidasi sehingga minyak akan mudah tengik. Cara
menghilangkan pigmen biasanya dilakukan dengan adsorben seperti arang aktif dan
beching earth. Asam- asam lemak yang ditemukan dialam, biasanya merupakan
jumlah atom karbon genap. Asam-asam lemak yang ditemukan di alam dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam-
asam lemak tidak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya, dan
berbeda dengan asam lemak jenuh dalam bentuk molekul keseluruhannya. Asam
lemak tak jenuh biasanya terdapat dalam bentuk cis. Karena itu molekul akan
15
bengkok pada ikatan rangkap, walaupun ada juga asam lemak tidak jenuh dalam
Asam lemak terdiri dari gugus asam karboksilat yang terikat pada rantai
hidrokarbon panjang. Bila rantai ini tidak mengandung ikatan rangkap, ikatan
ester asam lemak dan gliserol, adalah suatu bentuk tempat energi diubah untuk
penyimpanan waktu lama dalam sel lemak. dengan demikian, lemak tidak jenuh
lemak tidak jenuh. Semua ikatan rangkap duanya berbentuk cis dan umumnya tidak
penyimpanan karena tiap gramnya membebaskan energi lebih dari dua kali lipat
besarnya jumlah ikatan C – H dalam lemak setiap molekulnya (dan karena hidrasi
yang lebih sedikit per gramnya). Pada suhu ruang, lemak jenuh biasanya berbentuk
padat (misalnya mentega), sedangkan lemak tak jenuh biasanya cair (misalnya
minyak jagung)
Asam lemak jenuh memilki titik lebur lebih tinggi dibandingkan asam lemak
tidak jenuh. Lemak dan minyak dapat mengalami ketengikan (racidity), karena
dapat terhidrolisis dan teroksidasi bila dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara.
Pada proses hidrolisis, lemak atau minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas
dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan pada lemak atau
16
minyak karena terdapat sejumlah air didalamnya, sehingga menimbulkan bau
tengik. Reaksi demikian dikatalis oleh asam, basa atau enzim tertentu seperti enzim
lipas (wekipedia,2017).
hidroperoksida yang dapat terurai menjadi aldehida, keton dan asam-asam lemak
bebas. Hasil oksidasi tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau yang tak enak, tetapi
dapat pula menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan asam-asam lemak
esensial dalam bentuk lemak. Rrreaksi oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya,
pemansan, atau katalis logam seperti Cu, Fe, Co dan Mn. Lemak dan minyak yang
laor yang dilakukan oleh (Nurhikma et al, 2017) kadar lemak yang diperoleh yaitu
0,54 ± 0,29% kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Latumahina dkk, 2007)
memperoleh kadar lemak 1,01%. Perbedaan kandungan lemak daging cacing laut
dipengaruhi oleh kadar air, habitat ukuran, dan nutrisi. Darmono (2001)
17