Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus (Umar, 2012).
Dari mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita
amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita.
Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau
innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan
oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat
yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh
alami atau karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang
terus berlangsung. Dari berbagai hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku
disebabkan oleh keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi
suatu perkembangan sifat.
Seleksi Habitat
Habitat adalah sebuah kawasan yang terdiri dari komponen fisik maupun abiotik yang
merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biaknya
satwa liar. Satwa liar menempati habitat yang sesuai dengan lingkungan yang diperlukan
untuk mendukung kehidupannya, karena habitat mempunyai fungsi menyediakan makanan,
air dan pelindung. Habitat yang sesuai untuk suatu jenis, belum tentu sesuai untuk jenis yang
lain, karena setiap satwa menghendaki kondisi habitat yang berbeda- beda (Dasman, 1973).
Habitat suatu jenis satwa merupakan sistem yang terbentuk dari interaksi antar komponen
fisik dan biotik serta dapat mengendalikan kehidupan satwa yang hidup di dalamnya
(Alikodra, 1990). Setiap satwa memiliki kondisi habitat yang berbeda yang sesuai dengan
kesukaan maupun kebutuhan sumberdaya nya, oleh karena itu mereka melakukan seleksi
untuk memilih habitat yang sesuai dengan mereka. Seleksi habitat merupakan proses atau
tingkah laku di mana satwa menyeleksi atau memilih suatu habitat untuk hidupnya
(Wirakusumah. 2003). Analisis seleksi habitat merupakan salah satu aspek penting dalam
penelitian satwa liar. Pengetahuan tentang seleksi habitat (sering juga disebut preferensi
habitat) dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas habitat dan memprediksi pengaruh
perubahan habitat terhadap populasi satwaliar (Susanto, 2000).
Komponen habitat yang dapat mengendalikan kehidupan satwa liar terdiri dari:
1. Pakan (food)
merupakan komponen habitat yang paling nyata dan setiap jenis satwa mempunyai kesukaan
yang berbeda dalam memilih pakannya. Sedangkan ketersediaan pakan erat hubungannya
dengan perubahan musim;
2. Pelindung (cover)
Segala tempat dalam habitat yang mampu memberikan perlindungan bagi satwa dari cuaca
dan predator, ataupun menyediakan kondisi yang lebih baik dan menguntungkan bagi
kelangsungan kehidupan satwa
3. Air (water)
dibutuhkan oleh satwa dalam proses metabolisme dalam tubuh satwa. Kebutuhan air bagi
satwa bervariasi, tergantung air dan/atau tidak tergantung air. Ketersediaan air pada habitat
akan dapat mengubah kondisi habitat, yang secara langsung ataupun tidak langsung akan
berpengaruh pada kehidupan satwa
4. Ruang (space)
dibutuhkan oleh individu- individu satwa untuk mendapatkan cukup pakan, pelindung, air
dan tempat untuk kawin. Besarnya ruang yang dibutuhkan tergantung ukuran populasi,
sementara itu populasi tergantung besarnya satwa, jenis pakan, produktivitas dan keragaman
habitat.