Anda di halaman 1dari 29

MATERI

“CIRI-CIRI ORGANISME LAUT DALAM”

DISUSUN OLEH :
ALIFYA SUCI POETRY NAF’AN
(A1J1 19 012)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
A. Ikan Lophiiformes

Habitat :
Lophiiformes atau Ikan Sungut Ganda adalah ordo ikan bertulang sejati yang umumnya
hidup di laut dalam berkarakteristik predator dan ditandai dengan ciri “alat pancing” yang
menyembul di kepala untuk mengecoh mangsa. Habitatnya di Samudra Arktik, Samudra
Pasifik, Samudra Hindia, Samudra Atlantik, dan Laut Mediterania.
Bentuk Tubuh :
Ciri utama ikan dari ordo Lophiiformes ini terlihat mencolok dengan kepala yang besar
dan lebar. Anglerfish juga salah satu ikan karnivora, dengan memiliki mulut yang besar yang
sedikit menghadap ke atas dan bergigi runcing. Untuk mencari mangsa, ikan ini menyelam
hingga ke dasar laut. Lophiiformes memiliki antena yang ada di atas mulut dan dapat
digerak- gerakkan untuk menarik perhatian mangsa yang akan diserang. Sering kali ikan
Lophiiformes naik ke permukaan laut untuk memangsa burung laut.
Subordo :
Ordo Lophiiformes terdiri dari lima subordo yang tersebar di seluruh dunia, antara lain
Lophioidei, Antennarioidei, Chaunacoidei (sea toads), Ogcocephaloidei (batfish) dan
Ceratioidei. Beberapa diantaranya menghuni wilayah pelagis, sehingga memiliki bentuk
tubuh ramping untuk memudahkannya berenang di laut lepas. Sebagian lagi hidup sebagai
makhluk bentik di dasar perairan, sehingga tubuhnya berbentuk pipih dilengkapi mulut yang
mampu membuka lebar untuk menangkap mangsa. Antennariidae (frogfish) dan Lophiidae
(monkfish/goosefish) menghuni landasan kontinental dengan kedalaman kurang dari 200 m.
Sementara sebagian besar lainnya, seperti Ceratiidae dan melanocetidae dari subordo
Ceratioidei menghuni zona laut dalam yang miskin cahaya matahari.
Peranan :
Kecuali peran ekologis selaku top predator di laut dalam, tak banyak diketahui nilai
ekonomis bagi kebanyakan sungut gada dari zona ekstrem ini. Namun, ikan sungut gada dari
famili Lophiidae dapat diperoleh dari penangkapan dan bernilai ekonomis tinggi,
yaitu Lophius litulon, Lophius setigerus (blackmouth angler) dan Lophius piscatorius. Ikan-
ikan tersebut merupakan makanan bergengsi di Jepang, Korea dan beberapa negara Eropa.
Masyarakat Jepang, khususnya di wilayah Ibaraki dan Kazamaura village, mengenal ikan
populer ini dengan nama anko yang merupakan kuliner sehat berharga premium. Anko di
negeri sakura umumnya dari spesies Lophius setigerus yang panjang tubuhnya dapat
mencapai 1 – 1,5 m. Anko disajikan sebagai makanan spesial musim dingin berupa anko
nabe (hotpot). Bentuk adaptasi :
Ceratioidei hanyalah nama salah satu subordo yang menjadi anggota ordo
Lophiiformes. Ceratioidei adalah contoh makhluk laut dalam yang sukses mengembangkan
adaptasi terhadap lingkungan terkait cara mencari makanan dan pasangan. sungut gada jantan
mengandalkan penciuman yang tajam untuk membaui feromon betina. Pejantan yang berhasil
menemukan betina akan segera menggigit perut pasangannya. Selanjutnya, aliran darah dan
nutrisi dari tubuh betina akan mengaliri tubuh sang jantan. Melanocetus johnsonii adalah
jenis sungut gada dari kedalaman +/-1000 m dan merupakan contoh ceratoidei yang
reproduksinya beradaptasi seperti ini.
Contoh :
Melanocetus johnsonii (humpback anglerfish) betina tampak tangguh, berwajah seram,
bermulut besar, bergigi tajam dan memiliki “pancing” di atas kepala. Ia sangat handal
mencari makan dan mempertahankan diri, meskipun kisaran ukurannya hanya 10 – 12 cm.
Alat pancingnya merupakan modifikasi sirip punggung yang menyembul dari kepala
membentuk tulang keras memanjang dan berujung seperti umpan. Ujung umpan ini
bersimbiosis dengan beberapa jenis bakteri sehingga menghasilkan pendaran cahaya
bioluminescent. Ikan, cumi- cumi dan krustasea laut dalam yang tertarik pada cahaya akan
berenang menuju umpan berpendar itu, sementara si betina cukup berenang pelan menunggu
mangsa mendekat.
Sungut gada menelan makanannya bulat-bulat. Gigi tajam yang mengarah ke dalam
bukanlah untuk mengunyah, melainkan mencengkram mangsa dan memastikannya tidak
terlepas lagi. Walau bertubuh kecil, postur bulat dan elastis memungkinkan ia menelan
mangsa
yang besarnya dua kali lipat dari tubuhnya. Cara makan adaptif ini sangat efektif tanpa
banyak membuang energi.
Melanocetus johnsonii jantan sangat bertolak belakang dengan ikan betina. Ia adalah
makhluk tak berdaya. Ukurannya hanya sekitar 6-8 mm, sangatlah kecil dibandingkan
dengan tubuh ikan betina. Penglihatannya pun kurang baik dan sama sekali tidak memiliki
sarana untuk menangkap mangsa. Mencari makan -apalagi pasangan- di zona gelap ini adalah
masalah besar baginya. Untunglah, ia dilengkapi organ pembau yang terletak di depan mata
untuk mencari betina dewasa melalui sebaran bau feromonnya. Organ pembau yang tajam
akan sangat berguna menjamin hidup si jantan, baik dari segi nutrisi, perlindungan diri
maupun kelestarian spesiesnya.
Sesaat setelah M. johnsonii jantan menemukan betina yang “prospektif”, ia akan
mengejar dan menggigit bagian tubuh betina yang terdekat dengan organ reproduksinya.
Bagian ini biasanya terletak di perut atau dekat ekor. Jantan yang telah menggigit,
mengeluarkan enzim khusus dari mulutnya agar dapat menempel pada tubuh betina. Pelan
namun pasti, kepala dan tubuh pejantan akan menyatu (fusi) dengan tubuh betina. Begitu
pula dengan aliran darah dan nutrisi dari si betina yang kini juga mengalir di dalam tubuh
jantan. Sang jantan bertindak bagaikan “parasit” yang kebutuhan nutrisi dan pertahanan
dirinya dijamin seumur hidup oleh si betina, kemanapun si betina ini pergi membawanya.
Namun, tubuh jantan yang sangat kecil mungkin tidak berdampak besar bagi sang betina.
Bahkan, sebagai imbalannya, betina akan selalu mendapatkan pasokan sperma segar setiap
kali musim bertelur tiba.
Telur-telur sungut gada menetas di wilayah landasan kontinental. Di zona produktif
tersebut, larva dapat berkembang di lingkungan yang nutrisinya melimpah. Setelah larva
beranjak dewasa, mereka kembali tenggelam ke kedalaman 1000 – 3000 m di bawah
permukaan laut dan mengulangi siklus hidupnya. Lama-kelamaan, tubuh jantan hanya tersisa
“benjolan” kecil menggantung yang berfungsi untuk memproduksi dan memasok sperma bagi
betinanya.
B. Histioteuthis

Morfologi :
Memiliki bentuk tubuh seperti cumi-cumi pada umumnya,sedangkan pembeda dengan
cumi cumi pada umumnya umumnya adalah ukuran pada mata yang berbeda sebagai bentuk
adaptasi di laut dalam, satu berukuran berukuran kecil, sedangkan sedangkan mata yang lain
dapat tumbuh lebih besar, menggembung, dan berwarna kuning. Mata kuning cumi-cumi ini
semacam filter untuk menyerap lebih banyak cahaya biru. Cara bekerjanya adalah sebagian
besar biopender yang dihasilkan kebanyakan organisme di lautan berupa cahaya biru-
kehijauan. Ini karena warna-warna tersebut memiliki gelombang cahaya yang lebih pendek
yang dapat merambat dan terlihat lebih baik di dalam air. Dengan filter kekuningan pada
mata cumi-cumi, biopender dari mangsa mereka akan menjadi terlalu hijau, jika
dibandingkan dengan cahaya biru di atas dan warna hijau tersebut akan menonjol. Sehingga
mata besar cumi- cumi ini telah berevolusi menjadi perangkat counter illumination yang
mengungkap penyamaran mangsa yang bersembunyi di atasnya. Hewan tersebut
menggunakan mata yang besar untuk menatap ke atas, mencari makhluk yang memancarkan
siluet pada cahaya biru yang meredup, menyaring cahaya dari permukaan (mencari bayangan
mangsanya).
Sementara mata kecilnya beradaptasi untuk melihat ke bawah, memindai perairan gelap
di bagian lautan yang disebut sebagai zona senja. Mata kecil juga dikhususkan untuk
menangkap bayangan kilatan biopender predator atau mangsa yang bersembunyi di
bawahnya. Berbicara mengenai biopender cumi-cumi strawberry memiliki triknya sendiri.
Lubang-lubang di tubuhnya yang membuatnya terlihat seperti strawberry sebenarnya mampu
memancarkan cahaya. Bagi mata manusia warnanya mirip dengan strawberry, tetapi apabila
dilihat oleh organisme yang berada di bawahnya maka bisa menyamai cahaya yang datang
dari atas dan ini terjadi terus menerus. Sehingga membuat cumi-cumi ini hampir tidak
terlihat oleh apapun
yang berada di bawahnya. Cumi-cumi ini juga berenang dengan posisi tubuh terbalik, kepala
di bawah dan ekor di atas.
Reproduksi :
Kebanyakan cumi-cumi melakukan reproduksi dengan cara seksual. Cara berkembang
biak cumi-cumi cumi diawali dengan jantan merayu betina jika diterima oleh betina
kemudian menggunakan lengan yang disebut hectocotylus untuk mentransfer paket sperma
disebut spermatophore ke betinanya. Betina memproduksi sekitar 200 telur dan
menempelkan pada dasar laut dalam kelompok yang besar bergabung dengan telur betina
lainnya. Kadang-kadang "sneaker" jantan mengintai di sekitar sarang telur, hectocotylus
mereka melesat masuk ke dalam tubuh betina untuk menambahkan sperma mereka ke telur
betina yang berada di dalam tubuh. Sistem reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri atas
sistem reproduksi reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis. Sedangkan
betina meliputi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Cumi-cumi
mempunyai sistem reproduksi yang terpisah dimana gonadnya terletak pada bagian posterior
tubuhnya.
Cara makan :
Anatomi cumi-cumi memiliki tentakel. Tentakel ini berfungsi sebagai alat gerak dari
hewan ini, sekaligus untuk memeriksa dan menangkap mangsa. Cumi-cumi hidup sebagai
pemangsa ikan dan bintang laut lainnya yang lebih kecil dari ukuran tubuhnya.
Habitat :
Adaptasi visual pada cumi-cumi ini mampu membuatnya bertahan hidup di zona senja,
sebuah wilayah dengan kedalaman sekitar 200 hingga 1.000 meter di bawah permukaan air.
Sinar matahari sangat sedikit mencapai daerah ini sehingga membuat zona senja temaram
dengan warna biru monokromatik. Banyak hewan telah beradaptasi dengan tempat ini
dengan mengembangkan kemampuan tubuhnya untuk bisa bersinar atau bioluminescence.

C. Spons (porifera)
Karakteristik umum :
1. Porifera tubuhnya berpori diploblastik, simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja
secara mandiri.
2. Fase dewasa bersifat sesil dan berkoloni.
3. Rangka luar terdiri atas spikula yang tersusun dari zat kapur dan zat kersik.
4. Habitat umumnya air laut dan ada yang di air tawar.
5. Bentuk tubuh: kipas jambangan bunga, batang, globular, genta, terompet, dan lain-lain.
6. Warna tubuh: kelabu, kuning. Merah, biru, hitam, putih keruh, coklat, jingga (sering
berubah tergantung tempat sinar).
7. Mempunyai rongga sentral (spongocoel).
8. Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana.
9. Tubuhnya melekat pada suatu dasar dan sedenter (menetap).
10. Porifera hidup secara heterotrof, makanannya adalah bakteri dan Plankton. Makanan
yang masuk ke tubuhnya dalam bentuk cairan sehingga porifera disebut sebagai pemakan
cairan.
11. Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dengan cara
tunas dan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan cara fusi gametik. Jenis
kelamin Porifera tidak terpisah antara jantan dan betina (hemafrodit). Dengan kata lain, di
dalam satu tubuh terdapat dua jenis kelamin sekaligus.
Struktur tubuh :
Tubuhnya diploblastik, tersusun atas:
1. Lapisan luar (epidermis=epithelium dermal). Terdiri atas pinakosit=pinako-derma
(berbentuk sel-sel polygonal yang merapat).
2. Lapisan dalam, terdiri atas jajaran sel berleher (koanosit), yang berfungsi sebagai organ
respirasi dan mengatur pergerakan air. Diantara lapisan luar dan dalam terdapat mesophyl
(mesoglea). Di dalam mesoglea terdapat organel-organel :
a. Gelatin protein matrik
b. Amubosit (sifatnya mobil/ mengembara), berfungsi untuk transportasi O2 dan zaat-zat
makanan, ekskresi, serta penghasil gelatin.
c. Arkeosit merupakan sel amubosit yang tumpul dan dapat membentuk sel-sel
reproduktif.
d. Porosit/ miosit terletak di sekitar pori dan berfungsi untuk membuka dan menutup pori.
e. Skleroblast berfungsi membentuk spikula.
f. Spikula merupakan unsur pembentuk tubuh.
Sistem organ :
1. Pencernaan
Porifera bersifat holozoik dan saprozoik. Partikel partikel makanan menempel pada
kolar. Pada saat itu mikrovil – mikrovil koanosit bertindak sebagai filter. Makanan yang
telah disaring oleh filter tadi diolah dalam vakuola makanan dengan bantuan enzim enzim
pencernaan (karbohidrase, protease dan lipase). Vakuola tadi kemudian mengadakan
gerakan siklosis (dalam rangka mengedarkan sari sari makanan di dalam sel koanosit itu
sendiri). Setelah itu zat zat makanan akan diedarkan ke sel sel tubuh secara difusi dan
osomosis oleh amubosit.
2. Pernafasan
Alat pernafasan terdiri atas Sel sel pinakosit (bagian luar) dan koanosit (bagian
dalam). Oksigen yang telah ditangkap oleh kedua jenis sel tersebut diedarkan ke seluruh
tubuh oleh sel sel amubosit.
Sistem saluran air:
Berdasarkan tempat proses terjadinya pengambilan zat-zat makanan atau sistem saluran
air, Porifera dibedakan menjadi tuga tipe, yaitu:
1. Ascon, merupakan tipe yang paling sederhana,Biasanya spesies yang menggunakan tipe
ini berbentuk silinder, dimana pada dinding selnya terdapat banyak pori pori dan disetiap
pori ini akan terhubung ke dalam rongga pusat yang disebut Spongocoel. Proses
pengambilan zat zat makanan terjadi di dalam Spongocoel. Spesies yang menggunakan
sistem saluran air ini ialah Leucosolenia.
2. Sycon, tipe ini lebih canggih dari Acon dimana pada setiap pori terdapat rongga
berflagel. Proses pengambilan makanan terjadi di dalam rongga berflagel tersebut.
Contoh spesies yang bertipe Sycon ini adalah Scypha.
3. Rhagon, di dalam tubuh spesies porifera bertipe Rhagon ini terdapat ruangan ruangan
kecil. Proses pengambilan zat zat makanan terjadi di kamar (ruang) kecil ini dimana di
setiap ruangan terdapat flagel di bagian tengah saluran. Flagel tersebut berasal dari
koanosit koanosit yang melapisi dinding kamar / ruang tersebut. Spesies yang
menggunakan tipe saluran air ini adalah Spongia.
D. Teripang (Holothuroidea)

Struktur tubuh:
Teripang adalah salah satu anggota hewan berkulit duri (Echinodermata). Duri pada
teripang sebenarnya merupakan rangka atau skelet yang tersusun dari zat kapur dan terdapat
di dalam kulitnya. Skeleton pada teripang termodifikasi dalam bentuk spikula yang
mikroskopis dan tersebar dalam seluruh dinding tubuh. Rangka dari zat kapur itu tidak dapat
terlihat dengan mata telanjang karena sangat kecil sehingga perlu menggunakan mikroskop.
Meski demikian, tidak semua jenis teripang mempunyai duri beberapa jenis teripang tidak
memiliki duri.
Tubuh teripang umumnya berbentuk bulat panjang atau silindris sekitar 10-30 cm,
dengan mulut pada salah satu ujungnya dan anus pada ujung lainnya. Mulut teripang
dikelilingi oleh tentakel atau lengan peraba yang kadang bercabang-cabang sebanyak 10-30
buah. Tubuhnya berotot, sedangkan kulitnya dapat halus atau berbintil.tubuh teripang
berbentuk simetri lima belahan menjari dengan sumbu aksis mendatar. Bentuk simetri
tersebut termodifikasi oleh lempeng tegak sehingga nampak sebagai belahan simetri. Dinding
tubuh terdiri atas sirkular dan otot longitudinal dan ditutupi oleh kutikula. Epidermis tanpa
silia. Kaki tabung terdapat di sepanjang garis longitudinal. Pada bagian ventral hanya
mempunyai tiga buah kaki tabung. Bagian ventral sering berubah menjadi segmen (role).
Rongga selom besar dan tidak terbagi menjadi beberapa belahan. Rongga selom diisi dengan
cairan selom dan mengandung beberapa selomicit.
Habitat :
Habitat teripang tersebar luas di lingkungan perairan di seluruh dunia, mulai dari zona
pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.
Beberapa diantaranya lebih menyukai perairan dengan dasar berbatu karang, yang lainnya
menyukai rumput laut atau dalam liang pasir dan lumpur. [6]. Jenis teripang yang termasuk
dalam Holothuria, Scitopus dan Muelleria memiliki habitat berada di dasar berpasir halus,
terletak di antara terumbu karang, dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Sistem organ :
1. Sistem pencernaan makanan
Makanannya berupa zat/ partikel organik yang diambil oleh tentakel-tentakelnya.
Saluran pencernaan makanan terdiri atas: mulut, esofagus, lambung (berbentuk oval),
usus kloaka, dan anus di daerah posterior. Kebanyakan teripang bersifat nokturnal yaitu
aktif mencari makan pada malam hari dan menyembunyikan diri pada siang hari. Proses
makan meliputi pergerakan secara random untuk mencari makan dan memakannya secara
simultan sesuai dengan kelimpahan dan keberadaan detritus. Sebagai oprganisme yang
bisa bergerak dengan lambat, teripang ini sangat tergantung dengan ketersediaan pakan di
substrat. Kebanyakan suplai makanan adalah bentik dan berada di bawah tubuh teripang
dari pada di kolom air. Hal ini tampak pada bentuk tubuhnya di mana mulut terletak di
bagian ventral.
2. Sistem respirasi
Pernafasan dilakukan oleh bagian-bagian: tentakel, kaki tabung (kaki amburakral),
dinding tubuh, kloaka, dan pohon respirasi (sistem respirasi terdiri dari dua saluran utama
yang bercabang pada rongga tubuhnya). Keluar masuknya air melalui anus. Pertukaran
gas terjadi melalui insang kecil yang merupakan pemanjangan kuit.
3. Sistem pembuluh air
Sistem pembuluh air atau sistem amburakrum sama dengan sistem pembuluh air
pada Echinodea, hanya pada saluran cincin terdapat sejumlah vesikula poli (=kantung
yang menggantung ke dalam rongga tubuh, berfungsi untuk perluasan dari sistem
pembuluh air).
4. Sistem syaraf
Terdiri atas cincin syaraf yang terletak di bagian oral dengan 5 syaraf radial.
5. Organ sensoris
Organ sensoris digunakan untuk menerima rangsangan sentuhan, membedakan
gelap dan terang dan pada beberapa spesies mempunyai statosista.
6. Sistem reproduksi
Jenis kelamin terpisah, beberapa spesies hermaprodit. Fertilisasi eksternal.
Larvanya disebut auricularia. Holothuroidea bersifat dioseus bersaluran reproduksi
sederhana, hewan ini juga dapat beregenerasi.
Perilaku :
Mentimun laut bergerak dengan menggunakan kaki tabung dan kontraksi otot sirkular
dan longitudinal yang terdapat pada dinding tubuhnya. Teripang berlindung dengan cara
membenamkan diri pada substrat/pasir atau bersembunyi pada tempat yang terlindung.
Siklus hidup:
Siklus hidup sebagian besar teripang dilakukan di dasar laut dangkal dan biasanya
dijumpai tergeletak pada satu sisi tertentu saja, yakni pada bagian tubuh yang biasanya
berwarna lebih pucat. Ada juga jenis teripang yang sering membenamkan diri di dalam pasir.
Teripang bergerak dengan sangat lambat dengan kaki tabung. Pada tiap-tiap kaki tabung
terdapat 2 baris pembuluh kaki yang secara bergantian (kontraksi dan relaksasi) akan
menghasilkan gerakan maju pada teripang.
Peran :
Teripang memiliki peran yang cukup penting dalam perairan, karena merupakan
komponen utama dalam rantai pakan terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada
berbagai tingkat struktur pakan. Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit
feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Dalam rantai makanan di perairan laut,
teripang berperan sebagai penyumbang pakan berupa telur, larva dan juwana teripang, bagi
organisma laut lain seperti berbagai krustasea, moluska maupun ikan. Teripang mencerna
sejumlah besar sedimen, yang memungkinkan terjadinya oksigenisasi lapisan atas sedimen.
Tingkah laku teripang yang “mengaduk” dasar perairan dalam cara mendapatkan pakannya,
membantu menyuburkan substrat disekitarnya. Keadaan ini mirip seperti dilakukan cacing
tanah di darat. Proses tersebut mencegah terjadinya penumpukan busukan benda organik dan
sangat mungkin membantu mengontrol populasi hama dan organisma patogen termasuk
bakteri tertentu.
E. Bintang laut (Asteroidea)

Struktur tubuh:
1. Bentuk seperti bintang (berlengan lima) yang memancar dari pusat disk.
2. Pada akhir lengan ada mata mikroskopis (ocellus) yang memungkinkan bintang lau untuk
melihat,meskipun hanya untuk melihat terang dan gelap.
3. Tubuhnya tersusun atas zat kapur (osikel).
4. Di sekeliling duri pada bagian dasar terdapat duri yang sudah mengalami perubahan yang
disebut pediselaria. Pediselaria terdiri atas dua tipe, yaitu: tipe tang dan tipe gunting.
5. Terdapat kaki tabung dan tidak berkepala.
6. Bintang laut juga memiliki sistem vaskular air hidrolik yang berfungsi sebagai alat bantu
untuk bergerak.sistem vascular air hidrolik ini memiliki banyak bidang proyeksi yang
sering disebut dengan tabung ventral kaki.sedangkan bagian seperti rongga tubuhnya
tidak memiliki sistem vaskular air,tetapi memiliki sistem sirkulasi yang disebut system
hemal.dimana saluran hemal ini berbentuk cincin, disekitar mulut atau yang biasa disebut
dengan “ hermal lisan cincin” dan yang terdapat disekitar pencernaan disebut “hemal
lambung cincin”.
Habitat :
Bintang laut tersebar lebih dari 1800 spesies yang hidup dilaut dan tersebar di seluruh
lautan dunia termasuk Atlantik, Pasifik, India, dikutub utara dan juga di samudra Selatan.
Berbagai bintang laut terbesar, ditemukan di Indo–Pasifik tropis yang daerahnya dikenal
dengan keanekaragaman besarnya bintang laut.Tempat tinggalnya berkisar dengan
kedalaman
> 6000 m. Beberapa bintang laut dapat hidup selama beberapa minggu tanpa makanan
dibawah kondisi atrtifisial.hal ini mungkin karena mereka menerima beberapa nutrisi dari
bahan organik yang terlarut dalam air laut.
Sistem organ :
1. Sistem amburakral
Sistem amburakral terdiri atas: madreprodit (=tempat masuknya air), saluran batu,
saluran gelang (saluran cincin), badan tiedemann (tempat pembentukan sel amouboid
yang berfungsi untuk respirasi, sirkulasi, dan ekskresi), empat buah gelembung poli, lima
buah saluran radial, saluran transversal (=saluran yang menghubungkan antara saluran
radial dan ampulla), ampulla, dan kaki tabung bersucker.
2. Sistem pencernaan makanan
Saluran pencernaan terdiri atas: mulut (dibagian oral) dilengkapi otot lingkar dan
otot radial, esofagus pendek, lambung kardia (lambung besar), lambung pilorik (lambung
kecil), lambung pilorik bercabang 2 ke setiap bagian lengan yang disebut sekum pilorik
dan cabang yang terdapat di bagian aboral (dekat anus) disebut sekum rektal (=intestin
pendek). Setiap sekum pilorik dilengkapi dengan kelenjar pencernaan, dan anus. selain
itu,yang setiap pilorik sekum juga dibatasi oleh serangkaian kalenjer pencernaan
berfungsi untuk mengeluarkan enzim pencernaan dan menyerap nutrisi dari dari
makanan.
3. Sistem syaraf
Semua echinodermata memiliki jalinan jaringan saraf yang disebut pleksus saraf
yang terletak di dalam maupun di bawah kulit. kerongkongan juga dikelilingi oleh cincin
syaraf pusat dan saraf radial dapat mengirimkan pesan ke masing-masing lengan. Cincin
saraf dan koordinasi saraf radial bintang laut mempunyai keseimbangan dan sistem
terarah.
Terdapat 3 tempat unit syaraf, yaitu:
a. Di bagian mulut (ektoneural), tersusun atas cincin syaraf yang mengelilingi mulut dan
5 tali syaraf radial yang masing-masing menuju ke bagian tangan dan terletak di
bagian bawah saluran radial.
b. Sistem syaraf bagian dalam (hyponeural), terdiri atas cincin syaraf sirkumoral ganda
yang terletak di atas cincin syaraf ektoneural, bercabang yang menuju ke masing-
masing syaraf radial.
c. Sistem syaraf yang terletak di bagian selom (aboral), terdiri atas: syaraf anal dan
syaraf sepanjang bagian atas masing-masing lengan.
4. Organ sensoris
Organ sensoris terdiri atas: organ taktil (=indera peraba) terdapat di permukaan
tubuh, bintik mata (terdapat pada ujung masing-masing lengan, berfungsi untuk
membedakan gelap dan terang).
5. Sistem reproduksi
Organ kelamin terpisah, fertilisasi eksternal dan terjadi sebelum musim panas tiba.
Larvanya disebut bipinaria. Bintang laut umumnya mereproduksi oleh free-pemijahan
yaitu dengan cara melepaskan gamet mereka ke dalam air di mana mereka dibuahi oleh
gamet dari lawan jenis. Beberapa spesies bintang laut juga bereproduksi secara aseksual
dengan cara fragmentasi,yaitu dengan caramemisahkan bagian lengannya dan pada
akhirnya berkembang menjadi individu independen bintang laut. Sehingga daya
regenerasi bintang laut cukup tinggi.

F. Anemon laut (Anthozoa)

Ciri-ciri umum:
Anemon memiliki tentakel-tentakel yang mengelilingi mulutnya, melingkar sedemikian
rupa sehingga menyerupai mahkota bunga. Warna-warnanya pun sungguh menarik dan indah
seperti merah, biru, jingga,kuning, berbintik-bintik, atau juga bergaris-garis.. Lipatan yang
bundar di antara badan dan keping mulut membagi binatang ini kedalam kapitulum di bagian
atas dan scapus bagian bawah. Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari
kapitulum terdapat "fossa". Keping mulut bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang
mengkerut, dan dilengkapi dengan tentakel kecuali pada jenis Limnactinia, keping mulut
tidak dilengkapi dengan tentakel. Beberapa anemon laut dapat bergerak seperti siput,
bergerak
secara perlahan dengan cara menempel. .Sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat
yang berguna untuk melindungi dirinya dari predator.
Morfologi:
Anemon laut adalah binatang invertebrata yang tidak memiliki tulang belakang atau
tidak memiliki skeleton pada seluruh tubuhnya. Tentakel yang mengelilingi mulut anemon
umumnya berjumlah kelipatan enam, tersusun dua deret melingkar secara radial. Tentakel
yang letaknya di tengah biasanya berukuran paling besar, dan berturut-turut semakin
mengecil ke arah luar. Anemon laut biasanya memiliki ukuran diameter tubuh 1-4 inchi (2,5-
10 cm), tetapi beberapa anemon ada juga yang dapat tumbuh mencapai diameter tubuh 6 kaki
(1,8 m). Menurut Shimek (2006), secara umum anemon laut adalah hewan berkantung yang
mempunyai tentakel dan mulut pada pada bagian atas dan pedal disk pada bagian bawah.
Pedal disk atau kaki jalan ini secara khusus digunakan oleh anemon untuk melengketkan
tubunya pada substrat. Tubuhnya terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
1. Cakram pedal (kaki)
2. Kolumna/ skapus/ batang tubuh, dan
3. Cakram oral (=kapitulum).
Antara cakram pedal denga bagian skpaus dihubungkan oleh bagian yang disebut limbus,
sedangkan antara bagian skapus dengan bagian cakram oral dihubungkan oleh bagian yang
disebut kollar.
Habitat:
Anggota kelas Anthozoa ditemukan pada perairan pantai dari yang hangat sampai
kedaerah yang dingin sekali. Mereka hidup soliter dan menempel pada dasar yang kuat atau
lunak dan sebagian ada yang sedikit membenam di dasar yang berpasir dengan bantuan
keping kaki (pedal disc). Tempat hidupnya di bawah garis surut terendah, dapat berpindah
tempat dengan cara merangkak dengan menggunakan keping kaki dengan bantuan ombak
dan kontraksi pada ototnya.
Beberapa kelompok juga dapat berpindah atau berenang menggunakan tentakelnya
(Hickman 1967). Menurut Uchida (1938), bahwa ada satu macam Anemon yang dapat
berenang yaitu dari jenis Bobceroides me murrichi yang terdapat di teluk Mutsu, Jepang.
Jenis ini banyak ditemukan di pantai sebelah selatan Jepang menempel atau berenang
diantara rumput laut.
Pada umumnya anemon banyak dijumpai pada daerah terumbu karang yang dangkal, di
goba atau di lereng terumbu tapi ada juga yang hidup di tepian padang lamun. CARLGREN
(1956) dalam penelitiannya menemukan beberapa jenis dari anemon yang hidup di
kedalaman 6000 meter dan bahkan lebih dari 10.000 meter. Anemon jarang dijumpai pada
daerah terumbu karang yang persentase tutupan karang batunya tinggi.
Sistem organ:
1. Sistem pencernaan
Anemone umumnya bersifat karnivora, mereka biasanya memangsa hewan-hewan
invertebrata kecil, larva insekta, dan juga ikan-ikan kecil. Jika ada hewan-hewan kecil
yang berenang di sekitarnya, mereka sulit untuk meloloskan diri karena tentakel anemone
yang lengket dan beracun. Mulut dan kerongkongan anemon dapat membuka sesuai
ukuran mangsa yang ditangkap. Tubuh anemon mencerna makanan dalam rongga
gastrovaskuler dengan bantuan enzim, kemudian diserap oleh gastrodermis. Sisa
makanan yang tidak dicerna akan dikeluarkan melalui mulut. Jika berada dalam keadaan
yang membahayakan, anemon dapat mengerutkan tubuhnya hingga menyerupai bola.
Pengerutan tubuh ini juga dilakukan saat nutrisi atau makanan yang dikonsumsinya
hanya sedikit.
2. Sistem respirasi
Sistem respirasi dan ekskresi berlangsung secara difusi dan osmosis (belum
memiliki organ khusus).
3. Sistem reproduksi
Anemon dapat berkembang biak secara aseksual maupun seksual. Cara aseksual
biasanya dengan pembentukan kuncup dan berfragmentasi. Fragmentasi dilakukan
dengan jalan memutuskan bagian tubuh diskus pedal. Bagian tubuh tersebut akan terus
berkembang membentuk diskus oral baru. Pembentukan kuncup dapat dilihat ari tonjolan
yang terbentuk pada tubuh anemon. Tonjolan ini akan berkembang menjadi individu baru
dan melepaskan diri dari induknya. Perkembangbiakan anemon secara seksual adalah
dengan cara perkawinan silang. Sebagian besar anemone bersifat hermaprodit, tapi sel
telur dan sperma yang dihasilkan tidak pernah matang secara bersamaan, sehingga
anemon membutuhkan anemon lain untuk melakukan pembuahan.
4. Sistem gerak
Sistem oto terdapat pada bagian epidermis dan bagian gastrodermis. Pada bagian
epidermis (bagian tentakel= terdapat serabut memanjang, pada bagian cakra oral =
terdapat serabut radial). Pada bagian gastrodermis terdiri atas serabut-serabut sirkular.
5. Sistem syaraf
Susunan syaraf disebut syaraf difus (belum nampak adanya susunan syaraf pusat).
Sistem syaraf pusat terdiri atas pleksus epidermal dan pleksus gastrodermal, yang
masing- masing tersusun atas serabut syaraf dan sel ganglion yang besar.

G. Karang (Anthozoa)

Ciri-ciri:
1. Karang merupakan individu-individu berukuran kecil yang disebut polip. Setiap polip
seperti kantung berisi air yang dilengkapi dengan lingkaran tentakel yang mengelilingi
mulutnya, dan terlihat seperti anemon kecil. Polip di dalam koloni terhubungkan oleh
jaringan hidup dan dapat berbagi makanan. polip karang memiliki ukuran yang bervariasi
mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm.
Namun yang pada umumnya polip karang berukuran kecil. Polip dengan ukuran besar
dijumpai pada karang yang soliter.
2. Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata
(hewan berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang (coral) mencakup karang
dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas
Hydrozoa.
3. Hewan karang adalah hewan sessile renik, umumnya berada dalam ekosistem bersama
hewan laut lain seperti soft coral, hydra, anemone laut dan lain-lain yang termasuk ke
dalam Phylum Cnidaria (Coelenterata).
4. Penggolongan karang umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu karang keras (hard coral)
dan karang lunak (soft coral). Karang keras memiliki struktur keras menonjol, tidak
bergerak, permukaannya kasar seperti kertas pasir, koralit regular, jika ada yang memiliki
tentakel pada polip, jumlahnya lebih dari 8 dan biasanya berjumlah 24 tentakel. Karang
lunak memiliki struktur lunak, melambai jika disapu di sekitarnya, koralit regular, polip
menonjol keluar dan memiliki 8 tentakel.
5. Warna dan bentuk karang dipengaruhi oleh faktor lingkungannnya. Warna pada beberapa
spesies bervariasi sesai dengan intensitas cahaya yang diterimanya.
6. Spesies yang memiliki struktur yang kuat, memiliki cabang yang berbentuk bulat karena
hidup di perairan yang dangkal dan dipengaruhi oleh arus gelombang. jika
pertumbuhannya terjadi di perairan yang lebih dalam (terlindung), cabang yang terbentuk
akan lebih tipis dengan penampakan yang lebih delikat (lembut).
7. Struktur rangka terumbu karang:
Koloni karang adalah kumpulan dari berjuta-juta polip penghasil bahan kapur
(CaCO3) yang memiliki kerangka luar yang disebut koralit. Pada koralit terdapat septum-
septum yang berbentuk sekat-sekat yang dijadikan acuan dalam penentuan jenis karang.
Suatu koralit karang baru dapat terbentuk dari proses budding (percabangan) dari karang.
Selain bentuk koralit yang berbeda-beda, ukuran koralit juga berbeda-beda. Rangka luar
terdiri dari kristal CaCO3 yang dihasilkan oleh epidermis pada setengah batang tubuh ke
bawah dan telapak kaki. Proses sekresi CaCO3 menghasilkan rangka kapur berbentuk
seperti mangkuk; polip tertanam di atasnya, dan tidak dapat berpindah tempat. Bagian
dalam dari mangkuk karang terdapat sekat-sekat kapur yang memijar, disebut
skleroseptum.
8. berdasarkan kepada kemampuan memproduksi kapur maka karang dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Karang hermatifik adalah
karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan
penyebarannya hanya ditemukan didaerah Tropis serta bersifat fototrofik positif. Karang
ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas
diseluruh dunia. Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik adalah
adanya Simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae, yaitu
sejenis algae Uniselular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodinium microadriatum,
yang terdapat di jaringanjaringan polip binatang karang dan melaksanakan Fotosintesis.
9. Laju pertumbuhan pada tiap koloni karang bisa berbeda satu dengan yang lainnya
tergantung kepada spesies, umur koloni, dan lokasi terumbu tersebut. Namun, koloni
yang muda dan kecil cenderung tumbuh lebih cepat daripada koloni yang lebih tua,
koloni yang besar dan bercabang. karang dengan bentuk submasif dan massif biasanya
menampilkan pertumbuhan lebih lambat tapi lebih baik dalam bertahan hidup. Sedangkan
spesies dengan bentuk percabangan yang halus dan foliose memiliki tingkat pertumbuhan
yang lebih tinggi namun buruk dalam bertahan hidup. Lokasi karang juga mempengaruhi
bentuk pertumbuhan dari spesies karang. Spesies karang yang terdapat di tempat yang
lebih dalam memiliki bentuk yang lebih tipis dan kurus, hal ini mungkin disebabkan oleh
proses kalsifikasi yang kurang optimal. Arus menyebabkan bentuk cabang mempunyai
penyesuaian arah tertentu sedangkan gerakan gelombang menyebabkan spesies
bercabang mempunyai cabang yang lebih pendek dan tumpul.
10. Faktor-faktor fisika-kimia yang diketahui dapat mempengaruhi kehidupan dan/atau laju
pertumbuhan karang antara lain cahaya matahari, suhu (23-25oC), salinitas (30-330/00,
yang baik berkisar 32-35 ppt), Ph, kecepatan arus (0-0-17 m/det) dan sedimen.
Sedangkan faktor biologis, biasanya berupa predator atau pemangsanya.
11. Karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan
gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni
baru melalui pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni
dan ada pembentukan koloni baru. Proses reproduksi karang secara seksual dimulai saat
spermatogenium dan oogenium berkembang menjadi gamet. Selanjutnya gamet yang
sudah masak dilepas di dalam air, terjadi pembuahan internal atau eksternal menjadi
zigot. Zigot berkembang menjadi blastula, kemudian menjadi gastrula dan setelah itu
menjadi planula. Planula yang diselubungi oleh silium akan berenang bebas. Apabila
menemukan tempat yang cocok, planula akan menempel dan menetap dengan posisi
bagian mulut berada di sebelah atas, sedangkan bagian pangkalnya mengeluarkan zat
untuk memperkuat
penempelannya, setelah karang melekat pada substrat maka ia akan mengalami
perubahan struktur dan histologi.
12. Karang memiliki dua cara untuk mendapatkan makan, yaitu Menangkap zooplankton
yang melayang dalam air dan Menerima hasil fotosintesis zooxanthellae. Karang dapat
menarik dan menjulurkan tentakelnya, tentakel tersebut aktif dijulurkan pada malam hari,
saat karang mencari mangsa, sementara di siang hari tentekel ditarik masuk ke dalam
rangka.

H. Polychaeta (Annelida)

Ciri-ciri :
1. Polychaeta adalah kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu
Poli yang berarti banyak, dan Chaeta berarti rambut. Sehingga Polychaeta ialah kelas
dengan rambut paling banyak di filum Annelida. Umumnya ukuran tubuh Polychaeta
adalah 5-10 cm dengan diameter 2-10 mm. warna tubuh beraneka ragam. Misalnya
berwarna merah, merah muda, hijau atau warna campuran.
2. Polychaeta mempunyai bagian tubuh yang terdiri dari kepala, mata, dan sensor palpus.
Tubuh dapat dibedakan menjadi prostomium (kepala) dan peristomium (segmen
pertama). Pada prostomium terdapat sepasang tentakel kecil dan sepasang palp (embelan
yang digunakan sebagai alat perasa dan membantu ketika makan). Periostomium
mempunyai 4 pasang tentakel yang panjang. Segmen-segmen berikutnya memiliki
parapodia (alat gerak, kaki berdaging) pada setiap segmen sisi kiri dan kanan dengan
rambut yang banyak.
3. Polychaeta hidup di air laut dan aktif pada malam hari. Beberapa diantaranya bergerak
dengan berenang di antara plankton, banyak di antaranya merangkak pada atau membuat
lubang di dasar laut dan banyak juga yang hidup dalam tabung, yang di buat oleh
cacingdengan mencampur mukus dengan sedikit pasir danm cangkang yang pecah.
Polychaeta yang tinggal dalam tabung meliputi cacing kipasa yang berwarna cerah, yang
menjerat partikel mikroskopik dalam tentakel berbulu yang menjulur dari pembukaan
atau lubang tabung.
4. Dapat dibedakan antara jantan dan betina. Reproduksi terjadi melalui fertilisasi eksternal
(Pembuahaannya terjadi di luar tubuh, setelah pembuahan, telur akan menetas
menghasilkan larva trofokor. Selanjutnya, larva tersebut akan tumbuh menjadi cacing
dewasa). Pada tingkat perkembangannya memiliki larva yang disebut trokofor.
5. Kulitnya dilapisi oleh kutikula dan memiliki sistem saraf tangga tali dengan pusat
sarafnya berupa ganglion.
6. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, esofagus, usus (ventrikulo-intestinal), dan
anus.
7. Dinding tubuh disusun oleh kutikula, epidermis, otot melingkar dan otot memanjang.
Antara dinding tubuh dan intestin terdapat selom yang berisi alat ekskresi (nepridium)
dan alat-alat kelamin.
8. Pernapasan dilakukan dengan cara difusi pada permukaan kulit.
9. Sistem peredaran darah terdiri atas pembuluh darah dorsal yang memompa darah ke arah
depan, pembukuh darah ventral yang mengalirkan darah ke bagian belakang. Pembuluh
darah lateral yang menghubungkan kepada organ-organ lain.
10. Beberapa contoh polychaeta antara lain adalah eunice viridis, licydice oele, nereis virens,
dan arenicola. Eunice viridis atau cacing palolo banyak di temukan dilaut kepulauan fiji
dan samoa, sedangkan lysidice oele atau cacing wawo di laut maluku. Kedua macam
cacing tersebut mudah di tangkap dan dapat di konsumsi.

I. Echiura dan Sipuncula


1. Filum Echiura
Ciri-ciri:
a. Filum Echiura berasal dari bahasa Latin yakni kata ekhis = ular sendok, oura = ekor.
Hewan ini disebut juga dengan cacing sendok yang sebelumnya masuk dalam filum
Annelida, namun tidak memiliki segementasi.
b. Ukuran tubuh bervariasi, dapat mencapai 50 cm. Permukaan tubuh halus atau ditutupi
kutil-kutil yang tersusun melingkar atau tidak beraturan. Warna umumnya kusam
cokelat atau kelabu, beberapa hijau atau merah transparan
c. Secara umum memiliki bentuk tubuh silindris, panjang dengan dua bagian daerah
yang agak membesar di bagian anterior dan posterior, memiliki probosis yang
melebar seperti sendok (tidak dapat ditarik ke dalam badannya) di bagian anterior,
memiliki setae yang sedikit dibandingkan dengan Annnelida. Panjang probosis
bervariasi (umumnya 1,5 m); umumnya lebih pendek daripada badannya, tetapi bisa
diperpanjang hingga 25× panjang tubuhnya. Probosis tidak bersifat retraktil,
digunakan untuk mendapatkan makanan
d. Terdapat sekitar 150 species yang semuanya hidup di laut. Kebanyakan tinggal dalam
liang pasir atau lumpur pada pantai yang dangkal atau laut dalam.
e. Memiliki segmen pada fase larva, namun saat dewasa tidak menunjukkan segmen.
f. Reproduksi seksual; dioecious (fertilisasi ekternal di air laut, kecuali telur Bonelia
dibuahi di nepridia). Alat kelamin jantan dan betina terpisah (uniseksual). Gamet
diproduksi di peritoneum di bagian posterior tubuh. Hasil reproduksi seksual
Echiura berupa telur yang menetas menjadi larva trocophore yang berenang bebas
sebagai meroplankton kemudian turun ke dasar laut dan tumbuh menjadi Echiura
muda yang hidup sebagai benthos.
g. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang terletak di probosis. Esofagus tersambung
dengan pharynx, di beberapa spesies terdapat lambung, lalu dibawa ke intestine lalu
menuju anus. Urutannya: mulut – esofagus – pharynx – (lambung) – intestine –
rectum
– anus.
h. Tidak memiliki organ pernapasan.
i. Sistem peredaran darah tertutup, kecuali Urechis darah biasanya tidak berwarna dan
mengandung emebocytes.
j. Cacing ini biasanya dimanfaatkan oleh orang-orang korea sebagai makanan sehari-
hari yang bernama Gaebul, sebagai umpan untuk memancing ikan, dan umumnya
sebagai detritus feeding.

2. Filum Sipuncula

Ciri-ciri:
a. Filum Sipuncula berasal dari kata siphunculus = tabung kecil. Dalam bahasa inggris,
Sipuncula disebut dengan istilah peanut worm karena bentuk tubuhnya yang
menyerupai cacing tanah.
b. Filum Sipuncula adalah simetri bilateral; tidak bersegmen; memiliki lebih dari dua
lapis sel; memiliki rongga selom; posisi mulut di anterior dan tersembunyi; tubuh
ditutupi oleh kutikula; otak sederhana; tidak memiliki organ sirkulasi dan pernafasan;
hidup di laut.
c. Hidup sebagai benthos laut, dari daerah pasang suruf sampai kedalaman 4500 meter.
Hidup pada cangkang sipus dan dalam lubang polychaeta tau celah batu. Hewan ini
dapat dijumpai setiap saat (tidak tergantung musim) manakala air laut surut di daerah
berpasir yang sedikit berlamun, dan keberadaannya dalam jumlah yang melimpah.
d. Sebagai hewan sedentari
e. Reproduksinya dioecious (pembuahan di luar tubuh). Telur dan sperma dikeluarkan
melalui metanephridia. Perkembangan langsung atau melalui stadia trochophore yang
berenang bebas 1 hari – 1 bulan (tergantung spesies). Mengalami metamorfosa
menjadi cacing uda dan turun ke dasar laut. Beberapa spesies melakukan reproduksi
aseksual dengan membuat sekatan dan membelah 2 pada bagian posterior badan.
f. Sipuncula bisa dijadikan sebagai bahan makanan, selain itu juga dikumpulkan untuk
pakan umpan. Karena tubuhnya mengandung sejumlah besar pasir, sebelum
dikonsumsi, harus dibersihkan terlebih dahulu. Setelah dipastikan bersih, hewan ini
dapat langsung dimakan mentah. Jika akan diolah lanjut (dimasak), dapat dirajang
kecil-kecil.
J. Kima (Molusca)

Ciri-ciri:
1. Kima merupakan kelompok moluska bercangkang ganda yang hidup di perairan
tropis. Kima memiliki ukuran yang besar, sehingga biota inisering disebut dengan
kerang raksasa (giant clam), dan memiliki mekanisme makan yang sangat spesial.
2. Mantelnya memiliki sistem sirkulasi khusus, yang menjadi tempat tinggal bagi
zooxanthellae, dan merupakan dinojlagellata dari Genus Symbidinium.
3. Biota bersel tunggal ini, mampu menghasilkan makanannya sendiri, melalui proses
fotosintesis dengan memanfaatkan sisa hasil metabolisme kima yang berupa
karbondioksida, fosfat dan nitrat.
4. Morfologi kima:
a. Cangkang: kima memiliki dua cangkang, seperti kebanyakan kerang lainnya.
b. Mantel: perbedaan paling menonjol antara kerang biasa dengan kima adalah
adanya zooxanthellae pada mantelnya. Mantel tersebut meningkatkan luas
permukaan untuk menerima paparan cahaya. Mantel merupakan perpanjangan
dari penyedot (siphon) inhalant and exhalant, dan juga disebut sebagai jaringan
siphonal. Mantel berisi mayoritas zooxanthellae yang nantinya akan memberikan
warna pada kima.
c. Penyedot (shipon)
1) Penyedot inhalant: penyedot inhalant berbentuk bukaan yang memanjang.
Terkadang helai-helai tentakel mengelilingi bukaan ini,
2) Penyedot exhalant: penyedot exhalant berbentuk kerucut sedikit naik, yang
dapat dilihat sepanjang mantel dari penyedot inhalant. Air keluar dari rongga
tubuh melalui penyedot exhalant setelah disaring melalui insang.
d. Kelenjar byssus: berfungsi sebagai pembentuk kaki. Kelenjar byssus
menghasilkan filamen yang disebut dengan benang byssal yang memanjang
melalui bukaan kedua katup, dan kemudian untuk menempel pada substrat.
e. Benang byssal: kima yang lebib besar, T. gigas, T. derasa, T. tevoroa, dan
Hippopus spp., akan melepaskan kelenjar ketika tumbuh. Sebagai gantinya, biota
tersebut akan menempel pada substrat dengan menggunakan benang byssal. Biota
ini akan bergantung pada ukuran dan berat untuk menahannya tetap di tempat.
5. Daur hidup kima
Kima akan mengalarni metamorfosis selama pertumbuban berlangsung. Berikut
ini adalah tabap-tahap metamorfosis yang terjadi pada kima:
a. Sekitar 12 jam setelah pembuahan, telur menetas yang kemudian menjadi larva
yang disebut dengan trochophores.
b. Metamorfosis akan terjadi dalam dua hari kemudian. Pada fase ini, biasa disebut
dengan veligers yang berulruran sekitar 160 µm. Veligers mulai mengambil
nutrisi terlarut dan mulai menelan zooxanthellae dan fitoplankton. Simbiosis
dengan zooxanthellae belum akan terjadi hingga akhir metamorfosis.
c. Sekitar seminggu setelah pembuaban, veligers berubah menjadi pedivellgers (pedi
berarti kaki). Pada tahap ini mereka mengembangkan kaki larva dan mulai
menetap. Biota ini juga berganti an antara berenang dan beristirabat pada substrat.
d. Setelah sembilan hari ke kemudian, kerang akan menempel secara permanen pada
substrat dan menggunakan benang byssal untuk menempelkan dirinya.
6. Ketika kerang Tridacna pertama kali mencapai kematangan seksual, biota tersebut
adalah jantan, dan menjadi hermaprodit simultan sekitar satu tahun kemudian. Hal ini
membuat kerang Tridacna protandric memiliki organ seksual ketika muda, dan organ
seksual betina di kemudian hari. Setiap spesies matang secara seksual pada usia yang
berbeda-beda, Beberapa kerang matang seksual sebagai kerang jantan dalam waktu
dua tabun dan kemudian secara bertahap akan memperoleh gonad betina

K. Crustacea
Ciri-ciri:
1. Merupakan kelas dari Arthropoda yang hidupnya terutama menempati periaran baik air
tawar maupun laut.
2. Tubuhnya terbagi menjadi: kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau
kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax. Kepala biasanya
terdiri dari empat pasang antena, satu pasang mandibula (rahang pertama) dan dua pasang
maxilla (rahang kedua). Bagian dada mempunyai embelan dengan jumlah yang berbeda-
beda yang di antaranya ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen bagian perut
umumnya sempit dan lebih mudah digerakkan dibandingkan dengan bagian kepala dan
dada. Bagian perutnya mempunyai embelan yang didalam ukurannya mengalami
pengurangan.
3. Bagian cephalothorax ditutupi oleh suatu bagian yang disebut karapak dan mempunyai
duri di ujung depan yang disebut rostrum. Pada thorax terdapat 5 pasang kaki jalan,
sedangkan di bagian perut terdapat 5 pasang swimmineret (embelan yang berfungsi untuk
sirkulasi air, pada betina berfungsi untuk tempat meletakatnya telur dan membawa
anaknya). Pada segmen terakhirnya terdapat sepasang embelan yang bentuknya pipih dan
lebar disebut uropod, terdapat pula sebuah telson.
4. Sistem peredaran darahnya terbuka, darahnya tidak berwarna tetapi mengandung
hemosianin. Peredaran darah terutama dilakukan oleh: jantung, 7 buah arteri dan
sejumlah ruangan berdinding tipis yang disebut sinus.
5. Sistem syaraf, terdapat pengumpulan dan pengaturan ganglia yang mana dari sini keluar
saraf-saraf yang menuju ke tepi. Sistem saraf pusat meliputi: otak di bagian kepala dan
dua buah saraf alroumesophageal (saraf yang mengelilingi esofagus) masuk ke tali saraf
ventral. Bagian otak meneruskan sarafnya kebagian mata, antenulla, dan antenna.
6. Habitat di air tawar atau laut. Tubuh ditutupi oleh suatu lapisan kutikula yang keras
terbuat dari kitin. Tutup ini merupakan rangka luar.
7. Saluran pencernaan makanan terdiri atas: mulut, esofagus (saluran pendek yang
menghbungkan mulut dengan lambung), lambung (bagian kardiak sebelah depan untuk
menyimpan makanan yang dilengkapi semacam gigi dari kitin dan bagian pilorik sebelah
belakang, dimana makanan dicerna oleh enzim yang berasal dari bagian kelenjar
pencernaan atau “hati”), intestin (saluran kecil melalui abdomen yang berakhir di bagian
anus), dan kelenjar pencernaan atau “hati” terletak dibagian dada dan perut menghasilkan
sekresi yang dapat dimasukkan ke dalam pilorik melalui saluran hati.
8. Sistem pernafasan umumnya dilakukan oleh pasangan insang pada atau dekat dasar
embelan dada. Pada golongan udang-udangan rendah kadang-kadang pernafasan
berlangsung dengan terjadinya pertukaran gas oleh seluruh tubuh.
9. Mata dari hewan ini merupakan mata majemuk yang ditutupi oleh kornea. Mata tersebut
sangat efektif terutama untuk mengetahui gerakan.
10. Sistem reproduksi, pada jantan terdiri dari sepasang testes, terletak di dekat jantung. Van
deferent atau saluran sperma menuju ke luar pada bagian dasar dari pasangan ke 5 kaki
jalannya. Pada hewan betina terdapat sepasang ovarium yang juga terletak dekat jantung
tetapi oviduct, terbuka pada pasangan kaki yang ketiga.
11. Hewan ini mengalami pergantian kulit yang disebut ekdisis, juga ia mempunyai
kecakapan melakukan regenerasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2021. “Annelida Adalah – Pengertian, Makalah, Ciri, Habitat Dan Peranan –”.
https://www.dosenpendidikan.co.id/annelida-adalah/. diakses pada 17 Oktober 2021.

Anonim. 2017. “Anemon Laut”. https://www.dunia-perairan.com/2017/07/anemon-laut.html.


diakses pada 17 Oktober 2021.

Anonim. 2018. “Pengertian Asteroidea/ Starfish, Gambaran/ Ciri-ciri Bintang Laut”.


https://duniakumu.com/pengertian-asteroidea-starfish-gambaran-ciri-ciri-bintang-laut/#.
diakses pada 17 Oktober 2021.

Anonim. 2020. “Teripang”. https://kkp.go.id/djprl/bpsplmakassar/page/1857-teripang. diakses


pada 17 Oktober 2021.

Anonim. 2021. “Adaptasi Makhluk Laut Dalam”. https://sq-al.facebook.com/pg/movie.studio.


kita/videos/. diakses pada 16 Oktober 2021.

Anonim. 2017. “Punya Mata Besar Sebelah, Inilah Cumi Aneh Penghuni Laut Dalam”.
http://pkspl.ipb.ac.id/berita/detail/punya-mata-besar-sebelah-inilah-cumi-aneh-penghun
i-laut-dalam. diakses pada 16 Oktober 2021.

Anonim. 2015. “Kala Sungut Gada Mencari Cinta”. https://heptarina.wordpress.com/tag/ikan-


sungut-gada/. diakses pada 16 Oktober 2021.

Elfidasari, D., Noriko, N, Wulandari, N., Perdana, A, T. 2012. Identifikasi Jenis Teripang Genus
Holothuria Asal Perairan Sekitar Kepulauan Seibu Berdasarkan Perbedaan Morfologi.
Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. Vol. 1, No. 3.

Karin, K, R. 2013. “Cacing Laut”. https://www.slideshare.net/KarinieLuph/cacing-laut. diakses


pada 17 Oktober 2021.

Kumayanjati, B. 2015. Kima Biota Eksotik Perairan Indo-Pasifik. Jurnal Oseana. Vol. XL, No. 4.
ISSN 0216-1877.

Puspita, M, D. 2020. “Makalah Marine Worms”, https://melyndadwipuspita.blogspot. com/2020


/03/marine-worms.html. diakses pada 17 Oktober 2021.

Ren, S. 2019. “Phylum Echiura”. https://prezi.com/p/r457z4yxalxs/phylum-echiura/.


Rusyana, A. 2018. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Penerbit Alfabeta. diakses
pada 17 Oktober 2021.

Sangri, H., Gumanti, R., Kirana, G, C., Habiibi, M, A., Putra, D, P., dan Julia, R, O. 2017. Marine
Fish Deep Water. Universitas Padjadjaran.

Tamam, B, M. 2020. “Klasifikasi 35 Filum dalam Kingdom Animalia (Hewan)”. https://generasi


biologi.com/2017/07/klasifikasi-35-filum-dalam-kingdom-animalia-hewan.html.
diakses pada 17 Oktober 2021.

Zubra, N. 2019. Pengenalan Terumbu Karang, Sebagai Pondasi utama Laut Kita. Aceh: Unimal
Press.

Anda mungkin juga menyukai