BAB I
PENDAHULUAN
jenis cakalang kecil, namun hasil tangkapannya justru yang terbesar dibandingkan
dengan jenis ikan lainnya. Dari sekian banyak kepulauan yang ada di Maluku,
Pulau Banda yang memiliki perolehan penangkapan Ikan Cakalang yang paling
tinggi. Menurut Waileruny dan Welem (2014), potensi sumber daya ikan cakalang
di Laut Banda dan perairan sekitar pada tingkat masyarakat adalah 32.954,98
tersebut, ikan cakalang juga memiliki kekurangan seperti ikan-ikan lainnya yaitu
di miliki ikan ini, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan
atau oksidasi oksigen), agar ikan tetap baik sampai ke tangan konsumen.
beragam dengan berbagai tingkat kesulitan, namun inti dari pengawetan ikan
adalah suatu upaya untuk menahan laju pertumbuhan mikro organisme pada ikan.
Salah satu teknik pengawetan yang sederhana yang dipakai oleh masyarakat
dengan jumlah oksigen terbatas yang akan menghasilkan asap yang terdiri dari
yang dapat diidentifikasi dari hasil pengasapan jumlahnya lebih dari 200 jenis.
Secara umum, senyawa yang ada pada asap kayu adalah karbonil, asam organik,
fenol, basa organik, allcohol, hidrokarbon aromatik, dan gas-gas seperti CO2, CO,
O2, N3, dan N30. Komponen asap tersebut berfungsi sebagai bakterisidal,
100 oC bahkan 120 oC dengan cara meletakkan ikan yang akan diasapi langsung
di atas sumber panas, sehingga kontak langsung antara partikel asap dan ikan
sangat besar. menurut Pszczola, (1995) Darmadji dan Triyudiana, (2006) asap
3
ikan juga besar. Oleh karena itu perlu dilakukan teknik pengasapan yang lebih
baik sehingga ikan asap yang dihasilkan lebih aman untuk dikonsumsi.
Salah satu caranya yaitu dengan teknik pengasapan cair, yaitu pengasapan
ikan dengan menggunakan asap cair. Menurut Girard (1992) Pranata (2007) asap
cair merupakan cairan kondensat uap asap hasil pirolisis kayu. Pirolisis adalah
proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi penguraian
Bahan baku yang dapat digunakan untuk memperoleh asap cair antara lain
: berbagai macam jenis kayu, bambu, cangkang kelapa sawit, kulit batang sagu,
kayu manis, tempurungkelapa, tongkol jagung, jerami padi, sekam padi, ampas
atau serbukgergajikayu dan lain sebagainya. Kulit batang sagu atau biasa disebut
“waa sagu” oleh masyarakat Maluku ini merupakan bahan baku penghasil asap
cair yang baik. Asap cair “Liquid Smoke from Sagoo” juga memiliki kemampuan
dengan pengasapan yang menggunakan metode asap cair biasanya hanya diberi
sedikit garam. Selain untuk menjadi bahan pengawet, menurunkan kadar air dan
memperbaiki tekstur pada produk pengasapan, garam juga dapat menjadi bumbu
yang memberi rasa pada produk pengasapan. Penambahan bumbu pada ikan asap
selain menambah cita rasa juga dapat memberi nilai lebih dan ekonomis bagi
4
salah satunya adalah bumbu lada hitam.Dalam industri makanan, lada dipakai
lada dalam masakan mengasilkan rasa dan aroma cukup tajam, biasanya disebut
asap cair juga dapat menambah cita rasa khas dan berbeda.
dengan spora.Kapang ini tersebar luas dialam baik didalam tanah maupun dalam
debu yang dibawa angin. Beberapa jenis kapang dapat merusak makanan, akan
tetapi beberapa jenis lainnya sangat bermanfaat dalam produksi makanan, enzim
dan obat obatan. Menurut winarno (1980), kapang sering tumbuh pada bahan
makanan kering dan dapat menghasilkan toksin dimana toksin tersebut tetap ada
dalam bahan makanan walaupun kapangnya telah mati, sehingga bahan makanan
Fusarium sp.
(Katsuwonus pelamis L) Asap Cair Bumbu Lada Yang Dikemas Vacum Selama
Penyimpanan
5
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui total kapang pada ikan cakalang asap cair bumbu lada
2. Untuk mengetahui jenis kapang yang diisolasi dari ikan asap cair bumbu
1.3. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gill rakers (tapis insang) sekitar 53-63 buah. Ciri khas dari ikan cakalang
memiliki 4-6 garis berwarna hitam yang memanjang di samping bagian tubuh.
Ikan cakalang pada umumnya mempunyai berat sekitar 0,5 – 11,5 kg serta
panjang sekitar 30-80 cm. Ikan cakalang memiliki dua sirip unggung yang
letaknya terpisah. Sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, pada sirip
punggung perut diikuti oleh 7-9 finlet. Terdapat sebuah rigi-rigi (keel) yang sangat
kuat diantara dua rigi-rigi yang lebih kecil pada masing-masing sisi dan sirip ekor
(Matsumoto et al 1984).
kerajaan : animalia
filum : chordata
kelas : actinopterygii
ordo : perciformes
famili : scombridae
genus : katsuwonus
spesies : Katsuwonus
pelamis L
2.2 Pengasapan
dengan jumlah oksigen terbatas yang akan menghasilkan asap yang terdiri dari
yang dapat diidentifikasi dari hasil pengasapan jumlahnya lebih dari 200 jenis.
Secara umum, senyawa yang ada pada asap kayu adalah karbonil, asam organik,
fenol, basa organik, alkohol, hidrokarbon aromatik, dan gas-gas seperti CO2, CO,
O2, N3, dan N30. Komponen asap tersebut berfungsi sebagai bakterisidal,
antioksidan, serta pernbentuk flavor asap dan warna (Daun, 1979). Senyawa-
terdiri dari 3 tahap yang saling berkaitan yaitu : Penggaraman dan pembumbuan,
ikan diasapi. Menurut Hadiwiyoto (1993), garam yang paling umum digunakan
penggaraman adalah mengurangi kadar air dalam tubuh ikan sampai tingkat
kepada terjadinya dehidrasi. Adanya aksi osmotik larutan garam, air jaringan
8
terserap keluar dan disertai meresapnya garam ke dalam daging (Noguchi, 1972).
melalui penurunan tekanan osmotic sel yang berakibat terjadinya plasmolisis sel
dua jenis pengasapan yaitu pengasapan dingin (Cold smoking) dan pengasapan
panas (Hot smoking). Proses pengasapan panas, suhuya mencapai 55-80 oC,
sedangkan pengasapan dingin suhunya 25-40 oC. Kedua jenis pengasapan ini
dingin adalah bila ikan yang diasapi letaknya jauh dari sumber asap, suhunya
sekitar 30-40 oC. Lamanya pengasapan beberapa hari sampai beberapa minggu,
tergantung dari ukuran ikannya. Ikan yang diasapi dengan cara ini menyerap
partikel asap lebih banyak dan dagingnya lebih kering. Pada pengasapan panas,
ikan yang diasapi diletakkan dekat dengan sumber asap dan suhunya sekitar 65-
80oC. Lama pengasapan 24 jam. Proses ini merupakan pemanggangan ikan secara
perlahan-lahan.
matang, daging kering karena pengasapan yang lama, rasa kurang enak, tetapi
daya awet lebih tinggi. Sedangkan karakteristik produk pengasapan panas adalah
sudah matang, lebih lembek dan, rasa yang enak serta dapat langsung dimakan,
9
tetapi daya awetnya tidak terlalu lama karena kadar air ikan masih tinggi
(Moeljanto, 1992).
Pengasapan secara moderen adalah pengasapan fase gas (gas phase smoke)
dan atau pengasapan dengan asap cair (liquid smoke). Pengasapan dengan asap
cair dilakukan dengan merendam produk pada asap yang sudah dicairkan melalui
Asap cair merupakan cairan hasil kondensasi dari proses pirolisa kayu
yang dapat digunakan sebagai antioksidan alami pada proses pengolahan bahan
pangan termasuk ikan dan hasil olahannya. Sifat antioksidatif dari asap cair ini
senyawa fenolik tersebut dapat berperan sebagai donor hidrogen dan efektif dalam
(Pszczola,1995). Komponen fenolik pada asap cair ini diharapkan dapat mencegah
terjadinya kerusakan oksidatif pada lemak daging ikan asap selama penyimpanan.
Sifat asap cair yang larut air dan memiliki kemampuan penetrasinya yang cukup
aplikasi asap cair sebagai biopreservasi alami dalam ikan asap menunjukkan
bahwa komponen fenolik dalam asap cair dari limbah hasil pertanian seperti
10
tempurung kelapa, batok biji pala serta cangkang kenari ternyata mampu
hasil kondensasi asap tempurung kelapa melalui proses pirolisis pada suhu sekitar
yang terpenting adalah asam asetat dan fenol dalam jumlah yang sedikit. Pirolisis
aroma yang dimaksud adalah fenol dan eterfenolik seperti guaikol (2-metoksi
(Girard, 1992).
1 Keton 6,53
Soldera et al., (2008), menjelaskan bahwa kayu keras termasuk tempurung kelapa
banyak digunakan untuk memproduksi asap cair karena komposisi kayu keras
yang terdiri dari lignin, selulosa, dan metoksil memberikan sifat organoleptik
yang baik. Hasil penelitian Budijanto dkk., (2008) menunjukkan bahwa senyawa-
senyawa PAH pada asap cair disebabkan karena senyawa tersebut belum
terbentuk pada proses pembakaran tempurung kelapa yang dilakukan pada suhu di
bawah 400oC. Secara umum, asap cair tempurung kelapa dapat digunakan sebagai
karakteristik sensori berupa aroma, warna, serta rasa yang khas pada produk
pangan.
Gambar 2.
Tempurung kelapa
Gambar 3.
tempurung kelapa
Metode penggunaan asap cair pada produk pangan dapat dilakukan dengan
cara:
bervariasi. Metode ini dapat digunakan untuk ikan, emulsi daging, bumbu
daging pangan, sosis tipe frankfurter, keju oles dan lain-lain (Hollenbeok,l977;
organoleptik yang baik. Hal ini terlihat dari hasil produk olahan daging babi
terutama daging bagian bahu dan perut, sosis dan keju ltali yang secara
3. Injeksi (Peyuntikan).
memberikan flavor yang seragam pada daging babi terutama pada daging bagian
4. Atomisasi.
Metode ini memberikan mutu organoleptik yang baik pada daging babi bagian
5. Peyemprotan
1977).
6. Penguapan
menghasilkan perubahan fisik seperti daging ikan menjadi lunak dan perubahan
kimia yang menghasilkan senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk
2.6 Kapang
ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang termasuk mikroba yang penting
Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul
Kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang
bercabang yang disebut dengan hifa. Kumpulan dari hifa disebut dengan
miselium. Hifa tumbuh dari spora yang melakukan germinasi membentuk suatu
tuba germ, dimana tuba ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang panjang
dan bercabang yang disebut hifa, kemudian seterusnya akan membentuk suatu
massa hifa yang disebut miselium. Pembentukan miselium merupakan sifat yang
membedakan grup-grup didalam fungi. Hifa dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu hifa vegetatif atau hifa tumbuh dan hifa fertil yang membentuk bagian
reproduksi.
Pada kebanyakan kapang hifa fertil tumbuh di atas permukaan, tetapi pada
banyak dan berproduksi dengan at atau septat yang membagi hifa dalam ruangan-
ruangan, dimana setiap ruangan mempunyai satu atau lebih inti sel (nukleus).
Dinding penyekat yang disebut septum tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma
masih bebas bergerak dari suatu ruangan ke ruangan lainnya. spora.Kapang ini
tersebar luas baik didalam tanah maupun dalam debu yang dibawa angin.
15
Sifat Fisiologi Kapang antara lain kapang membutuhkan air minimal untuk
merupakan pelarut esensil yang dibutuhkan bagi semua reaksi biokimiawi dalam
sistem hidup dan sekitar 90% menyusun berat basah sel (Ali, 2005).kapang
bersifat mesofilik, yaitu mampu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum
dapat tumbuh pada suhu 35-37oC atau lebih. Beberapa kapang bersifat psikotrofik
yakni dapat tumbuh baik pada suhu lemari es, dan beberapa bahkan masih dapat
tumbuh lambat pada suhu dibawah suhu pembekuan, misal -5 sampai -10oC,
selain itu beberapa kapang bersifat termofilik yakni mampu tumbuh pada suhu
yang luas, yakni 2,0-8,5, tetapi biasanya pertumbuhannya akan baik bila pada
yakni sebagai sumber karbon, sumber nitrogen, sumber energi, dan faktor
seperti amilase, pektinase, proteinase dan lipase. Maka dari itu kapang mampu
tumbuh pada bahan yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid.
16
misalnya asam sorbat, propionat dan asetat, atau bersifat fungi sidal yaitu
tergolong dalam Emycetes atau fungi sejati yang terdiri dari empat kelas yaitu
sifat tersebut dapat dipergunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang secara
Beberapa jenis kapang dapat merusak makanan, akan tetapi beberapa jenis
lainnya sangat bermanfaat dalam produksi makanan, enzim dan obat obatan.
Menurut winarno (1980), kapang sering tumbuh pada bahan makanan kering dan
dapat menghasilkan toksin dimana toksin tersebut tetap ada dalam bahan makanan
walaupun kapangnya telah mati, sehingga bahan makanan yang terlihat ditumbuhi
Buah lada putih mengandung bahan aktif seperti amida fenolat, asam
fenolat, dan flavonoid yang bersifat antioksidan sangat kuat. Selain mengandung
proses pencernaan (Meghwal dan Goswami, 2012). Kandungan lada putih sangat
merupakan isomer dari piperin. Piperin adalah senyawa alkaloid (Evan, 1997)
yang paling banyak terkandung dalam lada putih dan semua tanaman yang
pedas, larut dalam etanol, asam cuka, benzena, dan kloroform (Amaliana, 2008).
Sudjarwo, 2005), analgesik (Sudjarwo, 2005), depresan sistem safaf pusat dan
mengakibatkan lada hitam memiliki rasa pedas, berbau khas dan aromatik.
Kandungan zat yang memberikan warna, bau dan aroma dalam lada putih adalah
sebagai antioksidan, antidiare, dan insektisida (Namara, 2005). Lada putih juga
2.9 GARAM
petani rakyat disamping oleh perusahan garam industri. Dari segi kualitas
produksi garam dalam negeri masih belum memenuhi syarat kesehatan, terutama
garam yang dihasilkan dari petani garam, sebab mutu garam umumnya dibawah
yang didapat di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah,
sehingga diperlukan konsumsi garam dengan ukuran yang tepat untuk menunjang
kesehatan manusia. Konsumsi garam per orang per hari diperkirakan sekitar 5 –
15 gram atau 3 kilogram per tahun per orang (Winarno 1995 dalam Amalia,
2007).
manusia. Tanpa garam, makanan akan terasa hambar.Tanpa garam tak pernah ada
yang namanya ikan asin. Bahkan sekarang dipercaya metabolisme dalam tubuh
19
Garam adalah istilah umum bagi senyawa kimia bernama Natrium Klorida
lalu. Sekarang, senyawa kimia ini diproduksi secara besar-besaran dari penguapan
air laut, walaupun di beberapa negara lain seperti Australia dan USA garam yang
Sebagai gambaran, untuk garam p.a dan garam farmasi, memunyai kandungan
NaCl >99%, sedangkan untuk garam konsumsi memunyai kandungan NaCl > 94
% dan garam untuk pengawetan memiliki kandungan NaCl > 90 %.Semakin besar
kandungan NaCl, akan semakin kompleks dan rumit proses produksi dan
kesehatan.
terhadap serangan mikroba yang di nyatakan Aw yaitu jumlah air bebas yang
dengan penjemuran atau dengan alat penghisap buatan (winarno, 1992). Semua
makan mengandung air dan jumlahnya berbeda-beda, baik itu bahan makanan
20
hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa
dan sebagainya.
Kadar air adalah presentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%.
Sedangkan kadar air berat kering dapat lebih dari 100%. (Syarif dan Halid, 1993).
Tabrani (1997), menyatakan bahwa kadar air mempunyai tempat tersendiri dalam
ketiganya
2.11 Penyimpanan
jenis dan kualitas bahan baku yang digunakan,metode dan keaktifan pengolahan,
jenis dan keadaan pengemasan, penyimpanan dan distribusi, juga pengaruh yang
bahwa setiap jenis bahan pangan dalam suatu kondisi yang paling baik
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan cakalang asap
3.2 Alat
Bunsen, Erlenmeyer 250 ml, 500 ml, Gelas kimia, Lampu spiritus, Mikro pipet
dan tip, Oven.dan sejumlah alat lainnya yang digunakan dalam proses analisa.
atau percobaan.
mencelupkan atau merendam ikan dalam asap cair yang selanjutnya diikuti
cita rasa dan aroma spesifik asap. Proses pembuatan ikan cakalang asap dapat
Proses vakum
Penyimpanan
organoleptik Hari ke 0
Hari ke 7
Hari ke 14
Analisa
Hari ke 14
3.5. Perlakuan
Perlakuan A ( bumbu )
setiap cawan petri di masukanPotaoes Dextrose Agar (PDA) sebanyak 10-15 ml.
Setelah itu penuangan, cawan petri segera di tutup kemudian cawan di gerakkan
di atas meja secara hati-hati untuk menyebarkansel mikroba secara merata, yaitu
inkubasikan kedalam incubator dengan posisi terbalik pada suhu 28-30°c selama 1
makroskopik (Gandjar dkk. 1999: 4). Kapang merupakan fungi yang berasal dari
dari kedua filum tersebut adalah struktur alat reproduksi seksual atau spora
ditemukan struktur spora seksual, maka kapang tersebut berada pada fase
kapang tersebut berada pada fase anamorf (Webster dan Weber 2007: 32).
Apabila hanya terdapat struktur hifa dan tidak ditemukan struktur spora, maka
kapang tersebut merupakan hifa steril (Barnett dan Hunter 2003: 34).
Analisa data dilakukan secara deskriptif dan data ditampilkan dalam bentuk
3.8. WaktudanTempatPenelitian
BAB IV
4.1. Deskripsi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L.) Asap Cair Bumbu
Lada
26
Ikan cakalang di beli dari pasar arumbai kemudian dipotong lalu dicuci
dengan air bersih mengalir untuk menghilangkan darah dan kotoran, setelah itu
dilakukan penirisan kemudian ikan di rendam dengan larutan asap cair 4% selama
10 menit. Sedangkan untuk ikan cakalang asap cair bumbu lada setelah dilakukan
dengan perendaman dengan larutan asap cair Selanjutnya ikan ditiriskan dan
dilakukan proses pengolesan dengan bumbu lada dan di diamkan selama 20 menit,
matang kemudian ikan di dinginkan setelah itu dilakukan pengemasan vakum dan
disimpan (0 hari, 7 hari, dan 14 hari). Seperti yang ditampilkan pada gambar di
bawah ini.
Hasil analisa pada ikan cakalang asap cair biasa dan ikan cakalang asap
cair dengan penambahan bumbu lada yang dikemas vacum dan di simpan dalam
Gambar c. Nilai kadar air ikan cakalang asap cair biasa dan ikan
cakalang asap cair dengan penambahan bumbu lada
Gambar c menunjukan bahwa nilai rata-rata kadar air pada ikan cakalang
sebesar 62,02%. Pada penyimpanan 7 hari nilai rata-rata kadar air ikan cakalang
asap cair biasa 59,6%, dan nilai kadar air rata-rata pada ikan cakalang asap cair
dengan penambahan bumbu lada sebesar 59,53%. Pada penyimpanan 14 hari nilai
rata-rata kadar air ikan cakalang asap cair biasa memiliki nilai 54,72% sedangkan
untuk ikan cakalang asap cair dengan penambahan bumbu lada memiliki nilai
kadar air rata-rata 55,32%. Terjadinya penurunan kadar air selama penyimpanan
dkk., (1980), menyatakan bahwa plastik mempunyai sifat tidak tahan panas dan
secara perlahan lahan masih bisa ditembusi oleh udara melalui pori-pori plastik.
Untuk ikan cakalang asap yang dikemas proses penguapan melalui pori-pori
lubang plastik yang kurang baik dapat memberika peluang akan terjadinya
penguapan. Hal ini karena adanya perbedaan tekanan dalam kemasan yang akan
28
mengakibatkan masuknya uap air kedalam kemasan dan uap tersebut diserap oleh
produk sehingga menaikan kadar air produk selama penyimpanan, Ishak dan
mempengaruhi kadar air bahan pangan, dimana semakin lama penyimpanan maka
jumlah kadar air dari produk ikan cakalang asap menurun seiring dengan lama
penyimpanan.
Nilai standar kadar air ikan asap berdasarkan Standar Nasional Indonesia
adalah maksimal 60-65%. Dari hasil penelitian menunjuakan produk ikan asap
cair bisa mempunyai nilai tertinggi pada penyimpanan 0 hari 62,89% dan untuk
ikan asap cair dengan penambahan bumbu lada nilai tertinggi 62,02% pada
penyimpanan 0 hari. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ikan cakalang asap
cair biasa maupun ikan cakalang asap cair dengan penambahan bumbu lada masih
cakalang asap cair biasa pada penyimpanan 0 hari (H0B) 5,99% sedangkan pada
ikan cakalang asap cair dengan penambahan bumbu lada (H0L) sebesar 5,37%.
Pada penyimpanan 7 hari nilai rata-rata kadar garam pada ikan cakalang asap cair
biasa (H7B) naik menjadi 7,3% , dan untuk nilai rata-rata kadar garam pada ikan
cakalang asap cair dengan penambahan bumbu lada (H7L) sebesar 6,72%. Dan
pada penyimpanan 14 hari nilai rata-rata kadar garam pada ikan cakalang asap
cair biasa (H14B) naik menjadi 8%, sedangkan pada ikan cakalang asap cair
4 H14B
H0L
2
H7L
0
H0B H7B H14B H0L H7L H14L H14L
PENYIMPANAN
Gambar c. Nilai kadar garam ikan cakalang asap cair biasa dan ikan
cakalang asap cair dengan penambahan bumbu lada
Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa nilai kadar garam pada ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap cair biasa maupun yang di beri perlakuan
garam. Nilai rata-rata kadar garam tertinggi pada ikan asap cair biasa yaitu pada
hari ke 14 (H14B) 8%, sedangkan pada ikan asap cair dengan penambahan bumbu
lada nilai rata-rata kadar garam tertinggi yaitu pada hari penyimpanan ke 14
makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut dan seperti kapas
dengan analisa TPC hanya saja media yang dipakai berbeda yaitu dengan
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian total koloni kapang pada ikan
hasil penelitian yang dilakukan nilai total kapang yang diperoleh dapat dilihat
Tabel 3. Nilai Total Kapang Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L) Asap Cair
Hari 0 (H0) 0
Hari 0 (H0) 0
ikan asap cair bumbu lada (ACL) Hari 7 (H7) 1,0 x 103
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa jumlah koloni kapang meningkat
metabolisme dari kapang dan kapang sangat cepat untuk berkembang, disamping
31
itu pengaruh suhu dari lingkungan yang menyebabkan daging produk menjadi
lembab.
Dari hasil analisa kapang yang diperoleh ikan cakalang asap cair dan ikan
cakalang asap cair dengan penambahan bumbu lada maka di dapat total
keberadaan kapang tertinggi pada ikan asap cair biasa (ACB) yaitu terdapat pada
koloni kapang sudah terdeteksi pada hari ke 7 (H7) sebesar 1,0 x 103, ini
lada butir sebelum dihaluskan haruslah dijemur terlebih dahulu agar kandungan
air dapat berkurang dan tidak mudah terkontaminasi, sedangkan total koloni
kapang tertinggi pada ikan cakalang (ACL) hari ke 14 (H14) sebesar 8,5 x 104
CFU/gr
termasuk moluska, crustacea dan echinoderma yang diasap dengan atau tanpa
garam, batas maksimum keberadaan kapang yaitu < 1x102 koloni/g, ini
menjelaskan bahwa produk yang diteliti dalam penelitian ini untuk produk ikan
asap cair biasa masih layak konsumsi sampai pada hari ke 14, sedangkan untuk
produk ikan asap cair bumbu lada sudah tidak memenuhi syarat konsumsi sejak
ini:
32
4.93
2.78 3
0 0 0
Gambar 6 . Histogram Nilai Kapang Ikan Cakalng Asap Cair Biasa dan Ikan
pangan juga antara lain, suhu, kelembaban, dan kebutuhan nutrisi. Suhu dan
kelembaban ruang penyimpanan yang tinggi memicu penyerapan air dari udara
sehingga memungkinkan kapang dapat tumbuh. Hal ini dipertegas oleh Fardiaz
(1989), yang menyatakan bahwa kapang dapat tumbuh baik pada suhu kamar, di
mana suhu optimum pertumbuhannya adalah 25-35 ̊C, tetapi beberapa dapat
tumbuh baik pada suhu 35-37 ̊C atau lebih tinggi, seperti jenis Aspergillus.
kapang. Kadar air dalam bahan pangan mempunyai peranan penting dalam
menentukan keawetan bahan pangan. Hal ini disebabkan karena kadar air
laju reaksi kimia/ biokimia yang dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan.
Karena itu, upaya untuk mengurangi kadar air dengan cara mengikat air oleh
33
Pertumbuhan kapang pada bahan pangan selain dipengaruhi oleh kadar air,
dipengaruhi juga oleh aktivitas air. Selama penyimpanan ikan disimpan pada suhu
ruang sehingga diduga Aw ikan cakalang asap meningkat. Kondisi ini dapat
nilai Aw minimum, dimana pada kondisi Aw bahan pangan yang lebih besar dari
berkembang dengan baik. Sebaliknya pada kondisi Aw lebih kecil dari pada nilai
dengan baik karena tidak tersedianya air yang cukup untuk pertumbuhannya. A w
itu, kapang merupakan mikroba yang tahan terhadap pemanasan dan keadaan
bercabang dan memiliki warna yang bervariasi dari putih, abu dan hijau.
Gambar diatas terlihat bahwa koloni kapang pada media PDA kapang yang
berwarna hijau dengan tepian yang berwarna putih merupakan kapang jenis
identifikasi jenis kpang yang tumbuh pada produk ikan asap cair biasa dan ikan
asap cair dengan penambahan bumbu lada yang di simpan dengan kemasan
Penecillium sp
Pada media PDA terlihat bahwa koloni kapang Penecillium sp yang tumbuh
adalah putih hingga kehijauan. Hal ini dipertegas oleh Power dan Cuen (1988)
35
4,5-6,7, sedangkan kadar air minimum 12-15% dan maksimum lebih besar dari
permukaan bercabang atau tidak bercabang. Kepala spora berbentuk sapu dangan
satu persatu karna muncul dalam sterigmata. Konidia berwarna hijau pada waktu
Aspergillus sp
Hasil pengamatan yang dapat dilihat dengan kasat mata yaitu, warna
adalah yang warna hijau dan warna coklat. Kemudian berubah menjadi warna
coklat kehitaman. Hal ini dipertegas oleh Cappucino dan Sherman (1992) bahwa
36
menurut sudarmadji dkk, (1989), koloni biasanya tumbuh dengan cepat, berwarna
putih kuning, kuning kehijauan, coklat, coklat kehitaman atau hitam. Bentuk
menghasilkan zat beracun, bersifat kontaminan dan perusak pada beberapa jenis
tidak berseptat yang muncul dari kaki sel, sterigma sederhana dan kompleks
berwarna hijau, coklat atau hitam. Menurut Mahfoed (1993), Aspergillus sp dapat
tumbuh pada kadar air lebih dari 18 %. Suhu 25-370C, Aw 0,98 (Sudarmadji,
1989).
BAB V
PENUTUP
37
5.1 KESIMPULAN
produk.
- Produk ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap cair biasa masih layak
pelamis L) asap cair dengan penambahan bumbu lada, sudah tidak layak di
ruang, karena sudah tidak memenuhi syarat mutu ikan asap (SNI
2725:2013).
5.2 SARAN