Anda di halaman 1dari 89

I

SBN :978-
602-
17616-
2-5
9 JENIS BURUNG PEKICAU
ARBORETUM BALAI PENELITIAN
TEKNOLOGI AGROFORESTRY

Anas Badrunasar

Hak cipta oleh Balai Penelitian Teknologi Agroforestry. Dilarang


menggandakan buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk
fotokopi, cetak, maupun bentuk lainnya, kecuali untuk keperluan
pendidikan atau non komersial lainnya, dengan mencantumkan
sumbernya sebagai berikut:

Badrunasar, A. 2013. 9 Jenis Burung Pekicau Arboretum Balai


Penelitian Teknologi Agroforestry. Balai Penelitian
Teknologi Agroforestry. Ciamis.

Diterbitkan oleh:
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
Jl. Raya Ciamis-Banjar Km. 4 Pamalayan, Po. Box 5 Ciamis 46201

T : +62 (265) 771352


F : +62 (265) 775866
E : bptagroforestry@yahoo.com, bpt.agroforestry@gmail.com

Editor : Encep Rachman


: M. Siarudin
: Devy Priambodo Kuswantoro
Disain cover : Anas Badrunasar

ISBN : 978-602-17616-2-5
KATA PENGANTAR

Arboretum Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) dirintis


mulai tahun 2003, berlokasi di Ciamis, seluas 1,5 ha dengan 135
jenis pohon koleksi, dirancang dan dibangun membentuk suatu
ekosistem buatan mengikuti pola agroforestry.

Peruntukan dari arboretum itu sendiri, selain sebagai koleksi


tanaman terpilih (konservasi ex-situ), juga difungsikan untuk
pendidikan, penelitian dan sumber plasma-nutfah. Secara tidak
sadar, dalam perjalanannya, burung-burung liar mulai berdatangan.
Burung-burung ini adalah sebagai salah satu agen bio-indikator
terhadap kualitas suatu lanskap bervegetasi.

17 jenis burung telah teridentifikasi sering terlihat dan menetap di


areal arboretum BPTA, 9 jenis diantaranya merupakan jenis-jenis
burung pekicau. Pada kondisi ini areal arboretum BPTA berfungsi
ganda, selain mengkonservasi flora sebagai sumber plasma nutfah
juga mengkonservasi fauna (burung).

Pertelaan 9 jenis burung pekicau yang komprehensif akan


memudahkan pembaca, pengguna dan pemerhati untuk
mempelajarinya.
Akhirnya, kami ucapkan apresiasi yang tinggi terhadap penulis dan
semua pihak yang telah berusaha keras untuk menyusun buku ini.
Besar harapan, buku ini dapat bermanfaat bagi para praktisi,
pengajar, pelajar dan pengguna lainnya dalam upaya pengenalan
jenis burung pekicau yang sering hadir dan menetap di arboretum
BPTA.

Ciamis, April 2013


Kepala Balai

Ir.Harry Budi Santoso MP.


NIP.19590927 198703 1 002

Halaman | i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

I. PENDAHULUAN 1
A. Peran Burung dalam Kehidupan Manusia dan Lingkungan 1
B. Konservasi Burung danwin-win solution 3
C. Jenis-jenis Burung Pekicau BPTA 4

II. KICAU BURUNG 5

III. PERTELAAN BURUNG PEKICAU PENGHUNI


ARBORETUM BPTA 7
A. Kacamata jawa (Zosterops plafusHorsfield) 7
B. Cinenen (Orthotumus sutorius Pennat) 27
C. Ciblek (Priniria familialis Horsfield) 32
D. Cipeuw (Aeggithina tipiaLinnaeus) 43
E. Pengisap Madu Sriganti Nectariana
( jugularisLinnaeus) 48
F. Tekukur (Streptopelia chinensisScopoli) 52
G. Kutilang (Pycnonotus aurigasterVieillot) 57
H. Cerucuk (Pycnonotus goiavierVieillot) 62
I. Kipasan Belang (Rhipidura javanicaSparrman) 68

IV. NILAI EKONOMI BURUNG 76

V. PENUTUP 79

PUSTAKA ACUAN 82

Halaman | ii
BURUNG PEKICAU DI ARBORETUM
BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI
AGROFORESTRY

I. PENDAHULUAN

A. Peran Burung dalam kehidupan manusia dan


lingkungan

Burung merupakan salah satu bio-indikator kualitas


suatu bentang lahan (lanskap) Ayat (2011), baik
dalam bentuk hutan kota, RTH publik maupun
privat. Hadirnya kelompok burung dari berbagai
jenis dalam rangka mencari makan, berlindung
dari terpaan hujan, panas matahari dan serangan
predator, bersarang dan berkembang biak di suatu
lanskap hal tersebut akan mengindikasikan bahwa
daya dukung lanskapnya sangat kondusip untuk
hadirnya keragaman burung, apalagi jika dikaitkan
dengan sifat dari burung tersebut yang mobile
bergerak dari satu bentang lahan ke bentang lahan
lainnya. Burung juga dapat berperan sebagai vector
penyerbukan bunga dan predator alami terhadap
hama pengganggu tanaman yang dibudidayakan,
Ayat (2011). Atraksi burung, merupakan destinasi
tersendiri, karena prilaku dan lantunan suara
merdu dari jenis burung pengicau dapat

Halaman | 1
memuaskan batin pendengarnya, pada kondisi ini,
burung berfungsi sebagai media relaksi alternatif.

Burung juga sangat erat dengan kehidupan


manusia, mulai dari lambang negara kita yang
menggunakan burung Garuda (Spizaethus baltelsii),
keping mata uang Rp. 200,- menggunakan burung
jalak bali (Leucopsar rothschildi), keping Rp. 100,-
menggunakan burung kakatua raja (Probosciger
atterimus) sebagai ikon-nya bahkan burung juga
sudah merasuk dalam budaya jawa, dimana bagi
masyarakat jawa, khususnya burung perkutut
berkaitan erat dengan filosofi yang mengikutinya,
Widuri (2007). Burung perkutut digambarkan
sebagai hewan yang mempunyai suara bagus dan
merdu sehingga dapat menentramkan suasana. Jika
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
maknanya adalah; kita harus selalu bersuara yang
bagus agar didengar oleh orang lain, tidak selalu
mengeluarkan suara yang bisa menyakiti hati
orang lain. Filosofi adiluhung warisan leluhur yang
mengambil perumpaan dari alam untuk
diaflikasikan dalam kehidupan umat manusia
sehari-hari dalam interaksi sosialnya sepertinya
masih relepan sampai saat ini. Dalam perjalanan
waktunya pilosofi jawa tersebut sudah mulai
bergeser, karena sekarang tidak hanya burung
perkutut saja yang menjadi incaran untuk
dipelihara guna mendengarkan lantunan suara
merdunya. Banyak jenis burung yang tadinya tidak

Halaman | 2
dilirik sama sekali untuk dijadikan hewan
peliharaan sekarang diburu dan dicari. Keadaan ini
diduga keras karena kelimpahan burung perkutut
di alam sudah jarang, sehingga mencari spesies lain
yang mempunyai ocehan suara yang merdu, atau
memang pencinta cita rasa suara merdu ingin
mencari sesuatu yang baru, seperti halnya ajang
pencarian talenta-talenta baru di beberapa stasiun
TV swasta nasional, dimana dalam satu program
acaranya menayangkan Indonesian Idol, Thevoice,
KDI, AVI, dan lain-lain. Hal demikian berlaku juga
didunia “perburungan”, berbagai komunitas
penggemar burung lokal, regional maupun
nasional melakukan eksplorasi terhadap burung-
burung “pekicau” lokal.

B. Konservasi Burung dan win-win solution

Langkah-langkah konservasi sejak dini perlu


dipikirkan karena jika perburuan dialam terus
berlanjut dikhawatirkan keragaman jenis burung
Indonesia satu demi satu hilang dari daftar
keanekaragaman jenis, hanya tinggal nama tanpa
fisik yang hidup, padahal menurut data 17% jenis
burung dunia ada di Indonesia. Disamping itu,
win-win solution dalam bentuk penangkaran
dengan pengawasan instansi terkait perlu
ditempuh juga, karena sangat sulit memantau
perburuan, ditambah lagi tidak semua jenis burung

Halaman | 3
masuk dalam daftar jenis yang dilindungi (PP No.
7 tahun 1999)

C. Jenis-jenis Burung Pekicau Arboretum BPTA

Arboretum BPTA dengan 135 jenis pohon


koleksinya, merupakan lanskap RTH privat yang
kondusip untuk hadirnya berbagai jenis burung
dan diantaranya 9 jenis burung pekicau dari 17
jenis burung yang teridentifikasi hadir di areal
arboretum BPTA. Sembilan jenis burung pekicau
tersebut adalah sebagai berikut : kacamata jawa
(Zosterops flavus Horsfield), cinenen (Orthotomus
sepium Pennant), ciblek (Prinia familiaris Horsfield),
cipeuw (Aegithina tiphia Linnaeus), pengisap madu
sriganti (Nectariana jugularis Linnaeus), tekukur
(Streptopelia chinensis Scopoli), kutilang (Pycnonotus
aurigaster Vieillot), cerucuk (Pycnonotus goiavier
Vieillot) dan kipasan belang (Rhipidura javanica
Sparrman).

Pada kondisi ini, arboretum BPTA dapat berfungsi


ganda, selain mengkonservasi tanaman sebagai
sumber plasma nutfah juga sekaligus
mengkonservasi jenis-jenis burung yang datang
dengan sendirinya.

Halaman | 4
II. KICAU BURUNG

Pada saat pengamatan burung, suara atau kicauan


burung merupakan pemandu untuk menemukan
lokasi dimana burung tersebut berada. Dalam
dunia burung (ornithology) kicauan difungsikan
sebagai peringatan bahaya atau menjaga
kelompoknya untuk tetap saling berhubungan,
klaim atas teritorinya dan menarik perhatian
pasangannya.Teknologi organ penghasil suara
pada burung sangatlah canggih sehingga mampu
menghasilkan suara polyphonic seperti halnya
dering telepon seluler. Suara polyphonic ataupun
biphonic dari kicauan burung diperoleh dengan cara
mengatur dua sisi trachea secara terpisah, sehingga
ada dua nada atau lebih yang berbeda dalam
waktu bersamaan. Kicauan ini berasal dari organ
burung yang disebut dengan syrinx. Syrinx ini
merupakan kotak suara yang merupakan struktur
tulang di dasar trachea. Syrinx berisi selaput yang
bergetar dan menghasilkan gelombang suara saat
udara dari paru-paru melewatinya. Otot-otot
kontrol yang detail dari syrinx memproduksi
kicauan; sementara burung dengan sistem otot
vokal yang lebih rumit menghasilkan kicauan-
kicauan yang lebih kompleks.

Kicauan burung inilah yang ditangkap oleh


pendengaran manusia sebagai suatu yang indah
dan khas dari paduan suara orchestra dan

Halaman | 5
komponis alam. Berdasarkan hasil eksplorasi dan
pemilihan ketat yang dilakukan oleh berbagai
komunitas burung, salah satunya melalui
perlombaan kontes burung pekicau baik lokal,
regional maupun nasional, ternyata burung
pekicau banyak dihasilkan oleh ordo Passeriformes
(kelompok pekicau atau petengger). Ordo burung
ini mempunyai refertoire (koleksi) variasi suara
yang lebih banyak dan kompleks dibandingkan
kelompok non-passeriformes. Aktor utama penghasil
kicauan yang banyak variasinya tersebut
kebanyakan dilakukan oleh burung jantan. Hal
tersebut dimungkinkan karena burung jantanlah
yang harus lebih aktif menarik perhatian sang
betinanya melalui lantunan kicauan bernada
merayu dan melankolis dengan disertai gerak
anggota tubuh yang aktraktif.

Halaman | 6
III. PERTELAAN BURUNG PEKICAU
PENGHUNI ARBORETUM BPTA

A. Kacamata jawa (Zosterops flavus Horsfield.)

Burung kacamata jawa diminati oleh penggemar


burung semua strata sosial, disamping karena
harganya terjangkau juga perawatannya mudah.
Selain itu, burung ini mempunyai keistimewaan
lain, yaitu suaranya yang indah. Burung ini,
termasuk burung berkategori cerdas, karena dia
berkemampuan merekam sekaligus menirukan
suara burung pengicau dari jenis lain, seperti
kenari (Serinus canaria). Adapun keunggulan lain
yang menyebabkan orang suka memeliharanya
adalah proses adaptasinya yang sangat cepat.
Ukuran tubuhnya yang mungil dan mudah dibuat
berkicau jika kondisinya sehat menjadi daya tarik
lainnya. Sayangnya, burung ini punya kelemahan
untuk dipelihara, yakni mudah terlepas dari
sangkar, susah dikawinkan, sering mengacak-
ngacak sarang buatan dan mudah mati.

1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Zosteropidae
Genus : Zosterops
Spesies : Zosterops flavus Horsfields

Halaman | 7
2. Deskripsi

Burung kacamata jawa dikenal juga dengan nama


pleci, opior, mata puteh (Malaysia), white eye
(Inggris). Nama “kacamata”, white-eye merujuk
pada lingkaran bulu-bulu kecil berwarna putih di
sekeliling matanya. Tubuhnya berukuran kecil (10-
11cm), dan badannya didominasi warna kuning.
Tubuh bagian atas berwarna kuning zaitun, dan
bagian bawah berwarna kuning biasa. Iris
berwarna coklat, paruh dan kaki kehitaman. Mirip
dengan kacamata laut, tapi kacamata jawa
berukuran lebih kecil, warna lebih terang, dan
tanpa bintik hitam pada kekang. Nama marganya
berasal dari kata Yunani zosterops, yang berarti
”sabuk mata”. Kicauannya berupa desisan seperti
nada kontak yang tinggi diantara anggota
kelompok dan suara yang tajam.

3. Penyebaran dan habitat

Penyebaran burung ini di Kalimantan dan Jawa. Ia


penetap dan endemik di dua wilayah tersebut,
hutan mangrove, semak pantai, hutan pantai
menjadi habitatnya. Selain itu, kacamata jawa juga
tinggal di pinggiran hutan, rumpun bambu, hutan
kota, ruang terbuka hijau (RTH) baik privat
maupun publik dan kebun-kebun rakyat di Pulau
Jawa.

Halaman | 8
4. Perilaku

Dalam mencari makan, kacamata jawa biasanya


berkelompok dalam jumlah banyak. Makanan
alaminya adalah nektar baik pada daun maupun
bunga, serangga kecil, ulat dan buah-buahan.

Gambar : lingkaran bulu-bulu kecil berwarna putih di


sekeliling matanya sebagai penciri khas suku
zosteropidae (Foto : Fatih, 2012)

Di areal arboretum Balai Penelitian Agroforestry


(BPTA) Ciamis seluas 1,5 ha dengan 135 koleksi
tanaman bentuk pohon, burung ini sering
mengunjungi pohon albasia (Paraserianthes
moluccana), petai (Parkia speciosa), mangium (Acacia
mangium), beringin (Ficus benjamina), ki sabun
(Filicium decipiens), huni (Anthidesma bunius).

Halaman | 9
Gambar : burung kacamata pada daun sengon muda sedang
mencari makan (Foto : Mariane N., 2012)

Diantara bulan Oktober sampai awal Maret setiap


tahunnya kelompok besar burung ini hampir
ditemui di pohon-pohon tersebut. Di bulan
Oktober pohon-pohon tersebut bertunas dan
serangga-serangga juga mulai menetas pada saat
itu berbagai jenis burung pemakan nektar, telur
serangga dan anak serangga serta ulat pasti
berkumpul, termasuk di dalamnya burung
kacamata. Desember sampai awal Maret
gerombolan burung kacamata datang lagi dalam
rangka makan buah beringin, ki sabun, dan buni,
karena buah pohon-pohon tersebut sudah matang
secara fisiologis. Pohon kersen (Muntingia calabura)
hampir sepanjang tahun berbunga dan berbuah
sehingga sudah dapat dipastikan burung-burung
pemakan buah seperti burung kacamata hadir

Halaman | 10
disitu. Beberapa laporan mencatat burung ini
mengunjungi pohon kayu putih dan pohon dadap.
Pohon-pohonan bagi burung berfungsi sebagai
tempat berlindung dari ancaman musuh, panas
maupun hujan, mencari makan, bersosialisasi
sesama jenis dan antar jenis serta membuat sarang.

Gambar :burung kacamata sedang mengisap nektar bunga


kayu putih (Asteromyrtus sympiocarpa). Foto :
Robertson

Halaman | 11
Gambar :burung kacamata sedang mengisap nektar dadap
merah (Erythrina cristagali) dan dadap bunga pink.
Foto : Teo Siyang, 2012

Di Jawa, burung ini tercatat bertelur mulai dari


Januari hingga Oktober. Telur kebanyakan
berjumlah dua (2-5) butir, berwarna biru pucat,
diletakkan pada sarang berbentuk cawan kecil
setengah lingkaran diameter 5 cm dengan
kedalaman antara 2-3 cm. Sarangnya terbuat dari
akar-akaran, tangkai dan tulang daun, dan bahan-
bahan tumbuhan lainnya, serta dihiasi dengan
lumut atau serat sarang lebah. Pembuatan sarang
ini dilakukan oleh pasangan burung tersebut.
Lamanya membangun sarang berkisar antara 5-9
hari. Sarang diletakkan di percabangan ranting
atau rumpun bambu, sekitar 2-4 m di atas tanah.
Pengeraman telur berlangsung antara 10-12 hari,
dilakukan oleh kedua pasangan tersebut secara
bergantian. Burung muda akan mulai keluar sarang
dan belajar terbang pada 12-13 hari kemudian, dan

Halaman | 12
pada saat-saat inilah rawan terhadap serangan
predator.

Gambar : telur burung kacamata dalam sarang (Foto :


W.Tarboton 2012)

Gambar : induk burung sedang memberi makan buah


murbai

Halaman | 13
Gambar : Dari kiri-kanan ; induk sedang memberi makan
anak semut kararangge, serangga dan ulat. Foto :
YC & Chan M., 2007.

Solusi penangkaran sebagai win-win solution

Untuk menjembatani tetap eksisnya keragaman


burung di alam dan memenuhi keinginan dari para
hobies burung akratif dan pengicau, maka langkah
penangkaran dianggap paling sesuai sebagai win-
win solution. Untuk menangkarkan burung
kacamata jawa, maka pengetahuan dasar dalam
membedakan antara burung jantan dan betina
harus diketahui. Secara visual, burung jantan dan
betina dapat dibedakan seperti berikut :
Jantan:
 Ekor Panjang berbentuk huruf 'V'
 Paruh tebal dan panjang
 Kepala relatif lebih besar

Halaman | 14
 Alis mata yang melingkar berwana putih lebih
tebal
 Badan panjang dan proposional.

Betina :

 Ekor pendek (tidak membentuk huruf „V)


 Paruh umumnya pendek dan tipis
 Kepala relatif lebih kecil
 Bola mata normal dan alis mata berwarna putih
lebih tipis
 Postur badan agak kecil bulat tidak panjang

Guna menghasilkan galur keturunan yang baik


dikaitkan dengan tujuan akhir dari penangkaran,
yaitu menghasilkan burung “pengkicau”, maka
berdasarkan penciri di atas, langkah selanjutnya
adalah pemilihan pasangan calon burung yang
ideal, yaitu : kedua pasangan harus sehat, khusus
jantan harus agresif dan teruji telah mengeluarkan
lantunan suara yang merdu, betinanya minimal
berumur satu tahun dan jantan berumur 1,5-2
tahun

Cara menjodohkan burung kacamata jawa

Sebelum pasangan burung kacamata jawa


dimasukkan dalam satu kadang, perlu dilakukan
terlebih dahulu proses adaptasi agar tidak terjadi
perkelahian yang dapat berakibat fatal yaitu pleci
yang kalah akan mati. Dalam proses ini, harus

Halaman | 15
disiapkan dua sangkar yang diletakkan
berdampingan, atau satu sangkar yang disekat. Hal
ini dilakukan agar terjadi interaksi baik dalam
bentuk kicauan sang jantan maupun tingkah laku
yang menarik perhatian sang betina. Proses ini
biasanya berlangsung kurang lebih satu minggu,
tergantung agresifitas sang jantan menggoda calon
betinanya dan kesiapan dari betina menerima
“lamaran” sang jantan. Ciri-ciri sang betina
menerima lamaran sang jantan, adalah membalas
setiap siulan sang jantan dan tingkah saling
mendekatkan tubuh pada sisi sangkar/sekat,
ketika tidur saling berdampingan pada tenggeran
yang dipisahkan sekat, jika sudah demikian maka
pasangan tersebut sudah dapat dimasukkan dalam
satu sangkar. Penyatuan pasangan ini dilakukan
pada sore hari (menjelang gelap).

Kandang Penangkaran burung

Kandang untuk penangkaran burung kacamata


jawa yang ideal adalah 1 x 2 x 2 m. Kelengkapan
kandang penangkaran adalah sebagai berikut :

 Tanaman, atau cabang beranting kering sebagai


tempat tangkringan agar kelihatan alami
sehingga pasangan burung tersebut merasa
nyaman berada di kandang.
 Tempat mandi, karena burung ini termasuk
burung yang suka mandi.

Halaman | 16
 Kotak terbuat dari kayu dengan ukuran 40 x 30 x
30 cm dan diberi lubang untuk keluar masuk.
 Di dasar kandang disediakan bahan untuk
pembuatan sarang, seperti : akar-akaran, tangkai
dan tulang daun, dan bahan-bahan tumbuhan
lainnya seperti daun pinus kering.

Asupan pakan selama penangkaran

Selama proses perkawinan, asupan pakan untuk


kedua pasangan tersebut harus menunjang, agar
kondisi kedua pasangan tersebut prima serta telur
dan embrio yang dihasilkannya juga baik. Pakan
yang disarankan minimal sama dengan pakan
alaminya, seperti dari kelompok serangga
invertebrata (serangga tak bertulang belakang)
diantaranya rayap tanah, ngengat, lebah, laba-laba,
ulat daun, belalang, jangkrik, dan serangga kecil
lainnya. Untuk memudahkan, ulat (ulat hongkong),
kroto (telur semut kararangge) dan jangkrik dapat
dibeli dari toko burung. Kelompok buah-buahan :
pisang kepok, buah cente (Lantana camara), kersen
(Muntingia calabura), beringin (Ficus benjamina),
huni (Anthidesma bunius), arbei, anggur, jeruk. Jika
susah mendapatkan buah-buahan tersebut maka
minimal ada pisang kepok dan jeruk ditambah
madu yang dilarutkan pada air minumnya. Madu
dapat berfungsi sebagai pengganti nektar bunga
maupun daun. Makanan instan buatan (pellet)

Halaman | 17
yang sudah mengandung unsur-unsur pakan
burung harus tetap diberikan.

Setiap perkawinan, sepasang burung kacamata


bertelur sebanyak 2 butir (maksimal 5 butir). Telur
menetas selama 10-12 hari setelah dierami
induknya secara bergantian. Burung muda akan
mulai keluar sarang dan belajar terbang pada 12-13
hari kemudian. Jika pemberian pakan diserahkan
pada induknya, maka menunya hampir sama
dengan yang diberikan pada masa persiapan
penangkaran. Jika menginginkan induknya
bertelur lagi, maka langkah penyapihan dini harus
ditempuh.

Langkah yang perlu siapkan dalam penyapihan ini


adalah sebagai berikut :

a. Perlakuan terhadap anak burung :


1. Segera pungut anak burung yang masih berada
dalam sarang (pada saat itu kondisi matanya
masih tertutup/buta) bulunya belum keluar
2. Pindahkan kedalam kotak inkubator. Kotak
inkubator ini dapat dibuat sendiri dengan
ukuran yang disesuaikan dengan jumlah anakan
burung yang akan berada di dalamnya. Ukuran
inkubator untuk 10 ekor anakan adalah 50 x 30 x
30 cm. Anakan burung kacamata akan berada di
dalam kotak inkubator sampai mereka berumur
14 hari. Kotak ini dilengkapi dengan lampu
berdaya 5 watt dan bahan-bahan sarang seperti

Halaman | 18
yang terdapat di dalam kotak penetasan. Bahan-
bahan sarang harus secara rutin diganti dengan
yang baru untuk menjaga kebersihan kotak
inkubator.
3. Pemberian pakan
Metode pemberian pakan adalah menggunakan
tangan langsung (hand peeding). Peralatan dan
bahan yang harus disediakan adalah : alat suntik
tanpa jarum, karet angin (pentil ban sepeda,
sendok plastik, thermometer, mangkuk kecil,
kertas tissue, cangkir plastik, sendok makan dan
blender. Bahan adonan pakan terdiri dari :
pisang kepok, pepaya, buah kersen, jeruk,
jangkrik, kroto, ulat hongkong, pellet (makanan
burung).

Alat suntik

Alat ini digunakan sebagai pengganti tembolok


induk. Berfungsi sebagai penyimpanan bahan
makanan yang akan disuapkan ke anakan
kacamata jawa. Gunakan ukuran 5 ml, untuk
mendapatkan hasil yang pas bagi ukuran
tembolok anakan kacamata jawa.

Karet angin

Karet angin atau istilah umumnya “pentil ban


sepeda” berfungsi untuk menyalurkan adonan
dari tabung jarum ke tembolok anakan burung
kacamata jawa. Pentil ini sifatnya kenyal dan

Halaman | 19
lentur, sehingga tidak berbahaya meskipun
masuk ke dalam kerongkongan anakan burung.

Sendok makan

Sendok dibutuhkan untuk mencampur dan


mengaduk adonan yang akan diberikan kepada
anakan burung kacamata jawa.

Termometer

Anakan burung kacamata jawa membutuhkan


asupan makanan dalam suhu tertentu.
Termometer berfungsi untuk mengukur suhu
adonan yang akan disuapkan (dilolohkan) ke
anakan burung kacamata jawa. Pada keadaan
tertentu, indra perasa tangan juga dapat
digunakan untuk mengecek panas tidaknya
adonan, namun sangat lebih tepat bila
menggunakan termometer. Suhu adonan yang
terlalu panas dapat membakar kerongkongan
dan tembolok anakan burung kacamata jawa.

Mangkuk kecil

Mangkuk berguna untuk mencampur adonan.


Gunakan ukuran mangkuk kecil, sesuai dengan
kuantitas adonan yang akan dibuat. Lebih baik
membuat satu kali pakai adonan, daripada
menyimpan sisa adonan.

Halaman | 20
Kertas tissue

Kertas tissue dibutuhkan sebagai alas tempat


anakan-anakan burung yang akan disuap dan
sekaligus pembersih adonan suapan yang
tercecer pada tempat tersebut.

cangkir plastik

Gunakan gelas plastik atau semacam wadah


dengan ukuran sedang untuk membilas alat-alat
yang telah selesai digunakan.

Bahan adonan

Bahan adonan untuk anak burung kacamata


jawa, harus memenuhi keterwakilan antara
buah-buahan (sebagai unsur vitamin A, B dan C)
dan unsur protein (kroto, anak jangkrik, ulat), air
dan pellet untuk mengentalkan adonan.

Proses Hand Feeding

Langkah-langkah melakukan hand feeding atau


penyuapan segera dapat dilakukan dengan urutan-
urutan langkah seperti berikut ini :

Langkah pertama.

Siapkan beberapa lembar kertas tissue untuk alas


anakan burung yang hendak disuap. Akan terdapat
ceceran adonan yang tidak tertelan oleh anakan
burung. Untuk menjaga kebersihan, maka alas

Halaman | 21
kertas tissue selalu dibutuhkan dalam setiap kali
melakukan penyuapan.

Langkah kedua.

Ambil wadah untuk membuat adonan. Jangan


membuat adonan terlalu banyak, perkirakan
adonan akan habis dalam setiap jadwal penyuapan.
Adonan dingin atau sisa sangat tidak dianjurkan
diberikan kepada anak burung. Gunakan air panas
untuk membuat adonan, air termos dapat
digunakan dalam mencampur adonan tersebut.
Suhu air untuk membuat adonan adalah berkisar
46-48°C. Setelah dicampur dengan formula bahan
makanan dan menjadi adonan siap saji pastikan
suhu berada pada kisaran 38-40°C. Biasanya anak
burung yang berumur lebih muda lebih menyukai
adonan yang lebih hangat, namun tidak demikian
untuk anak burung yang lebih tua. Untuk
penyuapan pertama kali buatlah adonan encer,
kemudian berangsur-angsur ditambah kekentalan
adonan seiring pertambahan umur anak burung.
Ketepatan dalam menentukan kepekatan adonan
sangat penting. Jika adonan terlalu pekat, maka
anak burung akan mengalami kesulitan dalam
mencernanya. Bila hal tersebut terjadi akan
menimbulkan gangguan pencernaan yang ditandai
dengan sembelit. Selain itu jika adonan terlalu
pekat atau kental maka akan sulit untuk masuk ke
tabung suntik. Ketepatan kepekatan adonan dapat

Halaman | 22
diukur dengan lancar dan tidaknya masuk ke
dalam tabung suntik. Perbandingan yang dapat
digunakan dalam mencampur air dan bahan
adonan adalah 2 : 1. Setelah itu dapat diukur
ketepatannya dengan menambah air sedikit demi
sedikit.

Langkah ketiga

Hisap adonan dengan suntikan hingga memenuhi


setengah isi tabung. Sebaiknya disediakan 2 buah
suntikan agar anakan burung tidak terlalu lama
menunggu giliran untuk segara mendapatkan
suapan. Selain itu, apabila salah satu suntikan
macet, maka segera dapat digunakan suntikan
yang lain. Ambillah anak burung yang paling kecil.
Setelah ditempatkan pada tempat yang telah
disediakan maka sodorkan ujung suntikan ke
mulut anakan tersebut. Besar kemungkinan anak
yang pertama kali disuap tidak segera bereaksi
melahap adonan yang disuapkan. Hal ini
dimungkinkan karena masih dalam tahap
penyesuaian. Dalam menyuapkan adonan dengan
suntikan, peganglah kepala anak burung dengan
ibu jari dan telunjuk dengan lembut, sodorkan
ujung karet ke mulut anak burung dorong tabung
suntikan dengan lembut dan pelan. Bila anakan
burung mulai memasukkan karet ke dalam
kerongkongannya, ikuti gerakan tersebut sambil
mendorong adonan dalam tabung dengan

Halaman | 23
perlahan. Amatilah perubahan besar kecilnya
tembolok anak burung yang sedang disuap.
Hentikan penyuapan apabila tembolok telah
penuh. Tempatkan anakan burung yang telah
kenyang ke kotak inkubator dan lakukan
penyuapan untuk anak burung berikutnya. Jangan
lupa untuk menutup kotak inkubator, ketika
terdapat anak burung yang ada di dalamnya.
Dengan bertambahnya umur anak burung, mereka
cenderung untuk berjalan atau mulai belajar
meloncat dan terbang. Kelengahan dalam
mengamankan anak dikhawatirkan burung
tersebut keluar dari kotak. Jadwal penyuapan
berikutnya, setiap 4 atau 5 jam sekali. Dalam kurun
waktu tersebut tembolok anak burung ada dalam
keadaan kosong. Dalam keadaan lapar anak
burung akan menyantap makanan dengan lahap
pada setiap jadwal makannya. Namun karakter
setiap burung akan berbeda satu sama lain. Ada
beberapa anakan burung yang begitu rakus. Selalu
melahap tiap sodoran adonan ke dalam mulutnya
meskipun tembolok mereka telah penuh, namun
ada pula yang berhenti begitu tembolok mereka
terisi adonan secukupnya.

b. Perlakuan pada induk burung kacamata jawa:


 Mandikan induk burung tersebut dengan cara
disemprot menggunakan hand-sprayer dengan
stelan sprot halus hingga basah, biasanya dalam
memandikan dengan semprot coba sediakan

Halaman | 24
cepuk atau tempat minum burung tersebut
jangan di lepas, biasanya begitu badan dia basah
dia akan mandi di tempat tersebut. Setelah bulu
burung basah semua, jemur hingga bulu-
bulunya kering seperti semula. Memandikan
induk burung ini dilakukan sebagai relaksi
setelah mengerami telur, dan untuk
menghilangkan stres stelah anaknya diambil
paksa.
 Setiap pagi hari burung kacamata jawa dalam
sangkar dibawa keluar rumah (di embunkan
hingga keluar sinar matahari guna
menghangatkan tubuhnya).
 Angkat burung dalam sangkar tersebut dan
taruh ditempat yang teduh, berikan ulat
hongkong kecil yang berwarna putih (2-3 ulat
hongkong yang sedang ganti kulit) tapi
sebelumnya beri makan berupa buah baik
pisang maupun buah lainnya juga boleh atau
pellet (voer)
 Untuk serangga bisa juga menggunakan ulat
kandang, jangkrik kecil, atau kroto (kroto jangan
setiap hari dan jangan banyak-banyak
pemberiannya).
 Boleh juga dengan memberikan madu
ditempatkan khusus atau tempat yang kecil,
atau bisa juga anda memberikan madu dengan
mengolesnya di buah pisang tersebut (biasanya,
jika sudah ada madu, pisang tidak akan
dimakan)

Halaman | 25
 Seminggu setelah perlakuan tersebut burung
sudah siap untuk dijodohkan kembali.

Halaman | 26
B. Cinenen (Orthotomus sutorius Pennant)

Gambar : Cinenen pisang (Orthotomus sutorius Pennant). Foto :


Vijay (2005)
Cinenen pisang adalah sejenis burung pengicau
dari suku Sylviidae. Nama-nama lainnya dalam
bahasa daerah adalah cinenen (Sunda), prenjak
(Jawa), cici (Betawi) dan lain-lain. Dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai Common Tailorbird, karena
kebiasaannya menjahit dedaunan sebagai
sarangnya.
1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Sylviidae
Genus : Orthotomus
Spesies : Orthotomus sutorius Pennant

Halaman | 27
2. Deskripsi
Postur tubuhnya kecil dan ramping. Panjang total
(diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor)
sekitar 10 cm. Bulu-bulu dahi dan mahkota (di atas
kepala) berwarna merah karat, kekang dan sisi
kepala keputihan, dengan alis kekuningan.
Tengkuk keabu-abuan. Punggung, sayap dan ekor
hijau zaitun. Tubuh bagian bawah putih, dengan
sisi tubuh abu-abu. Jantan dan betina serupa,
kecuali di musim berbiak, di mana bulu tengah
ekor si jantan tumbuh memanjang. Iris mata
kuning tua pucat; paruh sebelah atas kehitaman,
sebelah bawah merah jambu keputihan; kaki merah
jambu. Bulu paha agak kemerahan.
3. Kebiasaan dan Penyebaran

Gambar : sarang burung cinenen (Foto : Adityadha, 2012)

Halaman | 28
Bergerak dengan lincah di antara ranting-ranting
dan dari pohon ke pohon, sering bersama dengan
pasangannya. Burung ini memburu aneka serangga
kecil-kecil, ulat dan laba-laba dari antara dedaunan.
Cinenen pisang biasa didapati di pekarangan,
kebun, hutan sekunder dan hutan-hutan lain yang
terbuka. Bersarang di semak dan belukar, burung
ini menjahit tepian satu atau beberapa helai daun
lebar yang berdekatan, dengan serat tumbuhan
atau jaring laba-laba; sehingga terbangun semacam
kantung, di mana di tengahnya dianyam sarang
berbentuk bola dari rumput, ranting yang lembut
dan serat tumbuhan umumnya. Oleh sebab itu
burung ini dikenal sebagai tailorbird (burung
penjahit). Cinenen pisang meletakkan sekitar 2-3
butir telur yang berwarna putih kehijauan dengan
bercak merah jambu. Di Jawa tercatat bersarang di
bulan April, dan September-Januari.

Halaman | 29
Gambar : Telur (kiri atas) dan induk burung sedang ngasih
makan anak-anakanya (kanan atas dan bawah, Foto
: Devendra, 2003)

Bersuara nyaring dengan aneka lagu, te-cii te-cii te-


cii... berulang-ulang; cuik-cuik-cuik-cuik-cuik...
cepat dan monoton; cieciecieciecie..ciecie..cie..cie
tiba-tiba, cepat dan makin lambat; cink-cink-cink... ,
ciew ! ..ciew ! memanggil; cwi.. cwi.. perlahan, atau
suara tunggal twiiiii... agak panjang, serta aneka
suara lainnya. Suara peringatan bahaya:
cekcekcekcekcekcek-cek-cek-cek... .

Halaman | 30
Cinenen pisang menyebar mulai dari India hingga
Tiongkok, Hainan, Asia Tenggara, Semenanjung
Malaya, dan Jawa.

Halaman | 31
C. Ciblek (Prinia familiaris Horsfield)

Burung ciblek di pasaran saat ini ada dua jenis


yaitu Prinia familiaris dan Prinia familiaris olivaces.
Kalau masih muda akan sangat sulit membedakan
keduanya, tetapi ketika sudah dewasa akan mudah
sekali membedakannya apalagi ketika berkicau.
Pada jenis Prinia familiaris warna bulu lebih gelap,
garis putih di sayap lebih lebar, badan lebih lebar,
dan dada tampak bidang, jantannya bersuara keras,
tajam dan tebal membentuk vokal ciikrak…ciikrak..
yang dikombinasi suara cicitan, penyebarannya di
daerah Jawa Timur, Bali dan Jawa Barat. Pada
Prinia olivaces warna bulu tampak lebih terang atau
lebih muda, garis putih di sayap lebih pendek dan
agak kecil, tubuh tampak ramping, serta dada tidak
terlalu bidang, bulu dada jantannya hitam yang
tampak tipis atau samar, kicauannya lebih
menonjolkan jeritan panjang satu nada dan tidak

Halaman | 32
membentuk vokal seperti ciikrak..ciikrak..cet..cet..
oleh karena vokal suaranya tidak terbentuk maka
suara kicauannya terdengar tipis dan kurang keras.
Penyebarannya di Jawa Tengah, Jawa Barat dan
Sumatera.

1. Habitat dan Penyebaran

Burung yang dimasukkan ke dalam keluarga Prinia


(merujuk bulu sayap putih bertipe prinia) kini
hanya tersisa di sebagian kecil pulau Jawa.
Sumatera dan Bali. Di Sumatera tidak jarang
sampai ketinggian 900 m dpl, sedangkan di Jawa
dan Bali umum sampai ketinggian 1.500 m dpl.

2. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Cisticolidae
Genus : Prinia
Spesies : Prinia familiaris Horsfield

3. Deskripsi

Ciblek memiliki ukuran fisik yang tergolong kecil,


hanya sekitar 12 cm mulai dari ujung paruh hingga
ekor. Memiliki bulu punggung berwarna hijau ke
abu abuan dengan bagian ujung ekor bermotif totol

Halaman | 33
kehitaman tipis. Pada bagian punggung ada dua
macam warna. Untuk tipe ciblek tegalan/ kebun
dicirikan dengan warna dada putih sedangkan
ciblek sawah berwarna abu abu agak gelap. Ciblek
dada putih memiliki intonasi yang panjang, keras
dan lebih melengking dengan suara bersuara
cap..cap..cap… sedangkan ciblek sawah berbunyi
cip..cip..cip… Paruh burung ciblek berbentuk
runcing dan kecil dengan bagian atas kehitaman
dan bawah kekuningan. Kakinya sangat rapuh
berwarna coklat kemerahan.

4. Prilaku

Burung ciblek hidup secara berkoloni kecil antara 3


hingga 12 ekor. Mereka mencari makanan di area
terbuka seperti sawah, pekarangan, kebun atau
bisa juga didaerah tertutup seperti pinggiran hutan
dan kawasan bakau. Di alam bebas, ciblek akan
berbunyi secara bersahut sahutan dengan
kawanannya. Nyanyian tersebut sebagai tanda
komunikasi dengan kelompoknya agar tidak
terpisah dan juga sebagai tanda peringatan jika ada
bahaya.

Halaman | 34
Gambar : Burung ciblek sedang makan kupu-kupu kecil (Foto
: Yanen, 2008)

Saat bernyanyi, ciblek akan mengangkat pantat dan


ekornya sehingga terlihat semakin cantik. Makanan
alami yang paling disukai ciblek adalah serangga,
seperti ulat daun, rayap, telur kupu-kupu, telur
semut dan jenis serangga lainnya. Terkadang
mereka akan turun ke tanah untuk mengambil
cacing yang muncul di permukaan. Akan tetapi
ciblek peliharaan berbeda lagi dalam hal selera
makanan. Mereka dibiasakan mengkonsumsi voer,
ulat hongkong atau kroto yang dicampur. Burung
ciblek yang gagal beradaptasi dalam selera
makanan buatan manusia biasanya akan mati
mendadak.

Halaman | 35
Gambar : Burung ciblek sedang menyuapkan ulat pada
anaknya (Foto : Yanen, 2008)

Seperti kebanyakan burung kecil lainnya, ciblek


membuat sarang dengan menganyam rerumputan
halus. Mereka memilih pohon yang tidak terlalu
lebat dengan banyak batang. Sarang ciblek
berukuran kecil kurang lebih berdiameter 15 cm
dengan lubang kearah samping. Sarang diletakkan
di batang dengan ketinggian minimum 2 meter.
Mereka bertelur antara 3 hingga 5 butir. Ciblek
termasuk burung yang pandai mengasuh anaknya,

Halaman | 36
terbukti dengan rendahnya angka kematian anak
di sarang.

Gambar : tiga ekor anak burung ciblek dalam sarang (Foto :


Fuad H. 2012)

5. Membedakan Ciblek Jantan dengan Ciblek


Betina

Ciri-ciri ciblek jantan antara lain: badan lebih besar


dan ekornya lebih panjang dari yang betina, bulu
dada atas dan samping kanan kiri berwarna hitam,
bulu dada ke bagian perut kuning keputih-putihan,
atap kepala hingga ke sayap abu-abu gelap, untuk
ciblek dewasa paruh bawah berwarna hitam,bunyi
suara ciikrak…ciikrak..!! Sedangkan untuk ciri-ciri

Halaman | 37
ciblek betina adalah: badan lebih kecil serta ekor
lebih pendek dari yang jantan, bulu dada kuning
keputihan, bulu atap kepala hingga ke sayap abu-
abu pucat, untuk burung dewasa paruh bawah
berwarna putih, mempunyai alis berwarna putih di
atas mata, serta bunyi suara cineniin…cineniin…

6. Daya Tarik burung Ciblek

Daya tarik burung ciblek umumnya pada suara


kicauannya, meskipun senada kicauannya menarik
dinikmati ketika berulang-ulang dan terus-menerus
terlebih lagi apabila kicauannya pada tempo yang
tinggi dalam waktu lama.

7. Ciri-ciri ciblek yang baik

Umumnya ciblek dikatakan baik apabila telah rajin


berkicau, namun hal ini belum menjadi ukuran
kalau ingin membawanya ke arena lomba, suara
kicauannya dikatakan baik kalau volumenya besar,
keras, tajam, cepat dan tebal, hal ini sangat tidak
mungkin dperoleh pada ciblek bakalan atau baru
ditangkap. Biasanya suara
burung berkicau yang baik dapat ditandai dengan
meliha
paruhnya, paruh yang agak panjang dan tidak
begitu tebal menandakan burung memiliki suara
yang baik dan rajin berkicau, sementara paruh

Halaman | 38
yang pendek dan tipis biasanya kicauannya jarang
dan ngambang.

8. Penanngkaran

Menjinakkan bakalan ciblek muda hutan dari hasil


tangkapan atau membeli di pasar burung yang
belum makan voer sangat mudah, beberapa
langkah perawatannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengkondisikan ciblek tersebut pada


sangkar barunya sebaiknya ciblek di masukkan
sangkar yang ketiga sisinya (samping kiri kanan
dan belakang) ditutup dengan koran ataupun
kain, kemudian ditaruh di tempat yang sepi,
selama kurang lebih 3 (tiga) hari ciblek dikasih
kroto segar setiap pagi dan sore. Minuman bisa
dicampur dengan multivitamin/ antistress
untuk burung.
2. Hari selanjutnya adalah meracik campuran kroto
dengan voer lembut ditambah air sedikit. 2-3
hari pertama komposisi kroto dengan voer
adalah 75% : 25%; 2-3 hari kemudian 50% : 50%;
2-3 hari kemudian 25% : 75%. Pemberian
campuran kroto dengan voer ini diberikan pada
pagi dan sore hari, bisa ditambah dengan 2 (dua)
ekor jangkrik kecil. Kira-kira 6-9 hari ciblek
sudah mau makan voer, dengan melihat
kotorannya yang sudah berwarna seperti warna

Halaman | 39
voer. Campuran kroto bisa diganti dengan ulat
hongkong.
3. Setelah warna kotorannya sudah menyerupai
warna voer langkah selanjutnya adalah
memberikan voer kering 100% selama 1 minggu
yang diselingi dengan pemberian extra fooding
berupa kroto segar/ jangkrik/ ulat hongkong
dengan jumlah terbatas setiap pagi dan sore,
sekaligus membuka ketiga sisi sangkar yang
tertutup. Hal ini dilakukan untuk membiasakan
secara perlahan-lahan terhadap dunia barunya.
Pada tahap ini ciblek sudah dapat makan voer
secara total, namun karena burung ciblek adalah
burung pemakan serangga alangkah baiknya
jika ciblek diberikan selingan jangkrik/ kroto/
ulat hongkong walaupun 1 (satu) hari sekali
dengan jumlah 2-3 ekor jangkrik kecil atau 3-4
ekor ulat hongkong atau ½ sendok teh kroto.
4. Untuk menjinakkan ciblek, trik selanjutnya
adalah menaruh burung ciblek pada keramaian
dengan menggantungkannya pada posisi yang
agak tinggi kemudian setiap pekan berangsur-
angsur semakin rendah, sambil dilatih
pemberian extra fooding dengan tangan.
5. Setelah 3-4 bulan burung ciblek anda akan
berkicau dengan riang. Pemberian kroto setiap
hari akan merangsang burung ciblek cepat
berkicau.

Halaman | 40
9. Perawatan burung ciblek supaya rajin berkicau

Untuk menjadikan burung ciblek anda rajin


berkicau berikut tips perawatannya:

1. Pagi jam 05.00 WIB buka krodong, kemudian


digantang di luar rumah, para kicaumania
sering menyebut diembun-embunkan, namun
sebenarnya untuk semua jenis burung senang
akan suasana pagi hari menjelang matahari
terbit.
2. Jam 07.00 WIB ciblek diberikan extra fooding
berupa jangkrik kecil 2-3 ekor, kroto ¼– ½
sendok teh, ulat hongkong 2-4 ekor (pemberian
extra fooding bisa disesuaikan dengan
settingan), kemudian disemprot dengan setelan
semprotan lembut.
3. Penjemuran bisa dilakukan pada pukul 07.00
WIB sampai dengan pukul 09.00 WIB.
4. Setelah itu di gantang ditempat yang teduh.
5. Sore hari jam 16.00 WIB pemberian extrafooding
dengan jumlah yang sama dengan pemberian
extra fooding pagi harinya.
6. Sore jam 17.00 WIB burung dikrodong.

Sebelum tahun 1990 an burung ini dibiarkan hidup


bebas. Akan tetapi saat ini burung ciblek terus
diburu. Penangkapan banyak dilakukan terutama
di daerah pedesaan di pulau Jawa. Sifatnya yang
tidak takut terhadap manusia, semakin mudah

Halaman | 41
untuk menjerat burung ciblek. Ada beberapa
macam cara untuk menangkap burung ini.
Pemburu tradisonal biasanya menggunakan pulut
(getah nangka) yang di oleskan di daerah habitat
ciblek.

Karena burung ini memiliki pola terbang pada


daerah yang sama, pemburu dapat memprediksi
titik titik burung ini akan hinggap kembali. Ada
pula yang menangkap dengan membentangkan
jarring di sawah. Bisa juga dengan meletakkan
cermin atau anakan burung yang diambil dari
sarangnya pada sangkar perangkap sehingga
memancing indukan untuk datang dan masuk
perangkap. Para penangkap burung yang terampil,
bahkan, kerap hanya bermodalkan senter, dan
kecepatan tangan untuk menangkap burung ciblek
yang tidur di malam hari pada pohon pohon ketela.

Burung ciblek dikenal memiliki daya tahan yang


rapuh terutama hasil tangkapan dewasa. Burung
ciblek peliharaan yang sudah pandai berkicau
berharga mahal mencapai rentang harga antara 200
hingga 500 ribu sedangkan untuk yang berkualitas
biasa dihargai tiga puluh hingga tujuh puluh ribu.
Burung ciblek kualitas bagus sering digunakan
untuk memaster burung lomba kicauan karena
suara ciblek bening dan tajam dan mudah
ditirukan.

Halaman | 42
D. Cipeuw (Aegithina tiphia)

Gambar : burung cipeuw (Aegithina tiphia Linnaeus).


Foto : Ryan M. (2012)

Burung cipeuw (Sunda) di daerah lain dikenal juga


sebagai burung cipoh, sirtu, burung cipow, cito dan
lainnya. Yang jelas burung ini memiliki kicauan
yang indah beberapa oktap dan merdu serta unik
sehingga banyak disukai orang. Burung cipeuw ini
biasanya tinggal di tepian hutan atau pun disekitar
pemukiman penduduk.

1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves

Halaman | 43
Ordo : Passeriformes
Famili : Aegithinidae
Genus : Aegithina
Spesies : Aegithia tiphia Linnaeus

2. Deskripsi
Ukuran tubuh sekitar 14 cm. Warna bulu hijau dan
kuning dengan dua garis putih mencolok pada
sayap.Tubuh bagian atas hijau zaitun. Sayap
kehitaman. Sisi bulu sayap putih. Lingkar mata
kuning. Tubuh bagian bawah kuning. Ras masing-
masing pulau bervariasi warna hijaunya. Iris putih
keabu-abuan, paruh hitam kebiruan, kaki hitam
kebiruan.
3. Prilaku
Hidup sendiri atau berpasangan. Berlompatan di
cabang-cabang pohon kecil. Makanan: ulat kupu,
semut, kumbang, laba-laba, telur serangga, biji-
bijian. Sarang berbentuk cawan rapi, dari
tumbuhan halus, diantara dahan pohon berdaun,
biasanya hanya beberapa meter dari tanah. Telur
beranekawarna putih, merah jambu, abu-abu,
berbintik atau berbercak merah, abu-abu, coklat,
nila, jumlah 2 butir. Berbiak bulan Maret-Juni.

Halaman | 44
Gambar : Burung cipeuw jantan sedang membuat sarang di
pohon jeruk (Foto : Seshasayee, 2011)

Gambar : Sarang dan telur burung cipeuw bentuk cawan di


dahan pohon lengkeng (Foto : Souray M. 2009)

Halaman | 45
Gambar : Burung cipeuw sedang mengerami telurnya di
ranting pohon nangka (Foto : Redzlan AR., 2010)

Gambar : Burung cipeuw sedang member makan anak-


anaknya di ranting pohon sengon (Foto : Lee, TK.
2009)

Halaman | 46
4. Habitat dan Penyebaran

Hutan terbuka, hutan sekunder, hutan mangrove,


taman. Penyebaran ; India, Cina barat daya, Asia
tenggara, Semenanjung Malaysia, Palawan, Sunda
Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali.

Halaman | 47
E. Pengisap madu sriganti (Nectariana jugularis
L.)

Gambar : Burung pengisap madu (nectariana jugularis) jantan.


Foto: Janson, 2008

1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kels : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Nectariniidae
Genus : Nectariana
Species : Nectariana jugularis Linnaeus

2. Deskripsi

Postur tubuh kecil (10 cm), warna bulu bagian


perut kuning terang. Jantan bagian dagu dan dada
berwarna hitam-ungu metalik. Punggung hijau

Halaman | 48
zaitun. Betina tanpa warna hitam, punggung hijau
zaitun tubuh bagian bawah (perut) berwarna
kuning terang. Alis kuning dan iris berwarna coklat
tua. Paruh dan kaki berwarna hitam.

3. Habitat dan Penyebaran


Burung ini paling umum terdapat di dataran
rendah terbuka kadang ditemukan sampai
ketinggian 1700 m dpl. di seluruh Sunda Besar dan
pulau-pulau kecil sekitarnya. Penyebaran Global :
Cina, Asia Tenggara, Filipina, Semenanjung
Malaysia, Indonesia dan Australia. Penyebaran
Lokal : Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.
4. Prilaku
Selalu rebut dalam kelompok kecil, pergerakan
lincah dari satu ranting pohon satu ke ranting
pohon lainnya. Jantan satu dengan jantan lainnya
selalu kejar-kejaran dengan manuver lincah dalam
rangka memperebutkan atau mempertahankan
teritori atau betinanya. Sering mendatangi pohon
yang sedang berbunga, mulai dari pohon papaya
(Carica papaya), ki acret (Spathodea campanula), dan
pohon berbunga lainnya. Selain nectar burung ini
mengkonsumsi juga serangga kecil lainnya.

Halaman | 49
Gambar : Burung pengisap madu sedang mengisap nectar
bunga (Foto: Jonson, 2008)

Sarang bentuk kantung, terbuat dari jalinan


rumput yang tergantung pada dahan yang rendah
dan diperkuat dengan kapas bunga alang-alang.
Telur dua butir berwarna keputihan dengan bintik
abu-abu keputihan. Berbiak sepanjang tahun.

Gambar : burung pengisap madu betina sedang membuat


sarang. (Foto: Jonson, 2008)

Halaman | 50
Kicauannya berupa krikan musical, “ciip, ciip, chii
wiit”, dan suatu melodi pendek yang diakhiri
dengan getaran nyaring.

Halaman | 51
F. Tekukur (Streptopelia chinensis Scopoli)

Gambar : Rupa burung tekukur (Streptopelia chinensis Scopoli)


Foto : Noerdin 2011

Burung ini yang bahasa Inggrisnya dikenal dengan


nama “turtle dove”, adalah merupakan symbol dari
kasih sayang abadi dan perdamaian. Burung
tekukur hidup dengan pasangan yang sama. Kalau
diperhatikan burung ini akan tampak berduaan
dan burung ini bertingkah laku manis, lembut,
tidak ribut suaranya dan tidak kotor. Walaupun
merpati juga dikenal hidup berpasangan, namun
merpati cenderung membentuk kelompok besar,
ribut serta kasar tingkah lakunya dan banyak
kotorannya. Perbedaan utama antara merpati dan
tekukur, keduanya adalah termasuk dalam
keluarga Columbidae namun ada perbedaannya.

Halaman | 52
Merpati ukurannya lebih besar jika dibandingkan
dengan tekukur. Merpati seringnya hidup sebagai
binatang piaraan sedangkan tekukur cenderung
burung liar. Burung tekukur yang hidup bebas di
arboretum BPTA adalah jenis „spotted turtle doves‟
yang nama ilmiahnya adalah: Streptopelia chinensis
atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama
Stigmatopelia chinensis. Jenis tekukur ini bisa jelas
dilihat karena diatas lehernya mempunyai kerah
berwarna hitam bertotol-totol putih.

1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Streptopelia
Spesies : Streptopelia chinensis Scopoli

2. Deskripsi

Tekukur biasa adalah burung dengan tubuh


berukuran sedang (30 cm).Warnanya coklat
kemerahjambuan. Ekor burung ini tampak
panjang. Bulu ekor terluar dengan tepi putih tebal.
Bulu sayap lebih gelap dibanding tubuh. Ada
bercak-bercak hitam putih khas pada leher.Iris
jingga, paruh hitam, kaki merah. Spesies ini
mulanya termasuk dalam genus Streptopelia terapi

Halaman | 53
dalam studi pada tahun 2001 berdasarkan urutan
molekul dan juga vokalisasi mengindikasikan
bahwa spesies ini bersama dengan Streptopelia
senegalensis yang mencolok dari taksa yang tersisa
yang menyebabkan tekukur biasa masuk pada
genus Streptopelia. Sebab inilah yang membuat
peneliti membagi mereka pada genus yang
terpisah. Carl Sundevall membuat genus
Stigmatopelia dengan jenis senegalensis, sementara
itu ia juga membuat genus Spilopelia (untuk
chinensis, suratensis dan tigrina).

3. Prilaku

Hidup dekat dengan manusia. Mencari makan di


permukaan tanah. Sering duduk berpasangan di
tempat terbuka. Bila terganggu terbang rendah di
permukaan tanah, dengan kepakan sayap pelan
yang mempunyai paruh, berdarah panas, dan
bereproduksi dengan cara bertelur.

Halaman | 54
Gambar : Dua butir telur tekukur dalam sarang (Foto : Joseph
C., 2009)

Gambar : Dua ekor anak burung tekukur dalam sarang di


cabang pohon mangga

Seperti halnya burung merpati, burung tekukur


tidak begitu suka berkelompok, dan biasanya

Halaman | 55
hidup soliter atau dengan pasangannya. Burung ini
jinak dan begitu mendengar bunyi-bunyian yang
tiba-tiba burung ini akan segera terbang. Manuver
terbangannya sangat lugas, dengan kepakan yang
tetap, dengan sekali sentakan sebagaimana pola
kepakan burung merpati. Pola-pola penerbangan-
nya serupa dengan Burung merpati jambul
(Ocyphaps lophotes). Apabila mendarat, ekor burung
ini miring ke permukaan tanah. Pada musim
pembiakan, burung-burung jantan akan memiring-
kan dengan sudut yang lebih curam dan
mengelilingi burung bentina serta mengembang-
kan sayap dan ekornya.

Kicauannya koo-koo-kroo yang rendah dan lembut,


dengan penekanan pada nota yang terakhir.
Kekadangannya, kicauan burung ini juga berbunyi
"coo-coo krrroo, krook!"

4. Penyebaran

Jenis ini umum terdapat mulai dari India dan Cina


ke selatan sampai Jawa, tetapi juga merupakan
burung sangkar yang terkenal dan telah diintro-
duksi secara luas di mana-mana.

Halaman | 56
G. Kutilang (Pycnonotus aurigaster Vieillot)

Kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku


Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya cangku-
rileung, orang Jawa menamainya ketilang atau
genthilang, mengikuti bunyi suaranya yang khas.
Dalam bahasa Inggris burung ini disebut Sooty-
headed Bulbul, sementara nama ilmiahnya adalah
Pycnonotus aurigaster; mengacu pada bulu-bulu di
sekitar pantatnya yang berwarna jingga (Gr.: aurum
emas, gaster perut).

1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus aurigaster Vieillot

2. Deskripsi

Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh


total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor)
sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor)
berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan,
leher, dada dan perut) putih keabu-abuan. Bagian
atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul,
berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) nampak

Halaman | 57
jelas berwarna putih, serta penutup pantat
berwarna jingga. Iris mata berwarna merah, paruh
dan kaki hitam.

3. Kebiasaan dan Penyebaran

Kutilang kerap mengunjungi tempat-tempat


terbuka, tepi jalan, kebun, pekarangan, semak
belukar dan hutan sekunder, sampai dengan
ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula
ditemukan hidup meliar di taman dan halaman-
halaman rumah di perkotaan. Burung kutilang
acapkali berkelompok, baik ketika mencari
makanan maupun bertengger, dengan jenisnya
sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain,
atau bahkan dengan jenis burung yang lain.

Seperti umumnya merbah, makanan burung ini


terutama adalah buah-buahan yang lunak.
Kutilang sering menjengkelkan petani karena kerap
melubangi buah pepaya dan pisang yang telah
masak di kebun. Namun sebaliknya burung ini
menguntungkan petani karena juga memangsa
pelbagai jenis serangga, ulat dan aneka hewan kecil
lainnya yang menjadi hama tanaman.

Halaman | 58
Gambar : burung kutilang sedang makan buah beringin
(Ficus benjamina) Foto : Ariefrahman (2012)

Tanaman koleksi arboretum BPTA juga


menyediakan tanaman yang hampir sepanjang
tahun berbuah. Tanaman penghasil buah koleksi
arboretum BPTA yang disukai burung ini selain
beringin (Ficus benjamina), ada juga buni (Antidesma
bunius), kersen (Muntingia calabura), sentul
(Sodaricum koetjape), lampeni (Ardisia eliptica),
gandaria (Bouea macrophylla), kareumbi
(Homalanthus populneus), menteng (Baccaurea
racemosa) dan duwet (Syzygium cuminii)

Kelompok burung ini acap terbang dengan ribut,


berbunyi nyaring cuk, cuk, ..tuit,tuit! ; atau bersiul
berirama yang terdengar seperti ke-ti-lang.. ke-ti-
lang.. berulang-ulang di atas tenggerannya.

Halaman | 59
Burung Kutilang memiliki kebiasaan untuk
berjemur dan mandi embun setiap pagi,hal ini
berguna untuk menjaga bulunya yang terus di
minyaki. Minyak ini berasal dari bagian belakang
dekat ujung ekornya yang berhubungan dengan
badan. Burung Kutilang juga memiliki kebiasaan

Gambar : Burung kutilang sedang mandi (Foto : aliftrinenda,


2012)

menaikan jambulnya bila senang maupun ingin


buang air besar. Burung Kutilangpun memiliki
masa "Mabung" yaitu saat dimana bulu yang lama
rontok dan berganti bulu yang baru. Di saat
Mabung burung Kutilang akan cenderung lebih
diam baik secara suara maupun gerakan.

Sarang kutilang berbentuk cawan dari anyaman


daun rumput, tangkai daun atau ranting yang

Halaman | 60
halus. Telur dua atau tiga butir, berwarna kemerah-
jambuan berbintik ungu dan abu-abu. Tercatat
bersarang sepanjang tahun kecuali Nopember,
dengan puncaknya April sampai September.

Gambar : Burung kutilang sedang member makan anaknya


di sarang, Pohon tempat bersarang adalah semak
Ki rinyuh Euphatorium pallescens)

Burung kutilang menyebar luas di Tiongkok


selatan dan Asia Tenggara (kecuali Malaysia), Jawa
serta Bali. Diintroduksi ke Sumatra dan Sulawesi,
beberapa tahun yang silam burung ini juga mulai
didapati di Kalimantan.

Halaman | 61
H. Cerucuk (Pycnonotus goiavier)

Gambar : Burung Cerucuk (Pycnonotus goiavier) Foto :


Guy, P. 2012

Cerucuk jogjog (Sunda) didaerah lain dikenal juga


dengan nama merbah cerukcuk; terucuk, cerocokan
mengacu pada bunyinya yang khas (Jawa); yellow-
vented bulbul (Inggris) adalah sejenis burung
pengicau dari suku Pycnonotidae.

1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae

Halaman | 62
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus goiavier Vieillot

2. Deskripsi
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh
total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor)
sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor)
berwarna coklat kelabu gelap, sisi bawah
(tenggorokan, dada dan perut) putih kusam.
Mahkota kehitaman, alis dan sekitar mata putih,
dengan kekang (garis di depan mata) hitam. Sisi
lambung dengan coretan-coretan coklat, dan
penutup pantat berwarna kuning. Iris mata
berwarna coklat, paruh hitam dan kaki abu-abu
merah jambu.

3. Prilaku

Cerukcuk menyukai tempat-tempat terbuka, semak


belukar, tepi jalan, kebun, dan hutan sekunder.
Burung ini sering berkelompok, baik ketika
mencari makanan maupun bertengger, dengan
jenisnya sendiri maupun dengan jenis cerucuk
yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang
lain. Tidur berkelompok dengan jenisnya, di
ranting-ranting perdu atau pohon kecil. Makanan
burung ini terutama adalah buah-buahan yang
lunak. Di pekarangan, burung ini kerap melubangi
buah pepaya dan pisang yang telah masak. Selain
itu ia juga memangsa aneka serangga, ulat dan

Halaman | 63
hewan kecil lainnya seperti cacing. Merbah
cerukcuk menghabiskan waktu lebih lama untuk
mencari makanan di atas tanah daripada jenis
merbah lainnya. Berbunyi nyaring dan berisik, cok,
cok, ..cok-cok ! ; siulan pendek cuk-co-li-lek..
berulang, kadang-kadang dengan cepat; atau
nyanyian bersuara lemah mirip gumam atau
gerutuan burung. Sarang cerukcuk berbentuk
cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun
atau ranting yang halus, dijalin dengan serat
tumbuhan dan menempel pada dahan. Pembuatan
sarang ini dilakukan oleh kedua pasangan burung
tersebut dan pembangunan sarang memakan
waktu kurang lebih seminggu, Wee (2009). Di Jawa
Tengah didapati pula sarang yang dibangun di
sela-sela buah pisang. Telur dua atau tiga butir,
berwarna keputihan berbintik coklat atau ungu.
Tercatat bersarang sepanjang tahun, dengan
puncaknya Maret sampai Juni.

Halaman | 64
Gambar : Dua butir telur cerucuk dalam sarangnya (Foto : Ian
M,. 2010)

Telur dierami antara 12-13 hari, Wee (2009). Di hari


ke 12 atau 13 telur telah menetas, dimana pada saat
itu anak burung bulunya masih gundul dan
matanya masih tertutup (buta), baru pada hari ke-
tiga matanya sudah mulai terbuka dan bulu yang
pertama kali tumbuh adalah pada bagian sayap.
Pemberian pakan pada anaknya dilakukan oleh
kedua pasangan burung tersebut secara bergantian.
Berdasarkan pengamatan Wee (2009) pemberian
pakan dilakukan mulai pagi-pagi sekali sampai
menjelang sore hari, frekuensi pemberian pakan
setiap interval 1-5 menit dan paling lama 10 menit
sekali. Menu makanan yang diberikan pada anak
burung oleh kedua pasang induknya bervariasi
mulai dari berbagai macam buah-buahan sampai
serangga.

Halaman | 65
Gambar : Burung cerucuk sedang mengerami telur (Foto :
Bird Ecology Study Group, 2005)

Gambar : Burung cerucuk sedang menyuapi anaknya (Foto


Vimeo, 2012)

4. Penyebaran

Burung ini menyebar luas di Asia Tenggara,


Semenanjung Malaya dan Filipina. Di Indonesia

Halaman | 66
didapati di Sumatra dan pulau-pulau di bagian
timurnya, Kalimantan, Jawa dan Bali. Diduga
diintroduksi ke Lombok dan Sulawesi Selatan.
Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m dpl.

5. Konservasi

Meski bukan termasuk burung yang berharga


mahal, cerukcuk termasuk salah satu jenis burung
yang banyak diburu untuk dipelihara, terutama di
desa-desa. Beberapa sebab di antaranya: (a) Disukai
karena mudah jinak, terutama burung yang muda,
(b) Relatif mudah didapati di sekitar pemukiman
pedesaan, (c) Mudah dikenali tempat
bersarangnya. Cerukcuk dan cucak kutilang
mungkin merupakan burung yang paling banyak
dipelihara oleh anak-anak di Jawa. Terutama yang
disukai adalah burung yang masih muda atau
masih kecil, sehingga dapat dijinakkan. Burung
yang telah jinak kerap kali tidak akan pergi jauh
dari kandangnya, walaupun dilepaskan dengan
bebas. Setiap saat atau setidaknya sore hari akan
kembali untuk meminta makanan kepada
pemeliharanya. Dalam tangkaran, burung ini
biasanya diberi makan buah-buahan seperti pepaya
dan pisang, dan serangga kecil seperti ulat,
belalang atau jangkerik.

Halaman | 67
I. Kipasan belang (Rhipidura javanica Sparrman)

Gambar : Burung kipasan belang (Foto : Harrison, 2011)

Kipasan belang atau pied fantail (Rhipidura javanica)


merupakan burung kecil yang unik. Ketika
berkicau, dia akan mengembangkan bulu-bulu
ekornya sehingga membentuk semacam kipas.
Meski terlihat tidak menarik, karena warna bulu di
tubuhnya hanya didominasi hitam, abu-abu jelaga,
dan putih, beberapa keunikannya membuat
siapapun yang melihat akan terpikat. Misalnya, ada

Halaman | 68
rambut panjang yang tumbuh di sekitar paruhnya
seperti kumis.
1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Rhipiduridae
Genus : Rhipidura
Spesies : Rhipidura javanica Sparrman
2. Deskripsi
Kipasan belang memiliki tubuh berukuran sedang
(19 cm). Dewasa: Tubuh bagian atas abu-abu jelaga.
Alis, dagu, dan tenggorokan putih. Garis hitam
khas pada dada. Tubuh bagian bawah putih. Ujung
bulu ekor putih lebar. Remaja: tunggir dan penutup
ekor atas kemerahan. Pita dada kurang terlihat. Iris
coklat, paruh hitam, kaki hitam. Bersifat aktif,
berpindah dari satu tenggeran ke yang lain.
Kadang sendirian, berpasangan, atau kelompok
keluarga. Kadang bergabung dalam kelompok
campuran. Sarang berbentuk cawan, dari
tumbuhan halus direkatkan dengan jaring laba-
laba, pada dahan ramping atau tumbuhan
merambat, dekat permukaan tanah. Telur berwarna
kuning tua, berbintik abu-abu, jumlah 2 butir.
Berbiak bulan Maret-Mei, April-Juni.

Halaman | 69
3. Habitat dan Penyebaran

Daerah terbuka, hutan sekunder, hutan mangrove,


pekarangan. Tersebar sampai ketinggian 1.500 m
dpl. Penyebaran : Semenanjung Malaysia, Filipina,
Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali,
Lombok.

4. Prilaku

Keunikan lain dari kipasan belang adalah secara


rutin akan kembali ke daerah asal di mana dulu dia
dilahirkan (istilah pada manusia pulang
kampung/mudik). Belum diketahui secara pasti
mengapa burung ini bisa memiliki kebiasaan
tersebut. Selain itu, kipasan belang juga terkenal
dengan karakternya yang sangat pemarah. Jadi,
karakter burung pemarah itu bukan cuma angry
bird saja. Ia bisa bersifat fighter saat berkembang
biak, untuk melindungi wilayah bersarang serta
akan menyerang hewan apa saja, termasuk kucing
liar dan mamalia lainnya, yang melintas di sekitar
pepohonan tempat mereka bersarang. Hal ini
mengingatkan kita pada burung magpies di
Australia yang menyerang siapapun di dekat
sarangnya.

Halaman | 70
Gambar : Atraksi burung sikatan belang dengan ekor yang
mengembang di ranting pohon teh (Foto : Aries,
M. 2013)

Pakan utama burung ini adalah serangga. Tidak


seperti kerabat mereka, flycatcher, kipasan belang
sering terlihat di dekat permukaan tanah dan
bertengger pada cabang pohon yang rendah, untuk
menangkap mangsa dengan sayapnya.
Tangkapannya jarang meleset, karena paruhnya
yang berkumis menjadi navigasi yang canggih saat
mencari serangga, meski dalam cahaya yang
sangar redup akibat tertutup semak belukar atau
dedaunan rindang dari pepohonan. Mereka
bergerak aktif di semak-semak, meluncur dari
tempatnya bertengger dan melakukan manuver
penerbangan penuh akrobatik. Saat berburu
mencari mangsa, kipasan belang terkadang

Halaman | 71
melakukannya sendirian, tetapi terkadang bisa
berpasangan. Gaya hiperaktifnya dalam memburu
mangsa yang gila-gilaan itulah yang membuat
burung kipasan belang dijuluki oleh masyarakat
Melayu (termasuk di Malaysia) sebagai burung
“murai gila“.

5. Membedakan jantan dan betina

Sarang kipasan belang terlihat rapi, dibuat dari


serat tanaman dan jaring laba-laba. Sarang
dibangun pada cabang-cabang pohon rindang di
tengah semak belukar, atau terkadang pada batang
pohon bambu. Posisi sarang biasanya sangat
rendah. Induk betina akan bertelur sebanyak 2
butir, dengan warna putih kekuningan dengan
bintik-bintik kecoklatan.

Gambar : Sarang dan dua butir telur sikatan belang (Foto


Amar S. 2011)

Halaman | 72
Gambar : burung sikatan belang sedang nangkap capung
(Foto : Mark at all. 2009)

Gambar : Induk sikatan belang sedang ngasih makan


anaknya (Foto Amar S. 2011)

Sexing pada burung ini bisa dilihat dari warna


bulunya. Burung jantan memiliki warna hitam
gelap di tubuhnya, sedangkan betina berwarna
kecokelatan.

Halaman | 73
Gambar : Burung sikatan belang jantan, mengembangkan
ekor yang indah (Foto : Tay, 2009)

Masa berkembang biak di alam liar sekitar Februari


sampai Juli. Pada bulan-bulan tersebut, mereka
akan mulai mencari pasangan, kawin, bertelur, dan
mengasuh anaknya.

Beberapa penggemar burung kicauan di Indonesia


pernah mencoba memelihara kipasan belang, tetapi
pada akhirnya menyerah karena memang tak

Halaman | 74
mudah merawat burung ini. Burung ini mudah
stres dan rentan mati, karena serangga harus
sediakan setiap hari untuk kelangsungan
hidupnya.

Kipasan belang termasuk salah satu jenis burung


yang dilindungi. Dari sisi populasi, sebenarnya
burung ini masih aman. Dalam IUCN Red List,
statusnya juga Least Concern (risiko rendah). Tetapi
kita mesti taat hukum, karena Pemerintah RI telah
menetapkannya sebagai burung dilindungi
berdasarkan dua payung hukum berikut ini: (i).
Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. (ii). Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa.

Halaman | 75
IV. NILAI EKONOMI BURUNG

Motif ekonomi adalah alasan ataupun tujuan


seseorang sehingga seseorang itu melakukan
tindakan ekonomi. Motif ekonomi terbagi dalam
dua aspek : (i). motif intrinsik, disebut sebagai suatu
keinginan untuk melakukan tidakan ekonomi atas
kemauan sendiri. (ii). motif ekstrinsik, disebut
sebagai suatu keinginan untuk melakukan tidakan
ekonomi atas dorongan orang lain. Perburuan dan
pemeliharaan burung dilatar belakangi kedua
motif ekonomi tersebut

Pelaku usaha burung melibatkan beberapa rantai


pemasaran, berdasarkan penelusuran di tiga
kabupaten (Ciamis, Tasikmalaya dan Garut,
Propinsi Jawa Barat) paling tidak melibatkan 3-4
pelaku usaha sebelum sampai ke konsumen utama,
dimana marjin keuntungan bervariasi untuk setiap
tingkatan. Ditingkat penjerat burung sebagai aktor
utama, dimana kemampuan seorang pemikat
menangkap burung berkisar antara 5-15 ekor per
harinya tergantung kelimpahan burung tersebut di
suatu lanskap bervegetasi. Sebagai contoh; burung
kacamata yang berhasil ditangkap penjerat dari
alam harga dilepas antara Rp.5.000-Rp.10.000,- per
ekor ke pedagang pengepul (di desa atau ibu kota
kecamatan), bandar, toko burung/pasar burung
ataupun langsung ke konsumen utama/hobiis
burung. Dari pengepul ke bandar, toko

Halaman | 76
burung/pasar burung ataupun langsung ke
konsumen utama/hobiis burung dijual lagi dengan
harga antara Rp. 7.500-Rp.12.500 per ekor. Dari
bandar ke toko burung/pasar burung ataupun
langsung ke konsumen utama/hobiis burung dijual
lagi dengan harga antara Rp. 10.000-Rp.15.000 per
ekor. Dari toko burung/pasar burung ke konsumen
utama/hobiis burung dijual lagi dengan harga
antara Rp. 25.000-Rp.35.000 per ekor.

Berikut harga-harga burung pekicau lokal di sentra


pasar burung, Ciamis, Tasikmalaya dan Garut :

- Kacamata Jawa Rp. 25.000-Rp. 35.000,-


- Cienen Rp. 25.000-Rp. 35.000,-
- Ciblek Rp. 130.000 – Rp. 300.000,-
- Cipeuw anakan Rp. 75.000,-
- Cipeuw dewasa Rp. 40.000-Rp.50.000,-
- Pengisap madu Rp. 60.000-Rp.100.000,-
- Tekukur Rp. 15.000-Rp.100.000,-
- Kutilang Rp. 20.000-Rp.50.000,-
- Cerucuk Rp. 20.000-Rp.50.000,-
- Kipasan Belang Rp. 45.000-Rp. 90.000,-

Margin keuntungan yang paling tinggi akan


diperoleh oleh konsumen utama/hobiis burung,
ketika burung peliharaannya tampil sebagai juara
pada kontes burung yang diselenggarakan oleh
komunitas burung, baik tingkat lokal, regional
maupun nasional. Makin tinggi tingkat
penghargaan yang diperoleh sang burung pekicau

Halaman | 77
maka akan meningkatkan harga tawar maupun
jualnya. Sebagai gambaran burung kacamata jawa
peraih juara pertama di regional Jawa Barat
dihargai Rp. 10 juta (Adiguna, 2013)

Gambar : Rantai pemasaran burung

Halaman | 78
V. PENUTUP

Kehadiran burung pada suatu lanskap dalam


rangka mencari tempat berlindung dari ancaman
musuh, panas maupun hujan, mencari makan,
bersosialisasi sesama jenis dan antar jenis serta
membuat sarang dapat mengindikasikan bahwa
lanskap tersebut sangat mendukung untuk
hadirnya burung-burung tersebut. Jadi, secara
ekologis, burung tersebut dapat berfungsi sebagai
indikator kualitas suatu lanskap.

Burung juga dapat berperan sebagai vector


penyerbukan bunga dan predator alami terhadap
hama pengganggu bagi tanaman. Atraksi burung,
merupakan destinasi tersendiri, karena prilaku dan
lantunan suara merdu dari jenis burung pengicau
dapat memuaskan bathin pendengarnya, pada
kondisi ini, burung berfungsi sebagai media relaksi
alternatif.

Perdagangan burung ini menggerakan roda


perekonomian, serta melibatkan pelaku usaha
mulai tingkat pedagang pengepul sampai
pedagang besar yang bersifat masip, sejalan
dengan kontes burung aktraktif dalam katagori
suara; diperlombakan oleh berbagai komunitas
penggemar burung baik regional maupun nasional
di tanah air akhir-akhir ini. Jika hal ini berlanjut
dikhatirkan kelimpahan burung di alam akan
punah, sehingga langkah-langkah konservasi perlu

Halaman | 79
dipikirkan, disamping itu, win-win solution perlu
ditempuh juga, karena sangat sulit memantau
perburuan, ditambah lagi tidak semua jenis burung
kacamata masuk dalam daftar jenis yang
dilindungi. Berdasarkan PP No. 7 tahun 1999, dari
22 jenis keluarga Zosteropidae yang ada di
Indonesia baru burung kacamata leher abu-abu
(Lopozosterops javanica) yang sudah masuk daftar
burung yang dilindungi.

Burung pekicau kipasan belang (Rhipidura javanica


Sparrman) yang sering hadir di areal arboretum
BPTA adalah jenis burung yang dilindungi
Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. dan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa. Jadi merupakan
kebanggaan apabila burung tersebut betah tinggal
di areal kampus BPTA.

Karena masih sedikitnya burung pekicau yang


dilindungi peraturan/undang-undang baik
nasional maupun internasional, maka melalui
komunitas burung pekicau lokal, regional dan
nasional, agar mengarahkan para anggotanya
untuk memelihara dan membeli burung yang
berasal dari penangkaran bukan hasil penangkapan
langsung dari alam dan burung pekicau yang
diperlombakan harus dipersyaratkan berasal dari

Halaman | 80
penangkaran yang dibuktikan dengan sertifikat
asal-usul burung dari instansi terkait. Diharapkan
dengan perlakuan seperti tersebut mampu
menahan laju kepunahan burung pekicau di alam.

Halaman | 81
PUSTAKA ACUAN

______, 1990. Undang-Undang (UU) Nomor 5


Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya.
______, 1999. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7
Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa.
Adiguna, WP. 2013. Burung Kacamata Banyak
Digemari orang. Bisnis Indonesia. bisnis-
jabar.com
Adityadha. 2012. Orthomus sutorius. Common
Tailorbird at Madhurawada, Visakhapatnam.
Aliftrinendra, 2012. Burung Kutilang
Amama, FP., 2007. Dari mana datang suara ?.
Majalah Burung Indonesia No. 4. Edisi Maret
2007.
Amar Singh, 2011. Pied Faintail (Rhipidura javanica).
Nest with eggs.
Ariefrahman, 2012. Pycnonotus aurigaster. Sooty-
headed Bulbul feeding.
Aries, M. 2013. Burung kipasan belang alias “murai
gila” yang unik.
Ayat, A. 2011. Panduan Lapangan. Burung-burung
Agroforest di Sumatera. World Agroforestry
Centre. Bogor-Indonesia.
BirdLife International. 2012. "Zosterops flavus".
IUCN Red List of Threatened Species. Version
2012.1. International Union for Conservation
of Nature.

Halaman | 82
BirdLife International. 2012. "Aegithina tiphia".
IUCN Red List of Threatened Species. Version
2012.1. International Union for Conservation
of Nature.
Cheong, TG. 2008. Nesting of Common Iora. Bird
Ecology Study Group.
Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000. Panduan
lapangan Burung-burung di Kawasan
Wallacea. BirdLife IP & Dove Publication.
Bogor.
Devendra B. 2003. Nest feeding. Trek Nature. India.
Fatih, PR. 2012. Javan White-Eye at Mangrove.
Surabaya. Indonesia
Fuad Hasan, 2012. Info tentang Perenjak Jawa
Guy Poisson, 2012. Yellow-vented Bulbul
(Pycnonotus goiavier). The Internet Bird
Collection (IBC).
Harrison, JJ. 2011. Pied Fantail (Rhipidura javanica),
Laem Phak Bia, Ban Laem, Phetchaburi,
Thailand
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid
I-IV. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.
Ian Mardiana, 2010. Merbah Cerucuk. Telur.
Kadugede 1 Kuningan, Jawa Barat. Foto
Biodiversitas Indonesia (fobi).
Jonson, D. 2008. Olive-backed Sunbird hovering
Joseph Chai, 2009. Feeding-Vertebrates, Nesting,
Pigeon-Dove. Spotted Dove Nesting. Bird
Ecology Study Group.

Halaman | 83
King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A
Field Guide to The Birds of South-East Asia.
Collins. London.
Lee Tiah Khee, 2009. Feeding Chicks. Common Iora
and Chicks. Bird Ecology Study Group.
MacKinnon, J. 1984. Panduan Lapangan
Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali.
Gadjah Mada University Press.
MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan
Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah
Mada University Press. Jogyakarta.
MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000.
Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor.
Mariane de Nazareth, 2012. The Bird with the
White Spectacles.
Redzlan AR. 2010. Common Iora, Nest.
Ryan M. 2012. Burung Cipoh – Aegithina tiphia
(Aegithidae).
Seshasayee, BT. 2011. Common Iora-Male building
nest. Oriental Bird Images. A Database of the
Oriental Bird Club.
Souray Mahmud, 2009. Common Iora Aegithina
tiphia-Nest with eggs. Oriental Bird Images. A
Database of the Oriental Bird Club.
Tay M. 2009. Pied Fantail in Partial Moult. Bird
Ecology Study Group.
Teo, S. 2012. Habitat, Sunbirds. in Feeding-plants.
Bird-Plant Relationship at Singapore‟s Pungol
Park Bird Ecology Study Group.

Halaman | 84
Wee, YC. 2009. Observations on the Behaviour of
the Yellow-Vented Bulbul, Pycnonotus goiavier
Scopoli In Two Instances of Failed Nesting.
National University of Singapore. Nature in
Singapore. 2: 347-352
Vijay, 2005. Male tailorbird Orthotomus sutorius
Vimeo, 2012. Yellow Vented Bulbul feeding her
Nesting Chicks in Bangkok, Thailand.
W.Tarboton, 2012. Nest and Eggs. Of Southern
Africant Bird.
Widuri RT. 2007. Burung Peliharaan : Terkurung
dalam Sangkar Emas. Majalah Burung
Indonesia No. 4. Edisi Maret 2007.
Yanen. 2008. Burung Ciblek (Prinia familiaris)
Jakarta. Indonesia.
YC & Chan, M. 2007. Feeding the Chicks. Oriental
White-Eye. Bird Ecology Study Group.

Halaman | 85

Anda mungkin juga menyukai