Kelas : 6.C
ADAPTASI HEWAN
Tujuan Pembelajaran :
Pembahasan :
2 ) Tujuan Adaptasi
DAPTASI FISIK
Kaki seribu memiliki bentuk untuk menggali:
Kaki seribu menghabiskan banyak waktu untuk menggali ke dalam tanah.
Bentuk tubuhnya yang ramping serta segmen tubuh yang menyatu
memungkinkan mereka untuk bergerak maju sementara segmen lainnya tetap kaku.
Kaki mereka berasal dari tengah perut, bukan di sepanjang tepinya.Hal ini
memungkinkan tubuh yang kaku melindungi kaki yang halus dan juga
memungkinkan kaki mereka lebih banyak bersentuhan dengan tanah.
ADAPTASI PERILAKU
Siput memiliki pelindung tubuh yang keras dan kuat yang disebut
cangkang. Ketika merasa dalam bahaya, siput akan memasukkan
tubuhnya ke dalam cangkang. Sementara itu, trenggiling juga memiliki
kulit terluar yang keras dan tebal. Ketika merasa terancam, trenggiling
akan menggulung dirinya sendiri agar tidak terancam oleh bahaya yang
mengintai di lingkungan.
Paus merupakan hewan mamalia yang hidup di air dan memiliki alat
pernapasan berupa paru-paru. Agar dapat bernapas dan menghirup
oksigen di udara paus beradaptasi dengan cara naik ke permukaan laut
untuk bernapas. Sebagai mamalia, paus tidak bisa bernapas di dalam air
karena tidak memiliki insang seperti ikan. Pernapasan paus tidak hanya
didukung adaptasi perilaku, tetapi juga morfologi dan fisiologi. Namun,
kali ini kita hanya akan membahas adaptasi perilaku saja. Berikut adalah
adaptasi perilaku pada paus untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya! Naik ke permukaan untuk bernapas Adaptasi perilaku
paus yang pertama adalah naik ke permukaan untuk bernapas. Paus
bernapas melalui lubang di bagian atas kepalanya. Setelah mengambil
napas, paus dapat menyelam dan menahan napasnya. Baca juga:
Mengapa Paus Menyemburkan Air ke Udara? Berapa lama paus dapat
menahan napas bergantung pada jenis spesiesnya. Dilansir dari National
Geographic, paus minke dapat menahan napas sekitar 15 menit, paus
sperma hingga 90 menit, dan paus berparuh cuvier dapat menahan lebih
dari dua jam. Tidur mengambang di air Kebutuhannya akan oksigen dari
udara, membuat paus mengembangkan adaptasi perilaku berupa tidur
mengambang di dekat permukaan air. Hal tersebut dilakukan agar paus
mudah untuk mengambil napas. Sehingga, tidak kehabisan oksigen dan
tenggelam saat tidur. Artinya, paus tidak sepenuhnya tidur seperti
mamalia darat. Setengah otak mereka tetap aktif dan waspada sembari
tetap mengontrol pernapasannya. Baca juga: Hewan-Hewan yang Tidur
dengan Cara Unik Kripsis akustik Adaptasi perilaku selanjutnya yang
dilakukan oleh paus adalah kripsis akustik. Seperti yang kita ketahui,
paus berkomunikasi dengan satu sama lain lewat gelombang bunyi atau
akustik. Namun, gelombang tersebut tidak hanya didengar paus.
Beberapa predator lautan juga dapat mendengar gelombang akustik
tersebut. Kripsis akustik dilakukan oleh induk paus dan anaknya yang
masih kecil. Dilansir dari The Gall Lab, kripsis akustik dilakukan dengan
mengurangi jumlah panggilan amplitude yang lebih tinggi untuk
meminimalkan risiko penyadapan dan deteksi oleh pemangasa. Sehingga,
anak dan induk paus tetap dapat berkomunikasi. Namun, tidak banyak
yang didengar oleh predator yang membahayakan anak paus.
1. Hewan Predator
Burung hantu biasanya memangsa mamalia kecil seperti tikus, tupai, atau
kelinci. Tidak hanya itu, mereka juga memburu serangga dan juga reptil.
Sama seperti burung lainnya, burung hantu makan dengan cara
menelannya dalam potongan yang kecil dan tidak mengunyahnya.
Burung ini memiliki paruh yang kuat untuk dipakai mengoyak
mangsanya
Burung hantu memiliki bola mata yang tidak bisa digerakkan secara
leluasa. Inilah kenapa mereka tidak bisa melirik dan perlu menolehkan
kepala seluruhnya untuk melihat ke arah yang berbeda. Karena burung
hantu memiliki mata yang menghadap ke depan, sistem penglihatan dua
mata mereka pun dapat berkembang dengan baik.
Burung hantu telah beradaptasi dan memiiki bulu khusus yang membuat
suara kepakan sayap mereka semakin tidak terdengar. Ini sangat berguna
bagi mereka saat sedang berburu, mangsa tidak akan sadar ketika mereka
terbang mendekat.
Tupai dalam Bahasa Inggris biasa disebut dengan istilah treeshrew yang secara
leksikal mempunyai arti ‘cerurut pohon’ walau tidak semua tupai hidup di pohon.
Berikut Sebenarnya istilah tupai digunakan untuk merujuk pada kelompok satwa
yang berada dalam ordo Scandentia. Ordo ini membawahi berbagai jenis keluarga
tupai yang terbagi dalam bermacam jenis berdasarkan famili dan genusnya. Dalam
ordo membawahi dua famil, yaitu Tupaiidae dan Ptilocercidae.
Dalam sejarah ilmu pengetahuan, tupai pernah diklasifikasikan pada kelompok yang
berbeda dengan tikus bulan dan cerurut, tetapi ketiganya tetap satu bangsa
Insektavora. Oleh sebab itu tupai masuk dalam kelompok Primata bersama monyet,
kera, kukang, dan singapuar karena banyaknya kemiripan dengan bangsa monyet
tersebut.
Akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena setelah melalui kajian lebih
lanjut berdasarkan kekerabatan molekuler atau disebut molecular phylogeny, maka
tupai dimasukkan ke dalam jenis tersendiri yaitu bangsa Scandentia. Kelompok
tersebut juga meliputi kubung dari bangsa Dermopetra dan keluarga Primata yang
sebelumnya telah disebutkan.
Morfologi Tupai
Banyak yang tidak mengira jika tupa memiliki otak berukuran besar akrena ukuran
tubuh satwa ini relatif kecil. Bahkan dari sederet penelitian diketahui bahwa
persentase otak tupai melebihi ukuran besar dari otak manusia. Selain itu ciri khas
paling jelas dari tupai dan membedakannya dengan bajing adalah adanya kumis di
area wajahnya.
1. Kepala
Kumis panjang yang dimiliki tupai berperan sebagai pengatur keseimbangan. Hal ini
bermanfaat saat satwa ini melompat ataupun berlari. Apabila kumisnya dipotong,
maka tupai akan kehilangan keseimbangan tubuhnya. Selain itu kumis juga berfungsi
sebagai alat untuk mendeteksi benda ketika malam hari.
2. Tubuh
Ukuran tubuh satwa ini tergolong kecil dan ramping, yaitu dengan panjang kepala
dan tubuhnya sekitar 15 cm. Tubuh tupai ditumbuhi oleh rambut atau lebih dikenal
sebagai bulu yang tidak begitu lebat. Warna bulu tersebut bervariasi pada setiap
spesies, tetapi umumnya berwarna cokelat gelap, abu-abu, dan pada bagian perut
agak putih.
3. Ekor
Ekor tupai memiliki panjang rata-rata 18 cm. Ekor tersebut nyaris sama panjang
dengan tubuhnyadan berbentuk lebar, tegak, serta berumbai. Tupai biasa membiarkan
ekornya menjuntai di atas punggung. Ukuran ekor yang panjang pada tupai sangat
bermanfaat saat satwa ini melompat dari suatu pohon menuju pohon yang lain.
Sehingga bukan hanya kumis yang berperan sebagai organ keseimbangan, melainkan
juga ekornya. Ketika melompat ekor tupai biasanya dibuat agak pipih untuk
memudahkan proses melompat. Selain itu tupai juga biasa memanfaatkan ekornya
sebagai selimut ketika tidur khususnya saat suhu dingin.
4. Alat Gerak
Tupai merupakan kelompok binatang yang mempunyai empat alat gerak atau
sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Menariknya tupai memiliki
kemampuan untuk mengubah posisi kaki 180 derajat, sehingga memudahkan untuk
berlari atau memanjat pohon jika tiba-tiba musuh datang menghampiri dan memberi
ancaman.
Perilaku Tupai
Tupai adalah kelompok binatang pintar apabila diamati dari perilakunya ketika
membuat sarang. Satwa ini membuat sarang dari bahan bertekstur halus seperti kapas
dan daun pisang muda. Sarang tersebut dibangun membentuk lingkaran dengan satu
jalan keluar.
Binatang dari genus Tupaia ini dikenal aktif bergerak dan mencari makan pada waktu
siang hari. Hal tersebut dikarenakan jika tupai bergerak maka ia akan kehilangan
panas tubuh dengan cepat, sehingga tubuhnya menjadi dingin. Untuk mengatasi
kondisi tersebut maka tupai akan melilitkan ekornya dengan sangat erat pada
tubuhnya agar tetap merasa hangat.
Pada saat melompat tupai akan meregangkan kaki depan dan belakangnya agar lebih
mudah melayang. Jauh lompatan yang bisa dilakukan oleh tupai mencapai empat
meter dan dapat terjun bebas dari ketinggian sembilan meter dengan pendaratan
mulus di atas tanah menggunakan kakinya.
Tupai dikenal sebagai kelompok mamalia yang dapat hidup di berbagai macam
lingkungan pada kawasan hutan hujan tropis sampai wilayah semi kering di padang
pasir. Akan tetapi satwa ini tidak mampu hidup di wilayah kutub dengan cuaca yang
sangat dingin serta kawasan gurun dengan tingkat kekeringan sangat tinggi.
Kebanyakan tupai ditemukan dan membentuk habitat di wilayah hutan Benua Eropa
dan Amerika Utara. Meski begitu belakangan diketahui ternyata tupai juga hidup
dengan baik di Pulau Kalimantan. Satwa ini tinggal di dalam pohon berdaun lebat
untuk melindungi diri dari pemangsa serta melindunginya agar tidak basah saat hujan.
Di Indonesia tupai tidak hanya ditemukan di Pulau Kalimantan tetapi juga di Pulau
Sumatera khususnya di bagian barat, Pulau Nias, Pulau Jawa, dan Pulau Bali. Satwa
ini hidup di hutan-hutan yang berada pada ketinggian antara 0 sampai dengan 1700
meter di atas permukaan laut.
Status Kelangkaan
Status kelangkaan tupai berbeda-beda tergantung dari spesiesnya. Akan tetapi khusus
untuk spesies dengan nama Latin Tupaia javanica, berdasarkan data yang ada di
International Union of Conservation for Nature (IUCN) Red List, satwa ini masuk
dalam kelompok binatang kategori Least Concern (LC).
Status tersebut diperoleh oleh spesies yang menjadi binatang khas Indonesia tersebut
pada tahun 2016. Hal itu dikarenakan setelah dilakukan penelitian kondisi tupai tidak
mengindikasikan masuk ke dalam spesies yang terancam atau hampir punah. Akan
tetapi jumlah populasinya mengalami penurunan yang cukup signifikan setiap
tahunnya.
Perkembangbiakan Tupai
Sebelum melakukan perkawinan tupai jantan dan betina biasanya akan terlibat proses
komunikasi terlebih dahulu. Terkadang kedua individu ini akan berkejaran selama
beberapa saat. Pada beberapa spesies, tupai jantan biasanya akan mengeluarkan suara
aneh yang bertujuan untuk menakuti betina agar segera berhenti berlari.
Ketika betina berhenti berlari, maka saat itulah proses perkawinan akan berlangsung.
Umumnya proses ini berlangsung dalam waktu 40 sampai dengan 60 menit. Proses
perkawinan tersebut akan meninggalkan sperma dari tupai jantan di dalam tubuh
betina yang nantinya akan berkembang menjadi proses kehamilan.
Jika perkawinan tersebut berhasil, maka tupai betina akan hamil. Masa kehamilan
berlangsung cukup singkat, yaitu hanya sekitar 40 hari. Setelah itu tupai betina akan
melahirkan anaknya sebagaimana kelompok mamalia lainnya. Biasanya tupai akan
melahirkan anak berjumlah antara satu sampai empat ekor.
Tupai betina akan terus mengurus dan mengasuh anaknya yang baru lahir dengan
menyusui dan mencarikan makanan untuk mereka. Setidaknya masa tersebut
berlangsung sampai anak tupai berusia enam hingga delapan pekan. Ketika telah
mencapai usia tersebut, anak tupai dianggap telah mampu untuk hidup dan mencari
makan sendiri.
Interval kehamilan tupai sebenarnya tidak begitu lama, karena dalam satu tahun satwa
ini dapat hamil satu atau dua kali. Satu-satunya hal yang mengakibatkan penurunna
populasi tupai secara serius adalah kondisi habitatnya yang terus mengalami
penyusutan karena pemanfaatan oleh manusia sebagai perkebunan atau permukiman.
Makanan Tupai
Buah yang menjadi makanan favorit tupai adalah buah bertekstur kulit keras seperti
kenari, hazelnut, chesnut, dan buah cemara. Maka dari itu tidak heran jika gigi tupai
mudah sekali aus. Satwa ini biasanya menyimpan makanan di dalam kantong yang
berada di area pipi.