Anda di halaman 1dari 13

Tugas metodologi penelitian geografi

Analisis kelestarian jenis jenis burung paruh bengkok di wisata suaka Paruh
bengkok

Studi kasus : desa koli, kecamatan oba kota tidore kepulauan

Di susun oleh :

TABRANI HI SIRAJU

(03281811033)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia memiliki 1598 jenis burung dengan ukuran beragam. Ada burung yang
berukuran kecil misalnya burung berencet Kalimantan (Ptilocichla leucogrammica),
gemak (Turnix sp.) dan serindit (Loriculus sp.), sedangkan yang berukuran besar
misalya bangau tongtong (Leptoptilos dubius), rangkong (Buceros sp.) dan merak hijau
(Pavo muticus). Burung-burung tersebut ada yang dapat terbang, burung pemanjat serta
burung pejalan yang tidak dapat terbang. Beberapa jenis burung perlu dilindungi karena
terancam punah (Yulianto 2008).

Burung memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan alam. Selain menjadi
bagian penting dari jaring makanan, juga memainkan peran dalam : pengendalian hama
dengan cara memakan serangga hama; membantu penyerbukan bunga; membantu
menyebarkan biji ; dan menambah nutrisi ke tanah melalui kotorannya.tetapi terdapat
perburuan dan penjualan paruh bengkok, karena harga cukup mahal, masyarakat tergiur dan
terus menangkap. Beragam paruh bengkok dari Maluku Utara, hidup dalam keterancaman.
karena Daerah ini bisa disebut surga bagi pemburu dan pebisnis endemik paruh bengkok nan
eksotik baik yang dilindungi maupun yang tidak. Pada penangkapan dan penjualan paruh
bengkok dan satwa lain dalam 2019 di Maluku dan Maluku Utara, ada 649 jenis burung
diamankan. Terdiri dari, perkici dagu merah 109, 210 nuri Maluku, 16 perkici pelangi, 29 nuri
bayan, 25 nuri tanimbar, dan 18 nuri kalung ungu. Lalu, 19 kakatua Maluku, 25 kakatua alba,
12 kakatua tanimbar, 120 kasturi Ternate 120 dan tiga kasturi tengkuk ungu.
Salah satu upaya yang di lakukan ialah terus meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat,
pemberdayaan, patroli, dan lain-lain. Penegakan hukum, juga perlu dan memutus rantai
jaringan perdagangan. Dan dengan pembangunan suaka paruh bengkok Untuk tujuan
konservasi, dibangun fasilitas rehabilitasi paruh bengkok seperti kandang karantina, kandang
rehabilitasi, klinik dan gudang.
“Fasilitas ini bersifat terbatas dan tak terbuka untuk umum,” kata Lilian Komaling, Kepala
Sub Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Ake Tajawe Lolobata. “Ini bertujuan jadi
media pembelajaran bagi pengunjung untuk mengetahui jenis-jenis paruh bengkok khusus
dari Malut.”

B. Rumusan masalah

 Fungsi suaka paruh bengkok secara kritis


 Bagimana upaya konservasi dan rehabilitasi pada suaka paruh bengkok
 Bagimana menciptakan kesadaran keanekaragaman hayati untuk menjaga
keseimbangan alam

C. Tujuan penelitian

 Mengetahui fungsi suaka paruh bengkok secara kritis.


 Menjadi acuan dalam proses tindak lanjut dari upaya konservasi dan rehabilitasi
spesies burung paruh bengkok.
 Sebagai acuan untuk menciptakan kesadaran akan keanekaragaman hayati sebagai
tindakan menjaga keseimbangan alam.

D. Manfaat penelitian

 Agar masyarakat dapat mengetahui apa tujuan suaka paruh bengkok yang di
bagun.
 Untuk upaya penyadaran di masyarakat tentang pentingnya habitat burung
sebagai satu bentuk keseimbangan alam yang berkelanjutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI

Parrot Parrot atau biasa di kenal di Indonesia sebagai burung paruh bengkok merupakan
istilah yang sering dipergunakan untuk merujuk kepada 350 spesies yang termasuk dalam
ordo Psittaciformes yang mencakup 3 famili: Psittacoidea (Parrot sejati), Cacatuoidea
(kakaktua), dan Strigopoidea (New Zealand Parrot). Spesies ini banyak ditemukan di
seluruh dunia baik tropis maupun subtropics. Burung paruh bengkok dikenal karena
kepandaian mereka, bulu yang indah serta dapat menirukan suara manusia. Burung paruh
bengkok secara berkerumun di dalam kelompok (sosial).
Burung paruh bengkok membentuk koloni yang terdiri dari ratusan atau ribuan burung
yang sejenis yang saling berpasangan secara monogami (1 jantan dan 1 betina). Sebagian
waktu mereka di habiskan secara sosial. Saling membersihkan bulu pasangan, terlibat di
dalam komunikasi vokal serta interaksi dan bertukar informasi, mencari makanan, serta
merawat anak. Karenanya maka tidak heran bahwa burung paruh bengkok yang
dipelihara juga memiliki hubungan yang kuat. Meskipun sebagian besar dari spesies
burung paruh bengkok hidup tanpa pendampingan dari kawannya, Tetapi kecenderungan
sosial mereka seringkali mengarah pada hubungan yang kuat dengan manusia dan hewan
apapun yang tinggal bersama dengan mereka.

Berternak Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan


hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Yunus, 2009).
Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip
manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Salah
satu parameter yang dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha
adalah tingkat keuntungan Pengertian produksi itu sendiri adalah suatu kegiatan
mengolah atau menambah nilai guna suatu barang menjadi barang setengah jadi ataupun
barang jadi. Hasil penelitian Sumartini (2004) menemukan bahwa rendahnya pendapatan,
cenderung sebagai akibat kurang transparannya dalam penentuan harga kontrak baik
harga input maupun harga output. Biaya produksi yang timbul akibat adanya kegiatan
produksi, mempengaruhi perolehan keuntungan para peternak. Dalam penelitian Rita
Yunus (2009) mengatakan bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi
diusahakan sedemikian rupa agar dalam jumlah tertentu menghasilkan produksi
maksimum dan keuntungan tertinggi. Dalam mengelola usaha peternakan, tiap peternak
harus memahami unsur penting dalam produksi, yaitu ; breeding (pembibitan), feeding
(pakan ternak), atau manajemen (pengelolaan usaha peternakan). 2.3 Analisa Industri
Breeding Burung Paruh Bengkok di Indonesia Tingkat peminat burung paruh bengkok di
Indonesia cukup banyak berdasarkan jumlah burung paruh bengkok yang masuk ke
Indonesia setiap tahunnya.
Tercatat sebanyak 149.520 ekor burung parrot yang di impor dari beberapa negara 3
tahun terakhir. Banyaknya tingkat permintaan terhadap burung paruh bengkok yang
masuk ke Indonesia membuat beberapa peternak mulai mengembangbiakan burung ini.
Burung paruh bengkok terkenal akan keindahan serta kepandaiannya. Memelihara burung
tidaklah asing di Jakarta, di Jakarta Timur terdapat pasar pramuka yang merupakan pasar
burung terbesar di Jakarta. Di pasar pramuka banyak dijumpai berbagai jenis burung,
mulai dari burung lokal hingga burung impor. Mayoritas penggemar burung di Jakarta
merupakan penggemar burung kicau oleh karena itu di pasar pramuka cukup banyak
burung kicau yang di jual. Burung paruh bengkok juga dapat dijumpai di pasar pramuka,
tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Hanya ada beberapa toko yang menjual burung jenis ini. Di Jakarta Utara terdapat First
Parrot yang merupakan spesialis dalam penjual burung paruh bengkok. Terdapat sekitar
30 ekor spesies burung paruh bengkok di sana, dan banyak menjual kebutuhan burung
paruh bengkok. First Parrot merupakan toko spesialis burung paruh bengkok satu-satunya
yang berada di Jakarta yang menyediakan kebutuhan burung, menjual burung serta
mengembang-biakan burung paruh bengkok.
Di Jakarta juga sudah ada beberapa pecinta burung paruh bengkok yang menjual burung
hasil ternakannya sendiri. Tentu saja tidak dalam kuantitas yang banyak, hanya sekedar
hasil kebun mereka sendirir. MBOF tidak hanya mengembangbiakan burung paruh
bengkok impor dan lokal, tetapi mereka juga mengembang-biakan burung langka seperti
beo nias, jalak bali, dan rangkong. MBOF fokus kepada burung lokal seperti kakaktua
raja, jalak bali dan murai batu medan yang merupakan burung asal Indonesia yang
terancam punah. Berdasarkan definisi di atas pasar burung tradisional seperti pasar
burung pramuka banyak menyediakan burung kicau dan tidak banyak menyediakan
burung paruh bengkok.
Taman Nasional Aketajawe Lolobata di Halmahera, Maluku Utara, kini punya Suaka
Paruh Bengkok. Suaka ini akan menangani perawatan paruh bengkok hasil sitaan,
sebelum lepas liar. Ia akan menjadi sarana penting konservasi paruh bengkok, sekaligus
pendidikan dan pariwisata. Kini, Suaka Paruh Bengkok sudah berisi burung-burung yang
tak memungkinkan lagi lepas liar, seperti patah kaki, dan cacat fisik lain. Selain itu,
sudah ada 40 paruh bengkok sitaan yang sebelumnya di kandang transit Balai TN
Aketajawe Lolobata. Suaka ini juga akan melibatkan masyarakat sekitar, misal, dalam
penyediaan pakan dan mengelola kios-kios maupun fasilitas-fasilitas umum.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut
Lehman (1979) dalam Yusuf (2016), bahwa penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba
menggambarkan fenomena secara detil.

Penelitian yang dilaksanakan adalah dengan observasi ke lapangan secara langsung untuk
mengumpulkan informasi mengenai pengaruh wisata suaka paruh Bengkok terhadap
sumberdaya paruh bengkok di desa koli kecamatan Oba kota Tidore kepulauan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam pengamatan jenis aves menggunakan metode point count (Bibby et. al.,
1992). Pengamatan dilaksanakan dengan melakukan pencatatan jenis burung yang teramati dan
terdengar oleh masyarakat di titik tertentu.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek yang diteliti, yakni burung paruh bengkok

Sementara yang menjadi objek penelitian adalah keberadaan suaka paruh bengkok
2. Populasi dan Sampel

Populasi disini merupakan seluruh burung paruh bengkok di seputaran desa koli
Jenis burung jumlah
Kakatua Maluku 50
Perkici Pelangi 40

Nuri Telinga Biru 30

Nuri Kepala Hitam 20

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian terletak resort paruh bengkok dikawasan taman aketajawe lolobata.

Penelitian dilaksanakan selama lima hari pada tanggal 07 Desember 2021 pengamatan dilakukan
selama dua periode, yakni pagi hari pada pukul 06.00-10.00 dan sore hari pada pukul 14.00-
17.00.

4. Daftar Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan sebagai media pengambilan data di lokasi penelitian

Daftar Alat Penelitian .

 Buku Panduan tentang jenis jenis burung paruh bengkok


 Alat Tulis Buku Catatan, Ballpoint, dan Pensil
 GPS Smartphone

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data tidak hanya dilakukan pada saat pengamatan di titik penelitian, tetapi juga
saat perjalanan dari suatu titik ke titik lainnya yang masih masuk ke dalam wilayah penelitian.
Burung yang teramati melalui kamera ataupun binokuler kemudian dituliskan ciri-cirinya dan
dicatat. Sementara, burung yang hanya terdengar suaranya direkam menggunakan alat recorder.
E. Teknik Penelitian

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel mengenai jenis, suku, status konservasi, dan
hingga jenis yang termasuk endemik. Selain itu hasil pengamatan juga dideskripsikan melalui
penjelasan pertitik pengamatan mencakup jenis dan perilakunya, kondisi lingkungan, serta
hambatan yang ditemukan.

F. Langkah-Langkah Penelitian

Proses penelitian yang dimulai dari penentuan judul hingga pelaksanaan penelitian melalui
proses Penentuan Penyusunan Seminar dan proposalrevisi proposal dan Penyerahan pengantar
surat judul proposal penelitian.

3 Langkah-langkah Penelitian

1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan diantaranya survei lokasi penelitian sebagai peninjauan awal hingga
pembuatan surat izin kegiatan penelitian. Selain itu, dipertimbangkan pula alat-alat yang akan
digunakan dalam kegiatan penelitian hingga penyewaan dan pembelian alat-alat. Terakhir,
dilakukan penentuan titiktitik pengamatan sebelum dilaksanakannya kegiatan penelitian.

2. Tahap Penelitian

Penelitian menggunakan metode point count (Bibby et. al., 1992) yang dilakukan pada enam titik
yang ada di wilayah pengamatan. Pengamatan dilaksanakan dalam dua periode, yakni pagi pada
pukul 06.00-10.00 WIB dan sore pada pukul 14.00-17.00 WIB, sementara pengamatan di setiap
titik dilakukan selama 15 menit jika sampel yang ditemukan hanya sedikit dan ditambah
waktunya jika sampel melimpah. Pengamatan tidak dilakukan jika terdapat hambatan pada
kondisi lingkungan seperti turunnya hujan ataupun kabut yang akan membuat pengamatan tidak
optimal. Kemudian setiap jenis yang terlihat diamati dan dideskripsikan ciri-ciri morfologinya,
serta diambil gambarnya menggunakan kamera jika memungkinkan. Sedangkan suara kicauan
yang terdengar direkam menggunakan smartphone dan disimpan. Pengamatan tidak hanya
dilakukan di titik-titik pengamatan saja, tetapi juga di perjalanan antartitik.
3. Tahap Pengolahan Data

Identifikasi jenis burung yang teramati secara visual mengikuti buku identifikasi Panduan
Lapangan Burung-burung di dalam suaka paruh bengkok. Sedangkan suara kicauan yang
terekam dicocokkan dengan sumber data suara burung pada situs web xeno-canto.org.
Kemudian, penamaan spesies yang telah diidentifikasi mengikuti Daftar Peters (Andrew, 1992)
dalam Sukmantoro dkk. (2007).

Pencatatan data jenis-jenis burung dilakukan di dalam maupun di luar wilayah pengamatan.
Dengan kata lain, apabila pada pengamatan ditemukan atau terdengar spesies yang dapat
langsung diketahui jenisnya maka akan langsung dicatat. Sementara jenis yang belum diketahui
akan diidentifikasi di luar lokasi dan waktu penelitian yang dilakukan. Kemudian jenis yang
sudah teridentifikasi dilengkapi dengan informasi mengenai status konservasi dan status
perdagangannya masing-masing menurut IUCN dan CITES melalui situs web. Selain itu, data
jenis burung yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah juga disertakan. Data tersebut diambil
dari Daftar Burung Indonesia (Sukmantoro dkk., 2007). Terakhir, ditambahkan pula data
mengenai status endemisitas jenis yang ditemukan dengan sumber data spesies endemik di
Indonesia pada situs web burung.
BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Jenis Satwa Burung Paruh Bengkok Berdasarkan hasil identifikasi satwa burung yang dilakukan
di lokasi Lokasi penelitian terletak resort paruh bengkok dikawasan taman aketajawe lolobata,
bisa di lihat pada tabel berikut.
Jenis burung jumlah
Kakatua Maluku 50

Perkici Pelangi 40

Nuri Telinga 30
Biru

Nuri Bayan 20

Berdasarkan ketentuan yang di tampilkan tabel di atas, terdapat 4 jenis burung yang ada di resort
paruh bengkok dikawasan taman aketajawe lolobata. Hal ini karena di konfirmasikan belum
mendapati satwa selain yang di tampilkan di atas. Burung tersebut sebagai berikut :

1. Kakatua (Cacatua)

Nama lokal : Kakatua putih

Nama ilmiah : Cacatua moluccensis

Family : Psitacidae

Status : Appendix I CITES

Habitat : Hutan primer

Perilaku : Hidup berkelompok


Makanan : Buah dan biji

Sebaran : 1000 m dpl

2. Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus)

Nama lokal : Perkici

Nama Indonesia : Perkici pelangi

Nama ilmiah : Trichoglossus haematodus

Family : Psitacidae

Status : Tidak dilindungi

Habitat : Hutan primer dan sekunder

Perilaku : Hidup berkelompok

Makanan : Buah, biji dan madu

Sebaran : 500-1.400 m dpl

3. Nuri Telinga Biru (Eos semilarvata)

Nama lokal : Nuri Telinga Biru

Nama Indonesia : Nuri Telinga Biru

Nama ilmiah : Eos semilarvata

Family : Psitacidae

Status : Tidak dilindungi

Habitat : Hutan primer pegunungan

Perilaku : Hidup berkelompok

Makanan : Buah dan biji

Sebaran : 1200-2490 m dpl Latupapua. 2016. Jenis Dan Habitat Burung ...72
4. Nuri Bayan (Eclectus roratus)

Nama lokal : Kakatua biru

Nama Indonesia : Nuri bayan

Nama ilmiah : Eclectus roratus

Family : Psitacidae

Status : Dilindungi

Habitat : Hutan primer

Perilaku : Hidup berpasangan

Makanan : Buah dan biji

Sebaran : 700-800 m dpl

Itulah jenis burung paruh yang di resort paruh bengkok dikawasan taman aketajawe lolobata

Anda mungkin juga menyukai