Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu biologi merupakan salah satu pembelajaran ilmu pengetahuan
tentang hewan yang cukup penting untuk dipelajari. Dengan mempelajarinya,
maka akan didapatkan pemahaman terkait sistem pembagian kelompok
hewan. Klasifikasi yang digunakan adalah persamaan dan perbedaan ciri
masing-masing spesies hewan yang jadi target. Salah satu contohnya adalah
pengkajian hewan tak bertulang belakang, atau yang biasa disebut dengan
hewan invertebrate.
Mollusca merupakan salah satu jenis hewan lunak tanpa ruas. Tubuh
Mollusca secara umum dilengkapi dengan mantel yang dapat menghasilkan
bahan cangkok. Bahan cangkoknya ini berupa kalsium karbonat dari zat
kapur. Fungsi dari cangkok ini sendiri adalah sebagai rumah. Sifat dari tubuh
jenis hewan Mollusca ini biasa dikenal triploblastik dan bilateral simetris.
Beberapa contoh hewan Mollusca adalah tiram, bekicot, kerang, siput sawah,
dan lain-lain. Terdapat struktur berotot pada tubuh Mollusca. Struktur ini
sering dianggap sebagai kaki. Mollusca memiliki mulut, lidah parut (radula),
dan anus terbuka yang ada di area rongga mantel. Mollusca juga memiliki
kelenjar pencernaan dengan proses perkembangan yang baik.
Sistem pernapasan Mollusca, menggunakan insang atau paru-paru.
Sedangkan alat ekskresi yang digunakan adalah ginjal. Hewan ini memiliki 3
jenis sistem saraf. Sistem sarafnya ini terdiri dari 3 pasang ganglion,
diantaranya adalah ganglion cerebral, visceral, dan pedal. Ketiga saraf
tersebut terikat pada tali saraf longitudinal. Sedangkan alat reproduksi yang
dimiliki Mollusca ini bisa berpisah dan bisa bersatu. Proses pembuahannya
dilakukan dengan dua cara, yakni internal dan eksternal.
Dengan bermacam kondisi hewan Mollusca, maka dilakukan praktikum
ini untuk mempelajari struktur dan sistem tubuh Mollusca serta mempelajari
hubungan antara struktur dan fungsi pada anggota kelas dari Mollusca.
B. Tujuan
1. Untuk mempelajari struktur dan system tubuh bekicot
2. Untuk mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi pada tubuh
bekicot
3. Untuk mempelajari struktur dan system tubuh kerang
4. Untuk mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi pada tubuh
kerang
5. Untuk mempelajari struktur dan system tubuh cumi-cumi
6. Untuk mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi pada tubuh cumi-
cumi
7. Untuk mempelajari struktur dan system tubuh cumi-cumi
8. Untuk mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi pada tubuh cumi-
cumi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mollusca adalah hewan inveterbrata yang berarti tidak memiliki kerangka,


tidak memiliki tulang belakang, memiliki tubuh yang lunak, dan termasuk hewan
yang berdarah dingin. Tubuh Mollusca terdiri dari tiga yaitu kepala, mantel, dan
kaki otot. Mollusca termasuk hewan hidup secara heterotrof dengan memakan
ganggang. udang, ikan atau pun sisa organisme. Mollusca umumnya memiliki
kemampuan adaptasi yang cukup baik dan berperan sebagai indikator lingkungan,
kebanyakan hidup di daerah perairan dan menempel pada batu atau pada
permukaan lain. Pada ekosistem pantai dimana ditemukan subsrat berbatu dan
berkerikil yang dapat mendukung kehidupan Mollusca (Ariani, 2019: 147).
Kelas mollusca merupakan salah satu contoh hewan benthos bertubuh
lunak yang banyak hidup di perairan tawar. Gastropoda (keong bercangkang
tunggal) dan Pelecypoda/Bivalvia (kerang bercangkang dual merupakan jenis
mollusca yang umum ditemukan di perairan tawar seperti sungai. Mollusca
merupakan organisme hidup yang peka terhadap perubahan kualitas air tempat
hidupnya sehingga hal ini dapat juga menentukan kepadatan dan keragaman
populasi dari kelas tersebut (Athifah, 2018: 55).
Menurut Jatmiko (2021: 46) yang menyatakan bahwa mollusca (latin,
molluscus lunak) adalah hewan bertubuh lunak. Kelompok hewan ini memiliki
keanekaragaman jenis yang tinggi dan menyebar luas di berbagai habitat laut tidak
terkecuali di zona intertidal (pasang surut).Zona pasang surut merupakan daerah
pantai yang terletak antara pasang tertinggi dan surut terendah. Berdasarkan
kondisi lingkungan atau subsrat, zona pasang surut dibedakan menjadi subsrat
berbatu, berpasir, dan berlumpur mollusca merupakan hewan lunak yang
mempunyai cangkang,cangkang atau cangkok luar mengandung kapur (kalsium
karbonat) yang dapat melindungi tubuhnya, tetapi ada beberapa jenis yang tidak
memiliki cangkok.
Menurut Nurjanna (2021: 5) Molluska terdiri dari kelas Bivalvia,
Cephalopoda, dan Gastropoda. Kelompok Bivalvia komersial penting di
antaranya kerang simping, tiram, kerang pisau, dan kerang bulu, sedangkan
Cephalopoda adalah cumi-cumi, sotong, dan gurita. Kelompok Gastropoda
dengan nilai komersial tinggi adalah abalon, siput laut, dan keong macan.
Pemanfaatan kerang dan keong umumnya untuk dikonsumsi secara langsung
karena banyak mengandung asam amino dan taurin yang terdapat pada 38 jenis
moluska (Gastropodae, Brahiopodae, dan Cephalopodae).
Tubuh moluska ini berbentuk tripoblastik, bilateralsimetri, pada umumnya
moluska mempunyai sejenis mantel yang bisa menghasilkan bahan cangkok
berupa kalsium karbonat. Cangkok ini berfungsi sebagai tempat tinggal rangka
luar) yang tersusun dari komponen zat kapur misalnya: kerang, tiram, siput sawah
dan. bekicot. Tetapi adapun jenis hewan moluska yang tidak mempunyai cangkok,
seperti: cumi-cumi, sotong, gurita atau siput telanjang. Mollusca mempunyai
struktur tubuh berotot yang disebut kaki yang bentuk dan mempunyai fungsi yang
berbeda untuk setiap kelasnya (Rahmadina, 2019: 106).
Fillum mollusca meliputi keong, kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, sotong,
dan sebangsanya. Bentuknya simetri bilateral, tidak beruas, dan banyak di antara
mereka mempunyai cangkang dari kapur. Kerang, tiram, keong dan cumi-cumi
nampak sekilas tidak menunjukan bentuk serupa, akan tetapi jika dipelajari secara
teliti mereka mempunyai beberapa struktur yang sama. Salah satunya adalah alat
yang disebut kaki Pada keong kaki ini biasanya digunakan untuk merayap atau
berjalan di permukaan, pada kerang digunakan untuk mengeduk melalui dasar
lumpur dan pada cumi-cumi untuk menangkap mangsa ( Jatmiko, 2019: 46).
Menurut Nurjanna (2021: 9) yang menyatakan bahwa kijing merupakan
salah satu komoditas kerang air tawar yang mudah dibudidayakan dan sering
dikonsumsi oleh masyarakat karena rasanya yang gurih dan teksturnya yang
kenyal. Kijing lokal termasuk hewan. Pelecypoda yang dapat hidup di kolam,
danau, sungai, atau perairan tawar lainnya. Kerang air tawar ini sangat suka hidup
di dasar perairan yang berlumpur, sedikit pasir, dan tidak terlalu dalam.
Struktur tubuh Achatina fulica bercangkok (concha), sebagian banyak
berputar ke arah kanan (dekstral) dan ada juga yang berputar (sinistral).
Putarannya tersebut berasal dari apeks melalui whorl hingga ke aperture. Bagian
tengah tersebut yang merupakan sumbu putaran dinamakan kollumella.
Kollumella tidak tampak dari luar (Rahmadani, 2019: 109).
Keong sawah atau tutut ini Jika dilihat dari ukurannya keong jenis ini lebih
kecil bila di bandingkan dengan jenis keong yang lain. Keong sawah ini memiliki
cangkan yang berbentuk seperti kerucut membulat. Sedangkan warnanya mulai
dari hijau kecoklatan hingga kuning kehijauwan. Memiliki jumlah seluk sebanyak
6-7, sedikit cembung dan seluk yang terahir memiliki ukuran yang lebih besar.
Ujung cangkangnya berbentuk runcing, dan menyiku tumpul pada keong sawah
yang masih muda (Jatmiko, 2021: 52).
Menurut Rahmadani (2019: 109) yang menyatakan bahwa Achatina fulica
memiliki bersifat hermafrodit, namun untuk fertilisasi dibutuhkan spermatozoa
dari individu lain, sebab spermatozoa dari induk yang sama tidak bisa membuahi
sel telur. Ova dan spermatozoa dibentuk bersama-sama di ovotestis. Ovotestis
berupa kelenjar kecil berwarna putih kemerahan, yang terletak melekat diantara
kelenjar pencernaan (hepatopankreas, di apek dari massa viscera).
Achatina/bekicot merupakan hewan bertubuh lunak (Mollusca) yang tidak
memiliki tulang belakang, tubuhnya dilindungi oleh cangkang dari bahan kapur
yang kuat dan didalmnya mengandung lapisan mutiara Cangkang bekicot terpilin
Spiral (Body whorl) dengan jumlah putaran tujuh bentuk cangkang Fusiform,tidak
memiliki tutup cangkang (Operculu) warna cangkang coklat dengan pola-pola
garis gelap di permukaannya (Jatmiko, 2021: 54).
Menurut Ramdhani (2019: 111-112) yang menyakan bahwa Anadonta
memiliki cangkok terbagi atas 2 bagian, kedua cangkok itu disatukan oleh suatu
sendi elastic yang dinamakan hinge (berada di permukaan dorsal). Bagian dari
cangkok yang besar atau menggelembung dekat dengan sendi dinamakan umbo
(bagian cangkok yang memiliki umur paling tua). Di sekitar umbo ditemukan
garis konsentris yang menunjukkan garis interval pertumbuhan. Sel epithel bagian
luar mantel yakni menghasilkan berupa zat pembuat cangkok.
Jenis-jenis mollusca yang paling banyak di temukan dalam penelitian ini
umumnya kelas Gastropoda. Hal ini dikarenakan bahwa kelas Gastrophodadapat
menyesuaikan diri terhadap berbagai faktor ekologi seperti suhu, kelembapan
udara dan pH air. Gastropoda termasuk hewan yang sangat berhasil menyesuaikan
diri untuk hidup di beberapa tempat dan cuaca. Gastropoda ini umumnya di
temukan tersebar dan berkembang pada berbagai macam habitat. seperti sawah,
saluran irigasi, sungai, selokan, dan danau atau telaga. Sedangkan pelecyphoda
pada daerah tersebut kurang beragam, hanya didominasi oleh satu spesies saja.
Hal ini dikarenakan kebanyakan habitat spesies lainya di muara, pantai, dan hutan
bakau (Jatmiko, 2021: 56).
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu
organisme. Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang
mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang
dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di
dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Pada dasarnya bentuk luar
dari ikan dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan
tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya
yang mengalami metamorfosis dan mengalami proses adaptasi terhadap
lingkungan (habitat).
Ikan adalah anggota vertebrata yang berdarah dingin, hidup di air dan
bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh dunia.
Keanekaragaman tempat hidup mempengaruhi ikan penghuninya Banyak
variasi yang tak terhitung jumlahnya pada ikan yang menyangkut masalah
struktur, bentuk, sirip dan sebagainya, merupakan modifikasi yang
dikembangkan ikan dalam usahanya untuk menyesuaikan diri terhadap suatu
lingkungan tertentu.
Ikan umumnya memiliki rangka tulang sejati dan bertulang
rawan,mempunyai sirip tunggal atau berpasangan dan mempunyai operculum.
Tubuh ditutupi dan berlendir. Serta mempunyai bagian tubuh yang jelas
antara kepala, badan, ekor. Ukuran ikan bervariasi mulai dari kecil sampai
besar. Kebanyakan bentuk ikan berbentuk pipih, namun juga ada yang
berbentuk tidak teratur.
Berdasarkan peryataan tersebut maka untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih jauh tentunya tidak cukup dengan teori saja, diperlukan juga
kegiatan praktikum yang akan menunjang pengetahuan. Oleh karena itu
dilakukanlah praktikum ini untuk memahami struktur dasar pada ikan tombro
(Cyprinus carpio).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kekayaan jenis ikan di Indonesia sangat tinggi dan diperkirakan 8500 jenis
hidup di perairan Indonesia yang merupakan 45% dari jumlah jenis global di
dunia. Dari jumlah tersebut, 1300 jenis menempati perairan tawar. Akan tetapi
informasi tentang kekayaan jenis ikan di Indonesia hingga saat ini masih
tergolong rendah. rendahnya pengetahuan akan kekayaan jenis ikan menjadi
kendala dalam pemanfaatannya (Bhagawati, 2017: 133).
Menurut Nurhayati (2017: 1) yang menyatakan bahwa ikan merupakan
bahan baku yang mudah mengalami kebusukan (perishable food). Hal ini
disebabkan oleh kadar air yang tinggi (bisa mencapai 80%) dan juga kandungan
protein jaringan ikat yang rendah dan berukuran pendek. Sifat ikan yang mudah
busuk akan berpengaruh terhadap mutu ikan sebagai bahan baku produk.
Kecepatan terjadinya proses pembusukan ikan sangat dipengaruhi sifat fisiologis
saat ikan hidup. Oleh karena itu, mempelajari sifat fisiologi ikan merupakan hal
yang penting. Di samping itu, hal yang amat menarik untuk dipelajari adalah
bagaimana metabolisme dalam sistem fisiologi ikan akan membentuk metabolit-
metabolit yang diperlukan untuk sistem fisiologis ikan, baik untuk sistem
pencernaan, osmoregulasi, ekskresi, dan endokrinologi.
Ikan dapat menyerap kadmium melalui saluran pernafasan, saluran
pencernaan, serta penyerapan yang dilakukan oleh kulit. Kadmium kemudian
masuk ke dalam sistem peredaran darah yang menjangkau seluruh tubuh ikan.
Darah yang mengandung kadmium akan masuk ke setiap sistem-sistem organ
yang dilaluinya, salah satunya sistem otak bagian depant di mana terdapat kelenjar
hipofisis atau kelenjar pituitari yang mengatur sekresi hormon. Akibatnya fungsi
metabolisme tubuh ikan akan terganggu (Muliari, 2019: 23).
Ikan mas dan ikan selar memiliki insang yang terletak dibagian medial dari
apparatus operculum. Insang terbagi menjadi dua sisi yang bunga. simetris yakni
sisi kanan (dexter) dan sisi kiri (sinister) serta memiliki warna merah pucat. Ikan
mas dan ikan selar yang telah diteliti memiliki jumlah filamen branchialis dan
arcus branchialis yang sama yaitu masing-masing sebanyak delapan pasang dan
empat pasang (Yoviska, 2021: 126).
Secara umum struktur tubuh ikan terdiri dari kulit, organ bagian
dalam,tulang, dan otot atau daging.Proporsi untuk masing-masing bagian
strukturtubuh ikan bervariasi tergantung dari jenis atau spesies ikan. Kulit terdiri
dari dua bagian, yaitu epidermis dan dermis.Epidermis mengandung sejumlah
kelenjar lendir.Sedangkan dermis tersusun beberapa lapis jaringan pengikat dan
sisik terbentuk dari dermis. Antara dermis dan epidermis terdapat sejumlah sel
pigmen yang mengandung karotenoid dan melanin (Dasir, 2019: 2-3).
Menuru Nurhayati (2017: 13) yang menyatakan bahwa bentuk tubuh ikan
akan beradaptasi dengan cara tingkah laku dan kebiasaan hidup di dalam habitat
ikan tersebut. Ikan yang hidup di daerah dasar perairan mempunyai bentuk perut
datar dan punggung menggelembung. Ikan-ikan pelagis mempunyai bentuk
bagian tubuh yang menggelembung pada bagian perut maupun punggung. Bentuk
eksternal (morfologis) dari ikan sangat bevariasi. Secara umum bentuk ikan,
seperti cerutu (tuna), agak bulat (ikan bawal dan buntal), pipih (petek), bulat
panjang seperti ular (belut), serta seperti pita (ikan layur) dan picak seperti ikan
pari.
Sifat fisik ikan adalah meliputi semua sifat yang berhubungan dengan
permasalahan yang berhubungan dengan transportasi, penyimpanan dan
pengolahan ikan perlu menguasai tentang sifat fisik ikan yang meliputi bentuk dan
ukuran, densitas dan kekambaan, danjuga sudut natural repose, sudut luncur dan
koefisien gesekan. Kapasitas panas, konduktivitas panas, difusivitas panas dan
faktor faktor lain juga perluuntuk diketahui (Dasir, 2019: 5).
Ukuran,struktur dan morfologi insang ikan sangat bervariasi antar spesies,
biasanya perbedan ini mencerminkan perbedaan habitat atau gaya hidup. Perilaku
dan komposis makan juga dapat mempengaruhi morfologi insang ikan terutama
pada filamen insang dan tapis insang. Ikan yang mencari makanan dengan cara
penyaringan memiliki tapis insang yang lebih panjang dibandingan ikan pemakan
daging (Yoviska, 2021: 125).
Mata ikan pada umumnya terletak pada sisi kiri dan kanan kepala,
walaupun ada yang terletak di atas kepala. Hampir semua ikan bertulang sejati
bersifat myoptic (dekat) dan mata saat istirahat disesuaikan dengan visi dekat,
walaupun ikan cucut memiliki visi jauh hypermetropia sehingga dapat
membedakan objek yang kecil pada jarak yang jauh. Dua tipe sel fotosensori pada
ikan, yaitu rod dan cones. Tipe sel rod lebih efektif pada intensitas rendah,
sedangkan tipe cones lebih sensitif pada cahaya sehingga berfungsi untuk
perbedaan intensitas yang lebih tinggi (Nurhayati , 2017: 17).
Menurut Dasir (2019: 7) yang menyatakan bahwa panjang dan berat dapat
dipakai untuk menentukan ukuran dari ikan.Ikan yang lebih tua memiliki ukuran
lebih panjang dan lebih kamba dibandingkan dengan yang lebih muda. Pada umur
dan panjang yang sama, biasanya ikan betina lebih berat dibandingkan ikan
jantan. Keragaman ukuran secara musiman terhadap volume dan berat terjadi pada
saat gonad sedang dalam proses perkembangan, dan kemudian mengecil kembali
segera setelah bertelur.
Menurut Yoviska (2021: 125) secara Morfologi ikan (Cyprinus carpio)
dan ikan selar (Selaroides leptolepis) tidak memiliki banyak perbedaan pada
insangnya, keudanya memiliki insang yang terbagi menjadi dua sisi yang simetris
yakni sisi kanan (dexter) dan sisi kiri (sinister) serta memiliki warna. merah pucat.
Ikan mas dan ikan selar yang telah diteliti memiliki jumlah filamen branchialis
dan arcus branchialis yang sama yaitu masing-masing sebanyak delapan pasang
dan empat pasang.
Osmoregulasi adalah suatu proses pengaturan tekanan osmosa, yaitu upaya
hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan
lingkungannya. Osmoregulasi penting dilakukan, terutama oleh organisme air
karena harus ada keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan, membram
sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak
cepat, adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Dalam osmoregulasi terdapat dua istilah, yaitu eurihalin dan stenohalin. Eurihalin
adalah kemampuan suatu organisme terhadap keadaan perubahan salinitas yang
tinggi (Nurhayati , 2017: 20).
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, D, Jelantik, & Budi, A,. 2019. Studi Tentang Keanekaragaman dan
Kemelimpahan mollusca bentik serta faktor-faktor ekologis yang
mempengaruhinya dipantai mengening, kabupaten Bandung, Bali. Jurnal
Pendidikan biologi. Vol 6(3). ISSN: 2599-1450.

Athifah, 2019. Keanekaragaman mollusca sebagai bioindicator kulitas perairan di


Kawasan tpa kebon Lombok barat. Jurnal Biologi Tropis. Vol 19(1).

Jatmiko, E, Endang, Santoso, & Nurwiyoto,. 2017. Keanekaragaman mollusca


yang terdapat di kecamatan batik nau kabupaten bengkulun utara. Jurnal
riset dan inovasi Pendidikan sains. Vol 2(3). ISSN: 1235-1324.

Nurjannah, 2021. Mollusca karakteristik, potensi dan pemanfaatan sebagai bahan


baku industry pangan dan non pangan. Aceh: Syiah Kuala University
Press.

Rahmadani, 2019. Taksonomi Invertebrata. Medan: University Medan


DAFTAR PUSTAKA

Bhagawati, Abulias, & Amurwanto., 2013. Fauna Ikan siluriformes dari sungai
serayu, banjaran, dan tajum di kabupaten tajumas. Jurnal MIPA. Vol
36(2). ISSN: 0215-9945.
Dasir, & Suyatno, 2019. Teknologi pengolaan dan pengawetan ikan. Palembang:
IKAPI
Muliari, 2020. Ekotoksilogi akuatik. Bogor: Anggota IKAPI
Nurhayati, T, Nurjanah, & Roni, N,. 2017. Fisiologi, formasi dan degradasi
metabolit hasil perairan. Bogor: Anggota IKAPI
Yoviska, A, S, Dwi, W, R, & Murtini,. 2021. Perbandingan secara morfologi
insang ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias batrachus) dan ikan
selar (selaroides leptolepis). Jurnal prosiding seminar nasional penelitian
dan pengabdian masyarakat. Vol 6(1). ISSN: 2850-3921.

Anda mungkin juga menyukai