MARDIANA BANU
1626050001
KUPANG
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan penelitian Oilsonbai yang terletak di Kelurahan Fatukoa oleh
Badan Litbang dan Inovasi berpotensi menjadi destinasi wisata ilmiah di
kota kupang. Beberapa potensi yang dikembangkan diantaranya penangkaran
rusa timor, kura-kura leher ular rote, dan burung bayan sumba yang berhasil
dikembangbiakan.
Burung bayan sumba (Eclectus roratus cornelia) merupakan salah satu
jenis burung berparuh bengkok yang bernilai ekonomi tinggi dan burung yang
dilindungi di Indonesia, baik berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun
1990 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Jenis burung ini
disukai orang untuk dipelihara karena memiliki warna bulu yang indah, jinak,
dan dapat diajar untuk meniru suara manusia (Takandjandji et al., 2000).
Perburuan dan penangkapan yang sering dilakukan untuk diperdagangkan
secara tidak resmi dan terus-menerus menyebabkan populasinya di alam
semakin berkurang, bahkan telah diambang kepunahan. Untuk mendukung
upaya pelestarian burung bayan sumba, perlu dilakukan perlindungan
terhadap habitat aslinya (in-situ) dan perlindungan di luar habitat (ex-situ)
yakni dalam bentuk penangkaran. Penangkaran terhadap burung bayan sumba
merupakan salah satu bentuk pengelolaan populasi di luar habitat, dan
diharapkan pemanfaatannya tidak lagi tergantung pada sumberdaya di alam
yang jumlahnya sangat terbatas. Namun demikian penangkaran burung Bayan
Sumba seringkali gagal karena kurangnya pengetahuan dan informasi
mengenai perilaku burung tersebut.
Dalam rangka menunjang kegiatan penangkaran burung bayan sumba
diperlukan pemahaman dan pengetahuan tentang perilaku. Pengetahuan
tentang perilaku penting diketahui sebagai salah satu dasar utama dalam
2
manajemen pengelolaan. Perilaku dapat diartikan sebagai ekspresi satwa
dalam bentuk gerakan-gerakan. Perilaku timbul karena adanya rangsangan
yang berasal dari dalam tubuh individu atau dari lingkungannya dan perilaku
satwa ini berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan,
baik dari luar maupun dari dalam. Beberapa pola perilaku terorganisasi dalam
satu sistem perilaku spesies atau rangkaian pola pecahan yang mempunyai
adaptasi umum yang sama. Selanjutnya dikatakan, satwa dilahirkan dengan
ber-bagai pola perilaku yang sudah sempurna tetapi sebagian pola perilakunya
berkembang di bawah pengaruh rangsangan lingkungan atau karena proses
belajar.
Dengan mengetahui dan memahami perilaku satwa di penangkaran,
maka kesehatan, perkembangbiakan, dan kemampuan satwa dalam
beradaptasi dengan lingkungan akan dapat dipantau. Pengelolaan akan lebih
baik apabila ditunjang oleh pengamatan yang mengarah pada proses adaptasi
terhadap lingkungan di luar habitat untuk proses domestikasi. Khusus pada
burung, pengenalan perilaku perlu diketahui untuk mendapatkan metode
pemeliharaan yang tepat, terutama perilaku makan karena sangat berguna
untuk menentukan palatabilitas suatu pakan. Kemampuan adaptasi untuk
merubah perilaku dalam lingkungan yang baru merupakan salah satu penentu
dalam mempersiapkan satwa di penangkaran.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian
adalah bagaimana perilaku makan monyet ekor panjang
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku makan monyet ekor panjang
(macaca fascicularis) di taman rekreasi Gua Monyet,Tenau Kupang
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
3
1. Pemeritah dapat lebih memperhatikan dan memberikan kontribusi khusus
untuk jenis burung bayan di penangkaran Oelsonbai agar klestariannya
dapat terjaga.
2. Masayarakat dapat menjaga kelestarian satwa langkah seperti burung
bayan sumba di tempat asalnya ataupun di penangkaran.
3. Mahasiswa yang ingin melakukan lebih lanjut tentang identifikasi tingkah
laku burung bayan sumba di penangkaran Oelsonbai.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Kerajaan: animalia
Filum: chordate
Kelas: aves
Ordo: psittacidae
Genus: eclectus (wagler, 1832)
Spesies: eclectus roratus (muler, 1776)
b. Tingkah laku burung bayan sumba (Eclectus roratus)
Perilaku merupakan ekspresi yang ditimbulkan oleh semua faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari luar yang berasal dari
lingkungannya (Setio, 2010). Perilaku dapat diartikan sebagai gerak gerik
organisme dimana terjadi perubahan gerak termasuk perubahan dari bergerak
menjadi tidak bergerak sama sekali atau berdiam (Suyanto, 2002). Perilaku
juga merupakan gerak gerik hewan sebagai tanggapan terhadap rangsangan
dalam tubuhnya dengan memanfaatkan kondisi lingkungannya (Jacoeb dan
Wiryosuhanto, 1994).
6
dan berpindah tempat. Aktivitas ini dilakukan dengan
menggunakan kaki dan paruh untuk menggaet kawat, kadang-
kadang bagian kepala posisinya di bawah.
2. Tingkah laku diam
Tingkah laku diam meliputi:
Bertengger
Tingkah laku ini adalah aktivitas pasif yang dilakukan dengan
posisi tubuh bertengger pada kayu dengan kedua mata terbuka.
Istirahat
Tingkah laku ini adalah aktivitas yang dilakukan dengan posisi
diam sedangkan kedua mata memperhatikan setiap gerakan benda
di luar kandang.
Berjemur
Tingkah laku ini adalah aktivitas yang dilakukan pada pagi hari
dengan cara merentangkan kaki dan sayap menghadap matahari
pagi.
3. Tingkah laku ingestif
Tingkah laku ingestif meliputi:
Makan
Tingkah laku ini adalah aktivitas ingestif yang dilakukan dengan
cara mengambil dan menghancurkan makanan menggunakan
paruh dan lidah.
Minum
Tingkah laku ini adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara
mencelupkan paruh ke dalam air lalu menengadahkan paruh.
Membersihkan paruh
Tingkah laku ini adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara
membersihkan diri atau pasangannya menggunakan paruh dan kaki.
7
4. Tingkah laku reproduksi
Mendekati betina
Tingkah laku ini adalah aktivitas yang dilakukan hanya oleh
burung jantan dengan cara berdekatan pada saat bertengger untuk
mencari perhatian seekor betina.
Menyelisik
Tingkah laku ini adalah aktivitas yang dilakukan terhadap individu
lain atau sejenis, menggunakan paruh dengan cara mengelus,
pura-pura menggigit, dan mengendus.
Bercumbu
Tingkah laku ini adalah aktivitas yang dilakukan terhadap
pasangan dengan cara mencium dan memasukkan paruh pada
paruh lawan jenis.
B. Sarana dan Prasarana Penangkaran
Sarana dan prasarana merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh
sebuah penangkaran. Menurut Takandjandji (2011) sebuah penangkaran yang baik
apabila memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut.
a. Kandang
Kandang berfungsi sebagai tempat berlindung dari hujan, panas, dan
predator, tempat berteduh, beristirahat, berkembangbiak, makan dan
minum, dan untuk memudahkan dalam pengontrolan. Bahan kandang
yang digunakan terdiri dari kayu, paku, besi, kawat, batako, semen, dan
pasir. Dengan ukuran kandang tertentu. Kandang burung bayan diberi
pintu, agar mudah dalam penanganan untuk pemberian pakan,
penangkapan untuk penimbangan, pengukuran, pemberian tanda,
pemeriksaan kesehatan, atau pemberian perlakuan. Drainase pada lantai
kandang dibuat seolah-olah sama dengan habitatnya. Atap bangunan
terdiri dari jarring kawat, sedang dindingnya juga dibuat dari kawat.
8
Penangkaran burung yang menggunakan sistem bebas (ranch), dapat
menggunakan tanaman-tanaman beranting.
b. Pagar
Pagar dibuat mengelilingi area kandang guna menjaga kenyamanan
satwa.
c. Tempat makan
Tempat makan diletakkan di tengah atau di sudut kandang dan
diusahakan agar dapat digapai oleh satwa
d. Tempat minum
Satwa memerlukan air untuk minumLetak tempat minum berada di
dekat tempat pakan.
e. Tampungan air
Air berfungsi untuk membersihkan kandang, tampungan air
diusahankkan dibuat tidak jauh dari kandang.
f. Gudang dan peralatan
Bangunan ini berfungsi untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan
penangkaran, pemeliharaan pakan (alat-alat pertanian), pakan, dan obat-
obatan. Di samping itu, diperlukan pula sarana dan prasarana pendukung
penangkaran berupa instalasi air (sumur, menara air, tanki air, pipa
saluran), instalasi listrik (pemasangan listrik PLN 3.500 VA, tiang dan
kabel, lampu penerangan, gardu meteran), dan pos jaga.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
D. Prosedur Kerja
1. Tahap persiapan
a. Mempersiapkan alat dan bahan
10
b. Penelusuran pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini
2. Tahap pelaksanaan di lapangan
a. Observasi
Dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
lokasi penelitian serta melakukan pendekatan dengan Kepala
Bagian Penangkaran, petugas di penangkaran dan masyarakat
disekitar penangkaran untuk mendapatkan masukkan informasi
mengenai penangkaran, untuk mengamati pola perilaku keseharian
serta sejarah datangnya burung bayan di penangkaran.
11