SBN :978-
602-
17616-
2-5
9 JENIS BURUNG PEKICAU
ARBORETUM BALAI PENELITIAN
TEKNOLOGI AGROFORESTRY
Anas Badrunasar
Diterbitkan oleh:
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
Jl. Raya Ciamis-Banjar Km. 4 Pamalayan, Po. Box 5 Ciamis 46201
ISBN : 978-602-17616-2-5
KATA PENGANTAR
Halaman | i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I. PENDAHULUAN 1
A. Peran Burung dalam Kehidupan Manusia dan Lingkungan 1
B. Konservasi Burung danwin-win solution 3
C. Jenis-jenis Burung Pekicau BPTA 4
V. PENUTUP 79
PUSTAKA ACUAN 82
Halaman | ii
BURUNG PEKICAU DI ARBORETUM
BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI
AGROFORESTRY
I. PENDAHULUAN
Halaman | 1
memuaskan batin pendengarnya, pada kondisi ini,
burung berfungsi sebagai media relaksi alternatif.
Halaman | 2
dilirik sama sekali untuk dijadikan hewan
peliharaan sekarang diburu dan dicari. Keadaan ini
diduga keras karena kelimpahan burung perkutut
di alam sudah jarang, sehingga mencari spesies lain
yang mempunyai ocehan suara yang merdu, atau
memang pencinta cita rasa suara merdu ingin
mencari sesuatu yang baru, seperti halnya ajang
pencarian talenta-talenta baru di beberapa stasiun
TV swasta nasional, dimana dalam satu program
acaranya menayangkan Indonesian Idol, Thevoice,
KDI, AVI, dan lain-lain. Hal demikian berlaku juga
didunia “perburungan”, berbagai komunitas
penggemar burung lokal, regional maupun
nasional melakukan eksplorasi terhadap burung-
burung “pekicau” lokal.
Halaman | 3
masuk dalam daftar jenis yang dilindungi (PP No.
7 tahun 1999)
Halaman | 4
II. KICAU BURUNG
Halaman | 5
komponis alam. Berdasarkan hasil eksplorasi dan
pemilihan ketat yang dilakukan oleh berbagai
komunitas burung, salah satunya melalui
perlombaan kontes burung pekicau baik lokal,
regional maupun nasional, ternyata burung
pekicau banyak dihasilkan oleh ordo Passeriformes
(kelompok pekicau atau petengger). Ordo burung
ini mempunyai refertoire (koleksi) variasi suara
yang lebih banyak dan kompleks dibandingkan
kelompok non-passeriformes. Aktor utama penghasil
kicauan yang banyak variasinya tersebut
kebanyakan dilakukan oleh burung jantan. Hal
tersebut dimungkinkan karena burung jantanlah
yang harus lebih aktif menarik perhatian sang
betinanya melalui lantunan kicauan bernada
merayu dan melankolis dengan disertai gerak
anggota tubuh yang aktraktif.
Halaman | 6
III. PERTELAAN BURUNG PEKICAU
PENGHUNI ARBORETUM BPTA
1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Zosteropidae
Genus : Zosterops
Spesies : Zosterops flavus Horsfields
Halaman | 7
2. Deskripsi
Halaman | 8
4. Perilaku
Halaman | 9
Gambar : burung kacamata pada daun sengon muda sedang
mencari makan (Foto : Mariane N., 2012)
Halaman | 10
disitu. Beberapa laporan mencatat burung ini
mengunjungi pohon kayu putih dan pohon dadap.
Pohon-pohonan bagi burung berfungsi sebagai
tempat berlindung dari ancaman musuh, panas
maupun hujan, mencari makan, bersosialisasi
sesama jenis dan antar jenis serta membuat sarang.
Halaman | 11
Gambar :burung kacamata sedang mengisap nektar dadap
merah (Erythrina cristagali) dan dadap bunga pink.
Foto : Teo Siyang, 2012
Halaman | 12
pada saat-saat inilah rawan terhadap serangan
predator.
Halaman | 13
Gambar : Dari kiri-kanan ; induk sedang memberi makan
anak semut kararangge, serangga dan ulat. Foto :
YC & Chan M., 2007.
Halaman | 14
Alis mata yang melingkar berwana putih lebih
tebal
Badan panjang dan proposional.
Betina :
Halaman | 15
disiapkan dua sangkar yang diletakkan
berdampingan, atau satu sangkar yang disekat. Hal
ini dilakukan agar terjadi interaksi baik dalam
bentuk kicauan sang jantan maupun tingkah laku
yang menarik perhatian sang betina. Proses ini
biasanya berlangsung kurang lebih satu minggu,
tergantung agresifitas sang jantan menggoda calon
betinanya dan kesiapan dari betina menerima
“lamaran” sang jantan. Ciri-ciri sang betina
menerima lamaran sang jantan, adalah membalas
setiap siulan sang jantan dan tingkah saling
mendekatkan tubuh pada sisi sangkar/sekat,
ketika tidur saling berdampingan pada tenggeran
yang dipisahkan sekat, jika sudah demikian maka
pasangan tersebut sudah dapat dimasukkan dalam
satu sangkar. Penyatuan pasangan ini dilakukan
pada sore hari (menjelang gelap).
Halaman | 16
Kotak terbuat dari kayu dengan ukuran 40 x 30 x
30 cm dan diberi lubang untuk keluar masuk.
Di dasar kandang disediakan bahan untuk
pembuatan sarang, seperti : akar-akaran, tangkai
dan tulang daun, dan bahan-bahan tumbuhan
lainnya seperti daun pinus kering.
Halaman | 17
yang sudah mengandung unsur-unsur pakan
burung harus tetap diberikan.
Halaman | 18
yang terdapat di dalam kotak penetasan. Bahan-
bahan sarang harus secara rutin diganti dengan
yang baru untuk menjaga kebersihan kotak
inkubator.
3. Pemberian pakan
Metode pemberian pakan adalah menggunakan
tangan langsung (hand peeding). Peralatan dan
bahan yang harus disediakan adalah : alat suntik
tanpa jarum, karet angin (pentil ban sepeda,
sendok plastik, thermometer, mangkuk kecil,
kertas tissue, cangkir plastik, sendok makan dan
blender. Bahan adonan pakan terdiri dari :
pisang kepok, pepaya, buah kersen, jeruk,
jangkrik, kroto, ulat hongkong, pellet (makanan
burung).
Alat suntik
Karet angin
Halaman | 19
lentur, sehingga tidak berbahaya meskipun
masuk ke dalam kerongkongan anakan burung.
Sendok makan
Termometer
Mangkuk kecil
Halaman | 20
Kertas tissue
cangkir plastik
Bahan adonan
Langkah pertama.
Halaman | 21
kertas tissue selalu dibutuhkan dalam setiap kali
melakukan penyuapan.
Langkah kedua.
Halaman | 22
diukur dengan lancar dan tidaknya masuk ke
dalam tabung suntik. Perbandingan yang dapat
digunakan dalam mencampur air dan bahan
adonan adalah 2 : 1. Setelah itu dapat diukur
ketepatannya dengan menambah air sedikit demi
sedikit.
Langkah ketiga
Halaman | 23
perlahan. Amatilah perubahan besar kecilnya
tembolok anak burung yang sedang disuap.
Hentikan penyuapan apabila tembolok telah
penuh. Tempatkan anakan burung yang telah
kenyang ke kotak inkubator dan lakukan
penyuapan untuk anak burung berikutnya. Jangan
lupa untuk menutup kotak inkubator, ketika
terdapat anak burung yang ada di dalamnya.
Dengan bertambahnya umur anak burung, mereka
cenderung untuk berjalan atau mulai belajar
meloncat dan terbang. Kelengahan dalam
mengamankan anak dikhawatirkan burung
tersebut keluar dari kotak. Jadwal penyuapan
berikutnya, setiap 4 atau 5 jam sekali. Dalam kurun
waktu tersebut tembolok anak burung ada dalam
keadaan kosong. Dalam keadaan lapar anak
burung akan menyantap makanan dengan lahap
pada setiap jadwal makannya. Namun karakter
setiap burung akan berbeda satu sama lain. Ada
beberapa anakan burung yang begitu rakus. Selalu
melahap tiap sodoran adonan ke dalam mulutnya
meskipun tembolok mereka telah penuh, namun
ada pula yang berhenti begitu tembolok mereka
terisi adonan secukupnya.
Halaman | 24
cepuk atau tempat minum burung tersebut
jangan di lepas, biasanya begitu badan dia basah
dia akan mandi di tempat tersebut. Setelah bulu
burung basah semua, jemur hingga bulu-
bulunya kering seperti semula. Memandikan
induk burung ini dilakukan sebagai relaksi
setelah mengerami telur, dan untuk
menghilangkan stres stelah anaknya diambil
paksa.
Setiap pagi hari burung kacamata jawa dalam
sangkar dibawa keluar rumah (di embunkan
hingga keluar sinar matahari guna
menghangatkan tubuhnya).
Angkat burung dalam sangkar tersebut dan
taruh ditempat yang teduh, berikan ulat
hongkong kecil yang berwarna putih (2-3 ulat
hongkong yang sedang ganti kulit) tapi
sebelumnya beri makan berupa buah baik
pisang maupun buah lainnya juga boleh atau
pellet (voer)
Untuk serangga bisa juga menggunakan ulat
kandang, jangkrik kecil, atau kroto (kroto jangan
setiap hari dan jangan banyak-banyak
pemberiannya).
Boleh juga dengan memberikan madu
ditempatkan khusus atau tempat yang kecil,
atau bisa juga anda memberikan madu dengan
mengolesnya di buah pisang tersebut (biasanya,
jika sudah ada madu, pisang tidak akan
dimakan)
Halaman | 25
Seminggu setelah perlakuan tersebut burung
sudah siap untuk dijodohkan kembali.
Halaman | 26
B. Cinenen (Orthotomus sutorius Pennant)
Halaman | 27
2. Deskripsi
Postur tubuhnya kecil dan ramping. Panjang total
(diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor)
sekitar 10 cm. Bulu-bulu dahi dan mahkota (di atas
kepala) berwarna merah karat, kekang dan sisi
kepala keputihan, dengan alis kekuningan.
Tengkuk keabu-abuan. Punggung, sayap dan ekor
hijau zaitun. Tubuh bagian bawah putih, dengan
sisi tubuh abu-abu. Jantan dan betina serupa,
kecuali di musim berbiak, di mana bulu tengah
ekor si jantan tumbuh memanjang. Iris mata
kuning tua pucat; paruh sebelah atas kehitaman,
sebelah bawah merah jambu keputihan; kaki merah
jambu. Bulu paha agak kemerahan.
3. Kebiasaan dan Penyebaran
Halaman | 28
Bergerak dengan lincah di antara ranting-ranting
dan dari pohon ke pohon, sering bersama dengan
pasangannya. Burung ini memburu aneka serangga
kecil-kecil, ulat dan laba-laba dari antara dedaunan.
Cinenen pisang biasa didapati di pekarangan,
kebun, hutan sekunder dan hutan-hutan lain yang
terbuka. Bersarang di semak dan belukar, burung
ini menjahit tepian satu atau beberapa helai daun
lebar yang berdekatan, dengan serat tumbuhan
atau jaring laba-laba; sehingga terbangun semacam
kantung, di mana di tengahnya dianyam sarang
berbentuk bola dari rumput, ranting yang lembut
dan serat tumbuhan umumnya. Oleh sebab itu
burung ini dikenal sebagai tailorbird (burung
penjahit). Cinenen pisang meletakkan sekitar 2-3
butir telur yang berwarna putih kehijauan dengan
bercak merah jambu. Di Jawa tercatat bersarang di
bulan April, dan September-Januari.
Halaman | 29
Gambar : Telur (kiri atas) dan induk burung sedang ngasih
makan anak-anakanya (kanan atas dan bawah, Foto
: Devendra, 2003)
Halaman | 30
Cinenen pisang menyebar mulai dari India hingga
Tiongkok, Hainan, Asia Tenggara, Semenanjung
Malaya, dan Jawa.
Halaman | 31
C. Ciblek (Prinia familiaris Horsfield)
Halaman | 32
membentuk vokal seperti ciikrak..ciikrak..cet..cet..
oleh karena vokal suaranya tidak terbentuk maka
suara kicauannya terdengar tipis dan kurang keras.
Penyebarannya di Jawa Tengah, Jawa Barat dan
Sumatera.
2. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Cisticolidae
Genus : Prinia
Spesies : Prinia familiaris Horsfield
3. Deskripsi
Halaman | 33
kehitaman tipis. Pada bagian punggung ada dua
macam warna. Untuk tipe ciblek tegalan/ kebun
dicirikan dengan warna dada putih sedangkan
ciblek sawah berwarna abu abu agak gelap. Ciblek
dada putih memiliki intonasi yang panjang, keras
dan lebih melengking dengan suara bersuara
cap..cap..cap… sedangkan ciblek sawah berbunyi
cip..cip..cip… Paruh burung ciblek berbentuk
runcing dan kecil dengan bagian atas kehitaman
dan bawah kekuningan. Kakinya sangat rapuh
berwarna coklat kemerahan.
4. Prilaku
Halaman | 34
Gambar : Burung ciblek sedang makan kupu-kupu kecil (Foto
: Yanen, 2008)
Halaman | 35
Gambar : Burung ciblek sedang menyuapkan ulat pada
anaknya (Foto : Yanen, 2008)
Halaman | 36
terbukti dengan rendahnya angka kematian anak
di sarang.
Halaman | 37
ciblek betina adalah: badan lebih kecil serta ekor
lebih pendek dari yang jantan, bulu dada kuning
keputihan, bulu atap kepala hingga ke sayap abu-
abu pucat, untuk burung dewasa paruh bawah
berwarna putih, mempunyai alis berwarna putih di
atas mata, serta bunyi suara cineniin…cineniin…
Halaman | 38
yang pendek dan tipis biasanya kicauannya jarang
dan ngambang.
8. Penanngkaran
Halaman | 39
voer. Campuran kroto bisa diganti dengan ulat
hongkong.
3. Setelah warna kotorannya sudah menyerupai
warna voer langkah selanjutnya adalah
memberikan voer kering 100% selama 1 minggu
yang diselingi dengan pemberian extra fooding
berupa kroto segar/ jangkrik/ ulat hongkong
dengan jumlah terbatas setiap pagi dan sore,
sekaligus membuka ketiga sisi sangkar yang
tertutup. Hal ini dilakukan untuk membiasakan
secara perlahan-lahan terhadap dunia barunya.
Pada tahap ini ciblek sudah dapat makan voer
secara total, namun karena burung ciblek adalah
burung pemakan serangga alangkah baiknya
jika ciblek diberikan selingan jangkrik/ kroto/
ulat hongkong walaupun 1 (satu) hari sekali
dengan jumlah 2-3 ekor jangkrik kecil atau 3-4
ekor ulat hongkong atau ½ sendok teh kroto.
4. Untuk menjinakkan ciblek, trik selanjutnya
adalah menaruh burung ciblek pada keramaian
dengan menggantungkannya pada posisi yang
agak tinggi kemudian setiap pekan berangsur-
angsur semakin rendah, sambil dilatih
pemberian extra fooding dengan tangan.
5. Setelah 3-4 bulan burung ciblek anda akan
berkicau dengan riang. Pemberian kroto setiap
hari akan merangsang burung ciblek cepat
berkicau.
Halaman | 40
9. Perawatan burung ciblek supaya rajin berkicau
Halaman | 41
untuk menjerat burung ciblek. Ada beberapa
macam cara untuk menangkap burung ini.
Pemburu tradisonal biasanya menggunakan pulut
(getah nangka) yang di oleskan di daerah habitat
ciblek.
Halaman | 42
D. Cipeuw (Aegithina tiphia)
1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Halaman | 43
Ordo : Passeriformes
Famili : Aegithinidae
Genus : Aegithina
Spesies : Aegithia tiphia Linnaeus
2. Deskripsi
Ukuran tubuh sekitar 14 cm. Warna bulu hijau dan
kuning dengan dua garis putih mencolok pada
sayap.Tubuh bagian atas hijau zaitun. Sayap
kehitaman. Sisi bulu sayap putih. Lingkar mata
kuning. Tubuh bagian bawah kuning. Ras masing-
masing pulau bervariasi warna hijaunya. Iris putih
keabu-abuan, paruh hitam kebiruan, kaki hitam
kebiruan.
3. Prilaku
Hidup sendiri atau berpasangan. Berlompatan di
cabang-cabang pohon kecil. Makanan: ulat kupu,
semut, kumbang, laba-laba, telur serangga, biji-
bijian. Sarang berbentuk cawan rapi, dari
tumbuhan halus, diantara dahan pohon berdaun,
biasanya hanya beberapa meter dari tanah. Telur
beranekawarna putih, merah jambu, abu-abu,
berbintik atau berbercak merah, abu-abu, coklat,
nila, jumlah 2 butir. Berbiak bulan Maret-Juni.
Halaman | 44
Gambar : Burung cipeuw jantan sedang membuat sarang di
pohon jeruk (Foto : Seshasayee, 2011)
Halaman | 45
Gambar : Burung cipeuw sedang mengerami telurnya di
ranting pohon nangka (Foto : Redzlan AR., 2010)
Halaman | 46
4. Habitat dan Penyebaran
Halaman | 47
E. Pengisap madu sriganti (Nectariana jugularis
L.)
1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kels : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Nectariniidae
Genus : Nectariana
Species : Nectariana jugularis Linnaeus
2. Deskripsi
Halaman | 48
zaitun. Betina tanpa warna hitam, punggung hijau
zaitun tubuh bagian bawah (perut) berwarna
kuning terang. Alis kuning dan iris berwarna coklat
tua. Paruh dan kaki berwarna hitam.
Halaman | 49
Gambar : Burung pengisap madu sedang mengisap nectar
bunga (Foto: Jonson, 2008)
Halaman | 50
Kicauannya berupa krikan musical, “ciip, ciip, chii
wiit”, dan suatu melodi pendek yang diakhiri
dengan getaran nyaring.
Halaman | 51
F. Tekukur (Streptopelia chinensis Scopoli)
Halaman | 52
Merpati ukurannya lebih besar jika dibandingkan
dengan tekukur. Merpati seringnya hidup sebagai
binatang piaraan sedangkan tekukur cenderung
burung liar. Burung tekukur yang hidup bebas di
arboretum BPTA adalah jenis „spotted turtle doves‟
yang nama ilmiahnya adalah: Streptopelia chinensis
atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama
Stigmatopelia chinensis. Jenis tekukur ini bisa jelas
dilihat karena diatas lehernya mempunyai kerah
berwarna hitam bertotol-totol putih.
1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Streptopelia
Spesies : Streptopelia chinensis Scopoli
2. Deskripsi
Halaman | 53
dalam studi pada tahun 2001 berdasarkan urutan
molekul dan juga vokalisasi mengindikasikan
bahwa spesies ini bersama dengan Streptopelia
senegalensis yang mencolok dari taksa yang tersisa
yang menyebabkan tekukur biasa masuk pada
genus Streptopelia. Sebab inilah yang membuat
peneliti membagi mereka pada genus yang
terpisah. Carl Sundevall membuat genus
Stigmatopelia dengan jenis senegalensis, sementara
itu ia juga membuat genus Spilopelia (untuk
chinensis, suratensis dan tigrina).
3. Prilaku
Halaman | 54
Gambar : Dua butir telur tekukur dalam sarang (Foto : Joseph
C., 2009)
Halaman | 55
hidup soliter atau dengan pasangannya. Burung ini
jinak dan begitu mendengar bunyi-bunyian yang
tiba-tiba burung ini akan segera terbang. Manuver
terbangannya sangat lugas, dengan kepakan yang
tetap, dengan sekali sentakan sebagaimana pola
kepakan burung merpati. Pola-pola penerbangan-
nya serupa dengan Burung merpati jambul
(Ocyphaps lophotes). Apabila mendarat, ekor burung
ini miring ke permukaan tanah. Pada musim
pembiakan, burung-burung jantan akan memiring-
kan dengan sudut yang lebih curam dan
mengelilingi burung bentina serta mengembang-
kan sayap dan ekornya.
4. Penyebaran
Halaman | 56
G. Kutilang (Pycnonotus aurigaster Vieillot)
1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus aurigaster Vieillot
2. Deskripsi
Halaman | 57
jelas berwarna putih, serta penutup pantat
berwarna jingga. Iris mata berwarna merah, paruh
dan kaki hitam.
Halaman | 58
Gambar : burung kutilang sedang makan buah beringin
(Ficus benjamina) Foto : Ariefrahman (2012)
Halaman | 59
Burung Kutilang memiliki kebiasaan untuk
berjemur dan mandi embun setiap pagi,hal ini
berguna untuk menjaga bulunya yang terus di
minyaki. Minyak ini berasal dari bagian belakang
dekat ujung ekornya yang berhubungan dengan
badan. Burung Kutilang juga memiliki kebiasaan
Halaman | 60
halus. Telur dua atau tiga butir, berwarna kemerah-
jambuan berbintik ungu dan abu-abu. Tercatat
bersarang sepanjang tahun kecuali Nopember,
dengan puncaknya April sampai September.
Halaman | 61
H. Cerucuk (Pycnonotus goiavier)
1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae
Halaman | 62
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus goiavier Vieillot
2. Deskripsi
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh
total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor)
sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor)
berwarna coklat kelabu gelap, sisi bawah
(tenggorokan, dada dan perut) putih kusam.
Mahkota kehitaman, alis dan sekitar mata putih,
dengan kekang (garis di depan mata) hitam. Sisi
lambung dengan coretan-coretan coklat, dan
penutup pantat berwarna kuning. Iris mata
berwarna coklat, paruh hitam dan kaki abu-abu
merah jambu.
3. Prilaku
Halaman | 63
hewan kecil lainnya seperti cacing. Merbah
cerukcuk menghabiskan waktu lebih lama untuk
mencari makanan di atas tanah daripada jenis
merbah lainnya. Berbunyi nyaring dan berisik, cok,
cok, ..cok-cok ! ; siulan pendek cuk-co-li-lek..
berulang, kadang-kadang dengan cepat; atau
nyanyian bersuara lemah mirip gumam atau
gerutuan burung. Sarang cerukcuk berbentuk
cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun
atau ranting yang halus, dijalin dengan serat
tumbuhan dan menempel pada dahan. Pembuatan
sarang ini dilakukan oleh kedua pasangan burung
tersebut dan pembangunan sarang memakan
waktu kurang lebih seminggu, Wee (2009). Di Jawa
Tengah didapati pula sarang yang dibangun di
sela-sela buah pisang. Telur dua atau tiga butir,
berwarna keputihan berbintik coklat atau ungu.
Tercatat bersarang sepanjang tahun, dengan
puncaknya Maret sampai Juni.
Halaman | 64
Gambar : Dua butir telur cerucuk dalam sarangnya (Foto : Ian
M,. 2010)
Halaman | 65
Gambar : Burung cerucuk sedang mengerami telur (Foto :
Bird Ecology Study Group, 2005)
4. Penyebaran
Halaman | 66
didapati di Sumatra dan pulau-pulau di bagian
timurnya, Kalimantan, Jawa dan Bali. Diduga
diintroduksi ke Lombok dan Sulawesi Selatan.
Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m dpl.
5. Konservasi
Halaman | 67
I. Kipasan belang (Rhipidura javanica Sparrman)
Halaman | 68
rambut panjang yang tumbuh di sekitar paruhnya
seperti kumis.
1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Rhipiduridae
Genus : Rhipidura
Spesies : Rhipidura javanica Sparrman
2. Deskripsi
Kipasan belang memiliki tubuh berukuran sedang
(19 cm). Dewasa: Tubuh bagian atas abu-abu jelaga.
Alis, dagu, dan tenggorokan putih. Garis hitam
khas pada dada. Tubuh bagian bawah putih. Ujung
bulu ekor putih lebar. Remaja: tunggir dan penutup
ekor atas kemerahan. Pita dada kurang terlihat. Iris
coklat, paruh hitam, kaki hitam. Bersifat aktif,
berpindah dari satu tenggeran ke yang lain.
Kadang sendirian, berpasangan, atau kelompok
keluarga. Kadang bergabung dalam kelompok
campuran. Sarang berbentuk cawan, dari
tumbuhan halus direkatkan dengan jaring laba-
laba, pada dahan ramping atau tumbuhan
merambat, dekat permukaan tanah. Telur berwarna
kuning tua, berbintik abu-abu, jumlah 2 butir.
Berbiak bulan Maret-Mei, April-Juni.
Halaman | 69
3. Habitat dan Penyebaran
4. Prilaku
Halaman | 70
Gambar : Atraksi burung sikatan belang dengan ekor yang
mengembang di ranting pohon teh (Foto : Aries,
M. 2013)
Halaman | 71
melakukannya sendirian, tetapi terkadang bisa
berpasangan. Gaya hiperaktifnya dalam memburu
mangsa yang gila-gilaan itulah yang membuat
burung kipasan belang dijuluki oleh masyarakat
Melayu (termasuk di Malaysia) sebagai burung
“murai gila“.
Halaman | 72
Gambar : burung sikatan belang sedang nangkap capung
(Foto : Mark at all. 2009)
Halaman | 73
Gambar : Burung sikatan belang jantan, mengembangkan
ekor yang indah (Foto : Tay, 2009)
Halaman | 74
mudah merawat burung ini. Burung ini mudah
stres dan rentan mati, karena serangga harus
sediakan setiap hari untuk kelangsungan
hidupnya.
Halaman | 75
IV. NILAI EKONOMI BURUNG
Halaman | 76
burung/pasar burung ataupun langsung ke
konsumen utama/hobiis burung dijual lagi dengan
harga antara Rp. 7.500-Rp.12.500 per ekor. Dari
bandar ke toko burung/pasar burung ataupun
langsung ke konsumen utama/hobiis burung dijual
lagi dengan harga antara Rp. 10.000-Rp.15.000 per
ekor. Dari toko burung/pasar burung ke konsumen
utama/hobiis burung dijual lagi dengan harga
antara Rp. 25.000-Rp.35.000 per ekor.
Halaman | 77
maka akan meningkatkan harga tawar maupun
jualnya. Sebagai gambaran burung kacamata jawa
peraih juara pertama di regional Jawa Barat
dihargai Rp. 10 juta (Adiguna, 2013)
Halaman | 78
V. PENUTUP
Halaman | 79
dipikirkan, disamping itu, win-win solution perlu
ditempuh juga, karena sangat sulit memantau
perburuan, ditambah lagi tidak semua jenis burung
kacamata masuk dalam daftar jenis yang
dilindungi. Berdasarkan PP No. 7 tahun 1999, dari
22 jenis keluarga Zosteropidae yang ada di
Indonesia baru burung kacamata leher abu-abu
(Lopozosterops javanica) yang sudah masuk daftar
burung yang dilindungi.
Halaman | 80
penangkaran yang dibuktikan dengan sertifikat
asal-usul burung dari instansi terkait. Diharapkan
dengan perlakuan seperti tersebut mampu
menahan laju kepunahan burung pekicau di alam.
Halaman | 81
PUSTAKA ACUAN
Halaman | 82
BirdLife International. 2012. "Aegithina tiphia".
IUCN Red List of Threatened Species. Version
2012.1. International Union for Conservation
of Nature.
Cheong, TG. 2008. Nesting of Common Iora. Bird
Ecology Study Group.
Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000. Panduan
lapangan Burung-burung di Kawasan
Wallacea. BirdLife IP & Dove Publication.
Bogor.
Devendra B. 2003. Nest feeding. Trek Nature. India.
Fatih, PR. 2012. Javan White-Eye at Mangrove.
Surabaya. Indonesia
Fuad Hasan, 2012. Info tentang Perenjak Jawa
Guy Poisson, 2012. Yellow-vented Bulbul
(Pycnonotus goiavier). The Internet Bird
Collection (IBC).
Harrison, JJ. 2011. Pied Fantail (Rhipidura javanica),
Laem Phak Bia, Ban Laem, Phetchaburi,
Thailand
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid
I-IV. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.
Ian Mardiana, 2010. Merbah Cerucuk. Telur.
Kadugede 1 Kuningan, Jawa Barat. Foto
Biodiversitas Indonesia (fobi).
Jonson, D. 2008. Olive-backed Sunbird hovering
Joseph Chai, 2009. Feeding-Vertebrates, Nesting,
Pigeon-Dove. Spotted Dove Nesting. Bird
Ecology Study Group.
Halaman | 83
King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A
Field Guide to The Birds of South-East Asia.
Collins. London.
Lee Tiah Khee, 2009. Feeding Chicks. Common Iora
and Chicks. Bird Ecology Study Group.
MacKinnon, J. 1984. Panduan Lapangan
Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali.
Gadjah Mada University Press.
MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan
Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah
Mada University Press. Jogyakarta.
MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000.
Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor.
Mariane de Nazareth, 2012. The Bird with the
White Spectacles.
Redzlan AR. 2010. Common Iora, Nest.
Ryan M. 2012. Burung Cipoh – Aegithina tiphia
(Aegithidae).
Seshasayee, BT. 2011. Common Iora-Male building
nest. Oriental Bird Images. A Database of the
Oriental Bird Club.
Souray Mahmud, 2009. Common Iora Aegithina
tiphia-Nest with eggs. Oriental Bird Images. A
Database of the Oriental Bird Club.
Tay M. 2009. Pied Fantail in Partial Moult. Bird
Ecology Study Group.
Teo, S. 2012. Habitat, Sunbirds. in Feeding-plants.
Bird-Plant Relationship at Singapore‟s Pungol
Park Bird Ecology Study Group.
Halaman | 84
Wee, YC. 2009. Observations on the Behaviour of
the Yellow-Vented Bulbul, Pycnonotus goiavier
Scopoli In Two Instances of Failed Nesting.
National University of Singapore. Nature in
Singapore. 2: 347-352
Vijay, 2005. Male tailorbird Orthotomus sutorius
Vimeo, 2012. Yellow Vented Bulbul feeding her
Nesting Chicks in Bangkok, Thailand.
W.Tarboton, 2012. Nest and Eggs. Of Southern
Africant Bird.
Widuri RT. 2007. Burung Peliharaan : Terkurung
dalam Sangkar Emas. Majalah Burung
Indonesia No. 4. Edisi Maret 2007.
Yanen. 2008. Burung Ciblek (Prinia familiaris)
Jakarta. Indonesia.
YC & Chan, M. 2007. Feeding the Chicks. Oriental
White-Eye. Bird Ecology Study Group.
Halaman | 85